asepsis.doc

9
Asepsis Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh sekrei mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia antikuman. Asepsis berarti menghindari organisme patogen. Secara praktis, merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua jenis mikroorganisme. Cara melakukannya adalah sebagai berikut : - Menggunakan klem desinfeksi yang steril, mengambil bola kasa steril dibasahi dengan larutan desinfektan. Dioleskan pada kulut lapangan pembedahan dari tengah, berputar melebar makin meluas (dari pusat keluar), berhenti sampai selebar/ seluas yang dibutuhkan. - Ganti dengan bola kasa baru. - Untuk tiap macam obat desinfektan sedikitnya diperlukan dua kali olesan. Pembuatan Flap Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya (biasanya tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah patologis, merawat luka, atau menggerakkan jaringan

Upload: nastiti-diwanti-putri

Post on 13-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asepsis

TRANSCRIPT

Page 1: asepsis.doc

Asepsis

Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh sekrei

mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan

kimia antikuman. Asepsis berarti menghindari organisme patogen. Secara praktis,

merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua jenis

mikroorganisme.

Cara melakukannya adalah sebagai berikut :

- Menggunakan klem desinfeksi yang steril, mengambil bola kasa steril

dibasahi dengan larutan desinfektan. Dioleskan pada kulut lapangan

pembedahan dari tengah, berputar melebar makin meluas (dari pusat

keluar), berhenti sampai selebar/ seluas yang dibutuhkan.

- Ganti dengan bola kasa baru.

- Untuk tiap macam obat desinfektan sedikitnya diperlukan dua kali olesan.

Pembuatan Flap

Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya

(biasanya tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah

patologis, merawat luka, atau menggerakkan jaringan untuk memperbaiki

kerusakan. Pencabutan beberapa gigi yang berdekatan mengharuskan preparasi

lingir sisa untuk restorasi prostetik dikemudian hari misalnya alveoplasti. Oleh

karena itu di indikasikan pembuatan flap envelope, contigous yang tidak bebas

untuk mendapat jalan masuk ke prosesus alveolar. Pencabutan gigi dengan

pembedahan, baik gigi yang erupsi maupun impaksi memerlukan flap untuk jalan

masuk.

Pengambilan Tulang

Pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu

dengan irigasi larutan saline. Tulang yang menutupi dihilangkan untuk mendapat

jalan masuk ke permukaan akar yaitu bagian yang akan dilakukan pemotongan,

Page 2: asepsis.doc

dan biasanya merupakan daerah furkasi akar. Pengambilan jaringan tulang ini

selain untuk meninggalkan hambatan juga bertujuan membuat ruangan antara gigi

dan fulkrum yang dapat dimasuki oleh elevator.

Pemotongan gigi yang terencana

Gigi bawah yang impaksi biasanya dipotong-potong, sedangkan gigi atas

yang impaksi jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Kepadatan dan sifat tulang

mandibula menjadikan pemotongan terencana pada kebanyakan gigi impaksi

menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh arah pengeluaran yang tidak

terhalang. Dasar pemikiran dari pemotongan adalah menciptakan ruang yang bisa

digunakan untuk mengungkit dan mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar.

Sekali konsep ini dimengerti, pencabutan impaksi mandibula dapat dilakukan

dengan cara yang bijaksana.

Pemotongan terencana dari impaksi molar ketiga hanya membutuhkan

pemotongan tulang yang lebih sedikit dan mengakibatkan trauma yang kecil untuk

mendapat arah pengeluaran yang baik.

Molar bawah juga dicabut dengan memisahkan akar pada daerah furkasi.

Berbeda dengan pencabutan molar atas yang terutama terdiri dari pendekatan

bukal, rute oklusal digunakan untuk pencabutan molar bawah.

Penggunaan antibiotik dan analgetik

Flora mulut biasanya hidup secara komensalistik dengan hospes misalnya,

tidak saling menguntungkan maupun merugikan. Apabila keadaan memungkinkan

terjadinya invasi baik oleh flora tetap atau asing, maka akan terjadi perubahan

hubungan (parasitisme). Sekali terjadi infeksi, organisme akan memperkuat diri

dan berkembang biak. Respon lokal dari hospes adalah keradangan. Akibat

perubahan jaringan (yang disebabkan karena aktivitas bakteri dan pertahanan

lokal dari hospes serta mekanisme serupa yang bekerja secara sistemik),

Page 3: asepsis.doc

menimbulkan gambaran klinis infeksi. Rasa sakit tekan, kemerahan, dan

pembengkakan mudah dikenali sebagai manifestasi suatu keradangan.

Antibiotik merupakan antibakteri yang diperoleh dari mikroorganisme.

Terdapat klasifikasi Antibakteri berdasarkan cara kerjanya, misalnya sebagai

penghambat sintesis dinding sel, penghambat sintesis protein, antagonis asam

folat dan quinolon atau fluoroquinolon. Antibakteri yang bekerja menghambat

sintesis dinding sel adalah golongan pinisilin (β-laktam), sefalosporin, dan

polipeptida.

Penicillin adalah antibiotik yang paling sering digunakan. Baik yang alami

maupun sintesis mempunyai aktivitas bakteriosidal spektrum luas dan bekerja

dengan jalan menggangu pembentukan dan keutuhan dinding sel bakteri.

Nyeri adalah gejala yang paling sering dikeluhkan penderita, sehingga

dikenal berbagai obat yang bersifat simtomatik dengan fungsi utama mengurangi

rasa sakit (analgetik). Analgetik biasanya mempunyai efek lain, seperti anti piretik

dan anti inflamasi Obat-obat analgetik anti inflamasi, terutama yang non steroid

(NSAIDS) bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), baik

COX-1 maupun COX-2. COX-1 mensintesis prostaglandin di lambung, ginjal,

dan platelet, sehingga jika enzim ini terhambat akan mengganggu fungsi normal

lambung, ginjal, dan platelet. Sedangkan COX-2 mensintesis prostaglandin hanya

pada tempat inflamasi, sehingga jika enzim ini terhambat akan mencegah

pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi saja (Day, 2000).

Aksi utama analgetik anti piretik, seperti paracetamol adalah dengan cara

menghambat sintesis prostaglandin di pusat (hipotalamus), tetapi tidak di perifer

(jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi (Dwiprahasto,

1989).

Page 4: asepsis.doc

Banyaknya obat analgetik yang sudah beredar dengan spesifikasinya masing-

masing, sehingga paling tidak akan cukup merepotkan kita sebagai klinisi untuk

memilihnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan analgetik apa yang harus diberikan

sesuai dengan indikasi untuk kepentingan klinik di bidang kedokteran gigi.

Analgetik perlu diberikan jika ada keluhan nyeri.

Untuk memperoleh efek analgetik yang optimal dari suatu obat, diperlukan

beberapa kriteria atau sifat-sifat farmakokinetik sebagai berikut:

1. Diabsorbsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati

absolut (100%).

2. Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi

yang tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping.

3. Eleminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah

terjadinya penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal/ hepar.

4. Tidak toksik (toksisitas minimal), sedikit memberi interkasi terhadap obat-

obat lain yang kemungkinan harus diberikan bersamaan serta harus

mempunyai indeks terapeutik yang sempit.

Percobaan uji klinis antara metamizol, asam mefenamat, dan ibuprofen pada

sakit pasca operasi gigi impaksi molar tiga mandibula disimpulkan bahwa

metamizol 500 mg, asam mefenamat 500 mg, dan ibuprofen 400 mg mempuyai

kemanfaatan yang sebanding dalam perawatan sakit pasca operasi impaksi gigi

molar tiga mandibula. Hal ini menunjukkan bahwa ketiganya efektif sebagai

analgetik pada sakit pasca operasi gigi impaksi molar tiga mandibula (Soelistiono,

dkk., 1996).

Page 5: asepsis.doc

Daftar Pustaka

Pederson, Gordon W. 1996. Buku Ajar Ilmu Bedah Mulut. Jakarta : EGC

Priyanto dan Batubara. 2008. Farmakologi Dasar. Depok : lembaga Studi dan

Konsultasi Farmakologi

Soelistiono. 2004. Analgesics in Dental Pain (Clinical Review). [serial online].

http://www.pabmi.com

Tim penulis. 2005. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : bagian farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page 6: asepsis.doc

TUGAS KLINIK BEDAH MULUT

Oleh :

Eva Septiani P.S

051610101070

Dosen Pembimbing :

Drg. Sonny Subiyantoro, M. Kes

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2009