abortus

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Secara hukum abortus berarti tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami (spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja (abortus provokatus). Abortus provokatus sendiri dibagi menjadi abortus provokatus medisinalis (teraupetik) dan abortus provokatus kriminalis. Abortus kriminalis ini dilakukan tanpa adanya indikasi medis. Secara statistik, 40% dari semua kasus abortus merupakan abortus provokatus kriminalis. Kasus abortus di indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang merupakan korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke 1

Upload: niqko-bayu-prakarsa

Post on 08-Aug-2015

157 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

abortus

TRANSCRIPT

Page 1: abortus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang

sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah keluarnya

janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22

minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Secara hukum abortus berarti

tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran

tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami

(spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja (abortus provokatus).

Abortus provokatus sendiri dibagi menjadi abortus provokatus medisinalis

(teraupetik) dan abortus provokatus kriminalis. Abortus kriminalis ini dilakukan

tanpa adanya indikasi medis. Secara statistik, 40% dari semua kasus abortus

merupakan abortus provokatus kriminalis.

Kasus abortus di indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si

ibu yang merupakan korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan

adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya

bila terjadi komplikasi atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya.

Pemeriksaan forensik pada kasus abortus provokatus kriminalis bertujuan

mencari bukti dan tanda kehamilan, mencari bukti abortus dan kemungkinan

adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan atau instrumen dan menentukan

kaitan antara sebab kematian dengan abortus.

Dokter dapat diminta bantuannya oleh penyidik untuk memeriksa kasus

abortus provokatus tersebut. Dengan demikian seorang dokter sangat perlu

membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai tentang aspek

pengetahuan forensik dari suatu abortus provokatus kriminalis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

makalah ini adalah apa itu abortus kriminalis, bagaimana aspek hukum dan

1

Page 2: abortus

medikolegal abortus kriminalis, dan bagaimana pemeriksaan forensik pada kasus

abortus kriminalis.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang abortus

kriminalis, aspek hukum dan medikolegal abortus kriminalis, serta pemeriksaan

forensik pada kasus abortus kriminalis.

2

Page 3: abortus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

2.1.1 Definisi

Berdasarkan ilmu kedokteran, abortus adalah terputusnya suatu kehamilan

dimana fetus belum mampu hidup di luar uterus. Belum mampu diartikan apabila

fetus belum dapat hidup itu beratnya 400 – 1000 g, atau usia kehamilan kurang

dari 28 minggu.

Pengertian abortus menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian

abortus menurut ilmu kedokteran. Abortus menurut hukum adalah pengguguran

kandungan atau tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum

waktunya kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan,

apakah dengan pengguran tersebut lahir bayi hidup atau mati. Yang dianggap

penting adalah bahwa sewaktu pengguran kehamilan, kandungan tersebut masih

hidup.

2.1.2 Klasifikasi abortus

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului

faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan

faktor alamiah.

2. Abortus provokatus

Abotus provokatus merupakan abortus yang sengaja dilakukan, baik

dengan menggunakan alat-alat maupun obat-obatan. Abortus

provokatus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus provokatus medisinalis

Abortus ini merupakan abortus yang dilakukan dengan alasan

bila kehamilan dilanjutkan , dapat membahayakan nyawa ibu.

Syarat dilakukan abortus provokatus medisinalis :

3

Page 4: abortus

Dilakukan oleh tenaga kesehatan yeng memilii keahlian dan

kewenangan untuk melakukannya ( dokter ahli kebidanan dan

penyakit kandungan) sesuai dengan tanggungjawab profesi

Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,

hukum, psikologi)

Harus ada persetujuan tertulis dari pendeerita atau suaminya

atau keluarga terdekat.

Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan

yang memadai.

Prosedur tidak dirahasiakan

Dokumen medik harus lengkap

b. Abortus provokatus kriminalis

Yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan

medis yang dapatdipertanggungjawabkan atau tanpa

mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas tindakan

penguguran kandungan di sini semata-mata untuk tujuan yang

tidak baik dan melawan hukum. Tindakan abortus tidak bisa

dipertanggungjawabkan secara m e d i s , d a n d i l a k u k a n

h a n y a u n t u k k e p e n t i n g a n s i p e l a k u ,

w a l a u p u n a d a kepentingan juga dari si-ibu yang

malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk

melacaknya oleh karena kedua belah pihak menginginkan agar

abortusd a p a t t e r l a k s a n a d e n g a n b a i k ( c r i m e

w i t h o u t v i c t i m , w a l a u p u n s e b e n a r n y a korbannya ada

yaitu bayi yang dikandung).

Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau

dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak

dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang

bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil.

Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai minggu

4

Page 5: abortus

ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual di pagi hari.

Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini

karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa

kehamilan secara pasti.

2.1.3 Jenis-jenis Tindakan Abortus Kriminalis

Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus

kriminalis yang perlu diketahui karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi

dan bermanfaat dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk

menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan

kematian yang terjadi dengan si-ibu.

1. Kekerasan mekanik

Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan ini dapat

dilakukan oleh ibu sendiri atau dengan bantuan orang lain. Kekerasan

ini terdiri dari :

a. Umum

Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau tidak

langsung dengna menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis

dan menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membran

pelvis.

Metode yang dilakukan seperti penekanan pada abdomen seperti

pemukulan, pengurutan dan melompat-lompat. Aktifitas yang

berlebihan seperti mengendarai sepeda, mengangkat benda berat.

Cupping : meletakkan sumbu api pada daerah hipogastrium dan

menutupmya dengan sebuah mangkuk yang menimbulkan

penarikan oleh mangkuk yang menyebabkan separasi dari

plasenta dibawahnya.

b. Lokal

Yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan manipulasi

vagina dan uterus. Misalnya, dengan penyemprotan air sabun atau

air panas pada porsio, pemasangan laminaria stif atau kateter ke

5

Page 6: abortus

dalam serviks, manipulasi serviks dengan jari tangan, manipulasi

uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau

penyuntikan ke dalam uterus. Penyuntikan ini dapat menyebabkan

emboli udara.

2. Obat-obatan

Dalam masyarakat, penggunaan obat tradisional seperti nanas muda,

jamu peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Abortivum, obat yang

sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat diabagi

dalam beberapa golongan.

a. Emmenogogues : obat yang merangsang atau meningkatkan

aliran darah menstruasi (peluruh haid) seperti apiol, minyak pala,

oleum rutae.

b. Ecbolics : obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot,

kinina, ekstrak pituitary, estrogen sintetik dan strychine. Obat

jenis ini harus digunakan dalam dosis besar untuk pengguguran

sehingga dapat menimbulkan bahaya.

c. Obat yang bekerja pada gastrointestinal yang menyebabkan

muntah (emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan

eksitasi uterus untuk berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa

dari lambung dan kolon serta dapat menyebabkan hiperemia.

d. Obat-obat yang bekerja melalui tarktus digestivus bekerja sebagai

pencahar seperti, castor oil, croton oil, magnesium sulphate dan

lain-lain, menyebabkan peredaran darah di pelvik meningkat,

sehingga mempengaruhi hasil konsepsi

e. Obat-obat yang bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang

memepngaruhi refleks kontraksi uterus seperti tansy oil,

turpentine oil, ekstrak chantaridium (dalam dosis besar

menyebabkan inflamsi ginjal dan albuminuria), kalium

permanganas menyebabkan inflamasi dan perdarahan karena erosi

pembuluh darah.

6

Page 7: abortus

f. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti iritan inorganc

metalik (timah, antimony, arsenik, fosforus, mercury), iritan

organik ( pepaya, nanas muda, akar Plumago rosea dan jus

calatropis).

2.1.4 Komplikasi abortus Kriminalis

Tindakan abortus yang dilakuakan bukan oleh tangan yang terampil dapat

menimbulkan gangguan pada si ibu. Beberapa komplikasi yang timbul adalah:

1. Perdarahan akibat luka jalan lahir, diatesa hemorargik dan lain-lain.

Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul

lama setelah tindakan.

2. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi

ini dapat menimbulkan kematian yang mendadak.

3. Emboli udara, dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam

uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan

juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang

sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang

dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah dan

panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau alat suntik

secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

5. Keracunan zat abortivum, termasuk karena anestesia, antiseptik lokal

seperti KmnO4 pekat, AgNO3, jodium dapat mengakibatkan cedera

yang hebat atau kematian. Demikian pula obat seperti kina atau logam

berat. Pemeriksaan histologi dan toksikologi sangat diperlukan untuk

menegakkan diagnosis.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak timbul segera, tapi

memerlukan waktu.

7

Page 8: abortus

2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Kriminalis

Abortus telah dilakukan oleh manusia sejak berabad-abad, tetapi selama

itu belum ada Undang-Undang yang mengatur mengenai hal ini. Peraturan

mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4M dimana telah ada

larangan untuk melakukan aborsi. Sejak itu, maka Undang-undang mengenai

abortus telah mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini dimana

mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai

negara di dunia terhadap tindakan tersebut.

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,

maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan

tindakan pengguguran kandungan. Bahkan sejak seseorang yang akan menjalani

profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia, dimana

menyatakan diri unutk menghormati setiap insan hidup mulai dari saat

pembuahan.

Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam

Kode Etik kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum.

Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban

melindungi makhluk hidup insani.

Pada pelaksanaannya apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka

penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari

panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika

Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa

‘pengucilan’ anggota dari profesi dan kelompoknya. Sanksi administratif

tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.

Abortus provokatus dapat digolongkan dalam 2 golongan,yaitu :

1. Abortus provokatus medisinalis

Abortus atas indikasi medik ini diatur dalan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Pasal 15

8

Page 9: abortus

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa

ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis

tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

hanya dapat dilakukan :

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya

tindakan tersebut

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung

jawab profesi serat berdasarkan pertimbangan tim ahli

c. Dengan persetujuan ibi hamil yang bersangkutan atau suami

atau keluarganya.

d. Pada sarana kesehatan tertentu

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

2. Abortus provokatus kriminalis

Disebut abortus provokatus kriminalis karena didalamnya terdapat

tindak kriminal atau kejahatan.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 299

1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan

harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau

denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.

2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,

atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau

kebiasaab atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidana

dapat ditambah sepertiga.

9

Page 10: abortus

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk

melakukan pencaharian

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk melakukan itu,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1) Barangsiapa dengan sengaja mengugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan

pidana penjara paling lama dua belas tahun

2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut,

dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun

Pasal 348

1) Barang siapa dengan sengaja mengugurkan kandungan atau

mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya,

diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan.

2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,

dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu

melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan

348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam

mana kejahatan dilakukan.

Selain KUHP, Abortus buatan ilegal juga diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan :

10

Page 11: abortus

Pasal 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu

terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana denngan

penjara paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling banyak

Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

2.3 Pemeriksaan Forensik Abortus Provokatus Kriminalis

2.3.1 Pemeriksaan pada Korban hidup

Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah

mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,

pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap

jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara pengguguran yang dilakukan

serta sudah berapa lama melahirkan.

Pemeriksaan test kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah

bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan

hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. Tanda-tanda kehamilan pada

wanita dapat ditemukan nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayor,

labia minor dan cervix, tanda-tanda ini biasanya tidak mudah dijumpai jika

kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih dijumpai

sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi, luka,

peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim di dalam liang senggama.

Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus

diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi,

memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih

dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatsi tergantung pada

ukuraan fetus yang dikeluarkan. Pada ostium juga bisa tampak

abrasi/laserasi/memar akibat instrumentasi. Adanya perlukaan, tanda bekas forcep

ataupun instrumen yang lainnya di sekitar genitalia.

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanay obat/zat

yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap

11

Page 12: abortus

hasil usaha penghentian kehamilan dan pemeriksaan mikrroskopis terhadap sisa

jaringan.

2.3.2 Pemeriksaan Post Mortem

Temuan otopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara

melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan waktu

kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak

meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka

komplikasi yang mungkin timbul atau penyakit yang menyertai mungkin

mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.

Pemeriksaaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam.

Pemeriksaan ditujukan pada :

1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.

Untuk itu diperiksa :

a. Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis

b. Ovarium, mencari adanaya corpus luteum persisten secara

mikroskopis

c. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara

mikroskopis adanya sel-sel trofoblas dan sel-sel decidua

2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus dilakukan

a. Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka,

perdarahan pada jalan lahir

b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril

c. Menganalisa cairanm yang ditemukan dalam vagina dan cavum

uteri

3. Menentukan Sebab kematian. Apakah karena syok, emboli udara,

emboli cairan atau emboli lemak.

Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai :

1. Uterus : Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah membesar,

lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya

12

Page 13: abortus

penebalan pada potongan longitudinal. Rongga uterus dapat

menunjukkan adanya sebagian hasil konsepsi yang tertinggal.

Uterus dari wanita tidak hamil berukuran sekitar 7,0 cm, lebar 5,0cm

dan tebal 2,0 cm. Kemudaian panjang menjadi 10cm pada kehamilan

akhir bulan ketiga, 12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16cm pada akhir

bulan keenam, 20cm pada akhir bulan kedelapan, dan 27 cm pada akhir

bulan kesembilan.

Uterus juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium

menunjukkan tanda-tanda dilakukannnya kuretase. Plasenta masih

dapat tertinggal jika evakuasi dilakukan tidak bersih. Pada kasus

penggunaan bahan kimia, permukaan uterus bagian dalam dapat

mengalami perubahan warna akibat warna dari zat yang digunakan atau

telah terjadi kerusakan.

Jika air sabun yang digunakan, mungkin busa-busanya masih dapat

tersisa. Juga bisa didapatkan sisa instrumen yang digunakan seperti akar

tanaman. Swab uterus diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan

dimasukkan dalam formalin untuk diperiksa ke patologi anatomi.

2. Ovarium : kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat adanya corpus

luteum. Ovarium dapat terlihat kongesti. Pada beberapa kasus dapat

diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.

3. Jantung : pada pembukaaan jantung dicari adanya emboli udara, serta

sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena cava

inferior dan kedua ventrikel

2.3.3 Pemeriksaan pada janin

Pada pemeriksaaan akibat abortus (membedakan dengan pembunuhan

anak sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati

sudah mengalami pembusukan. Ukuran tumit-pencak kepala dicatat. Paling

penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh kayu, misalnya akibat

benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil,dan lain-lain)

13

Page 14: abortus

atau bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran dengan

penyemprotan rahim dengan bahan kimia.

Pemeriksaan dalamtetap dilakukan untuk melihat keadaan

organ dalam. Sering uri masih melekat/  berhubungan dengan bayi.

Periksa panjang tali pusat, permukaan plasenta dan lain-lain.

14

Page 15: abortus

BAB III

KESIMPULAN

Abortus kriminalis merupakan suatu tindakan pengguguran kandungan

atau tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu

kelahiran yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat dipertanggungjawabkan

atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas tindakan abortus tersebut

semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum.

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,

maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan

tindakan pengguguran kandungan. Bahkan sejak seseorang yang akan menjalani

profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia, dimana

menyatakan diri unutk menghormati setiap insan hidup mulai dari saat

pembuahan. Dan bila ditinjau dari aspek hukum, abortus kriminalis juga diatur

dalam beberapa pasal yang dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) diantaranya adalah pasal 299, pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasal 349,

dan pasal 80.

Pemeriksaan forensik pada kasus abortus kriminalis dapat dilakukan pada

korban hidup, post mortem, dan pada janin. Pemeriksaan forensik pada korban

hidup terutama pada ibu yang diduga melakukan aborsi adalah untuk

mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,

pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik terhadap

jaringan dan janin yang mati, menentukan cara pengguguran yang dilakukan, serta

sudah berapa lama melahirkan.

Pemeriksaaan forensik post mortem dilakukan menyeluruh melalui

pemeriksaan luar dan dalam. Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan

perempuan tersebut hamil atau tidak, mencari tanda-tanda cara abortus dilakukan,

dan menentukan sebab kematian. Pada pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan

khusus pada uterus, ovarium, dan jantung. Sedangkan pemeriksaan forensik pada

janin dilakukan untuk membedakan abortus dan pembunuhan anak sendiri

(infanticide) dengan tidak akan dijumpai tanda-tanda janin telah bernafas.

15

Page 16: abortus

DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : bagain

kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-164

2. Amir, amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran forensik edisi II.

Medan : Ramadhan, 2005. 159-168.

3. Azhari. Masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan. Palembang :

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsri. 1-19.

4. Mansjoer, Arief. Pengguran kandungan dan pembunuhan anak sendiri. Dalam

: Mansjoer, arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Badan Penerbit FK UI, 2007. 225-226

5. Amir, amri. Autopsi pada bayi baru lahir. Dalam : Amir, amri. Autopsi

medikolegal edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44

6. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2.

Jilid 1. Jakarta : EGC, 1998. 209

7. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran forensik. Jakarta : Bina Rupa Aksara,

1997

16