aksm

21
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Advokasi 1 Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk menciptakan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini merupakan law enforcement  yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk  berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Advokasi merupakan strategi penting dalam  promosi kesehatan. 2.1.1. Pengertian advokasi 1,2,3,4  Menurut Foss & Foss et al. dan Toulmin, advokasi adalah upaya persuasif yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu. Menurut Johns Hopkins School for Public Health, advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam  bentuk komunikasi persuasif. WHO seperti dikutip UNFPA dan BKKBN, mengungkapkan bahwa, “  Advocacy is a combination on individual and social action design to gain political commitment, policy support, social acceptance and  systems support for particular health goal or program me”. Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan,  penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah "valid information" (untuk input), "  free choice", atau "  persuasive". Ringkasnya, advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara persuasif untuk memengaruhi kebijakan publik dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat. Menurut Depkes, advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.  

Upload: sekiann

Post on 10-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AKSM

TRANSCRIPT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Advokasi1Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk menciptakan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini merupakan law enforcement yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Advokasi merupakan strategi penting dalam promosi kesehatan. 2.1.1. Pengertian advokasi1,2,3,4Menurut Foss & Foss et al. dan Toulmin, advokasi adalah upaya persuasif yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu. Menurut Johns Hopkins School for Public Health, advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif. WHO seperti dikutip UNFPA dan BKKBN, mengungkapkan bahwa, Advocacy is a combination on individual and social action design to gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular health goal or programme.Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah "valid information" (untuk input), "free choice", atau "persuasive". Ringkasnya, advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara persuasif untuk memengaruhi kebijakan publik dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.Menurut Depkes, advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.Advokasi menurut Kementrian Kesehatan RI adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari seluruh pemangku kebijakan.Advokasi dapat juga diartikan sebagai proses di mana individu atau grup berusaha membentuk perubahan sosial atau organisasional demu tujuan kesehatan tertentu.Tiga jenis bentuk advokasi antara lain: Advokasi kebijakan, meliputi data dan pendekatan untuk melakukan advokasi kepada para politisi senior dan administrator tentang dampak dari isu di tingkat nasional, dan perlu adanya tindakan. Advokasi program, digunakan pada tingkatan lokal atau tingkatan komunitas untuk meyakinkan pemimpin opini tentang perlunya tindakan lokal. Advokasi bentuk terkait, meliputi advokasi media untuk menghasilkan dukungan dari pemerintah dan donor, memvalidasi relevansi subjek, menempatkan masalah ke dalam agenda publik, dan mendorong media untuk meliput isu-isu terkait secara teratur dan secara bertanggung jawab.

2.1.2. Tujuan Advokasi1Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:Tujuan UmumDiperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima perubahan.4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)Hasil yang diharapkanAdanya pengertian, kepedulian, dan dukungan terhadap upaya, program, dan kegiatan di bidang kesehatan.

2.1.3. Sasaran dan Pelaku dalam Advokasi1Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan.Pelaku advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh. Diharapkan mereka memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khusunya melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok saaran.

2.1.4. Pendekatan dan Strategi dalam Advokasi1Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan BKKBN, terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.

2.1.5. Langkah-langkah pokok dalam advokasi1Menurut Sharma, terdapat delapan unsur dasar dalam advokasi, yauti penetapan tujuan, pemanfaatan data, identifikasi khalayak sasaran, pengembangan dan penyampaian pesan, membangun koalisi, membuat penyajian atau presentasi yang persuasif, penggalangan dana dan evaluasi. Menurut Depkes (2007), terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara lain sebagai berikut:1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasiMasalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi, dan menentukan tujuan yang realistis. adanya data sering kali menjadi argumen yang sangat persuasif.2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaranSasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan (decision maker) atau penentu kebijakan (policy makers), baik dibidang kesehatan maupun diluar sektor kesehatan yang berpengaruh terhadap publik. Tujuannya agar pembuat keputusan kengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi,dan yang menguntungkan kesehatan. dalam mengidentifikasi sasaran perlu ditetapkan siapa saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa kecenderungannya, dan apa harapan kedepannya.3. Siapkan dan kemas bahan informasiTokoh politik mungkin termotivasi dan akan mengambil keputusan jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh sebab itu, penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator. Kata kunci untuk bahan informasi ini adalah informasi yang akurat, tepat, dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini meliputi:- Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar belakang masalahnya, alternatif mengatasinya, usulan peran atau tindakan yang diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaiannya. Bahan informasi juga minimal memuat tentang 5W dan 1H (what, why, who, where, when dan how) tentang permasalahan yang diangkat.- Dikemas menarik, ringkas, jelas, dan mengesankan.- Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertai data pendukung, ilustrasi contoh, gambar, dan bagan.- Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi, apakah sebelum, saat, atau setelah pertemuan.4. Rencakan teknik atau cara atau kegiatan operasionalBeberapa teknik atau kegiatan operasional advokasi dapat meliputi konsultasi, lobi, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, negosiasi atau resolusi konflik, pertemuan khusus, debat publik, petisi, pembuatan opini, dan seminar-seminar kesehatan.

5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindakan lanjutUpaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah disusun, memantau dan mengevaluasinya, serta melakukan tindakan lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan serta menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk menjadi advokat yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan dan evaluasi terhadap upaya advokasi yang telah dilakukan.

2.1.6. Peran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Advokasi Kesehatan1Menurut Depkes (2007), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran dalam advokasi kesehatan, antara lain sebagai berikut.1. Merumuskan masalah atau isu, berhubungan dengan hal-hal yang perlu dilakukan untuk advokasi2. Menetapkan arah atau kebijakan atau strategi dengan menetapkan tujuan, sasaran pencapaian, dan strategi pelaksanaan advokasi.3. Menentukan sasaran, siapa yang perlu diadvokasi.4. Memilih pelaku, siapa yang akan melakukan advokasi.5. Menysun bahan advokasi, menguasai tim penyusun bahan advokasi dan menetapkannya.6. Mengembangkan kemitraan dengan cara membangun dan mengembangkan kemitraan untuk advokasi.7. Mengelola kegiatan advokasi, dengan merencanakan, menggerakkan pelaksanaan, memantau, mengawasi, dan menilai kegiatan advokasi.2.1.7. Indikator keberhasilan1Indikator OutputAdanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana,sarana, kemudahan, atau keterlibatan dalam kegiatan/gerakan.Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, perda, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan dengan masalah kesehatan.

Indikator prosesAdanya rencana kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi, berupa forum, jaringan, dan kerja sama.

Indikator inputAdanya sasaran yang jelas, bahan informasi/advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi.

2.1.8. Advokasi dalam Pengendalian TB5Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat mencakup peraturan perundang-undangan di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan lain sebagainya. Strategi advokasi yang digunakan adalah melakukan pendekatan kepada pengambil keputusan, media massa dan sektor terkait sehingga dapat dikeluarkan pernyataan dukungan untuk Program Pengendalian TB. Strategi ini dilakukan untuk menjawab isu startegis tentang kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait di daerah untuk Pengendalian TB. Dalam pendanaan juga perlu dilakukan peningkatan kapasitas pengelola program dalam menyusun perencanaan anggaran sebagai dasar advokasi.Rencana kegiatan operasional advokasi dalam program pengendalian TB antara lain:a. Mengembangkan media advokasi kit TBMedia advoaksi kit perlu ditinjau dan dikembangkan sesuai masalah dan perkembangan program pengendalian TB terkini serta kecenderungannya ke depan untuk dijadikan bahan pelaksanaan advokasi baik di pusat maupun daerah.b. Menyusun modul pelatihan advokasi bagi Tim AKMS TBModul pelatihan advokasi bagi tim AKMS TB dilaksanakan agar pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dan perlu menyiapkan modul, pedoman, bahan dan melaksanakan advokasi.c. Melakukan pelatihan advokasi bagi Tim AKMS TB di Propinsi dan KabupatenPelatihan advokasi dilaksanakan bagi tim AKMS TB yang terdiri dari lintas sektor dan lintas program terkait.d. Melaksanakan AdvokasiPelaksanaan advokasi dilakukan kepada pemangku kebijakan baik di dalam maupun diluar lingkungan program kesehatan yang mendukung pelaksanaan TB termasuk penyediaan anggaran untuk OAT selama 5 tahun ke depan untuk kesinambungan ketersediaannya.e. Melaksanakan advokasi kepada media massaKegiatan ini dilakukan untuk menjadikan Program TB masuk sebagai agenda pemberitaan di media massa diantaranya berupa workshop media untuk TB.f. Menempatkan TB dalam agenda kesehatan daerah (media relation)Pelaksanaan pers briefing dan jumpa pers secara berkesinambungan dengan memanfaatkan setiap tanggal-tanggal penting dalam kesehatan seperti Hari TB Sedunia, Hari Tanpa Tembakau, Hari Kesehatan Dunia dan Nasional dan lain-lain.g. Meningkatkan kapasitas pelaksana program dalam penyusunan anggaran melalui budgeting and planning toolkit.

2.2.Komunikasi1,52.2.1.Pengertian KomunikasiKomunikasi berasal dari bahasa latin communis, dalam bahasa Inggris common, yang berarti "sama". Berkomunikasi (to communicate) berarti kita berusaha menimbulkan persamaan (commonness) sikap dengan seseorang. Menurut Azwar, komunikasi diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan baik antara individu dan orang lainnya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang lain untuk mencapai pengertian dan persamaan sikap. Tujuan utama komunikasi adalah menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan.Komunikasi merupakan proses kompleks (verbal dan nonverbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Komunikasi tidak hanya mengacu pada isi, tetapi juga perasaan dan emosi ketika individu menyampaikan hubungan.

2.2.2.Unsur-unsur komunikasiDi dalam komunikasi setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination). Akan tetapi, pendapat lain menyatakan bahwa pembagian yang paling banyak dianut adalah pembagian berdasarkan empat unsur yaitu sumber, pesan, media, dan sasaran. Terdapat pula pendapat bahwa komunikasi terbagi menjadi enam unsur yakni, sumber, pesan, media, sasaran, umpan balik, dan akibat. Tidak ada perbedaan mendasar di antara beberapa pendapat tersebut, tetapi justru dipandang saling melengkapi.Untuk memperluas pemahaman terutama berkaitan dengan aplikasi komunikasi dalam promosi kesehatan, maka akan dijelaskan komunikasi berdasarkan enam unsur. Sumber atau pengirimSumber adalah pengirim berita atau komunikator. Sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu. PesanPesan (berita) adalah rangsangan (stimulus) yang disampaikan submer kepada sasaran. Penyampaian pesan dapat berbentuk simbol bahasa, baik lisan maupun tulisan, yang disebut komunikasi verbal atau dalam bentuk simbol-simbol tertentu, misalnya ekspresi muka, dan gerak tubuh (disebut juga komunikasi nonverbal). Isi simbol dari pesan disebut informasi, dan jika sifatnya sesuatu yang baru disebut inovasi. MediaMedia adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran. Jenis dan bentuk media sangat bervariasi , dari yang tradisional, mulut ke mulut, kentongan, tulisan, sampai dengan penggunaan media elektronik yang modern, yakni telepon seluler, tv dan internet. Secara umum dikenal dua macam media, yaitu media masa (surat kabar, TV, majalah, radio, dan internet) dan media antara pribadi (telepon, surat menyurat, dan pembicaraan lainnya)

Sasaran/penerimaSasaran adalah penerima pesan. Seperti sumber, sasaran dapat perorangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu. Umpan balikKomunikasi merupakan proses yang terus menerus. Umpan balik (feedback) adalah reaksi sasaran terhadap pesan yang disampaikan sumber. Komunikasi dapat berjalan baik atau tidak ditentukan umpan balik atau reaksi sasaran, yang dapat dipergunakan ole sumber untuk memperbaiki komunikasi yang dilakukan. AkibatAkibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Tujuan akhir kegiatan komunikasi adalah perubahan perilaku.Referen adalah stimulus yang memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. referen dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan. Individu yang secara sadar memperhitungkan referen dalam interaksi interpersonal dapat dengan hati-hati mengembangkan dan mengatur pesan.

2.2.3.Faktor yang mempengaruhi komunikasiAgar proses komunikasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, tujuh faktor perlu diperhatikan (dikenal dengan tujuh C) antara lain sebagai berikut: CredibilitySumber harus memiliki kredibilitas tinggi, agar mempermudah kepercayaan sasaran terhadap pesan yang disampaikan. ContentHendaknya pesan yang disampaikan mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran ContextPesan yang disampaikan ada hubungan dengan kepentingan dan kebutuhan sasaran, serta realitas sehari-hari. ClarityPesan yang disampaikan harus jelas, sehingga harus diupayakan untuk memilih pesan yang ketika disampaikan, akan lebih mudah diterima. Continuity and consistencyHal ini yang berarti pesan yang disampaikan harus sering dan terus menerus disampaikan serta bersifat konsisten/tetap. Jika pesan berubah-ubah, keberhasilan komunikasi akan sulit dicapai. ChannelsHal ini berarti harus dapat dipilih media yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Capability of audienceHal ini berarti bahwa dalam menyampaikan pesan, harus diperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.Semua faktor tersebut saling berhubungan dan berpengaruh pada semua unsur komunikasi, yakni sumber, pesan, media dan sasaran, selain berpengaruh juga terhadap umpan balik dan akibat.

2.2.4.Komunikasi kesehatanKomunikasi dalam bidang kesehatan merupakan pengiriman pesan antara pengirim dan penerima disertai interaksi di antara keduanya. Hal ini bertujuan menumbuhkan kepercayaan, menyebabkan kenyamanan, menimbulkan kepuasan, meningkatkan pengobatan, dan menuju kesembuhan. Menurut Rasmuson (1988), komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi massa, desain instruksional, pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi kesehatan.Dengan meningkatnya perhatian pada pemeliharaan kesehatan dasar, teknologi kesehatan, kampanya massa, komunikasi pembangunan, prinsip pemasaran sosial dan analisis perilaku berkontribusi terhadap perkembangan komunikasi kesehatan masyarakat. PErkembangan yang terjadi telah menyebabkan pergeseran komunikasi kesehatan masyarakat dari strategi yang sebagian demi sebagian (piecemeal strategic) ke arah proses yang menyeluruh berdasarkan hasil penelitian dan perencanaan yang berfokus pada konsumen. Bentuk komuikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan adalah komunikasi di dalam diri, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi masa. Komunikasi dalam diri individu (intrapersonal communication)Komunikasi intrapersonal merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan komunikasi intrapersonal adalah kesadaran diri yang memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep diri yang positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat memebantu petugas kesehatan mengekspresikan diri secara tepat kepada orang lain. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi langsung bertatap muka, baik secara individu maupun kelompok. Metode komunikasi antarpribadi yang paling baik adalah konseling karena memungkinkan dialog terbuka tanpa kehadiran pihak ketiga, lengkap, dan keberhasilannya dapat segera dinilai. Kekurangan komunikasi antarpribadi adalah membutuhkan waktu, tenaga, dan baiay lebih, dengan keterbatasan sasaran yang terjangkau. Komunikasi antarpribadi yang sehat dapat menghasilkan pemecahan masalah, menumbuhkan berbagai ide, pengambilan keputusan, dan perkembangan pribadi. Petugas kesehatan dapat menbantu klien berkomunikasi dalam tingkat antarpribadi yang bermakna.Efektivitas komunikasi antarpribadi ditentukan oleh tiga hal berikut ini.1. Empati, berarti menempatkan diri pada kedudukan orang lain2. Respek terhadap perasaan dan sikap orang lain3. Jujur dalam menganggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi Komunikasi massa (mass communication)Komunikasi massa adalah penggunaan media massa (tv, radio, dan media cetak) untuk penyampaian pesan atau onformasi kepada masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi massa tidak hanya terbatas pada penggunaan media cetak dan elktronik, juga melalui penggunaan media tradidional. Penggunaan media massa, memungkinkan sasaran yang dicapai lebih banyak sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya.Komunikator kompeten yang menghadapi penonton, membutuhkan kemampuan untuk membayangkan dirinya berbicara pada sebuah kelompok. Kemampuan khusus seperti, penggunaan postur, gerak tubuh, dan nada bicara membantu pembicara untuk mengekspresikan ide-idenya.2.2.5.Proses perencanaan komunikasi kesehatanSecara umum, pengembangan program perencanaan komunikasi yang efektif dan efisien digambarakan dalam bentuk diagram P atau lebih dikenal sebagan P process (The John Hopkins University).Tahap I : Analisis Khalayak dan Program1.Meninjau khalayak potensial2.Mengkaji kebijaksanaan dan program yang ada3.Mencari lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program4.Mengevaluasi sumber daya KIEDi dalam analisis khalayak sasaran yang ditinjau adalah : Khalayak sasaran (lingkungan sosial) untuk menentukan faktor-faktor demografi, geografi, ekonomi, dan sosial yang berpengaruh terhadap kegiatan KIEDalam analisis program yang ditinjau adalah : Kebijaksanaan, program dan kegiatan-kegiatan yang telah ada Kemampuan lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program Kapasitas sumber daya KIE untuk bisa digunakan

Tahap II : Penyusunan Rancangan Program1. Menentukan tujuan komunikasi2. Mengidentifikasi khalayak sasaran3. Mengembangkan pesan4. Memilih media5. Merencanakan dukungan, penguatan interpersonal6. Menyusun rencana kegiatan

Penyusunan rancangan program dapat diidentifikasi dan ditentukan melalui 8 komponen rumusan: Menentukan tujuan Mengidentifikasikan khalayak sasaran Pengembangan pesan Pemilihan media Memperkuat dukungan antar pribadi Jadwal kerja Anggaran Struktur organisasiTahap III : Pengembangan, Uji Coba, Penyempurnaan dan Produksi Media1. Mengembangkan konsep pesan2. Melakukan pre-test atau uji coba terhadap khalayak sasaran3. Merumuskan pesan lengkap dan bentuk kemasannya4. Melakukan pre-test atau uji coba tahap lanjutan terhadap khalayak sasaran5. Melakukan uji ulang terhadap bahan KIE yang ada (sudah pernah dibuat dan akan diproduksi ulang)

Tahap IV : Penerapan dan Pemantauan1. Mengelola iklim organisasi2. Menerapkan rencana kegiatan3. Memantau hasil programPengelola program harus terampil dalam memutuskan tiga hal : Mengelola iklim organisasi : pendekatan untuk menjangkau sasaran program harus belajar dari pengalaman, tidak mengkritik Mengelola manusia : mengetahui kapan harus memberi petunjuk, kapan harus mendelegasikan tanggungjawab dan kapan harus mendorong staf untuk berkarya yang kreatif Mengelola tugas : mendorong dalam mengejar kegiatan yang produktif dan menghentikan kegiatan yang tidak produktif serta mengetahui bahwa menghentikan kegiatan yang tidak produktif seringkali lebih efisienLangkah-langkah penerapan adalah : Memproduksi pesan final dan materi berdasarkan hasil pre-test Menjadwalkan dan mengintegrasikan penyebaran materi melalui jalur yang efektif untuk mendapatkan dampak yang maksimal Melatih tenaga yang akan menggunakan materi KIE Mengedarkan jadwal penerapan program dan laporan-laporan secara luasLangkah-langkah pemantauan adalah : Memantau jumlah produksi bahan KIE Memantau penyebaran di media dan melalaui komunikasi antar pribadi Memantau struktur internal dan ketaatan petugas, jadwal kerja dan anggaran Memantau dan memperkuat hubungan kerja dengan lembaga lain termasuk petugas kesehatan dan organisasi yang telah mendukung maupun yang belum Membuat revisi yang diperlukan untuk penyempurnaan rancangan

Tahap V : Evaluasi dan Rancang Ulang1. Mengukur dampak keseluruhan2. Menyusun rancangan ulang untuk periode berikutnya

Langkah langkah yang ditempuh adalah : Mengukur dan melacak kesadaran, pengenalan, pemahaman, mengingat kembali dan praktek dengan menggunakan teknik riset yang sesuai dan dapat dijangkau untuk mendapatkan umpan balik yang cepat dan tepat Melakukan analisis hasil yang diperoleh, disesuaikan dengan tujuan yang spesifik saat merancang Program K3 menelaah dan menganalisis kumpulan informasi yang didapat pada setiap tahap proses Melakukan analisis dampak proyek dari kaca mata khalayak, organisasi penyandang dana dan pihak lain yang terkait Mengidentifikasi perubahan yang signifikan atau berarti pada lingkup nasional Mengidentifikasi peluang-peluang dan kelemahan kelemahan Mengevaluasi ketrampilan yang diperoleh personil Mengestimasi sumber daya yang mendukung di masa yang akan dating Mendesain ulang kegiatan-kegiatan KIE secara berkesinambungan Melakukan penilaian ulang data untuk digunakan pada program baru Buat rancangan dalam bentuk proses yang berkesinambungan Selalu sesuaikan dengan perubahan menurut kebutuhan khalayak2.2.6.Komunikasi dalam pengendalian TBStrategi komunikasi yang dilakukan salah satunya adalah meningkatkan keterampilan konseling dan komunikasi petugas maupun kader TB, dilaksanakan pelatihan konseling dan teknik komunikasi dalam penanganan TB.Strategi lainnya yang dapat dilakukan adalah komunikasi langsung yaitu komunikasi yang dilakukan antar petugas dengan pasien, seperti konseling, penyuluhan dan komunikasi tidak langsung, yaitu melalui media baik cetak maupun elektronik.Strategi komunikasi diharapkan dapat menciptakan:a. Dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi bahwa TB bukan penyakit keturunan atau kena guna-guna.b. Dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar berobat sampai tuntas.c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan penularan TB.d. Adanya kampanye STOP TB.Strategi komunikasi sekaligus menjawab isu startegis tentang kurangnya pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam pengendalian TB dan kurangnya akses dan informasi masyarakat tentang TBRencana kegiatan operasional komunikasi dalam program pengendalian TB antara lain:a. Mengembangkan media promosi Pengendalian TBMedia promosi dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman petugas, kader dan masyarakat umum dalam pengendalian TB serta tantangan lainnya seperti TB-MDR dan TB-HIV.b. Kampanye TB melalui media massa secara nasionalMelaksanakan kampanye TB secara nasional melalui media cetak dan eletronik dengan tema sesuai dengan kebutuhan programc. Mereview dan mengembangkan modul Pelatihan Konseling dan Komunikasi Interpersonal bagi Petugas Kesehatan dan kader.d. Mereview dan mengembangkan modul pelatihan Komunikasi Interpersonal bagi petugas sesuai perkembangan program Pengendalian TB di Indonesia, serta mengembangkan modul pelatihan konseling untuk mendukung pelayanan TBMDR dan TB-HIV.e. Melaksanakan pelatihan Konseling dan Komunikasi InterpersonalPelatihan ditujukan untuk pelatih tingkat pusat dan tingkat propinsi dengan harapan pelatih tingkat propinsi mampu melatih petugas kabupaten/kota. Khusus untuk konseling pelatihan dilakasakan bagi para tenaga konselor yang terkait dengan pelayanan TB MDR untuk mendukung psikososial pasien TBMDR selama menjalankan pengobatan.f. Melaksanakan promosi TB bagi seluruh sarana kesehatan yang ada baik Puskesmas, Rumah Sakit (pemerintah, swasta, institusi), Klinik di Tenpat Kerja dan sebagainyag. Menjadikan piagam hak dan kewajiban pasien sebagai salah satu pokok bahasan dalam modul pelatihan petugas UPK

2.3.Mobilisasi Sosial5,6,72.3.1.Pengertian Mobilisasi SosialMobilisasi sosial adalah proses membawa seluruh partner komunitas multisektorial untuk meningkatkan kesadaran, kebutuhan, dan kemajuan untuk tujuan, proses dan hasil tertentu.Pada tinjauan literatur menunjukkan beberapa difinisi, disebabkan oleh penggunaan terminologi yang berbeda untuk menjelaskan hal yang sama. seperti penggunaan sosial terkadang digantikan menjadi nasional, komunitas, global, organisasional atau lokal.Mobilisasi sosial adalah proses menyatukan semua sekutu lintas sektoral secara mudah dan praktis untuk meningkatkan kesadaran dan kebutuhan untuk program tertentu, untuk membantu pengiriman sumber daya dan jasa dan untuk memperkuat partisipasi komunitas untuk keberlanjutan dan kemandirian."Sekutu" mencakup pembuat keputusan dan kebijakan, pemimpin opini, lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti profesional dan kelompok agama, media, sektor swasta, masyarakat dan individu. Mobilisasi sosial menghasilkan dialog, negosiasi dan konsensus, melibatkan berbagai pihak dalam upaya saling terkait dan saling melengkapi. Mobilisasi sosial, terintegrasi dengan pendekatan komunikasi lainnya, telah menjadi fitur kunci dalam upaya komunikasi di seluruh dunia.Dalam mobilisasi sosial, perubahan sosial dan perilaku yang berkelanjutan membutuhkan banyak keterlibatan, mulai dari individu ke masyarakat kemudian kebijakan dan tindakan legislatif.Advokasi untuk memobilisasi sumber daya dan perubahan efek kebijakan, media dan acara khusus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, membangun kemitraan dan jaringan, dan partisipasi masyarakat, adalah semua strategi kunci dari mobilisasi sosial.

2.3.2.Prinsip mobilisasi sosialBeberapa prinsip mobilisasi sosial Memahami kemampuan lembaga yang ada di masyarakat Berstandar pada pemahaman dalam konteks sosial dan kultural termasuk situasi politik dan ekonomi masyarakat setempat. Memenuhi permintaan masyarakat Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi Memerlukan banyak sumber daya dalam organisasi penggerak Berdasarkan rencana rasional dalam rumusan tujuan, sasaran, pesan, indikator dan umpan balik mobilisasi Memerlukan pengulangan secara periodik Menggunakan individu yang terrenal atau dihormati sebagai penggerak2.3.3.Langkah-langkah mobilisasi sosialLangkah-langkah mobilisasi sosial yang dapat ditempuh antara lain: Memberikan pelatihan kepada kelompok pelopor (kelompok yang paling mudah menerima isu yang sedang diadvokasi) Mengkonsilidasikan mereka yang telah mengikuti pelatihan menjadi kelompok pendukung. Mengembangakan koalisi diantara kelompok maupun pribadi pendukung Mengembangkan jeringan informasi diantara anggota koalisi agar selalu mengtahui dan merasa terlibat dengan isu yang diadvokasikan. Melaksanakan kegiatan yang bersifat masal dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota koalisi Mendayagunakan media massa untuk mengekspos kegiatan koalisi dan sebagai jeringan informasi. Mendayagunakan berbagai media massa untuk membangun kebersamaan dalam mengatasi masalah. Hal ini efektif bila dilakukan menggunakan TV, radio spot, billboard dan spanduk.

2.3.4.Mobilisasi sosial dalam pengendalian TBStrategi mobilisasi sosial dalam pengendalian TB yang digunakan adalah: Strategi untuk memantau jumlah kasus TB BTA positif yang merupakan rujukan kader LSM diantara total kasus baru TB BTA positif yang dilaporkan adalah dengan memasukkan ke dalam sistem pencatatan yang ada di tingkat UPK, sehingga tercatat sampai di tingkat nasional. Strategi untuk mensosialisasikan piagam hak dan kewajiban pasien adalah dengan melibatkan LSM dan paguyuban TB untuk ikut menyebarluaskan piagam ini. Selain itu untuk menjangkau petugas kesehatan piagam hak dan kewajiban pasien ini dilampirkan dalam modul pelatihan UPK.Strategi mobilisasi sosial untuk menjawab isu startegis tentang kurangnya pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB serta kurangnya akses dan informasi masyarakat tentang TB.

Rencana kegiatan operasional mobilisasi sosial dalam program pengendalian TB antara lain:a. Menyusun pedoman mobilisasi sosial pengendalian TBPedoman mobilisasi sosial disusun untuk menjadi acuan seluruh komponen masyarakat dalam melaksanakan mobilisasi sosial mulai dari pusat sampai desa.b. Menyelenggarakan Forum Gerdunas TB (Gerakan Terpadu nasional)Forum Gerdunas harus diselenggarkan secara berkala sedikitnya 3 bulan sekali dan berkesinambungan.c. Evaluasi pelaksanaan ujicoba layanan TB yang terintegrasi dengan UKBM di 3 provinsiMengevaluasi pelaksanaan ujicoba layanan TB yang terintegrasi dengan UKBM untuk melihat efektifitas kegiatan dan model keterlibatan masyarakat di populasi yang sulit terjangkau.d. Perumusan kebijakan yang mendukung implementasi integrasi layanan TB di UKBM di daerahe. Memperluas layanan TB yang terintegrasi dengan UKBM di provinsi lainMemperluas pelaksanaan layanan TB yang terintegrasi dengan UKBM berdasarkan hasil uji coba yang sudah dilaksanakan.f. Mereview, mengembangkan dan mendistribusikan TB kit untuk Pos TB Desa.TB kit untuk Pos TB Desa akan menjadi pegangan bidan dan kader di desa dalam penyelenggaraan Pos TB Desa.g. Melaksanakan mobilisasi organisasi masyarakatMengadakan gerakan masyarakat secara serentak oleh Organisasi masyarakat yang dikaitkan dengan momentum hari-hari Kesehatan.h. Menyusun pedoman pelaksanaan keterlibatan komunitas khusus (pesantren) dalam program pengendalian TBi. Melibatkan LSM dan paguyuban pasien TB dalam kegiatan sosialisasi piagam hak dan kewajiban pasien TB22