88327629 teori philip kotler market managemnt

33
32 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Pemasaran Philip Kotler dalam bukunya  Marketing Management ,   Eleventh Editon, membedakan definisi pemasaran ke dalam dua aspek yaitu sosial dan manajerial. Definisi sosial lebih diarahkan pada aturan pemasaran yang digunakan dalam masyarakat, dimana seorang pemasar menyebutkan hal ini sebagai sebuah aturan untuk “memberikan sebuah standar hidup yang lebih tinggi” (Kotler, 2003, p8) 1 . Berdasarkan aspek sosial itu tersebut di atas, secara lengkap pemasaran didefinisikan sebagai proses sosial antara individu maupun kelompok dalam mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya melalui penciptaan (creating), penawaran (offering), dan kebebasan tukar menukar (freely 17 exchanging) produk dan jasa satu sama lain (Kotler, 2003, p9) 2 , sedangkan secara manajerialnya pemasaran dideskripsikan sebagai “seni menjual produk”. Namun kita akan dikejutkan bahwa pada dasarnya  bagian terpenting di dalam pemasaran adalah bukan penjualan itu sendiri. Penjualan hanya merupakan sebagian kecil dari pemasaran. Menurut Hermawan Kertajaya dalam bukunya  Rethinking Marketing,   pemasaran adalah sebuah konsep bisnis strategis yang bertujuan untuk meraih kepuasan berkelanjutan bagi ketiga  stakeholder  utama yaitu : pelanggan, orang-orang 1 Philip Kotler, “Marketing Management”, 11 th  Edition, New Jersey, 2003, hal. 8.  2  Ibid, hal. 9.

Upload: akomani

Post on 18-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Marketing

TRANSCRIPT

  • 32

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Definisi Pemasaran

    Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management, Eleventh Editon,

    membedakan definisi pemasaran ke dalam dua aspek yaitu sosial dan manajerial.

    Definisi sosial lebih diarahkan pada aturan pemasaran yang digunakan dalam

    masyarakat, dimana seorang pemasar menyebutkan hal ini sebagai sebuah aturan

    untuk memberikan sebuah standar hidup yang lebih tinggi (Kotler, 2003, p8)1.

    Berdasarkan aspek sosial itu tersebut di atas, secara lengkap pemasaran didefinisikan

    sebagai proses sosial antara individu maupun kelompok dalam mengungkapkan

    keinginan dan kebutuhannya melalui penciptaan (creating), penawaran (offering), dan

    kebebasan tukar menukar (freely 17exchanging) produk dan jasa satu sama lain

    (Kotler, 2003, p9)2, sedangkan secara manajerialnya pemasaran dideskripsikan

    sebagai seni menjual produk. Namun kita akan dikejutkan bahwa pada dasarnya

    bagian terpenting di dalam pemasaran adalah bukan penjualan itu sendiri. Penjualan

    hanya merupakan sebagian kecil dari pemasaran.

    Menurut Hermawan Kertajaya dalam bukunya Rethinking Marketing,

    pemasaran adalah sebuah konsep bisnis strategis yang bertujuan untuk meraih

    kepuasan berkelanjutan bagi ketiga stakeholder utama yaitu : pelanggan, orang-orang

    1 Philip Kotler, Marketing Management, 11th Edition, New Jersey, 2003, hal. 8. 2 Ibid, hal. 9.

  • 33

    dalam organisasi itu, serta pemegang saham. Marketing adalah jiwanya, bukan

    sekedar bagian dari tubuh organisasi. (Hermawan Kertajaya, 2004, p3)3

    Menurut The American Marketing Association, pemasaran didefinisikan

    sebagai proses perencanaan dan eksekusi konsep, penentuan harga (pricing), promosi

    (promotion), dan pendistribusian ide (distribution ideas) barang dan jasa untuk

    menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.

    (Kotler, 2003, p9)4

    3.1.1 Manajemen Pemasaran

    Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan

    pengendalian program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan

    memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran, untuk

    mencapai tujuan perusahaan. Manajemen pemasaran meliputi mengatur permintaan,

    yang selanjutnya mencakup mengatur hubungan dengan pelanggan. (Kotler, 2001,

    p14)5

    Manajemen pemasaran sekarang ini tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan

    pelanggan yang cukup untuk menghabiskan output perusahaan, akan tetapi juga

    mengubah bahkan tingkat permintaan. Hal inilah yang kita sebut dengan manajemen

    permintaan, tujuannya adalah mengatur pelanggan. Permintaan sebuah perusahaan

    didapatkan dari pelanggan baru dan pelanggan yang membeli lagi.

    3 Philip Kotler, Hermawan Kertajaya, Hool Den Huan dan Sandra Liu, Rethinking Marketing, Indeks, Jakarta, 2003, hal. 3. 4 Philip Kotler, loc.cit. 5 Philip Kotler and Gary Armstrong, Priciples of Marketing, 9th Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2001, hal 14.

  • 34

    Manajemen pemasaran sekarang selain merancang strategi untuk menarik

    pelanggan baru dan melakukan transaksi dengan mereka, juga berusaha sebaik-

    baiknya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan membina

    hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Tujuannya adalah untuk membangun

    tingkat kesetiaan pelanggan. 18

    3.1.2 Konsep Pemasaran

    Ada enam konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan

    kegiatan pemasarannya (Kotler 2003, p17)6, yakni:

    1. Konsep berwawasan produksi

    Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah

    didapat dan murah hargannya.

    2. Konsep berwawasan produk

    Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang

    menawarkan mutu, kinerja, dan hal-hal inovatif lainnya.

    3. Konsep berwawasan penjualan

    Konsep ini berpendapat bahwa konsumen enggan untuk membeli dan harus

    didorong supaya membeli, terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha

    promosi dan penjualan yang efektif untuk merangsang pembelian.

    4. Konsep berwawasan pemasaran

    Konsep ini berpendapat bahwa kunci utama untuk mencapai tujuan

    perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta 6 Philip Kotler, op.cit. hal 17.

  • 35

    memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien

    daripada kompetitor. Konsep ini bersandar pada empat pilar utama yaitu pasar

    sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran yang terkoordinir, serta keuntungan.

    5. Konsep berwawasan konsumen

    Konsep ini beranggapan bahwa untuk meningkatkan penjualan maka

    perusahaan harus fokus terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen

    sehingga dapat menaikkan loyalitas konsumen. 19

    6. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat

    Konsep ini beranggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan

    kebutuhan, keinginan, serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya

    dengan lebih efektif, serta lebih efisien daripada kompetitor dengan cara

    mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

    3.2 Definisi Strategi Pemasaran

    Strategi pemasaran terdiri dari analisis, pengembangan strategi dan

    mengimplementasikannya di dalam mengembangkan visi mengenai ketertarikan

    pasar terhadap organisasi, strategi permilihan pasar, pemilihan target, dan

    pengembangan, implementasi serta mengelola program strategi positioning marketing

    yang di desain untuk menemukan value yang diperlukan dari konsumen di setiap

    pasar yang di targetkan.. (Cravens,2006, p29)7

    7 David . W. Cravens, Strategic Marketing, 8th Edition, McGraw Hill, New York, 2006, hal 29.

  • 36

    Proses strategi marketing dimulai dengan strategi menganalisis situasi,

    perencanaan strategi marketing, pengembangan program marketing dan di tahap

    terakhir adalah mengimplementasikannya serta mengelolah strategi marketing.

    Strategi untuk menganalisis situasi adalah dengan mempertimbangkan keadaan pasar

    dan menganalisis pesaing, melakukan segmentasi pasar serta secara berkala

    mempelajari pergerakan dan keadaan pasar. Mendesain strategi marketing, ditujukan

    untuk melihat target dan strategi positioning dari konsumen, strategi marketing

    relationship serta perencanaan untuk produk baru. Penanganan pengembangan

    program terdiri dari produk, distribusi, harga dan mendesain strategi promosi serta

    mengimplementasikannya agar dapat menemukan nilai yang diperlukan untuk

    menentukan target dari pembeli. Strategi 20 pengimplementasian dan manajemen

    mempertimbangkan desain organisasional dan strategi pengimplementasian serta

    kontrol.

    Gambar 3.1 Proses Strategi Pemasaran

    Sumber : Cravens, 2006 , p30

    Strategic Situation Analysis

    Marketing Program

    Development

    Implementing and Managing

    Marketing Strategy

    Designing Marketing Strategy

  • 37

    3.3 Bauran Pemasaran

    Menurut Kotler (2001,p67)8, bauran pemasaran adalah seperangkat alat

    pemasaran taktis dan terkontrol, yang dipadukan oleh perusahaan untuk

    menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.

    Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan

    untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat

    dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan Empat P:

    * Product (produk) * Price (harga)

    * Place (distribusi) * Promotion (promosi)

    Gambar 3.2 Empat P Dalam Bauran Pemasaran Sumber: Kotler, 2003, p16

    8 Philip Kotler and Gary Armstrong, Principles of Marketing, 9th Edition Prentice Hall, New Jersey, 2001, hal. 67.

  • 38

    3.3.1 Product

    Product (produk) artinya adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan

    oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang,

    jasa pelayanan atau informasi. Pada produk barang, biasanya juga mengacu pada

    pelayanan pasca penjualan sebagai bagian dari penawaran perusahaan seperti garansi,

    retur, dan sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam product adalah

    kualitas, manfaat, desain, ukuran, dan pengepakan.

    3.3.2 Price

    Price (harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk

    memperoleh produk. Price bukan hanya mencakup harga yang tertera pada barang,

    akan tetapi juga mencakup potongan harga (discount), batas kredit, kelonggaran

    pembayaran dan periode pembayaran.

    3.3.3 Place

    Place (distribusi) meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah

    didapatkan konsumen sasarannya dan selalu tersedia bagi pasar sasaran. Place

    meliputi pemilihan lokasi, penyediaan, pengangkutan, dan logistik.

  • 39

    3.3.4 Promotion

    Promotion (promosi) artinya adalah aktivitas mengkomunikasikan

    keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran agar membeli produk.

    Kegiatan promosi berupa periklanan (advertising), sponsorship.

    3.3.5 Strategi Bauran Pemasaran

    Program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen pemasaran ke

    dalam suatu program koordinasi yang dirancang untuk meraih tujuan pemasaran

    perusahaan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen. Bauran pemasaran

    menciptakan seperangkat alat untuk membangun posisi yang kuat dalam pasar

    sasaran. (Kotler 2001,p75)9

    Gambar 3.3 Strategi Bauran Pemasaran

    Sumber : Kotler, 2003, p16

    9 Ibid, hal. 75.

  • 40

    3.4 Segmenting, Targeting, Positioning

    Menurut Kotler (2001,p244)10, karena terlalu banyaknya jenis konsumen yang

    berbeda-beda dengan beragam macam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan

    harus membagi seluruh pasar, memilih segmen terbaik, dan merancang strategi untuk

    melayani pilihan segmen yang menghasilkan laba daripada pesaingnya. Proses ini

    terdiri dari tiga langkah, yaitu: segmentasi pasar (market segmenting), menetapkan

    pasar sasaran (market targeting), menempatkan posisi pasar (market positioning).21

    0 HQJLGHQWLILNDVLYDULDEHOVHJPHQWDVLGDQVHJPHQWDVLSDVDU

    0 HQJHPEDQJNDQEHQWXNVHJPHQ\ DQJPHQJKDVLONDQ

    0 HQJHYDOXDVLGD\ DWDULNPDVLQJP DVLQJVHJP HQ

    0 HPLOLKVHJ PHQVHJPHQVDVDUDQ

    0HQJLGHQWLILNDVLNRQVHSSHQHWDSDQSRVLVL\ DQJPHPXQJNLQNDQEDJLPDVLQJPDVLQJVDVDUDQ

    0HPLOLKPHQJ HPEDQJNDQGDQPHQJNRPXQLNDVLNDQNRQVHSSHQHWDSDQSRVLVL\ DQJGLSLOLK

    6 ( * 0 ( 1 7 , 1 * 7 $ 5 * ( 7 , 1 * 326,7 ,21,1*

    Gambar 3.4 Langkah- langkah Dalam Proses STP

    Sumber : Kotler, 2001, p244

    3.4.1 Segmentasi Pasar (Market Segmenting)

    Segmentasi pasar merupakan proses pembagian pasar menjadi beberapa

    kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau

    perilaku, yang mungkin memerlukan produk dan bauran pemasaran terpisah.

    10 Ibid, hal. 244.

  • 41

    Menurut Kotler (2003,p287)11, ada tiga variabel segmentasi utama, yaitu:

    1. Segmentasi geografis (Geographic segmentation)

    Segmentasi geografis dilakukan dengan membagi pasar pada beberapa satuan

    geografis yang berbeda.

    2. Segmentasi demografis (Demographic segmentation)

    Segmentasi demografis dilakukan dengan membagi pasar menjadi kelompok-

    kelompok dengan dasar variabel-variabel demografis.

    3. Segmentasi psikografis (Psychographic segmentation)

    Segmentasi psikografis dilakukan dengan membagi pasar menjadi kelompok-

    kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial atau kepribadian atau nilai.

    Menurut Kotler (2003,p286)12, agar segmentasi pasar dapat berguna, maka

    segmen pasar tersebut harus memiliki lima karakteristik berikut:

    1. Measurable

    Ukuran segmen, daya beli segmen dan karakteristik segmen harus dapat

    diukur.

    2. Substantial

    Sebuah segmen harus merupakan satu grup homogen yang memiliki

    kemungkinan menguntungkan terbesar apabila sebuah program pemasaran

    dijalankan pada segmen tersebut.

    11 Philip Kotler, Marketing Management, 11th Edition, New Jersey, 2003, hal 287. 12 Ibid, hal. 286.

  • 42

    3. Accessible

    Segmen tersebut harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.

    4. Differentiable

    Segmen-segmen harus dapat dipisahkan secara konseptual dan memberikan

    tanggapan berbeda pada beberapa program dan elemen bauran pemasaran

    yang berbeda.

    5. Actionable

    Program-program yang efektif dapat dirancang untuk menarik dan melayani

    segmen-segmen.

    3.4.2 Menetapkan Pasar Sasaran (Market Targeting)

    Menetapkan pasar sasaran dilakukan dengan proses mengevaluasi daya tarik

    dari masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk

    dimasuki. Menurut Kotler (2003,p299)1322 , ada lima pola yang dapat digunakan

    ketika memasuki pasar sasaran, yaitu:

    1. Konsentrasi segmen tunggal (single-segment concentration)

    Dengan berkonsentrasi pada satu segmen, perusahaan mendapatkan

    pengetahuan yang kuat terhadap kebutuhan segmen pasar tersebut dan

    mendapatkan pandangan yang kuat dari konsumen. Namun, pola ini memiliki

    resiko yang cukup tinggi, dimana apabila kejenuhan pada segmen tersebut

    dapat menyebabkan perusahaan kehilangan pasar.

    13 Ibid, hal. 299.

  • 43

    Gambar 3.5 Pola Konsentrasi Segmen Tunggal

    2. Spesialisasi selektif (selective specialization)

    Pola ini mirip dengan pola pertama, hanya saja pada pola ini perusahaan

    memilih beberapa segmen yang dianggap dapat menguntungkan. Kelebihan

    dari pola ini adalah kemampuan perusahaan untuk mengurangi resiko menjadi

    lebih besar.

    Gambar 3.6 Pola Spesialisasi Spesifik

    3. Spesialisasi produk (product specialization)

    Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi satu jenis produk

    yang dijual pada beberapa segmen.

  • 44

    Gambar 3.7 Pola Spesialisasi Produk

    4. Spesialisasi pasar (market specialization)

    Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi banyak jenis produk

    yang dijual pada satu segmen saja. Kelebihan dari pola ini adalah perusahaan

    mampu mendapatkan reputasi yang tinggi dalam melayani satu grup

    konsumen.

    Gambar 3.8 Pola Spesialisasi Pasar

    5. Mencakup keseluruhan pasar (full market coverage)

    Perusahaan berusaha untuk mencakup keseluruhan pasar dengan memenuhi

    kebutuhan konsumen pada keseluruhan pasar.

  • 45

    Gambar 3.9 Pola Mencakup Keseluruhan Pasar

    3.4.3 Menempatkan Posisi Pasar (Market Positioning)

    Menempatkan posisi pasar adalah mengatur sebuah produk agar mendapatkan

    tempat yang jelas, dapat dibedakan, serta lebih diharapkan ketimbang produk pesaing

    dalam benak konsumen sasaran. Oleh karena itu pemasar merencanakan posisi yang

    membedakan produk mereka dari merek pesaing serta memberikan manfaat strategis

    yang sangat besar dalam pasar sasaran mereka.

    Menurut Kotler (2003,p311)14, sebuah perusahaan harus menghindari empat

    kesalahan utama dalam menempatkan posisi pasar, yakni:

    1. Underpositioning

    Penempatan posisi yang terlalu rendah menyebabkan konsumen hanya

    memiliki gambaran produk yang terlalu samar. Akibatnya konsumen tidak

    memberikan respon pada produk dan cenderung untuk tidak membelinya.

    14 Ibid, hal. 311.

  • 46

    2. Overpositioning

    Penempatan posisi yang terlalu tinggi mengakibatkan timbulnya persepsi yang

    salah pada harga produk yang kemudian dianggap terlalu tingi, sehingga

    menimbulkan keengganan konsumen untuk membeli.

    3. Confused positioning

    Penempatan posisi yang membingungkan diakibatkan karena perusahaan

    terlalu sering mengganti posisi pasarnya, hal ini mengakibatkan konsumen

    bingung dalam mendapatkan gambaran produknya.

    4. Doubtful positioning

    Penempatan posisi yang meragukan menyebabkan timbulnya

    ketidakpercayaan konsumen.

    3.5 Analisa SWOT

    Dalam bukunya, Freddy Rangkuti menjelaskan bahwa analisa SWOT adalah

    identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

    Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (stregths)

    dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

    kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

    strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, 23strategis dan kebijakan

    perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic plan) harus

    menganalisis faktor- faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan

  • 47

    ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.

    (Rangkuti, 2003, p18)15

    SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses

    serta lingkungan eksternal oportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis.

    Analisa SWOT membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities) dan

    ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan

    (weaknesses).

    3.5.1 Matriks SWOT

    Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktior

    strategis perusahaan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

    dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

    Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. (Rangkuti,

    2003, p31)16

    Tabel 3.1 Matriks SWOT

    Faktor-faktor Strategis Perusahaan

    STRENGTHS (S)

    WEAKNESSES (W)

    OPPORTUNITIES (O)

    Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

    Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

    THREATS (T)

    Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untk mengatasi ancaman.

    Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

    15 Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 2003, hal. 18. 16 Ibid, hal. 31.

  • 48

    3.5.2 Strategi SO

    Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan

    memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-

    besarnya.

    3.5.3 Strategi ST

    Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

    untuk mengatasi ancaman.

    3.5.4 Strategi WO

    Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

    cara meminimalkan kelemahan yang ada.

    3.5.5 Strategi WT

    Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha

    meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

    3.6 Analisa Porter

    Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu suatu

    perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, dan menganalisa

    pesaing dan posisinya serta seberapa besar kekuatan persaingan mempengaruhi

    perusahaan tersebut.

  • 49

    Michael E. Porter menerjemahkan analisa tersebut menjadi strategi kompetitf

    berdasarkan lima kekuatan persaingan yaitu: ancaman dari pendatang baru, kekuatan

    tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok dan ancaman dari produk

    pengganti dan intensitas dari persaingan dalam industri tersebut.17

    Dari strategi kompetitif ini, para pemain di industri yang sama harus memiliki

    sasaran, peluang dan sumber daya yang dapat menunjang posisi perusahaan dalam

    persaingan. Perusahaan harus mampu menentukan posisinya sehingga dapat

    mempertahankan dirinya dan mampu menggunakan kekuatan-kekuatan tersebut

    untuk meraih keuntungan.

    17 Porter, Michael E.,, Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Binarupa Aksara, Jakarta, 1994.

  • 50

    Gambar 3.10 Porters Five-Forces Model

    Sumber : Porter, 1994, p.7

    2 4

    3.6.1 Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing

    Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh

    di antara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat

    berhasil hanya jika strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang

    dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan dalam strategi oleh sebuah

    Suppliers ( Supplier Power )

    Substitutes ( Threat of Substitutes)

    Buyers ( Buyer Power )

    Potential Entrants

    ( Threat of Mobility )

    Industry Competitors ( Segment Rivalry )

  • 51

    perusahaan dapat diimbangi dengan pembalasan gerakan pengimbang, seperti

    menurunkan harga, meningkatkan mutu, menambah sifat, menyediakan pelayanan,

    memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan. (David, 2002, p130)18

    Intensitas perseteruan di antara perusahaan yang bersaing cenderung

    meningkat apabila jumlah pesaing bertambah, karena perusahaan yang bersaing

    menjadi setara dalam hal ukuran dan kemampuan, karena permintaan produk industri

    menurun, dan karena potongan harga menjadi biasa. Perseteruan juga bertambah

    kalau konsumen dengan mudah dapat mengganti merek; kalau hambatan untuk

    meninggalkan pasar tinggi; kalau biaya tetap tinggi; kalau produk mudah rusak; kalau

    perusahaan pesaing berbeda dalam strategi; asal dan budaya; serta kalau merger dan

    akuisisi biasa terjadi dalam industri. Kalau perseteruan di antara perusahaan yang

    bersaing meningkat, laba industri menurun, sampai industri menjadi tidak menarik

    lagi.

    3.6.2 Potensi pengembangan produk pengganti

    Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk

    pengganti. Adanya produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat

    dtetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti. Tekanan persaingan

    dari produk pengganti meningkat kalau harga relatif dari produk pengganti turun dan

    kalau biaya konsumen untuk pindah turun. Kekuatan persaingan dari produk

    pengganti paling baik diukur dengan pangsa pasar yang direbut oleh produk tersebut,

    18 Fred. R. David , Management Strategis :, Konsep, PT Prenhallindo, Jakarta, 2002 ,hal. 130.

  • 52

    disamping rencana perusahaan itu yang meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.

    (David, 2002, p130)19

    3.6.3 Masuknya pesaing baru

    Walaupun banyak hambatan untuk masuk, perusahaan baru kadang-kadang

    masuk ke dalam industri dengan produk yang lebih tinggi, harga lebih rendah, dan

    sumber pemasaran yang luar biasa. Oleh karena itu, tugas ahli strategi adalah

    mengenali perusahaan baru yang potensial memasuki pasar, memonitor strategi

    perusahaan baru yang menjadi pesaing, melakukan serangan balasan sesuai dengan

    keperluan, dan memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. (David, 2002,

    p130)20

    3.6.4 Kekuatan menawar dari konsumen

    Kalau pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam

    jumlah banyak, kekuatan menawarnya merupakan kekuatan utama yang

    mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing

    mungkin menawarkan garansi lebih panjang atau pelayanan khusus untuk

    memperoleh loyalitas pelanggan kalau kekuatan menawar dari konsumen luar biasa.

    Kekuatan menawar konsumen juga lebih besar jika produk yang dibeli standar atau

    tidak berbeda. Kalau demikian halnya, konsumen sering dapat melakukan negosiasi

    19 Ibid. 20 Ibid.

  • 53

    harga jual, jaminan, dan aksesori kemasan sampai tingkat tertentu. (David, 2002,

    p131)21

    3.6.5 Kekuatan menawar dari pemasok

    Kekuatan menawar dari pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam

    suatu industri, terutama apabila jumlah pemasok banyak, kalau hanya sedikit bahan

    baku pengganti yang baik, dan kalau biaya mengganti bahan baku amat tinggi. Sering

    demi kepentingan pemasok dan produsen untuk saling membantu dengan harga yang

    wajar, mutu yang diperbaiki, pengembangan pelayanan baru, penyerahan barang tepat

    waktu, dan mengurangi biaya sediaan, jadi meningkatkan kemampuan meraih laba

    jangka panjang bagi semua pihak yang terkait. (David, 2002, p130)22

    3.7 Brand

    Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan brand sebagai sebuah nama,

    tanda, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan tujuan

    untuk mengidentifikasikan sebuah produk atau jasa dari seorang penjual ataupun

    sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa kompetitor lainnya.

    (Keller, 2003, p3)2325

    Sebuah brand yang baik akan membuat konsumen merasa senang dengan

    pilihan yang dibuatnya, yakni untuk membeli dan menggunakannya. Selain itu brand

    21 Ibid, hal. 131. 22 Kevin Lane Keller, Strategic Brand Management , 2th Edition, Pearson Education, New Jersey, 2003 23 Aaker, Building Strong Brand, Free Press, New York, 1996

  • 54

    yang baik akan selalu berada dalam benak konsumen sehingga konsumen akan selalu

    teringat pada brand tersebut ketika membutuhkan sebuah produk atau jasa.

    20Sebuah brand dapat memberikan 6 arti yaitu:

    1. Atribut (Attributes)

    Memberikan gambaran tentang atribut yang terkandung dalam brand tersebut.

    Contoh: Kualitas istimewa, bahan bermutu dan premium

    2. Manfaat (Benefits)

    Menjelaskan manfaat baik dari sisi fungsi maupun emosi yang mampu

    diterjemahkan oleh atribut brand.

    Contoh: Kualitas istimewa diterjemahkan dengan menggunakan bahan yang

    memiliki kualitas diatas rata-rata dibanding produk lain.

    3. Nilai (Values)

    Memberikan nilai lebih bagi pengguna.

    Contoh: Brand mobil Mercedes identik dengan mobil yang memiliki performa

    tinggi, tingkat keamanan yang tinggi dan gengsi yang besar.

    4. Budaya (Culture)

    Mencerminkan suatu budaya tertentu.

    Contoh: Mercedes menggambarkan nilai budaya negara Jerman yang serba

    teratur, efisien dan kualitas tinggi.

    5. Kepribadian (Personality)

    Memberikan gambaran kepribadian dari individu penggunanya.

  • 55

    Contoh: Mercedes melambangkan kepribadian yang berkelas dari

    penggunanya.

    6. Pengguna (User)

    Memberikan sekilas gambaran tentang penggunanya.

    Contoh: Mercedes untuk orang top eksekutif yang berusia diatas 55 tahun

    bukan mahasiswa yang masih muda.

    Brand memiliki empat prespektif identitas, yaitu:

    1. Brand sebagai produk

    Prespektif brand sebagai produk karena produk tersebut secara tidak langsung

    mencerminkan brand, dan ini sangat membantu konsumen untuk mengambil

    keputusan pemilihan produk.

    2. Brand sebagai orang

    Prespektif brand sebagai orang memberi kesan yang lebih beragam dan lebih

    menarik daripada hanya berdasarkan atribut produk. Brand bisa dirasakan

    memiliki tingkatan, kompeten, impresif, dapat dipercaya, menyenangkan,

    aktif, humoris, kasual, formal, atau intelektual.

    3. Brand sebagai organisasi

    Prespektif brand sebagai organisasi lebih terfokus pada atribut organisasi

    seperti : inovasi, pengarahan pada peningkatan kualitas dan perhatian pada

    lingkungan yang melibatkan orang, budaya, nilai dan program perusahaan dari

    produk atau jasa yang ditawarkan.

  • 56

    4. Brand sebagai simbol

    Prespektif brand sebagai simbol mempunyai tujuan untuk membuat brand

    tersebut lebih mudah untuk dikenali dan diingat kembali. Sebuah simbol yang

    cukup kuat dapat membuat ikatan yang erat pada ingatan konsumen.

    Salah satu fungsi utama brand adalah untuk mengidentifikasikan sebuah

    produk atau jasa, sehingga identifikasi yang kurang jelas dari konsumen terhadap

    sebuah brand akan menyebabkan konsumen tidak dapat menangkap nilai dan tujuan

    dari brand yang ada.

    Ada lima tingkatan sikap setia konsumen terhadap sebuah brand menurut

    David Aaker, yaitu:

    1. Konsumen akan mengganti brand yang telah dipakai, biasanya karena alasan

    harga. Pada tingkatan ini biasanya konsumen belum loyal.

    2. Konsumen puas. Konsumen tidak memiliki alasan untuk mengganti ke brand lain.

    3. Konsumen puas dan merasa akan menimbulkan biaya lebih apabila berganti

    brand.

    4. Konsumen menghargai brand tersebut sebagai teman.

    5. Konsumen memutuskan untuk tetap setia terhadap brand tersebut.

    3.7.1 Brand Awareness

    Istilah brand awareness mengacu pada kesanggupan seorang pembeli untuk

    mengenali dan mengingat kembali suatu brand yang merujuk pada satu produk

  • 57

    tertentu. (Keller, 2003, p67)24 Brand awareness yang kuat memudahkan produk

    untuk dapat dipilih dan digunakan oleh konsumen, oleh karena itu salah satu strategi

    untuk meningkatkan penjualan produk dapat dilakukan dengan membangun brand

    awareness. Ada beberapa cara untuk mencapai brand awareness:

    1. Menggunakan pesan yang mudah diingat dan unik, serta memiliki hubungan

    antara brand dengan kategori produk.

    2. Menggunakan slogan atau jingle yang mudah diingat dan menarik.

    3. Menggunakan simbol yang berhubungan dengan brand dan kategori produk.

    4. Melakukan pengulangan untuk membantu konsumen untuk membangun

    ingatan tentang brand tersebut.

    Berikut adalah tingkatan variabel brand awareness dari tingkatan tertinggi

    hingga terendah, yang menggambarkan tingkat kemampuan seseorang dalam

    mengenal dan mengingat sebuah brand :26

    1. Top of Mind (Puncak Pikiran)

    Top of mind menggambarkan brand yang pertama kali diingat responden saat

    mereka ditanya mengenai suatu produk. Top of mind merupakan single

    respond question, dimana setiap responden hanya boleh memberikan satu

    jawaban untuk pertanyaan ini.

    24 Keller, Kevin L., Strategic Brand Management, 2nd Edition, International Ed., Prentice Hall, New Jersey, 2003, hal. 67.

  • 58

    2. Brand Recall (Pengingatan Kembali)

    Brand recall merupakan pengingatan kembali brand yang dicerminkan dari

    brand lain yang diingat oleh responden setelah responden menyebutkan brand

    yang pertama. Brand recall menggunakan multi respond question yang

    artinya responden memberikan jawaban tanpa dibantu.

    3. Brand Recognition (Pengenalan)

    Brand recognition ialah pengenalan brand dimana tingkat kesadaran

    responden terhadap suatu merek diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan

    yang diberikan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk tersebut.

    Pertanyaan diajukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang perlu

    diingatkan tentang keberadaan brand tersebut.

    4. Unaware of Brand (Tidak Mengenal)

    Pengukuran ini dilakukan dengan observasi terhadap pertanyaan pengenalan

    brand awareness sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab

    pertanyaan sebelumnya yang menyatakan bahwa responden tidak mengenal

    sama sekali akan keberadaan brand tersebut.

    Gambar 3.11 Variabel Brand Awareness

  • 59

    3.7.2 Marketing Communication

    Marketing communication adalah kumpulan dari beberapa jenis alat

    penyampaian pesan dengan tujuan untuk membangun sebuah brand. (Duncan, 2005,

    p.7)25

    1. Advertising

    Iklan merupakan nonpersonal, memberikan pemberitahuan sesuai dengan

    keinginan sponsor. Digunakan untuk mengapai jangkauan konsumen yang

    luas, menciptakan brand awareness, membedakan brand dari pesaingnya dan

    membangun image dari brand tersebut.

    2. Public relations

    Public relations adalah kegiatan komunikasi yang membantu sebuah

    organisasi dan masyarakat luas untuk memperoleh sesuatu yang saling

    menguntungkan bagi kedua belah pihak dalam meningkatkan dukungan dan

    kerjasama untuk masyarakat luas. 27

    3. Sales promotion Sales promotion adalah kegiatan jangka pendek, yang memberikan nilai

    tambah dalam mendesain untuk memotivasi response dalam waktu singkat.

    4. Direct marketing

    Direct marketing merupakan suatu kegiatan yang interaktif, proses

    komunikasi marketing yang berdasarkan database dimana menggunakan

    jangkauan media untuk memotivasi response dari konsumen dan prospek. 25 Duncan, Tom, Principles of Advertising & IMC, 2nd Edition, International Ed., McGraw-Hill, New York, 2005, . hal. 7.

  • 60

    5. Personal selling

    Personal selling adalah komunikasi interpersonal dimana seorang sales

    membantu untuk memuaskan kebutuhan dari konsumen yang saling

    menguntungkan bagi kedua belah pihak.

    6. Packaging

    Packaging adalah kemasan dan kumpulan informasi. Suatu kemasan dapat

    membantu dalam membangun brand dengan memperkenalkan berbagai jenis

    dari informasi brand atau segala sesuatu dari bahan baku hingga resep yang

    dapat memberi saran kepada para pengguna. Sama seperti sales promotion,

    packaging dapat memberikan nilai tambah bagi suatu produk.

    7. Events and sponsorships

    Events adalah kegiatan asosisi brand dengan target tinggi yang di desain

    untuk mengingkat para konsumen dan prospek serta mempublikasikannya. .

    Sponsorship adalah bentuk dukungan dana dari suatu organisasi, perorangan

    atau kegiatan dalam pertukaran untuk publikasi brand dan asosiasi.

    Sponsorship digunakan tidak hanya untuk meningkatkan brand awareness

    tetapi juga untuk membantu membentuk brand melalu asosiasi.

    8. Customer service

    Customer service adalah bentuk dan kebiasaan suatu perusahaan selama

    berinteraksi dengan konsumen. Interaksi dengan konsumen akan

    mendatangkan beberapa pesan yang sangat berdampak dari penerimaan brand

    tersebut. Apabila pengalaman yang diterima positif akan menguatkan

  • 61

    hubungan dengan konsumen. Tapi bila negative akan melemahkan bahkan

    dapat membunuh hubungan dari brand tersebut.

    3.8 Service

    Service adalah sebuah tindakan yang menawarkan sesuatu yang bersifat

    intangible kepada pihak lain. Para manufaktur, distributor, dan retail dapat

    mennciptakan nilai tambah melalui service stau dengan customer service yang terbaik

    untuk mendiferensiasikan mereka dengan yang lain. (Kotler,2006,p372)26 Service

    memiliki empat karakter khusus yang akan memberikan pengaruh besar terhadap

    rancangan program-program pemasaran :

    a. Intangibility

    Service tidak dapat dilihat ataupun dirasakan sebelum mereka

    membelinya.

    b. Inseparability

    Service biasanya diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang sama.

    c. Variability

    Pada dasarnya service bergantung pada siapa yang memproduksi,

    kapan dan dimana tempat produksi, karena itu service memiliki tingkat

    keragaman yang sangat tinggi.28

    d. Perishability

    Service tidak dapat disimpan. Ketika permintaan stabil maka hal ini

    tidak menjadi masalah bagi perusahaan. Akan tetapi apabila tingkat 26 Kotler, Management Marketing, edition 12, Pearson Education, New Jersey, 2006, hal. 372.

  • 62

    permintaan berfluktuasi maka hal ini menjadi tantangan besar bagi

    perusahaan dalam menyediakan service yang dapat memberikan

    kepuasan bagi para konsumennya.

    Berdasarkan model kualitas service (Kotler,2006,p383)27 para peneliti

    mengidentifikasikan lima hal yang menentukan kualitas service :

    1. Reliability

    Kemampuan untuk menampilkan service yang sesuai dengan apa yang

    telah dijanjikan dengan baik dan akurat.

    2. Responsiveness

    Keinginan untuk membantu pelanggan dan memberikan service yang

    cepat dan tepat.

    3. Assurance

    Pengetahuan dan keahlian para karyawan untuk dapat memberikan

    kepercayaan bagi pelanggannya.

    4. Empathy

    Adanya rasa peduli dan memberikan perhatian khusus secara individu

    kepada pelanggan.

    5. Tangibles

    Hal-hal yang berhubungan dengan fasilitas secara fisik, peralatan, dan

    alat-alat komunikasi lainnya.

    27 Ibid, hal. 383.

  • 63

    Ketika sebuah produk tidak dapat dengan mudah dibedakan dengan yang

    lainnya, maka kunci untuk meraih keunggulan bersaing dapat diciptakan dengan

    memberikan nilai tambah pada service dan meningkatkan kualitas mereka.

    (Kotler,2006,p350)28 Yang menjadi faktor utama dalam membedakan sebuah service

    adalah sebagai berikut :

    a. Ordering ease

    Berkaitan dengan kemudahan yang diperoleh pelanggan dalam proses

    pemesanan kepada pihak perusahaan.

    b. Delivery

    Berkaitan dengan seberapa baik sebuah produk atau jasa yang

    disampaikan kepada pelanggan. Hal ini mencakup kecepatan, ketepatan,

    dan pengawasan terhadap proses pengiriman.

    c. Installation

    Berkaitan dengan proses instalasi yang sesuai dengan waktu dan tempat

    yang telah direncanakan.

    d. Customer training

    Berkaitan dengan pelatihan para karyawan guna memberikan kepuasan

    bagi pelanggan.

    e. Customer consulting

    Berkaitan dengan data-data, sistem informasi, dan service berupa

    konsultasi.29

    28 Ibid, hal. 350.

  • 64

    f. Maintanace and repair

    Berkaitan dengan program-program service yang dirancang untuk

    membantu pelanggan untuk me-maintain produk yang dibelinya.

    Service-profit chain menggambarkan bahwa customer loyalty terbentuk dari

    kepuasan pelanggan. Pada dasarnya, jika konsumen merasa puas maka mereka tidak

    hanya akan melakukan pembelian ulang, akan tetapi mereka juga memberitahukan

    dan menceritakan pengalaman positif mereka kepada orang lain.

    (Schroeder,2003,p81)29

    InternalServiceQuality

    EmployeeSatisfaction

    CustomerSatisfaction

    EmployeeRetention

    CustomerLoyalty

    Profitability

    ExternalServiceValue

    EmployeeProductivity

    RevenueGrowth

    Operating Strategy andService Delivery System

    - Workplace design- Job design- Employee selection and development- Employee rewards and recognition- Tools for serving customers

    - Service concept :Result for customers

    - Service designed anddelivered to meet targetedcustomers needs

    - Retention- Repeat business- Referral

    Sumber : Schroeder, Operations Management: Contemporary Concepts and Cases, 2nd Edition, McGraw hill, New York, 2003,

    p82.

    Gambar 3.12 Model kualitas service

    29 Schroeder, Operations Management: Contemporary Concepts and Cases, 2nd Edition, McGraw hill, New York, 2003