abortus edit

61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupkan suatu kejadian penting pada setiap pasangan suami istri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat ini ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya dia menjaga kondisi tubuhnya untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disalurkan tuba fallopi dan membentuk sebuah janin. Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti perdarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist ( ACOG ) dilakukan bahwa sekitar 15 % kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa 1

Upload: dayu-mas-swandewi

Post on 11-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dfs

TRANSCRIPT

Page 1: Abortus Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupkan suatu kejadian penting pada setiap pasangan suami

istri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan

disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat ini ibu sudah

harus diberi pengertian bagaimana seharusnya dia menjaga kondisi tubuhnya

untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan.

Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma

disalurkan tuba fallopi dan membentuk sebuah janin.

Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang

sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti perdarahan, gangguan

perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus.

Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of

Obstetricians and Gynecologist ( ACOG ) dilakukan bahwa sekitar 15 %

kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa

janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin

lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari

bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-70% angka keguguran

terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.

Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan

perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga

kaan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetanus serta payah ginjal akut. Untuk

mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan

dan tranfusi darah.

1

Page 2: Abortus Edit

Sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan Angka

Kematian Ibu untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan pedoman

operasionalisasi strategi antara lain adanya Making Pregnancy Safer ( MPS ),

yang merupakan salah satu strategi nasional agar kehamilan dan persalinan

berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan sehat ( Saifuddin A.B, 2000 ).

B. Rumusan Masalah

Rumusan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan abortus?

2. Apa saja etiologi abortus?

3. Bagaimana patofisiologi dari abortus?

4. Apa saja gejala klinis dari abortus?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi

abortus?

C. Tujuan

Tujuan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dari abortus

2. Untuk mengetahui etiologi abortus

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari abortus

4. Untuk mengetahui gejala klinis dari abortus

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi

abortus

2

Page 3: Abortus Edit

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR ABORTUS

A. Pengertian

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa

gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek

liewollyn&Jones, 2002). Abortus adalah ancaman atau pengeluran hasil konsepsi

pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

(Mansjoer, Arif dkk, 2001). Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam

istilah medis dikenal dengan “abortus”. Ini berarti pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran

hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Selain itu gugur kandungan atau abortus adalah berhentinya kehamilan

sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila

janoi lahir dengan selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka

istilahnya adalah kelahiran premature.

Aborsi adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa

getasi belum mencapai 20/22/28 minggu (berbeda tiap literatur) dan beratnya

kurang bdari 500 gram. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu :

1. Abortus spontan yaitu abortus yang dikarenakan kurang baiknya kualitas

sel telur dan sel sperma atau tanpa ada unsur tindakan dari luar.

2. Aborus buatan adalah abortus atau pengakhiran kehamilan dengan

disengaja dengan usia kehamilan belum dari 28 minggu. Abortus buatan

dapat dilakukan berdasarkan :

a. Indikasi medis yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk

menyelamatkan nyawa ibu.

b. Indikasi social yaitu pengguran berdasarkan aspek sosial.

3. Abortus terapeutik adalah abortus karena adanya indikasi medik

(Prawirohardjo, S, 2002).

3

Page 4: Abortus Edit

Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi :

1. Abortus imminens (threatened)

Abortus ini terjadi dicurigai apabila terdapat pengeluaran darah dari vagina

atau pendarahan pada vagina pada trisemester pertama kehamilan. Abortus

ini dapat atau tanpa disertai dengan tanda dan gejala seperti rasa mulas

ringan, nyeri pinggang bawah. Pendarahan ini hanya sedikit namun

berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada

kelainana ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks. Sementara

pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan

ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong

amnioin kosong, servik tertutup, dan masih terdapat janin utuh.

2. Abortus insipiens (inevitable)

Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai

dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada

keadaan ini juga didapatkan nyeri perut dan nyeri kolik uterus yang hebat.

Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan

bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemerikasaan USG mungkin

didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5

minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik

banyak di bagian bawah.

3. Abortus inkompletus (incomplete)

Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal

dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan

jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah

menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium

yang tipis dan irreguler.

4. Abortus kompletus (complete)

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan

uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan

4

Page 5: Abortus Edit

dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan

uterus yang kososng.

5. Missed abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia seblum 20 minggu, tetapi

janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

6. Abortus habitualis (habitual abortion)

Abortus ghabitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga

kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar hamil, namun

kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

B. Etiologi

1. Hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi :

a. Infeksi akut, virus misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,

misalnya streptokokus.Parasit misalnya malaria.

b. Infeksi kronis, Sifilis, biasanya meyebabkan abortus pada trisemester

kedua. Tuberkolosis paru aktif, pneunomia. Keracunan, mislanya

keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

c. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,

penyakit jantung, toxemia gravidum. Gangguan fisiologis misalnya

syok, ketakutan. Trauma fisik.

d. Penyebab yang bersifat lokal, misalnya Fibroid, inkompetensia serviks.

Radang pelvis kronis, endometris. Retroversi kronis. Hubungan seksual

yang belebihan sewaktu hamil, sehingga, menyebabkan hiperemia dan

abortus. Kelainana alat kandunan. Gangguan kelenjar gondok.

Penyebab dari segi janin atau plasenta. Kematian janin akibat kelainan

bawaan. Kelainan kromososm dan lingkungan yang kurang sempurna.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan abortus spontan

a. Faktor fetal

Sekitar 2/3 abortus spontan pada trisemester pertama merupakan

anomamli kromosom dengan ½ dari jumlah tersebut adalah trisomi

5

Page 6: Abortus Edit

autusom dan sebagian lagi merupakan triploidi, tetraploidi, atau

monosomi 45X.

b. Faktor maternal

1) Faktor endokrin

Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abotus spontan

berulang, termasuk diantaranya adalah diabetes militus, tak

terkontrol, hipo, dan hipertiroid, hipersekresi luteinizing hormone,

insufiensi korpus luteum atau difungsi fase lutealdan penyakit

poliklistik ovarium.

2) Faktor anatomi

Anomali uterus termasuk malformasi kongenital, defek uterus yang

didapat (Astherman’s syndrome dan defek sekunder terhadap

dietilestilbestrol), leiomyoma, dan inkompetensia serviks.

Meskipun anomali-anomali ini sering dihubungkan dengan abortus

spontan, insiden, klasifikasi dan peranannya dalam etiologi masih

belum diketahui secara pasti.

3) Faktor immunologi

Pada kehamilan normal, sistem imun maternal tidak bereaksi

terhadap spermatozoa atau embrio. Namun 40% pada abortus

berulan diperkirakan secara immunologis kehadiran fetus tidak

dapat diterima. Respon imun dapat dipicu oleh beragam faktor

endogen dan eksogen, termasuk pembentukan antibodi antiparental,

gangguan autoimun yang mengarah pada pembentukan antibodi

autoimun (antibodi antifosfolifid, antibodi antinuclear, aktivasi sel

B poliklonal), infeksi, bahan-bahan toksik, dan stress.

4) Trombofilia

Trombofilia merupakan keadaan hiperkoagulasi yang berhubungan

dengan predisposisi terhadap trombolitik. Kehamilan akan

mengawali keadaan hiperkoagulasi dan melibatkan keseimbangan

antara jalur prekoagulan dan antikoagulan. Trombofilia dapat

merupakan kelainan yang herediter atau didapat. Terdapat

6

Page 7: Abortus Edit

hubungan antara antibodi antifosfolid yang didapat dan abortus

berulangan semacam, terapi dan kombinasi terapi yang melibatkan

heparin dan aspirin telah direkomendasikan untuk menyokong

pemeliharaan kehamilan sampai persalinan.

5) Infeksi

Infeksi-infeksi maternal yang memperlihatkan hubungan yang jelas

dengan abortus spontan termasuk sifilis, parvovirus, B19, HIV, dan

malaria. Brusellosis, suatu penyakit zoonosis yang paling sering

menginfeksi manusia melalui produk susu yang tidak dipasteurisasi

juga dapat menyebabkan abortus spontan.

6) Faktor eksogen

a) Gas anastesi

Nitrat oksida dan gas-gas anastesi lain diyakini sebagai faktor

resiko untuk nterjadinya abortus spontan. Pada suatu tinjauan

oleh Tannenbaum dkk, wanita yang bekerja di kamar operasi

sebelum dan selama kehamilan mempunyai kecendrungan 1,5

sampai 2 kali untuk mengalami abortus spontan.

b) Air yang tercemar

Suatu penelitian prospektif di california menemukan hubungan

bermakna antara resiko abortus spontan pada wanita yang

terpapar trihalometana dan terhadap slah satu turunannya,

bromodikhlorometana.

c) Dioxin

Dioxin telah terbukti menyebabkan kanker pada manusia dan

binatang, dan menyebabkan anomali reproduksi pada binatang.

d) Pestisida

Suatu peningkatan prevelensi abortus spontang terlihat

meningkat pada istri pekerja yang menggunakan pestisida di

Italia.

7

Page 8: Abortus Edit

7) Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme

Penelitian epidemiologi mengenai merokok tembakau dan abortus

spontan menemukan bahwa merokok tembakau dapat sedikit

meningkatkan resiko untuk terjadinya abortus spontan termasuk

mengonsumsi alkohol.

8) Radiasi

Radiasi ionisasi dikenal menybabkan gangguan hasil reproduksi,

termasuk malformasikongenital, restrik pertumbuhan, intaruterine

dan kematian embrio.

C. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda

asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda

asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum menembus

desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada

kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta

tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan

lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta. Hasil

konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau

benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola

kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papi raseus.

Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan

tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada

wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules

sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks

belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat

terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi

pembuahan. Hal ini disebaban oleh penembusan villi korialis kedalam desidua,

8

Page 9: Abortus Edit

pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya

merah dan cepat berhenti mules-mules.

9

Page 10: Abortus Edit

10

Fisiologi Organ Terganggu Penyakit Ibu / Bapak

Abortus (Mati janin < 16-28 minggu / BB < 400-1000 gram)

Panggul Sempit

Curetase

Abortus Spontan Abortus Provokatus

Ab. Medisinalis

Ab. Kriminalis

Ab. Imminens

Ab. Insipiens

Ab. Komplitus

Missed Abortion

Penyerapan cairan

di kolon

Post AnastesiJaringan terputus / terbuka

Penurunan syaraf vegelatif

Peristaltik

Penurunan Syaraf Oblongata

Gangguan eliminasi ( konstipasi)

Nyeri

Resiko Infeksi

Invasi bakteri

Resiko Syok

Gangguan Pemenuhan ADL

Resiko InfeksiIntoleransi aktivitas

PerdarahanResiko Syok (Hipovolemik)

Nyeri AbdomenGangguan Rasa Nyaman

Kekurangan Pengetahuan

Kekurangan Volume Cairan

Ansietas

Page 11: Abortus Edit

D. Manifestasi Klinis

Klinis Abortus Spontan

1. Abortus Immines

Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehinggga

kehamilan dapat dipertahankan dengan cara: tirah baring, gunakan

preparat progesterone, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala

dengan USG untuk melihat perkembangan janin.

2. Abortus Insipien

Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan

berusia 20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. Ditandai dengan

adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan

hasil konsepsi. Ostium bias ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak

dapat dipertahankan.

3. Abortus Inkomplitus

Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan , yang tertinggal

adalah desidua atau plasenta. Gejla: amenorea, sakit perut, mulas-mulas,

perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsel, sudah ada fetus atau

jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena

konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum

kehamilan berusia 20 minggu.

4. Abortus Komplitus

Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan , sehingga rahim kosong.

5. Missed Abortion

Adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada di alam rahim

sebelum berusia 20 minggu tetpi hasil konsepsi masih tertahan dalam

kandungan selama 6 minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG.

Komplikasi abortus :

1. Perdarahana

2. Perforasi: sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuratese yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus

11

Page 12: Abortus Edit

4. Payah ginjal akut

5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis

12

Page 13: Abortus Edit

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN KOMPLIKASI ABORTUS

A. PengkajianPengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi

klien.

1. Data Subjektif

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi;

nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan

datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan

keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.

Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung,

mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan

lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.

c. Riwayat Kesehatan, yang terdiri atas:

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi

ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan

pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari

usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami

oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan

tersebut berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang

pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah

ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

13

Page 14: Abortus Edit

f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan

dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan

dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan

anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana

keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis

kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-

obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,

baik sebelum dan saat sakit.

l. Data psikososial

1) Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi

dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan

mekanisme koping yang digunakan.

2) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

m. Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME,

dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan

2. Data Objektif

a. Sirkulasi: pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang

banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral

dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil,

pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri.

b. Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas

cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada

14

Page 15: Abortus Edit

simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas

normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu

pernafasan.

c. Circulation : pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang

banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral

dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil,

pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri

d. Integritas Ego: Dapat menunjukkan labilitas emosional dari

kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/

pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam

pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan

untuk menghadapi suasana baru. Pada pasien abortus kemungkinan

terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien tampak lemah.

e. Eliminasi: Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat,

bising usus tidak ada. Makanan/ cairan: Abdomen lunak dengan tidak

ada distensi pada awal.

f. Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak

anestesi spinal epidural.

g. Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari

berbagai sumber: misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/

abdomen, efek-efek anestesi: mulut mungkin kering.

h. Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi

karena pemasangan infus dan nyeri tekan.

i. SeksualitasL: Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.

3. Pemeriksaan fisik, meliputi:

a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya

terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan

penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain: Mengobservasi kulit

terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola

pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,

15

Page 16: Abortus Edit

pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan

fifik, dan seterusnya

b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari.

1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus.

2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor.

3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ

atau jaringan yang ada dibawahnya.

1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

2) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi

yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk

tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising

usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005:39)

4. Sekunder Assessment

a. Eksposure: pasien tampak pucat

b. Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu

meningkat

c. Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada

pelvic

16

Page 17: Abortus Edit

d. Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi,

menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan

kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), riwayat penyakit

kronis atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.

5. Pemeriksaan laboratorium/ Diagnostik

a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji

perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada pembedahan

urinalisis, kultur urine, darah vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan

tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.(Doengoes, MZ, &

Mary P.M., 2001).

b. Pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

c. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,

apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan

menggunakan KB jenis apa.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan .

6. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan pervagina.

C. Intervensi Keperawatan

N

o

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi

1 Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan perdarahan

NOC:

2. Fluid balance

3. Hydration

4. Nutritional Status :

Food and Fluid

NIC:

Fluid Management

1. Timbang popok/

pembalut jika

17

Page 18: Abortus Edit

Intake

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Mempertahankan

urine output

sesuai dengan usia

dan BB, BJ urine

normal, HT

normal

2. Tekanan darah,

nadi, suhu tubuh

dalam batas

normal

3. Tidak ada tanda

dehidrasi,

elastisitas turgor

kulit baik,

membrane

mukosa lembab,

tidak ada rasa

haus yang

berlebihan

diperlukan

2. Pertahankan catatan

intake dan output yang

akurat

3. Monitor status hidrasi,

jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan

makanan/cairan dan

hitung intake kalori

harian

6. Kolaborasi emberian

cairan IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan IV pada

suhu ruangan

9. Dorong masukan oral

10. Berikan penggantian

nesogatrik sesuai

output

11. Dorong keluarga untuk

membantu pasien

makan

12. Tawarkan snack

13. Kolaborasi dengan

dokter

14. Atur kemungkinan

transfuse

15. Persiapan untuk

tranfusi.

Hypovolemia

18

Page 19: Abortus Edit

Management

1. Monitor status cairan

termasuk intake dan

output cairan

2. Pelihara IV line

3. Monitor tingkat Hb

dan hematokrit

4. Monitor tanda vital

5. Monitor respon pasien

terhadap penambahan

cairan

6. Monitor BB

7. Dorong pasien

menambah intake oral

8. Pemberian cairan IV

monitor tanda dan

gejala kelebihan

volume cairan

9. Monior adanya tanda

gagal ginjal

2 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan,

penurunan sirkulasi

NOC :

§  1. Energy conservation

§  2. Self Care : ADLs

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Berpartisipasi

dalam aktivitas

fisik tanpa disertai

peningkatan

NIC :

Energy Management

1. Observasi adanya

pembatasan klien

dalam melakukan

aktivitas

2. Dorong anal untuk

mengungkapkan

perasaan terhadap

keterbatasan

3. Kaji adanya factor

19

Page 20: Abortus Edit

tekanan darah,

nadi dan RR

2. Mampu

melakukan

aktivitas sehari

hari (ADLs)

secara mandiri

yang menyebabkan

kelelahan

4. Monitor nutrisi dan

sumber energi yang

adekuat

5. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

6. Monitor respon

kardivaskuler terhadap

aktivitas

7. Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat

pasien

Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan

Tenaga Rehabilitasi

Medik

dalammerencanakan

progran terapi yang

tepat.

2. Bantu klien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang mampu

dilakukan

3. Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten

yangsesuai dengan

kemampuan fisik,

20

Page 21: Abortus Edit

psikologi dan social

4. Bantu untuk

mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk

aktivitas yang

diinginkan

5. Bantu untuk

mendpatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

6. Bantu untu

mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk

membuat jadwal

latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga

untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

9. Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif

beraktivitas

10. Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

11. Monitor respon fisik,

emoi, social dan

spiritual

21

Page 22: Abortus Edit

3 Nyeri berhubungan

dengan kerusakan

jaringan intra uteri

NOC:1. Tingkat nyeri

2. Nyeri terkontrol

3. Tingkat

kenyamanan

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Mengontrol nyeri,

dengan indikator :

a. Mengenal

faktor-faktor

penyebab

b. Mengenal onset

nyeri

c. Tindakan

pertolongan

non

farmakologi

d. Menggunakan

analgetik

e. Melaporkan

gejala-gejala

nyeri kepada

tim kesehatan.

f. Nyeri

terkontrol

2. Menunjukkan

tingkat nyeri,

NIC:

Manajemen nyeri:

1. Lakukan pegkajian

nyeri secara

komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas dan ontro

presipitasi.

2. Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien

sebelumnya.

4. Kontrol ontro

lingkungan yang

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan,

kebisingan.

5. Kurangi faktor

presipitasi nyeri.

6. Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologis/non

farmakologis)..

7. Ajarkan teknik non

22

Page 23: Abortus Edit

dengan indikator:

a. Melaporkan

nyeri

b. Frekuensi nyeri

c. Lamanya

episode nyeri

d. Ekspresi nyeri;

wajah

e. Perubahan

respirasi rate

f. Perubahan

tekanan darah

farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk

mengetasi nyeri.

8. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri.

9. Evaluasi tindakan

pengurang nyeri/ontrol

nyeri.

10. Kolaborasi dengan

dokter bila ada

komplain tentang

pemberian analgetik

tidak berhasil.

11. Monitor penerimaan

klien tentang

manajemen nyeri.

Administrasi analgetik:.

1. Cek program

pemberian analogetik;

jenis, dosis, dan

frekuensi.

2. Cek riwayat alergi.

3. Tentukan analgetik

pilihan, rute pemberian

dan dosis optimal.

4. Monitor TTV sebelum

dan sesudah pemberian

analgetik.

5. Berikan analgetik tepat

waktu terutama saat

nyeri muncul.

23

Page 24: Abortus Edit

6. Evaluasi efektifitas

analgetik, tanda dan

gejala efek samping.

4 Risiko infeksi

berhubungan dengan

kondisi vulva lembab

NOC:

1. Immune Status

2. Knowledge:

Infection control

3. Risk control

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

2. Mendeskripsikan

proses penularan

penyakit, factor

yang

mempengaruhi

penularan serta

penatalaksanaanny

a

3. Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah

timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit

dalam batas normal

5. Menunjukkan

NIC:

Kontrol Infeksi

1. Bersihkan lingkungan

setelah dipakai pasien

lain

2. Pertahankan teknik

isolasi

3. Batasi pengunjung bila

perlu

4. Instruksikan pada

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah

berkunjung

meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun

antimikrobia untuk

cuci tangan

6. Cuci tangan setiap

sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan

7. Gunakan baju, sarung

tangan sebagai alat

pelindung

8. Pertahankan

lingkungan aseptic

selama pemasangan

24

Page 25: Abortus Edit

perilaku hidup

sehat

alat

9. Ganti letak IV perifer

dan line central dan

dressing sesuai dengan

petunjuk umum

10. Gunakan kateter

intermiten untuk

menurunkan infeksi

kandung kecing

11. Tingkatkan intake

nutrisi

12. Berikan terapi

antibiotic bila perlu

Infection Protection

1. Monitor tanda dan

gejala infeksi infeksi

sistemik dan local

2. Monitor hitung

granulosit, WBC

3. Monitor kerentanan

terhadap infeksi

4. Batasi pengunjung

5. Sering pengunjung

terhadap penyakit

menular

6. Pertahankan teknik

aspesis pada pasien

yang berisiko

7. Pertahankan teknik

isolasi

8. Berikan perawat kulit

25

Page 26: Abortus Edit

pada area epidema

9. Inspeksi kondisi luka/

insisi bedah

10. Dorong masukan

nutrisi yang cukup

11. Dorong masukan

cairan

12. Dorong istirahat

13. Instruksikan pasien

untuk minum

antibiotic sesuai resep

14. Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan

gejala infeksi

15. Ajarkan cara

menghindari infeksi

16. Laporkan kecurigaan

infeks

17. Laporkan kultur positif

5 Ansietas

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan .

.

NOC :

§  1. Anxiety control

§  2. Coping

§  3. Impulse control

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Klien mampu

mengidentifikasi

dan

NIC :

Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan

yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap

pelaku pasien

3. Jelaskan semua

prosedur dan apa yang

dirasakan selama

26

Page 27: Abortus Edit

mengungkapkan

gejala cemas

2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan

dan menunjukkan

tehnik untuk

mengontol cemas

3. Vital sign dalam

batas normal

4. Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

prosedur

4. Pahami prespektif

pasien terhdap situasi

stres

5. Temani pasien untuk

memberikan keamanan

dan mengurangi takut

6. Berikan informasi

faktual mengenai

diagnosis, tindakan

prognosis

7. Dorong keluarga untuk

menemani anak

8. Lakukan back / neck

rub

9. Dengarkan dengan

penuh perhatian

10. Identifikasi tingkat

kecemasan

11. Bantu pasien

mengenal situasi yang

menimbulkan

kecemasan

12. Dorong pasien

untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

13. Instruksikan pasien

menggunakan teknik

relaksasi

14. Berikan obat untuk

27

Page 28: Abortus Edit

mengurangi kecemasan

6 Risiko syok

berhubungan dengan

perdarahan pervagina

NOC:

1. Syok prevention

2. Syok management

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam,

klien dapat :

1. Nadi dalam batas

yang diharapkan

2. Irama jantung

dalam batas yang

diharapkan

3. Frekuensi nafas

dalam batas yang

diharapkan

4. Irama pernapasan

dalam batas yang

diharapkan

5. Natrium serum

dbn

6. Kalsium serum

dbn

7. Klorida serum

dbn

8. Kalium srum dbn

9. Magnesium serum

dbn

10.pH darah serum

dbn

NIC :

Syok prevention

1. Monitor status

sirkulasi BP, warna

kulit, suhu kulit,

denyut jantung, HR

dan ritme, nasi perifer,

dan kapiler refill.

2. Monitor tanda

inadekuat oksigen

jaringan

3. Monitor suhu dan

pernapasan

4. Monitor input dan

output

5. Pantau nilai labor:

HB, HT, AGD, dan

elektrolit

6. Monitor hemodinamik

invasi yang sesuai

7. Monitor tanda dan

gejala asites

8. Monitor tanda awal

syok

9. Tempatkan pasien

pada posisi supine,

kaki elevasi untuk

peningkatkan preload

dengan tepat

28

Page 29: Abortus Edit

10. Lihat dan pelihara

kepatenan jalan nafas

11. Berikan cairan IV dan

atau oral yang tepat

12. Berikan vasodilator

yang tepat

13. Ajarkan keluarga dan

pasien tentang tanda

dan gejala datangnya

syok

14. Ajarkan keluarga dan

pasien tentang langkah

untuk mengatasi gejala

syok

Syok management

1. Monitor fungsi

neurologis

2. Monitor fungsi renal

3. Monitor tekanan nadi

4. Monitor status cairan,

input output

5. Catat gas darah arteri

an oksigen dijaringan

6. Monitor EKG

7. Memanfaatkan

pemantauan jalur arteri

untuk meningkatkan

akurasi pembacaan

tekanan darah

8. Menggambarkan gas

arteri dan memonitor

29

Page 30: Abortus Edit

jaringan oksigen

9. Memantau tren dalam

parameter

hemodinamik

(misalnya CVP,MAP,

tekanan kapiler

pulmonal/arteri)

10. Memantau factor

penentu pengiriman

jaringan oksigen, jika

tersedia

11. Memantau tingkat

karbon dioksida

sublingual dan/ atau

tonometry lambung,

sesuai

12. Memonitor gejala

gagal pernapasan

(misalnya, rendah

PaO2 peningkatan

PaCO2 tingkat,

kelelahan otot

pernapasan)

13. Monitor nilai

laboratorium (missal,

CBC dengan

diferensial) koagulasi

profil, ABC, tingkat

laktat, budaya, dan

profil kimia)

14. Masukkan dan

30

Page 31: Abortus Edit

memelihara besarnya

kobosanan akses IV

D. Pelaksanaan

Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-

faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena factor alamiah. Aspek klinis abortus

spontaneus meliputi :

1. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari

uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus, dan tampa adanya dilatasi serviks. Diagnosis Abortus

Imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh

pertama kehamilan.yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan,

dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut.

Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri

dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan

tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul digaris

tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama

beberpa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat

dilanjutkan.

Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar

gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesterone serum, yang

diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan

apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan teknik

pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam

mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. setelah konseptus meninggal,

31

Page 32: Abortus Edit

uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa

untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin

dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan proses

pengambilan keputusan ini. Apabila didalam rongga uterus terdapat

jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

b. Terapi hormone progesterone intramuscular atau dengan berbagi

zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuscular.

Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

c. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih

hidup.

2. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang

meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa

mules menjadi lebih sering dan kuat perdarahan bertambah. Pengeluaran

hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam

ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus

dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera

lakukan :

1) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuscular (dapat diulang

setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 meg per oral

(dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).

2) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi

dari uterus.

b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

32

Page 33: Abortus Edit

1) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa

hasil konsepsi.

2) Jika perlu, lakukan infuse 20 unit oksitosin dalam 500 ml

cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat)

dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi

hasil konsepsi.

3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

c. Abortus Inkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal

dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan

diuterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda

utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan

kadang-kadang sedemikian massif sehingga menyebabkan hipovolemia

berat. Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan

cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar

melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler atau miso prostol 1400 mcg per oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia

kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin

0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)

atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4

jam bila perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :

33

Page 34: Abortus Edit

a) Berikan infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan

intravena (garam fisiologis) atau ringer laktat dengan

kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4

jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800

mcg)

c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d. Abortus Kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,

dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila

hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya

sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak

memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu

diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat

maka perlu diberikan transfuse darah.

e. Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus

dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga

semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi

besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan

ditemukan serviks membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba

jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan

Kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

f. Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,

tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau

lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh

34

Page 35: Abortus Edit

hormone progesterone. Pemakaian hormone progesterone pada abortus

imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Diagnosis

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus

imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah

pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak

mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes

kehamilan menjadi negative. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan

segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia

kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang

disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia,

sehingga pemeriksaan kea rah ini perlu dilakukan.

Penanganan

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil

konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung

dariberbagai factor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah

mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati

lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu factor mental penderita

perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa

gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin

supaya janin secepatnya dikeluarkan.

g. Abortus Habitualis

Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,

tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan:

1. Perdarahan berkurang- teratasi

2. Tidak terjadi syok

3. Nyeri berkurang/ terkontrol

35

Page 36: Abortus Edit

4. Tidak terjadi infeksi

5. Cemas klien berkurang

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Jadi dapat disimpulkan abortus adalah keluarnya janin sebelum waktunya

dan belum dapat hidup dilingkungan luar. Hal yang dapat menyebabkan abortus

dapat dibagi menjadi Infeksi akut, infeksi kronis, penyakit kronis, dan penyebab

yang bersifat lokal. Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti

nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap

benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

benda asing tersebut. Manifestasi klinis dari abortus yaitu pada abortus immines

adalah keguguran belum terjadi sehinggga kehamilan dapat dipertahankan dengan

cara: tirah baring, gunakan preparat progesterone, tidak berhubungan badan,

evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin; abortus

insipient, ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim

untuk mengeluarkan hasil konsepsi; abortus inkomplitus memiliki gejala

amenorea, sakit perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa

stolsel, sudah ada fetus atau jaringan yang keluar; dan abortus komplitus adalah

seluruh hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga rahim kosong; missed abortion

adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada di alam rahim sebelum

berusia 20 minggu.

36

Page 37: Abortus Edit

Asuhan keperawatan pada abortus terdiri dari pengkajian,diagnose,

perencanaan dan evaluasi. Dimana masing masing dibuat sesuai aturan yang telah

ada.

B. Saran

Diharapakan tenaga kesehatan khususnya perawat mampu melaksanakan

asuhan keperawatan pada ibu hamil. Menganjurkan ibu untuk melakukan

pemeriksaan secara teratur agar dapat terdeteksi secara dini bila ada kelainan

sehubungan dengan kehamilannya. Setiap ibu harus mempersiapkan mental dan

fisiknya dalam setiap kehamilan agar status kesehtan ibu dan janin tetap optimal.

Menganjurkan pada ibu hamil untuk segera ke puskesmas atau rumah sakit

terdekat bila mengalami salah satu dari tanda bahay kehamilan.

37

Page 38: Abortus Edit

DAFTAR PUSTAKA

Arisuryawan.2013. Askep abortus Inkomplit. Http://arisuryawan58.wordpress

.com/2013/11/20/askep-abortus-inkomplit/. Diakses tanggal 12 September

2014.

Ayu. 2013. Askep Abortus. Http://ayanurse38.blogspot.com/2013/04/askep-

abortus.html. Diakses tanggal 13 September 2014.

Hidayat.2002. Askep Abortus. Http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-

abortus/. Diakses tanggal 13 September 2014.

Helda. 2013. Askep Abortus. Http://heldaupik.blogspot.com/2013/11/askep-

abortus.html. Diakses tanggal 12 September 2014.

Nanda International. 20013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata: EGC.

Novita. 2013. Askep Abortus. Http://novitakeperawatan.blogspot.

com/2013/07/askep-abortus_2197.html. Diakses tanggal 14 September

2014.

Sukarni K., Icemi &Wahyu. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Yogyakarta: Nuha Medika.

38