analisa_banjir_jakarta2012_2013
DESCRIPTION
analisa banjirTRANSCRIPT
ANALISA BANJIR JAKARTA TAHUN 2012-2013
1. Lokasi dan Bentuk DAS Ciliwung DAS Ciliwung di sebelah Barat berbatasan dengan DAS Krukut dan Grogol yang terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB). Di sebelah Timur berbatasan dengan DAS Cipinang, Sunter, Buaran-Jatikramat, dan Cakung yang terhubung dengan Banjir Kanal Timur (BKT). DAS Ciliwung meliputi areal 370,8 km2, panjang sungai utamanya 124,1 km menurut toposekuens-nya dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selatan. Aliran Sungai Ciliwung di bagian hilir mulai dari Pintu Air Manggarai sampai ke Laut Jawa terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB). Berdasarkan batas administrasi, wilayah DAS Ciliwung melingkupi Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta Bentuk DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai daerah Katulampa mempunyai bentuk dendritik. Bentuk ini mencirikan bahwa antara kenaikan aliran dengan penurunan aliran ketika terjadi banjir mempunyai durasi yang seimbang. Sedangkan ke arah hilir berbentuk paralel (memanjang) dan makin sempit. Dengan bentuk seperti ini peranan daerah hulu semakin penting, kontribusi aliran permukaan dari daerah ini cukup besar. Jika kondisi fisik khususnya perubahan penggunaan lahan berubah maka akan mengakibatkan perubahan yang nyata terhadap karakteristik aliran sungai. Total luas DAS Ciliwung adalah 370,8 km2 dengan panjang sungai utamanya 124,1 km dari hulu sampai ke hilir. Secara keseluruhan, total panjang aliran di DAS Ciliwung adalah 1.076,1 Km dengan kerapatan jaringan aliran permukaannya adalah 2,9 Km/Km2.Secara keseluruhan, DAS Ciliwung terbagi menjadi 18 Sub DAS seperti yang disajikan Tabel di bawah ini dan dideskripsikan oleh gambar.
Tabel 2-1. Luas DAS Ciliwung berdasarkan batas Sub DAS.
Wilayah Sub DAS Area (Ha)
Hilir Ciliwung Hilir 4.097,6
(Senen, Pademangan, Pasar Baru)
K. Baru 1 1.604,3
K. Condet 593,6
Total Sub DAS Ciliwung Bagian Hilir 6.295,5
Tengah Cijantung 3.154,2
K. Baru 2 1.192,1
K. Sugutamu 1.518,3
Cikumpa 3.305,2
Wilayah Sub DAS Area (Ha)
Ciliwung Tengah 3.192,3
(Cibinong, Bogor Timur)
Ciluar 1.430,6
Ciparigi 608,7
Cibuluh 1.304,7
Total Sub DAS Ciliwung Bagian Tengah 15.706.1
Hulu Cibalok 616,4
Ciseuseupan 1.237,1
Ciesek 2.570,3
Ciliwung Hulu 4.868,2
(Cisarua, Megamendung)
Cisuren 1.631,0
Cisarua 2.339,1
Cisukabirus 1.813,4
Total Sub DAS Ciliwung Bagian Hulu 15.075,5
Total Luas DAS Ciliwung 37.077,1
Gambar 1.. Pembagian sub DAS Ciliwung bagian hulu, tengah, dan hilir.
Ciliwung Hulu(Cisarua, Megamendung)
Ciesek
Cisarua
Cisuren
Cisukabirus
Ciseseupan
Cibalok
HULU
CiparigiCibuluh
CiluarCiliwung Tengah
(Bogor Timur, Cibinong)
Cikumpa
K. Sugutamu
Cijantung
K. Baru 2
TENGAH
HILIR
K. Baru 1
K. Condet
Ciliwung Hilir(Senen, Pademangan, Pasar Baru)
2. KONDISI LAHAN KRITIS a. Di luar Kawasan Hutan
No Kabupaten/Kota DAS Keterangan
Kecamatan Sub DAS Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I BOGOR CILIWUNG
1 Bojong Gede CILIWUNG 257.70 - - - 257.70
2 Ciawi CILIWUNG 32.50 - - - 32.50
3 Cibinong CILIWUNG 44.10 - - - 44.10
4 Cisarua CILIWUNG 12.60 1.70 13.00 0.10 27.40
5 Gunung Sindur CILIWUNG 87.50 - - - 87.50
6 Kemang CILIWUNG 49.20 - - - 49.20
7 Megamendung CILIWUNG 1.10 2.20 2.60 - 5.90
8 Parung CILIWUNG 82.00 - - - 82.00
9 Putat Nutug CILIWUNG 2.20 - - - 2.20
10 Sukaraja CILIWUNG 86.60 0.70 - - 87.30
Jumlah Kab Bogor 655.50 4.60 15.60 0.10 675.80
II KOTA BOGOR
1 Bogor Barat CILIWUNG 35.80 - - - 35.80
2 Bogor Selatan CILIWUNG 16.50 - - - 16.50
3 Bogor Tengah CILIWUNG 48.10 - - - 48.10
4 Bogor Timur CILIWUNG 52.60 - - - 52.60
5 Bogor Utara CILIWUNG 95.50 - - - 95.50
6 Tanah Sareal CILIWUNG 89.30 - - - 89.30
Jumlah Kota Bogor 337.80 - - - 337.80
III KOTA DEPOK
1 Beji CILIWUNG 2.00 - - - 2.00
2 Pancoran Mas CILIWUNG 40.70 - - - 40.70
3 Sawangan CILIWUNG 143.70 - - - 143.70
4 Sukmajaya CILIWUNG 11.20 - - - 11.20
Jumlah Depok 197.60 - - - 197.60
IV KOTA JAKARTA TIMUR
1 Cakung CILIWUNG 118.32 - - - 118.32 RTH
2 Cipayung CILIWUNG 593.32 - - - 593.32
3 Ciracas CILIWUNG 123.25 - - - 123.25
4 Duren Sawit CILIWUNG 27.68 - - - 27.68
5 Kramat Jati CILIWUNG 0.72 - - - 0.72
6 Makasar CILIWUNG 312.76 - - - 312.76
7 Pasar Rebo CILIWUNG 128.17 - - - 128.17
Jumlah Kota Jakarta Timur 1,304.22 - - - 1,304.22
V KOTA JAKARTA SELATAN
1 Cilandak CILIWUNG 127.40 - - - 127.40
2 Jagakarsa CILIWUNG 310.22 - - - 310.22
3 Kebayoran Baru CILIWUNG 5.10 - - - 5.10
4 Kebayoran Lama CILIWUNG 77.76 - - - 77.76
5 Mampang Prapatan CILIWUNG 26.25 - - - 26.25
6 Pancoran CILIWUNG 6.18 - - - 6.18
7 Pasar Minggu CILIWUNG 85.38 - - - 85.38
8 Pasanggrahan CILIWUNG 21.02 - - - 21.02
Jumlah Kota Jakarta Selatan 659.31 - - - 659.31
VI KOTA JAKARTA UTARA
1 Tanjung Priok CILIWUNG 23.54 - - - 23.54
2 Cilincing CILIWUNG 9.67 - - - 9.67
Jumlah Kota Jakarta Utara 33.21 - - - 33.21
Jumlah DAS Ciliwung 3,187.64 4.60 15.60 0.10 3,207.94
LUAS LAHAN KRITIS DILUAR KAWASAN HUTAN
DAS CILIWUNG
Lahan Kritis (Ha)
b. LAHAN KRITIS DI DALAM KAWASAN HUTAN
3. DAS di Wilayah DKI Jakarta
Terdapat 6 DAS yang berkontribusi terhadap banjir di wilayah Jakarta yaitu:
1. Ciliwung
2. Angke -pasanggrahan
3. Krukut-Grogol
4. Sunter
5. Cakung
6. Buaran
Adalah DAS Ciliwung yang merupakan salah satu DAS yang sering menjadi kambing hitam
penyebab banjir Jakarta.
Fungsi Kawasan KLS_KRITIS
kawasan hutan kawasan lindung Grand Total
NAMA_KAB NAMA_KEC NAMA_DES Agak Kritis Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Potensial Kritis Sangat Kritis Tidak Kritis
Bogor Babakan MadangKarang Tengah 74.61 20.80 0.36 17.70 113.48
Babakan Madang Total 74.61 20.80 0.36 17.70 113.48
Ciawi Pandansari 24.76 24.76
Ciawi Total 24.76 24.76
Cisarua Batu Layang 56.26 114.36 47.29 27.99 245.90
Cibeureum 783.40 450.82 73.61 255.42 4.41 1,567.66
Cilember 6.42 114.41 60.46 101.60 37.64 19.05 339.57
Cisarua 143.00 143.00
Citeko 162.65 104.86 0.64 25.66 293.82
Jogjogan 3.76 5.12 39.16 108.63 138.31 114.62 28.21 437.82
Kopo 6.78 36.66 27.96 71.40
Leuwimalang 71.97 71.97
Tugu Selatan 8.68 193.88 76.62 102.05 31.90 413.12
Tugu Utara 354.51 78.84 424.54 117.60 98.59 1.14 1,075.21
Cisarua Total 1,317.52 198.36 1,144.77 961.30 399.09 544.79 28.21 65.42 4,659.47
Megamendung Cipayung Datar 506.82 40.42 547.24
Cipayung Girang 7.07 0.27 203.84 27.62 8.03 246.83
Gadog 0.45 0.45
Kuta 47.32 113.63 190.70 64.10 0.64 16.37 432.75
Megamendung 580.70 161.68 589.54 3.30 70.72 1,405.95
Sukagalih 30.59 73.37 37.77 113.33 33.20 11.86 300.11
Sukakarya 2.20 2.20
Sukaresmi 1.73 16.89 9.16 0.26 28.03
Megamendung Total 665.68 161.95 778.27 939.14 225.24 113.71 0.26 79.33 2,963.57
Sukamakmur Sirnajaya 80.77 80.77
Sukawangi 39.41 39.41
Wargajaya 5.19 0.22 5.41
Sukamakmur Total 125.37 0.22 125.59
Sukaraja Gunung Geulis 127.00 12.32 139.32
Sukaraja Total 127.00 12.32 139.32
Bogor Total 2,183.19 381.12 1,923.40 2,052.20 624.33 676.42 28.47 157.06 8,026.19
Cianjur Pacet Ciloto 69.81 - 69.81
Cimacan 83.90 81.97 165.87
Sindangjaya 37.11 37.11
Pacet Total 83.90 188.89 - 272.79
Cianjur Total 83.90 188.89 - 272.79
Sukabumi Caringin Sukamulya 26.09 26.09
Caringin Total 26.09 26.09
Kadudampit Hutan 26.49 26.49
Kadudampit Total 26.49 26.49
Sukabumi Total 52.58 52.58
2,267.08 381.12 2,164.87 2,052.20 624.33 676.42 28.47 157.06 8,351.56
2,267.08 381.12 2,164.87 2,052.20 624.33 676.42 28.47 157.06 8,351.56
2,267.08 381.12 2,164.87 2,052.20 624.33 676.42 28.47 157.06 8,351.56
Karakter DAS Ciliwung terkait dengan banjir adalah sebagai berikut:
1. Pola hujan di DAS Ciliwung termasuk tipe -V (monsoon), curah hujan tinggi umumnya
terjadi pada bulan Desember-Pebruari, sedikit Presipitasi pada bulan Juni-Agustus. serta
masa peralihan pada bulan Maret-Mei dan September-Nopember. Curah hujan
umumnya merata di seluruh DAS Ciliwung;
2. Dalam SSOP Banjir dan Tanah Longsor, berdasarkan Tipologi DAS, Ciliwung termasuk
dalam DAS kecil memanjang dengan Deskripsi DAS : >= 50% wilayah, Lereng > 40%:
Potensi terjadi longsor sedang hingga tinggi, namun tergantung pada batuan dan
struktur geologi; < 50% wilayah, Lereng > 40%: Potensi longsor sedang, potensi banjir
genangan sedang terutama pada bagian hilir DAS. Deskripsi ini hanya berdasarkan
tipologi DAS saja, lebih lanjut realitasnya ditambah dengan kondisi morfologi dan
morfometri lebih lanjut akan menjelaskan bahwa DAS Ciliwung memang DAS Kritis
Rawan banjir;
3. Topografi DAS Ciliwung bervariasi, bagian hulu umumnya agak terjal -terjal dengan
bagian selatannya didominasi oleh kelerengan > 40% yang sangat curam. DI bagian
hulu Ciliwung terdapat Gunung Gede Pangrango, Gunung Mandalawangi dan Gunung
Kencong, didominsai pula oleh daerah perbukitan dengan lereng agak curam 15% -
25%, Curam 25%-40% sampai sangat curam > 40%. Wilayah tengah hingga hilir dan
merupakan kwasan yang paling luas merupakan wilayah yang relatif landai dengan
kelerengan 0-8%, dari kondisi ini bagian hulu yang bentuknya seperti kipasatau corong
diibaratkan sebagai corong mengalirkan air ke daerah tengah dan hilir;
4. Tipe Curah Hujan, Kondisi Tipologi, morfologi dan morfometri sebagaimana diulas pada
point di atas sangat berhubungan dengan Respon hidrologi DAS Ciliwung (debit) yang
berbanding lurus dengan curah hujan, semakin tinggi curah hujan semakin tinggi debit
sungai Ciliwung, begitu sebaliknya jika curah hujan rendah debit aliran rendah. Sifat
hidrologi DAS Ciliwung berpengaruh terhadap curah hujan dengan sifat responnya
tergolong cepat;
5. Fluktuasi debit maksimum dan minimum (Koefisien Regim Sungai) di DAS Ciliwung
tinggi, adapun Q rataan hampir sama dengan Q min sehingga fluktuasi debit lebih
dipengaruhi oleh Curah hujan. Hal ini terjadi karena disebagian besar daerah resapan
terjadi perubahan penutupan lahan.
6. Aliran permukaan (Run off) yang terjadi di DAS Ciliwung tidak hanya di daerah hulu DAS
saja, tetapi terjadi di daerah hilir, diprediksi kontribusi Run off dari daerah hulu sebesar
42,44% sedangkan di daeran hilir kontribusi Run Off sebesar 57,56%. Data tersebut
menunjukan bahwa tidak semua penyebab banjir jakarta adalah banjir kiriman dari
wilayah Hulu Ciliwung (Bogor), tetapi fakta menunjukan bahwa 85% wilayah jakarta
(hilir Ciliwung) merupakan daerah terbangun yang relatif lebih kedap terhadap air,
sehingga sedikit sekali resapan air yang terjadi dan umumnya menjadi aliran permukaan
yang ujungnya menjadi banjir. Hal ini terbukti oleh data BMKG: "Pantauan BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), curah hujan tertinggi di jakarta kemarin
mencapai 193 mm," kata Soepriyo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG dalam konferensi
pers, Jumat (18/1/2013) (Kompas). Lebih lanjut dikatakan bahwa sejak Rabu tanggal 16
Januari 2013 wilayah Jabodetabek secara merata diguyur hujan dengan intensitas
sedang hingga lebat, hal ini berkontribusi besar terhadap banjir jakarta.
7. Perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung umumnya cenderung ke penggunaan
lahan Non-Pertanian atau lahan terbangun yang cenderung lebih terbuka dan lebih
kedap, sehingga laju aliran permukaan dan erosi tetap tinggi. Perubahan penggunahan
lahan itu juga menurunkan kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran
permukaan (KPMA), sehingga persentase curah hujan yang jatuh menjadi aliran
permukaan semakin tinggi. Perubahan penggunaan di DAS Ciliwung banyak yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;
8. Peningkatan Kepadatan penduduk berkorelasi nyata terhadap peningkatan perluasan
daerah terbangun (daerah kedap air), kepadatan penduduk semakin ke hilir DAS
Ciliwung semakin tinggi dan semakin luas pula darah kedap air. Peningkatan luasan
daerah kedap air berpengaruh langsung terhadap peningkatan aliran permukaan yang
berakumulasi menjadi banjir;
9. Luasan Hutan dengan pengelolaan konservasi berupa Taman
Nasional (Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango) di DAS Ciliwung bagian hulu hanya seluas 1.990,5
Ha atau hanya sebesar (5,39%) dari total DAS yang
berdasarkan peta Review Tahun 2011 adalah seluas 37.077
Ha, penggunaan lahan umumnya di wilayah hulu selain Taman
Nasional tersebut berupa yang hutan adalah tegalan, sawah,
dan telah padat pula pemukiman dimana semua penggunaan
tersebut berpotensi untuk menyebabkan erosi dan aliran
permukaan ditambah topografi di hulu umumnya terjal > 45%.
10. Upaya RHL vegetatif di DAS Ciliwung relatif masih kecil, dalam kurun waktu 5 tahun
(2007-2012) upaya konservasi dengan vegetatif baru seluas 3.100 ha di wilayah hulu,
sementara sipil teknis baru 3.262 unit sumur resapan, 7 Cek dam, 20 dam penahan dan
20 Gully Plug. kecilnya upaya konservasi ini disebabkan karena masalah kepemilikan
lahan (tenurial) dimana banyak lahan-lahan terbengkalai tidak tergarap atau dengan
garapan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi di wilayah hulu merupakan lahan
milik dimana pemilik umumnya bertempat tinggal di luar lahan itu (kota), menyebabkan
sementara belum bisa maksimal untuk mengaplikasikan program pengelolaan lahan
misalnya dengan model Hutan Rakyat yang konservatif;
TNGGP
11. Berdasarkan Monev Kinerja DAS, DAS Ciliwung dijelaskan dalam tabel 1. sebagai
berikut:
INDIKATOR/PARAMETER BOBOT
% % % Skor
A. Tata Air 50
1. Banjir dan kekeringan 30
a. Koefisien regim sungai (KRS) 10 50
b. Koefisien variansi (CV) 5 15
c. Indeks Penggunaan Air 5 15
d. Koefisien limpasan 5 25
2. Sedimentasi (laju sedimen) 10 10 50
3. Kandungan pencemar 10
a. Fisika (warna, TDS,Turbidity) (4) 20
b. Kimia (pH,DHL,NO3,SO4,PO4,K,Ca,Mg) (4) 20
C Biologi (zat organik, BOD dan COD): (2) 20
B. Kondisi DTA 50 50 50
1. Pengelolaan Lahan 20
a) Indeks penggunaan lahan (IPL) 4 20
b) Kemampuan penggunaan lahan KPL 4 20
c) Indeks Erosi (IE atau CxP) 8 24
d) Kerawanan tanah longsor (KTL) 5 15
2. Sosial dan Ekonomi 10
a) Kepedulian individu (KI) 3 15
b) Partisipasi masyarakat (PM) 3 9
c) Tekanan Penduduk (TP) 4 20
3. Ekonomi 10
a) Ketergantungan thd lahan 4 20
b) Tingkat pendapatan (TD) 2 10
INDIKATOR/PARAMETER BOBOT
% % % Skor
c) Produktifitas lahan (PL) 2 10
d) Jasa lingkungan (JL) 2 10
4. Kelembagaan 10
a) Keberdayaan lembaga lokal (KLL) 2 10
b) Ketergantungan masy pd pemerintah 2 6
c) KISS 4 12
d) Kegiatan usaha bersama (KUB) 2 6
Jumlah Total 100 100 100 422
Kategori penilaian kinerja DAS/Sub DAS seperti pada tabel tersebut yaitu sebagai hasil
perkalian bobot dengan nilai dibagi 100.
Tabel 2. Klasifikasi kategori nilai kinerja DAS
No. Nilai Klasifikasi Kinerja DAS Kategori
1 < 1,7 Baik
2 1,7 – 2,5 Agak Baik
3 2,6 – 3,4 Sedang
4 3,5 – 4,3 Agak Buruk
5 > 4,3 Buruk
DAS Ciliwung masuk dalam kategori Agak Buruk.
Banjir Jakarta hampir bisa dipastikan akan terus terjadi jika curah hujan tinggi
(berdasarkan data kejadian periode 5 tahunan), melihat kondisi seperti yang diuraikan
diatas hanya dari deskripsi DAS Ciiwung saja yang relatif hulunya masih mempunyai
kawasan HUtan KOnservasi meski hanya 5,39% dari Luas DAS Ciliwung, apalagi kalau
ditambah kontribusi banjir dari 5 DAS lain yang hampir seluruhnya dari Hulu sampai Hilir
didominasi oleh penggunaan lahan oleh areal terbangun dan non pertanian.
4. Kegiatan Yang Telah di Laksanakan di Wilayah DAS Ciliwung
1. Kegiatan Vegetatif yang sudah dilaksanakan kurun waktu 2003 s/d 2012 sumber Dana APBN,
APBD dan Sumber lainnya.
No. Kab/Kota Kegiatan Vegetatif TOTAL
Hutan Kota Hutan Mrve
HR HR KBR Penghijauan Kota
RHL Kons
1. Bogor 3.42 840.00 402.00 315.00 1007.00
2. Kota Bekasi 78.14 78.14
3. Kota Bogor 117.88 117.88
4. Kota Depok 193.25 182.50
5. Kota Jakarta Barat 15.00 50.00 50.00
6. Kota Jakarta Pusat 29.40 155.82 183.22
7. Kota Jakarta Selatan 59.13 200.00 245.00
8. Kota Jakarta Timur 13.00 250.00 263.00
9. Kota Jakarta Utara 8.68 154.00 185.00 335.00
10. Tangerang 7.00 7.00
TOTAL 128.63 154.00 847.00 402.00 1230.09 315.00 3076.72
2. Kegiatan Sipil Teknis yang sudah dilaksanakan kurun waktu 2003 s/d 2012 sumber Dana APBN,
APBD dan Sumber lainnya
No. Kab/Kota Kegiatan Vegetatif TOTAL
Cek dam Dpn Gully Plug Sumur Resapan
1. Bogor 38 20 200 258
2. Kota Bekasi 190 190
3. Kota Bogor 494 494
4. Kota Depok 7 10 631 648
5. Kota Jakarta Barat 293 293
6. Kota Jakarta Pusat 464 464
7. Kota Jakarta Selatan 484 484
8. Kota Jakarta Timur 425 425
9. Kota Jakarta Utara 56 56
10. Tangerang 25 25
TOTAL 7 48 20 3262 3337
Sumber :
1. SSOP DAS Ciliwung BPDAS Citarum-Ciliwung
2. Monev DAS Ciliwung untuk Pengendalian Bencana Banjir (BPDAS Citarum-Ciliwung
Tahun 2007)
3. BMKG dan sumber2 lainnya.