aktivitas anti vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ... · di pasaran tidaklah mudah untuk...

13
1101 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 AKTIVITAS ANTI Vibrio parahaemolyticus HERBAL MANGROVE YANG DIKOLEKSI DARI BEBERAPA LOKASI DI SULAWESI SELATAN Muliani, Ince Ayu Khairana Kadriah, dan Muharijadi Atmomarsono Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti V. parahaemolyticus yang diisolasi dari benur udang windu herbal mangrove yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP), Maros dari bulan Februari sampai dengan Oktober 2013. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu: a) Koleksi dan identifikasi tanaman mangrove; b) Preparasi (pemisahan bagian-bagian tanaman) dan pengeringan tanaman mangrove; c) Pembuatan tepung (simplisia); d) Ekstraksi herbal menggunakan metanol 80%; e) Uji bioassay dengan metode High Throughput Screening (HTS). Hasil uji biossay menunjukkan bahwa sebanyak 75 (87,5%) sampel dari 88 sampel herbal mangrove yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan mengandung anti V. parahaemolyticus. Dari 75 sampel tersebut, 13 (17,33%) sampel berasal dari Maros, 25 (33,33%) sampel berasal dari Pangkep, 12 (16%) sampel berasal dari Luwu Timur, 5 (6,67%) sampel berasal dari Takalar, dan 20 (26,67%) sampel berasal dari Bone. Hasil uji MIC menunjukkan bahwa nilai MIC terendah adalah 0.1 mg/mL ditemukan pada 11 sampel yang diambil dari Maros, 18 sampel yang diambil dari pangkep, 6 sampel yang diambil dari Luwu Timur, 3 sampel yang diambil dari Takalar, dan 13 sampel yang diambil dari Bone, sedangkan nilai MIC tertinggi adalah 10.000 mg/mL ditemukan pada satu samples dari Maros, satu sampel dari Pangkep, satu sampel dari Luwu Timur, dan satu sampel dari Bone. KATA KUNCI: mangrove, herbal, anti-v parahemolyticus, bioassay, MIC, HTS PENDAHULUAN Serangan penyakit pada budidaya udang di tambak masih terus terjadi dan menimbulkan kematian massal yang berakibat pada penurunan produksi. Berbagai upaya untuk menanggulangi serangan penyakit tersebut telah dilakukan, namun sampai saat ini kematian udang di tambak masih terus terjadi. Penggunaan obat-obatan kimia dan antibiotik untuk penanggulangan penyakit udang merupakan salah satu upaya yang sangat tidak dianjurkan dan dilarang keras oleh pemerintah karena menyebabkan terjadinya akumulasi dan pencemaran pada lingkungan, namun demikian penggunaan obat-obatan dan pestisida masih terus terjadi di lapangan. Peredaran obat-obatan kimia dan antibiotik di pasaran tidaklah mudah untuk dikendalikan, hal ini dikarenakan masih tingginya permintaan oleh petani. Oleh karena itu, harus segera dicarai alternatif pengganti obat-obatan tersebut yang lebih efisien dan ramah lingkungan, dan salah satu diantaranya adalah pemanfaatan bahan aktif dari herbal termasuk dia antaranya herbal mangrove dan asosiasinya. Penelitian tentang pemanfaatan herbal mangrove sebagai alternatif pencegahan penyakit pada budidaya perikanan telah dirintis oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Buidaya Air Payau (BPPBAP) puluhan tahun silam. Namun karena terkendala oleh tugas dan fungsi BPPPBAP sehingga terhenti selama beberapa tahun dan kembali diteliti sejak tahun 2013. Sebelumnya telah dilaporkan bahwa beberapa jenis mangrove mengandung bakterisida yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit vibriosisis pada udang (Muliani et al., 2005; Suryati et al., 2007). Penggunaan herbal mangrove sebagai alternatif penanggulangan penyakit pada manusia maupun budidaya perikanan telah banyak dikembangkan. Di bidang kesehatan manusia penggunaan ekstrak herbal telah banyak dilapo-rkan baik secara komersial maupun masih pada taraf penelitian (Khafagi et al., 2003; Ravikumar et al., 2010; Sivaperumal et al., 2010; Banerjee et al., 2012; Govind et al., 2012; Soonthornchareonnon et al., 2012; Abed et al., 2013). Jenis mangrove yang telah dimanfaatkan

Upload: ngoduong

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1101 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

AKTIVITAS ANTI Vibrio parahaemolyticus HERBAL MANGROVE YANG DIKOLEKSIDARI BEBERAPA LOKASI DI SULAWESI SELATAN

Muliani, Ince Ayu Khairana Kadriah, dan Muharijadi AtmomarsonoBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti V. parahaemolyticus yang diisolasi dari benur udangwindu herbal mangrove yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukandi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP), Maros dari bulan Februari sampaidengan Oktober 2013. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu: a) Koleksi dan identifikasi tanamanmangrove; b) Preparasi (pemisahan bagian-bagian tanaman) dan pengeringan tanaman mangrove; c)Pembuatan tepung (simplisia); d) Ekstraksi herbal menggunakan metanol 80%; e) Uji bioassay dengan metodeHigh Throughput Screening (HTS). Hasil uji biossay menunjukkan bahwa sebanyak 75 (87,5%) sampel dari 88sampel herbal mangrove yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan mengandung anti V.parahaemolyticus. Dari 75 sampel tersebut, 13 (17,33%) sampel berasal dari Maros, 25 (33,33%) sampelberasal dari Pangkep, 12 (16%) sampel berasal dari Luwu Timur, 5 (6,67%) sampel berasal dari Takalar, dan 20(26,67%) sampel berasal dari Bone. Hasil uji MIC menunjukkan bahwa nilai MIC terendah adalah 0.1 mg/mLditemukan pada 11 sampel yang diambil dari Maros, 18 sampel yang diambil dari pangkep, 6 sampel yangdiambil dari Luwu Timur, 3 sampel yang diambil dari Takalar, dan 13 sampel yang diambil dari Bone,sedangkan nilai MIC tertinggi adalah 10.000 mg/mL ditemukan pada satu samples dari Maros, satu sampeldari Pangkep, satu sampel dari Luwu Timur, dan satu sampel dari Bone.

KATA KUNCI: mangrove, herbal, anti-v parahemolyticus, bioassay, MIC, HTS

PENDAHULUAN

Serangan penyakit pada budidaya udang di tambak masih terus terjadi dan menimbulkan kematianmassal yang berakibat pada penurunan produksi. Berbagai upaya untuk menanggulangi seranganpenyakit tersebut telah dilakukan, namun sampai saat ini kematian udang di tambak masih terusterjadi. Penggunaan obat-obatan kimia dan antibiotik untuk penanggulangan penyakit udangmerupakan salah satu upaya yang sangat tidak dianjurkan dan dilarang keras oleh pemerintah karenamenyebabkan terjadinya akumulasi dan pencemaran pada lingkungan, namun demikian penggunaanobat-obatan dan pestisida masih terus terjadi di lapangan. Peredaran obat-obatan kimia dan antibiotikdi pasaran tidaklah mudah untuk dikendalikan, hal ini dikarenakan masih tingginya permintaan olehpetani. Oleh karena itu, harus segera dicarai alternatif pengganti obat-obatan tersebut yang lebihefisien dan ramah lingkungan, dan salah satu diantaranya adalah pemanfaatan bahan aktif dari herbaltermasuk dia antaranya herbal mangrove dan asosiasinya.

Penelitian tentang pemanfaatan herbal mangrove sebagai alternatif pencegahan penyakit padabudidaya perikanan telah dirintis oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Buidaya Air Payau (BPPBAP)puluhan tahun silam. Namun karena terkendala oleh tugas dan fungsi BPPPBAP sehingga terhentiselama beberapa tahun dan kembali diteliti sejak tahun 2013. Sebelumnya telah dilaporkan bahwabeberapa jenis mangrove mengandung bakterisida yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakitvibriosisis pada udang (Muliani et al., 2005; Suryati et al., 2007).

Penggunaan herbal mangrove sebagai alternatif penanggulangan penyakit pada manusia maupunbudidaya perikanan telah banyak dikembangkan. Di bidang kesehatan manusia penggunaan ekstrakherbal telah banyak dilapo-rkan baik secara komersial maupun masih pada taraf penelitian (Khafagiet al., 2003; Ravikumar et al., 2010; Sivaperumal et al., 2010; Banerjee et al., 2012; Govind et al.,2012; Soonthornchareonnon et al., 2012; Abed et al., 2013). Jenis mangrove yang telah dimanfaatkan

1102Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

di bidang kesehatan manusia di antaranya Avicenia marina, Rhizophora mucronata sebagai anti viral,anti hepatitis dan anti nyamuk (Beula et al., 2012; Khattab et al., 2012; Revathi et al., 2013). Aviceniaalba dilaporkan dapat dimanfaatkan sebagai antivertilitas, anti tumor, dan pengobatan penyakit kulit.Rhizophora apiculata dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit diare, tipus, menghentikanpendarahan dan sebagai antiseptik, Excoecaria agallocha untuk anti bakteri dan pengobatan epilepsi,dan dermatitis, sedangkan bunga dari Rhizophora lamarckii dapat dijadikan sebagai obat hepatitis(Sivaperumal et al., 2010; Sasihdar et al., 2012). Amirkaveei & Behbahani (2011) telah melaporkanefektivitas beberapa ekstrak mangrove terhadap bakteri Escherichia coli dan Penicillium digitatum,sedangkan Agoramoorthy et al. (2007) melaporkan bahwa Excoecaria agallocha efektif sebagai antibakteri dan anti jamur pada manusia. Selain itu beberapa peneliti telah melaporkan beberapa jenismangrove yang efektif sebagai bahan antioksidan dan anti mikroba pada manusia seperti Sonneratiaalba (Milon et al., 2012; Saad et al., 2012). Beberapa jenis mangrove yang efektif terhadap E. coli danStaphylococcus aureus di antaranya Avicenia officinalis, A. marina, Bruguiera sexangula, Xylocarpus grana-tum, Rhizophora mucronata (Alam et al., 2006; Amirkaveei et al., 2011; Dhayanithi et al., 2012a; Shelaret al., 2012; Howlader et al., 2013; Mouafi et al., 2014).

Pemanfaatan herbal mangrove untuk penanggulangan penyakit di bidang perikanan diantaranyauntuk penanggulangan WSSV (Balasubramanian et al., 2007, 2008; Kumaran et al., 2010; Sudheer,2009; Velmurugan et al., 2012; Chakraborty & Gosh 2013a; Chakraborty & Gosh 2013b ), pertumbuhandan penanggulangan penyakit bakteri pada ikan mas (Ahilan et al., 2010; Laith et al., 2011), sebagaiimmunostimulan pada udang windu (Sankar et al., 2011, Avendo, 2012, Rajeswari et al., 2012),Immunostimulan pada ikan (Maqsood et al., 2011, Govind et al., 2012). Penanggulangan bakteri V.alginolyticus pada ikan hias laut (Dhayanithi et al., 2012b) dan bakteri V. harveyi pada udang (Saptianiet al., 2012), penanggulangan penyakit Vibrio parahaemolyticus pada udang windu (Rajasekar et al.,2011), sebagai antibakteri pada udang putih (Velmurugan et al., 2010) dan ikan hias (Dhayanithi etal., 2013). Baskaran & Mohan (2012) melaporkan bahwa R. mucronata dapat dijadikan sebagai alternatifpengobatan penyakit vibriosis pada larva lobster. Sedangkan Laith et al. (2012; 2014) melaporkanbahwa E. agallocha efektif terhadap bakteri Flavobacterium spp. penyebab penyakit pada ikan.

Berdasarkan informasi tersebut, maka dicoba untuk melakukan ekplorasi herbal mangrove dapatdigunakan untuk menanggulangi penyakit pada budidaya perikanan, khususnya udang windu yangdibudidayakan secara lestari dan berwawasan lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas anti V. -arahaemolyticus pada herbal mangroveyang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan.

BAHAN DAN METODE

Pengambilan Herbal Mangrove

Herbal mangrove diambil dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan yaitu; Kabupaten Maros, Pangkep,Luwu Timur, Takalar, dan Bone. Bagian tanaman yang diambil meliputi daun, bunga, buah, tangkaidaun, batang, kulit batang, dan akar. Bagian-bagian tanaman diambil menggunakan gunting tanaman,parang, kampak. Tanaman dimasukkan dalam kantong plastik hitam dan selanjutnya dibawah keLaboratorium Kesehatan ikan dan Lingkungan BPPBAP untuk proses selanjutnya.

Identifikasi Herbal Mangrove

Herbal mangrove dan asosiasinya yang telah dikumpulkan diidentifikasi untuk mengetahui jenisnyabedasarkan Kitamura et al. 1(998) dan Noor et al. (2006)

Preparasi Herbal Mangrove

Herbal mangrove yang sudah dikumpulkan dibersihkan dan di pisahkan berdasarkan bagian-bagiannya, seperti, daun, bunga, buah, tangkai, daun, batang, kulit batang, dan akar, tergantungtanaman yang dikoleksi. Daun yang lebar terlebih dahulu diiris kecil-kecil, buah dan bunga dipisahkan,dipotong dan diiris, demikian pula dengan kulit batang terlebih dahulu diiris kecil-kecil sebelumdikeringakan.

1103 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Pengeringan Herbal Mangrove

Bagian herbal yang telah dipisahkan diletakkan pada baki palstik dan diberi kode (nomor secaraberurut). Selanjutnya apa (subyek) dikeringanginkan selama 2 minggu atau hingga kering tergantungjenis sampelnya. Biasanya bagian daun lebih cepat kering dibanding bagian lainnya, seperti buah,dan kulit batang.

Pembuatan Tepung (Simplisia) Herbal Mangrove

Setelah tanaman herbal kering selanjuntnya dihaluskan menggunakan blender, dan diayakmenggunakan ayakan/saringan santan selanjutnya diamsukkan dalam kantong plastik klip. Selanjutnyadiberi label atau kode seusai nomor urut tanaman pada saat pertama dikoleksi.

Ekstraksi Herbal Mangrove

Simplisia yang sudah tersedia ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan dalam gelas piala, selanjutnyadiberi larutan methanol 80% dan diaduk dengan batang pengaduk sehingga seluruh permukaansimplisia terendam. Rendaman tersebut ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24jam, selanjutnya disaring dengan kain saringan sehingga semua ampasnya tertahan dan yang loloshanya cairan metanol yang sudah membawa bahan-bahan yang terlarut. Perendaman dilakukan selama3 kali 24 jam dan setiap 24 jam dialkukan penyaringan atau tergantung tingkat kekeruhan rendaman,jika rendaman sudah terlihat jernih maka perendaman dihentikan. Hal ini dimaksudkan untukmemaksimalkan penarikan bahan-bahan aktif herbal oleh metanol. Hasil penyaringan tersebutkemudian ditampung dalam botol sampel atau botol duran.

Pengkisatan hasil ekstraksi herbal mangrove

Hasil ekstraksi herbal mangrove dalam larutan metanol selanjutnya dikisat dengan menggunakanRotatory evaporator. Larutan metanol diuapkan hingga tersisa bahan padatan dari biaoktif yangterkandung dalam herbal. Jika pada saat dikeluarkan dari labu evaporator, masih tersisa larutanmetanol (belum terlalu kering) maka penguapan dilanjutkan secara manual yaitu dengan cara botolyang beriisi bahan aktif dengan ditutup dengan tissu, sehingga masih ada rongga udara dan metanoldapat menguap secara otomatis. Hal ini dilakukan hingga hasil pengkisatan benar-benar kering dantidak ada lagi larutan metanol.

Uji Bioassay Secara Kualitatif Hasil Ekstraksi Herbal Mangrove

Persiapan Ekstrak Herbal Mangrove

Aktifitas antibakteri dari ekstrak metanol tanaman mangrove dilakukan dengan teknik “HighThroughput Screening” (Langfield et al., 2004; Ganju et al., 2008; Karuppusamy & Rajasekaran, 2009)menggunakan V parahaemolyticus penyebab penyakit pada udang sebagai bioindikator. Ekastrak herbalmangrove ditimbang sebanyak 10 mg, selanjutnya dilarutkan dalam 1 mL larutan DMSO (dimethyl-sulfoxide) 10% dalam eppendorf volume 1,5 mL (Kasanah & Isnansetyo, 2013).

Persiapan Suspensi Bakteri V parahaemolyticus

V. parahaemolyticus yang digunakan sebagai bioindikator dalam penelitian ini diisolasi dari benurudang windu yang sakit di daerah Gondol Bali (Kadriah 2012). Suspensi V. parahaemolyticus hasilfases 2 (dua) dikultur dalam Erlenmeyer pada suhu ruangan sambil digoyang dengan shaker. Setelahitu dilakukan sub kultur selama 4 jam (108 CFU/mL). Hasil sub kultur tersebut diencerkan hinggadiperoleh kepadatan suspensi bakteri V parahaemolyticus 105 CFU/mL.

Persiapan Media dan Uji Bioassay

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode micro-well plate assay yaitu dengan menggunakanmikroplae 96 well. (Kasanah & Isnansetyo, 2013). Setiap well diisi dengan media cair (Nutrient Broth)sebanyak 40 µL. Untuk lebih meyakinkan keakuratan hasil uji bioassy yang dilakukan disertakanbeberapa jenis kontrol yaitu; 1) kontrol positif (untuk menegtahui pertumbuhan V parahaemolyticus);2) kontrol media (untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan selama proses pekerjaan); 3) Kontrol

1104Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

pelarut (untuk mengetahui pelarut DMSO 10% yang digunakan bersifat menghambat Vparahaemolyticus atau tidak); 4) kontrol antibiotik (untuk mengetahui ekstrak mangrove memilikiaktifitas antibakteri atau tidak). Setelah semua kontrol siap, sebanyak 40 µL ekstrak mangrovedimasukkan ke dalam well sesuai label. Selanjutnya sebanyak 20 µL suspensi bakteri V parahaemolyticusditambahkan di dalam campuran well kecuali pada kontrol media. Setiap jenis ekstrak diulang tigakali.

Setelah semua sudah selesai, plate kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.Selanjutnya ditambahkan indikator pertumbuhan sel bakteri yaitu larutan 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromid (MTT) 5 g/L (Wang et al., 2010) sebanyak 10 µL. Jika terjadiperubahan warna menjadi ungu/biru menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri yang berarti tidakada aktivitas antibakteri, jika sebaliknya tidak terjadi perubahan warna, maka tidak ada pertumbuhanbakteri yang berarti ada aktivitas antibakteri. Data hasil uji bioassay estrak mangrove dianalisi secaradekriptif untuk mengetahui jenis mangrove yang paling potensial sebagai bahan penghasil anti V.parahaemolyticus.

Uji Bioassay secara Kuantitatif Hasil Ekstraksi Herbal Mangrove

Uji bioassay secara kuantitatif dilakukan untuk menetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)atau Minimum Inhibition Concentration (MIC) ekstrak metanol herbal mangrove terhadap Vparahaemolyticus. Pada uji MIC, persiapan ekstrak mangrove dan suspensi bakteri sama pada uji bio-assay secara kualitaitif. Sampel yang memiliki aktifitas antibakteri V parahaemolyticus berdasarkan ujibiassay secara kualitatif dilanjutkan dengan uji MIC menggunakan metode mikrowellpalte dilutionassay yaitu dengan menggunakan mikroplae 96 well. (Kasanah & Isnansetyo, 2013). Seperti halnyapada uji bioassay secara kualititif, pada uji bioassay secara kuantitatif untuk penentuan MIC disertakankontrol sebagaimana pada uji bioassay secara kualitatif. Setelah semua kontrol siap, maka pada wellpertama dan ketujuh diisi dengan 100 µL ekstrak mangrove, sedangkan pada well yang lainnya diisidengan 50 µL akuades. Kemudian (kata sambung tidak boleh di awal kalimat) dilakukan pengencerandengan cara sebanyak 50 µL ekstrak mangrove dari well pertama dan well ketujuh dipindahkan kewell berikutnya (well pertama dan kedelapan), selanjutnya dihomogenkan dengan cara memipetsecara beurualng-ulang.

Selanjutnya, sebanyak 50 µL larutan ekstrak mangrove dari well kedua dan well ke delapan masing-masing di pindahkan ke well berikutnya, demikian seterusnya hingga ke well terakhir (well ke enamdan 12). Setelah selesai, sebanyak 30 µL media NB ditambahkan ke masing-masing well, baik padakontrol maupun pada well yang beriisi ekstrak mangrove. Selanjutnya sebanyak 20 µL suspensibakteri V parahaemolyticus ditambahkan di dalam campuran well kecuali pada kontrol media. Platekemudian diinkubasi selama 24 jam, selanjutnya ditambahkan indikator pertumbuhan sel bakteri.Konsentrasi terendah tidak terjadi perubahan warna merupakan nilai MIC. Data hasil uji bioassayestrak mangrove dianalisi secara dekriptif untuk mengetahui nilai MIC dari masing-masing jenismangrove.

HASIL DAN BAHSAN

Sebanyak 88 sampel tanaman herbal mangrove yang dikumpulkan dari Kab. Maros, Pangkep,Luwu Timur, Takalar, dan Bone, telah diuji bioassay untuk mengetahui aktivitas anti V. parahaemolyticus.Dari 88 sampel tersebut 75 (85,23%) di antaranya positif mengandung antibakteri V. parahaemolyticus.Dari 75 sampel yang mengandung anti V.parahaemolyticus, 13 (17,33%) sampel berasal dari Maros,25 sampel berasal dari Pangkep, 12 sampel berasal dari Luwu Timur, 5 sampel berasal dari Takalar,dan 20 sampel berasal dari Bone. Persentase jumlah sampel yang memiliki aktivitas anti V.parahaemolyticus dari masing-masing daerah disajikan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihatbahwa persentase jumlah sampel yang memiliki aktivitas anti V. parahaemolyticus tertinggi padasampel yang diambil dari Kabupaten Pangkep yaitu 33,33%, disusul oleh sampel yang diambil Bone26,67%, Maros 17,33%, Luwu Timur 16,00%, dan Takalar 6,67%. Aktivitas anti V. parahaemolyticussampel herbal mangrove yang digunakan pada penelitian ini lebih tinggi baik dari persetase jumlahsampel maupun dari kemamupuan aktifitasnya. Sebelumnya telah dilaporkan bahwa (menggunakansampel yang sama) dari 88 sampel yang duji aktifitas anti V. harveyi, 54 di antaranya memiliki aktifitas

1105 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

anti V. harveyi dengan MIC paling tinggi 1 mg/mL (Muliani et al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwaherbal mangrove yang digunakan memiliki aktivitas anti V parahaemolyticus lebih tinggi dibandingaktivitas anti V. harveyi.

Uji Bioassay dan Uji MIC Herbal Mangrove dari Kabupaten Maros

Sebanyak 15 sampel herbal mangrove yang dikumpulkan dari daerah pertambakan di KabupatenMaros dan setelah diuji biossay terlihat bahwa dari 15 sampel tersebut, 13 (73,33%) di antaranyapositif mengandung anti V. parahaemolyticus. Hasil uji MIC menunjukkan bahwa 11 sampel dari 13sampel memiliki nilai MIC terhadap V. parahaemolyticus paling rendah yaitu 0,1 mg/mL. Jenis man-grove yang memiliki nilai MIC paling rendah tersebut adalah R. mucronata (pada bagian daun, akar,buah dan kulit batang), Acrosticium aureum (dianalisis hanya bagian daun), S. alba (pada bagian daundan kulit batang), Sonneratia caseolaris (pada bagian daun, buah, kulit batang dan akar) (Tabel 1).

Gambar 1. Jumlah sampel (%) yang memiliki anti V. parahemolyticus daribeberapa daerah di Sulawesi Selatan

Maros; 17,33

Pangkep; 33,33Luwu Timur;

16,00

Takalar; 6,67

Bone; 26,67

Tabel 1. Hasil uji aktivitas anti V. parahaemolyticus dan uji MIC herbal mangrove yang dariKabupaten Maros

Kode Sampel

Jenis TanamanBagian

TanamanAktivitas antibakteri V. parahaemolyticus

Konsentrasi Hambat Minimal

(KHM) (mg/L)1 Rhizophora. mucronata Daun Positif 0,12 Rhizophora. mucronata Buah Positif 0,13 Rhizophora. mucronata Akar Positif 0,14 Rhizophora. mucronata Kulit batang Positif 0,16 Avicenia officinalis Daun Negatif -7 Avicenia officinalis Kulit batang Negatif -

17 Acrosticium aureum Daun Positif 0,123 Sonneratia. alba Daun Positif 0,124 Rhizophora. mucronata Kulit batang Positif 0,134 Exoecaria agalocha Daun Positif 10035 Exoecaria agalocha Kulit batang Positif 10

118 Sonneratia. caseolaris Daun Positif 0,1119 Sonneratia. caseolaris Buah Positif 0,1120 Sonneratia. caseolaris Kulit batang Positif 0,1121 Sonneratia. caseolaris Akar Positif 0,1

1106Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

Hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan V. harveyi sebgai bioindikator menujukkkan bahwake tiga jenis mangrove tersebut memiliki nilai MIC lebih tinggi yaitu masing-masing 100-10.000 mg/mL untuk R. mucronata, 1 mg/mL untuk S. alba, dan A. aureum tidak memiliki akktifitas anti V. harveyi(Muliani et al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa ke tiga jenis mangrove tersebut lebih efektifsebagai anti V. parahaemolyticus di banding sebagai anti V. harveyi. Sebaliknya laporan lainmenunjukkan bahwa ekstrak metanol mengrove Pemphis acidula lebih efektif terhadap V. harveyidibanding terhadap V. parahaemolyticus dengan MIC masing-masing 50 µg/mL dan 125 µg/mL(Arivuselvan et al., 2011). Sedangkan S. caseolari memiliki efektivitas yang sama terhadap V.parahaemolyticus dan V. harveyi. Hal ini dapat dilihat dari nilai MIC yang sama yaitu 01, mg/mL. NilaiMIC S. caseolaris terhadap V. parahaemolyticus pada penelitian ini sama dengan yang dilaporkan olehShamsuddin et al., (2013) menggunakan pelarut yang sama (metanol) namun lebih rendah jikadibanding dengan pelarut air. Hal ini sejalan yang di laporkan oleh Laith et al. (2012), dimana dikatakanbahwa nilai MIC S. caseolaris terhadap beberapa patogen ikan adalah antara 1,56-6,25 mg/mL .

Uji Bioassay dan Uji MIC Herbal Mangrove dari Kabupaten Pangkep

Total herbal mangrove yang dikumpulkan dari Kabupaten Pangkep sebanyak 27 sampel dan 25(92,59%) sampel di antaranya positif mengandung anti V. parahaemolyticus.. Berdasarkan hasil analisisMIC dapat diketahui bahwa dari 27 sampel tersebut, 18 sampel di antaranya memiliki nilai MIC 0,1mg/mL. Jenis herbal mangrove yang memiliki nilai MIC 0,1 mg/mL di antaranya R. apiculata, Sonneratiagulngai, Avicenia lanata, Bruguiera gymnorrhiza, R. mucronata, Ceriops tagal, dan Rhizophora stylosa (Tabel2). Secara umum nilai MIC semua jenis mangrove terhadap V. parahaemolyticus pada penelitian inilebih kecil dibanding terhadap V. harveyi kecuali dua jenis mangrove (S. gulngai dan B. gymnorrhiza)memiliki nilai MIC yang sama yaitu 0,1 mg/mL (Muliani et al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis mangrove ini efektif sebagai antibakteri yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakitvibriosis pada bididaya perikanan. R. apiculata memiliki nilai MIC terhadap V. parahaemolyticus jauhlebih rendah dibanding terhadap V. hervyi yaitu masing-masing 0,1 mg/mL untuk V. parahaemolyticusdan 10.000 mg/mL untuk V. harveyi. Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai MIC mmangroveini terhadap beberapa patogen ikan antara 12,5-25 mg/mL (Laith et al., 2012). Selain itu C. tagalsalah satu di antra jenis mangrove yang diuji anti V. parahaemolyticus pada penelitian ini telahdilaporkan sebelumnya oleh Arivuselvan et al. (2011) efektif sebagai anti bakteri.

Uji Bioassay dan Uji MIC Herbal Mangrove dari Kabupaten Luwu Timur

Sebanyak 13 sampel herbal mangrove yang diambil dari daerah pertambakan di Kabupaten LuwuTimur, dan setelah diuji biossay terlihat bahwa dari 13 sampel, 12 (92,31%) di antaranya positifmengandung antibakteri V. parahaemolyticus (Tabel 3). Hasil analisis MIC menunjukkan bahwa herbalmangrove yang memiliki nilai MIC paling rendah yaitu 0,1 mg/L adalah Avicenia lanata, Xylocarpusgranatum, Bruguiera gymnorrhiza. Hal ini menujukkan bahwa ke tiga jenis mangrove tersebut lebihefektif sebagai anti V. parahaemolyticus dibanding dengan mengrove lainnya yang diambil dari derahyang sama. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan bioindikatorV. harveyi, maka ketiga jenis herbal tersebut lebih efektif sebagai anti V. parahaemolyticus, hal inidisebabkan nilai MIC ketiga jenis mangrove tersebut terhadap V, parahaemolyticus lebih rendah dibanding terhadap V. harveyi yaitu paling 1.000-10.000 mg/mLuntuk A. lanata, 10-1.000 mg/mL untukX. granatum, dan 10-10.000 mg/mL untuk B. gymnorrhiza (Muliani et al., 2014).

Uji Bioassay dan Uji MICTanaman Mangrove dari Kabupaten Takalar

Herbal mangrove yang diambil dari Kabupaten Takalar adalah dari jenis R. lamarckii. Sebanyak 5sampel dari herbal mangrove tersebut yang terdiri dari daun, bunga, kulit batang, dan akar telahdiuji bioassay dan analisis MIC (Tabel 4). Ke lima sampel tersebut positif mengandung anti V.parahaemolyticus dengan nilai MIC yang cukup rendah (01,-1 mg/mL). Hal ini menunjukkan bahwajenis mangrove ini efektif sebagai anti V. parahemolyticus. Muliani et al., (2014) melaporkan bahwanilai MIC R. lamarckii yang diambil dari Takalar terhadap V. harveyi adalah 10-1.000 mg/mL danbahkan satu sampel diantaranya (bagian bunga) tidak memiliki aktivitas anti V. harveyi . Laporansebelumnya menunjukkan bahwa jenis mengrove ini efektif sebagai antiviral (Shelar et al., 2012).

1107 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Uji Bioassay dan Uji MIC Tanaman Mangrove dari Kabupataen Bone

Sebanyak 28 sampel dari herbal mangrove yang dikumpulkan dari daerah pertambakan di KabupatenBone, dan setelah diuji biossay terlihat bahwa dari 28 sampel tersebut, 20 (71,43%) di antaranyapositif mengandung antibakteri V. parahaemolyticus dengan nilai MIC paling rendah adalah 0,1 mg/mL (Tabel 5). Prosentase jumlah sampel yang mengandung anti V. parahaemoliticus pada penelitianini tergolong tinggi jika dibanding hasil penelitian sebelumnya dengan sampel yang sama tetapimenggunakan V. harveyi sebagai bioindikator. Dilaporkan bahwa prosentase jumlah sampel yangpositif mengandung anti V.harveyi adalah 42,86% dengan nilai MIC paling rendah adalah 10 mg/mL(Muliani et al., 2014). Hasil analisis MIC menunjukkan bahwa dari 20 sampel yang positif mengandunganti V. parahaemolyticus, 13 sampel sampel di antaranya yang memiliki nilai MIC 0,1 mg/mL yaitu S.ovata, X. granatum, X. moluccensis R. mucronata. Dua jenis dia antaranya yaitu X. granatum, R. mucronata,menunjukkan aktivitas anti V. parahaemolyticus yang cukup baik dimana seluruh bagian tanamanyang diuji bioassay memiliki anti. V. parahaemolyticus dengan MIC 0,1 mg/mL.

Tabel 2. Hasil uji aktivitas anti V. parahaemolyticus dan uji MIC herbal mangrove yang berasaldari Kabupaten Pangkep

Kode Sampel

Jenis TanamanBagian

TanamanAktivitas anti V. parahaemolyticus

Konsentrasi Hambat Minimal

(KHM) (mg/L)50 Rhizophora apiculata Daun Positif 0,151 Rhizophora apiculata Bakal buah Positif 0,152 Rhizophora apiculata Kulit Batng Positif 0,153 Rhizophora apiculata Akar Positif 0,171 Sonneratia gulngai Daun Positif 0,172 Sonneratia gulngai Kulit Batang Positif 0,173 Sonneratia gulngai Tangkai daun Positif 0,182 Avicenia lanata Tangkai daun Positif 0,183 Avicenia lanata Kulit batang Positif 0,184 Avicenia lanata Daun Negatif 0,197 Avicenia alba Tangkai Positif 198 Avicenia alba buah Negatif -99 Avicenia alba Kulit batang Negatif -

100 Avicenia alba Daun Positif 1101 Bruguiera gymnorrhiza Daun Positif 0,1102 Bruguiera gymnorrhiza Buah Positif 0,1103 Bruguiera gymnorrhiza Kulit batang Positif 0,1104 Bruguiera gymnorrhiza Tngkai daun Positif 10105 Rhizophora mucronata Daun Positif 0,1106 Rhizophora mucronata Kulit batang Positif 0,1107 Nipah Daun Positif 1108 Nipah Batang Positif 1109 Ceriops tagal Daun Positif 1110 Ceriops tagal Kulit batang Positif 0,1111 Ceriops tagal Tangkai daun Positif 0,1112 Rhizophora stylosa Daun Positif 1113 Rhizophora stylosa Kulit Batang Positif 0,1

1108Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

KESIMPULAN

Jenis sampel apa saja yang potensial anti Vp dan berapa konsentrasi MICnya lebih informatifdibandingkan dengan penekanan terhadap asal/daerah.

Sebanyak 87,5% dari total sampel herbal mangrove yang diambil dari beberapa daerah di SulawesiSelatan memiliki aktifitas anti V. parahaemolyticus penyebab penyakit pada udang.

Nilai MIC herbal mangrove yang diambil dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan terhadap V.parahaemolyticus penyebab penyakit pada udang terendah 0.1 mg/mL dan tertinggi 10,000 mg/mL.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada rekan-rekan peneliti dan teknisi yang penuh dedikasi dan tanggung jawab membantuterlaksananya penelitian ini. Penelitian ini dibiayai oleh APBN T/A 2013.

Tabel 3. Hasil uji aktivitas anti V. parahaemolyticus dan uji MIC herbal mangrove yang berasaldari Kabupaten Luwu Timur

Kode Sampel

Jenis TanamanBagian

TanamanAktivitas anti V. parahaemolyticus

Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)

(mg/L)122 Avicenia lanata Daun Positif 0,1123 Avicenia lanata Kulit Batang Positif 10124 Avicenia lanata Akar Positif 100127 Xylocarpus granatum Daun Negatif -128 Xylocarpus granatum Kulit Batang Positif 0,1129 Xylocarpus granatum Akar Positif 0,1130 Xylocarpus granatum Kulit Buah Positif 0,1131 Xylocarpus granatum Biji Buah Positif 10138 Bruguiera gymnorrhiza Daun Positif 10139 Bruguiera gymnorrhiza Kulit Batang Positif 0,1140 Bruguiera gymnorrhiza Akar Positif 1141 Bruguiera gymnorrhiza Kelopak buah Positif 0,1142 Bruguiera gymnorrhiza Biji Buah Positif 1

Tabel 4. Hasil uji aktivitas anti V. parahaemolyticus dan uji MIC herbal mangrove yang berasaldari Kabupaten Takalar

Kode Sampel

Jenis TanamanBagian

TanamanAktivitas anti

V. parahaemolyticus

Konsentrasi Hambat Minimal

(KHM) (mg/L)144 Rhizophora lamarckii Daun Positif 1145 Rhizophora lamarckii Bunga Positif 0,1146 Rhizophora lamarckii Buah Positif 1147 Rhizophora lamarckii Kulit batang Positif 0,1148 Rhizophora lamarckii Akar Positif 0,1

1109 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

DAFTAR ACUAN

Abed, S. A., Sirat, H. M., Taher, M. 2013. Total phenolic, antioxidant, antimicrobial activities andtoxicity study of Gynotroches axillaris Blume (Rhizophoraceae). EXCIL Journal. 12:404-412.

Agoramoorthy, G., Chandrasekaran, M., Venkatesalu, V., Hsu, M. J. 2007. Antibacterial andantifungal activities of fatty acid methyl esters of the blind-your-eye mangrove from India. Brazillian

Journal of Microbiology. 38:739-742.Ahilan, B., Nithiyapriyatharshini, A., 2, Ravaneshwaran, K. 2010. Influence of certain herbal additives

on the growth, survival and disease resistance of goldfish, Carassius auratus (linnaeus). TamilnaduJ. Veterinary & Animal Sciences 6 (1) 5-11.

Alam, M. A., Sarder, M., M. A. Awal, M. A., Sikder, M. M. H, Daulla, K. A. 2006. Antibacterial activity ofthe crude ethanolic extract of Xylocarpus granatum stem barks. Bangl. J. Vet. Med. (2006). 4 (1): 69–72

Amirkaveei, S., Behbahani, B. A. 2011. Antimicrobial effect of mangrove extract on Escherichia coli and

Tabel 5. Hasil uji aktivitas anti V. parahaemolyticus dan uji MIC herbal mangrove yang berasaldari Kabupaten Bone

Kode Sampel

Jenis TanamanBagian

TanamanAktivitas antibakteri V. parahaemolyticus

Konsentrasi Hambat Minimal

(KHM) (mg/L)152 Sonneratia alba Daun Negatif -153 Sonneratia alba Bunga Positif 100154 Sonneratia alba Buah Positif 10155 Sonneratia alba Kulit batang Positif 100156 Avicenia alba Daun Negatif -157 Avicenia alba Bunga Negatif -158 Avicenia alba Kulit Batang Negatif -159 Sonneratia ovata Daun Positif 100160 Sonneratia ovata Bunga Positif 1000161 Sonneratia ovata Buah Negatif -163 Sonneratia ovata Kulit batang Positif 0,1164 Sonneratia ovata Akar Negatif -165 Xylocarpus granatum Daun Positif 0,1166 Xylocarpus granatum Kulit Buah Positif 0,1167 Xylocarpus granatum Biji Buah Positif 0,1168 Xylocarpus granatum Kulit Batang Positif 0,1169 Xylocarpus moluccensis Akar Positif 1170 Xylocarpus moluccensis Daun Positif 0,1171 Xylocarpus moluccensis Kulit batang Positif 1172 Xylocarpus moluccensis Akar Positif 0,1173 Avicenia marina Daun Negatif -174 Avicenia marina Kulit Batang Negatif -178 Rhizophora mucronata Daun Positif 0,1179 Rhizophora mucronata Bunga Positif 0,1180 Rhizophora mucronata Buah Positif 0,1181 Rhizophora mucronata Kelopak buah Positif 0,1182 Rhizophora mucronata Kulit Batang Positif 0,1183 Rhizophora mucronata Akar Positif 0,1

1110Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

Penicillium Digitatum. International Conference on Food Engineering and Biotechnology. P:185-188.IPCBEE vol.9 (2011) © (2011)IACSIT Press, Singapoore.

Arivuselvan, N., Jagadeesan, D., Govindan, T., Kathiresan, K., Anantharaman, P. 2011. In Vitro antibac-terial activity of leaf and bark extract of selected mangroves Against fish and shrimp pathogen.Global journal of Pharmacology, 5 (2):112-116.

Avendo P., Serrano, A. E., 2012. Effect of the plle mangrove (Sonneratia caseolaris)on antimicrobial,Immunostimulatory, and histological responses in balck tiger shrimp postlarvae fed at varyingfeeding frequensi. ACCL BIOFLUX. 5 Issue 3. Hal 112-123

Balasubramanian, G., Sarathi, M., Venkatesan, C., Thomas, J., Hameed, A. S. S. 2008. Oral administra-tion of antiviral plant extract of Cynodon dactylon on large scale production againts white spotsyndrome viru (WSSV) in Penaeus monodon. Aquaculture, 279:2-5.

Banerjee, M. B., Ravikumar, S., Gnanadesigan, M., Rajakumar, B., Anand, M. 2012. Antiviral, antioxi-dant and toxicological evaluation of mangrove associate from South East coast of India. AsianPacific Journal of Tropical Biomedicine. S1775-S1779

Baskaran, R., and Mohan, P. M. 2012. In Vitro Antibacterial Activity of leaf extract of Rhizophora mucronataL. against multi drug resisten Vibrio spp. Isolated from marine water lobster’s larvae hatcheries

Beula, J. M., Gnanadesigan, M., Rajkumar, P. B., Ravikumar, S., Anand, M. 2012. Antiviral, antioxidant and toxicological evaluation of mangrove plant from South East coast of India.

Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine:S352-S357Chakraborty, S., Ghosh, U. 2013a. Pharmaceutical and phytochemical evaluation of a novel anti –

white spot syndrome virus drug derived from marine plants. International Journal of Natural Prod-ucts Research, 3(4): 82-91

Chakraborty, S., Ghosh, U. 2013b. In Vivo biochemical changes occurring at different time intervals inwhite spot syndrome virus infected shrimp, treated with anti-WSSV drug drived from marineplants. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol 3 (11):059-069

Dhayanithi, N.B., Kumar, T. T. A. Murthy, R.G., Kathiresan, K. 2012a. Isolation of antibacterials fromthe mangrove, Avicennia marina and their activity against multi drug resistant Staphylococcus aureus.Asian Pacific. Journal of Tropical Biomedicine:S1892-S1895

Dhayanithi, N. B., Kumar, T. T. A., Balasubramanian. 2012b. In Vitro and Experimental Screening ofMangrove Herbal Extract against Vibrio Alginolyticus in Marine Ornamental Fish. World Academy ofScience, Engineering and Technology

Vol:68 2012-08-29Dhayanithi, N. B., Kumar, T. T. A., Balasubramanian, T., Tissera, K. 2013. A study on the effect of using

mangrove leaf extracts as a feed additive in the progress of bacterial infections in marine orna-mental fish. Journal of Coastal Life Medicine , 1(3): 217-224

Ganju, K. P. M. L., Sairam, M., Banerjee, p. K., Sawhney, R. C. 2008. A Review of high throughputtechnology for the screening of natural products. Biomedicine and Pharmacotherapy, 6294-98.

Govind, P., Madhuri, S., Mandloi, A. K. 2012. Immunostimulant Effect of Medical Plants on fish. IRJP. 3(3):112-114.

Howlader, M. S. I., Ahmed, M., J., Kabir, A. N. M. H., Uddin, M. G., Hossain, M. K. 2013. Antibacterial,cytotoxic, analgesic, and diuretic activities of Rhizophora mucronata Lam. Bark. Indian Journal ofNatural Products and Resource. Vol. 4 (3):229-232.

Kadriah, I. A. K. 2012. Pengembangan Metode Deteksi Cepat Vibrio Berpendar Pada Udang Penaeid.Disertasi. Institute Pertanian Bogor. 126 hal

Kasanah, N., Isnansetyo, A. 2013. High ThroughputScreening dan Bioassay dalam Penemuan senyawaBioaktif dari Alam. Materi workshop dan Pelatihan Bioprospekting Bahan Alam Kelautan II.Laboratorium Hidrobiologi. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. 22hal.

Karuppusamy, S., Rajsekaran, K. M. 2009. High Throughput Antibacterial Screening of Plnat Extractsby Resazurin Redox with Special Reference to Medical Plant of Western Ghats. Global journal ofPharmacology, 3 (2):63-68.

1111 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Khafagi, I., Gab-Alla, A., Salama, W., Fouda, M. 2003. Biological activities and phytochemical constitu-ents of the gray mangrove Avicennia marina (Forssk.) Vierh. Egyptian Journal of Biology, Vol. 5, pp 62-69

Khattab, R. M., Gaballa, A. A., Zakaria, S. M., Ali, A. E. S., Sallam, I. S. 2012. Larvacidal effect of crudeextracts of some marine plants (mangrove and seagrasses) on mosquitoes of Culex pipiens. Egypt.J. Aquat. Biol. and Fish, Vol.16 No. 2: 99-105.

Kitamura, S, C. Anwar, A. Chaniago, S. Baba. 1998. Hand book of mangrove in Indonesia, Bali& Lombok.58 pp.

Laith, A A., Najiah, M., Zain, S.M., ‘Effendy, S. H. M. A.W., Sifzizul, T.M., Nadirah, M., Habsah, M.2011. In Vitro Antimicrobial Activity of Exoecaria agallocha Against Flavobacterium spp. UMTAS: 43-47

Laith, A. A., Najiah, M., Zain, S. M., Effendy, S. H. M. A.W., Sifzizul, T., Nadirah, M., Habsah, M. 2012.Antimocrobial activities of selected mangrove plants on fish Patogenic Bacteria. Jouranl of Animaland Veterinary advances. 11 (2):234-240.

Laith, A. A., Najiah, M. 2014. Antimocrobial activities of blinding tree, Excoecaria agallocha againstselected bacterial pathogens. Jounal of Microbiology and Antimocrobial. Vo 6(2): 29-3.

Langfield, R. D., Scarano, F. J., Heitzman, M. E., Konodo, M., Hammond, G. B., Neto, C. C. 2004. Useof modified microplate bioassay method to investigate antibcaterial ac tivity in the Peruvian me-dicinal plant Peperomia galioides. Journal of Ethnophrmacology, 94:279-281.

Maqsood, S., Singh, P., Samoon, M. H, Munir, M. 2011. Emerging role of immunostimulants in com-bating the disease outbreak in aquaculture. Int Aquat Res (3): 147-163

Millon, M. A., Muhit, M. A., Goshwami, D., Masud, M. M., Begum, B. 2012. Antioxidant, cytotoxic andantimicrobial activity of Sonneratia alba bark. IJPSR. Vol. 3 (7):2233-2237.

Mouafi, F. E., Abdel-Aziz, S. M., Bashir, A. A., Fyiad, A. A. 2014. Phytochemical Analysis and Antimicro-bial Activity of Mangrove Leaves (Avicenna marina and Rhizophora stylosa) Against Some Pathogens.World Applied Sciences Journal 29 (4): 547-554,

Muliani, E. Suryati A. Tenriulo, Dan Nurbaya. 2005. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Daun KopasandaEuphatorium Inulifolium Terhadap Populasi V parahaemolyticus dan Sintasan Pascalarva Udang WinduPenaeus monodon. Prosiding konferensi Nasional Akuakultur.

Muliani, Nurbaya, dan Nurhaidayah. 2014. Skreening herbal tanaman mangrove dari bebrapa lokasidi sulawesi selatan sebagai sumber anti bakteri v. harveyi penyebab penyakit pada udang winduPenaeus mondon (JRA in Press)

Noor, Y. R., Khazali, M., Suryadiputra, I N.N. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen.PHKA. Wetlands International – Indonesia Programme. 220 hal.

Rajasekar, T., J. Usharani, J., Sakthivel, M., Deivasigamani, B. 2011. Immunostimulatory effects ofCardiospermum halicacubum against Vibrio parahaemolyticus on tiger shrimp Penaeus monodon. .Chem. Pharm. Res., 3(5):501-513

Rajeswari, P. R., Velmurugan, S., Babu, M. M., Dhas, S, Kesavan, K, Citasaru T. 2012. A study on theinfluence of selected Indian herbal active principles on enhancing the immune system inFenneropenaeus indicus against Vibrio harveyi infection. Aquaculture International (20):1009-1020

Ravikumar, S., Gnanadesigan, M., Suganthi, P., Ramalkshmi, A. 2010. Antibacterial potential of cho-sen mangrove plants against isolated urinary tract invectious bacterial pathogens. InternationalJournal of Medical sciences. Vol. 2(3):94-99.

Revathi, P., Senthinath, T.J., Thirumalaikolundusubramanian, P., Prabhu, N. 2013. Medicinal proper-ties of mangrove plants – an overview. Int. J. Bioassays, 02 (12), 1597-1600

Saad, S., Taher, M., Susanty, D., Qaralleh, H., Awang, A. F. I. 2012. In Vitro antimicrobial activity ofmangrove plant Sonneratia alba. Asian Pacific Journal Tropical Biomedicine. 2 (6): 427-429.

Sankar, G., Elavarasi, A., Sakkaravarthi, K., and Ramamoorthy, K. 2011. Biochemical Changes andGrowth Performance of Black Tigher Shrimp Larvae after using Ricinus communis extract as Feedadditive. Inter. Jour. of PharmTech Res. 3 (1): 201-208.

Saptiani, G., Prayitno, S. B., Anggoro, S. 2012. The effectiveness of Acanthus ilicifolius in protecting

1112Aktivitas anti Vibrio parahaemolyticus herbal mangrove ..... (Muliani)

tiger prawn (Penaeus monodon f.) from Vibrio harveyi infection Journal of Coastal Develpopment,Volume 15, Number 2: 217 - 224

Sasidhar, K., Tirupathi, Ch, Vishnuvardhan, Z., Krishna, R. H. 2013. A Review on Chemistry of Man-grove Plants and Prospects of Mangroves as Medicinal Plants. IJGHC, Vol.2, No.4, 943-953.

Shamsuddin, A. A., Najiah, M., Suvik, A., Azariyah, M. N., Kamaruzzaman, B. Y., Effendy , A. W., John,B. A., 2013. Antibacterial Properties of Selected Mangrove Plants Against Vibrio Species and itsCytotoxicity Against Artemia salina. World Applied Sciences Journal 25 (2): 333-340

Shelar, P. S., Reddy, V. K., Shelar, S. G., Reddy, G. V. G. 2012. Medicinal value of mangroves and itsantimicrobial properties – a review. Continental J. Fisheries and Aquatic Science 6 (1): 26 - 37

Sivaperumal, P., Ramasamy, P., Inbaneson, J. S., Ravikumar, S. 2010. Screening of antibacterial activityof mangrove leaf bioactive compounds against antibotct resistant clinical isolates. World Journalof Fish and Marine scince 2 (5):348-353.

Soonthornchareonnon, N., Wiwat, C., Chuakul, W. 2012. Biological Activities of Medicinal Plants fromMangrove and Beach Forests. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Science. 39 (1), 9-18

Sud heer, N. S. 2009. Mangrove plant Ceriops tagaJ as a potential source of anti White Spot SyndromeVirus preparations for Penaeus monodon. Tesis: Codiin V niversity of Sciena and Technology. 187 hal.

Suryati, E., Rosmiati, Tenrulo, A. 2007. Penanggulangan penyakit bakteri pada udang windu (Penaeusmonodon) menggunakan bioaktif tanman mangrove Avicenia alba. Marina Chimica Acta. Vol. 2 No.2:19-23.

Velmurugan, S., Citarasu, T. 2010. Effect of Herbal Antibacterial Extracts on the Gut Floral Changes inIndian White Shrimp Fenneropenaeus indicus. Romanian Biotechnological Letters 15 ( 6): 5709-5717

Velmurugan, S., Babu, M. M., Punitha, S. M. J., Viji, V. T., Citarasu, T. 2012. Screening and characteriza-tion of antiviral compounds from Psidium guajava Linn. Root bark against White Spot SyndromeVirus. Indian Journal of Natural Products Resources. 3 (2): 208-214

Wang, H., Cheng, H., Wang, F., Wei, D., Wang, X. 2010. An improved 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide (MTT) reduction assay for evaluating the viability of Escherichia colicells. Journal of Microbiological methods, 82:330-333.

1113 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

DISKUSI

Nama Penanya:Rosmiati

Pertanyaan:Apakah ada perbedaan dari spesies mangrove yang sama dari asal lokasi berbeda terhadap aktifitasantibakteri vibrio parahaemolyticus? Antara bagian daun, kulit batang, akar, mana yang lebih baikterhadap aktifitas antibakteri?

Tanggapan:Penelitian tahun 2013 diperoleh hasil bahwa dari jenis yang sama asal lokasi berbeda menunjukkanperbedaan aktifitas antibakteri. Secara umum kulit batang menunjukkan aktifitas antibakterialyang lebih tinggi, namun pada jenis tertentu pada bagian daunnya yang memiliki aktifitasantibakterial yang tinggi.