antiepileptikum

14
I. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan : 1. Mengerti dan memahami manifestasi stimulasi sistem saraf pusat secara berlebihan pada makhluk hidup. 2. Memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebihan itu dapat diatasi. 3. Sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan coba. II. DASAR TEORI Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek obat yang sangat luas.Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas susunan saraf pusat secara spesifik atau secara umum. Alcohol adalah penghambat susunan saraf pusat tetapi dapat memperlihatkan efek perangsangan, sebaliknya perangsangan susunan saraf pusat dosis besar selalu disertai depresi pasca perangsangan. Obat yang efek utamanya terhadap susunan saraf pusat yaitu stimulant susunan saraf pusat dan antiepileptikum. 1. Stimulant Susunan Saraf Pusat Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan susunan saraf pusat yang nyata dalam dosis toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSP sebagai efek samping. Dalam hal ini adalah obat Aminophylline yang digunakan. Aminophylline adalah garam yang dalam darah membebaskan

Upload: silky-nazmatullaila

Post on 08-Dec-2014

110 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

antiepileptikum

TRANSCRIPT

Page 1: antiepileptikum

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :

1. Mengerti dan memahami manifestasi stimulasi sistem saraf pusat secara berlebihan pada

makhluk hidup.

2. Memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebihan itu dapat diatasi.

3. Sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan coba.

II. DASAR TEORI

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek obat yang sangat

luas.Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas susunan saraf pusat

secara spesifik atau secara umum. Alcohol adalah penghambat susunan saraf pusat tetapi

dapat memperlihatkan efek perangsangan, sebaliknya perangsangan susunan saraf pusat dosis

besar selalu disertai depresi pasca perangsangan.

Obat yang efek utamanya terhadap susunan saraf pusat yaitu stimulant susunan saraf pusat

dan antiepileptikum.

1. Stimulant Susunan Saraf Pusat

Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan susunan saraf pusat yang nyata dalam

dosis toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSP sebagai efek

samping. Dalam hal ini adalah obat Aminophylline yang digunakan. Aminophylline adalah

garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa dan sangat

merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering mengakibatkan gangguan lambung

(mual, muntah), juga pada penggunaan dalam suppositoria dan injeksi intra-muskular (nyeri).

Pada serangan asma sendiri digunakan dengan injeksi intra-vena. Namun pada dosis yang

terlalu tinggi obat aminophylline ini dapat mengakibatkan konvulsi (kejang).

2. Antiepileptikum

Epilepsy atau sawan/penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-

tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak

dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di otak.

Page 2: antiepileptikum

Kejang telah diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu :

a) Parsial (atau fokal)

Gejala tiap jenis kejang tergantung pada tempat terjadinya lapisan saraf dan luasnya

penyebaran aktifitas listrik kesaraf-saraf lainnya dalam otak. Kejang parsial bisa berkembang

menjadi kejang tonik-klonikumum.

Parsial sederhana: Kejang-kejang ini disebabkan oleh suatu kelompok saraf hiperaktif

yang menunjukkan aktifitas listrik yang abnormal dan terbatas pada suatu lokus tunggal

di otak. Kelainan listrik tersebut tidak menyebar. Penderita tidak kehilangan

kesadarannya dan sering menunjukkan aktifitas abnormal dari sebuah anggota badan saja

atau kelompok otot tertentu saja yang dikontrol bagian oleh bagian otak yang mengalami

gangguan tersebut. Pernderita tersebut bisa juga menunjukkan kelainan sensoris.

Serangan-serangan parsial sederhana ini bisa terjadi pada semua usia.

Parsial yang kompleks: Kejang ini menunjukkan halusinasi yang kompleks, gangguan

mental dan kehilangan kesadaran. Gangguan fungsi motoris bisa melibatkan gerakan-

gerakan menguyah, diare, urinasi. Kebanyakan (80%) dari penderita dengan epilepsy

parsial kompleks mengalami permulaan serangan sebelum usia 20 tahun.

b) Umum (generalisata)

Kejang ini mulai local, tetapi menyebar dengan cepat, menghasilkan lepasan listrik abnormal

di seluruh kedua hemisferotak. Serangan umum bisa berupa kejang atau non kejang.

Penderita tersebut biasanya kehilangan kesadaran dengan segera.

Tonik-klonik (grand mal): ini adalah bentuk epilepsy yang paling sering ditemukan dan

paling dramatis. Serangan menyebabkan hilangnya kesadaran. Diikuti oleh kejang tonik

kemudian oleh fase kejang klonik. Serangan tersebut diikuti oleh suatu periode

kebingungan dan kelelahan.

Absence (petit mal): serangan-serangan ini berupa kehilangan kesadaran yang pendek

tiba-tiba dan sembuh sendiri. Awitan ini terjadi pada penderita-penderita berusia 3-5

tahun dan bertahan sampai pubertas. Penderita tersebut memandang dan menunjukkan

mata berkedip-kedip cepat yang bertahan selama 3-5 detik.

Page 3: antiepileptikum

Mioklonik: serangan ini terdiri atas episode-episode kontraksi otot yang singkat yang

bisa berulang-ulang untuk beberapa menit. Serangan mioklonik jarang, terjadi pada

semua usia dan sering merupakan suatu hasil kerusakan saraf permanen yang didapatkan

skibathipoksia, uremia, ensefalitis atau keracunan obat.

Kejang demam: anak-anak muda (umur 3 bulan sampai 5 tahun) sering mendapatkan

serangan kejang yang disertai demam tinggi. Kejang demam tersebut terdiri atas kejang

umum tonik-klonik yang berlangsung singkat. Walaupun kejang demam bisa menakutkan

bagi yang melihatnya, penyakit ini ringan dan tidak menyebabkan kematian, kerusakan

neurologic, atau gangguan belajar, dan jarang sekali memerlukan obat-obatan.

Status Epilapticus: serangan-serangan yang berulang secara cepat.

Anti epileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsy berkat khasiat

antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus hebat). Semua obat antikonvuls

imemiliki masa paruh panjang, dieliminasi dengan lambat dan berakumulasi dalam tubuh

pada penggunaan kronis.

Mekanisme kerjanya

GABA (gamma-aminobutiric acid). Di otak terdapat dua kelompok neurotransmitter,

yakni zat-zat seperti noradrenalin dan serotonin yang memperlancar transmisi rangsangan

listrik di sinaps sel-sel saraf. Selain itu juga terdapat zat-zat yang menghambat

neurotransmisi, antara lain GABA danglisin. GABA memiliki efek dopamine (= PIF,

prolactin inhibiting factor) lemah, yang berdaya menghambat produksi prolactin oleh

hipofisis. GABA terdapat praktis di seluruh otak dalam dua bentuk, GABA-A dan GABA-B

yang daya kerjanya berhubungan erat dengan reseptor benzodiazepine. Ternyata pula bahwa

terdapat hubungan langsung antara serangan kejang dan GABA. Zat-zat yang memicu

timbulnya konvulsi diketahui bersifat mengurangi aktivitas GABA. Di lain pihak zat-zat

yang memperkuat system penghambatan yang diatur oleh GABA berdaya antikonvulsi,

antara lain benzodiazepine (diazepam, klonazepam). Ini merupakan salah satu mekanisme

kerja dari obat-obat epilepsy.

Diazepam merupakan obat pilihan golongan pertama untuk obat antikonvulsi. Di

samping khasiat ansiolitik, relaksasi otot dan hipnotiknya, senyawa benzodiazepine ini

Page 4: antiepileptikum

berdaya antikonvulsi. Berdasarkan khasiat ini diazepam digunakan pada epilepsy dan dalam

bentuk injeksi i.v. terhadap status epilepticus. Pada penggunaan oral dan dalam klisma,

resorpsinya baik dan cepat tetapi dalam bentuk suppositoria lambat dan tidak sempurna. K.I.

97-99%, diikat pada protein plasma.

Di dalam hati diazepam dibiotransformasi menjadi antara lain N-desmetilidiazepam yang

juga aktif dengan plasma t1/2 panjang, antara 42-120 jam. Plasma t1/2 diazepam sendiri

berkisar antara 20-54 jam. Toleransi dapat terjadi terhadap efek antikonvulsinya, sama

seperti terhadap efek hipnotiknya.

Efeksampingnya: Lazim bagi kelompok benzodiazepine, yakni mengantuk, termenung-menung,

pusing dan kelemahan otot.

Dosis: 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg dengan perlahan-lahan (1-2 menit), bila perlu diulang

setelah 30 menit. Pada anak-anak 2-5 mg.

III. BAHAN DAN ALAT

1. Mencit 2 ekor

2. Obat Aminofilin dan Diazepam

3. Timbangan hewan

4. Alat suntik

5. Stopwatch

IV. PROSEDUR KERJA

1. Timbang masing-masing mencit, beri nomor, dan catat.

2. Mencit I disuntikkan diazepam

3. Catat tingkah laku mencit

4. Tepat pada 45 menit kemudian mencit I dan II disuntikkan Aminofilin

5. Cata tingkah laku, dan perhatikan kejang yang ditimbulkan oleh Aminofilin dan yang

ditahan oleh diazepam

Page 5: antiepileptikum

V. DATA PENGAMATAN

Berat mencit 1 : 26.5 gr = 0,0265 kgBerat mencit 2 : 26.3 gr = 0,0263 kgDosis diazepam : 20 mgDosis aminophylin : 250 mg, 300 mg, dan 350 mgKonsentrasi diazepam : 5 mg/mLKonsentrasi aminophylin : 24 mg/mL

Menghitung nilai VAO

VAO=BB (kg ) x Dosis Obat

KonsentrasiDiazepam

Mencit 1 VAO=0,0265 x 205

=0.106 mL

Aminophylin

Mencit 1 VAO=0,0265 x 35024

=0.331 mL

Mencit 2 VAO=0,0263 x 35024

=0,0.32 mL

Tabel Hasil Pengamatan

Kel.ke-

Mencit Ke-

BB (kg)

Dosis Diazepam (VAO) mL

Dosis Aminophylin (VAO) mL

Waktu Respon

(menit ke-)Keterangan

1

1 0.0265 0.106 0.33118

Hari ke-3TremorMati

2 0.0263 - 0.32

1,473,4122

TremorPernafasan cepatPunuk berdiri, Pernafasan semakin meningkat, detak jantung meningkat

21 0.0245 0.098 0.306

24Hari ke-2

TremorMati

2 0.023 - 0.2875 3578

9,1621

Tremor tangan, pernapasan cepatTremor tangan, kaki, dan ekorDiare, parsial complexTremor seluruh tubuhKejangKejang

Page 6: antiepileptikum

2232

KedipMeninggal

3

1 0,0335 0,134 0,488151617

Tidak ada tanda-tanda apa punNafas cepatTubuh tremor

2 0,0297 - 0,433

0,562

4,25

68

9,4811,4011,5912,3014,2014,4014,4515,1115,33

TremorFrekuensi nafas cepatTremor kaki depan dan belakang, jalan lambat tertatih-tatihDiamOtot kaku, jalan pincangMata sipitKaki sudah benar-benar kakuDua kaki belakang kejangMata melebarFrekuensi nafas meningkatKejang klonikDiamKejang tonik, mulut berbusaMati

4

1 0,0319 0,127 0,465 Hari ke-2 Mati

2 0,0303 - 0,441

8,582545

48,45

Nafas cepatJalan tertatih-tatihKejangMati

5

1 0,0335 0,134 0,349

6,4116,19

4552556585

>24 jam

Mulai tenangKeadaan sedativeDisuntikan aminophyllinMasih tenangMasih tenangMasih tenangMulai berjalan (belum kejang)Mencit Mati

2 0,0245 - 0,3573

1348

101719202346

Tremor ringan pada kakiPernafasan cepatLemas, tremor sedangKaki belakang kejang, kaki depan tremorSemua kaki kejangTubuh mulai kejangTubuh mulai kejangMata menyipitEkor berdiri menegangMati

Page 7: antiepileptikum

6

1 0,0291 0.12 0.301525

Memberikan respon gerakLemas

2 0.0313 - 0.33

2,25

4.3610,1522,37

30,09

Kejang klonik (kejang pada kaki belakang)Keempat kakinya kejangDiareLemas dan nafas mulai tidak teraturLemas, Nafas tidak teratur, pupil mengecil.

Keterangan :Mencit yang telah diberi diazepam, pengamatan dilakukan setelah 45menit diberi diazepam.

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum stimulasi system saraf pusat dan antiepileptika, kami melakukan

percobaan menggunakan obat diazepam dan aminophylin. Dimana obat diazepam termasuk

golongan obat-bat yang mempengaruhi sistem saraf pusat yang merupakan turunan

benzodiazepine. Diazepam ini juga bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi

hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat

dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus

dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat

korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengana afinitasnya pada

tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya

akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA,

saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke

dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan

sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang akan berkurang. Pemberian diazepam

merupakan relaksan otot yang bekerja sentral khususnya refleks polisinaptik disumsum tulang

belakang dan mengurangi aktivitas neuron sistem retikular dimesenfalon, dan juga dapat

digunakan untuk mengatasi kejang yang diakibatkan oleh obat aminophylin yang digunakan

pada praktikum ini.

Aminophylin bersifat menstimulasi sistem saraf pusat, sampai batas-batas tertentu sifat ini

dapat diterapakan untuk mengatasi depresi sisitem saraf pusat yang berlebihan  pada   penyakit

Page 8: antiepileptikum

kardiovaskuler, asma, bronkopneumonia, bronkitis, udem, antianginapektoris. Injeksi

aminophylin meningkatkan kardiakoutput sekitar 35 % dalam waktu 15 menit dan peningkatan

filtrasi glomerolus. Pemberian aminophylin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kejang baik

kejang parsial maupun kejang tonik klonik yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Perlakuan pada mencit pertama untuk setiap kelompok, diberikan diazepan dengan dosis

20mg/kgbb. Setelah 45 menit di berikan aminophylin dengan berbagai dosis : kelompok 1 dan 2

300mg ; kelompok 3 dan 4 350mg ; kelompok 5 350; dan kelompok 6 250mg. Sedangkan utuk

mencit kedua langsung diberi aminophylin : kelompok 1 dan 2 300mg ; kelompok 3 dan 4

350mg ; kelompok 5 250mg; dan kelompok 6 250mg.

Berdasarkan hasil pengamatan mencit yang memberikan respon kematin lebih cepat

adalah mencit kelompok 3 yang diberikan dosis 350 mg/kgbb aminopilin tanpa diazepam. Secara

keseluruhan pada dosis 350 mg tanpa diberi diazepam menimbulkan kematian dalam range 15,33

menit - 48,45 menit. Jarak kejang tonik samapi klonik rata-rata sekitar 30 detik. Untuk kejang

klonik sampai kematian sekitar 20 detik Sedangkan yang diberi diazepam pada dosis ini adalah 1

hari. Kematian dapat terjadi karena diawali kejang parsial yang lama kelamaan terjadi kejang

tonik klonik (grand mal) yang meliputi keseluruhan otot rangka termasuk otot pernapasan yang

berlangsung lama sehingga kematian dapat terjadi akibat tidak bisa bernapas.

Untuk dosis aminophil 300mg/kgbb yang diberikan terhadap mencit kelompok 2

mengalami kejang pada menit ke 9 dan meninggal pada 32 menit. Sedangkan pada kelompok 2

pada menit ke 22 samapi selesai praktikum hanya memberikan efek meningkatnya pernafasan,

detak jantung, dan punuk mencit berdiri. Ini mungkin disebabkan karena obat yang masuk

melalui IP tidak seluruhnya masuk.

Pada mencit yang diberikan dosis 250mg/ kgbb dan diazepam, tidak memngalami kejang

namun yang tidak diberikan diazepam mengalami kejang pada menit ke 4 tanpa menimbulkan

kematian.

Dari sini kita dapat melihat bahwa dosis aminophilin dapat menimbulkan kejang hingga

kematian jika di beri dalam jumlah besar yaitu di atas 300mg/kg bb. Obat diazepam yang

diberikan mampu mengurangi efek kejang tersebut walaupun mencit tersebut mati namun dalam

waktu yang relatif lama di bandingkan yang tidak diberika diazepam terlebih dahulu.

Page 9: antiepileptikum

VII. KESIMPULAN

1. Semua mencit yang diberikan dosis aminopilin 350 mg/kgbb tanpa diberi diazepam

terlebih dahulu mengalami kematian dalam kisaran 15,33 sampai 48,45 menit.

2. Pada mencit kelompok 3 yang diberikan dois aminopilin 350 mg/kgbb tanpa diberi

diazepam terlebih dahulu mangalami kematian yang paling cepat yaitu pada menit ke

15,33.

3. Untuk mencit yang diberikan dosis aminopilin 250 mg/kgbb dan diazepam tidak

mengalami kejang sama sekali, sedangkan untuk mencit yang diberikan dosis sama tanpa

diazepam hanya mengalami sedikit kejang dan tidak menimbulkan kematian.

4. Semakin besar jumlah dosis aminopilin yang diberikan maka semakin cepat juga mencit

tersebut mengalami kejang dan menimbulkan kematian.

5. Obat diazepam dipakai untuk mengurangi efek kejang pada mencit.

Page 10: antiepileptikum

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Farmakologi dan Terapi.

Jakarta: Gaya Baru.

2. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media

Komputindo.