buku7

268
Seri MDGs No: 7 PEMETAAN DAN PENYEMPURNAAN ALUR DATA SEKTORAL UNTUK PEMANTAUAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN MILENIUM INDONESIA Koordinator Studi: Dr. Soedarti Surbakti BPS

Upload: dralfu

Post on 03-Jan-2016

136 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: buku7

Seri MDGs No: 7

PEMETAAN DAN PENYEMPURNAAN ALUR DATA SEKTORAL UNTUK PEMANTAUAN

PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN MILENIUM INDONESIA

Koordinator Studi: Dr. Soedarti Surbakti

BPS

Page 2: buku7

Daftar Isi Halaman Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Singkatan dan Istilah v I. Studi Pemetaan dan Penyempurnaan Alur Data Sektoral 1

(Dr. Soedarti Surbakti)

II. Data Sektoral Bidang Kesejahteraan Sosial 51 (Drs. H. Bambang Ipujono, M.Si., Ir. Lucky Prakoso, M.Si.)

III. Data Sektoral Bidang Pendidikan 79 (Ade Cahyana, M.Sc., Siti Sofiah, M.Sc., Prayitno, S.E.)

IV. Data Sektoral Bidang Kesehatan 105 (Dr. Bambang Hartono, M.Sc., Hari Purwanto, M.Kes., M.Si., Machjati, S.K.M., M.Kes.)

V. Data Sektoral Bidang Keluarga Berencana (KB) 133 (Drs. Freddy Aritonang, M.M., Dra. Hitima Wardhani, M.P.H.)

VI. Data Sektoral Bidang Kehutanan 169 (Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Si., Ir. Iman Santosa, M.Sc., Ir. Tuti Setiawati)

VII. Data Sektoral Bidang Lingkungan Hidup 181 (Ir. Sri Hudyastuti, Dra, Siti Aini Hanum, M.A., Drs. Maulyani Djajadilaga)

VIII. Sistem Alur Data Dasar Terkait MDGs 211 (Gema Purwana, S.E., M.Si., Ir. Isra Natalisa Ginting)

IX. Data Sektoral Terkait MDGs di BPS 235 (Drs. Abdul Rachman, S.E., Ir. Agus Subeno, M.S.)

iii

Page 3: buku7

Daftar Lampiran Lampiran: Halaman: 1.1 Daftar Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah di Tingkat Kabupaten dan Propinsi 35 1.2 Daftar Nama Penanggung Jawab Teknis Studi Alur

Data Sektoral Pusat dan Daerah 36 1.3 Kuesioner Studi Alur Data Sektoral 37 1.4 Daftar Nama Peserta Rapat di Kantor Bupati Jeneponto 43 1.5. Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Jeneponto 44 1.6. Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Takalar 45 1.7. Daftar Nama Responden Studi Alur Data Sektoral 46 1.8. Rangkuman Usulan Indikator MDGs Tingkat Kabupaten dan

Kecamatan 47 2.1 Formulir A Instrumen Pendataan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) 66 2.2 Formulir B Instrumen Pendataan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) 71 2.3 Formulir C Instrumen Potensi dan Sumber Kesejahteraan

Sosial (PSKS) 73 4.1 Register Kegiatan Posyandu 124 4.2 Laporan Bulanan Data Kesakitan 126 4.3 Laporan Bulanan KIA, Gizi, Imunisasi, Pencegahan

Penyakit Menular 127 4.4 Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit 128 4.5 Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit 129 4.6 Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Surveilans

Terpadu Rumah Sakit 130 4.7 Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Surveilans Terpadu Rumah Sakit 131 4.8 Data Status Imunisasi 132

iv

Page 4: buku7

Lampiran: Halaman:

5.1. Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan 159 5.2. Register Hasil Pelayanan KB di Klinik KB 161 5.3 Register Pendataan Keluarga 162 5.4 Register Sub-Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa 165 5.5 Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan Program

Keluarga Berencana Nasional Tingkat Kecamatan 166 5.6 Laporan Bulanan Klinik KB 167 6.1 Luas Penutupan Lahan Dalam Kawasan Hutan dan Luar

Kawasan Hutan Berdasarkan Penafsiran Citra Satelit Landsat ETM+ s.d. Tahun .... 179

6.2 Luas Kawasan Hutan Lindung dan Konservasi 180 7.1 Survei Industri 208 7.2 Survei Rumah Tangga 209 9.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan DDA Provinsi 254 9.2 Indikator MDGs yang Tersedia di DDA 255 9.3 Usulan Penyempurnaan Sistem Alur Data Sektoral 256

v

Page 5: buku7

I. Studi Pemetaan dan Penyempurnaan Alur Data Sektoral (Dr. Soedarti Surbakti)

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-undang No 16 Tahun 1997, Sistem Statistik Nasional (SSN) yang dipakai di Indonesia meliputi tiga unsur, yaitu statistik dasar, statistik sektoral, dan statistik khusus. Pertama, statistik dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan umumnya dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistk (BPS). Kedua, statistik sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan sektor. Statistik ini umumnya dikumpulkan oleh instansi melalui catatan administrasinya. Statistik yang ketiga adalah statistik khusus yaitu statistik yang dikumpulkan oleh masyarakat untuk kepentingan spesifik seperti dunia usaha dan lainnya. Dua jenis statistik yang pertama disebutkan diadakan untuk kepentingan pengambil kebijakan publik, pemerintah dan swasta, sedangkan statistik khusus umumnya tidak disiapkan untuk konsumsi publik.

Undang-undang tersebut disusun ketika otonomi daerah belum diterapkan, sehingga kebutuhan data untuk kepentingan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pemerintah daerah belum tertampung atau bahkan mungkin tidak terpikirkan. Padahal untuk dapat menyusun suatu perencanaan yang baik pemerintah daerah (Pemda) harus dilengkapi dengan fakta tentang semua hal yang terjadi dalam masyarakat. Dengan perkataan lain, diperlukan data statistik yang, antara lain, dapat menunjukkan jenis program pembangunan apa yang dapat memenuhi keperluan masyarakat, bagaimana pembangunan tersebut dapat dipercepat, kelompok masyarakat mana yang perlu mendapat perhatian khusus, dan wilayah atau kecamatan mana yang perlu mendapat prioritas penanganan.

1

Page 6: buku7

Pada saat ini pun penyelenggaraan statistik dasar masih mengacu pada kepentingan nasional, propinsi, dan hanya sedikit untuk kepentingan kabupaten/kota. Data statistik pada tingkat wilayah kecil terutama kecamatan hanya disediakan setiap 10 tahun sekali melalui sensus, padahal perencanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan sedikitnya harus disusun setiap tahun. Survei sampel yang diadakan oleh BPS selaku penyedia data nasional sampai saat ini belum dapat menghasilkan data untuk masing-masing tingkat kecamatan karena tidak didukung oleh peraturan yang memungkinkannya. Dalam PP Nomor 51 Tahun 1999 Pasal 68 disebutkan bahwa pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan statistik dasar bagi pemerintah daerah dibebankan pada anggaran daerah itu sendiri, artinya melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Peraturan ini juga disusun sebelum diberlakukannya otonomi daerah sehingga sudah saatnya disesuaikan.

Dalam studi yang dilaksanakan tahun 2005 di 24 kabupaten/kota, terungkap bahwa badan perencanaan dan pembangunan daerah (Bappeda) tingkat kabupaten/kota menghadapi kesulitan dalam menyusun program pembangunan karena tidak adanya data pada tingkat kecamatan (Surbakti, 2005). Ada upaya dari berbagai pihak agar data kecamatan dikumpulkan oleh pemerintah pusat mengingat bahwa semua kabupaten/kota, tidak memandang apakah kabupaten/kota tersebut daerah yang maju atau masih terbelakang, membutuhkan data kecamatan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Sebagai contoh ada upaya Departemen Kesehatan (Depkes) untuk melaksanakan kegiatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) agar dapat memperoleh data kesehatan dasar pada tingkat kecamatan pada tahun 2007, tetapi gagal karena usulan anggarannya tidak disetujui. Contoh lain adalah usulan anggaran yang diajukan BPS untuk melaksanakan Susenas dengan sampel besar agar diperoleh data kecamatan pada tahun 2008 juga tidak disetujui. Oleh karena itu mau tidak mau daerah-daerah terpaksa menggunakan data yang berasal dari instansi sektor yang sebagian besar belum secara otomatis disiapkan untuk itu.

Pemanfaatan data statistik sektoral saat ini memang masih kurang karena alasan kuantitas maupun kualitas data yang tersedia. Jarang sekali statistik yang sudah dikumpulkan dan disusun dengan susah payah

2

Page 7: buku7

dipergunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan pemerintah daerah. Bila akhirnya statistik digunakan juga, sering kali tidak konsisten angkanya. Ada pembuat kebijakan, terutama di bidang keuangan, yang mengatakan bahwa yang diajukan untuk menerima bantuan dipilih angka yang cenderung menggambarkan keadaan yang jelek dan yang diajukan untuk menerima penghargaan adalah angka yang cenderung menggambarkan keadaan yang baik, sehingga mereka enggan memakai data yang diajukan tersebut dan mencari data dari sumber lain.

Suatu hasil studi menunjukkan bahwa pemanfaatan statistik dan indikator sebagai alat pemantauan, dan evaluasi program belum begitu populer di berbagai daerah (Surbakti, 2006). Dalam studi tersebut terungkap bahwa kunjungan atau inspeksi untuk melihat apa yang terjadi di lapangan, lebih banyak digunakan sebagai cara memantau kemajuan pembangunan daripada menghitung indikator dari waktu ke waktu. Padahal kunjungan sesaat oleh pejabat sering tidak cukup lama untuk mendapatkan gambaran semua yang terjadi di lapangan.

Di samping kurangnya pengetahuan tentang dan minat dari sebagian pengambil keputusan pada evidence based policy (kebijakan yang berbasis fakta), sebab lain tidak tersedianya data sektoral tingkat kecamatan pada saat diperlukan adalah keterlambatan pihak produsen statistik sektoral di tingkat wilayah kecil. Hal ini diduga berkaitan dengan berbagai hal, antara lain, kurangnya pemahaman pejabat akan pentingnya data, rendahnya ketrampilan staf dalam hal pendataan, serta minimnya peralatan yang tersedia.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pemantauan terhadap pelayanan sosial kepada ibu dan anak melalui indikator millennium development goals (MDGs), selain data hasil survei, peran data statistik sektoral juga sangat penting. Sebabnya karena beberapa indikator MDGs memang sulit didapatkan dengan cara survei biasa. Sebagai contoh dapat disebutkan di sini bahwa data tentang penyakit menular, seperti kasus dan kematian karena HIV/AIDs, tidak mungkin dikumpulkan oleh petugas survei melalui wawancara biasa berdasarkan pengakuan responden tanpa pemeriksaan klinis.

3

Page 8: buku7

Dari segi biaya, kalau dibandingkan dengan statistik dasar, statistik sektoral lebih murah. Untuk menyusun statistik dasar, yang umumnya berbasis masyarakat karena dikumpulkan dari masyarakat, diperlukan biaya besar untuk melatih petugas dan untuk mendatangi kemudian mewawancarai setiap anggota masyarakat yang tempat tinggalnya tersebar. Sementara itu statistik sektoral merupakan statistik yang diturunkan dari berbagai catatan administrasi. Lokasi, obyek yang dicatat dan petugasnya sudah tertentu. Ini berarti bahwa mengupayakan statistik sektoral yang cepat dan tepat sama dengan mengupayakan tertib administrasi yang memang sudah seharusnya dilakukan. Hanya saja untuk mengolah data sektoral menjadi indikator memang diperlukan upaya tambahan.

Kalau diinginkan agar daya guna statistik sektoral dalam penyusunan perencanaan, pemantauan dan evaluasi meningkat, diperlukan statistik sektoral yang penyajiannya tepat waktu dan akurat. Rasanya langkah pertama yang sesuai ke arah itu adalah suatu studi untuk memetakan sambil menyempurnakan sistem alur data yang sedang berlangsung di berbagai instansi sektor. 1.2 Maksud dan Tujuan

Dalam rangka membantu pemerintah daerah mendapatkan statistik dan indikator untuk memantau pencapaian target pembangunan dan membantu pemerintah pusat dalam memperoleh data sektoral dari daerah dengan cepat dan tepat, diperlukan suatu penataan kembali alur data sektoral yang kinerjanya terganggu setelah otonomi daerah. Agar sistem penataan, yang diharapkan dapat diterapkan di seluruh Indonesia, dapat berjalan dengan baik, maka sistem tersebut harus sudah teruji kelayakannya. Studi awal perlu dilakukan untuk melihat sistem perstatistikan yang ada di beberapa sektor, memetakan alur data dan mengidentifikasi permasalahan yang ada, untuk kemudian menyempurnakannya.

Studi ini bertujuan untuk memetakan dan menyempurnakan jenis dan alur data sektoral yang terkait dengan indikator MDGs di kabupaten terpilih.

4

Page 9: buku7

Secara rinci studi akan diarahkan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Identifikasi sumber daya untuk melakukan kegiatan pendataan, mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data sektoral,

b. Identifikasi alur data dari sumbernya sampai ke pusat, c. Penelitian terhadap kuesioner atau instrumen pendataan untuk

menghasilkan indikator MDGs yang dipakai sektor, d. Penelitian terhadap cara penghitungan indikator MDGs wilayah kecil

terutama kecamatan (pembilang dan penyebut bila perlu), dan e. Pengembangan materi teknis dan pendekatan untuk menyempurnakan

sistem statistik sektoral.

1.3 Metodologi

Studi dilakukan untuk memetakan alur data sektoral yang terkait dengan indikator MDGs di lima kabupaten, yaitu Bantaeng, Takalar dan Bone di Propinsi Sulawesi Selatan serta Polman dan Mamuju di Propinsi Sulawesi Barat. Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan studi ini adalah dari bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.

Instansi yang dicakup dalam studi meliputi 7 instansi yang menghasilkan data yang terkait dengan MDGs. Ketujuh instansi tersebut menangani bidang sosial, pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, kehutanan, lingkungan hidup, dan statistik. Alur data sektoral yang dipetakan dan dicoba disempurnakan meliputi jajaran di pusat, di propinsi, dan di kabupaten. Di tingkat pusat, instansi yang dicakup adalah: a. Departemen Sosial (Depsos), b. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), c. Depertemen Kesehatan (Depkes), d. Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), e. Departemen Kehutanan (Dephut), f. Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), dan g. Badan Pusat Statistik (BPS).

5

Page 10: buku7

Di tingkat propinsi, dari namanya, instansi yang dicakup umumnya masih dapat mengindikasikan sektor yang sesuai, namun pada tingkat kabupaten nama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tersebut sudah agak berbeda dengan nama sektornya mengingat adanya penggabungan penanganan jenis-jenis data sektor oleh unit yang sama (daftar nama SKPD yang dicakup dalam studi dapat dilihat di Lampiran 1.1).

Anggota tim studi berasal dari tiga unsur, yaitu tim pusat (penanggung jawab studi di tingkat ini dapat dilihat di Lampiran1.2), tim propinsi dan tim kabupaten. Anggota tim pusat terdiri dari ahli dalam sistem perstatistikan di beberapa departemen dan lembaga non-departemen yang terkait dengan MDGs. Mereka berasal dari satuan kerja yang berkaitan dengan data dan informasi. Sementara itu anggota tim propinsi dan kabupaten adalah staf dinas/unit kerja yang menangani indikator MDGs di propinsi dan kabupaten, yang umumnya adalah anggota tim Kelangsungan Hidup, Perkembangan, dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA). Tim pusat bertugas merumuskan rencana studi, menyusun garis besar laporan tim propinsi dan kabupaten, meneliti instrumen pendataan yang digunakan sektor serta merumuskan indikator MDGs kecamatan dan menyempurnakan alur data sektoral agar informasi dari sumbernya cepat dan akurat sampai di pusat.

Kombinasi metode riset antara observasi, pengisian kuesioner terstruktur, kelompok diskusi terfokus (focus group discussion atau FGD) dan laporan tertulis (self reporting) digunakan untuk memetakan alur data sektoral dan permasalahannya. Metode yang berbeda ini dilakukan oleh anggota tim studi yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Kegiatan observasi terhadap fasilitas dan kegiatan perstatistikan di kantor dinas dilakukan oleh anggota tim pusat di Kabupaten Takalar. Data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dari pihak dinas yang menghasilkan data administrasi terkait dengan indikator MDGs (lihat kuesioner studi di Lampiran 1.3). Dinas mengisi kuesioner yang dirancang untuk memperoleh keterangan tentang kegiatan pendataan mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan publikasi. Hasil pengumpulan data ini merupakan informasi kuantitatif dan digunakan untuk mengidentifikasi topik dalam FGD. FGD diikuti oleh tim kabupaten dan propinsi dengan fasilitator anggota tim dari pusat. Pendekatan pengumpulan data yang terakhir adalah penyusunan laporan tertulis oleh staf dari dinas yang

6

Page 11: buku7

sebelumnya telah dilatih untuk itu. Mereka ditugasi untuk melaporkan kegiatan statistik mulai dari pengumpulan sampai dengan pengiriman dan diseminasi hasil.

Sebelum studi dilakukan, suatu uji-coba untuk menguji kelayakan instrumen, prosedur studi, dan garis besar pelaporan diadakan di Kabupaten Jeneponto. Uji-coba dilakukan dalam satu setengah hari. Peserta uji-coba adalah anggota tim pusat dan anggota tim Propinsi Sulawesi Selatan dari Bappeda dan BPS, serta Unicef Jakarta dan Sulawesi Selatan. 1.4 Isi Buku Laporan

Buku yang berjudul “Pemetaan dan Penyempurnaan Alur Data Sektoral untuk Pemantauan MDGs” merupakan laporan yang menyajikan proses kegiatan dan hasil studi tentang pemetaan dan penyempurnaan alur data sektoral. Pada bagian pertama buku ini disajikan secara ringkas rangkuman prosedur, pelaksanaan, dan hasil studi secara keseluruhan. Kemudian pada bagian berikutnya adalah penyajian hasil studi yang lebih spesifik diperoleh dari masing-masing sektor pembangunan dimulai dari bidang kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, KB, kehutanan dan lingkungan hidup. Dua bagian terakhir penyajian berkaitan dengan studi alur data dasar terkait MDGs yang dikumpulkan BPS melalui pendekatan rumah tangga, yaitu sensus dan survei, dan alur data sektoral yang dikumpulkan melalui pendekatan institusi sektor. 1.5 Tahapan Kegiatan Studi 1.5.1 Uji-Coba Instrumen di Jeneponto

Sebelum petugas di lima kabupaten dilatih, sebagian aggota tim pusat dan propinsi melakukan uji coba untuk melihat kelayakan instrumen, pedoman, dan prosedur pelaksanaan studi. Setelah diadakan penjelasan tentang tujuan uji-coba kepada wakil dari seluruh dinas terkait di kantor Bupati Jeneponto (daftar peserta disajikan di Lampiran 1.4), diadakan kunjungan oleh tim ke dinas tersebut dan kemudian dilakukan wawancara dengan staf di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada kaitannya dengan MDGs (nama narasumber disajikan pada Lampiran 1.5). Hasil uji coba yang perlu dilaporkan di sini adalah adanya kesepakatan untuk

7

Page 12: buku7

mengubah kuesioner yang dipakai untuk menjaring informasi kuantitatif dari daerah tentang kegiatan statistik sektoral, walaupun perubahannya tidak signifikan.

1.5.2 Observasi Tak Terlibat

Kunjungan kepada unit kerja atau petugas pendataan dilakukan di SKPD terkait di Kabupaten Takalar selama satu sampai dua jam. Mereka diterima oleh staf yang nama-namanya seperti terlampir (lihat Lampiran 1.6). Hal-hal yang diamati meliputi a. Organisasi atau unit kerja yang menangani data, b. Sumber daya manusia (jumlah dan kemampuan), c. Fasilitas komputer/PC/listrik, d. Tempat/fasilitas ruangan, e. Biaya perekaman dan pengolahan data, f. Dukungan dan hambatan terhadap kegiatan statistik sektoral, dan g. Lain-lain yang perlu.

Dari kunjungan tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang proses pendataan terutama dalam tahapan pengolahan data. 1.5.3 Pengisian Kuesioner

Segera setelah penjelasan diberikan oleh tim pusat mengenai tujuan dan cara pengisian kuesioner, maka dalam rangka pelatihan di Makassar, anggota tim daerah diminta untuk mengisi kuesioner tentang kegiatan pendataan dalam unit kerja masing-masing. Waktu pengisian dijadwalkan paling lambat satu hari selama berada di Makassar. Manfaat utama dari kegiatan ini adalah dapat teridentifikasinya masalah pendataan sektor yang dijumpai di lapangan dan ini merupakan bahan utama yang menjadi fokus diskusi kelompok. Daftar nama petugas yang mengisi kuesioner terkait dengan indikator MDGs ada di Lampiran 1.7. Kuesioner yang hampir sama juga disiapkan untuk menghimpun keterangan mengenai pendataan di BPS daerah, namun karena BPS merupakan instansi yang vertikal, maka secara umum hasilnya tidak berbeda. Oleh karena itu kuesioner tidak disajikan di sini.

8

Page 13: buku7

1.5.4 Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terfokus

a. FGD pada kegiatan statistik sektor yang terkait dengan MDGs wilayah kecil dimaksudkan untuk menjaring informasi mengenai beberapa hal yang terkait dengan pendataan dan penyempurnaan sistem alur data terkait MDGs dan kebutuhan data sektor lainnya;

b. Setiap kelompok terdiri dari peserta yang berasal dari SKPD bidang yang hampir sama yaitu kemiskinan, pendidikan dan pemberdayaan perempuan, kesehatan, kesehatan reproduksi, kehutanan, lingkungan hidup dan statistik;

c. Indikator MDGs yang dibicarakan hanya yang berkaitan dengan catatan administrasi sektor, tidak mencakup indikator yang dihasilkan dari survei;

d. Untuk setiap indikator atau pendataan, pimpinan diskusi mengajukan satu isu/kegiatan yang merupakan komponen alur data sektoral sebagai fokus diskusi, meliputi:

i. Pengumpulan hasil pendataan dari unit kerja terkecil oleh dinas, ii. Inventory/penerimaan dokumen pendataan di dinas,

iii. Perekaman data, iv. Pengolahan data termasuk tabulasi data, v. Komponen penghitungan indikator: seperti pembilang dan penyebut,

dan

vi. Penyusunan laporan dan diseminasinya. 1.5.5 Diskusi untuk Menyepakati Penyempurnaan Sistem Alur Data

a. Rekomendasi untuk perbaikan agar kegiatan yang terkait dengan alur data dapat berjalan lancar,

b. Penyempurnaan sistem alur data terkait MDGs dari daerah ke pusat, dan

c. Kebutuhan data sektor selain untuk MDGs yang sangat dibutuhkan daerah dan pusat.

9

Page 14: buku7

1.5.6 Diskusi untuk Menyepakati Indikator MDGs untuk Wilayah Kecil Diskusi didahului dengan pemaparan oleh wakil masing-masing sektor

tentang indikator MDGs yang disepakati secara internasional, nasional, dan baru kemudian mencari kesepakatan tentang indikator kabupaten dan kecamatan. Indikator dipilih berdasarkan pada kemudahan dalam mengumpulkan data, menghitung indikator, serta sensitivitas indikator tersebut. Hasil kesepakatan tentang indikator wilayah kecil ini (lihat Lampiran 1.8) akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengumpulan data, baik melalui survei maupun pendataan sektor.

1.6 Gambaran Umum tentang Jenis dan Alur Data Sektoral Pada era otonomi daerah, kewenangan mengatur pemerintahan wilayah

diserahkan kepada Pemda kabupaten/kota. Untuk melaksanakan ini Pemda difasilitasi dengan anggaran, antara lain, dana alokasi umum (DAU) yang penentuannya didasarkan pada beberapa faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah, indeks harga bahan bangunan, dan indeks pembangunan manusia. Sayangnya acuan ini tidak dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan bagaimana dana yang dialokasikan tersebut dibagi menurut bidang pembangunan maupun menurut wilayah di dalam kabupaten/kota. Oleh karena itu tidak ada suatu ikatan mengenai alokasi penggunaan dana tersebut antar-bidang pembangunan maupun antar-wilayah.

Dengan tidak tersedianya data survei pada tingkat wilayah kecil, peran data dari catatan administrasi atau data statistik sektoral sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan, pemantauan dan evaluasi menjadi besar. Sayang sekali bahwa produk statistik jenis ini sering tidak secara instan tersedia manakala dibutuhkan. Data statistik sektoral yang seharusnya tersedia dan mudah diakses oleh pembuat kebijakan tidak selalu demikian adanya.

Sebetulnya tidak ada perubahan yang mendasar pada alur data statistik sektoral dari era sebelum ke era sesudah otonomi daerah. Data dikumpulkan oleh unit kerja yang paling bawah, dikirim ke unit di atasnya, yaitu kabupaten, ke propinsi dan akhirnya ke pusat. Sistem pengolahannya pun telah dirancang pusat dan hampir tidak ada perubahan yang signifikan dilakukan oleh propinsi atau kabupaten/kota. Cara diseminasi statistik

10

Page 15: buku7

sektoral juga dibakukan dengan penerbitan di tingkat pusat, propinsi, dan kadang-kadang di tingkat kabupaten. Namun ada berbagai hambatan dalam penyediaan data di tingkat yang paling bawah sehingga ketersediaan data untuk pengambil kebijakan di tingkat kabupaten sampai di pusat menjadi lebih terlambat dibandingkan dengan kondisi saat sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

Untuk melihat bagaimana gambaran umum kegiatan pendataan di tingkat kabupaten sampai ke pusat, berikut adalah ringkasan umum hasil yang diperoleh dari studi yang menyangkut data sektor yang berasal dari catatan administrasi. Penjelasan disajikan per bidang atau sektor pembangunan.

1.6.1 Bidang Kesejahteraan Sosial Kaitan langsung antara penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) dan MDGs terletak pada kemiskinan. Proporsi penduduk yang fakir miskin dapat menjadi indikator proksi untuk mengukur pencapaian tujuan pembangunan milenium yang ke satu yaitu mengenai kemiskinan dan kelaparan. PMKS pada umumnya, dan fakir miskin pada khususnya, belum seluruhnya didaftar dengan teratur walaupun telah dibangun Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial.

Bila dilihat dari sisi organisasi, kemampuan petugas, maupun teknologi informasi, mengelola data di lingkup kantor sosial kabupaten masih sangat memprihatinkan. Dalam struktur organisasi kantor sosial tidak ada unit yang khusus menangani pendataan; semua data dikelola di seksi-seksi yang ada. Sudah begitu, kemampuan statistik dari staf, baik yang mengumpulkan maupun mengelola data, juga kurang memadai. Dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, hampir semua kegiatan pengolahan data dilakukan dengan manual dan belum mengarah ke komputerisasi.

Proses data--baik itu pengumpulan, pengolahan dan penyajian data-- dilakukan secara konvensional. Selama ini pendataan di lapangan hanya mengandalkan para pekerja sosial masyarakat (PSM) yang ada di kelurahan dan pekerja sosial kecamatan (PSK) di kecamatan. Data-data yang ada tersebut oleh pegawai kantor sosial diambil dan dikumpulkan, kemudian dijumlahkan secara manual. Kegiatan ini dilakukan hanya sekali dalam

11

Page 16: buku7

setahun. Setelah data tersebut terkumpul dilakukanlah pengolahan oleh pegawai di lingkungan sub-bagian tata usaha. Proses yang dilakukan juga hanya penjumlahan data secara manual. Hasil dari pengolahan ini adalah data matriks yang kemudian disimpan dalam bentuk hardcopy dan dalam alat penyimpan data. Data matriks tersebut lalu disusun dalam bentuk laporan yang selain digunakan sebagai bahan untuk perencanaan program juga diberikan ke atasan langsung, serta ada juga yang dikirim ke Pemda atau Bappeda.

Alur data kesejahteraan sosial dari kabupaten, ke propinsi, dan pusat saat ini sangat berbeda dengan saat sebelum otonomi. Bila sebelumnya ada garis komando dari pusat ke daerah, maka pada saat ini kaitan pusat dan daerah hanya berupa garis koordinasi. Akibatnya laporan daerah tidak sampai ke pusat sehingga pasokan data dari daerah sering terputus. Hal ini dirasa sangat mengganggu terutama ketika dulu status instansi di pusat diubah dari departemen ke badan.

Salah satu faktor yang juga menyebabkan keterlambatan data sampai ke publik adalah terbagi-baginya kegiatan pendataan di satuan-satuan kerja di pusat. Masing-masing direktorat jenderal mempunyai kegiatan pendataan yang kadang-kadang memakai sistem dan instrumen yang sama sekali berbeda. Upaya yang sekarang sedang dilakukan oleh Depsos adalah membakukan instrumen pendataan termasuk konsep dan definisinya dalam mengumpulkan data PMKS. Hal ini diharapkan agar data dari berbagai kabupaten/kota dapat diperbandingkan satu sama lain. 1.6.2 Bidang Pendidikan

Instansi yang menangani sektor pendidikan diharapkan dapat menghasilkan indikator tentang partisipasi sekolah dan buta huruf untuk dapat memantau tujuan MDGs yang ke-2, yaitu “mencapai pendidikan dasar.” Di samping berguna dalam memantau pencapaian tujuan tersebut, indikator pendidikan juga bermanfaat untuk mengukur pencapaian tujuan MDGs yang ke-3, yaitu “mempromosikan kesetaraan gender.” Indikator tersebut dapat diturunkan, antara lain, dari data sekolah yang saat ini dikumpulkan.

12

Page 17: buku7

Pendataan sekolah--mencakup siswa, guru, kelas, gedung dan peralatan pada jenjang sekolah SD sampai SMA--yang dilakukan di 5 wilayah studi masih merupakan lanjutan dari kegiatan lama. Data sekolah SD negeri dan swasta dikumpulkan dari sekolah oleh petugas kecamatan, data sekolah setingkat SMP dikumpulkan oleh petugas kabupaten. Sementara itu pihak sekolah setingkat SMA harus menyerahkan formulir isian langsung kepada dinas pendidikan.

Tidak ada unit maupun petugas khusus yang menangani data di dinas kabupaten. Walaupun demikian setiap dinas disarankan untuk membentuk kelompok kerja data pendidikan (KK Datadik atau KKD) yang tugasnya merekam, dan mengolah data yang masuk ke dinas. Anggota KKD umumnya dikerahkan dari unit kerja yang “mempunyai data.” Dari pusat telah disiapkan perangkat komputer sekaligus perangkat lunaknya (sistem dan program) serta dalam APBN disediakan dana khusus untuk membiayai kegiatan KKD ini. Keluaran dari kegiatan KKD ini dirangkum dalam profil pendidikan kabupaten yang sayang sekali tidak selalu dicetak untuk diseminasi. Di samping itu data juga dikirim ke dinas di propinsi dan pusat dalam bentuk rekaman data melalui internet atau pos langsung ke Pusat Data Statistik Pendidikan Depdiknas. Terobosan ini belum dapat sepenuhnya meningkatkan kualitas dan kecepatan aliran data ke pusat, antara lain karena masih kurang trampilnya petugas yang mengisi instrumen di satuan-satuan pendidikan, tingginya mobilitas pengolah data dan masih kurangnya penguasaan teknologi informasi mereka.

Ada dua kegiatan pendataan lain di bidang pendidikan yang penting peranannya, yaitu pendataan madrasah dan pendataan melalui survei. Pihak dinas mengumpulkan data statistik sekolah madrasah dan pesantren yang sudah terekam dari kantor cabang Departemen Agama (Depag) di tingkat kabupaten. Sekolah madrasah yang dicakup adalah madrasah ibtidaiyah (MI setingkat SD), madrasah tsanawiyah (MTs setingkat SMP), dan madrasah aliyah (MA setingkat SMA). Pendataan lain adalah survei dengan pendekatan rumah tangga yang disebut sebagai Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM). Di samping untuk merangsang kepedulian Pemda dan masyarakat untuk memahami permasalahan pendidikan, survei ini diharapkan dapat menjembatani kekurangan data

13

Page 18: buku7

tentang berbagai hal menyangkut pendidikan yang terjadi dalam masyarakat, seperti data kelompok penduduk usia sekolah. Data statistik sekolah yang telah digabungkan dengan data madrasah dari Depag dihimpun di tingkat propinsi dan pusat di mana profil pendidikan tingkat propinsi dan tingkat pusat dibuat dalam bentuk publikasi cetak.

Walaupun lambat terkumpul di pusat, data tersebut tetap juga dianalisis untuk digunakan menyusun kebijakan di tingkat nasional. Di tingkat kabupaten data statistik yang tersedia di dinas pendidikan belum sepenuhnya dianalisis untuk masukan kebijakan. Untuk sampai ke sana, terlebih dahulu diperlukan suatu upaya peningkatan kapasitas staf untuk dapat melakukan analisis.

Indikator pendidikan yang disusun dari dua komponen data yang berasal dari Depdiknas dan Depag tersebut masih harus diperbaiki bila indikator dimaksudkan untuk menggambarkan pendidikan pada tingkat kecamatan. Pertama, cakupan harus ditambah dengan sekolah-sekolah kedinasan yang berada di bawah pengawasan instansi atau lembaga, dan kedua, data untuk wilayah pelayanan tertentu perlu dikoreksi dengan siswa dari wilayah lain menggunakan data kode tempat tinggal siswa agar sesuai wilayah administrasinya. Masalah lain yang dijumpai dalam penghitungan indikator untuk wilayah kecil adalah tidak tersedianya data penduduk secara tahunan. Oleh karena itu indikator wilayah kecamatan belum terbiasa untuk dihitung.

Sekolah kedinasan setingkat SMA seperti sekolah perawat dan sekolah pelayaran yang keduanya tidak dikelola oleh dinas pendidikan kelihatannya belum tertampung di dalam sistem pendataan ini. Ada dua pendekatan untuk mencakup sekolah kedinasan negeri seperti ini dalam pencatatan, mengingat bahwa para siswa memang masih mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Pendekatan pertama adalah dengan mencakup sekolah kedinasan negeri dan swasta dalam kegiatan pendataan di kabupaten seperti halnya sekolah-sekolah lain. Pendekatan kedua, yang belum tentu benar karena otonomi daerah sudah diberlakukan, adalah dengan mengumpulkan informasi dari setiap departemen atau instansi yang mempunyai unit pelaksana teknis (UPT) sekolah. Data hasil pendekatan yang kedua masih harus ditambah lagi dengan hasil pendataan sekolah kedinasan swasta,

14

Page 19: buku7

yang belum diketahui di mana informasinya berada. Oleh karena itu disarankan menempuh cara pertama untuk memperoleh data sekolah kedinasan.

Masalah yang perlu dibenahi untuk mengitung indikator pada wilayah kecamatan adalah informasi lengkap mengenai tempat tinggal siswa. Dengan menggunakan data dasar dari sekolah yang di dalamnya terdapat informasi mengenai kecamatan tempat tinggal siswa, maka pemilahan data siswa menurut kecamatan dapat dilakukan. Data yang diperoleh melalui cara ini tidak terlalu sulit diolah tetapi ada sedikit pekerjaan tambahan di tingkat sekolah.

1.6.3 Bidang Kesehatan

Untuk memantau pencapaian tujuan MDGs, banyak indikator yang dapat disumbangkan oleh sektor kesehatan ini. Indikator tersebut meliputi indikator gizi yang digunakan dalam pemantauan tujuan MDGs yang menyangkut pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, indikator kematian dan imunisasi untuk memantau pencapaian tujuan yang berkaitan dengan penurunan angka kematian bayi, kemudian indikator tentang kematian ibu dan persalinan, serta indikator kasus kejadian dan kematian karena penyakit menular untuk memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain yang merupakan tujuan MDGs yang ke-6.

Sistem Pelaporan dan Pencatatan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan salah satu sumber data Puskesmas--dilaksanakan bulanan dengan formulir LB1 sampai LB4: melalui LB1 dikumpulkan data penyakit, melalui LB2 data obat-obatan, LB3 pemberantasan penyakit menular, KIA dan imunnisasi, serta LB4 tentang kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan sanitasi lingkungan--yang penting. Data yang dilaporkan oleh Puskesmas bisa berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas, bisa juga dari kegiatan kader kesehatan atau bidan di desa. Formulir baku laporan bulanan LB1-4 tersebut diisi oleh petugas Puskesmas atau rumah sakit--mereka tidak secara khusus dilatih untuk menangani data--kemudian dikumpulkan di dinas kesehatan kabupaten dan diringkas untuk dilaporkan ke dinas kesehatan propinsi.

15

Page 20: buku7

Di dinas kesehatan kabupaten, unit yang menangani data tidak ada, dan pekerjaan pengolahan data dilakukan dengan mengerahkan staf yang kurang sibuk dalam tugasnya sehari-hari. Perlu dikemukakan di sini bahwa di beberapa daerah di luar daerah studi ada dinas yang memiliki unit kerja seksi informasi kesehatan.

Keluaran kegiatan pendataan ini oleh dinas di kabupaten dan juga propinsi secara tahunan dijadikan komponen utama buku Profil Kesehatan Kabupaten dan Profil Kesehatan Propinsi. Kemudian setelah dilengkapi dengan berbagai data kesehatan yang penting, di tingkat pusat data laporan ini diolah dan diterbitkan sebagai Profil Kesehatan Indonesia.

Analisis data di tingkat kabupaten tidak banyak, umumnya menyangkut penentuan kejadian luar biasa (KLB) yang perlu penanganan cepat. Analisis lainnya banyak dilakukan di pusat dan propinsi dengan menggunakan data survei.

Seperti halnya dengan indikator pendidikan, penyusunan indikator kesehatan untuk wilayah kecamatan juga mengalami permasalahan lewat catat, perbedaan batas wilayah pelayanan dengan wilayah administrasi, dan masalah data jumlah penduduk sebagai sasaran program. Masalah pertama adalah lewat cacah, yang terjadi karena belum tercakupnya secara komprehensif rumah sakit dan pelayanan kesehatan swasta dalam pendataan atau pengolahan data. Selain itu bisa terdapat perbedaan antara batas wilayah pelayanan dengan wilayah administrasi yang disebabkan karena data alamat yang tercantum dalam kartu pendaftaran tidak diolah. Sementara masalah komponen penghitungan indikator, seperti yang terjadi pada penghitungan indikator pendidikan, ketika data penduduk untuk kecamatan tidak tersedia secara teratur di tingkat kecamatan.

Di tingkat pusat, masing-masing jenis laporan dari Puskesmas dan juga laporan rumah sakit dikelola oleh satuan yang berbeda. Oleh karena itu Pusat Data dan Informasi Depkes membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menghimpun semua komponen data sehingga publik tidak dapat secara cepat mengakses data terkini bidang kesehatan. Bila sampai saat data harus dipublikasikan, maka masalah kelengkapan ini menyebabkan data yang disajikan kurang akurat.

16

Page 21: buku7

1.6.4 Bidang Keluarga Berencana

Sedikitnya ada tiga buah indikator yang dapat disumbangkan oleh sektor ini untuk memantau kemajuan MDGs. Indikator yang utama adalah prevalensi pemakaian alat KB oleh pasangan usia subur usia 15-49 tahun (PUS) sebagai salah satu alat pantau terhadap pencapaian tujuan MDGs yang ke- 5, yaitu “meningkatkan derajat kesehatan ibu.” Berikutnya adalah indikator prevalensi pemakaian kondom oleh PUS yang berguna untuk memantau pencapaian tujuan MDGs yang ke-6, yaitu “memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.” Indikator yang ketiga adalah proporsi keluarga yang digolongkan dalam keluarga pra-sejahtera (pra-KS) dan sejahtera tahap I (KS I) dalam pendataan keluarga. Sebagai proksi indikator kemiskinan, indikator yang terakhir ini sangat penting peranannya mengingat sangat intensifnya program penanggulangan kemiskinan sehingga pelaksanaan program sangat memerlukan informasi tentang keluarga sasaran. Dalam penentuan keluarga sasaran program di wilayah kecil indikator ini menjadi makin strategis mengingat kelangkaan data kemiskinan yang bersifat mikro.

Sistem pencatatan dan pelaporan di sektor KB saat ini masih mengikuti acuan dari pusat walaupun nama unit satuan kerja perangkat daerah yang menangani urusan keluarga berencana (SKPD-KB) berbeda antara kabupaten dan kota, seperti telah disebutkan di muka. Instrumen pendataan juga masih menggunakan formulir yang sama. Petugas pendataan adalah kader Sub-Petugas Pendataan Keluarga Berencana Daerah (Sub-PPKBD) dan PPKBD yang mendapat pengawasan dari petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dan petugas keluarga berencana (PKB). Masih tertatanya sistem pendataan ini antara lain disebabkan oleh persiapan yang matang untuk mengantisipasi penyerahan instansi ke daerah.

Walaupun sistem pendataan tetap tidak berubah, namun dirasakan adanya perubahan dalam cakupan, kelengkapan, keakuratan, dan kecepatan penerimaan data di tingkat pusat. Hal ini diduga, antara lain, karena berkurangnya staf dan peralatan yang memadai, serta pengawasan yang melemah. Dari sisi cakupan dilaporkan bahwa dengan dikembangkannya sistem KB mandiri banyak akseptor yang pergi ke klinik swasta atau secara pribadi membeli alat di toko atau apotik. Pelaporan dari pihak pengelola KB swasta ini dirasakan makin menurun.

17

Page 22: buku7

Para kader mendapat sedikit imbalan kerja dalam kegiatan pendataan di sektor KB ini. Kemampuan Pemda yang sangat bervariasi dalam pemberian insentif diduga menjadi salah satu penyebab bervariasinya keakuratan data KB yang dikumpulkan. Banyaknya PLKB/PKB berkualitas yang pindah ke unit lain dalam lingkungan Pemda setelah unit KB kabupaten diserahkan kepada daerah menjadi salah satu penyebabnya.

Para pejabat di dinas merasa bahwa sistem alur data sektoral KB yang ada sekarang sudah sangat memadai. Walaupun demikian masih ada permasalahan yang dirasakan di pusat berkaitan dengan adanya keterlambatan pelaporan dari daerah. Untuk menanggulangi hal tersebut diusulkan agar dicoba alternatif lain dengan jalan mengirim laporan lansung ke pusat dengan tembusan kantor wilayah BKKBN di tingkat propinsi.

Produk akhir dari kegiatan pendataan KB ini merupakan umpan balik dan analisis. Hasil pendataan berupa umpan balik dikirim dari pusat ke semua jajaran SKPD-KB di tingkat bawah dan di instansi lain yang terkait. Menurut dinas, saat ini tidak banyak dilakukan analisis terhadap hasil pendataan yang dilakukan. Analisis umumnya disusun oleh pusat, seperti analisis tentang kaitan antara kemiskinan dan pemakaian alat KB. Oleh karena itu agar Pemda kabupaten dapat memilih arah kebijakan di bidang KB yang tepat, kapasitas staf dinas di bidang analisis KB perlu ditingkatkan.

1.6.5 Bidang Kehutanan Tidak banyak indikator yang disediakan oleh sektor kehutanan untuk

mengukur keberhasilan MDGs di bidang kelangsungan lingkungan hidup. Data tentang proporsi luas wilayah yang tertutup hutan baku disiapkan oleh pusat. Sementara itu data yang berasal dari dinas adalah luas kawasan hutan lindung, lahan kritis, kebakaran hutan, luas penghijauan dan hutan produksi serta perijinan.

Walaupun demikian karena adanya keterbatasan tenaga yang trampil di bidang pendataan dan keterbatasan sarana pengolahan data, maka meskipun jumlah indikatornya sedikit tidak berarti data yang tersedia berkualitas. Tidak seperti umumnya kabupaten di Pulau Jawa, di mana yang bertanggung jawab mengumpulkan data dengan rincian desa adalah petugas lapangan di kecamatan, di lima kabupaten studi pegawai yang

18

Page 23: buku7

ditugasi untuk mengumpulkan data adalah staf dari dinas. Data tersebut adalah data proporsi luas hutan lindung terhadap luas daratan yang disarankan dalam kesepakatan. Hasil pendataan oleh pihak dinas tersebut tidak dipublikasikan, tetapi analisis data dilakukan oleh dinas.

Secara internal dinas, hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan data adalah tidak adanya unit kerja yang menangani, sehingga kegiatan statistik yang tidak utuh dilakukan melainkan terpenggal-penggal. Sementara itu belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang mengatur kegiatan statistik sektoral bidang kehutanan juga menjadi penyebab belum teraturnya sistem pengelolaan data.

1.6.6 Data Sektoral Bidang Lingkungan Hidup

Data lingkungan hidup untuk menghitung indikator MDGs yang terkait dengan kelestarian lingkungan hidup dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Emisi dan konsumsi zat perusak ozon yang pengukuran dan

pengumpulannya belum dilakukan secara sempurna. Indikator ini disarankan untuk mengukur keberlangsungan lingkungan hidup di tingkat nasional, tetapi tidak untuk tingkat propinsi dan kabupaten/kota apalagi kecamatan,

b. Data pencemaran air di sungai besar telah dikumpulkan pada tingkat propinsi mulai tahun 2007 dan di perairan lain di tingkat kabupaten akan mulai tahun 2008, dan

c. Pencemaran udara, yang pengukurannya telah dilakukan di ibukota propinsi.

Di samping itu ada kelompok indikator lain yang dapat mengukur kondisi lingkungan hidup yang ingin dicapai MDGs bidang LH. Indikator tersebut terkait dengan sektor lain dan sudah lama dirintis, tapi dengan adanya keterbatasan dana dan data pada tingkat wilayah kecil maka rintisan ini dirasa sangat lambat kemajuannya. Hambatan lain yang dihadapi berkaitan dengan data teknis pencemaran adalah keterbatasam jumlah peralatan yang tersedia.

19

Page 24: buku7

1.6.7 Data Sektoral yang Terkait dengan MDGs di BPS

BPS, selaku instansi vertikal, bertugas melayani kebutuhan data para pengambil kebijakan pembangunan dan masyarakat luas. Untuk dapat mengemban tugas ini BPS mengumpulkan data dengan pendekatan rumah tangga melalui kegiatan sensus dan survei, serta mengumpulkan data sekunder dari instansi sektor, yang di daerah saat ini ditangani oleh SKPD. Dalam kegiatan sensus atau survei, di samping mengumpulkan data dasar seperti ciri-ciri demografi, BPS juga mengumpulkan data untuk kepentingan berbagai sektor pembangunan. Dua jenis pendekatan pengumpulan data yang terkait dengan MDGs disajikan dalam buku ini, yaitu pertama, sistem alur data sensus dan survei penting yang terkait dengan MDGs dan kedua, yaitu pengumpulan data sekunder. Hasil kegiatan yang kedua tersebut dirangkum dalam terbitan yang dinamakan Daerah Dalam Angka (propinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan) yang secara umum disingkat dengan DDA. Di tingkat nasional data sekunder tersebut, bersama-sama dengan data dasar, diterbitkan BPS dalam buku Statistik Indonesia.

a. Data sensus dan survei Pengamatan terhadap alur data dasar yang terkait dengan MDGs yang

dicakup dalam studi ini adalah Sensus Penduduk Tahun 2000 (SP 2000) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2006 (Susenas 2006). Peran utama SP 2000 dan sensus penduduk umumnya dalam MDGs adalah menyumbangkan data penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai rujukan penghitungan indikator serta data anak yang lahir hidup dan yang masih hidup sebagai komponen penghitungan indikator kematian anak dengan cara tidak langsung. Sementara itu dari Susenas 2006 dapat dihasilkan sekitar dua pertiga jumlah indikator MDGs yang mengacu pada Tujuan 1 sampai Tujuan 7.

SP 2000 merupakan pekerjaan besar yang berkaitan dengan pengelolaan 85 000 dokumen desa, 660 000 dokumen blok sensus, 55 000 000 set dokumen rumah tangga (sekitar 212 000 000 dokumen penduduk yang bertempat tinggal tetap), dan 200 000 dokumen dari kelompok

20

Page 25: buku7

penduduk bertempat tinggal tidak tetap. Walaupun begitu karena BPS didukung dengan organisasi, sumber daya dan staf di bidang teknologi informasi yang lumayan maka pekerjaan pengolahan data dapat diselesaikan tepat waktu. BPS di tingkat kabupaten/kota mempunyai unit kerja Seksi Informasi dan Pengolahan Data Statistik, di tingkat propinsi terdapat Bidang Informasi dan Pengolahan Data Statistik, dan di tingkat pusat ada Direktorat Sistem Informasi Statistik.

Perekaman dan pengolahan awal terhadap dokumen desa, blok sensus, dan penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dilaksanakan di BPS tingkat kabupaten/kota, sementara dokumen yang berkaitan dengan penduduk yang bertempat tinggal tetap diolah di BPS pusat, seluruh BPS propinsi, dan 9 kabupaten di Jawa. Sistem dan program perekaman sudah disiapkan oleh BPS pusat. Hasil perekaman data tersebut secara berjenjang dikirim ke BPS pusat melalui media elektronik. Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan pembersihan, konsistensi data, dan tabulasi akhir dilakukan di BPS pusat. Hasil SP 2000 dikirim kembali ke daerah yang bersangkutan untuk dilaporkan kepada Pemda.

Susenas 2006 merupakan survei tahunan yang dilakukan BPS untuk mengumpulkan data tentang keadaan kesejahteraan masyarakat, mulai dari pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, fasilitas dan keadaan perumahan, serta pengeluaran rumah tangga baik untuk makanan maupun non-makanan. Pada tahun 2006, Susenas menggunakan kuesioner pokok (kor) untuk mengumpulkan informasi umum kesejahteraan dari 278 352 rumah tangga dan menggunakan kuesioner modul untuk mengumpulkan informasi rinci mengenai keadaan sosial, budaya, dan perumahan dari 68 800 rumah tangga (merupakan sub-sampel dari 278 352 rumah tangga). Pembagian kerja perekaman data diatur sebagai berikut: BPS kabupaten/kota merekam data kor, BPS provinsi merekam data kor yang berpasangan dengan modul, dan BPS pusat merekam data modul. Sistem dan program perekaman dibuat oleh BPS pusat. Hasil perekaman ini dikirim ke BPS pusat secara berjenjang melalui media eletronik. Setelah melalui proses pembersihan dan pengecekan konsistensi data, dan akhirnya tabulasi, hasil Susenas 2006 dikirim ke daerah yang bersangkutan untuk dilaporkan ke Pemda.

21

Page 26: buku7

b. DDA Data sektoral yang dirangkum dalam penerbitan DDA kecamatan, DDA

kabupaten/kota, DDA propinsi bahkan dalam Statistik Indonesia, atau dapat dikatakan sebagai DDA nasional, dikumpulkan secara independen dari data sekunder yang tersedia di instansi sektor pada tingkat wilayah yang sama. Pada era sentralisasi sistem pengumpulan data semacam ini tidak bermasalah karena semua kegiatan pendataan di lingkungan sektor diatur langsung oleh pusat, sehingga data tidak berbeda-beda.

Sejak era otonomi karena ada ketersumbatan dan ketidakseragaman alur data--terkadang laporan dikirim lewat propinsi dan terkadang tidak-- maka data yang disajikan dalam DDA di tingkat kabupaten/kota, propinsi dan Statistik Indonesia sering tidak konsisten. Telah ada upaya meneliti konsistensi data antara DDA kecamatan dalam lingkup suatu kabupaten dengan DDA kabupaten tersebut, seperti yang dijumpai dalam uji-coba studi di BPS Jeneponto. Dari BPS Provinsi Sulawesi Selatan juga dilaporkan bahwa mereka memeriksa konsistensi beberapa statistik yang terkait dengan MDGs di kabupaten yang dicakup dalam studi dengan isi DDA provinsi. Hasilnya memang tidak konsisten.

Hasil pengumpulan data sektor dipublikasikan dalam DDA oleh BPS dengan oplah yang terbatas. Dengan tambahan dana dari Bappeda jumlah oplah ini dapat diperbanyak untuk memenuhi kebutuhan paling tidak para pengambil kebijakan di daerah. Hal ini sangat berarti bagi para pengambil kebijakan, mengingat bahwa instansi sektor di lingkungan Pemda jarang menyusun publikasi yang menyangkut data yang dihasilkannya. Oleh karena itu DDA menjadi tumpuan banyak pembuat kebijakan maupun masyarakat konsumen data terutama di daerah.

Di satu pihak DDA menjadi tumpuan para konsumen karena menghimpun data yang tersedia di tingkat kabupaten, tetapi di lain pihak tidak semua jenis data yang dibutuhkan ada di dalamnya. Sebagai contoh, adalah data yang disajikan dalam DDA umumnya dalam bentuk data absolut, bukan indikator seperti yang dibutuhkan sebagian besar konsumen. Akibatnya untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan pembangunan, konsumen data masih harus mengumpulkan data tambahan, khususnya data penduduk kelompok tertentu (sebagai rujukan sasaran program) yang

22

Page 27: buku7

tidak tersedia di publikasi ini. Untuk itu diperlukan perubahan mendasar agar konsumen DDA dapat lebih dilayani kebutuhannya. Salah satu perubahan yang diperlukan adalah memasukkan data penduduk menurut golongan umur sesuai dengan sasaran program pembangunan. Di samping itu DDA akan lebih berdaya guna bila indikator-indikator yang penting juga disajikan. 1.7 Alur Data Sektoral yang Diusulkan Tim

Sistem alur data sektoral yang menurut seluruh anggota tim, baik pusat maupun daerah, lebih baik diuraikan berikut. Usulan alur data didasarkan pada hasil sidang masing-masing kelompok di Makassar. Ada tujuh sektor usulan penyempurnaan--sesuai dengan jumlah sektor yang dicakup dalam studi--diusulkan dalam sidang pleno. Usulan penyempurnaan tersebut kemudian disempurnakan oleh tim pusat atau instansi sektor yang terkait. Pada makalah masing-masing sektor dalam bagian lain buku ini usul penyempurnaan alur data yang terkait akan disajikan. Dalam bagian pertama buku ini hanya akan dibicarakan usulan penyempurnaan alur data sektoral melalui DDA setelah dipadukan dengan usulan pihak sektor pusat dan daerah (lihat Diagram 1.1).

Dalam gambar terlihat bahwa berbagai pihak mengharapkan agar data sektoral dari tingkat kabupaten/kota dikirimkan ke BPS kabupaten/kota. Kemudian baik BPS maupun sektor di kabupaten masing-masing bertanggung jawab meneruskan ke BPS dan pemerintahan pada jenjang di atasnya.

Hasil studi menunjukkan adanya ikatan yang erat antara Bappeda, BPS, dan instansi di lingkungan Pemda. Adanya ikatan pihak sektor di tingkat kabupaten tersebut telah diakui oleh seluruh anggota tim daerah dengan didukung bukti lancarnya data yang diberikan kepada BPS kabupaten. Data yang diberikan ini umumnya telah disepakati dalam bentuk hard copy. Sebagian anggota tim daerah berpendapat bahwa pengiriman soft copy data mentah dari sektor ke BPS kabupaten belum perlu. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa sepanjang data yang diberikan oleh instansi sektor dalam format yang sesuai dengan permintaan BPS kabupaten, maka hal ini sudah cukup memadai. Kemudahan ini tentu berkat dukungan

23

Page 28: buku7

Pemda yang selalu melayangkan himbauan, dalam bentuk tulisan maupun lisan, agar instansi sektor di lingkungan Pemda membantu menyediakan data untuk diterbitkan BPS, mengingat bahwa tidak semua dinas mempublikasikan datanya.

Urgensi

Kegiatan ini sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas

Keterangan: = Instruksi = Koordinasi Administratif = Koordinasi Teknis = Permintaan/Penyampaian Data

BPS Provinsi

Pemerintah Provinsi

Gubernur Sekda

Bappeda Provinsi

Dinas/Badan/ Kantor/SKPD

Pemerintah Kabupaten/Kota

Bupati/Wali-kota Sekda

Bappeda Kabupaten/Kota

Dinas/Badan/ Kantor/SKPD

BPS Kabupaten/Kota

BPS Pemerintah

Pusat

Diagram 1.1: Sistem Alur Data yang Diusulkan Tim

24

Page 29: buku7

Terbitan DDA di tingkat kabupaten maupun provinsi merupakan kumpulan berbagai jenis data sektoral dan melengkapi data untuk kepentingan sektor yang diperoleh dari sensus dan survei. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat dikatakan sebagai embryo sistem pemantapan tugas BPS sebagai pusat rujukan statistik dalam menunjang desentralisasi. Dalam era desentralisasi pusat rujukan sebaiknya tidak lagi berada di BPS pusat tetapi didesentralisasikan di semua jenjang pemerintahan terutama tingkat kabupaten/kota.

Simpul dalam diagram usulan penyempurnaan alur data DDA ada tiga kelompok besar, yaitu BPS, pemerintah pusat tanpa BPS (yang untuk selanjutnya disingkat sebagai pemerintah pusat), dan pemerintah daerah atau Pemda. BPS terdiri dari BPS pusat, BPS provinsi dan BPS kabupaten/kota, sementara itu Pemda ada dua, yaitu Pemda provinsi dan Pemda kabupaten/kota. BPS kabupaten/kota berkoordinasi dengan pimpinan Pemda, secara administrasi dengan bupati/walikota guna mendapat dukungan moral dan material serta koordinasi secara teknis dengan Bappeda untuk memilih prioritas jenis data yang dibutuhkan Pemda dalam perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan. Dengan bekal tersebut, BPS kabupaten/kota menyampaikan permintaan data kepada pihak instansi sektor di kabupaten/kota. Data yang diperoleh kemudian diolah di BPS kabupaten/kota dan hasilnya dipublikasikan dan soft copy datanya dikirim ke BPS provinsi dan BPS Pusat. Dengan prosedur yang sama BPS provinsi melakukan koordinasi dan permintaan data pada instansi serupa di tingkat provinsi. Hasil olahan data kemudian juga diterbitkan dan dikirim ke pusat.

Selama ini pengiriman data sektoral dari BPS di tingkat bawah ke BPS tingkat di atasnya hanya dalam bentuk buku dan tidak untuk dimasukkan ke dalam DDA. Hal ini menyebabkan sering kali tidak konsistennya angka DDA provinsi dan angka DDA seluruh kabupaten/kota atau data dalam DDA nasional (Statistik Indonesia) dengan angka seluruh DDA provinsi. Oleh karena itu diusulkan untuk mengubah sistem pencatatan data sektoral dengan berbasis pada angka kabupaten/kota. Sebuah studi konsistensi data di Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa ketidakkonsistenan terjadi karena data di tingkat provinsi dibuat dengan kurang cermat antara lain karena memakai data tahun sebelumnya atau data prediksi.

25

Page 30: buku7

Bila saat ini BPS kabupaten/kota, dengan mendapat dukungan dari seluruh jajaran Pemda, mampu mengumpulkan, mengolah dan mengorganisasi data untuk wilayahnya, pertanyaan yang kemudian perlu diajukan adalah mampukah BPS kabupaten/kota menjadi pusat rujukan statistik di kabupaten kota? Apakah BPS kabupaten/kota mampu mengikuti perkembangan teknologi modern untuk mengolah dan mengirim data DDA ke provinsi dan pusat secara cepat? Jawabannya seharusnya ya sebab kalau pekerjaan sebesar SP 2000 saja telah dapat dilewati dengan baik, maka tentu pekerjaan yang lebih kecil seperti DDA dapat dengan baik pula dilakukan. Hal yang perlu diperlihatkan oleh BPS pusat adalah kesungguhan untuk tetap mendukung kegiatan tersebut dari sisi teknis dan administratif dengan prioritas tinggi. 1.8 Kesepakatan Usulan Indikator MDGs untuk Wilayah Kecil

Dalam sidang pleno yang dihadiri seluruh anggota tim studi telah dibicarakan bahan tentang kebutuhan indikator MDGs untuk melihat pencapaian target pembangunan milenium. Pemaparan bahan tentang kebutuhan indikator untuk melihat sasaran global, nasional dan kemungkinan sasaran pembangunan daerah telah dilakukan oleh tim Sekretariat Kerja Sama BPS-Unicef untuk Monitoring MDGs dan anggota tim pusat dari masing-masing instansi sektor. Bahan tersebut kemudian didiskusikan masing-masing kelompok dan hasilnya dilaporkan dalam sidang pleno untuk mendapat persetujuan. Berikut disajikan indikator MDGs yang tidak disarankan dan yang ditambahkan untuk dipakai pada tingkat wilayah kabupaten dan kecamatan (lihat Lampiran 1.8). Pengurangan dan penambahan tersebut dilakukan terhadap indikator yang dipakai Bappenas (2004). Tujuan 1: Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 per hari menjadi setengahnya antara th. 1990-2015.

Indikator kemiskinan yang dipakai dalam pemantauan MDGs nasional (Bappenas, 2004) adalah a. proporsi penduduk yang hidup di bawah garis

26

Page 31: buku7

kemiskinan nasional, dan b. kontribusi kuantil pertama penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi nasional. Indikator ini dihitung berdasarkan data pengeluaran dan konsumsi penduduk yang hanya dapat menghasilkan angka kemiskinan pada tingkat provinsi. Oleh karena itu dua indikator tersebut tidak disarankan oleh anggota tim untuk dipakai pada tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Menurut mereka data pengeluaran dan konsumsi rumah tangga dalam skala besar dianggap sulit untuk dikumpulkan dari masyarakat, begitu pula kalau harus dihitung konversinya ke dalam dollar.

Ada dua jenis indikator yang diusulkan menjadi proksi indikator kemiskinan, yaitu proporsi penduduk yang tergolong pra-sejahtera dan sejahtera I dari sektor KB dan proporsi rumah tangga yang termasuk fakir miskin. Indikator yang terakir ini, untuk sementara waktu, diperoleh dari pendataan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sampai Depsos dapat memperbaharuinya dengan pendataan PMKS yang baku.

Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015

Ada dua indikator yang dipakai pada tingkat nasional untuk melihat pencapaian target kedua ini. Indikator yang pertama adalah proporsi Balita kurang gizi dan yang kedua proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum (2100 kkal per kapita per hari). Dengan alasan kesulitan dalam pengumpulan datanya, indikator yang kedua tidak disarankan untuk dipakai pada tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada tahun 2015 semua anak di mana pun, laki-laki

maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Ada enam indikator yang disepakati menjadi alat ukur target ketiga tersebut yang kesemuanya disepakati oleh anggota tim untuk diangkat pada tingkat kabupaten dan kecamatan, yaitu APM-SD, APM-SMP, proporsi siswa kelas 1 yang mencapai kelas 5, proporsi siswa kelas 1 yang dapat menamatkan sekolan dasar, proporsi siswa kelas 1 yang dapat

27

Page 32: buku7

menyelesaikan 9 tahun pendidikan 9 tahun, dan angka melek huruf remaja usia 15-24 tahun. Bahkan karena pentingnya pendidikan untuk dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, maka banyak tambahan indikator yang diusulkan oleh tim, yaitu:

a. Angka partisipasi anak di pendidikan pra-sekolah (4-6 tahun),

b. Angka partisipasi sekolah anak cacat,

c. Angka kelulusan di pendidikan dasar,

d. Angka putus sekolah,

e. Angka melanjutkan ke SMP, dan

f. Angka melanjutkan di SMA.

Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan perempuan

Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Hanya satu dari beberapa indikator untuk mengukur keberhasilan target yang keempat ini, yaitu proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan yang tidak dapat diterapkan pada tingkat kecamatan, karena badan legislatif ini hanya sampai pada tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu tim telah mengusulkan beberapa indikator sebagai cermin dari hasil upaya kegiatan yang terkait dengan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, yaitu:

a. Presentase lurah/Kades perempuan,

b. Presentase camat perempuan,

c. Presentase perempuan dalam keanggotaan Baperjakat,

d. Rasio pejabat perempuan di kantor kecamatan,

e. Persentase perempuan sebagai pengurus partai,

f. Persentase perempuan sebagai pengurus Orsos, dan

g. Presentase peserta KB perempuan dibanding laki-laki.

28

Page 33: buku7

Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua pertiganya,

antara th. 1990-2015

Ada tiga indikator yang diusulkan Bappenas (2004) untuk tingkat nasional. Indikator tersebut adalah angka kematian bayi, angka kematian Balita, dan persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. Indikator angka kematian bayi maupun anak sulit diukur pada wilayah kecamatan, oleh karenanya ada beberapa proksi indikator yang diusulkan untuk menggantikannya, yaitu:

a. Jumlah kematian bayi/ Balita (untuk perbandingan antar-tahun), b. Presentase Balita KEP, c. Presentase pemberian vitamin A pada Balita, d. Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium, e. Proporsi anak yang diimunisasi campak <2 tahun, dan

f. Persentase pemberian vit A pada Balita.

Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990-2015

Seperti juga dengan kematian anak, sulit untuk mendapatkan data angka kematian ibu, oleh karena itu tim menyarankan untuk menggunakan indikator proksi, yaitu:

a. Status gizi WUS, b. Status gizi wanita hamil, c. Pemberian tablet Fe untuk wanita hamil, d. Persentase kunjungan K4, e. Pesentase remaja yang mendapat penyuluhan mengenai kesehatan

reproduksi, dan

f. Persentase perempuan usia subur yang memakai alat kontrasepsi.

29

Page 34: buku7

Tujuan 6: Memerangi HIV/ AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya

jumlah kasus baru pada tahun 2015 Dari empat indikator yang disarankan dipakai pada tingkat nasional

(Bappenas, 2004), hanya dua yang disetujui tim untuk digunakan pada tingkat wilayah kecil, yaitu a. penggunaan kondom oleh para pemakai kontrasepsi, dan b. persentase anak muda usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS. Namun demikian tim beranggapan bahwa untuk wilayah kecil diperlukan indikator untuk mengukur penyakit menular HIV/AIDS, yaitu prevalensi HIV/AIDS untuk semua penduduk tidak hanya kelompok ibu hamil seperti yang dipakai pada tingkat nasional.

Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya

Indikator yang berkaitan dengan jumlah kasus dan kematian karena penyakit malaria telah disetujui oleh tim. Sementara itu indikator untuk pencegahan efektif untuk penyakit ini tim mengusulkan pemakaian proporsi anak Balita tidur menggunakan kelambu yang direndam insektisida sebagai proksi indikator. Di samping itu tambahan indikator lainnya adalah proporsi anak Balita dengan gejala klinis malaria yang menerima pengobatan anti malaria. Dalam diskusi selanjutnya mengenai indikator untuk mengukur pengendalian penyakit menular lainnya, tim umumnya tidak berkeberatan terhadap indikator nasional yang dipakai. Sementara itu mengingat jenis penyakit di Indonesia yang berbeda, maka berikut adalah usulan indikator tambahan yang disepakati tim untuk mengukur pencapaian MDGs di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan: a. Prevalensi kasus tuberculosis, b. Angka penemuan penderita tuberculosis BTA positif baru, c. Angka kesembuhan tuberculosis yang diobati dengan DOTS, d. Prevalensi kusta, e. Insiden BDB (demam berdarah dengue), f. Presentase case fatality rate (CFR) diare, g. Persentase positif lyssa (rabies), dan h. Insiden avian flu.

30

Page 35: buku7

Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan

kebijakan dan program nasional

Di antara tujuh indikator yang disarankan untuk menyusun indikator nasional, menurut tim ada tiga indikator yang tidak cocok digunakan pada lingkup wilayah kecil, yaitu energi yang dipakai per PDB, emisi CO2, dan konsumsi zat perusak ozon. Sebagai tambahan indikator tim mengusulkan: a. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan, b. Rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap hutan yang perlu direhabilitasi/

reboisasi, c. Pencemaran udara, d. Pencemaran air, e. Persentase pabrik yang memenuhi baku mutu air limbah, f. Pemakaian pupuk kimia per hektar lahan, dan g. Pemakaian pupuk kimia per hektar per jenis tanaman pertanian.

Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015

Dua indikator yang berkaitan dengan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi dapat diterima tim sebagai indikator pada tingkat kabupaten/kota dan kecamatan yang mudah diperoleh melalui survei. Tambahan indikator yang diusulkan tim adalah persentase rumah tangga yang membuang sampah di lubang yang tertutup dan persentase rumah tangga yang berumah tidak layak huni.

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Indikator yang dipakai untuk mengukur pencapaian target 11 diharapkan dapat memberi gambaran tentang terjaminnya kehidupan penduduk di pemukiman kumuh. Untuk itu indikator yang dipakai untuk tingkat nasional disempurnakan sehingga menjadi proporsi rumah tangga dengan status

31

Page 36: buku7

rumah milik sendiri, kontrak, dan sewa. Penambahan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sistem perjanjian sewa yang saat ini cenderung tidak lagi dipakai dan lebih banyak dilakukan dengan sistem kontrak. Di samping itu penambahan indikator dari Depsos yaitu persentase rumah tangga yang tinggal di kawasan bencana dapat dimasukkan dalam Target 11. 1.9 Kesimpulan Studi

Berdasarkan ringkasan hasil studi dapat disimpulkan bahwa banyak persamaan masalah alur data yang dicatat oleh instansi sektor yang teridentifikasi. Masalah tersebut menjadi hambatan yang sangat berarti bagi kelancaran arus informasi tentang keadaan di daerah dari produsen data di lingkungan Pemda sampai ke pusat. Hambatan tersebut terjadi karena terputusnya garis komando tentang alur data yang telah berubah menjadi garis koordinasi setelah adanya otonomi daerah. Koordinasi akan berjalan baik apabila semua pihak yang menjadi simpul alur data menyadari akan pentingnya data bagi semua pihak di tingkat kabupaten, provinsi, maupun di tingkat pusat.

Upaya menyambung kembali garis komando telah dilaksanakan oleh instansi sektor Depdiknas melalui KK-Datadik dan hasilnya mulai terlihat nyata. Hal seperti ini telah pula mulai dirintis oleh Depsos dan KNLH dengan memperkenalkan instrumen, konsep, dan definisi yang dibakukan agar data yang diperoleh dapat diperbandingkan.

BPS yang bergerak di bidang perstatistikan dan bertanggung jawab atas penyediaan data bagi pemerintah masih tetap dapat mempertahankan garis komando alur datanya karena statusnya yang tetap vertikal setelah diberlakukannya otonomi daerah. Dalam melakukan kegiatan ini BPS didukung dengan organisasi, anggaran, teknologi informasi dan sumber daya manusia yang lumayan trampil walaupun tidak memadai jumlahnya. Hal yang terakhir disebutkan ini karena banyaknya pemekaran wilayah dan pemerintah tidak memberikan kesempatan pada BPS untuk mengangkat pegawai sesuai dengan percepatan pemekaran, sehingga jumlah pegawai terus menerus secara relatif menurun.

32

Page 37: buku7

Berikut disajikan butir-butir hasil studi yang secara umum terjadi di berbagai sektor:

a. Di samping menyangkut sumber daya manusia yang diduga menjadi hambatan terhadap kualitas dan keterlambatan data yang dicakup, peralatan dan dana yang kurang memadai juga menjadi sebab terlambatnya laporan.

b. Apresiasi terhadap kegiatan statistik dan pemanfaatan data sektoral untuk kebijakan masih rendah.

c. Di daerah studi, tidak ada unit kerja yang khusus menangani pengelolaan data, sehingga tidak ada unit yang bertanggung jawab penuh atas terhimpunnya data dan informasi di dinas.

d. Penerimaan laporan hasil pendataan dari propinsi ke pusat sering terlambat, karena banyak di antara sektor di kabupaten yang enggan mengirim laporan ke propinsi, lagi pula mereka belum memanfaatkan media elektronik. Kalau data dapat dikirim langsung dari kabuparen ke pusat dan propinsi sekaligus, maka jalur birokrasinya pendek.

e. Ada hambatan dalam menyajikan indikator pada tingkat kecamatan, di antaranya karena masalah perbedaan antara cakupan data dengan batas wilayah administrasi, masalah lewat cacah, dan ketersediaan data penduduk sasaran program.

f. Tidak semua indikator MDGs yang digunakan pada tingkat global, nasional dan propinsi dapat diterapkan di tingkat kabupaten dan kecamatan. Oleh karena itu diusulkan beberapa indikator baru yang dirasa lebih cocok.

1.10 Usulan Tindak Lanjut

a. Guna membantu pemerintah daerah merencanakan, memantau, dan mengevaluasi program-program pembangunan yang didasarkan pada fakta di lapangan, diperlukan suatu kegiatan advokasi kepada para pejabat di tingkat kecamatan dan kabupaten dalam hal pemanfaatan data. Untuk itu, kegiatan pengembangan kapasitas terhadap staf di tingkat kabupaten dan kecamatan di bidang pengelolaan data sektoral perlu dilakukan secara berkesinambungan.

33

Page 38: buku7

b. Pengelolaan data perlu disempurnakan agar data yang diperlukan untuk penyusunan kebijakan dapat disediakan secara baik dan berkesinambungan pula. Karenanya di setiap dinas sangat perlu dibentuk unit kerja yang khusus menangani data. Sebuah peraturan daerah atau surat keputusan tentang pendataan sebagai payung hukum sangat diperlukan, agar kegiatan tidak terhenti karena pergantian pejabat atau penguasa daerah.

c. Suatu pengelolaan data akan berjalan dengan tepat dan cepat bila antara lain dilakukan dengan cara komputerisasi. Hal ini perlu dilakukan di tingkat kabupaten maupun di tingkat sumber data, yaitu kecamatan.

d. Data penduduk sasaran program perlu secara tahunan disediakan oleh BPS dengan menyajikannya dalam penerbitan DDA.

e. Sistem alur data sektoral di semua kabupaten/kota perlu dibangun kembali agar pemerintah pusat dapat selalu memperoleh atau dapat mengakses bahan masukan tentang kondisi di seluruh daerah secara cepat dan akurat untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi di tingkat pusat.

1.11 Daftar Pustaka

UU No. 16 Tahun 1977 tentang Statistik

PP No. 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik

Bappenas. 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Bappenas, Jakarta.

Surbakti, Soedarti, 2005. Review of Indicators and Identification of Statistical Data Use in Regional Planning. BPS-UNFPA, Jakarta.

------------------------, 2006. Upaya Pemantauan dan Evaluasi Program Pelayanan Sosial Ibu dan Anak Melalui Indikator Pembangunan Milenium di Indonesia. BPS, CIDA, dan Unicef, Jakarta

34

Page 39: buku7

Lampiran 1.1

Daftar Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Tingkat Kabupaten yang Dicakup dalam Studi

Sulawesi Selatan No. Bidang Bantaeng Takalar Bone 1. Kemiskinan BPS kabupaten BPS kabupaten BPS kabupaten 2. Dinas Sosial Dinas Sosial dan

Kesatuan Bangsa Badan Kesejahteraan Sosial

3. Pendidikan Dinas Pendidikan Nasional

Dinas Pendidikan dan Pengajaran

Dinas Pendidikan Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

4. Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas kesehatan Dinas Kesehatan 5. KB dan

Keluarga sejahtera

Dinas KB, Kependudukan, dan Catatan Sipil

Dinas KB Dinas KB dan Keluarga Sejahtera

6. Kehutanan Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Lingkungan Hidup

Dinas Pertanian (Sub-Bidang Kehutanan)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

7. Lingkungan Hidup

Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Lingkungan Hidup

Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan LH

Bapedalda

Sulawesi Barat

No. Bidang Polman Mamuju 1. Kemiskinan BPS kabupaten BPS kabupaten 2. Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat, dan Tenaga Kerja Dinas KB, Kesos, dan Perlindungan Masyarakat

3. Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Nasional 4. Kesehatan Dinas Kesehatan dan KB Dinas Kesehatan 5. KB dan keluarga

sejahtera Dinas Kesehatan dan KB Dinas KB, Kesos, dan

Perlindungan Masyarakat 6. Kehutanan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Dinas Perkebunan dan Kehutanan

7. Lingkungan Hidup

Kantor Lingkungan Hidup Kantor Pengendalian Dampak LH

35

Page 40: buku7

Lampiran 1.2

Daftar Nama Penanggung Jawab Teknis Studi Alur Data Sektoral

Pusat dan Daerah

No. Nama Jabatan Instansi

1 Dr. Soedarti Surbakti Koordinator BPS

2 Ade Cahyana, M.Sc. Kepala Pusat Statistik Pendidikan Depdiknas

3 Dr. Bambang Hartono S.K.M., M.Sc. Kepala Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes

4 Drs. Bambang Ipujono, M.Si. Kepala Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial

Depsos

5 Drs. Freddy Aritonang, M.M. Plt. Direktur Pelaporan dan Statistik BKKBN

6 Dra. Siti Aini Hanum, M.A. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan

KNLH

7 Ir. Basoeki Karya Atmadja M.Sc. Kepala Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan Dephut

8 Gema Purwana, S.E. Direktur Sistim Informasi Statistik BPS

9 Drs. Abdul Rahman Direktur Diseminasi Statistik BPS

10 Ir. Hj. Diah Utami, M.Sc. Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Propinsi Sulsel

11 Dadang Hardiwan, S.Si., M.Si. Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Propinsi Sulbar

36

Page 41: buku7

Lampiran 1.3

BPS

STUDI ALUR DATA SEKTORAL [Rangkap 2]

I. PENGENALAN TEMPAT

1. Propinsi

2. Kabupaten

3. Nama instansi 4. Nama responden 5. Pangkat/jabatan responden 6. Alamat kantor/instansi 7. Nomor telephone/fax

II. INVENTARISASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

1. Apakah melakukan pengumpulan data melalui survei yang bersifat rutin?

1 Ya 2 Tidak → [ke pertanyaan 3]

2. Jika “Ya”, jenis dan nama survei yang bersifat rutin, apa saja?

No. Nama Survei Rutin Siapa responden

Jumlah sampel

Penye-lenggara

3. Apakah melakukan pengumpulan data melalui survei yang bersifat tidak rutin? 1 Ya 2 Tidak

4. Jika ”Ya”, jenis dan nama survei yang bersifat tidak rutin, apa saja?

No. Nama Survei Tidak Rutin Siapa responden

Jumlah sampel

Penye-lenggara

37

Page 42: buku7

Lampiran 1.3 (Lanjutan) 5. Apakah melakukan pengumpulan data melalui pencatatan administrasi yang bersifat rutin?

1 Ya 2 Tidak

6. Jika ”Ya”, jenis data apa saja?

No. Jenis Pendataan/Pencatatan yang Rutin Siapa/apa yang dicatat

Jumlah dokumen

Penye-lenggara

7. Apakah melakukan pengumpulan data melalui pencatatan administrasi yang bersifat tidak rutin? 1 Ya 2 Tidak

8. Jika ”Ya”, jenis pendataan apa saja?

No. Jenis Pendataan/Pencatatan yang Tidak Rutin Siapa/apa yang dicatat

Jumlah dokumen

Penye-lenggara

Apakah ada unit kerja yang khusus menangani data?

1 Ya 2 Tidak → [ke pertanyaan 10]

Jika ”Ya”, unit apa namanya? .....................................................................................................

9.

Berapa jumlah tenaganya? ......... orang

Kalau tidak ada di mana data dikelola?................................................................. Apakah ada petugas khusus yang menangani data?

1 Ya 2 Tidak 3. Tidak tahu

Jika “Ya”, berapa jumlah tenaganya? ........ orang

10.

Jika dilakukan di luar instansi/dinas kabupaten/kota, siapa pelaksananya? Jelaskan: ...................................................................................................

11.

Sebutkan jenis pendataan/pencatatan yang menghasilkan indikator MDGs: a. .............................................................................................................. b. .............................................................................................................. c. .............................................................................................................. d. ...............................................................................................................

Sebutkan Indikator MDGs

...............................

...............................

...............................

...............................12.

Apakah ada kegiatan pengumpulan data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak b. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak c. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak d. .............................................................................. 1 Ya 2 Tidak

13. Apakah ada kegiatan pengolahan data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak b. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak c. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak d. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak

14. Apakah ada kegiatan analisis data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak b. .................................................................................. 1 Ya 2 Tidak c. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak d. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak

38

Page 43: buku7

Lampiran 1.3 (Lanjutan)

III. PENDATAAN/PENGUMPULAN DATA ADMINISTRASI (PER PENDATAAN)

1. Instansi/Sektor: ............................................................................................................................. 2. Nama indikator MDGs apa saja: .................................................................................................

Nama unit pelayanan penghasil data:: ......................................................................................... 3. Apakah kegiatan yang terkait dengan MDGs merupakan:

1. Kegiatan lama sebelum otonomi 3. Kegiatan baru sesudah otonomi 2. Kegiatan lama yang dimodifikasi 4. Lainnya (jelaskan:...........................................)

4. Siapa yang menyiapkan instrumen untuk kegiatan tersebut? 1. Pusat 3. Kabupaten 2. Propinsi 4. Lainnya (jelaskan: ............................................)

5. Siapa yang melakukan pencatatan? 1. Institusi unit pelayanan/unit kerja terkecil 2. Lainnya (jelaskan:............................................)

6. Siapa/apa yang dicatat? 1. Penerima pelayanan 2. Lainnya (jelaskan:............................................)

7. Apakah pada kegiatan pengumpulan data yang terkait dengan MDGs mencakup rincian menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

8. Siapa dalam unit pelayanan yang mengumpulkan data/mencatat statistik? 1. Pegawai tetap yang khusus mengumpulkan data 3. Tenaga honorer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya (jelaskan:........................)

9. Apakah petugas pengumpul data statistik mendapat pelatihan sebelumnya? 1 Ya 2 Tidak

10. Apakah bentuk penyusunan data statistik telah dibakukan? 1. Ya, berupa daftar isian 3. Tidak 2. Ya, berupa narasi/data kualitatif 4. Lainnya (jelaskan:..........................................)

11. Berapa lama proses pengumpulan data statistik di unit pelayanan .............. minggu

12. Siapa yang ditugasi dinas di kabupaten untuk mengumpulkan data statistik dari unit pelayanan/unit kerja terkecil? 1. Pegawai tetap yang khusus mengumpulkan data 3. Tenaga honorer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya (jelaskan:...............................)

13. Apakah ada biaya untuk proses pengumpulan data statistik di unit pelayan/unit kerja terkecil? 1 Ya 2 Tidak

14. Bila ”Ya” dari mana saja biaya tersebut diperoleh? .......................................................................

15. Menurut petugas, apa ada kesulitan dalam proses pengumpulan data statistik? 1 Ya 2 Tidak

16. Jika ”Ya” , apa saja kesulitannya? (Jelaskan:.....................................................................................................................................)

17. Menurut saudara, apa saja saran perbaikan untuk proses pengumpulan data statistik? ..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

39

Page 44: buku7

Lampiran 1.3 (Lanjutan)

IV. PELAKSANAAN PENGOLAHAN DATA LAPORAN STATISTIK (PER PENDATAAN)

1. Apakah ada petugas khusus yang mencatat penerimaan data statistik dari petugas pengumpul data? 1 Ya 2 Tidak

Apakah dilaksanakan perekaman data? 1 Ya 2 Tidak

2.

Bila ”Ya”, apa ada unit khusus yang ditugasi? 1 Ya 2 Tidak

3. Sistem perekaman data yang dilakukan 1 Komputer 2 Manual

4. Bila menggunakan unit komputer, berapa banyak unit komputer yang digunakan? ............. unit

5. Apakah ada petugas khusus pengolah data? 1. Pegawai tetap yang khusus mengolah data 3. Tenaga honrer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya skan:..................................)

6. Berapa banyak petugas yang melaksanakan pengolahan data? ............orang

7. Berapa lama dilaksanakannya pengolahan data? ........ minggu

8. Apakah petugas pengolahan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu? 1 Ya 2 Tidak

Apakah ada biaya untuk proses pengolahan datanya? 1 Ya 2 Tidak

9.

Bila ”Ya”, dari mana saja biaya pengolahan data tersebut diperoleh? ....................................................................................................................................................

10. Bila menggunakan komputer, siapa yang menciptakan/menyiapkan program perekaman data? 1. Pusat 3. Kabupaten 2. Propinsi 4. Lainnya (jelaskan: ...............................................)

11. Bagaimana sistem pengiriman data/dokumen hasil pengolahan?

1. Kirim melalui Pos (Disket/CD), hard copy 1 Ya 2 Tidak 2. Menggunakan Internet 1 Ya 2 Tidak 3. Fax 1 Ya 2 Tidak 4. Diantar langsung 1 Ya 2 Tidak 5. Tidak dikirim 1 Ya 2 Tidak

12. Dalam bentuk apa hasil dari pengolahan ini? 1. Data elektronis individu 1 Ya 2 Tidak 2. Data elektronis agregat 1 Ya 2 Tidak 3. Tabulasi 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan: ....................................................) 1 Ya 2 Tidak

13. Apakah hasil kegiatan pengolahan data yang terkait dengan MDGs dirinci menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Kelompok umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

14. Berapa persen tingkat pemasukan datanya pada setiap periode pengumpulan? .........persen

15. Menurut petugas pengolah data, apa ada kesulitan dalam proses pengolahan? 1 Ya 2 Tidak

16. Jika ”Ya”, apa saja kesulitan tersebut? Uraikan: ............................................................. 17. Menurut saudara apa saja saran perbaikan dalam pengolahan? ....................................

40

Page 45: buku7

Lampiran 1.3 (Lanjutan)

V. PENYUSUNAN INDIKATOR MDGs, ANALISA, DAN PUBLIKASI (PER PENDATAAN) 1.

Apakah di Dinas Kabupaten dilakukan penghitungan indikator MDGs? 1. Ya 2. Tidak

Bila tidak, dimana dilakukan penghitungan indikator MDGs? 1. Pusat 3. Lainnya (jelaskan: ................................. 2. Propinsi .............................................................)

2.

Untuk menyusun indikator, apakah data yang diolah dari laporan statistik sudah cukup memadai untuk menyusun pembilang dari indikator MDGs? 1. Cukup 3. Tidak sama sekali (sebutkan: 2. Tidak (hanya sebagian pembilang/penyebut) .........................................................)

3. Kalau tidak cukup dari mana saja diperoleh agar pembilang menjadi cukup, jelaskan: .................................................................................................................................................

4.

Dari mana diperoleh angka penyebut? 1. BPS 4. Mengumpulkan dari lapangan 2. Dinas kependudukan 5. Lainnya (jelaskan: .............................. 3. BKKBN ...........................................................)

5. Apakah indikator yang dihasilkan dari penghitungan pembilang dibagi penyebut dapat dipilah menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Kelompok umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

6. Siapa saja yang membutuhkan indikator-indikator tersebut?

1. Instansi internal 1 Ya 2 Tidak

2. Pemda/BAPPEDA 1 Ya 2 Tidak

3. Dinas Kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak

4. Dinas Propinsi 1 Ya 2 Tidak

5. Lainnya ( jelaskan: ..........................................) 1 Ya 2 Tidak

7. Dimana dilaksanakan proses penulisan publikasi? 1. Pusat 1 Ya 2 Tidak 2. Dinas propinsi 1 Ya 2 Tidak 3. Dinas kabupaten 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan: ......................................) 1 Ya 2 Tidak

8. Apakah ada petugas khusus yang melaksanakan kegiatan analisa data? 1 Ya 2 Tidak

9. Apakah petugas analisa data mendapatkan latihan penulisan analisis terlebih dahulu? 1 Ya 2 Tidak

10. Berapa lama dilaksanakannya penulisan analisis: ........ minggu

11. Berapa banyak petugas yang melaksanakan penulisan analisis ............orang

12. Apakah ada biaya untuk proses penulisan? 1 Ya 2 Tidak

13.

Bila ”Ya”, dari mana saja biaya penulisan itu diperoleh? ................................................................................................................................................. ..

14. Dalam proses analisa, indikator-indikator apa saja yang dianalisis? .................................................................................................................................................

41

Page 46: buku7

Lampiran 1.3 (Lanjutan)

15. Siapa saja yang membutuhkan analisis tersebut? 1. Instansi internal 1 Ya 2 Tidak 2. Pemda/BAPPEDA 1 Ya 2 Tidak 3. Dinas Kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak 4. Dinas Propinsi 1 Ya 2 Tidak 5. Lainnya ( jelaskan: ..........................................) 1 Ya 2 Tidak

16. Apakah hasil analisis tersebut dicetak dalam bentuk publikasi? 1 Ya 2 Tidak

Berapa banyak publikasi yang dihasilkan/dicetak ........... buah

17.

Sebutkan nama-nama publikasinya: .......................................................................................

18. Kemana saja publikasi tersebut didistribusikan? 1. Instansi pusat 1 Ya 2 Tidak 2. Instansi propinsi 1 Ya 2 Tidak 3. Seluruh instansi di kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan:.......................................) 1 Ya 2 Tidak

19. Menurut petugas analisis, apa ada kesulitan dalam proses penulisan tersebut? 1 Ya 2 Tidak

20. Jika ”Ya”, jelaskan kesulitan penulisan publikasi tersebut? ..............................................................................................................................................

21. Menurut saudara apa saja saran perbaikan untuk proses penulisan publikasi?

..............................................................................................................................................

VI. ALTERNATIF ALUR DATA SEKTORAL 1. Apakah saudara pernah mendengar bahwa BPS Pusat/Propinsi/Kabupaten mengumpulkan

data jenis ini? 1 Ya 2 Tidak

2. Menurut saudara data yang paling akurat untuk dikirim ke BPS berasal dari mana? 1. Unit pelayanan 3. Dinas propinsi 2. Dinas Kabupaten 4. Departemen/Pusat

3. Menurut saudara data yang dikirim tersebut adalah: 1. Data dasar 1 Ya 2 Tidak 2. Data rekap 1 Ya 2 Tidak 3. Tabel 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan:.................................) 1 Ya 2 Tidak

4. Menurut saudara dalam bentuk apa data tersebut dikirim? 1. Dokumen/kertas 2. Data elektronik

Menurut saudara data tersebut perlu dikirim ke BPS? 1 Ya 2 Tidak

5.

Bila ”Ya” data tersebut dikirim ke mana? 1. Pusat 2. Propinsi 3. Kabupaten

6. Apakah BPS pernah meminta data sektoral untuk penyusunan daerah dalam angka? 1 Ya 2 Tidak

7. Apakah BPS dapat memperoleh data dalam bentuk: Data mentah 1 Ya 2 Tidak Data agregat 1 Ya 2 Tidak Publikasi 1 Ya 2 Tidak Lainnya (........................................ ...........) 1 Ya 2 Tidak

42

Page 47: buku7

Lampiran 1.4

Daftar Nama Peserta Rapat di Kantor Bupati Jeneponto

No. N a m a Instansi

(1) (2) (3)

01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Wuriyanto N. Fify Joseph Uskar Baso M. Natsir R. Djohan Syamsuddin L. Amir Sarifuddin Din Hajad Kurniawan Kamaluddin Wahab Dr. Soedarti Surbakti Purwo Handoko Maulyani Djajadilaga Dadang Herdiwan Lucky Prakoso Prayitno Guruh Wahyu Diah Utami Lilies Listiowaty Ashfiani Tashan La Ode Syafiuddin, M.Sc. A. Muh Yusuf M. Ilyas Abd. Rakhman, S. Sos. Bheta Tharnkamol S. Machjati Hitima Wardhani Husain H. Muh Mukhtaf Patau Zainuddin Arifin Kammu Marthina Kondorum Suciati S.M. Andi Yemi

Unicef Unicef Makassar Dinas Pendidikan

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabid Litbang-Bappeda

Kebersihan Kasubag Pembuatan Program

Dinas kependudukan, Capil, dan KKB Kabid Fispra-Bappeda

Koordinator Studi (BPS) BPS Sulbar

KNLH BPS Sulbar

Depsos Depdiknas BPS Sulsel BPS Sulsel

Bappeda Sulbar Bappeda Sulbar

Sekretariat Unicef-BPS Bappeda Bappeda

Dinas Pendidikan Unicef Unicef

Depkes BKKBN

Kasi Perekonomian Lingkungan Hidup

Sosial Kantor Ketahanan Pangan & Penyuluhan

Dinas Pertanian Daerah Bappeda propinsi/Bidang Kesos

Bappeda

43

Page 48: buku7

Lampiran 1. 5

Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Jeneponto

No. N a m a Sektor

1. H. Arifin, S.K.M.

2. H. Sudirman, S.K.M., M.Kes.

3. Rahmi, S.K.M.

Kesehatan

4. Baso Lalo Kehutanan

5. Zainudin, Drs.

6. Rasyid Kesejahteraan Sosial

7. Paulus, S.H. KB

8. Dr. Hasanuddin, M.Pd.

9. H. Jabar Tanto

10. Samsubair, S.E.

Pendidikan

11. Ir. Muchtar Patau LH

12. Abd. Haris S.E. Statistik

44

Page 49: buku7

Lampiran 1.6

Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Takalar

No. N a m a Sektor

1. Dr. A. Munir, M.Kes. Kesehatan

2. Ir. Suhady W.S. Kehutanan

3. Hj. Rusmaidah Sosial

4. Drs. Kaharudin KB

5. Eddy Poernomo LH

6. Usman, S.E. Statistik

45

Page 50: buku7

Lampiran 1.7

Daftar Nama Responden Uji Coba Data Sektoral

No. Instansi Nama Responden Jabatan

Sulawesi Selatan

1 Dinas KB Kaharudin Mahmud Kabid Ikap

2 Dinas Tata Ruang, LH dan Kebersihan Eddy Poernomo Belluano Penata Tk. I/Kasi Amdal

3 Dinas Kehutanan Perkebunan dan LH Isrun Hamid, S.Hut. Staf Subdin LH

4 Bapedalda Drs. H. Naris Patha Sekretaris

5 Dinas Kehutanan, Perkebunan dan LH Muchtar Patau Kepala Bidang LH

6 Bapedalda Provinsi A. Isma Kasubdit SDM

7 Bapedalda Provinsi Muhammad Fadullah Staf Bag. Program

8 Dinas Pendidikan H. Muhammad Dahniar Penata Tk.I/Kasubag Program

9 Dinas Pendidikan Drs. H. Ridwan, M.Hd. Pembina IVa/Staf

10 BKKBN Provinsi Muhammad Tahir, S.E. Penata Tk. I/Kasi PPID

11 Dinas KB dan Keluarga Sejahtera Abdillah, S.E. Ka. Subdin Ikap

12 Dinas Kesejahteraan Sosial Drs. Jamaris Staf Subag Perencanaan

13 Badan Kesos dan Linmas Drs. A. Gunadil Ukra, M.M. Pembina/Kabag TU

14 Dinas Kesos Tenaga Kerja dan Transmigrasi Suandi, S.E. Kasi PKT

15 Dinas Kesos dan Kesbang Dra. Hj. Rosnaedah Pembina/Kabid Tata Usaha

16 Bappeda Ir. Anwar Hamido, M.Si. Kasubid Kesehatan

17 Bappeda Andi Gunawan Staf Sosek

18 Bappeda Takalar Faisal Sahing Kasubid Jasa

19 Dinas Kehutanan Hariani Samal, S.Hut., M.Si. Staf Subag Program

20 Dinas Kesehatan Tk. I Rosmiati Penata Muda Tk. I

Sulawesi Barat

21 Dinas Pendidikan Muh. Muhram R., S.Pd. Pengatur Muda II a

22 Dinas Pendidikan Abd. Rahman M., S.E. Staf Perencanaan

23 Dinas Pendidikan Juniar, S.E. Kasubag Program & Keuangan

24 Kependudukan Adam Malik Staf

25 Dinas KB Kesos dan Perlindungan Masyarakat Fajar, S.E. Penata Muda III/A Staf

26 BKKBN Provinsi A. Angu Fatimah Staf III/A

27 Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil M. Akbar Kasi Kependudukan, Penata Tk.I

28 Dinas Kesehatan/KB Sidrah, S.Pd. Kasubag Perencanaan

29 Badan Kesejahteraan Sosda St. Fifi Staf

30 Dinas KB, Kesos dan Perlindungan Masyarakat Samsam, S.E., M.M. Kasie Yayasan Pahlawan

31 Dinas Sosial Marwah Staf

32 Dinas Kesehatan Provinsi Andi Teluri Bulaeng Staf Kesga

33 Dinas Kesehatan Provinsi Wahyuddin Staf Perencanaan Dinkes

34 Dinas Kesehatan Hj. Mudra S. Pengelola Gizi

46

Page 51: buku7

Lampiran 1.8

Rangkuman Usulan Indikator MDGs Tingkat Kabupaten dan Kecamatan

INDIKATOR MDG Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data

Tujuan 1: Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara th. 1990-2015

1 Proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori pra sejahtera dan sejahtera I (yang disepakati masyarakat) Sektor KB

2 Proporsi penduduk yang kualitas hidupnya rendah (fakir miskin) Survei/Sektor Kesos

Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara th. 1990-2015

3 Proporsi Balita kurang gizi Survei

4 Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum (2100 kkal per kapita per hari) X X Survei

Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Target 3: Memastikan pada th. 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

5 Angka partisipasi murni di sekolah dasar (7-12 tahun) Survei/Sektor Pendidikan

6 Angka partisipasi anak di pendidikan pra sekolah (4-6 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

7 Angka partispasi murni di sekolah lanjutan pertama Survei/Sektor Pendidikan

8 Angka partisipasi murni anak cacat Sektor Sosial/ Pendidikan

9 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil mencapai kelas 5 Survei/Sektor Pendidikan

10 Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar Sektor Pendidikan

11 Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar Sektor Pendidikan

12 Angka kelulusan Sektor Pendidikan

13 Angka putus pekolah Sektor Pendidikan

14 Angka melanjutkan ke SMP Sektor Pendidikan

15 Angka melanjutkan ke SMA Sektor Pendidikan

16 Angka melek huruf remaja (15-24 tahun) Survei

47

Page 52: buku7

Lampiran 1.8 (Lanjutan)

INDIKATOR MDG Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data

Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan perempuan

Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada th.2005 dan di semua jenjang

pendidikan tidak lebih dari th.2015

17 Rasio APM anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat sekolah dasar (7-12 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

18 Rasio APM anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat sekolah lanjutan pertama (13-15 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

19 Rasio melek huruf perempuan terhadap anak laki-laki (15-24 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

20 Kontribusi perempuan dalam kerja nafkah/upahan di sektor non pertanian Survei

21 Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan X Sekr. DPR 22 Presentase camat perempuan X Pemda

23 Presentase lurah/Kades perempuan Pemda

24 Presentase perempuan dalam keanggotaan Baperjakat X Pemda

25 Rasio pejabat perempuan di kantor kecamatan Pemda

26 Persentase perempuan sebagai pengurus partai Sekr. Partai Politik

27 Persentase perempuan sebagai pengurus Orsos Sekr. Partai Politik

28 Presentase peserta KB perempuan dibanding laki-laki Survei/Sektor KB

Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 5: Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua pertiganya, antara th. 1990-2015

29 Angka kematian bayi X Survei/Sektor Kesehatan

30 Jumlah kematian bayi X Sektor Kesehatan

31 Angka kematian Balita X Survei/Sektor Kesehatan

Presentase Balita KEP Survei/Sektor Kesehatan 32

Persentase rumah tangga menggunakan garam yodium Survei/Sektor

Kesehatan 33

34 Presentase pemberian vitamin A pada Balita Sektor Kesehatan

Proporsi anak usia satu tahun yang diimunisasi campak Survei/Sektor

Kesehatan 35

36 Proporsi anak yg diimunisasi campak < 2 th Survei/Sektor Kesehatan

48

Page 53: buku7

Lampiran 1.8 (Lanjutan)

Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data INDIKATOR MDGs

Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara th. 1990-2015

Angka Kematian Ibu X X Survei/Sektor Kesehatan 37

Status gizi WUS Survei/Sektor Kesehatan 38

Status gizi wanita hamil Survei/Sektor

Kesehatan 39

40 Presentase pemberian Fe pada ibu hamil Sektor Kesehatan Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih Survei/Sektor

Kesehatan 41

Presentase kunjungan K4 Survei/Sektor Kesehatan 42

Presentase remaja yang mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi Survei/Sektor

Kesehatan 43

Angka pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun Survei/Sektor KB 44

Tujuan 6: Memerangi HIV/ AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya

Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/ AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada th. 2015

Angka pemakaian kontrasepsi kondom pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun Survei/Sektor KB 45

Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS Sektor Kesehatan 46

47 Prevalensi HIV/AIDS Sektor Kesehatan

Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya

Prevalensi malaria Sektor Kesehatan 48 Proporsi anak Balita tidur menggunakan klambu yg direndam insektisida Sektor Kesehatan 49

Proporsi anak Balita dengan gejala klinis malaria yang menerima pengobatan anti malaria Sektor Kesehatan 50

Prevalensi kasus tuberculosis Sektor Kesehatan 51 DOTS—angka penemuan penderita tuberculosis BTA positif baru Sektor Kesehatan 52

DOTS—angka kesembuhan penderita tuberculosis Sektor Kesehatan 53 Prevalensi kusta Sektor Kesehatan 54 Insiden DBD (demam berdarah dengue) Sektor Kesehatan 55 Persentase CFR (case fatality rate) diare Sektor Kesehatan 56 Persentase positive lyssa (rabies) Sektor Kesehatan 57

58 Insiden avian influenza Sektor Kesehatan

49

Page 54: buku7

Lampiran 1.8 (Lanjutan)

Kabu-paten

Keca-matan Sumber data INDIKATOR MDGs

Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 9: Memadukan prinsip- prinsip pembangunan

berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional Proporsi luas lahan yang tertutup hutan Sektor Kehutanan 59

Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan Sektor Kehutanan 60 Rasio luas kawasan yang sudah berhail di-reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu direhabilitasi/ direboisasi

Sektor Kehutanan 61

Proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu Sektor LH 62

Proporsi titik pemantauan kualitas udara yang memenuhi baku mutu udara ambien Sektor LH 63

64 Persentase pabrik yang memenuhi baku mutu air

limbah Sektor LH

65 Pemakaian pupuk kimia perhektar lahan pertanian Sektor LH

Pemakaian pupuk kimia per hektar per jenis tanaman pertanian Sektor LH 66

Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa

akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum terlindung Survei 67

68

Persentase rumah tangga yang menggunakan biomassa untuk memasak Survei

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak Survei 69

Persentase rumah tangga yang membuang sampah di lubang yang tertutup

Survei 70

Persentase rumah tangga/keluarga berumah tidak layak huni Survei/Sektor Kesos71

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan

penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020

Persentase rumah tangga dengan status tempat tingggal milik sendiri, sewa, atau kontrak Survei 72

Persentase rumah tangga/keluarga yang tinggal di kawasan rawan bencana Survei/Sektor Kesos73

74 Proporsi rumah tangga dengan sertifikat kepemilikan dari BPN Sektor Pertanahan

50

Page 55: buku7

II. Data Sektoral Bidang Kesejahteraan Sosial (Drs. H. Bambang Ipojono, M.Si., Ir. Lucky Prakoso, M.Si.)

2.1 Pendahuluan

Pembangunan kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia termasuk di dalamnya penyandang masalah kesejahteraan sosial, meningkatkan rasa kepedulian serta partisipasi sosial masyarakat. Hal lain yang penting untuk dipahami adalah bahwa tujuan dari pada pembangunan nasional Indonesia adalah membangun manusia seutuhnya dalam artian meningkatkan kualitas fisik, mental dan spiritual dengan tidak membedakan antara penduduk perempuan dan laki-laki sebagai sasaran program pembangunan kesejahteraan sosial. Adapun sasaran pokok dari pembangunan kesejahteraan sosial itu adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS diartikan sebagai seorang, keluarga atau masyarakat yang karena sesuatu hambatan, mendapatkan kesulitan atau gangguan sehingga mereka tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009 disebutkan bahwa Departemen Sosial bertugas ”untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat rentan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.” Untuk keperluan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program-program tersebut diperlukan data yang berkualitas: lengkap, akurat, relevan, konsisten, dan berkesinambungan guna mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam rencana strategis (Renstra) Departemen Sosial dijelaskan bahwa rasa aman dan kesejahteraan sosial bisa dicapai melalui berbagai macam program seperti program pelayanan dan rehabilitasi sosial, program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan PMKS lainnya sehingga diperlukan rencana tahunan guna merumuskan sasaran program, prioritas, lokasi dan kegiatan.

51

Page 56: buku7

Kemiskinan sebagai salah satu akar permasalahan sosial, dewasa ini mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan seperti tercermin dalam berbagai komitmen baik global maupun nasional. Dalam kesepakatan internasional tentang pembangunan milenium (Millennium Development Goals atau MDGs), penanggulangan kemiskinan dan kelaparan ditempatkan sebagai sasaran utama. Salah satu kebijakan yang tertuang dalam RPJMN adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat yang di antaranya memuat target menurunkan angka kemiskinan dari 16,7 % pada tahun 2004 menjadi 8,2 % pada tahun 2009.

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar-waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki taraf hidup mereka.

Penanganan PMKS memerlukan program yang efektif, efisien, dan berkesinambungan mengingat sasaran program yang jumlahnya tidak sedikit dan tersebar di seluruh Indonesia. Umumnya mereka kurang mampu dari berbagai aspek kehidupan. Karena itu dibutuhkan data, antara lain, yang menyangkut jumlah, tempat tinggal, karateristik individu, dan jenis masalah yang mereka hadapi. Tanpa data yang berkualitas maka akan sulit merumuskan program untuk menangani PMKS yang pencapaian sasarannya dapat dievaluasi, proses pelaksanaannya dapat dipantau, dan rencana pengembangannya dapat dirumuskan secara ilmiah.

Data PMKS khususnya data kemiskinan sampai pada tingkat kabupaten dan kota yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial dalam rangka mendukung program pengentasan kemiskinan masih sangat terbatas jenis dan ragamnya. Informasi yang sudah tersedia dipandang tidak cukup memadai untuk keperluan yang lebih spesifik dalam rangka perumusan kebijakan dan perancangan program, baik itu

52

Page 57: buku7

pengentasan kemiskinan maupun penanganan PMKS sampai kepada akar sasarannya. Diperlukan data dan informasi yang dapat memberikan gambaran tentang PMKS maupun kemiskinan tidak saja pada tingkat nasional dan provinsi tetapi juga sampai pada tingkat kabupaten dan kota. Data PMKS yang dikumpulkan BPS hanya mencakup mereka yang tinggal dalam rumah tangga tidak termasuk penyandang masalah yang tinggal dalam panti atau lembaga. Untuk perumusan kebijakan yang lengkap diperlukan juga data penyandang masalah yang tinggal di dalam panti atau lembaga.

Ada 27 jenis PMKS yang telah diidentifikasi oleh Departemen Sosial yaitu:

1) Anak Balita terlantar, 2) Anak terlantar, 3) Anak korban tindak kekerasan, 4) Anak Nakal, 5) Anak jalanan, 6) Anak cacat, 7) Wanita rawan sosial ekonomi, 8) Wanita korban tindak kekerasan, 9) Lanjut usia terlantar, 10) Lanjut usia korban tindak kekerasan, 11) Penyandang cacat, 12) Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis, 13) Tuna susila, 14) Pengemis, 15) Gelandangan, 16) Bekas narapidana, 17) Korban penyalahgunaan NAPZA, 18) Keluarga fakir miskin, 19) Keluarga berumah tidak layak huni, 20) Keluarga bermasalah sosial psikologi, 21) Komunitas adat terpencil, 22) Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, 23) Korban bencana alam, 24) Korban bencana sosial atau pengungsi,

53

Page 58: buku7

25) Pekerja migran terlantar, 26) Penyandang HIV/AIDS, dan 27) Keluarga rentan.

Data dari 27 jenis PMKS ini belumlah lengkap dikarenakan tidak adanya pendataan dan informasi kesejahteraan sosial yang menyeluruh dari ke-27 jenis PMKS tersebut. Ketersediaan data dan informasi PMKS merupakan persoalan yang sangat penting dilakukan karena data tersebut diperlukan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial secara menyeluruh.

Untuk ketersediaan data dan informasi yang tepat waktu, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan alur data yang berkesinam-bungan mulai dari tingkat kabupaten, kota, provinsi sampai ke tingkat pusat. Berfungsinya alur data memang membutuhkan kesiapan di tingkat daerah maupun di tingkat pusat, mulai dari sumber daya manusianya sampai ke sarana dan prasarana yang tersedia.

Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial sebagai lembaga yang mewadahi data permasalahan kesejahteraan sosial, mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun pusat, merasa bertanggung jawab untuk dapat melengkapi dan memperluas ketersediaan data, baik data-data PMKS maupun fakir miskin.

Untuk memenuhi tujuan tersebut dirasa perlu melakukan pengumpulan data yang menyeluruh dari ke-27 jenis PMKS. Sebelum dilaksanakannya pengumpulan data secara sensus, perlu dilakukan uji coba pengumpulan data PMKS. Keseluruhan rangkaian kegiatan ini didahului dengan melakukan kajian awal tentang jenis dan variabel PMKS, konsep dan definisinya, serta mengidentifikasi variabel PMKS yang datanya telah dikumpulkan oleh BPS serta mendefinisikan dan memformulasikan variabel PMKS lainnya yang datanya belum dikumpulkan oleh BPS.

Dari 27 jenis PMKS yang ditangani oleh Depsos, hanya dua jenis yang mendapat perhatian sebagai sasaran MDGs yaitu keluarga fakir miskin dan penyandang HIV/AIDS. Mengingat bahwa pengendalian penyakit lebih banyak ditangani oleh Depkes, maka dalam studi ini HIV/AIDS tidak dimasukkan dalam indikator MDGs lingkup kesejahteraan sosial.

54

Page 59: buku7

2.2 Tujuan Pemetaan Alur Data Kesejahteraan Sosial Studi pemetaan alur data kesejahteraan sosial bertujuan untuk

mengumpulkan informasi tentang kegiatan pendataan sektor kesejahteraan sosial, yaitu PMKS, khususnya fakir miskin mulai dari pengumpulan sampai pengiriman data dari daerah ke pusat. Dari pembahasan mengenai informasi ini akan diusulkan penyempurnaan jenis dan alur data sektoral yang terkait dengan indikator MDGs di kabupaten terpilih, yaitu Bantaeng, Bone, Takalar, Mamuju dan Polman. Secara rinci studi akan diarahkan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Identifikasi sumber daya untuk melakukan kegiatan pendataan PMKS,

mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data sektoral, b. Identifikasi alur data PMKS dari sumbernya sampai ke pusat, c. Penelitian terhadap kuesioner atau instrumen pendataan, d. Penelitian terhadap cara penghitungan indikator MDGs wilayah kecil

terutama kecamatan (pembilang dan penyebut bila perlu), dan e. Penyempurnaan daftar indikator MDGs yang terkait dengan PMKS dan

penyempurnaan alur data PMKS.

2.3 Kondisi Umum Alur Data Sektor Kesejahteraan Sosial 2.3.1 Alur Data Sektor Kesejahteraan Sosial Sebelum Otonomi Daerah a. Pada masa sebelum otonomi daerah Departemen Sosial masih

mempunyai hubungan hirarki dengan Kanwil sosial provinsi dan kantor departemen (Kandep) sosial kabupaten/kota. Kanwil dan Kandep sosial sebagai kaki tangan Departemen Sosial di daerah memegang peranan dalam pengelolaan data, baik itu pengumpulan, pengolahan maupun pelaporan hasilnya.

b. Kegiatan pengumpulan data PMKS yang dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat (PSM) dan petugas sosial kecamatan (PSK) pada saat itu sangat membantu Kanwil sosial provinsi dan Kandep sosial kabupaten/kota di daerah dalam pengumpulan data dilapangan. Pendataan yang dilakukan oleh para PSM bersama PSK dari rumah ke rumah penduduk untuk melakukan pendataan secara langsung hanya menggunakan instrumen sederhana, yang berisi pertanyaan tentang beberapa karakteristik PMKS.

55

Page 60: buku7

Keterangan Gambar 2.1: Data PMKS yang telah dikumpulkan oleh para PSM dan PSK di tingkat

desa atau kelurahan kemudian direkap dan diserahkan ke Kandep sosial kabupaten/kota.

Data yang sudah terkumpul di Kandep dari seluruh desa/kelurahan kemudian di rekap kembali dan diserahkan ke Kanwil sosial provinsi.

Di tingkat Kanwil seluruh data yang terkumpul dari Kandep-Kandep kemudian direkap kembali dan baru diserahkan ke Kantor Pusat Departemen Sosial.

c. Hasil dari pengumpulan data dilapangan yang sudah dilakukan oleh para

PSM dan PSK di serahkan ke Kandep sosial kabupaten/kota, proses pengolahan data yang dilakukan di tingkat Kandep sosial kabupaten/kota ini masih manual. Rekapan dari hasil pendataan ini kemudian diserahkan ke Kanwil sosial provinsi.

Kanwil

DEPSOS/PUSDATIN

KANDEP

GGaammbbaarr 22..11:: SSiisstteemm AAlluurr DDaattaa SSeebbeelluumm OOttoonnoommii DDaaeerraahh

PSM dan PSK

PSM dan PSK

PSM dan PSK

56

Page 61: buku7

d. Di tingkat Kanwil sosial provinsi data hasil rekapan dari beberapa Kandep sosial kabupaten/kota kemudian diolah secara manual dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Microsoft Word, bahkan ada beberapa Kanwil provinsi yang masih manual. Data hasil rekapan inilah yang kemudian dikirim melalui Pos ke Departemen Sosial. Pengelolaan data yang dilakukan di tingkat Kandep kabupaten/kota maupun Kanwil provinsi masih secara manual, ini dikarenakan terbatasnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan sarana pengolahan data.

e. Data-data hasil pengolahan manual dari seluruh Kanwil sosial provinsi yang masuk ke Departemen Sosial kemudian digunakan oleh masing-masing unit operasional di pusat sebagai bahan pembuatan kebijakan dan program Departemen Sosial.

2.3.2 Alur Data Sektor Kesejahteraan Sosial Setelah Otonomi Daerah a. Ketika Departemen Sosial dilikuidasi menjadi Badan Kesejahteraan

Sosial Nasional (BKSN) selama kurang lebih satu setengah tahun, mekanisme alur data dari daerah ke pusat tidak berjalan dengan baik dan bahkan sempat terhenti. Hal ini diakibatkan karena Kanwil sosial provinsi dan Kandep sosial kabupaten/kota tidak dapat bekerja karena ketidak jelasan struktur dan kelembagaan di daerah maupun BKSN di pusat.

b. Dibentuknya struktur dinas sosial provinsi dan dinas sosial kabupaten/ kota oleh pemerintah daerah setempat tidak sepenuhnya berdiri sendiri, bahkan ada dinas sosial yang digabung dalam satu lembaga dengan dinas/instansi lain. Dinas sosial provinsi, kabupaten, dan kota tidak lagi menjadi kaki tangan Departemen Sosial di daerah, karena secara struktur dinas dibentuk oleh pemerintah daerah dan tidak langsung bertanggung jawab ke Departemen Sosial.

c. Fungsi dan peran PSM dan PSK sebagai petugas pengumpul data sudah tidak ada. Keberadaan mereka tidak jelas di daerah. Secara otomatis proses pengumpulan data di lapangan yang selama ini mereka lakukan sudah tidak dilanjutkan. Peran dinas sosial kabupaten/kota dalam pengumpulan data di lapangan sangat diharapkan sekali. Akan tetapi karena minimnya SDM dan anggaran yang ada, maka proses pendataan seperti pelatihan guna memahami definisi konsep, instrumen

57

Page 62: buku7

pendataan dan operasionalisasi di lapangan belum berjalan dengan baik.

d. Kondisi infrastruktur di dinas sosial provinsi maupun dinas sosial kabupaten/kota masih sangat terbatas akibat dari proses otonomi ini. Bahkan ada kantor dinas sosial yang masih mengontrak dengan sarana yang terbatas dan alat pengolahan data yang dimiliki pun sampai saat ini masih kurang. Proses pengolahan data yang dilakukan masih manual dan tersebar di beberapa seksi bagian. Di dinas sosial provinsi dan dinas sosial kabupaten/kota tidak ada bagian khusus yang menangani pengolahan data. Kegiatan pengolahan data yang dilakukan di dinas sosial provinsi maupun di dinas sosial kabupaten/kota tidak sepenuhnya didukung oleh anggaran APBD, karena kurangnya kepedulian pemerintah daerah setempat terhadap pentingnya data sektor sosial bagi kelangsungan penanganan permasalahan kesejahteraan sosial di daerah.

e. Pada akhir tahun 2006 Pusdatin Kesos Departemen Sosial melakukan pengadaan perangkat komputer untuk seluruh dinas/instansi sosial provinsi dan dinas sosial kabupaten/kota di Indonesia sebanyak dua unit komputer yang sudah terisi program aplikasi PMKS. Hal ini dilakukan agar pengolahan data yang selama ini manual dapat dilakukan secara elektronik dan dapat dihubungkan ke pusat.

f. Kegiatan pelatihan dan pemantapan juga diadakan oleh Pusdatin Kesos Departemen Sosial bagi seluruh tenaga komputer dari dinas/instansi sosial provinsi, kabupaten, dan kota yang menangani pendataan berupa pelatihan pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan instrumen maupun menggunakan program aplikasi PMKS. Walaupun demikian frekuensi pelatihan masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan dan mobilitas staf di daerah yang sangat tinggi.

g. Karena masalah pendataan seperti definisi konsep dan metodologi yang seringkali tidak baku di daerah, maka mulai awal tahun 2007 Pusdatin Kesos Departemen Sosial sudah mulai melakukan penyeragaman instrumen pendataan PMKS bagi seluruh dinas/instansi sosial provinsi, kabupaten dan kota. Instrumen PMKS yang sekarang) digunakan ini (lihat Formulir A, B dan C berturut-turut di Lampiran 2.1, 2.2, dan 2.3)

58

Page 63: buku7

merupakan penyempurnaan dari instrumen yang ada sebelumnya. Masing-masing instrumen digunakan berturut-turut untuk pendataan penyandang PMKS di masyarakat, pendataan penyandang PMKS di lembaga, dan pendataan, antara lain, pekerja sosial masyarakat dan organisasi sosial. Pusdatin Kesos berharap instrumen yang sekarang ini dapat digunakan di seluruh dinas/instansi sosial provinsi, kabupaten dan kota sebagai instrumen standar pendataan PMKS di lapangan. Pada saat laporan ini disusun belum ada respons yang berarti dari daerah terhadap upaya Depsos untuk memperbaiki ketersediaan dan kualitas data PMKS.

h. Data penerima BLT yang dikumpulkan BPS pada pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) kepada penduduk miskin, digunakan Depsos untuk menentukan sasaran program-program penanganan PMKS.

GGaammbbaarr 22..22:: SSiisstteemm AAlluurr DDaattaa SSeetteellaahh OOttoonnoommii DDaaeerraahh

Pemerintah Kab/Kota

Dinsos Kab./Kota

DEPSOS/PUSDATIN

PemerintahProvinsi

DinsosProvinsi

Keterangan Gambar 2.2:

Data PMKS yang dikumpulkan oleh dinas sosial kabupaten/kota hanya diperuntukkan untuk kepentingan pemerintah kabupaten/kota, begitu pula data PMKS yang dikumpulkan oleh dinas sosial provinsi hanya diperuntukkan bagi kepentingan pemerintah provinsi saja. Untuk data PMKS yang ada di dinas sosial provinsi maupun di dinas sosial kabupaten/kota tidak menjadi keharusan untuk menyerahkan data tersebut ke Departemen Sosial.

59

Page 64: buku7

2.4 Mekanisme dan Prosedur Pengolahan Data Hasil Studi Alur Data di Provinsi Sulawesi

a. Prosedur pengelolaan data di dinas sosial kabupaten/kota berupa data PMKS saat ini masih sangat memprihatinkan. Dengan belum adanya dasar hukum atau peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengelolaan data di dinas sosial kabupaten/kota, pengelolaan data yang dilakukan masih manual baik itu input datanya, pengolahannya maupun pelaporan datanya. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data PMKS disusun sendiri oleh dinas sosial provinsi maupun kabupaten/ kota. Walaupun pertanyaan yang ada dalam instrumen sangat sederhana, akan tetapi untuk kepentingan dinas sosial provinsi maupun kabupaten/kota sudah cukup memadai untuk menjaring data dan informasi yang dibutuhkan.

b. Dalam penanganan pengolahan data di dinas sosial provinsi dan kabupaten/kota secara khusus tidak ada bagian yang menangani pengolahan data, semua data-data dikelola di seksi-seksi yang ada dalam struktur organisai dinas sosial. Dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas semua kegiatan pengolahan data dilakukan dengan manual.

c. Data-data yang diolah pun hanya sebatas data-data PMKS. Jenis data PMKS tersebut adalah anak Balita, anak cacat, wanita rawan sosial ekonomi, lanjut usia, penyandang cacat, dan tuna susila. Banyak data-data yang ada masih kurang akurat kebenarannya. Ini dikarenakan masih minimnya anggaran, sarana dan SDM yang ada di dinas sosial kabupaten.

d. Proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian datanya dilakukan secara manual dengan keterbatasan SDM yang ada. Umumnya dalam pengolahan data digunakan program aplikasi Microsoft Excel atau Microsoft Words, sedangkan program aplikasi PMKS yang di kembangkan oleh Pusdatin Kesos Departemen Sosial belum sepenuhnya digunakan.

60

Page 65: buku7

e. Data yang sudah terkumpul di dinas/kantor sosial kabupaten/kota kemudian diolah secara manual dan dibuatkan rekapannya. Kegiatan pengelolaan data ini dilakukan hanya sekali dalam setahun. Hasil dari proses pengolahan yang berupa data matriks rekapan kemudian disimpan dalam alat penyimpan data. Informasi tersebut kemudian di berikan ke atasan langsung dan juga digunakan sebagai bahan untuk perencanaan program. Selain itu matriks rekapan data dikirim juga ke Pemda atau Bapeda sebagai laporan dinas sosial setempat.

2.5 Kendala Alur Data Sektor Kesejahteraan Sosial di Tingkat Daerah

a. Belum ada anggaran khusus untuk melakukan pengelolaan data dari APBD setempat.

b. Perhatian dari pemerintah daerah setempat akan pentingnya data sektor kesejahteraan sosial bagi kelangsungan program pena-nganan PMKS dan data kemiskinan masih rendah.

c. Akibat dari otonomi daerah banyak SDM dari bidang sosial yang dipindahkan dari dinas sosial dan digantikan dengan SDM dari bidang lain. Rendahnya pengetahuan SDM dalam hal pengelolaan data ini menjadi kendala yang sama di setiap dinas sosial kabupaten/kota.

d. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pengelolaan data di daerah baik itu berupa komputer, telepon, ruang khusus pengolahan data, sarana listrik, dll. masih belum memadai.

2.6 Usulan tentang Sistem Alur Data Sektor Kesejahteraan Sosial

Dalam sidang kelompok telah didiskusikan antara lain bagaimana upaya pusat dan daerah agar data Kesos yang dikumpulkan daerah dapat sampai ke tingkat pusat secara cepat. Informasi tentang sumber data Kesos diperoleh dari anggota tim pusat dan daerah, yaitu dari catatan administrasi sektor Kesos dan masyarakat yaitu keluarga/rumah tangga, Orsos, dan perusahaan. Hasil diskusi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3.

61

Page 66: buku7

Gambar 2.3: Usulan Sistem Alur Data Kesejahteraan Sosial dari Daerah ke Pusat Hasil Studi Alur Data Setoral

Program/ kegiatan

Masyarakat (Keluarga,

rumah tangga, Orsos, LSM, perusahaan)

Dinas Sosial kabupaten/

SKPD

Dinas Sosial provinsi

Departemen Sosial

Statistik sektoral

BPS kabupaten

BPS provinsi

Statistik dasar

BPS pusat

Catatan administrasi

Data dasar

Data khusus

Data dasar

Statistik khusus

Orsos LSM Perusah

Keterangan Gambar 2.3:

Program atau kegiatan pendataan PMKS yang dilakukan oleh dinas sosial kabupaten dilaksanakan langsung ke masyarakat dan melibatkan unsur-unsur di masyarakat seperti kecamatan, kelurahan dan desa. Program ini berlangsung kurang lebih selama satu tahun anggaran dan hasilnya berupa catatan administrasi yang terdiri dari laporan dan rekapitulasi per kecamatan yang kemudian hasilnya dikirim ke dinas sosial provinsi sebagai bahan laporan. Di dinas sosial provinsi semua laporan-laporan yang masuk dari semua dinas sosial kabupaten, kemudian hasilnya direkap kembali untuk kemudian dikirim ke Departemen Sosial RI sebagai bahan perencanaan dan kebijakan untuk tahun mendatang. Laporan hasil dari seluruh provinsi sebagai statistik sektoral kemudian dipublikasikan oleh Departemen Sosial.

62

Page 67: buku7

Untuk kegiatan pendataan yang dilakukan oleh masyarakat dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat, orsos dan perusahaan hasilnya berupa data dasar yang dapat dimanfaatkan oleh dinas sosial kabupaten maupun BPS kabupaten. Di BPS kabupaten catatan administrasi maupun data dasar yang didapatkan dari dinas sosial kabupaten maupun masyarakat kemudian diproses, hasilnya dikirim ke BPS provinsi. Hasil seluruh laporan rekapan provinsi kemudian dikirimkan ke BPS pusat sebagai statistik dasar.

Di tingkat dinas sosial kabupaten maupun dinas sosial provinsi terkait dengan data dasar maupun catatan administrasi diperlukan adanya koordinasi dengan BPS kabupaten maupun BPS provinsi, karena koordinasi ini sangat penting guna mendapatkan data yang berkualitas sebelum data tersebut dikirim ke pusat sebagai statistik sektoral maupun statistik dasar.

Data dasar yang dihasilkan oleh masyarakat seperti LSM, Orsos dan perusahaan berupa statistik khusus hanya digunakan untuk kalangan sendiri.

2.7 Usulan Perbaikan Jenis Indikator MDGs Tidak semua indikator yang digunakan pada tingkat global maupun nasional serta propinsi dapat diterapkan pada tingkat kabupaten dan kecamatan. Untuk melihat kemungkinan indikator PMKS lain masuk dalam lingkup indikator MDGs sebagai pengganti indikator yang tidak dapat diterapkan, telah dilakukan diskusi secara intensif oleh kelompok FGD sektor kesejahteraan sosial. Mengingat jumlah PMKS yang ditangani Depsos ada 27 jenis dan tidak mungkin memasukkannya semua walaupun hampir semua PMKS yang ditangani erat hubungannya dengan kemiskinan, maka dipilih beberapa indikator yang sangat signifikan saja. Dengan berbagai pertimbangan kelompok mengusulkan tambahan indikator MDGs tingkat wilayah kabupaten/kota dan kecamatan: a. Angka partisipasi murni anak penyandang cacat yang diharapkan dapat

disediakan oleh sektor pendidikan, karena sekolah yang menampung anak cacat (SLB) ada di bawah koordinasi dinas pendidikan;

b. Keluarga berumah tidak layak huni, dan c. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

63

Page 68: buku7

Dengan demikian indikator yang merupakan kontribusi dari Depsos ada tiga: persentase fakir miskin, persentase keluarga berumah tidak layak huni, dan persentase keluarga yang tinggal di daerah rawan bencana. 2.8 Kesimpulan dan Saran

2.8.1 Kesimpulan

a. Data dasar maupun catatan administrasi PMKS sangat dibutuhkan oleh pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sebagai acuan kegiatan program.

b. Pengelolaan data di dinas sosial provinsi/kabupaten/kota belum sepenuhnya didukung oleh anggaran, sarana, prasarana, maupun SDM yang memadai sehingga tingkat keberhasilannya masih rendah.

c. Persepsi mengenai PMKS dan kemiskinan di setiap dinas sosial provinsi/kabupaten/kota, baik itu berupa instrumen pendataan, definisi konsep, program input data dan pelaporannya masih belum sama dan terstandar. Pusdatin Depsos telah menyempurnakan instrumen dan metodologi pelaksanaan pendataan untuk penyeragaman pemahaman dan kegiatan tentang PMKS di pusat dan daerah dengan melaksanakan kegiatan pelatihan dan pemantapan bagi tenaga pengelola data sektor sosial.

d. Frekuensi pelatihan untuk meningkatkan mutu SDM di bidang pendataan Kesos di daerah masih belum memadai.

e. Pengadaan data Kesos dan arusnya dari daerah ke pusat masih mengalami hambatan besar.

2.8.2 Saran

a. Data base PMKS dan kemiskinan perlu dibentuk untuk digunakan sebagai data tambahan, agar dapat dimanfaatkan untuk tujuan perencanaan, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan nasional.

b. Perlu ditingkatkan anggaran pendataan sesuai dengan kemampuan daerah baik itu yang bersumber dari APBD maupun dari APBN, guna mendukung pelaksanaan pendataan yang akurat dan tepat waktu.

64

Page 69: buku7

c. Perlu ada kesamaan persepsi, pandangan dan sosialisasi tentang indikator sektor sosial antara propinsi dan nasional sehingga instrumen yang digunakan pusat, propinsi dan kabupaten/kota dapat sama, akurat dan diterima serta dipahami oleh semua pihak baik para pengumpul data maupun responden/masyarakat.

d. Perlu dilakukan pelatihan di tingkat pengumpul data agar penguasaan instrumen di lapangan dapat berjalan tanpa hambatan. Oleh karena data-data kesejahteraan sosial memiliki tingkat kesulitan yang tinggi diperlukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan tingkat kesulitan yang ada.

e. Perlu ditingkatkan kerja sama dan koordinasi antar-instansi terkait di tingkat kabupaten maupun provinsi untuk pengumpulan data dan informasi yang lebih berkualitas, termasuk data dan informasi yang dikumpulkan oleh mitra kerja seperti UPT, LSM, Orsos dan lembaga lain.

f. Dengan kajian pengembangan data base yang dilaksanakan Pusdatin Kesos, diharapkan akan terpenuhi kebutuhan data dan informasi yang specific sektoral dan belum tercakup oleh data BPS.

g. Perlu diciptakan kemudahan dalam mengakses data, baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun instansi lain.

2.9 Daftar Pustaka

1. Departemen Sosial RI dengan Badan Pusat Statistik, Laporan Hasil Kajian Awal Variabel PMKS, 2006.

2. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia, Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial, 2005.

3. Departemen Sosial RI, Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, 2005.

4. Departemen Sosial RI, Indikator Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Ditinjau Dari Mutu Kesejahteraan Sosial, 2004.

65

Page 70: buku7

IV. Studi Alur Data Sektor Kesehatan (Dr. Bambang Hartono, S.K.M, M.Sc., Hary Purwanto, M.Kes., M.Si.,

Machjati, S.K.M, M.Kes.)

4.1 Situasi Umum 4.1.1 Keadaan Umum Sistem Informasi Kesehatan

Pada hakikatnya Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan, yaitu suatu sistem yang memberikan pelayanan yang terpadu, meliputi pelayanan pencegahan penyakit, pelayanan pengobatan, rehabilitatif dan peningkatan kesehatan. Dalam hal ini Sistem Informasi Kesehatan seharusnya mampu menghasilkan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan di semua tingkat sistem kesehatan, yaitu tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota.

Sejak diberlakukannya desentralisasi, penyampaian data dan informasi dari tingkat kabupaten/kota ke propinsi dan pusat tidak berjalan dengan baik. Berbagai kabupaten/kota sebagai daerah otonom tidak lagi merasa perlu menyampaikan data/informasi ke jenjang yang lebih tinggi sehingga di tingkat nasional tidak lagi diperoleh data/informasi kesehatan yang lengkap dan akurat.

Untuk mengatasi hal tersebut, Departemen Kesehatan berupaya untuk menata kembali SIK-nya, di antaranya adalah dengan menerbitkan berbagai Keputusan Menteri Kesehatan, sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor 1747/MenKes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 551/MenKes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional,

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932/MenKes/SK/VIII/ 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, dan

105

Page 71: buku7

d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1410/MenKes/SK/X/ 2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi Kelima.

Penataan kembali SIK merupakan tantangan yang cukup berat, khususnya bila dikaitkan dengan situasi saat ini, ketika telah terjadi perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Upaya untuk mewujudkan jaringan komunikasi data di antara institusi manajemen maupun penyelenggara kesehatan menjadi pilihan. Pengembangan komunikasi data yang berbasis pada teknologi informasi maju makin menjadi tuntutan.

4.1.2 Sub-sistem Informasi Kesehatan

Di Departemen Kesehatan terdapat berbagai sub-sistem informasi kesehatan yang telah lama berkembang:

a. Sub-sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS), b. Sub-sistem Informasi Rumah Sakit, c. Sub-sistem Surveilans Terpadu, d. Sub-sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, e. Sub-sistem Informasi Obat, f. Sub-sistem Informasi Sumber Daya Manusia, yang meliputi:

Sub-sistem Informasi Kepegawaian, Sub-sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sub-sistem Informasi Pendidikan dan Latihan Pegawai, dan Sub-sistem Informasi Tenaga Kesehatan, dan

g. Sub-sistem Informasi Ilmu Pengetahuan Kesehatan.

Dari sub-sistem tersebut di atas, sub-sistem yang terkait dengan indikator MDGs bidang kesehatan adalah Sub-sistem Informasi Puskesmas, Sub-sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem Terpadu Penyakit serta Sub-sistem Pemantauan Status Gizi.

106

Page 72: buku7

4.2. Indikator MDGs Bidang Kesehatan Indikator MDGS bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Prevalensi Balita kurang gizi, b. Angka kematian Balita, c. Angka kematian bayi, d. Proporsi anak kurang 1 tahun yang diimunisasi campak, e. Angka kematian ibu, f. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, g. Prevalensi HIV di antara ibu hamil usia 15-44 tahun, h. Prevalensi penyakit malaria, i. Kematian penyakit malaria, j. Proporsi penduduk di daerah malaria yang mencegah dan mengobati

secara efektif, k. Prevalensi TBC, l. Kematian TBC, m. Proporsi kasus TBC yang ditemukan, dan n. Proporsi TBC yang diobati dengan DOTS.

4.3 Pengelolaan Data di Daerah Studi 4.3.1 Daerah Studi

Studi pemetaan data sektoral ini dilakukan di 5 (lima) kabupaten: tiga kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bone dan Kabupaten Takalar serta dua kabupaten di Sulawesi Barat, yaitu Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamuju.

Pemetaan data sektoral ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari kabupaten dan dari isian kuesioner yang respondennya adalah petugas kabupaten serta masukan dari diskusi terfokus.

Diinformasikan oleh Kabupaten Bantaeng dan Polewali Mandar bahwa yang menjadi responden/pemberi informasi tentang pengelolaan data adalah pengelola program di Puskesmas, RS, dinas kesehatan kabupaten serta petugas Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan petugas SP2TP di dinas kesehatan kabupaten serta pengelola profil kesehatan.

107

Page 73: buku7

4.3.2 Indikator MDGs Bidang Kesehatan diusulkan di daerah Studi Untuk memperoleh data indikator MDGs, di dalam diskusi kelompok

terfokus yang pesertanya berasal dari 2 propinsi dan 5 kabupaten yang menjadi daerah studi telah disepakati indikator MDGs, yaitu:

1) Prevalensi Balita kurang gizi, 2) Angka kematian bayi di kecamatan dengan indikator proxy jumlah

kematian bayi, 3) Angka kematian Balita, 4) Persentase Balita gizi buruk, 5) Persentase rumah tangga yang menggunakan garam yodium, 6) Presentase pemberian vitamin A pada Balita, 7) Proporsi anak yg diimunisasi campak sebelum usia 1 tahun, 8) Angka kematian ibu, 9) Status gizi WUS, 10) Status gizi wanita hamil, 11) Persentase pemberian Fe pada ibu hamil, 12) Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih, 13) Persentase ibu hamil yang melaporkan kunjungan keempat (K4), 14) Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif mengenai HIV/AIDS, 15) Prevalensi HIV/AIDS, 16) Prevalensi malaria, 17) Proporsi anak Balita yang tidur menggunakan kelambu yang direndam

insektisida, 18) Prevalensi TB, 19) Angka kematian karena tuberkulosis, 20) Angka penemuan penderita TB BTA + baru, 21) Angka kesembuhan penderita TB diobati dengnan DOTS, 22) Prevalensi kusta, 23) Insiden DBD, 24) Case fatality rate (CFR) diare, 25) Presentase positive lyssa, dan 27) Insiden avian influenza.

108

Page 74: buku7

Terkait dengan penghitungan indikator, ditemukan kesulitan karena tidak lengkapnya data yang diterima. Pembilang dan penyebut perlu dikoreksi agar sesuai dengan target sasaran yang ingin dicapai, namun semua kabupaten tidak mampu melakukannya, disebabkan:

• tidak adanya tenaga yang khusus menangani pengolahan data, • data pembilang maupun penyebut sering tidak mengacu pada rujukan

populasi yang sama sehingga populasi sering berubah atau tidak konsisten, dan

• data hasil pelayanan oleh dokter praktek atau klinik swasta tidak dilaporkan sehingga cakupan tidak menyeluruh.

Karena itu diusulkan agar dilakukan pertemuan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan program maupun pengelolaan data supaya mereka berupaya melakukan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan akurasi data SIK.

4.3.3 Proses Pengelolaan Data

Meskipun pada era otonomi daerah wewenang telah diberikan kepada daerah untuk mengembangkan sistem informasinya sendiri sesuai kondisi daerah, namun pada kenyataannya banyak daerah masih meneruskan kegiatan sistem informasi yang mengacu pada pengalamannya, yaitu dengan menggunakan mekanisme sistem pelaporan yang telah ada.

Pengelolaan data di propinsi dan kabupaten di daerah studi secara umum dilaksanakan oleh unit/bagian program, tidak ada satu unit pun di propinsi maupun kabupaten yang secara khusus melakukan pengelolaan data.

Data yang diperoleh dari hasil pelayanan di unit-unit kesehatan, dikumpulkan secara pasif dan aktif oleh pengelola program di dinas kesehatan kabupaten yang kemudian disatukan oleh subbagian program untuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten. Hanya di Kabupaten Takalar data profil dikelola di bidang pelayanan kesehatan (Yankes).

Dalam kegiatan pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan, baik rumah sakit, maupun Puskesmas dan masyarakat digunakan register atau buku pencatatan yang telah baku. Pencatatan data pelayanan dilakukan setiap hari. Data harian ini selanjutnya direkap dalam formulir laporan sebagai berikut:

109

Page 75: buku7

• Untuk pelayanan di Puskesmas digunakan formulir LB1 dan LB3 (lihat Lampiran 4.2 dan 4.3),

• Untuk pelayanan di rumah sakit digunakan formulir RL2a, RL2b, RL2a1, RL2b1 dan RL2c (lihat Lampiran 4.4-4.8), dan

• Untuk kegiatan yang dilaksanakan langsung di masyarakat dicatat dalam register kegiatan Posyandu (Lampiran 4.1) yang mencakup gizi, KIA, diare, imunisasi dan keluarga berencana.

Selanjutnya apabila formulir tersebut diteliti, baik di formulir pelaporan Puskesmas maupun rumah sakit tidak dicantumkan variabel jenis kelamin, meskipun sebenarnya tercantum pada register harian.

Di samping itu penggunaan alamat pasien atau penderita yang berkunjung ke Puskesmas atau rumah sakit, sering kali menggunakan alamat yang tidak rinci sehingga akan menyulitkan bila dilakukan rekapitulasi penderita menurut wilayah. Bahkan sering kali Puskesmas memberikan pelayanan kepada pasien yang tinggal di luar wilayahnya.

Meskipun sistem pelaporan untuk pelayanan oleh swasta seperti rumah sakit swasta, dokter praktek, bidan praktek maupun klinik swasta/bersama telah diatur dalam prosedur/mekanisme pelaporan hasil pelayanan, namun pada umumnya dokter praktek swasta maupun bidan praktek swasta tidak menyampaikan laporan ke Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah mereka praktek, lebih lagi di daerah perkotaan.

Dengan demikian pada masa mendatang, untuk pengumpulan data hendaknya dirancang sebagai berikut: • Untuk perbaikan formulir pelaporan penyakit, gizi dan imunisasi (LB1,

LB3, RL1a,1b, 2a, 2b, 2a1, 2b1, 2c) dirinci menurut jenis kelamin. • Untuk pengisian alamat pasien digunakan kode desa/kecamatan/

kabupaten/kota, sehingga dalam proses agregasi/tabulasi dapat dipilah menurut wilayah pasien.

• Untuk kelengkapan data yang mencakup pelaporan dokter dan bidan praktek swasta perlu dilakukan kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan dinas kesehatan kabupaten/kota terkait dengan izin praktek dan pelaporan kegiatan pelayanan prakteknya.

110

Page 76: buku7

Pengumpulan data pada 5 kabupaten di Sulsel dan Sulbar, dapat digambarkan sebagai berikut:

(a) Di Puskesmas, data hasil pelayanan dikumpulkan oleh pengelola program di Puskesmas, lalu petugas Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) mengkoordinasikannya untuk direkap ke dalam laporan-laporan LB1, LB2, LB3 dan LB4, selanjutnya dikirim ke petugas SP2TP kabupaten. Sementara itu pengelola program di Puskesmas juga melaporkan data hasil pelayanannya kepada pengelola program di dinas kesehatan kabupaten.

(b) Untuk data hasil pelayanan di rumah sakit, Kabupaten Bone menyatakan bahwa pengumpulan data yang bersumber dari RS, klinik swasta, dokter/bidan praktek menjadi tangung jawab pengelola Puskesmas kabupaten. Di Kabupaten Polman, pengelola program harus menjemput data yang bersumber dari rumah sakit, sementara data yang bersumber dari klinik swasta, dokter dan bidan praktek belum bisa tercakup. Di tiga kabupaten lainnya perolehan data masih terbatas, yaitu dari Puskesmas dan RS milik pemerintah, meskipun laporan dari RS juga tidak selalu diterima.

(c) Dilaporkan oleh Kabupaten Bone, bahwa yang mengumpulkan data yang sifatnya insiden/KLB adalah petugas surveilans melalui laporan W1 dan W2.

Proses pengolahan data ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyimpanan, pengolahan, dan publikasi.

1) Penyimpanan hasil pengolahan Empat dari lima (80%) kabupaten studi menyatakan bahwa mereka menyimpan hasil pengolahan datanya dalam bentuk hard copy dan soft copy.

2) Diseminasi hasil pengolahan Tiga dari empat (75%) kabupaten yang melaporkan tersebut menyatakan bahwa mereka mengirimkan hasil pengolahan data tersebut ke Dinkes propinsi dan pusat.

3) Bentuk publikasi hasil pengolahan Seluruh kabupaten di daerah studi melaporkan bahwa hasil dari pengolahan data dipublikasikan dalam buku Profil Kesehatan Kabupaten, namun demikian Kabupaten Bone dan Takalar menginformasikan bahwa buku profil tersebut digandakan dalam jumlah yang masih terbatas.

111

Page 77: buku7

Jenis data indikator MDGs yang diolah dari masing-masing kabupaten tampak beragam, namun minimal menyangkut indikator kesehatan ibu dan anak, pelayanan gizi dan status gizi serta penyakit menular tertentu. Tidak ada unit khusus yang mengolah data, data sudah direkap baik di Puskesmas maupun rumah sakit. Setelah sampai di kabupaten, data dimanfaatkan oleh seksi pengelola program di dinas kesehatan kabupaten dan sub-bagian program/perencanaan. 4.3.4 Sumber Daya

1) Tenaga Pengelola Data

Bila ditanyakan siapa penanggung jawab pengolah data, jawabannya juga beragam. Kabupaten Polewali Mandar menyatakan bahwa penanggung jawab pengolah data adalah pengelola SIK di Puskesmas atau rumah sakit. Kabupaten Mamuju menyebutkan bahwa penanggung jawab pengolah data ada di masing-masing seksi di dinas kesehatan kabupaten, sedangkan di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng menyebutkan bahwa penanggung jawab pengolah data adalah Subag program/perencanaan dan di Kabupaten Takalar adalah pengelola program di Puskesmas.

Dengan demikian maka baik di unit pelayanan maupun di dinas kesehatan kabupaten, ada data yang dikelola oleh pemegang program/seksi (Kabupaten Bantaeng dan Poliwali Mandar) dan ada data yang dikelola oleh pengelola data/SIK (Kabupaten Takalar dan Mamuju). Setidaknya data di Puskesmas telah diagregasi atau direkapitulasi. Keragaman ini kemungkinan disebabkan karena tidak adanya unit yang secara khusus menangani data.

Tentang kualifikasi tenaga pengolah data, Kabupaten Bantaeng menyebutkan bahwa terdapat 2 orang S1 Kesehatan Masyarakat, sementara pada saat ujicoba di Kabupaten Jeneponto terdapat 1 orang S1 Kesehatan Masyarakat yang ditunjuk sebagai pengelola SIK dengan surat keputusan kepala dinas kesehatan, dibantu oleh 2 orang S1 Kesehatan Masyarakat.

112

Page 78: buku7

Dari hasil pengumpulan data inventarisasi sumber daya SIK yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi pada pertengahan tahun 2007 diperoleh informasi bahwa terdapat 2 orang tenaga pengelola SIK di Kabupaten Takalar yang masing-masing berpendidikan S1 Kesehatan Masyarakat, sementara di Kabupaten Bone terdapat 3 orang S1 Kesehatan Masyarakat.

2) Peralatan Pengolah Data

Ketersediaan sarana di Sulawesi Selatan berbeda dengan Sulawesi Barat. Di Sulawesi Selatan, di setiap Puskesmas tersedia 1 unit komputer untuk mengolah data, sementara di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat hanya tersedia 1 unit komputer di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mengolah data. Kelihatannya sarana ini diperoleh dari pengadaan sarana pengolah data daerah melalui DIPA Pusdatin tahun 2005.

Mengenai lamanya proses pengumpulan data disebutkan oleh 2 kabupaten yaitu Polewali Mandar di Sulawesi Barat dan Takalar yaitu selama 2 minggu, dan untuk proses pengolahan data, kedua kabupaten ini juga menyebutkan waktu proses pengolahan data, yaitu untuk Kabupaten Poliwali Mandar 3 minggu dan Kabupaten Takalar 2 minggu.

Kelihatannya yang dimaksud di sini adalah waktu pengumpulan dan pengolahan untuk data bulanan.

3) Biaya Pengelolaan Data

Terdapat 2 kabupaten yang memberikan informasi tentang biaya untuk pengelolaan data, yaitu Kabupaten Poliwali Mandar yang menyatakan tidak semua kegiatan pengumpulan data ada dananya, dan Kabupaten Takalar yang menyatakan bahwa dana yang tersedia adalah dalam rangka penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten.

Tentang biaya untuk pengolahan data diinformasikan bahwa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan tidak tersedia biaya khusus untuk pengolahan data, sementara di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tersedia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meskipun terbatas, terdapat biaya untuk pengelolaan data.

113

Page 79: buku7

4.3.5 Alur Data Alur pengumpulan data terkait indikator MDGs bidang kesehatan pada

umumnya masih mengikuti mekanisme dari sub-sistem yang pernah berjalan seperti Sub-sistem Informasi Puskesmas, Sub-sistem Informasi Rumah Sakit dan Sistem Terpadu Penyakit serta Sub-sistem Pemantauan Status Gizi sebagai berikut:

a) Alur data dari Puskesmas (Bagan 4.1)

• Data Puskesmas yang berasal dari kegiatan harian, baik dari kegiatan dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Puskesmas pembantu serta bidan di desa, dikumpulkan di Puskesmas oleh masing-masing pengelola program di Puskesmas, misalnya program kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit, promosi kesehatan dan lainnya.

• Data tersebut kemudian diagregasi oleh pengelola SP2TP ke dalam formulir laporan bulanan Puskesmas (LB1 dan LB3).

• Laporan bulanan tersebut kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten.

• Kemudian dilakukan rekapitulasi seluruh Puskesmas oleh petugas SP2TP kabupaten untuk dikoordinasikan dengan pengelola program di dinas kesehatan kabupaten.

• Selanjutnya rekapitulasi laporan Puskesmas diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).

b) Alur data dari Rumah Sakit (Bagan 4.2)

• Data dari rumah sakit baik pemerintah maupun swasta yang berasal dari kegiatan harian, meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap, dikumpulkan oleh petugas rekam medik rumah sakit.

• Data tersebut kemudian diagregasi oleh petugas rekam medik dalam formulir laporan bulanan rumah sakit sebagai berikut:

- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap rumah sakit (RL2a)

114

Page 80: buku7

- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan rumah sakit (RL2b).

- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap surveilans rumah sakit (RL2a1).

- Laporan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan surveilans rumah sakit (RL2b1).

- Laporan data status imunisasi (RL2c).

• Laporan tersebut secara bersamaan dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan propinsi dan Departemen Kesehatan (Ditjen Pelayanan Medik).

c) Alur data Sistem Terpadu Penyakit /STP (Bagan 4.3) • Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular,

penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit secara terpadu yang bersumber dari Puskesmas, rumah sakit dan laboratorium dengan menggunakan formulir STP Pus STP RS dan STP Lab.

• Data STP tersebut di atas kemudian diagregasi dalam formulir STP.PUS.KAB., STP.RS.KAB. dan STP.LAB.KAB oleh dinas kesehatan kabupaten.

• Selanjutnya rekapitulasi laporan STP tersebut diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).

d) Alur Pemantauan Status Gizi (Bagan 4.4)

• Untuk memantau status gizi Balita, telah dikembangkan survei pemantauan status gizi yang dilakukan secara berkala, yang dilakukan oleh tim pemantau gizi Puskesmas dengan menggunakan formulir F1/PSG-KADARSI dan F2/PSG-KADARSI dan F3/PSG-KADARSI.

• Formulir pengumpulan data F1/PSG dan FII/PSG yang telah diisi lengkap oleh TPG Puskesmas, segera dikirim ke Dinkes kabupaten/kota.

• Selanjutnya FII/PSG dari seluruh kecamatan direkapitulasi pada formulir FIII/PSG.

• Selanjutnya rekapitulasi FIII/PSG tersebut diteruskan ke dinas kesehatan propinsi dan pusat (Departemen Kesehatan).

115

Page 81: buku7

Bagan 4.1 Alur Data dari Puskesmas (SP2TP)

PUSAT

Bagian Informasi Binkesmas

Pusdakes

Program Terkait

Tk. Pusat

Dinkes Dati II

Bagian TU Subag. Rencana

Dinkes Dati I Program Terkait

Tk. ProvinsiI

Yankes Swasta

KEPALA PUSK

Tata Usaha

Subbag. TU

GFK

PUSTU BIDES

PKL PKL PKMP2M KIA

Program Terkait

Tk. Dat II

GARIS UMPAN BALIK KOREKSI DATA GARIS PEMBINAAN

GARIS LAPORAN SP2TP LAPORAN TEMBUSAN HASIL OLAHAN/REKAP

KETERANGAN:

116

Page 82: buku7

Bagan 4.2 Alur Data dari Rumah Sakit (SP2RS)

Ditjen Yanmed

Dinas Kesehatan provinsi

Dinas Kesehatan kabupaten/kota

TNI & POLRI/ Dep. Lain/BUMN

Swasta

R.S.

RL1; RL2A; RL2B; RL3 RL4; RL5; RL6

R.S.

R.S.

TNI & POLRI/Dep. Lain/BUMN

RL1; RL2a; RL2b; RL2a1; RL2b1; RL2c

RL2.1; RL2.2; RL2.3; RL3; RL4; RL5;

RL1; RL2a; RL2b; RL3; RL4; RL5; RL6

RL1; RL2a; RL2b; RL3; RL4; RL5; RL6

RL4a (Khusus RS Vertikal Depkes)

Depkes, Pemda

Swasta

117

Page 83: buku7

Bagan 4.3 Alur Sistem Terpadu Penyakit

Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans kepada Unit Surveilans yang akan Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans kepada Unit Surveilans yang akan

melakukan kompilasi data melakukan kompilasi data

Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans yang melakukan kompilasi data kepada Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans yang melakukan kompilasi data kepada semua Unit Surveilans yang melakukan pengirimkan data semua Unit Surveilans yang melakukan pengirimkan data

Distribusi data surveilans dari PUSKESMAS dan Rumah Sakit Sentinel Distribusi data surveilans dari PUSKESMAS dan Rumah Sakit Sentinel

Ditjen Surveilans Dinas Kesehatan

kab/kota

Ditjen Surveilans Ditjen PPM & PL

Depkes

Form. STP.PUS.KAB Form. STP.RS.KAB Form. STP.LAB.KAB

Ditjen Surveilans Dinas Kesehatan

provinsi

Puskesmas Sentinel Formulir STP.PUS.SEN

Form. STP.PUS.KAB Form. STP.RS.KAB Form. STP.LAB.KAB

Rumah Sakit Sentinel Formulir

STP.RS.SEN

Form. STP.PUS Form. STP.RS Form. STP.LAB

Ditjen Surveilans Puskesmas

Ditjen Surveilans Rumah Sakit

Ditjen Surveilans Laboratorium

118

Page 84: buku7

Bagan 4.4 Alur Pemantauan Status Gizi

Pusat

Provinsi

Kab/kota

Puskesmas

Sub-desa kelurahan (Sampel Balita dan keluarga sesuai dengan jumlah yang telah dihitung

dan dipilih secara acak sesuai ketentuan-lihat Bag. metodologi)

Umpan balik laporan

Umpan balik

Umpan balik

Laporan data

Laporan data

Formulir & kuesioner

Data Elektronik

Memantau penimbangan dan mengisi formulir

Keterangan: Umpan balik

Arus pelaporan

119

Page 85: buku7

Indikator MDGs Bidang Kesehatan Bila mengamati kegiatan pengolahan data menjadi indikator dari

masing-masing indikator MDGs, tampak dari 5 kabupaten di daerah studi adanya keragaman indikator yang diolah, yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: • Angka kematian bayi (AKB), angka kematian Balita (AKABA), angka

kematian ibu (AKI): Dua dari lima kabupaten (60%) menyebutkan indikator yang diolah hanya angka kematian bayi saja, sementara 3 lainnya mengolah AKB, AKABA, AKI.

• Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu: Hanya 1 dari 5 kabupaten studi yang tidak menyebutkan indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4 dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, sementara 3 dari 4 kabupaten yang mengolah indikator pelayanan tersebut juga mengolah indikator cakupan pemberian Fe ibu hamil. Indikator lainnya yang dilaporkan diolah adalah presentase ibu hamil kurang energi protein (KEK) dan presentase diare ditolong oleh kader.

• Status Gizi Balita: Hanya Kabupaten Bantaeng yang tidak mengolah indikator status gizi. Indikator yang diolah oleh 4 kabupaten lainnya terlihat beragam, yaitu presentase Balita kurang gizi, presentase bayi BGM dan presentase Balita BGM. Diinformasikan oleh pengelola program dari Direktorat Gizi Masyarakat bahwa istilah BGM (bawah garis merah) diterjemahkan sebagai gizi buruk.

• Indikator Pelayanan Kesehatan Anak: Hanya Kabupaten Bantaeng yang tidak menyebutkan mengolah indikator cakupan pemberian Vit A, sementara indikator presentase anak yang diimunisasi hanya tidak disebutkan diolah oleh kabupaten Takalar. Di samping itu hanya kabupaten Bone yang menyebutkan mengolah persentase rumah tangga yang menggunakan garam beryodium

• Insiden dan Prevalansi Penyakit Menular: Seluruh kabupaten di daerah studi menyebutkan mengolah indikator prevalensi TB dan hanya 3 kabupaten (60%) di antaranya yaitu Kabupaten Bone, Polewali Mandar dan Mamuju yang juga mengolah indikator persentase TB yang sembuh dengan pengobatan DOTS. Prevalensi malaria, hanya dilaporkan diolah di Kabupaten Mamuju, sementara Kabupaten Bone dan Takalar juga mengolah indikator penyakit menular lainnya seperti kusta, HIV/AIDS, rabies, DBD, diare, avian influensa.

120

Page 86: buku7

4.3.6 Kesulitan yang Ditemukan

Kesulitan yang dihadapi pada proses pengelolaan data di beberapa kabupaten adalah sebagai berikut:

1) Data yang diterima sering tidak lengkap dan tidak akurat,

2) Data dari dokter praktek dan klinik swasta tidak terlaporkan,

3) Tenaga pengelola merangkap pekerjaan lain,

4) Belum ada unit atau seksi khusus menangani pengelolaan data,

5) Biaya pengelolaan data yang terbatas, dan

6) Luasnya wilayah kerja dan kondisi geografis menyebabkan petugas tidak mampu menjangkau seluruh wilayah.

Selain kesulitan tersebut di atas, adanya hambatan karena keterbatasan sarana, biaya dan kemampuan tenaga yang kurang memadai serta kondisi geografis, menyebabkan proses pengumpulan data menjadi terlambat. Demikian pula kurangnya koordinasi dan komitmen terhadap pentingnya data, masih dirasakan baik di dinas kesehatan propinsi maupun kabupaten.

4.3.7 Usulan

Usulan agar data menjadi lengkap, akurat dan tepat waktu disebutkan oleh 3 kabupaten di 2 propinsi yang dilakukan studi sebagai berikut:

Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

1) Perlu peningkatan kualitas petugas pengelola data melalui pelatihan manajemen data,

2) Perlu penambahan dana dan sarana untuk pengolahan data, dan

3) Perlu penjaringan data dari rumah sakit swasta dan praktek dokter swasta,

121

Page 87: buku7

Kabupaten Poliwali Mandar dan Mamuju, Sulawesi Barat

1) Perlu meningkatkan pemahaman kepada semua pihak, baik eksekutif maupun legislatif, di semua tingkatan wilayah tentang pentingnya data,

2) Perlu diciptakan koordinasi yang intensif antara sektor dan BPS, sehingga tidak terjadi perbedaan angka pada jenis data yang sama,

3) Perlu adanya Perda yang mengatur pengelolaan data di kabupaten,

4) Perlu adanya unit pengelola data di dinas kesehatan kabupaten,

5) Perlu SK bupati yang menunjuk petugas khusus yang menangani data di seluruh dinas kesehatan (satuan kerja perangkat daerah), dan

6) Perlu dukungan sarana dan prasarana serta peningkatan pelatihan manajemen data bagi pengelola data.

4.4 Kesimpulan

a. Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan di daerah studi telah menghasilkan indikator MDGs meskipun antara daerah yang satu dengan lainnya tidak sama jenis indikatornya.

b. Di dalam proses pengumpulan maupun pengolahan data masih dihadapi kendala-kendala karena keterbatasan sarana, tenaga, biaya, serta belum adanya pengelola data yang purna waktu.

c. Kendala-kendala tersebut kelihatannya berpangkal pada tidak adanya unit yang khusus mengelola data.

d. Belum semua data yang dikumpulkan mencakup data dari berbagai unit pelayanan di wilayah kecamatan maupun kabupaten.

e. Beberapa indikator yang ingin diperoleh datanya di tingkat kecamatan, masih perlu dibicarakan dengan unit-unit program.

f. Beberapa usulan untuk memperbaiki penyelenggaraan sistem informasi kesehatan perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti agar bisa diperoleh data yang lebih lengkap, akurat dan tepat waktu.

122

Page 88: buku7

4.5 Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Pengisian Formulir Pencatatan SP2TP. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.

2. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Pengisian Formulir Pelaporan SP2TP. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.

3. Departemen Kesehatan R.I. Buku Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Buku 1. Ditjen Binkesmas, Tahun 1997.

4. Departemen Kesehatan R.I. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Kepmenkes R.I. No. 511/Menkes/SK/V/2002. Depkes RI, Jakarta 2002.

5. Departemen Kesehatan R.I. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Pedoman Sistem Informasi Rumah Sakit. Ditjen Pelayanan Medik, Tahun 2003.

6. Departemen Kesehatan R.I. Kepmenkes R.I No. 1479/Menkes/SK/X/2003, Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Ditjen P2M & PL Tahun 2004.

7. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). Ditjen Binkesmas. Jakarta, 2004.

8. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarsi). Ditjen Binkesmas, Tahun 2007.

9. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Program Imunisasi. Ditjen PP-PL Dit SEPIM KESMA, Tahun 2007.

10. Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan. Laporan Daerah Tentang Studi Alur Data Sektoral di Propinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2007.

11. Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Barat. Laporan Daerah Tentang Studi Alur Data Sektoral di Propinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007.

123

Page 89: buku7

Lampiran 4.1

Pusk

esma

s :

Bulan

:

Keca

matan

:Ta

hun

:

Jml

Anak

Bali

taNo

Nama

Ka

der

Btl

Btl

Kaps

ulJm

l dpt

Jml

1-4 ta

hun

LILA

<23,5

Po

syan

duAk

tif1

2Yo

dium

kolos

DDTK

Jml

Diuk

urcm

trum

IIV

DDTK

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1718

1920

2122

2324

2526

2728

2930

3132

3334

3536

3738

Agus

tBC

GFe

bI

Imun

isasi

IIIII

III

IIIIV

K

REGI

STER

KEG

IATAN

POSY

ANDU

K1K4

Hepa

titis

III

III

DPT

Polio

SK

DKE

PN

WUS

GIZI

KIA

Bayi

Ibu ha

mil

WUS

Jml d

apat

ASI E

ksklu

sif

Balita D

N

Sirup

Fe B

alita

Vit A

Bayi

0-11 b

ulan

KEP

S

124

Page 90: buku7

Lampiran 4.1 (Lanjutan)

Pusk

esma

s :

Bulan

:

Keca

matan

:Ta

hun

:

Jml

NoNa

ma

Kade

rPo

syan

duAk

tif

12

339

4041

4243

REGI

STER

KEG

IATA

N PO

SYAN

DU

Camp

akIS

PADE

SA

DIAR

E

Jml

Diob

ati

125

Page 91: buku7

Lampiran 4.2

Kode

Pus

kesm

as :

LB1

Pusk

esm

as

:Ha

laman

1Ke

cam

atan

:

Pusk

esm

as P

emba

ntu

yang

ada

:

Y

ang

lapor

:Bu

lan :

Kabu

pate

n/Ko

ta

:Ta

hun

:Pr

opin

si

:

0-7

hr8-

28 h

r1-

<1 th

1-4

th5-

9 th

10-1

4 th

15-1

9 th

20-4

4 th

45-5

4 th

55-5

9 th

60-6

9 th

> '7

0 th

12

34

56

78

910

1112

1314

15

01PE

NYAK

IT IN

FEKS

I PAD

A US

US01

01Ko

lera

0102

Diar

e (te

rmas

uk te

rsan

gka

koler

a)01

03Di

sent

ri01

04In

feks

i pen

yakit

usu

s yg

lain

02PE

NYAK

IT T

UBER

KULO

SA02

01TB

Par

u02

02TB

Sela

in Pa

ru03

PENY

AKIT

BAK

TERI

0301

Kusta

I/T

(MB)

0302

Kusta

B/L

(PB)

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst…

….

Men

geta

hui

Pelap

orPi

mpin

an P

uske

smas

(

)(

)

NIP

NIP

LAPO

RAN

BULA

NAN

DATA

KES

AKIT

AN

N0JE

NIS

PENY

AKIT

TOTA

LJU

MLA

H PE

NDER

ITA

126

Page 92: buku7

Lampiran 4.3 Kode Puskesmas: LB3Puskesmas: Halaman 1 dan 2Kecamatan:Puskesmas Pembantu yang ada: Yang lapor: Bulan:Kabupaten/Kota: Tahun:Propinsi:

1 2I GIZI

1 Jumlah anak balita dapat vit A dosis tinggi (200.000 IU)2 Jumlah ibu nifas dapat vit A dosis tinggi3 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 30 tablet (Fe1)4 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 90 tablet (Fe3)5 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol I 150 cc (FeBal I)6 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol II 300 cc (FeBal 2)7 Jumlah bayi <1th ditimbang8 Jumlah anak balita 1-4 th ditimbang9 Jumlah bayi dan anak balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah

10 Jumlah bunil mendapat kapsul yodium11 Jumlah penduduk lainnya mendapat kapsul yodium12 Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) baru yang diukur LILA (Lingkar Lengan Atas)13 Jumlah WUS baru yang diukur < 23,5 cm

II KIA1 Jumlah kunjungan K1 ibu hamil2 Jumlah kunjungan K4 ibu hamil3 ………. Dst

III IMUNISASI1 Jumlah bayi 9-11 bulan divaksinasi campak2 Jumlah bayi 2-11 bulan divaksinasi DPT13 Jumlah bayi 0-11 bulan divaksinasi Hepatitis B14 ………. Dst

IV PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

15

A ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)1 Jumlah kasus AFP baru (0-15 tahun) ditemukan2 Jumlah kasus AFP 0-15 tahun dilacak

B TETANUS NEONATORUMC MALARIAD DBD (Demam Berdarah Dengue)E RABIES

Mengetahui Penagggung JawabPimpinan Puskesmas KIA-GIZI,

IMUNISASI, P2M

( ) ( )NIP NIP

L A P O R A N B U L A N A N

N0 KEGIATAN JUMLAH

IMUNISASI, PENCEGAHAN PENYAKIT MENULARKIA, GIZI

127

Page 93: buku7

Lampiran 4.4

Form

ulir

RL2a

NAM

A RS

:Ha

laman

No

. Kod

e RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rGO

LONG

AN

JML

PASI

ENJM

L PA

SIEN

Urut

DTD

Terp

erin

ciSE

BAB-

SEBA

B SA

KIT

0-28

hr

29 h

r- 1

th1-

4 th

5-14

th15

-24

th25

-44

th45

-64

th65

+ th

LkPr

KELU

AR (H

+M)

KEL

MAT

I1

23

45

67

89

1011

1213

1415

16

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifoid

dan

par

atifo

id

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst…

….

PASI

EN K

EL (H

+M) M

EN S

EX

DATA

KEA

DAAN

MOR

BIDI

TAS

PASI

EN R

AWAT

INAP

RUM

AH S

AKIT

PASI

EN K

ELUA

R (H

IDUP

DAN

MAT

I) M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

128

Page 94: buku7

Lampiran 4.5

Form

ulir

RL2b

NAM

A RS

:Ha

lam

an

No. K

ode

RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rGO

LONG

AN

JML

PASI

ENJM

L PA

SIEN

Urut

DTD

Terp

erin

ciSE

BAB-

SEBA

B SA

KIT

0-28

hr

29 h

r- 1

th1-

4 th

5-14

th15

-24

th25

-44

th45

-64

th65

+ th

LkPr

KELU

AR (H

+M)

KEL

MAT

I1

23

45

67

89

1011

1213

1415

16

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifo

id da

n pa

ratif

oid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

PASI

EN K

EL (H

+M) M

EN S

EX

DATA

KEA

DAAN

MOR

BIDI

TAS

PASI

EN R

AWAT

JAL

AN R

UMAH

SAK

IT

PASI

EN K

ELUA

R (H

IDUP

DAN

MAT

I) M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

129

Page 95: buku7

Lampiran 4.6

Form

ulir

RL2a

1NA

MA R

S :

Halam

an

No. K

ode R

S

Nom

orNo

mor

No D

afta

rGO

LONG

AN

JML

KASU

SJM

LN0

Urut

DTD

Terp

erin

ciSE

BAB-

SEBA

B SA

KIT

0-28

hr29

hr-

1 th

1-4 t

h5-

14 th

15-2

4 th

25-4

4 th

45-6

4 th

65+

thLk

PrBA

RUKU

NJUN

GAN

URUT

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

17

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifoid

dan p

arati

foid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst…

….

KASU

S BA

RU M

EN S

EX

DAT

A KE

ADAA

N MO

RBID

ITAS

PAS

IEN

RAW

AT IN

AP S

URVE

ILAN

S TE

RPAD

U RU

MAH

SAKI

T

KASU

S BA

RU M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

130

Page 96: buku7

Lampiran 4.7

Form

ulir

RL2b

1NA

MA

RS :

Halam

an

No. K

ode

RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rGO

LONG

AN

JML

KASU

SJM

LN0

Urut

DTD

Terp

erin

ciSE

BAB-

SEBA

B SA

KIT

0-28

hr

29 h

r- 1

th1-

4 th

5-14

th15

-24

th25

-44

th45

-64

th65

+ th

LkPr

BARU

KUNJ

UNGA

NUR

UT1

23

45

67

89

1011

1213

1415

1617

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifoid

dan

par

atifo

id

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst…

….

KASU

S BA

RU M

EN S

EX

D

ATA

KEAD

AAN

MOR

BIDI

TAS

PASI

EN R

AWAT

JAL

AN S

URVE

ILAN

S TE

RPAD

U RU

MAH

SAK

IT

KASU

S BA

RU M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

131

Page 97: buku7

Lampiran 4.8

Form

ulir R

L2c

Nam

a RS

:No

. Kod

e RS

:

Nom

orRe

kam

Med

isTe

tanus

TBC

Pasie

nNe

onat

orum

Paru

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1718

01

2

KEAD

AAN

PASI

ENPE

NYEB

AB S

AKIT

No.

Umur

/Sex

LP

Hidu

pDi

pteri

3

STAT

US IM

UNIS

ASI**

)

Pertu

sisTe

tanu

sM

ati

Cam

pak

Polio

TK

132

Page 98: buku7

V. Data Sektoral Bidang Keluarga Berencana (KB)

(Drs. Freddy Aritonang, M.M., Dra. Hitima Wardhani, M.P.H.

5.1 Pendahuluan

5.1.1 Latar Belakang

Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah ICPD -1994 mengalami perubahan secara nyata. Pada awalnya pelayanan KB menekankan pada aspek demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran. Pasca ICPD-1994 kebijakan pelayanan KB lebih mengedepankan aspek hak azasi manusia (HAM) dalam arus pembangunan sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional dan internasional. Dengan demikian program KB di Indonesia mengalami perubahan orientasi dari nuansa demografis ke nuansa kesehatan reproduksi yang di dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya.

Pelayanan kontrasepsi tidak hanya dilihat sebagai layanan pengaturan kelahiran belaka, tetapi telah dikaitkan dengan pelayanan masalah kesehatan reproduksi secara umum. Pada tingkat pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, pengaturan kelahiran menggunakan kontrasepsi telah diarahkan sebagai layanan yang bersifat multi-guna, termasuk untuk menjaga kesehatan ibu dan anaknya, serta memperbaiki kehidupan seksualnya.

Untuk memantau perkembangan dan kesinambungan program KB nasional di lapangan, BKKBN telah mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan program KB nasional.

Pengumpulan data melalui sistem catatan administrasi dimaksudkan untuk memantau perkembangan program KB di setiap tingkatan wilayah sampai dengan tingkat pusat.

Di lain pihak pembangunan millenium secara global telah disepakati dan indikator yang merujuk pada tujuan dan target telah dikembangkan. Salah satu indikator yang menjadi tujuan dan target MDGs dapat pula diperoleh

133

Page 99: buku7

dari sistem pencatatan dan pelaporan BKKBN. Data yang dapat dikontribusikan untuk memonitor pencapaian indikator MDGs tersebut adalah persentase angka pemakaian kontrasepsi di antara PUS yang dianggap sebagai salah satu proksi untuk mengukur tingkat kesehatan ibu. Selain itu program KB dapat memberikan kontribusi dalam memberikan data tentang peserta KB kondom untuk memberikan gambaran pemakaian kondom sebagai perlindungan terhadap penyakit HIV/AIDS.

Guna mengintegrasikan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada dan dikaitkan dengan evaluasi pencapaian tujuan MDGs, maka perlu dilakukan identifikasi sistem informasi yang ada untuk dikaji kemungkinan adanya peluang dan kendala dalam memantau indikator MDGs.

Untuk tujuan dimaksud telah dilakukan suatu pilot survei di beberapa kabupaten/kota dan provinsi yang sasarannya adalah instansi sektor pembangunan yang terkait dengan target MDGs. Untuk mengetahui gambaran alur data mendapatkan indikator MDGs tersebut di sektor BKKBN, telah dilakukan beberapa tahapan kegiatan yang diuraikan dalam makalah ini.

Makalah ini disusun berdasarkan empat sumber informasi, pertama, hasil observasi ke SKPD KB, kedua, hasil pembahasan atas jawaban kuesioner yang diisi oleh para anggota diskusi terarah, ketiga, masukan-masukan pada forum sosialisasi hasil studi ini di internal BKKBN, dan keempat, referensi yang dikembangkan oleh BKKBN pusat, baik dari buku pedoman maupun buku-buku petunjuk teknis yang masih berlaku saat ini.

Berikut ini disampaikan sistematika materi makalah. Bab I: Pendahuluan, meliputi latar belakang, dasar hukum pelaksanaan pengumpulan data di BKKBN; di Bab II diuraikan situasi umum pengelolaan data meliputi kelembagaan pengelolaan data, sistem pencatatan dan pelaporan KB nasional, serta hambatan dalam pengelolaan data. Bab III membahas alur data yang terkait dengan indikator MDGs, dirinci mulai dari pengumpulan data, penerimaan dan perekaman dokumen, sampai proses pengolahan data. Bab IV merupakan kesimpulan dan saran.

Diharapkan temuan-temuan ini dapat memberikan gambaran bagaimana alur sistem pencatatan dan pelaporan BKKBN dapat memberikan kontribusi terhadap monitoring indikator MDGs.

134

Page 100: buku7

5.1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Pengumpulan Data di BKKBN

Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Kewenangan Lembaga Pemerintah Non-Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir diubah dengan Keppres RI Nomor 9 tahun 2004, BKKBN mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

BKKBN sejak berdiri pada tahun 1970, bahkan sebelum ditetapkan sebagai lembaga non-departemen, telah memberikan perhatian terhadap pentingnya data dan informasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program KB. Hal ini dapat diketahui dengan dibentuknya unit setingkat Bbiro yang secara khusus menangani pengelolaan data. Selanjutnya dengan berkembangnya program KB, pengelolaan data dilakukan oleh unit pada tingkat deputi. Perkembangan program juga diikuti dengan perubahan struktur organisasi. Melalui Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN Nomor 150/HK-010/B5/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN, ditetapkan bahwa pengelolaan data program KB nasional di pusat dikoordinir oleh Deputi Informasi Keluarga dan Pemaduan Kebijakan Program (IKPK). Deputi ini membawahi lima direktorat yaitu: o Direktorat Pelaporan dan Statistik, o Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi, o Direktorat Analisa dan Evaluasi Program, o Direktorat Penyajian Data dan Penyebarluasan Informasi, dan o Direktorat Pemaduan Kebijakan Program.

Pengelolaan data di provinsi, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN Nomor 70/HK-010/B5/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN Provinsi dan Kabupaten/Kota, ditangani oleh unit khusus yaitu bidang informasi keluarga dan analisa program (IKAP). Pada studi pemetaan ini di Provinsi Sulawesi Selatan, bidang IKAP dibantu oleh tiga seksi yaitu seksi pelaporan dan statistik, seksi pengolahan, penyebarluasan informasi dan data, dan seksi analisa,

135

Page 101: buku7

sedangkan di Provinsi Sulawesi Barat, sebagai provinsi pengembangan pada era desentralisasi, pengelolaan data dilakukan oleh bidang pelatihan dan informasi keluarga dibantu oleh dua seksi yaitu seksi pengolahan dan pelaporan serta seksi analisis dan informasi.

Di tingkat kab/kota pengelolaan data program sangat beragam tergantung dari kebijakan pemerintah daerah, namun sesuai Surat Keputusan Kepala BKKBN No. 276/HK-010/B5/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS bagi kabupaten/kota, salah satu kewenangan wajib yang harus dilakukan di kabupaten dan kota adalah penyediaan data dan informasi keluarga serta penduduk yang lengkap dari waktu ke waktu.

5.2 Situasi Umum Pengelolaan Data di BKKBN

5.2.1 Kelembagaan Sesuai dengan keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/

Kepala BKKBN No.70/HK.010/B5/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Kabupaten/Kota, BKKBN tingkat provinsi masih bersifat vertikal kecuali provinsi DKI Jakarta, sedangkan di tingkat kabupaten/kota bersifat otonomi. Kemudian sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mekanisme koordinasi BKKBN pusat/provinsi dengan pihak kabupaten/kota dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini melalui bupati/walikota cq satuan kerja perangkat daerah keluarga berencana (SKPD-KB) kabupaten/kota.

Nomenklatur SKPD-KB di kabupaten/kota sangat beragam, tergantung kepada kebijakan daerah masing-masing. Pada lokasi studi pemetaan ini bentuk kelembagaannya antara lain: o Kabupaten Bone: Dinas Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera,

berdasarkan Perda No. 13 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja Dinas Keluarga Berencana.

o Kabupaten Takalar: Dinas Keluarga Berencana, berdasarkan Perda No. 10 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja Dinas Keluarga Berencana dan diperkuat lagi dengan SK Bupati No. 101.

136

Page 102: buku7

o Kabupaten Mamuju: Dinas KB, Kesos dan Linmas, berdasarkan Perda No. 13 Tahun 2003 tentang status kelembagaan dan pembentukan organisasi dinas KB, kesejahteraan sosial dan perlindungan masyarakat.

o Kabupaten Polewali Mandar: Dinas Kesehatan dan KB, berdasarkan Perda No. 4 tahun 2005 dan Perda No. 9 tahun 2006 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas-dinas Daerah Kabupaten Polewali Mandar.

o Kabupaten Bantaeng: Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, berdasarkan Perda No. 3 tahun 2003. Dengan beragamnya nomenklatur tersebut, institusi yang melaksanakan

pengelolaan data program KB juga bervariasi. Di lokasi studi sebagian kabupaten mempunyai unit khusus bidang

pengelola data dan informasi yaitu yang dikepalai oleh pejabat eselon III yaitu Kabupaten Takalar dan Kabupaten Bone, sedangkan di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali Mandar data tidak dikelola secara khusus. Di Kabupaten Mamuju data KB dikelola oleh Kasubag TU yang juga menangani data Kesos dan Linmas, di Kabupaten Polewali Mandar oleh Kasubag KB yang menangani pula kegiatan operasional program KB dan melekat pada Bidang Kesejahteraan Keluarga dan KB.

Dengan kata lain SKPD–KB di kabupaten dan provinsi pengembangan tidak ada unit pengelola data secara khusus, sehingga mekanisme alur data belum berjalan secara efektif. Namun ada beberapa instansi yang melakukan pengelolaan data berdasarkan surat keputusan bupati dan surat keputusan kepala badan/dinas/kantor.

5.2.2 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional Monitoring dan evaluasi menjadi ciri penting dalam perkembangan

program KB. Penerapan sistem informasi yang up to date merupakan salah satu dari sasaran program KB. Untuk itu telah dikembangkan sistem pencatatan dan pelaporan Program KB Nasional, yang meliputi tiga hal:

1) Pelayanan kontrasepsi, 2) Pengendalian lapangan, dan 3) Pendataan keluarga.

137

Page 103: buku7

Ketiga sub-sistem tersebut saling berhubungan, di mana hasil pendataan keluarga menjadi dasar penentuan sasaran untuk kegiatan operasional pelayanan kontrasepsi dan pengendalian lapangan. Hasil pelayanan kontrasepsi dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan mekanisme dalam Sub-sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi, dan hasil operasional pengendalian lapangan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan mekanisme dalam Sub-sistem Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan.

Secara rinci untuk menjelaskan masing-masing sistem pencatatan dan pelaporan tersebut, adalah sebagai beikut:

1) Pelayanan Kontrasepsi Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan

mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi, dilakukan oleh klinik KB dan dokter/bidan praktek swasta. Pengumpulan data laporan hasil pelayanan KB dan keadaan logistik alat kontrsepsi dilakukan sebulan sekali di klinik KB tingkat kecamatan. Laporan bulanan pelayanan kontrasepsi ini dicatat dalam formulir F/II/KB/04 (Lampiran 5.6)

Data bulanan berasal dari catatan hasil pelayanan oleh klinik KB pemerintah maupun swasta serta yang dilakukan dokter maupun bidan praktek swasta. Isi laporan bulanan klinik KB terdiri dari 1) jumlah Klinik KB yang melaporkan hasil pelayanannya, 2) hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan pada setiap klinik, 3) pelayanan komplikasi, kegagalan dan pencabutan implant, persediaan alat kontrasepsi dan 4) pelayanan Askeskin pada penggunaan alat kontrasepsi.

Sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan oleh BKKBN pusat, di setiap awal bulan, laporan dari klinik dikirim ke kabupaten melalui petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) atau penyuluh KB (PKB) dan kepala unit pelaksana teknis daerah (UPTD) pengawas PLKB (PPLKB).

Laporan yang diterima di tingkat kabupaten kemudian disusun rekapitulasinya dan dikirim ke BKKBN propinsi, dan tembusan ke BKKBN pusat cq Direktorat Pelaporan dan Statistik. Langkah yang sama dilakukan di tingkat provinsi, yang merekapitulasi laporan dari seluruh kabupaten/kota

138

Page 104: buku7

di wilayahnya kemudian dikirim hasilnya ke BKKBN pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik dan mitra kerja.

Selain itu juga terdapat laporan yang bersifat tahunan, yang berisi data tentang 1) jumlah klinik, 2) personil yang ada serta jenis pelatihan KB yang telah diikuti serta 3) peralatan yang dimiliki untuk pelayanan KB di klinik yang bersangkutan.

Semua data tersebut dicatat dalam formulir K/0/KB/04. Laporan ini dilakukan satu kali dalam satu tahun, pengumpulan datanya dilakukan oleh klinik KB yang ada dan laporan dikirim ke kecamatan dan diteruskan ke pengelola data di kabupaten. Untuk data tahunan, mekanisme pelaporannya sama dengan laporan bulanan, dilakukan setiap bulan Februari.

2) Pengendalian Lapangan

Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan Program KB Nasional adalah suatu mekanisme pencatatan dan pelaporan untuk memonitor pelaksanaan operasional program di lini lapangan. Pelaporan dilakukan rutin setiap bulan dan satu kali dalam satu tahun.

Laporan yang dilakukan sekali dalam setahun dikenal dengan data potensi wilayah, dicatat dalam formulir (K/0/Kec-Dal/04) berisi tentang 1) cakupan wilayah kerja (desa/kelurahan, dusun, RW, RT), 2) jumlah petugas lapangan (jumlah PLKB/KB & Pengelola Program KB Desa/Kelurahan), 3) institusi masyarakat pedesaan (PPKBD, Sub-PPKBD, Kelompok KB, Kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), 4) tempat pelayanan kontrasepsi pemerintah dan swasta, 5) jumlah pusat informasi dan konsultasi remaja, jumlah kader/motivator yang pernah dilatih kesehatan reproduksi remaja.

Untuk data bulanan yang berupa laporan bulanan pengendalian lapangan berisi tentang 1) keadaan umum institusi masyarakat, 2) kegiatan operasional di lapangan, 3) rapat koordinasi program KB Nasional tingkat kecamatan dan desa/kelurahan, 4) Tim KB Keliling (TKBK) dari kecamatan ke desa, 5) pembinaan ketahanan keluarga dalam bentuk pertemuan bina

139

Page 105: buku7

keluarga (BKB, BKR, BKL), 6) pembinaan kesejahteraan keluarga dalam pertemuan dan kelompok kegiatan UPPKS, 7) serta pembinaan Pasangan Usia Subur (PUS) dan kesertaan ber-KB.

Data berasal dari catatan kader KB di tingkat dusun yang disebut Sub- Pos Pembantu Keluarga Berencana Desa (Sub-PPKBD) dilaporkan kepada kader KB di tingkat desa Pembina Pos KB Desa (PPKBD), selanjutnya oleh PLKB/PKB yang mengelola program KB di tingkat desa merekapitulasi data tersebut dan dilaporkan kepada UPTD KB/PPLKB di kecamatan. Kemudian rekapitulasi data kecamatan oleh UPTD KB/PPLKB dilaporkan ke kabupaten dan selanjutnya pelaporan disampaikan secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Mekanisme pelaporan dilakukan seperti pelaporan pelayanan kontrasepsi.

3) Pendataan Keluarga Pendataan keluarga merupakan proses pengumpulan data keluarga

dengan periode satu kali dalam satu tahun pada bulan Juli s.d. September. Tujuan dilaksanakannya pendataan keluarga adalah untuk memperoleh data basis keluarga dan anggota keluarga yang dapat memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh mengenai keadaan di lapangan sampai tingkat keluarga tentang hasil-hasil pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dapat digunakan untuk kepentingan operasional langsung di lapangan, serta untuk kepentingan penetapan kebijakan, perencanaan, pengendalian dan penilaian oleh pengelola dan pelaksana program KB di semua tingkatan.

Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, kesertaan ber-KB, pentahapan keluarga sejahtera, serta data individu anggota keluarga. Data demografi terdiri dari 31 variabel, kesertaan ber-KB 11 variabel, pentahapan keluarga 26 variabel dan data individu 11 variabel.

Data dikumpulkan melalui kunjungan dari rumah ke rumah setiap keluarga oleh kader KB di tingkat dusun (Sub-PPKBD), kemudian kader tersebut melaporkan hasil pendataan kepada PPKBD yang berada di tingkat desa. Selanjutnya masing-masing PPKBD melaporkan hasil rekapitulasinya kepada PLKB/PKB. PLKB/PKB kemudian merekap dari semua hasil rekapitulasi PPKBD dan melaporkan hasil rekapitulasi tersebut kepada

140

Page 106: buku7

kepala UPTD KB/PPLKB sebagai atasan langsung PLKB yang berkedudukan di kecamatan. Hasil rekapitulasi tersebut diantar langsung atau dikirim ke pengelola data KB di kabupaten/kota. Data hasil dari pendataan keluarga ini juga disusun rekapitulasinya di tingkat propinsi dan dikirim ke pusat.

Mekanisme alur data dari masing-masing sistem pencatatan dan pelaporan yang dibakukan di BKKBN dapat digambarkan seperti pada Diagram 5.1, Diagram 5.2, dan Diagram 5.3.

Diagram 5.1

141

Page 107: buku7

Diagram 5.2

142

Page 108: buku7

Diagram 5.3

143

Page 109: buku7

Dengan memperhatikan bagan alur pencatatan dan pelaporan Program KB Nasional, maka di setiap tingkatan wilayah (kabupaten/kota, provinsi dan pusat) dilakukan pengumpulan, validasi, pengolahan, rekapitulasi, analisis dan penyajian data pada masing-masing unit kerja pengelola data dan informasi sesuai struktur organisiasi yang ada. Namun di tingkat kecamatan semua fungsi pengelolaan data dan informasi hanya dilakukan oleh kepala unit pelaksana teknis (Ka UPT)/PPLKB. 5.3 Hambatan dalam Pengelolaan Data 5.3.1 Tenaga

Mekanisme pelaporan yang telah ditentukan oleh BKKBN pusat dalam era desentralisasi ini dapat berjalan dengan baik apabila tersedia dukungan tenaga, sarana dan dana yang cukup memadai. Namun pada era desentralisasi ini, jumlah petugas PLKB/PKB sangat berkurang, sebagian dari mereka alih tugas sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah masing-masing, misalnya PLKB/PKB dipindah tugaskan menjadi staf ke dinas lain, ada yang menjadi kepala desa, bahkan ada yang menjadi camat. Dengan berkurangnya tenaga PLKB/PKB maka pelaksanaan pengelolaan data di lapangan agak terhambat. Kondisi yang ideal adalah setiap desa dibina oleh satu petugas PLKB/PKB. Kenyataan sekarang satu PLKB/PKB membina 2 sampai dengan 5 desa. Sebagai contoh di Kabupaten Takalar terdapat 77 desa, sedangkan jumlah PLKB/PKB 41 orang, sehingga setiap PLKB/PKB membina rata-rata dua desa. Di Kabupaten Mamuju, terdapat 121 desa, sedangkan jumlah PLKB/PKB hanya 39 orang, sehingga rata-rata setiap PLKB/PKB harus membina 2 sampai dengan 3 desa. Sementara itu di karena tidak semua kecamatan mempunyai Ka UPT KB/PPLKB, maka para PLKB/PKB juga harus merangkap sebagai Ka UPT KB/PPLKB.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan cara memanfaatkan tenaga Sub-PPKB dan PPKBD di dusun dan desa/kelurahan sebagai kepanjangan tangan dari tenaga PLKB/PKB. Hampir di setiap desa terdapat kader PPKBD, dan di tingkat RW/dusun terdapat Sub-PPKBD. Jumlah Sub-PPKBD bahkan melebihi jumlah RW/dusun, misalnya di Kabupaten Takalar, satu dusun lebih dari satu orang

144

Page 110: buku7

Sub-PPKBD khususnya di kota. Kemauan menjadi kader Sub-PPKBD berasal dari masyarakat sendiri, alasannya untuk mengisi kekosongan waktu serta untuk menambah pergaulan di masyarakat, khususnya bagi remaja yang berpendidikan minimal lulusan SMP, SMA bahkan ada pula yang sarjana.

Namun di lain pihak Sub PPKBD dan PPKBD tersebut, selain menjadi kader untuk program KB, juga dimanfaatkan oleh sektor-sektor lain. Pada umumnya sektor lain memberikan insentif yang lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan oleh SKPD KB, sehingga perhatian PPKBD/Sub PPKBD terhadap pengelolaan data KB di lapangan menjadi sangat berkurang, akibatnya kualitas data dan cakupan laporan menjadi rendah. Dalam menyikapi hal tersebut beberapa SKPD KB di daerah memberi dukungan pembiayaan/insentif yang berasal dari APBD. Sebagai contoh di Kabupaten Takalar, biaya operasional PPKBD dari dana APBN hanya Rp 25.000,- setahun untuk 72 dari 77 desa yang ada, sedangkan dana dari APBD sebesar Rp 15.000,- per bulan bagi PPKBD dan Rp 10.000,- per bulan bagi Sub-PPKBD.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya cakupan laporan adalah tidak tersedianya petugas penghubung dokter dan bidan prakterk swasta sehingga data hasil pelayanan dokter dan bidan praktek swasta menjadi lebih kecil dari seharusnya (undercoverage).

5.3.2 Sarana

Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan komputer, tetapi tidak menggunakan program aplikasi khusus, hanya entry di komputer dengan program secara sederhana. Hal ini dilakukan baik di provinsi maupun di tingkat kabupaten. Dalam mengolah data individu anggota keluarga hasil pendataan keluarga sudah dikembangkan oleh BKKBN pusat. Tampaknya karena kapasitas komputer di provinsi dan kabupaten/kota tidak memadai, maka pengolahan dilakukan secara manual dengan program sederhana bukan program aplikasi khusus.

145

Page 111: buku7

Jumlah komputer yang tersedia untuk pengelolaan data di wilayah studi dirasakan sangat kurang, kecuali di kantor BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara itu penggunaan komputer tidak hanya untuk pengelolaan data tetapi juga untuk keperluan adminsitrasi lainnya, sehingga menjadi kendala untuk menyediakan data tepat waktu. Selain itu juga tidak tersedia ruangan khusus untuk pengelolaan data.

5.3.3 Anggaran Anggaran didapat baik dari APBD maupun APBN. Namun ada

kabupaten yang tidak dapat menerima dana APBD untuk pengelolaan data karena dianggap tidak terdaftar programnya dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Besarnya dana APBD sangat bervariasi, tergantung kepada perhatian Pemda dan pihak legislatif terhadap pentingnya data. Anggaran pendataan keluarga yang bersumber dari APBN adalah sebesar Rp 300.000,- per desa, tetapi biasanya diberikan tidak sesuai dengan jumlah desa yang ada, misalnya di Kabupaten Mamuju hanya diberikan bagi 111 desa dari 121 desa yang ada. Di Kabupaten Takalar bahkan hanya Rp 200.000,- per desa untuk 64 desa dari 77 desa yang ada. Kedua kabupaten ini beruntung karena perhatian Pemda terhadap pentingnya data cukup tinggi. Dana operasional pendataan keluarga dari APBD sebesar Rp 350.000/desa di Kabupaten Mamuju, dan Rp 96 juta di Kabupaten Takalar.

5.4 Alur Data Terkait Monitoring Indikator MDGS 5.4.1 Pengumpulan Data

Secara global telah disepakati bahwa guna memantau dan mengevaluasi MDGs telah dikembangkan berbagai indikator yang dapat merujuk pada tujuan dan target. Untuk mendapatkan data dan informasi di wilayah kecil telah diidentifikasi data yang terdapat dalam sistem pencatatan administrasi dan yang dilakukan melalui survei.

Data yang digunakan untuk menghitung indikator MDGs atau proksinya diperoleh dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga di kabupaten dan kecamatan. Informasi tersebut antara lain:

146

Page 112: buku7

a. Persentase pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15–49 tahun;

b. Persentase pemakaian kontrasepsi kondom pada pasangan usia subur (PUS) usia 15–49 tahun;

c. Proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I;

d. Persentase bayi usia 0–1 tahun yang ikut Posyandu; e. Persentase Balita usia 1–5 tahun yang ikut Posyandu; f. Jumlah ibu yang hamil; dan g. Jumlah anak usia sekolah (7-15 tahun) yang sekolah dan tidak

bersekolah menurut jenis kelamin. Data tentang persentase pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia

subur (PUS) usia 15–49 tahun dan persentase pemakaian kontrasepsi kondom pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun digunakan untuk proksi pengukuran tingkat kesehatan ibu.

Pemilahan data berdasarkan jenis kelamin secara langsung dapat dilakukan di setiap tingkatan wilayah. Misalnya, KB MOP dan kondom untuk laki-laki, sedangkan KB suntikan, pil, IUD dan implant untuk perempuan.

Data tentang proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I diusulkan dapat digunakan sebagai pelengkap dalam mengukur tingkat kemiskinan.

Data tentang persentase bayi usia 0-1 tahun yang ikut posyandu, persentase Balita usia 1-5 tahun ikut Posyandu, jumlah ibu yang hamil diusulkan sebagai data denominator untuk pengukuran indikator pencapaian MDGs lainnya. Demikian juga data tentang jumlah anak usia sekolah (7-15 tahun) yang sekolah dan tidak bersekolah menurut jenis kelamin dapat diusulkan dalam mengukur tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Seluruh data dari sektor BKKBN di atas dapat diperoleh dari hasil pendataan keluarga yang dicatat dengan menggunakan instrumen register yang disebut R/I/KS (Lampiran 5.1). Dalam register tersebut dapat diketahui PUS ber-KB maupun yang tidak ber-KB menyangkut nama, alamat, jenis alat kontrasepsi yang digunakan, hasil pelayanan pemerintah dan swasta, serta tingkat kesejahteraannya (Pra-KS, KS I, KS II, KS III, dan KS III plus).

147

Page 113: buku7

Catatan hasil pelayanan kontrasepsi di service point dicatat setiap hari pelayanan dengan menggunakan formulir register klinik KB yang disebut R/I/KB (Lampiran 5.2), yang juga berisi identitas PUS peserta KB yang telah dilayani, menyangkut nama, alamat (wilayah binaan maupun yang di luar wilayah binaan klinik KB yang bersangkutan), dan jenis alat kontrasepsi yang digunakan.

Tingkat kesejahteraan akseptor yang dilayani di klinik KB tidak dapat diketahui, saat ini sedang dalam proses pengembangan oleh BKKBN pusat. Upaya untuk mengetahui tingkat kesejahteraan PUS peserta KB yang dilayani di klinik KB, sementara ini dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan KB yang menggunakan Askeskin. Catatan dalam register tersebut dilaporkan ke kabupaten/kota dengan menggunakan laporan bulanan klinik KB yang disebut F/II/KB (Lampiran 5.6), berisi hasil pelayanan kontrasepsi oleh pemerintah, dokter dan bidan praktek swasta.

Hasil pembinaan peserta KB menurut tempat tinggal dicatat dan dilaporkan setiap bulan dengan menggunakan register Sub-PPKBD yang disebut R/I/Sub PPKBD (Lampiran 5.4) dan dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan mekanisme dan alur pencatatan pelaporan pengendalian lapangan tersebut di atas. Untuk pelaporan tingkat kecamatan, laporan bulanan pengendalian lapangan tingkat kecamatan disebut F/I/Kec-Dal (Lampiran 5.5).

Dengan demikian, untuk pelaporan data ke tingkat lebih atas secara berjenjang baik untuk pendataan keluarga, pelayanan kontrasepsi, maupun pengendalian lapangan masing-masing menggunakan formulir rekapitulasi. Masing-masing sistem berisi data pembilang dan penyebut yang diperlukan untuk menghitung presentase peserta KB terhadap PUS dan presentase pemakaian kontrasepsi kondom, dari formulir yang telah tersedia di setiap tingkatan wilayah.

Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dari pendataan keluarga sekitar tiga bulan, Juli s/d September, sedangkan untuk data bulanan dikumpulkan rata-rata satu minggu di tiap tingkatan wilayah, sehingga data bulan yang bersangkutan akan menjadi laporan pada bulan berikutnya.

148

Page 114: buku7

1) Kesulitan Pengumpulan Data

a) Banyak variabel yang dikumpulkan tetapi tidak diperlukan dalam pelaksanaan operasional program KB, pada akhirnya membebani petugas pengumpul data di lapangan dan mengakibatkan akurasi data rendah. Saat ini terdapat 81 variabel dalam pendataan keluarga, termasuk variabel data individu anggota keluarga. Data yang dianggap kurang bermanfaat bagi program KB dari aspek demografis misalnya tentang pendidikan;

b) Tenaga kader yang terampil kurang karena tidak tersedianya anggaran untuk melakukan pelatihan bagi mereka;

c) Provinsi dan kabupaten pengembangan tidak mempunyai tenaga khusus untuk melakukan pengelolaan data KB;

d) Dukungan dana operasional dari APBN (Rp 300.000 per desa) dan APBD (tergantung pada kebijakan daerah) untuk operasional pengumpulan data pendataan keluarga rendah;

e) Sumber data yang terbawah berada di tingkat RT/RW, desa/kelurahan yang dilakukan oleh institusi masyarakat pedesaan (sub-PPKBD dan PPKBD), dikoordinir oleh petugas lapangan KB (PLKB). Namun pada era desentralisasi sekarang ini banyak PLKB beralih fungsi ke strukural di kantor lain dan akibat pemekaran wilayah, sehingga menghambat kelancaran alur mekanisme yang sudah ada;

f) Ada perubahan lembaga dalam bentuk penggabungan beberapa instansi menjadi dinas, badan atau kantor. Unit kerja yang menangani program KB hanya setingkat bidang/Subdin atau setingkat seksi. Hal ini mengakibatkan pengelolaan data dan informasi tidak berada dalam satu unit kerja khusus.

g) Cakupan pelayanan Askeskin tidak bisa menggambarkan hasil pelayanan KB menurut tingkat kesejahteraannya, karena belum semua PUS miskin mendapat Askeskin.

149

Page 115: buku7

2) Usulan Perbaikan

a) Variabel yang sudah dikumpulkan oleh sektor lain dan tidak diperlukan dalam intervensi program KB sebaiknya dihilangkan saja;

b) Dalam era otonomi ini, komitmen secara berjenjang dari tingkat pusat sampai dengan kabupaten dan dari pihak legislatif maupun eksekutif sangat diperlukan. Hal ini yang akan menjadi acuan dalam menggerakkan aparat di tingkat kecamatan ke bawah, komitmen dimaksud misalnya dalam bentuk instruksi Mendagri, instruksi gubernur dan instruksi bupati, dll;

c) Perlu adanya perhatian dari SKPD KB di kabupaten. Bagi SKPD KB yang tidak mempunyai unit pengelola data secara khusus maka perlu penunjukan petugas yang secara khusus menangani data KB;

d) Mengoptimalkan peranan Sub-PPKBD dan PPKBD sebagai kepanjangan tangan PLKB/PKB di desa. Dengan demikian kualitas data dapat lebih ditingkatkan;

e) Meningkatkan kemitraan dan kerja sama dengan IDI atau IBI dalam pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter dan bidan praktek swasta diharapkan dokter/bidan secara proaktif melaporkan hasil pelayanan, sehingga hasilnya dapat tetap terpantau;

f) Koordinasi yang intensif dengan sektor penghasil data (misalnya BPS), sehingga dapat saling berbagi pengalaman dalam melakukan pengumpulan data yang baik;

g) Perlu dilakukan pemantauan secara berjenjang di setiap wilayah terhadap pelaksanaan pengumpulan data dalam upaya menjaga kualitas data;

h) Perlu ditetapkan standar pemantauan berupa formulir atau check list sebagai instrumen untuk mengecek pelaksanaan dan hasil pelaksanan pendataan keluarga;

i) Penyederhanaan formulir pendataan dan pencatatan pelaporan.

150

Page 116: buku7

5.4.2 Penerimaan dan Perekaman Dokumen Penerimaan dokumen baru dapat dilakukan di tingkat kecamatan,

karena di tingkat desa/kelurahan ke bawah proses pengumpulan data di setiap tingkat lini lapangan dilakukan oleh kader Sub-PPKBD atau PPKBD. Pengumpulan dokumen data dilakukan melalui mekanisme pertemuan rutin dengan PLKB/PKB, selanjutnya PLKB/PKB dan UPT KB/PPLKB menyampaikannya secara langsung ke petugas pengelola data di kabupaten pada pertemuan setiap bulan.

Untuk memudahkan penelusuran dan pengolahan data, penyimpanan dokumen dilakukan dengan memilah-milah menurut bulan laporan dan jenis laporan atau bulan laporan dan sumber wilayah pelapor.

Data di tingkat desa dan kecamatan direkam secara manual berupa catatan dan register, sedangkan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi menggunakan komputer dengan program sederhana. Program aplikasi untuk perekaman data sebenarnya sudah dikembangkan oleh BKKBN pusat cq Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi dan telah disosialisasikan ke tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Diharapkan setiap kabupaten/kota dan provinsi mempunyai data basis keluarga dan individu anggota keluarga.

1) Kesulitan dalam Penerimaan dan Perekaman Dokumen a) Petugas lapangan yang menerima dokumen/melaporkan di tingkat

desa/kelurahan dan kecamatan terbatas. Tidak semua kecamatan mempunyai tenaga Ka UPT KB/PPLKB, sehingga tugas tersebut dirangkap oleh PLKB. Kondisi tersebut mengakibatkan beban kerja petugas lapangan semakin besar dan waktu yang diperlukan untuk perekaman data menjadi lebih lama dari yang seharusnya, sehingga perekaman dokumen menjadi tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan;

b) Pengiriman laporan dari daerah yang sulit dijangkau, misalnya daerah kepulauan dan daerah terpencil, sering terhambat karena dengan dukungan anggaran yang sangat terbatas tidak mungkin untuk melaksanakan pengiriman laporan tepat waktu, sehingga sering cakupan laporan menjadi rendah;

151

Page 117: buku7

c) Kemampuan kader yang bervariasi, latar belakang pendidikan yang rendah, sehingga pemahaman terhadap pentingnya data kurang, akibatnya keakurasian data masih rendah;

d) Sarana pengolahan data yang kurang memadai. Program aplikasi dikembangkan oleh BKKBN pusat memerlukan komputer dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan di kabupaten/kota belum mempunyai komputer dengan kapasitas yang sesuai;

e) Kemampuan petugas pengelola data di bidang teknologi informasi di beberapa kabupaten/kota masih rendah. Pelaksanaan perekaman data dilakukan secara manual dan tidak merekam data individu keluarga.

2) Upaya Perbaikan

Penambahan petugas lapangan, disertai peningkatan perhatian terhadap tunjangan fungsional bagi mereka merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas dan mutu data. Saat ini dirasakan bahwa pemberian tunjangan jabatan fungsional bagi PLKB/PKB kurang memadai dibandingkan dengan tunjangan kesejahteraan bagi staf biasa yang lebih besar jumlahnya. Rata-rata tunjangan PLKB/PKB hanya Rp 250.000,- per bulan, tergantung kepada kredit point yang dikumpulkan sedangkan tunjangan kesejahteraan dari Pemda tidak ada. Kenyataan tersebut membuat kecenderungan bagi petugas PLKB/PKB untuk memilih menjadi staf biasa atau jabatan struktural lainnya daripada menjadi PLKB/PKB. Keadaan ini dapat ditangani dengan upaya-upaya berikut:

a) Memaksimalkan fungsi institusi masyarakat, atau pemerintah desa dan kecamatan menunjuk petugas di wilayah tersebut untuk menggantikan tugas dan fungsi PLKB/PKB;

b) Penempatan tenaga/petugas yang sesuai dengan kemampaun dengan bidang yang ditangani;

c) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kabupaten/kota yang menangani data dalam bidang teknologi informasi pengelolaan data;

152

Page 118: buku7

d) Penyediaan sarana komputer yang mempunyai kapasitas memadai di tingkat kabupaten/kota;

e) Pengembangan program aplikasi oleh BKKBN pusat untuk perekaman data yang sederhana dan mudah dioperasikan.

3) Proses Pengolahan Data

BKKBN telah mempunyai program aplikasi pengolahan data berbasis teknologi (WebI), dapat menghasilkan output berupa cross tabulasi dari data basis keluarga dan individu anggota keluarga. Indikator MDGs yang diinginkan seharusnya dapat diolah dengan menggunakan program aplikasi tersebut di tingkat kabupaten.

Hasil pengolahan saat ini hanya berupa data rekapitulasi, yang disebarluaskan kepada Pemda dan instansi lainnya di masing-masing wilayah, BKKBN provinsi, dan BKKBN pusat. Data yang dikirim adalah data agregat dalam bentuk print out.

Penghitungan persentase pemakaian kontrasepsi oleh PUS 15-49 tahun serta persentase pemakaian kondom oleh PUS 15-49 tahun dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah akseptor secara keseluruhan dan jumlah akseptor kondom (sebagai pembilang), serta jumlah PUS 15-49 tahun (sebagai penyebut). Ketiga data tersebut dapat secara langsung diperoleh dari baris jumlah pada instrumen formulir rekapitulasi yang digunakan di tingkat kecamatan.

4) Kesulitan dalam Pengolahan

Proses penerimaan, perekaman, validasi dan pengolahan di tingkat kecamatan dilakukan oleh satu orang yaitu oleh Ka UPT KB/PPLKB namun tidak semua kecamatan mempunyai tenaga KA UPT KB atau PPLKB. Agar mekanisme pengolahan di tingkat kecamatan dapat berjalan maka tugas tersebut dikerjakan oleh PLKB/PKB sehingga kualitas data masih rendah khususnya dalam memenuhi ketepatan waktu. Upaya untuk perbaikannya harus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di daerah yang bersangkutan, sehingga kebutuhan tenaga dan dana pengelolaan data dapat terpenuhi.

153

Page 119: buku7

5.5 Kesimpulan dan Saran

5.5.1 Kesimpulan Data untuk memantau pencapaian indikator MDGs, khususnya

mengukur tingkat kesehatan ibu dan memerangi HIV AIDS tersedia dalam sistem alur pencatatan dan pelaporan yang dikembangkan oleh BKKBN dan telah dibakukan dalam buku petunjuk teknis serta menjadi pegangan pengelolaan data dan informasi di setiap tingkatan wilayah sampai dengan tingkat lini lapangan. a. Dalam era desentralisasi ketersediaan pengelola data program KB

nasional sangat bergantung kepada komitmen pemerintah daerah terhadap pentingnya program KB. Hal ini dapat diketahui dari bentuk kelembagaan yang menangani program KB. Jika program KB ditangani oleh pejabat eselon II atau eselon III, maka tersedia unit khusus yang menangani data. Selain itu bentuk kelembagaan yang utuh atau merger juga mempengaruhi ketersediaan unit kerja pengelola data dan informasi di kabupaten/kota tersebut.

b. Dalam era desentralisiasi terdapat keterbatasan tenaga, sarana dan anggaran untuk melaksanakan sistem alur data yang telah dibakukan oleh BKKBN Pusat.

5.5.2 Saran a. Dilakukan advokasi terhadap para pemangku kebijakan di kabupaten/

kota dan kecamatan tentang pentingnya data dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi, dengan harapan mereka memberikan dukungan terhadap pengelolaan data.

b. Menambah tenaga petugas lapangan, melalui pengangkatan tenaga baru atau dengan menarik kembali para petugas lapangan yang telah dialih-fungsikan ke kantor, dinas atau lembaga lainnya di kabupaten/kota. Selain itu menambahkan tunjangan fungsional yang layak bagi PLKB/PKB.

c. Meningkatkan dukungan anggaran bagi pengelolaan data untuk operasional, peralatan dan peningkatan kapasitas tenaga pengelola data dalam bidang teknologi informasi melalui APBD.

154

Page 120: buku7

d. Dilakukan penyediaan sarana teknologi informasi dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan dalam pengelolaan data.

e. Alur data yang diusulkan dari sistem pencatatan dan pelaporan indikator MDGs yang terdapat dalam sistem Pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional adalah seperti digambarkan pada Diagram 5.4.

Diagram 5.4

PPLKB/UPTD KB

BPS PROVINSI

BPS KAB/KOTA

R T

BKKBN PUSAT

BPS PUSAT

PENGUMPUL DATA

DUSUN/RW

CAMAT

DESA/KEL

BKKBN PROVINSI

Rek.Prov.Indik-MDGs

Indik-MDGs

UB

UB

UB

SKPDKB

PEMDA KAB/KOTA

PEMDA PROVINSI

BAPENAS

Rek.Prov.Indik-MDGs Rek.Prov.Indik-MDGs

Rek.Kab.Indik-MDGs Rek.Kab.Indik-MDGs Rek.Kab.Indik-MDGs

UB

Rek.Kec.Indik-MDGs

Laporan Tembusan

Umpan Balik

Keterangan

UUSSUULLAANN AALLUURR DDAATTAA IINNDDIIKKAATTOORR MMDDGGss SSEEKKTTOORR KKBB

155

Page 121: buku7

5.6 Daftar Istilah

1. Peserta KB adalah pasangan usia subur yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi.

2. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah mengalami kehamilan/keguguran.

3. Peserta KB Lama adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan.

4. PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader dalam wadah organisasi yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola Program Keluarga Berencana Nasional di tingkat Desa/Kelurahan atau yang setara.

5. Sub PPKBD (Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader dalam wadah organisasi yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola Program Keluarga Berencana Nasional di tingkat Dusun/RW atau yang setara.

6. Kelompok Kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) adalah kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi produktif untuk meningkatkan pendapatan keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas, beranggotakan keluarga yang berstatus masih PUS maupun bukan PUS.

7. Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan kelompok kegiatan untuk membina keluarga yaitu keluarga yang memiliki anak Balita. Keluarga ini adalah keluarga-keluarga yang sedang berusaha agar anaknya, yang sedang dalam tahap paling menentukan pertumbuhannya dimasa yang akan datang, dapat bertumbuh berkembang dengan sehat baik secara fisik, mental, sosial, intelektual maupun emosinya.

8. Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan kelompok kegiatan untuk membina keluarga yang memiliki anak usia sekolah dan remaja. Keluarga dalam kelompok ini biasanya menghadapi masalah dalam mempersiapkan anaknya agar dapat mencapai kedewasaan penuh, baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosinya agar lebih siap mandiri sebagai calon-calon pendiri keluarga.

156

Page 122: buku7

9. Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Lanjut Usia (BKL) merupakan kelompok kegiatan untuk membina keluarga lansia. Keluarga lansia ini adalah keluarga yang salah seorang atau lebih anggota keluarganya sudah memasuki fase lanjut usia. Mereka harus menyesuaikan diri dengan kenyataan adanya kemunduran fisik, mental, sosial dan kemungkinan juga ekonominya.

10. Pentahapan Keluarga Sejahtera adalah perkembangan keluarga dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya. Keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan, yaitu keluarga pra- sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus. a. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.

b. Keluarga Sejahtera Tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (socio-psychological needs), seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan, bisa baca tulis latin dan keluarga berencana.

c. Keluarga Sejahtera Tahap II adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi.

d. Keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperanserta secara aktif menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah-raga, pendidikan dan sebagainya.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

157

Page 123: buku7

5.7 Daftar Pustaka BKKBN, 2007, Pedomanan Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional. BKKBN, 2007, Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. BKKBN, 2007, Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga. 5.8 Daftar kontributor dalam pertemuan sosialisasi internal

Sektor BKKBN 1. Dra. Kasmiyati, M.Sc. (Kepala PUSNA); 2. Drs. Bahari Harahap, M.Sc. (Direktur DITVAL); 3. Rahmat Santoso, S.E., M.P.A. (Direktur DITTEK); 4. Dra. Wartati Djamin (Kasubdit di DITRAN); 5. Mukhtar Bakti, S.H., M.A. (Kasubdit di DITLAP); 6. Drs. Satrio P. Hindarto, M.Sc. (Kasubdit di DITJAK); 7. Hendar Sutisna, S.E., M.A. (Kasubdit di DITTEK); 8. Dra. Sri Rahayu, (Plt. DITFOR), 9. Dra. Awan Indiati (Kasubag di PULAP); Daftar kontributor dalam penulisan buku ini dari Provinsi dan SKPD KB:

Provinsi Sulawesi Barat: 1. Fajar, S.E. (Dinas KB, Kesos dan Linmas Kab.

Mamuju) 2. Sidrah, S.Pd. (Dinas Kesehatan & KB Kab. Polman) 3. Andi Angki Fatiman, P.Si. (BKKBN Sulbar) Provinsi Sulawesi Selatan: 4. Drs. A. Abdila (Dinas KB dan KS) 5. Drs. Kaharudina Mahmud (Dinas KB Kab. Takalar) 6. Drs. Taher (BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan)

158

Page 124: buku7

Lampiran 5.1

1.

DE

SA

/KE

LUR

AH

AN

YA

N:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

: …

……

…..

2.

KE

CA

MA

TA

N:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NO

. K

OD

E K

EC

AM

AT

AN

3.

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NO

. KO

DE

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

4.

PR

OV

INS

I:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NO

. K

OD

E P

RO

VIN

SI

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

JUM

LAH

JUM

LAH

JUM

LAH

REK

.KEC

.R/I

/KS/

07

P E

N G

E N

A L

A N

T

E M

P A

T

JUM

LAH

D

US

UN

/RW

TA

HU

N

K E

L U

A R

G A

DE

SA

/KE

LUR

AH

AN

YAN

G

AD

AYA

NG

DI

DATA

JUM

LAH

R

UK

UN

T

ET

AN

GG

A

CA

KU

PA

N R

UM

AH

TA

NG

GA

DA

N

KE

LUA

RG

A

YAN

G

AD

A

CA

KU

PA

N W

ILA

YA

H

YAN

G

AD

AYA

NG

DI

DATA

JUM

LAH

JIW

A D

ALA

M

KE

LUA

RG

A

TAM

AT

AK/P

T

DU

DA/

JAN

DA/

BEL

UM

KAW

IN

JUM

LAH

K

EP

ALA

K

ELU

AR

GA

JUM

LAH

K

EP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

S

TA

TU

S

PE

KE

RJA

AN

JUM

LAH

KE

PA

LA

KE

LUA

RG

A

ME

NU

RU

T

ST

AT

US

P

ER

KA

WIN

AN

JUM

LAH

KE

PA

LA K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

ST

AT

US

PE

ND

IDIK

AN

PE-

REM

PU

AN

LAKI

LA

KI

BE-

KER

JA

TID

AK

BE-

KER

JA

YAN

G D

I D

ATA

TAM

AT

SD

- S

LTP

TID

AK

TAM

AT

SDTI

-DAK

TAM

AT

SLTA

JUM

-LA

H

REK

API

TU

LASI

HASI

L PE

ND

ATAAN

KEL

UARG

A T

ING

KAT

KEC

AM

ATA

N JUM

LAH

K

ELU

AR

GA

M

EN

DA

PA

TK

AN

KR

ED

IT

MIK

RO

/ B

AN

TU

AN

M

OD

AL

JUM

LAH

W

AN

ITA

U

SIA

S

UB

UR

(15

-49

T

AH

UN

)

NO

U

RU

T

JUM

LAH

R

UM

AH

T

AN

GG

A

YAN

G

AD

AYAN

G D

I D

ATA

YAKA-W

IN

KEL

UARG

A S

EJAH

TERA I

DAN

AN

GG

OTA

KEL

UARG

A

JUM

LAH

K

EP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

JE

NIS

KE

LAM

IN

LAKI

LAKI

PE-R

EM

PUAN

KEL

UARG

A P

RA S

EJAH

TERA D

AN

AN

GG

OTA

KEL

UARG

A

159

Page 125: buku7

Lampiran 5.1 (Lanjutan)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

PP

LKB

/PE

NG

ELO

LA K

B K

EC

AM

AT

AN

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

5 -

6

TAH

UN

IKU

TLA

KI

LAKI

PER

EM

PUAN

TID

AK S

EKO

LAH

LAKI

LAKI

PER

EM

PU

AN

JUM

LA

H

HA

SIL

PE

NT

AH

AP

AN

KE

LUA

RG

A S

EJA

HT

ER

A

KE-L

UAR

-G

A

SEJA

H-

TER

A I

II

Plus

KE-L

UAR-

GA

SEJA

H-

TER

A

II

KE-

LUAR

GA

SEJA

H-

TER

A I

II

KE-

LUAR

-G

A

SEJA

H-

TER

A

I

KE-L

UAR-

GA P

RA

SEJA

H-

TER

A

TID

AK

IKU

T

BALI

TA (

1-<

5 TH

) M

EN

GIK

UTI

KEG

IATAN

PO

SYAN

DU

ING

IN

AN

AK D

I TU

ND

A

PESE

RTA

KB Y

AN

G

IMPL

AN

T

NYA

PE

RLU

D

ICABU

T

TAH

UN

D

EPA

N

PE

SE

RT

A K

B

BU

KA

N P

ES

ER

TA

KB

TID

AK

ING

IN

AN

AK

LA

GI

SWAS-

TA

PEM

E R

INTAH

30-4

9 TA-H

UN

PU

S M

EN

UR

UT

K

EL

OM

PO

K U

MU

R

20-2

9 TA-H

UN

SEKO

LAH

<20

TA-

HU

N

PA

SA

N

GA

N

US

IA S

U-

BU

R

JUM

LAH

7 -

15 T

AH

UN

PA

SA

NG

AN

US

IA S

UB

UR

K E

L U

A R

G A

TID

AK

IKU

T

HAM

IL

JUM

LAH

JIW

A M

EN

UR

UT

KE

LOM

PO

K U

MU

R

BAYI

(0-

<1

TH

) M

ENG

IKU

TI

KEG

IATAN

PO

SYAN

DU

16-2

1 TA-H

UN

22-5

9 TA-H

UN

ING

IN

AN

AK

SE

GER

A

KELU

ARG

A S

EJAH

TER

A I

D

AN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

KELU

ARG

A P

RA S

EJA

HTERA D

AN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

60 T

A-

HU

N K

E ATAS

IKU

T

160

Page 126: buku7

Lampiran 5.2

R/I/

KB/0

4

BULA

N: .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. .,

.. . .

. . .

.

(1)

(2)

(3)

(6)

(7)

(8)

I U

D(I

)

M O

W(O

W)

1.

M O

P(O

P)2.

Kon

dom

(K)

3.

Im

plan

t(I

PN)

4.

Sun

tika

n(S

)5.

Pil

(P)

6.

Pem

beng

kaka

n (I

P5/I

P3, S

)

Infe

ksi/

Abse

s (I

P5/I

P3, S

, M

O)

Hem

atom

a (I

P5/I

P3, S

, MO

)

Tran

slok

asi (

IUD

)

JEN

IS K

OM

PLIK

ASI

Eksp

ulsi

Kap

sul (

IP5/

IP3)

Mig

rasi

Kap

sul (

IP5/

IP3)

PELA

YANA

N KB

BAR

UPE

LAYA

NAN

ULAN

G

(14)

ASKE

SKIN

KEGA

GALA

N

(12)

MET

OD

E(1

0)(1

1)

KETE

RANG

AN

(15)

PENC

ABUT

AN

IMPL

ANT

REGI

STER

HAS

IL P

ELAY

ANAN

KB

DI K

LINI

K KB

LAM

ABA

RU

HAS

IL P

ELAY

ANAN

PES

ERTA

KB

NOM

OR

SERI

KAR

TU

KOM

PLIK

ASI B

ERAT

N A

M A

A L

A M

A T

JENI

SM

ENUR

UT M

ETO

DE

KONT

RASE

PSI

UMUR

JUM

LAH

H

ASIL

PE

LAYA

NA

N P

ESER

TA

KB

(4)

(5)

TANG

GAL

JUM

LAH

AN

AK(9

)(1

3)

161

Page 127: buku7

Lampiran 5.3

REG

ISTE

R P

END

ATA

AN

KEL

UA

RG

ATA

HU

N :

……

…JU

MLA

H K

ELU

AR

GA

YA

NG

A: …

……

……

……

……

……

KEC

AM

ATA

N: …

……

……

……

……

……

RT

: ……

……

……

……

……

…PE

TUG

AS

PEN

DA

: ……

……

……

……

……

DU

SUN

/RW

: ……

……

……

……

……

…TA

NG

GA

L : …

……

……

……

……

……

DES

A/K

ELU

RA

HA

N: …

……

……

……

……

……

TAN

DA

TA

NG

AN

: ……

……

……

……

……

A.

DAT

A D

EMO

GR

AFI

DAN

KB

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

KA-

WIN

TI-

DAK

BE

KE

R- JA

BE

KER- JA

TI-

DAK

YA

JUM

LA

H

W

A

NIT

A

USI

A

SUB

UR

(1

5-49

TA

HU

N)

JUM

LAH

AN

GG

OTA

KEL

UA

RG

A M

ENU

RU

T K

ELO

MPO

K U

MU

R

BAYI

< 1

TAH

UN

22-5

9 TA

-H

UN

60 T

A-H

UN

KE

ATAS

LAKI

- LA

KIPE

REM

PU

AN

PASA

NG

AN

USI

A S

UB

UR

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

ENU

RU

T JE

NIS

K

ELA

MIN

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

ENU

RU

T ST

ATU

S PE

KER

-JA

AN

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

ENU

RU

T

STA

TUS

PER

-K

AW

INA

N

KEP

ALA

KEL

UA

RG

A

MEN

UR

UT

TIN

GK

AT

PEN

DID

IKA

N

KELU

ARG

A M

END

APAT

KAN

KR

EDIT

M

IKRO

/ BA

NTU

AN

MO

DAL

7 -

15 T

AHU

N

SWAS

-TA

PEM

E-

RIN

-TA

H

16-2

1 TA

-H

UN

PESE

RTA

KB

B

UK

AN

PES

ERTA

KB TID

AK

ING

IN

ANAK

LA

GI

I S

T E

R I

KEL

OM

POK

UM

UR

ING

IN

ANAK

D

I TU

N-

DA

ING

IN

ANAK

SE

G

ERA

HA-

MIL

PESE

RTA

KB Y

ANG

IM

PLAN

T N

YA

PERL

U D

ICAB

UT

TAH

UN

D

EPAN

20-2

9 TA

-H

UN

30-4

9 TA

-H

UN

N A

M A

NO

U

RUT

PUS

J U

M L

A H

PE-

REM

PU

AN

LAKI

- LA

KI

NA

MA

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

KEL

UA

RG

A P

RA

SEJA

HTE

RA

DA

N A

NG

GO

TA K

ELU

AR

GA

KEL

UA

RG

A SE

JAH

TER

A I

DA

N A

NG

GO

TA K

ELU

AR

GA

5-6

TAH

UN

TID

AK

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

TID

AK

SEKO

LAH

BALI

TA 1

- <

5

TAH

UN

NO

U

RU

T K

E PA

LA

KEL

U-

AR

GA

J U

M L

A H

SEKO

LAH

JUM

LAH

JI

WA

DA

LAM

K

ELU

AR

GA

DU

DA/

JA

ND

A/

BELU

M

KAW

INLA

KI-

LAKI

PERE

M

PUAN

PERE

M

PUAN

LAKI

- LA

KI

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

NO

U

RU

T R

U

MA

H

TAN

G

GAR/I

/KS/

07 J U

M L

A H

K E

L U

A R

G A

TA-

MAT

AK

/PT

TA-

MAT

SL

TA

TA-

MAT

SD

-

SLTP

TI-

DAK

TA

-M

AT

SD

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

TID

AK

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

< 2

0 TA

-H

UN

162

Page 128: buku7

Lampiran 5.3 (Lanjutan)

B.TA

HAP

AN K

ELU

ARG

A SE

JAH

TERA

KEL

UA

RG

A S

EJA

HTE

RA

TA

HA

P I

IIK

ELU

AR

GA

SEJ

AH

TER

A T

AH

AP

II

KEL

UA

RG

A S

EJA

HTE

RA

I

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

V X -

KEL

UA

RG

A M

ENU

RU

T IN

DIK

ATO

R P

RA

SEJ

AH

TER

A

X

KEL

UA

RG

A M

ENU

RU

T IN

DIK

ATO

R S

EJA

HTE

RA

I

X

CA

TATA

N :

V=

Ya

X=

Kel

uarg

a ti

dak

dapa

t m

emen

uhi I

ndik

ator

ter

sebu

t-

= I

ndik

ator

ter

sebu

t ti

dak

berl

aku

untu

k ke

luar

ga y

ang

bers

angk

utan

NO

U

RUT

RU

MAH

TA

NG

G

A

NO

U

RUT

KE

PALA

KE

LU

ARG

A

RUM

AH

YANG

DI

TEM

PATI

KE

LUAR

GA

MEM

PU

NYAI

AT

AP,

LAN

TAI

DAN

D

IND

ING

YA

NG

BA

IK

ANGG

OTA

KE

LUAR

GA

MEM

ILIK

I PA

KAI

AN

YAN

G

BER

BED

A UN

TUK

DI

RUM

AH,

BEKE

RJA/

SE

KOLA

H D

AN B

E PE

RGIA

N

KELU

ARG

A SE

RIN

G

IKU

T D

ALA

M

KEG

IA

TAN

M

ASY

A

RA

KA

T

DI

LIN

G

KUN

GAN

TE

MPA

T TI

NG

GAL

KELU

ARG

A M

EMP

ER

OLE

H

INFO

R

MA

SI

D

ARI

SU

RAT

KABA

R/

MAJ

ALAH

/ RA

DIO

/TV

ADA

SEO

RAN

G

ATAU

LE

BIH

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

YAN

G

BEK

ERJA

U

NTU

K

MEM

PER

O

LEH

PE

NG

H

ASI

LAN

SELU

RUH

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

UM

UR

10 -

60

TAH

UN

B

ISA

BA

CA

TU

LISA

N

LATI

N

PASA

N

GAN

U

SIA

SUBU

R D

ENG

AN

ANAK

2

ATAU

LE

BIH

M

ENG

G

UN

A

KA

N

ALA

T/

OB

AT

KO

NTR

A

SEPS

I

KELU

ARG

A BE

RUPA

YA

MEN

ING

K

ATK

AN

P

ENG

E TA

HU

AN

A

GA

MA

SEBA

GIA

N

PEN

G

HAS

ILAN

KE

LUAR

GA

DI

TA

BU

NG

D

ALA

M

BEN

TUK

U

AN

G

MA

UPU

N

BA

RA

NG

KEBI

ASAA

N

KELU

ARG

A M

AK

AN

B

ERSA

MA

PA

LIN

G

KURA

NG

SE

MIN

GG

U

SEKA

LI

DIM

AN

FAAT

KAN

U

NTU

K BE

RKO

MU

N

IKAS

I

SEM

UA

ANAK

U

MU

R

7

- 15

TH

DA

LAM

KE

LUAR

GA

BER

SE

KOLA

H

TIG

A BU

LAN

TE

RAKH

IR

KELU

ARG

A D

ALAM

K

EAD

AA

N

SEH

AT

SEH

ING

GA

DAP

AT

MEL

AK

SAN

AKAN

TU

GAS

/ FU

NG

SI

MAS

ING

-M

ASIN

G

HA

SIL

TAH

AP

AN

KEL

UA

RG

A S

EJA

HTE

RA

KEL

UA

RG

A

PRA

SEJA

HTE

RA

KEL

UA

RG

A

SEJA

HTE

RA

I

KEL

UA

RG

A

SEJA

HTE

RA

II

KEL

UA

RG

A

SEJA

HTE

RA

II

I

KEL

UA

RG

A

SEJA

HTE

RA

II

I PL

US

KEL

UA

RG

A S

EJA

HTE

RA

TA

HA

P I

II P

LUS

PADA

UM

UMNY

A AN

GGO

TA

KELU

ARGA

M

AKAN

D

UA

KALI

SE

HAR

I AT

AU

LEBI

H

Kod

e Ja

wab

an :

ADA

ANG

GO

TA

KELU

ARG

A YA

NG

AK

TIF

SEB

AG

AI

PEN

GU

RU

S PE

R KU

MPU

LAN

SO

SIAL

/ YA

YASA

N/

INST

ITU

SI

MAS

YA

RAKA

T

KELU

ARG

A SE

CA

RA

TE

RA

TUR

D

ENG

AN

SUKA

REL

A M

EM

BER

IKA

N

SUM

B

AN

GA

N

MAT

ERII

L U

NTU

K KE

GIA

TAN

SO

SIAL

LUAS

LA

NTA

I R

UM

AH

PALI

NG

KURA

NG

8 M

2 UN

TUK

SETI

AP

PENG

HUN

I RU

MAH

PAD

A U

MU

MN

YA

ANG

GO

TA

KELU

ARG

A M

ELA

K

SAN

AK

AN

IB

AD

AH

SE

SUAI

D

ENG

AN

AGAM

A D

AN

KEPE

R CA

YAAN

M

ASIN

G-

MAS

ING

PALI

NG

KURA

NG

SEKA

LI

SEM

INGG

U SE

LURU

H AN

GGO

TA

KELU

ARGA

M

AKAN

D

AGIN

G/

IKAN

/ TE

LUR

SELU

RUH

AN

GGO

TA

KELU

ARGA

M

EM

PERO

LEH

PALI

NG

KURA

NG

SATU

ST

EL

PAK

AIAN

BA

RU

DA

LAM

SE

TA

HUN

BILA

ADA

AN

GGO

TA

KELU

ARGA

SA

KIT

D

IBAW

A KE

SA

RAN

A KE

SE

HAT

AN

BILA

PAS

A N

GAN

U

SIA

SUBU

R

ING

IN

BE

R K

B

PERG

I KE

SA

RANA

PE

LAYA

NAN

KONT

RA

SEPS

I

163

Page 129: buku7

Lampiran 5.3 (Lanjutan)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

Catatan :

Cara Pengis

ian kolo

m -kolo

m ditulis dengan

Hu

bu

ng

an

KK

Pe

ke

rja

an

Pe

nd

idik

an

S

ta

tu

s P

erk

aw

in

aM

uta

si

angka-angka yang sesuai ja

waban responden

1 =

Kepala

Kelu

arga1 =

laki-la

ki

1 =

Pegaw

ai Pem

erin

tah1 =

Belu

m S

ekola

h , k

arena

1 =

Belu

m K

aw

in1 =

Menin

ggal

2 =

Istri

2 =

Perem

puan

2 =

Pegaw

ai Sw

asta

belu

m m

asuk u

sia

SD

2 =

Kaw

in2 =

Pin

dah

3 =

Anak

3 =

Petani

2 =

Masih

sekola

h S

D3 =

Duda/Janda

3 =

Menik

ah

4 =

Lain

nya

4 =

Nela

yan

3 =

Tid

ak tam

at SD

4 =

Cerai

5 =

Pensiu

nan

4 =

Tam

at S

D6 =

Usaha Sendiri

5 =

Masih

sekola

h S

LTP

7 =

Tid

ak B

ekerja

6 =

Tam

at S

LTP

8 =

Lain

-la

in7 =

Masih

sekola

h S

LTA

8 =

Tam

at S

LTA

9 =

9 =

masih

sekola

h AK/PT

10=

Tam

at A

K/PT

0 =

Tid

ak pernah s

ekola

h

C. D

ATA A

NG

GO

TA KELU

ARG

A

N A

M

A

HU

BU

NG

AN

D

EN

GAN

KK

Nom

or

Kode

Anggota

Kelu

arga

Nom

or

Kode

Kelu

arga

Indonesia

No.

Urut

STATU

S

PERKAW

IN

AN

[80)

PEKERJAAN

PERU

BAH

AN

[M

UTASI]

Je

nis

Ke

lam

in

IN

DIVID

U AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

[81)

JEN

IS

KELAM

IN

(76)

TAN

GG

AL

BU

LAN

DAN

TAH

UN

KELAH

IRAN

(77)

(78)

PEN

DID

IKAN

TERAKH

IR

(79)

164

Page 130: buku7

Lampiran 5.4

1. NAMA SUB PPKBD 3. DUSUN / RW *): ..................................................

2. RT 4. DESA/KELURAH: ........................................TAHUN : ..............

PASANGAN USIA SUBURNO UMUR KETERANGAN NAMA ISTRI NAMA SUAMI ISTRI

(Tahun)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

Jumlah Peserta KB Aktif KODE ALKON

IUD I

MOW OW

MOP OP

Kondom K

Implant IP

Suntikan S

Pil P

Jumlah Pasangan Usia Subur bukan Peserta KB

a. Hamil H

b. Ingin Anak Segera IAS

c Ingin Anak Ditunda IAT

d Tidak Ingin Anak Lagi TIAL

PARAF PPKBD

*) Coret yang tidak perlu.

KETERANGAN :1) PUS Ingin Anak Segera2) PUS Ingin Anak Ditunda

Mei Juni Juli Sept Okt Nop Des

PARAF KETUA SUB PPKBD

Jan Feb Maret

REGISTER SUB PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA

R/I/Sub PPKBD/04

HASIL PEMBINAAN KESERTAAN BER KB *)

AgustApril

165

Page 131: buku7

Lampiran 5.5

BU

LAN

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .T

AH

UN

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

KE

CA

MA

TA

N:

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

NO

. K

OD

E K

EC

AM

AT

AN

:

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A:

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

NO

. K

OD

E K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

:

I.K

EA

DA

AN

UM

UM

IV.

PE

MB

INA

AN

KE

SE

JAH

TE

RA

AN

KE

LUA

RG

A

(1)

(3)

(1)

(2)

(3)

1D

esa/

Kel

urah

an1

Jum

lah

Kel

uarg

a y

ang

men

jadi

Ang

gota

kel

ompo

k ke

giat

an U

PPKS

2P

P K B

D2

3Su

b PP

KBD

3

4Kel

ompo

k Keg

iata

n BKB

4

5Kel

ompo

k Keg

iata

n BKR

5Ju

mla

h Kel

uarg

a y

ang

men

jadi

Ang

gota

kel

ompo

k ke

giat

an U

PPKS

beru

saha

6Kel

ompo

k Keg

iata

n BKL

6

7Kel

ompo

k Keg

iata

n U

PPKS

II.

KE

GIA

TA

N O

PE

RA

SIO

NA

LV

.P

EM

BIN

AA

N P

US

DA

N K

ES

ER

TA

AN

BE

R K

B

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

2Pe

sert

a KB A

ktif

:

c.M

OP

III.

PE

MB

INA

AN

KE

TA

HA

NA

N K

ELU

AR

GA

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

3Pa

sang

an U

sia

Subu

r bu

kan

Pese

rta

KB

c.In

gin

Ana

k D

itund

a

d.Ti

dak

Ingi

n Ana

k La

gi

KE

TE

RA

NG

AN

:

1) P

US

Ingi

n Ana

k Se

gera

= A

pabi

la P

US

men

ging

inka

n an

ak d

alam

wak

tu k

uran

g da

ri 2

tahu

n..

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

.,

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

.2)

PU

S In

gin

Ana

k D

itund

a=

Apa

bila

PU

S m

engi

ngin

kan

anak

dal

am w

aktu

2 t

ahun

ke

atas

.P

PLK

B/P

en

ge

lola

Pro

gra

m K

B K

eca

ma

tan

,

CA

TA

TA

N :

( .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

)

JUM

LAH

Jum

lah

Kel

uarg

a y

ang

men

jadi

Ang

gota

kel

ompo

k ke

giat

an U

PPKS

men

ggun

akan

ban

tuan

Mod

al

JUM

LAH

YA

NG

ME

LAP

OR

D

ILA

PO

RK

AN

U R

A I

A N

NO

Jum

lah

Kel

uarg

a P

ra S

ejah

tera

dan

KS

I ya

ng m

enja

di a

nggo

ta k

elom

pok

kegi

atan

UPP

KS

MO

W:

( O

W )

1

BK

L

F/I/

KE

C-D

al/

04

(2)

NO

U R

A I

A N

LAP

OR

AN

BU

LAN

AN

PE

NG

EN

DA

LIA

N L

AP

AN

GA

NP

RO

GR

AM

KE

LUA

RG

A B

ER

EN

CA

NA

NA

SIO

NA

LT

ING

KA

T K

EC

AM

AT

AN

NO

: (

IAS

)

d.Jum

lah

Kel

uarg

a P

ra S

ejah

tera

dan

KS

I ya

ng m

enja

di a

nggo

ta k

elom

pok

kegi

atan

UPP

KS

men

ggun

akan

ban

tuan

Mod

al

Jum

lah

Kel

uarg

a P

ra S

ejah

tera

dan

KS

I ya

ng m

enja

di a

nggo

ta k

elom

pok

kegi

atan

UPP

KS

beru

saha

b.

U R

A I

A N

Kon

dom

: (

K )

: (

H )

a.

U R

A I

A N

J U

M L

A H

1R

akor

Pro

gram

KB N

asio

nal t

ingk

at K

ecam

atan

NO

(3)

: (

IAT

)

: (

TIA

L )

a.IU

D:

( I

)

b.In

gin

Ana

k Se

gera

e.Im

plan

t

f.Ju

mla

h Kel

uarg

a y

ang

men

jadi

Ang

gota

Kel

omg

pok

Ke

iata

n

: (

OP

)

Pasa

ngan

Usi

a Su

bur

(PU

S)

NO

Sunt

ikan

g.Pi

l

: (

S )

: (

P )

: (

I )

Lapo

ran

ini h

arus

sud

ah d

ikirim

kan

ke a

lam

at y

ang

ditu

ju

pa

lin

g la

mb

at

tan

gg

al 7

bu

lan

ber

iku

tnya

.

Jum

lah

Kel

uarg

a y

ang

men

jadi

Ang

gota

ke

lom

pok

kegi

atan

Had

ir d

alam

Pe

rtem

uan/

Peny

uluh

an

2R

akor

Pro

gram

KB N

asio

nal t

ingk

at D

esa/

Kel

urah

an

TKBK d

ari K

ecam

atan

ke

Des

a/Kel

urah

an

BK

BU

R A

I A

N

3

BK

R

1 32Ju

mla

h Pe

rtem

uan/

Peny

uluh

an

Ham

il

166

Page 132: buku7

Lampiran 5.6

1. BKKBN Kab/Kota 2. Dinkes Kab/Kota 3. CAMAT 4. Arsip

NAMA KLINIK KB : ………………………………………………………………. NO. KODE KLINIK KB :

A L A M A T : ………………………………………………………………. NO. KODE KECAMATAN :

NAMA KECAMATAN : ………………………………………………………………. B U L A N : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

STATUS KLINIK KB : 1. Pemerintah 2. Swasta

NO

(1)

1

2

I. HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU

(1)

1

2

3

4

5

6

7

II. PELAYANAN KOMPLIKASI, KEGAGALAN DAN PENCABUTAN IMPLANT

NO

(1)

1

2

3

4

5

III. PERSEDIAAN ALAT KONTRASEPSI

(1) (2)

1 Sisa Akhir Bulan Lalu

2 Diterima Bulan Ini

3 Dikeluarkan Bulan Ini

4 Sisa Akhir Bulan Ini

IV. PELAYANAN ASKESKIN

(1)

1 I U D…………………………., …………………………,….

2 MOW

3 MOP

4 KONDOM

5 Implant

6 Suntikan

7 PIL

CATATAN :Laporan bulanan Klinik KB ini sudah harus dikirim ke BKKBNKabupaten/Kota selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya.

( . . . . . . . . . . . . . . . .. )

MOW

( lusin ) ( set )

(4)

I U D( unit )

MOP

(5)

KEGAGALAN

(7)

(3)

PENCABUTAN IMPLANT

(6)

OLEH KLINIK KB

OLEH DOKTER

OLEH BIDAN JUMLAHMETODE KONTRASEPSI

KONDOM

(7)

( strip )P I L

(8)

( vial )

(6)

PIMPINAN KLINIK KB,

(6)

IMPLANT

(5)(2)

Kondom

(4)

F/II/KB/04

TEMPAT PELAYANAN KB

(2)

LAPORAN BULANAN KLINIK KB

YANG ADA YANG DILAPORKAN

(3)

NO KLINIK KB BIDAN PRAKTEK SWASTADOKTER PRAKTEK SWASTAMETODE KONTRASEPSI

I U D

(2)

Implant

JUMLAH

P I L

Implant

Suntikan

I U D

MOW

MOP

JUMLAH

NO

(5) (6)

Suntikan

(4)(3) (5)

(4)

KOMPLIKASI BERAT

SUNTIKAN

(3)

JUMLAH

Jumlah Dokter Praktek Swasta

Jumlah Bidan Praktek Swasta

KONTRASEPSI KEGAGALAN PENCABUTAN IMPLANTNO

PERSEDIAAN ALAT KONTRASEPSI

(3) (4)(2)

P B KOMPLIKASI BERAT

METODE

167

Page 133: buku7

VI. Data Sektoral Bidang Kehutanan (Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Sc., Ir. Iman Santosa, M.Sc.,

Ir.Tuti Setiawati) 6.1 Pendahuluan

Sejalan dengan Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, visi pembangunan kehutanan ialah terwujudnya penyelenggaraan kehutanan untuk menjamin kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat.

Berdasarkan visi tersebut, Departemen Kehutanan menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Misi Departemen Kehutanan dalam pembangunan kehutanan, antara lain:

a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional,

b. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non-kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari, dan

c. Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengelolaan hutan yang lestari dibutuhkan, antara lain, ketersediaan data dan informasi kehutanan yang lengkap, akurat dan mutakhir. Ketersediaan data dan informasi yang lengkap dan mutakhir sangat diperlukan untuk monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan sektor kehutanan. Sampai saat ini data dan informasi kehutanan dirasakan masih belum memadai. Hal ini disebabkan, antara lain, kurang lancarnya arus data dari daerah.

Secara umum kondisi alur data kehutanan dari daerah sampai ke pusat dapat dilihat pada Diagram 6.1.

169

Page 134: buku7

6.2 Hasil Kegiatan Studi Alur Data 6.2.1 Umum

Instansi dinas yang menangani urusan kehutanan yang terkait dalam kegiatan uji-coba dan studi alur data sektoral yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Jeneponto, Dinas Pertanian Rakyat Kabupaten Takalar, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bone, Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Polewali Mandar, serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mamuju.

Provinsi

Pusat (Nasional

)

Kabupaten

Kabupaten

UPT Pusat di daerah

Eselon I Pusat Ybs

Terganggu atau terputus

Provinsi Kabupaten

Kabupaten

UPT Pusat di daerah

Instansi Terkait

DDiiaaggrraamm 66..11 KKoonnddiissii AAlluurr ddaattaa KKeehhuuttaannaann

170

Page 135: buku7

Secara umum, kondisi yang dijumpai di daerah studi adalah sebagai berikut:

a. Dasar Hukum

Sampai saat ini di dinas yang menangani urusan kehutanan baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten, belum ada dasar hukum atau peraturan daerah yang jelas untuk mengatur tentang pengelolaan data sektor kehutanan di lingkup dinas tersebut.

b. Pengelolaan Data

Pengelolaan data sektor kehutanan di Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan berada di Sub-bagian Program, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bone di Seksi Data dan Pelaporan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mamuju di Seksi Perencanaan Evalap, sedangkan pengelolaan data di Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng, Dinas Pertanian Rakyat Kabupaten Takalar, Dinas Kehutanan, Perkebunann dan Lingkungan Hidup Kabupaten Jeneponto, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Polewali Mandar pada umumnya dilakukan oleh suatu seksi di masing-masing bidang, sehingga data masih tersebar di masing-masing bidang.

Di masing-masing dinas provinsi/kabupaten tersebut belum ada sistem/mekanisme yang mengatur alur data. Selain belum ada tenaga/petugas khusus yang menangani proses pengumpulan dan pengolahan data, juga sarana/prasarana untuk pengolahan data berupa perangkat keras maupun software/perangkat lunak dan anggaran serba terbatas.

Ketersediaan data kehutanan di dinas provinsi dan kabupaten saat ini masih terbatas, meskipun kegiatan pengumpulan data kehutanan dilakukan secara rutin maupun secara insidentil. Data disajikan dalam bentuk data agregat (dalam bentuk tabulasi) dan peta. Data luas kawasan hutan dan produksi hasil hutan secara rutin disampaikan ke Bappeda provinsi dan BPS provinsi guna penyusunan buku daerah dalam angka.

Hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan data, antara lain:

171

Page 136: buku7

1) Belum ada kebijakan daerah yang mengatur tentang pengelolaan data. Tanpa kebijakan daerah yang jelas, komitmen dan pemahaman tentang pengelolaan data sektor (khususnya kehutanan) masih mengambang. Hal ini terlihat jelas dalam penjabaran program dan kegiatan yang belum menempatkan kegiatan pengelolaan data kehutanan pada level prioritas;

2) Belum ada unit kerja khusus yang menangani pengelolaan data kehutanan. Hal ini merupakan salah satu implikasi dari kurangnya komitmen dan belum adanya kebijakan daerah tentang pengelolaan data sektor kehutanan. Pengelolaan data kehutanan masih ditangani secara parsial, padahal salah satu upaya mewujudkan sistem alur data yang baik diperlukan unit kerja khusus yang menangani pengelolaan data secara menyeluruh;

3) Tugas pokok dan fungsi sub-bagian/seksi yang terkait dengan pengelolaan data belum sepenuhnya terjabarkan. Masih terdapat seksi yang tugas pokok dan fungsinya menangani pengumpulan data namun belum terjabarkan dalam program dan kegiatan. Akibatnya, data dan informasi yang dihasilkan belum mampu memenuhi sasaran yang diamanatkan dalam tugas pokok dan fungsi seksi yang bersangkutan;

4) Belum ada dukungan sistem pengelolaan data kehutanan yang terpadu antar-lembaga baik internal sektor maupun lintas-sektor.

5) Kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang sistem alur data kehutanan, baik secara vertikal (pusat dan daerah) maupun secara horisontal (lintas-sektor), belum terwujud, dan

6) Anggaran, kualitas dan kuantitas SDM serta apresiasi terhadap pentingnya data masih terbatas. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka untuk memperbaiki sistem

yang ada saat ini perlu dilakukan berbagai hal, antara lain, mengupayakan agar daerah (provinsi) memiliki kebijakan/peraturan yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan data yang akan menjadi payung hukum bagi upaya mewujudkan sistem alur data sektoral yang baik.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan sistem pengelolaan data yang baik, antara lain, melalui penataan kelembagaan yang akan mendukung sistem tersebut. Untuk itu, diperlukan unit organisasi khusus yang menangani pengelolaan data sektor kehutanan pada dinas kehutanan, juga

172

Page 137: buku7

perlu dilakukan penjabaran Tupoksi sub-bagian/seksi ke dalam program dan kegiatan yang utuh.

Diperlukan sistem pengelolaan data yang terpadu, baik internal sektor maupun lintas-sektor. Sistem ini dapat dibangun sejalan dengan pengembangan SDM, kebijakan daerah dan kelembagaan yang mendukung pengelolaan data kehutanan: a. Diperlukan dukungan anggaran khusus pengelolaan data, khususnya

APBD. Dengan dukungan penganggaran yang cukup akan dapat disajikan data kehutanan yang akurat dan lengkap,

b. Pengelolaan data kehutanan provinsi dapat dilaksanakan oleh dinas kehutanan provinsi, mengingat beragamnya sumber data, jenis data dan lembaga sumber data. Dinas kehutanan provinsi diharapkan mampu mengemban fungsi fasilitasi antara kabupaten, pusat dan sektor terkait lainnya,

c. Sosialisasi tentang arti pentingnya data, pelatihan guna peningkatan kuantitas dan kualitas SDM serta penempatan personil sesuai keahlian, dan

d. Peningkatan koordinasi dengan berbagai instansi terkait.

6.2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data yang Terkait dengan MDGs

a. Pengumpulan Data

Tujuan MDGs yang terkait dengan sektor kehutanan yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Indikator yang dinilai adalah (1) Proporsi luas lahan yang tertutup hutan, (2) Rasio luas kawasan hutan lindung/konservasi terhadap luas wilayah daratan. Data indikator MDGs untuk sektor kehutanan dapat diperoleh dari beberapa kegiatan pada beberapa instansi kehutanan di provinsi/kabupaten maupun UPT Departemen Kehutanan yang berkedudukan di Sulawesi Selatan. Data luas lahan yang tertutup hutan, luas kawasan lindung (hutan lindung + hutan konservasi) diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wil. VII Makassar, sedangkan data luas wilayah daratan provinsi/kabupaten diperoleh dari Bappeda/BPS provinsi/kabupaten.

173

Page 138: buku7

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dinas provinsi/kabupaten memerlukan waktu sekitar 2 minggu sampai dengan 2 bulan. Kesulitan memperoleh data, antara lain, adalah keterbatasan ketersediaan data, akses data, fasilitas, anggaran, SDM, dan belum adanya prosedur/sistem yang baku.

Kegiatan monitoring dan evaluasi yang terkait dengan indikator MDGs seperti luas penutupan kawasan hutan dilakukan oleh Departemen Kehutanan dan BPKH setiap 3 (tiga) tahun dengan pemanfaatan citra satelit Landsat 7 ETM+. Untuk memperoleh data luas penutupan lahan yang akurat perlu dilakukan kegiatan pengecekan lapangan (ground check), sedangkan untuk memperoleh data luas kawasan hutan selain berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi, perlu diperhatikan juga data luas penunjukan parsial, mutasi kawasan hutan seperti tukar-menukar kawasan hutan serta perubahan peruntukan/pelepasan. Data penutupan lahan yang tersedia di Departemen Kehutanan saat ini baru dapat dirinci menurut provinsi dan kabupaten, karena di Departemen Kehutanan belum tersedia peta batas administrasi sampai dengan kecamatan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang luas penutupan lahan oleh Departemen Kehutanan yaitu peta penutupan vegetasi hasil penafsiran citra landsat dan peta kawasan hutan. Data penutupan lahan diperoleh dengan cara overlay kedua peta tersebut. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data luas kawasan lindung, khususnya hutan lindung dan hutan konservasi dan data pendukung lainnya yaitu berupa format tabel isian sebagaimana terlampir. Data luas kawasan lindung tersebut diperoleh dari Keputusan Menhut tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi serta Mutasi Kawasan Hutan. Di masa yang akan datang, untuk meningkatkan akurasi data penutupan lahan, dirasakan perlu untuk memperhitungkan angka luasan keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan terhadap penutupan lahan berdasarkan penafsiran citra satelit. Hal ini penting mengingat adanya periodisasi penafsiran setiap 3 tahun, adanya areal yang tertutup awan

174

Page 139: buku7

sehingga tidak bisa ditafsir serta keterbatasan resolusi citra yang menyebabkan tidak semua hasil rehabilitasi dapat terpantau oleh citra satelit.

b. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan diolah secara manual dan digital. Setelah menjadi rekapitulasi, selanjutnya data diolah menjadi indikator. Adapun indikator yang diolah meliputi: • Luas lahan yang tertutup hutan diperoleh dari penjumlahan seluruh

jenis tutupan vegetasi hutan, • Luas kawasan hutan per fungsi pokok kawasan hutan, dan

• Luas wilayah daratan provinsi dirinci per kabupaten/kota.

Penentuan pembilang dan penyebut untuk kedua indikator tersebut dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

• Luas lahan yang tertutup hutan (sebagai pembilang) diperoleh dari penjumlahan seluruh jenis tutupan vegetasi hutan. Penyebutnya adalah luas daratan provinsi/kabupaten, dan

• Luas kawasan lindung (sebagai pembilang) diperoleh dari hasil penjumlahan luas hutan lindung (HL) dan hutan konservasi (HK). Penyebutnya adalah luas wilayah daratan provinsi/kabupaten yang diperoleh dari hasil penjumlahan luas wilayah daratan kabupaten/ kota/kecamatan.

Untuk meningkatkan akurasi data penutupan lahan, maka perlu ditambahkan secara manual angka luasan keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan terhadap penutupan lahan berdasarkan hasil penafsiran citra satelit dalam perhitungan indikator proporsi luas lahan yang tertutup hutan.

c. Tindak Lanjut/Laporan Hasil pengolahan data kehutanan baik manual maupun digital selanjutnya dikirim ke instansi terkait baik pusat maupun daerah. Arsip disimpan dalam bentuk soft copy dan hard copy yang akan digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain, memenuhi permintaan data dari berbagai pihak.

175

Page 140: buku7

6.2.3 Usulan indikator Anggota kelompok diskusi bidang kehutanan mengusulkan adanya

tambahan indikator di bidang ini yang cocok dengan ketersediaan data di daerah. Indikator tersebut adalah rasio luas kawasan hutan yang sudah berhasil direboisasi terhadap kawasan hutan yang perlu direhabilitasi/ direboisasi.

6.2.4 Usulan perbaikan alur data kehutanan Berdasarkan hasil rapat internal Departemen Kehutanan, usulan alur

data kehutanan yang terkait dengan indikator MDGs yang akurat dan tepat waktu dari kabupaten sampai ke tingkat provinsi dan nasional adalah sebagai digambarkan pada Diagram 6.2.

Diagram 6.2

6.3 Kesimpulan dan Saran

176

Page 141: buku7

6.3.1 Kesimpulan

Pengelolaan data kehutanan yang terkait dengan indikator MDGs di dinas yang menangani urusan kehutanan baik tingkat provinsi maupun kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat belum terlaksana secara optimal, yang antara lain disebabkan oleh:

a. Kesulitan akses data yang mutakhir tentang luas kawasan hutan dan luas penutupan lahan,

b. Keterbatasan fasilitas, anggaran, kualitas dan kuantitas SDM untuk pengumpulan dan pengelolaan data,

c. Belum adanya prosedur/sistem yang mengatur mekanisme pengelolaan data,

d. Kurangnya komitmen/apresiasi terhadap pentingnya data, dan e. Penempatan personil yang kurang sesuai dengan keahliannya. 6.3.2 Saran

a. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pengelolaan data di tingkat kabupaten/provinsi, antara lain:

• Sosialisasi akan arti pentingnya data,

• Pelatihan guna meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM,

• Penempatan personil yang sesuai keahliannya,

• Peningkatan koordinasi antar-instansi terkait,

• Dukungan dari pemerintah kabupaten/provinsi baik dalam hal penyediaan anggaran, sarana prasarana serta penetapan kebijakan, dan

• Penyusunan prosedur yang mengatur mekanisme pengelolaan data.

b. Untuk studi alur data kehutanan lanjutan, agar dipertimbangkan penambahan angka luas hasil rehabilitasi terhadap angka luas penutupan lahan.

6.4 Daftar Pustaka

177

Page 142: buku7

1. Undang-Undang Nomor 41 tentang Kehutanan sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004.

2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2005 tanggal 6 Mei 2005 yang telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2005, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2005, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut-II/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 890/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Selatan.

6.5 Kontributor Penyempurnaan Draft Laporan Studi Alur Data

Kehutanan Dalam Rapat Internal Departemen Kehutanan 1. Ir. Wachyono Supatria 2. DR. Drs. Wardoyo M.F. 3. Drs. Sofar Tambunan 4. Sopandi, S. Hut.

Lampiran 6.1

178

Page 143: buku7

Tabel 1 : LUAS PENUTUPAN LAHAN DALAM KAWASAN HUTAN DAN LUAR KAWASAN HUTAN

JUMLAH

KABUPATEN KSA-KPA HL HPT HP Jml (X 1.000 Ha) (X 1.000 Ha)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 ………………

A. HutanB. Non HutanC. Data tidak lengkapTotal

2

367.63 #### #### #### ##### ##### ##### 187.66 9,696.43

608.45 #### #### #### ##### 93.24 ##### 191.26 1,861.32 81.24 #### #### #### ##### 70.03 ##### 1,363.19 1,954.07 80.89 #### #### 24.82 ##### 15.64 ##### 89.65 363.44

770.59 #### #### #### ##### ##### ##### 1,644.09 4,178.83

399.80 #### #### 20.52 ##### - ##### 88.43 785.89 56.19 #### #### 12.21 ##### - ##### 980.98 1,184.98

0.53 #### 1.10 5.23 24.42 - 24.42 18.51 42.93 456.52 #### #### 37.96 ##### - ##### 1,087.92 2,013.80

418.41 #### #### #### ##### - ##### 192.97 1,379.56 111.77 #### #### #### ##### - ##### 2,123.17 2,747.29 179.57 #### #### #### ##### - ##### 300.07 686.87 709.75 #### #### #### ##### - ##### 2,616.21 4,813.72

361.75 #### #### #### ##### 7.06 ##### 101.53 1,055.47 348.35 #### #### #### ##### ##### ##### 4,491.62 7,467.51 33.18 #### 1.88 2.65 94.72 0.48 95.20 34.79 129.99

743.28 #### #### #### ##### ##### ##### 4,627.93 8,652.97

- #### - #### ##### - ##### 56.85 248.39 - #### 0.00 #### ##### - ##### 840.10 1,284.58 - #### - 46.09 72.55 - 72.55 59.41 131.97

Total - #### 0.00 #### ##### - ##### 956.36 1,664.94

Sumber :

BERDASARKAN PENAFSIRAN CITRA SATELIT LANDSAT 7 ETM + S/D TAHUN ….

APLNo PROVINSI/KAWASAN HUTAN (X 1.000 Ha)HUTAN TETAP HPK Jml

Lampiran 6.2

179

Page 144: buku7

No. PROVINSI/ Luas

KABUPATEN Daratan Hutan Lindung Hutan Konservasi Jumlah

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Sumber :

Luas Kawasan Lindung

Tabel 2 : LUAS KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN KONSERVASI

180

Page 145: buku7

181

VII. Data Sektoral Bidang Lingkungan Hidup (Ir. Sri Hudyastuti, Dra. Siti Aini Hanum, M.A., Drs. Maulyani

Djajadilaga)

7.1 Latar Belakang

Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia saat ini sudah sangat memprihatinkan. Karena sifatnya public goods maka penanggulangannya tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah, namun seluruh lapisan masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Dalam mengelola lingkungan hidup agar lebih efisien dan efektif, pemerintah sangat membutuhkan data dan informasi. Namun, bila dicermati selama ini belum seluruh kebijakan publik di bidang lingkungan hidup yang dihasilkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dirumuskan berdasarkan data dan informasi yang relevan. Tentu saja keputusan yang dibuat tanpa dasar data dan informasi yang akurat besar kemungkinan meleset dari sasaran yang diinginkan.

Di satu pihak disadari bahwa lingkungan hidup itu mempunyai arti yang sangat luas, multi-disiplin ilmu, dan pengelolaannya multi-sektor sehingga data dan informasinya pun tersebar pada berbagai lembaga. Di lain pihak, komitmen lembaga-lembaga terkait belum tentu sama besarnya dalam menghadapi masalah lingkungan hidup sehingga data dan informasi yang diharapkan dari sektor tertentu belum tentu tersedia. Inilah kendala dan sekaligus tantangannya bagaimana data dan informasi lingkungan dapat saling dipertukarkan tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing lembaga tersebut.

Studi Pemetaan Alur Data Sektoral untuk indikator millenium development goals (MDGs), bertujuan untuk mendapatkan gambaran berapa jauh tersedia indikator yang dapat digunakan untuk memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, merupakan sarana yang baik untuk memperbaiki sistem pendataan di bidang lingkungan hidup.

Page 146: buku7

182

Laporan sementara ini disusun setelah melalui proses pembahasan oleh tim penyusun, pembahasan di daerah atau lokasi kegiatan yaitu di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dan pembahasan internal di Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

7.2 Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Lingkungan Hidup Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara, Kementerian Negara Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup

dan pengendalian dampak lingkungan; b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan

hidup dan pengendalian dampak lingkungan; c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawabnya; d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.

7.2.1 Kegiatan Monitoring dan Evaluasi

Dalam struktur organisasi Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) terdapat unit kerja yang mempunyai tugas melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan yaitu Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL). Selain itu beberapa unit kerja melakukan pemantauan dalam rangka pelaksanaan program-program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. Khusus untuk data dan informasi lingkungan dari daerah, sarana yang digunakan adalah laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) yang dikelola oleh Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi.

Evaluasi terhadap semua data lingkungan yang dikumpulkan oleh KNLH dan sektor-sektor terkait dilakukan oleh Asisten Deputi Urusan Data dan

Page 147: buku7

183

Informasi. Hasil evaluasi tersebut kemudian dipublikasikan setiap tahun melalui Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI). Selain itu evaluasi juga dilakukan oleh unit-unit kerja lainnya yang antara lain menghasilkan peringkat kota bersih (ADIPURA), peringkat kinerja industri (PROPER), dan peringkat kinerja kabupaten/kota dalam penghijauan (MIH – Menuju Indonesia Hijau).

7.2.2 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan suatu

kumpulan informasi yang memuat tentang keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan hidup pada masing-masing daerah, dan diterbitkan secara berkala sekali setahun oleh propinsi dan kabupaten/kota.

Penyusunan laporan SLHD dimulai tahun 1982 ketika Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup mengembangkan Neraca Lingkungan Hidup (NLH). Pada tahun 1986 NLH berubah menjadi Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) seiring dengan perubahan organisasi menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Selanjutnya pada tahun 1994 singkatan NKLD tetap dipertahankan walaupun kepanjangannya berubah menjadi Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah.

Pada tahun 1995 negara-negara Asia-Pasifik (Economic and Social Commission for Asia and the Pacific–ESCAP) menyepakati penggunaan metoda S-P-R (State-Pressure-Response) dari UNEP (United Nation Environment Program) untuk penyusunan State of the Environment Report (SoER) oleh setiap negara dengan maksud agar status lingkungan hidup secara global diketahui. Dengan menerapkan metoda S-P-R dalam analisisnya maka mulai tahun 2001 laporan NKLD dikembangkan menjadi laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). Tujuan penyusunan laporan SLHD adalah sebagai berikut: a. Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup daerah;

Page 148: buku7

184

b. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik;

c. Sebagai sumber informasi utama bagi rencana pembangunan tahunan daerah (Repetada), program pembangunan daerah (Propeda), dan kepentingan penanam modal (investor); dan

d. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (good environmental governance) di daerah; serta sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Laporan SLHD terdiri dari (a) analisis mengenai kondisi lingkungan hidup yang terjadi di daerah dalam satu tahun serta upaya penanggulangannya, menggunakan metoda S-P-R dengan tujuan agar analisis yang dibuat memperlihatkan keterkaitan antara berbagai faktor lingkungan dapat disampaikan lebih komperhensif (b) kumpulan data lingkungan hidup dengan 5 parameter kunci (air, udara, lahan dan hutan, pesisir dan laut serta keanekaragaman hayati).

7.3 Pembangunan Milenium

7.3.1 Tujuan MDGs

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental. Komitmen tersebut kemudian diterjemahkan menjadi MDGs yang mempunyai delapan tujuan. Salah satu tujuan dari MDGs adalah memastikan keberlanjutan lingkungan hidup yang mempunyai 3 target dan masing-masing target dilengkapi dengan indikator-indikator pencapaian.

Page 149: buku7

185

7.3.2 Indikator MDGs

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat 3 target untuk tujuan memastikan keberlanjutan lingkungan hidup. Salah satu dari target tersebut adalah memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional. Untuk target tersebut PBB telah menentukan indikator sebagai berikut:

a. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan;

b. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan;

c. Konsumsi energi per unit PDB;

d. Emisi CO2 dan konsumsi zat perusak ozon CFC, dan

e. Proporsi penduduk yang menggunakan energi dari kayu bakar.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) kemudian mengusulkan 2 (dua) indikator sebagai proxy dari emisi CO2 yaitu

a. Proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu, dan

b. Proporsi titik pemantauan kualitas udara yang memenuhi baku mutu udara ambien.

Selain itu dalam pertemuan konsultasi dengan pemerintah daerah propinsi dan beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, diusulkan 2 (dua) indikator baru yaitu

a. Persentase pabrik yang mempunyai instalasi pengolahan air limbah (IPAL), dan

b. Persentase lahan pertanian yang menggunakan pupuk kimia.

Indikator proporsi luas lahan yang tertutup hutan dan rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan dibahas dalam laporan tersendiri yang terpisah dari dokumen ini.

Page 150: buku7

186

7.4 Pembahasan Indikator Internasional (PBB)

7.4.1 Konsumsi Energi

Konsumsi energi dimasukkan sebagai indikator MDGs karena kontribusinya yang besar dalam peningkatan gas rumah kaca terutama CO2. Di berbagai negara, pemanfaatan energi untuk berbagai kebutuhan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak, peningkatan tersebut sering tidak diiringi dengan efisiensi pemanfaatannya sehingga jumlah energi yang digunakan tidak sebanding dengan produk domestik bruto (PDB). Efisiensi energi inilah yang diharapkan dapat diterapkan oleh seluruh negara penandatangan MDGs sehingga emisi gas rumah kaca dapat dikurangi.

Konsumsi energi dapat dibagi menurut sektor pengguna dan menurut jenis bahan baku energi yang digunakan. Menurut sektor pengguna, konsumsi energi dapat dibagi berdasarkan sektor yang merupakan pengguna energi terbesar, yaitu

a. Industri,

b. Transportasi,

c. Rumah tangga, dan

d. Komersial.

Menurut jenisnya, sumber energi dibagi atas 5 jenis, yaitu

a. Batubara,

b. Bahan bakar minyak (BBM),

c. Gas bumi,

d. Listrik, dan

e. Liquid petroleum Gas (LPG).

Berdasarkan pembagian dua kelompok tersebut maka data yang diperlukan untuk menghitung konsumsi energi di Indonesia adalah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Page 151: buku7

187

Tabel 7.1 Proxy Konsumsi Energi

No. Data Sumber Data Skala

1. Konsumsi BBM untuk pembangkit listrik menurut jenis BBM

Pertamina, PLN

Regional, Nasional

2. Konsumsi BBM sektor transportasi menurut jenis BBM

Pertamina Regional, Nasional

3. Konsumsi energi listrik (PLN) menurut jenis pelanggan (industri, rumah tangga, komersial, dll)

PLN Kecamatan, Kabupaten/Kota

4. Konsumsi energi non-PLN sektor industri menurut jenis bahan bakar

Survei Kecamatan, Kabupaten/Kota

5. Konsumsi energi non-PLN sektor rumah tangga dan komersial menurut jenis bahan bakar

Survei Kecamatan, Kabupaten/Kota

6. Kapasitas simpan dan jumlah penjualan BBM dari stasiun pompa bensin umum (SPBU)

Survei, Pencatatan

Kecamatan, Kabupaten/Kota

7.4.2 Emisi CO2

Efek rumah kaca (greenhouse effect) disebabkan oleh keberadaan gas rumah kaca (GRK) di troposfer. Gas rumah kaca tersebut menyebabkan terperangkapnya radiasi gelombang infra merah sebagai hasil radiasi balik dari permukaan bumi yang menerima radiasi matahari. Hasil penelitian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa keberadaan GRK sebesar 350 ppm (part per million) dianggap masih normal dan sesuai untuk iklim bumi. Namun kenaikan GRK menjadi 430 ppm seperti yang terjadi pada saat ini menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata bumi dan mendorong terjadinya perubahan iklim global.

Gas rumah kaca yang yang diketahui mempunyai kontribusi terhadap pemanasan global adalah CO2, CH4, CO, N2O dan NOx. Lebih dari 75 % komposisi GRK di atmosfir adalah CO2 sehingga apabila kontribusi CO2 dari berbagai kegiatan dapat dikurangi secara signifikan maka ada peluang bahwa dampak pemanasan global terhadap perubahan iklim akan berkurang.

Page 152: buku7

188

Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh IPCC pada tahun 2006, sumber-sumber utama emisi CO2 adalah:

a. Penggunaan energi, b. Proses industri, c. Perubahan lahan (tataguna lahan), d. Pertanian dan peternakan, dan e. Limbah.

a. Penggunaan Energi

Secara garis besar sumber emisi CO2 dari sektor energi dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari proses pembakaran dan dari proses penguapan (fugitive emission). Emisi CO2 dari proses pembakaran dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu tidak bergerak (stationary combustion) dan bergerak (mobile combustion).

Sumber emisi CO2 dari pembakaran tidak bergerak antara lain berasal dari 1) Industri energi seperti pembangkit tenaga listrik (PLN), pengilangan

minyak, dan pengolahan batubara; 2) Industri manufaktur seperti industri besi dan baja, kimia, pulp dan kertas,

pengolahan makanan, mesin, kayu dan produk kayu, tekstil dan kulit, dan

3) Rumah tangga dan gedung atau perkantoran komersial.

Data yang diperlukan untuk menghitung emisi CO2 sebagai hasil pembakaran dari sumber tidak bergerak adalah banyaknya bahan bakar (dalam satuan volume atau berat) yang digunakan untuk membangkitkan energi oleh masing-masing sumber tidak bergerak seperti tersebut di atas.

Untuk pembakaran bergerak, sumber utamanya adalah dari transportasi. Cara terbaik untuk menghitung emisi CO2 dari energi sumber bergerak adalah dengan menggunakan data penjualan bahan bakar minyak untuk kegiatan transportasi secara nasional.

Emisi CO2 yang berasal dari proses penguapan bahan bakar (fugitive emission) pada umumnya berasal dari penambangan, proses, penyimpanan

Page 153: buku7

189

dan pengiriman batubara serta dari sistem pengolahan dan distribusi minyak dan gas alam. Data minimal yang diperlukan untuk menghitung fugitive emission ini adalah jumlah produksi batubara, minyak mentah dan turunannya (bensin, solar, avtur dan minyak tanah), dan gas alam (termasuk LPG atau liquefied petroleum gas).

Data utama dan pelengkap yang dapat digunakan untuk menghitung emisi CO2 dari penggunaan energi dapat dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2 Proxy Emisi CO2 dari Sektor Energi

No. Data Sumber Data Skala

1. Konsumsi bahan bakar untuk industri energi menurut jenis bahan bakar

Pertamina, PLN

Regional, Nasional

2. Konsumsi BBM sektor transportasi menurut jenis BBM

Pertamina Regional, Nasional

3. Jumlah penjualan BBM dari stasiun pompa bensin umum (SPBU)

Survei Kecamatan, Kabupaten/Kota

4. Konsumsi bahan bakar untuk pembangkit energi dari sektor industri menurut jenis bahan bakar

Survei Kecamatan, Kabupaten/Kota

5. Konsumsi bahan bakar dari sektor rumah tangga dan komersial menurut jenis bahan bakar

Survei Kecamatan, Kabupaten/Kota

6. Jumlah produksi batubara Survei, Pencatatan

Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota

7. Jumlah produksi dan impor minyak mentah Pertamina Nasional

8. Jumlah produksi BBM menurut jenisnya Pertamina Nasional

9. Jumlah produksi gas alam Pertamina Nasional

10. Jumlah produksi dan impor LPG Pertamina Nasional

b. Proses Industri

1) Proses dan Produk Industri

Proses produksi dari beberapa jenis industri juga menghasilkan emisi CO2. Jenis-jenis industri itu antara lain, sebagai berikut:

Page 154: buku7

190

(a) Industri mineral seperti pabrik semen, kapur, dan kaca/gelas,

(b) Industri kimia, seperti pabrik amoniak, karbit, abu soda, dan petrokimia,

(c) Industri besi, seperti pabrik besi dan baja, dan metalurgi, dan

(d) Industri berbahan baku minyak bumi seperti parafin dan pelumas.

2) Tinjauan Proses dan Produk

(a) Industri Mineral

(1) Produk Semen Di pabrik semen, CO2 dihasilkan dari proses produksi clinker. Ada 2

pendekatan untuk menghitung emisi CO2 dari pabrik semen, yaitu berdasarkan jumlah produksi clinker dan berdasarkan jumlah produksi semen. Untuk penggunaan data jumlah produksi semen diperlukan data fraksi clinker yang terdapat pada semen.

(2) Produk Kapur Kalsium oksida (CaO) atau kapur mentah dihasilkan dari batu kapur

yang dibakar untuk menguraikan karbonat. Proses ini biasanya dilakukan dalam tungku yang berputar pada suhu yang sangat tinggi. Selain menghasilkan kalsium oksida, proses tersebut juga melepaskan CO2 ke udara. Data minimum yang diperlukan untuk menghitung emisi CO2 dari produk kapur adalah jumlah produksi kapur.

(3) Produk Kaca/Gelas Industri kaca/gelas dapat dibagi atas 4 kategori utama, yaitu kontainer

(wadah), kaca datar (jendela), gelas serat, dan gelas khusus. Bahan baku utama gelas yang menghasilkan CO2 selama proses pencairan adalah batu kapur (CaCO3), dolomit, dan soda ash (Na2CO3). Dalam prakteknya produsen gelas/kaca juga menggunakan bubuk gelas bekas (daur ulang) sebagai bahan baku. Ada 2 pendekatan untuk menghitung emisi CO2 dari produk gelas atau kaca ini, yaitu berdasarkan jumlah produksi gelas/kaca dan berdasarkan proses produksinya (penggunaan kaca/gelas daur ulang dalam proses produksi).

Page 155: buku7

191

(b) Industri Kimia

(1) Amoniak (NH3)

Amoniak (NH3) merupakan produk industri kimia utama yang digunakan sebagai bahan baku produk industri lainnya. Umumnya bahan baku yang digunakan adalah gas alam yang kandungan utamanya adalah CH4, sedangkan nitrogen didapat dari udara melalui proses distilasi.

Data minimal yang dibutuhkan adalah jumlah produksi amoniak, jumlah produksi pupuk urea, kebutuhan bahan bakar per unit output, dan parameter-parameter default.

(2) Karbit Berdasarkan bahan dasarnya ada 2 macam karbit, yaitu karbit silika

(SiC) dan karbit karbon (CaC2). Karbit silika diproduksi dari pasir silika atau kuarsa dan petroleum coke, sedangkan karbit karbon dibuat dengan memanaskan batu kapur yang kemudian mengurangi CaO dengan petroleum coke.

Ada 3 alternatif perhitungan yang dapat digunakan yaitu berdasarkan konsumsi petroleum coke atau berdasarkan jumlah produksi karbit atau berdasarkan jumlah bahan baku.

(3) Abu Soda Abu soda atau sodium karbonat (Na2CO3) digunakan sebagai bahan

baku oleh banyak industri termasuk gelas atau kaca, sabun dan detergen, pulp dan kertas, dan instalasi pengolahan air.

Ada 4 proses berbeda untuk memproduksi abu soda. Tiga proses pertama yaitu monohydrate, sodium sesquicarbonate (trona) dan karbonasi langsung disebut sebagai proses alam, sedangkan proses yang keempat, yaitu solvay, disebut sebagai proses sintetik.

Perhitungan emisi CO2 memerlukan data jumlah trona yang digunakan atau data jumlah produksi abu soda, tergantung ketersediaannya.

Page 156: buku7

192

(4) Petrokimia dan Karbon Hitam Produk petrokimia yang mempunyai kontribusi besar terhadap emisi CO2

adalah methanol, ethylene dan propylene, ethylene dichloride, ethylene oxyde, dan acrylonitrile.

Data yang diperlukan adalah jumlah produksi petrokimia per jenis (methanol, ethylene dan propylene, ethylene dichloride, ethylene oxyde, dan acrylonitrile).

(c) Industri Besi dan Logam (1) Besi Baja dan Arang Besi

Arang besi adalah produk padat yang diperoleh dari karbonisasi batubara yaitu dengan memanaskan batubara pada suhu tinggi. Data yang diperlukan untuk menghitung emisi CO2 adalah jumlah produksi arang besi atau besi/baja atau sinter atau pelet.

(2) Logam Campuran (Ferroalloy) Logam campuran (ferroalloy) adalah campuran besi dengan suatu logam

seperti silikon, mangan, dan krom. Proses peleburan campuran logam tersebut menghasilkan gas CO, terutama jika proses peleburan tersebut terbuka dan semi terbuka. Gas CO sendiri dalam beberapa waktu akan berubah menjadi CO2.

Perhitungan yang cermat untuk mengetahui emisi CO2 dari proses peleburan logam campuran memerlukan data jumlah campuran bahan dan kandungan karbon dari setiap bahan tersebut. Hal ini sulit dilakukan kecuali oleh produsennya sendiri yang melakukan pemantauan secara kontinu.

Perhitungan yang lebih mudah untuk mengetahui emisi CO2 dari proses peleburan logam campuran ini adalah berdasarkan jumlah produksi per jenis logam campuran.

(3) Aluminium Di dunia, produksi aluminium pada umumnya menggunakan proses

elektrolitik Hall-Herout. Teknologi yang digunakan pada umumnya adalah prebake dan Søderberg. Emisi CO2 kebanyakan berasal dari reaksi elektrolisis dari anode karbon dengan alumina (Al2O3). Konsumsi anoda carbon prebake dan perekat Søderberg sangat berpengaruh pada besarnya CO2 yang diemisikan.

Page 157: buku7

193

Cara termudah untuk menghitung emisi CO2 dari produksi aluminium adalah berdasarkan pada jumlah produksi dan teknologi yang digunakan.

Perhitungan yang lebih cermat dapat dilakukan apabila tersedia data spesifik seperti konsumsi anoda prebake dan perekat Søderberg, kandungan sulfur dalam anoda prebake dan perekat Søderberg, kandungan debu dalam anoda prebake, dan kandungan bahan pengikat dalam perekat Søderberg. Data tersebut dapat dikumpulkan melalui laporan produksi harian (log book).

(4) Magnesium

Magnesium diproduksi melalui proses elektrolisis atau penurunan panas. Bahan baku yang digunakan adalah dolomit, magnesit, karnalit, serpentin dan air laut. Dari bahan baku tersebut hanya dolomit dan magnesit yang mengemisikan CO2. Secara teori, dari setiap kilogram magnesium yang dihasilkan 3,62 kg CO2 untuk bahan dasar dolomit dan 1,81 kg CO2 untuk bahan dasar magnesit. Dalam kenyataannya, emisi CO2 per kilogram magnesium akan lebih besar dari perhitungan teori karena adanya magnesium yang hilang selama proses produksi.

Perhitungan emisi CO2 yang sedehana dari produksi magnesium ini adalah berdasarkan produksi magnesium nasional per jenis bahan baku (dolomit atau magnesit).

Cara penghitungan lain yang lebih teliti adalah dengan menghitung emisi CO2 dari masing-masing pabrik penghasil magnesium.

(5) Timah Ada 2 cara untuk menghasilkan timah, yaitu dengan cara langsung

(primer) yaitu dengan memproses bijih timah dari alam dan cara tidak langsung (sekunder) yaitu dengan daur ulang timah bekas terutama dari baterai bekas.

Untuk cara primer ada 2 tipe proses yaitu paduan proses sintering dan peleburan, dan langsung peleburan. Sekitar 78 % produksi timah dunia dihasilkan melalui paduan proses sintering dan peleburan.

Page 158: buku7

194

Emisi CO2 terbesar terjadi pada proses peleburan di tungku peleburan tradisonal maupun tungku peleburan imperial. Cara sederhana untuk menghitung emisi CO2 dari produk timah adalah berdasarkan jumlah produksi timah dari peleburan langsung dan jumlah produksi timah dari tungku peleburan imperial.

Perhitungan yang lebih akurat dapat dilakukan jika kita mempunyai data seluruh bahan baku yang digunakan dan tipe tungku dari masing-masing pabrik.

d) Produk Non-Energi dari Minyak Bumi Produk-produk non-energi dari minyak bumi seperti pelumas, parafin dan

aspal banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Dari sekian banyak produk non-energi tersebut hanya penggunaan pelumas dan parafin yang signifikan menghasilkan CO2. Dalam perhitungan emisi CO2 dari pelumas dan parafin, selain faktor emisi, faktor oksidasi selama penggunaan (ODU) juga harus diperhitungkan.

(1) Pelumas Pelumas dihasilkan di kilang minyak dari proses pemisahan minyak

mentah atau di pabrik petrokimia. Digunakan secara luas di sektor industri dan transportasi. Penghitung sederhana emisi CO2 dari penggunaan pelumas ini adalah berdasarkan total konsumsi pelumas.

(2) Parafin Parafin digunakan dalam berbagai produk seperti lilin, semir, pelapis

kertas, produk makanan, dan surfaktan (dalam detergen). Emisi CO2 dari parafin ini terjadi ketika produk-produk turunannya dibakar selama penggunaan (seperti lilin) dan ketika dibakar di insinerator sebagai bagian dari sampah atau ketika digunakan dalam pengolahan air limbah (sebagai surfaktan).

Mengingat sulitnya mendapatkan data akurat penggunaan parafin dan produk turunannya maka perhitungan emisi CO2 yang paling mudah adalah berdasarkan jumlah produk parafin secara nasional.

Page 159: buku7

195

7.4.3 Kebutuhan Data Rincian kebutuhan data untuk menghitung emisi CO2 dari proses dan produk industri dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Proxy Emisi CO2 dari Proses dan Produk Industri No. Data Sumber Data Skala 1. Jumlah produksi semen/clinker per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota,

propinsi

2. Jumlah produksi semen/clinker per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

3. Jumlah produksi gelas/kaca per jenis per tahun

Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

4. Jumlah produksi amoniak per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

5. Jumlah produksi amoniak per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

6. Jumlah produksi abu soda per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

7. Jumlah produksi petrokimia per jenis Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

8. Jumlah produksi karbon hitam per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

9. Jumlah produksi besi/baja per jenis per tahun

Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

10. Jumlah produksi logam campuran per jenis per tahun

Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

11. Jumlah produksi aluminium menurut teknologi pembuatan per tahun

Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

12. Jumlah produksi magnesium per jenis bahan baku per tahun

Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

13. Jumlah produksi timah per tahun Survei, pencatatan Kabupaten/kota, propinsi

14. Jumlah penjualan pelumas dari bengkel kendaraan bermotor per tahun

Survei Kabupaten/kota

15. Jumlah penggunaan lilin dalam rumah tangga per tahun

Survei Kecamatan, kabupaten/kota

16. Jumlah produksi, ekspor, dan impor pelumas per tahun

Survei, pencatatan Nasional

17. Jumlah produksi, ekspor, dan impor parafin per tahun

Survei, pencatatan Nasional

Page 160: buku7

196

a. Perubahan Lahan Perubahan lahan (land use change) berpengaruh pada penambahan

atau pengurangan emisi CO2 secara nasional. Untuk kepentingan inventarisasi gas rumah kaca, IPCC membagi tataguna lahan (land-use) atas 6 kategori: 1) Lahan hutan, 2) Lahan pertanian dan perkebunan termasuk agro forestry (hutan tanaman

industri – HTI), 3) Padang rumput, 4) Lahan basah seperti sungai, danau, rawa, dan situ, 5) Lahan terbangun, dan 6) Lahan lainnya.

Setiap kategori dapat dibagi menjadi dua sub-kategori lahan terkelola (managed land) dan lahan tidak terkelola (unmanaged land), sedangkan untuk keperluan perhitungan stok karbon maka masing-masing kategori dibagi menjadi lahan tersisa dan konversi lahan dari kategori tersebut ke kategori lain.

Pedoman dari IPCC memungkinkan kita untuk menghitung perubahan stok karbon dari perubahan lahan secara sederhana berdasarkan ketersediaan data yang minimal. Perubahan-perubahan biomasa di atas tanah dan di bawah tanah, yang sebenarnya sangat berpengaruh terhadap perubahan karbon, dapat menggunakan nilai-nilai konstanta yang sudah ditentukan secara default oleh IPCC. Data minimal tersebut adalah luas lahan untuk masing-masing kategori dalam tahun yang berbeda (series).

Di Indonesia, Badan Pertanahan Nasional (BPN) membagi tataguna lahan atas 6 kelompok, yaitu 1) Lahan non-pertanian, 2) Lahan sawah, 3) Lahan kering, 4) Lahan perkebunan, 5) Lahan hutan, dan 6) Lahan lainnya.

Page 161: buku7

197

Berdasarkan hal tersebut, maka data yang diperlukan adalah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Proxy Emisi CO2 dari Perubahan Lahan

No. Data Sumber Data Skala

1. Luas lahan non-pertanian BPN Kecamatan, kabupaten/kota

2. Luas lahan sawah BPN Kecamatan, kabupaten/kota

3. Luas lahan kering BPN Kecamatan, kabupaten/kota

4. Luas lahan perkebunan BPN Kecamatan, kabupaten/kota

5. Luas lahan hutan BPN Kecamatan, kabupaten/kota

6. Luas lahan lainnya BPN Kecamatan, kabupaten/kota

b. Pertanian dan Peternakan

Emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian dan peternakan adalah gas metan (CH4), namun gas metan ini dalam perjalanan waktu akan berubah menjadi CO2 sehingga sektor ini perlu dihitung kontribusinya terhadap total emisi CO2. Emisi CH4 dari lahan pertanian terutama berasal dari sawah dan penggunaan pupuk urea, sedangkan dari peternakan terutama dari fermentasi kotorannya.

Data yang diperlukan untuk menghitung emisi CH4 dari sektor pertanian dan peternakan adalah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Page 162: buku7

198

Tabel 7.5 Proxy Emisi CH4 dari Sektor Pertanian

No. Data Sumber Data Skala 1. Luas lahan sawah dan tipe

pengairannya Survei Kecamatan, kabupaten/kota

2. Jumlah penggunaan pupuk urea per hektar lahan pertanian Survei Kecamatan,

kabupaten/kota 3. Jumlah populasi hewan ternak

menurut jenis hewan Survei Kecamatan, kabupaten/kota

c. Limbah Limbah yang dimaksud adalah limbah rumah tangga (sampah), sludge,

dan limbah industri. Dalam kasus Indonesia, maka limbah padat rumah tangga atau sampah lebih siginikan untuk dihitung emisinya mengingat hampir semua sampah tersebut dikelola secara terbuka di tempat pembuangan akhir (TPA), dan emisi CH4 yang dihasilkan belum dimanfaatkan dan langsung terbuang ke udara. Gas CH4 yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi setara dengan CO2.

Perhitungan sederhana emisi CH4 dari sampah adalah dengan menggunakan data jumlah sampah yang terangkut ke TPA, sedangkan komposisi sampah yang menentukan faktor emisi dapat menggunakan data regional yang sudah ditentukan sebagai nilai default oleh IPCC. Berdasarkan hal tersebut maka data yang diperlukan adalah data seperti pada Tabel 7.6.

Tabel 7.6 Proxy Emisi CH4 dari Sampah

No. Data Sumber Data Skala 1. Jumlah sampah yang terangkut

ke TPA per tahun Survei, pencatatan

Propinsi, kabupaten/kota

7.4.4 Konsumsi Bahan Perusak Ozon

Indonesia tidak menghasilkan bahan-bahan perusak ozon seperti CFC, halon, dan aerosol. Meskipun demikian masih ada peralatan-peralatan yang beredar di Indonesia dan masih menggunakan bahan-bahan perusak ozon tersebut. Karena tidak dihasilkan di Indonesia, maka bahan-bahan tersebut

Page 163: buku7

199

harus diimpor dari negara penghasil. Dengan demikian maka untuk menghitung konsumsi bahan perusak ozon dapat digunakan data jumlah impor bahan-bahan tersebut yang bersumber dari BPS atau langsung dari Bea Cukai, sedangkan sebagai data pendukung adalah penggunaan peralatan rumah tangga yang diduga masih menggunakan bahan perusak ozon (lihat Tabel 7.7).

Tabel 7.7 Proxy Konsumsi Bahan Perusak Ozon No. Data Sumber Data Skala 1. Jumlah impor bahan perusak ozon

per jenis bahan per tahun Pencatatan Bea Cukai

Nasional

2. Jumlah penggunaan kulkas dan alat pendingin ruangan di rumah tangga menurut tahun pembuatan

Survei Kabupaten/kota, kecamatan

7.5 Indikator Usulan Bappenas dan Daerah 7.5.1 Usulan Bappenas Bappenas mengusulkan penambahan indikator untuk emisi CO2 yaitu a. Proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu,

dan

b. Proporsi titik pemantauan kualitas udara yang memenuhi baku mutu udara ambien. Kedua tambahan indikator yang diusulkan tersebut secara teknis dapat

dihitung dan datanya dapat diukur. Namun jika dikaitkan dengan emisi CO2 usulan tersebut kurang relevan karena a. Tidak ada kaitan antara emisi CO2 dengan kualitas air sungai yang

digambarkan dengan proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu, dan

b. Kualitas udara digambarkan dengan konsentrasi dari parameter-parameter tertentu yang tidak menggambarkan sumbernya. Bisa saja kondisi udara yang buruk di suatu tempat disebabkan oleh sumber yang berada di tempat lain, atau bahkan lintas-negara. Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan misalnya, menyebabkan menurunnya kualitas udara di Singapore dan Malaysia.

Page 164: buku7

200

Meskipun demikian proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu dapat digunakan sebagai indikator dalam pencapaian target ke-10 yaitu penurunan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015. Hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia telah mempunyai peralatan pemantauan kualitas air sehingga data kemungkinan besar akan tersedia.

Pengukuran kualitas udara di Indonesia saat ini hanya dilakukan satu kali dalam setahun pada satu lokasi di setiap ibukota propinsi sehingga sangat sulit untuk menghitung proporsi titik pantau yang memenuhi baku mutu pada setiap lokasi.

7.4.2 Usulan Daerah

Kelompok kerja daerah untuk studi ini mengusulkan penambahan indikator, yaitu:

1) Persentase pabrik yang mempunyai IPAL,

2) Persentase lahan pertanian yang menggunakan pupuk kimia, dan

3) Persentase pemakaian pupuk kimia per hektar per jenis tanaman pertanian.

Intalasi pengolahan air limbah (IPAL) memang menimbulkan emisi CO2. Namun emisi CO2 tersebut tidak siginifikan untuk dihitung secara nasional. Selain itu keberadaan IPAL saja tidak mencerminkan berapa besar CO2 yang diemisikan dari IPAL tersebut. Akan lebih berarti jika yang dipantau adalah jumlah penggunaan surfaktan dalam proses pengolahan limbah, dan surfaktan yang menimbulkan emisi CO2.

Usulan kedua dari daerah dapat diterima dengan sedikit perubahan yaitu menjadi jumlah penggunaan pupuk urea per hektar lahan pertanian. Usulan ini sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh IPCC.

Page 165: buku7

7.6 Identifikasi Ketersediaan Data di Daerah 7.6.1 Tinjauan di Kabupaten Jeneponto a. Struktur Organisasi

Fungsi pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Jeneponto berada pada Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup sebagaimana diatur pada Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 13 Tahun 2005 tentang Tugas Pokok dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup. Dalam peraturan tersebut pengelolaan lingkungan hidup secara operasional menjadi tanggung jawab Bidang Lingkungan Hidup dibantu oleh 2 (dua) seksi yaitu Seksi Pemantauan, Pencegahan dan Pemulihan Lingkungan, dan Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan (lihat Gambar 7.1).

Kepala Dinas

201

Kel. Jabatan Fungsional Bagian Tata Usaha

Subbag Umum

Subbag Keuangan

Bidang Perkebunan Bidang Kehutanan Bidang Lingkungan Hidup

Seksi Pemantauan, Pencegahan

dan Pemulihan

Seksi Produksi dan Perlindungan

Produksi

Seksi Usaha Tani

Seksi Perlindungan

dan Peredaran Hasil Hutan

Seksi Rehabilitasi Lahan dan Konservasi

Tanah

Seksi Pengendalian

Dampak Lingkungan

Gambar 7.1. Struktur Organisasi Dinas Perkebunan, Kehutanan & Lingkungan Hidup

Page 166: buku7

202

Sebelum tahun 2005 fungsi pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Jeneponto berada pada Dinas Pariwisata dan Lingkungan Hidup.

b. Tugas Pokok

Berdasarkan Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 13 Tahun 2005 tentang Tugas Pokok dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup, tugas pokok Bidang Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data adalah sebagai berikut:

1) Inventarisasi pencemaran dan kerusakan lingkungan;

2) Inventarisasi dan pencatatan terhadap jenis kegiatan yang wajib dilengkapi dengan pemantauan, pencegahan dan pemulihan lingkungan, dan

3) Melaksanakan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap kegiatan pemrakarsa usaha masyarakat dan kegiatan usaha lainnya.

c. SDM dan Sarana Penunjang Bidang Lingkungan Hidup mempunyai staf sebanyak 10 orang (termasuk

3 orang pejabat struktural). Karena Bidang Lingkungan Hidup ini merupakan gabungan dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan, maka sebagian besar staf mempunyai latar belakang pendidikan atau keahlian di bidang kehutanan dan pertanian.

Untuk sarana penunjang pengelolaan data, Bidang Lingkungan Hidup belum mempunyai komputer dan printer. Selama ini mereka menggunakan sarana yang ada di Bagian Tata Usaha.

d. Hasil Survei 1) Wawancara

Dalam wawancara dengan Kepala Bidang Lingkungan Hidup didapatkan fakta-fakta sebagai berikut: (a) Belum pernah dilakukan survei rutin yang berkaitan dengan pengelolaan

lingkungan hidup sehingga formulir relatif tidak terisi,

Page 167: buku7

203

(b) Survei yang tidak rutin pernah dilakukan dalam rangka pengkajian dokumen Amdal yang diajukan oleh pemrakarsa proyek,

(c) Dilakukan pencatatan terhadap dokumen Amdal yang telah selesai diproses atau telah disetujui, yang dikirim oleh pemrakarsa proyek,

(d) Tidak ada satu pun data yang merupakan indikator MDGs untuk sektor lingkungan yang dikumpulkan oleh Bidang Lingkungan Hidup,

(e) Dengan adanya dana alokasi khusus (DAK) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), maka mulai tahun 2007 Bidang Lingkungan Hidup akan mulai melakukan pemantauan kualitas air dan menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah. Data akan disampaikan kepada KNLH paling lambat pada bulan Januari 2008, dan

(f) Pengelolaan data dilakukan oleh masing-masing bidang dan tidak ada staf yang khusus mengelola data.

2) Tinjauan Buku Daerah Dalam Angka (DDA) Berdasarkan buku Kabupaten Jeneponto Dalam Angka Tahun 2005

yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Jeneponto, terdapat beberapa data yang dapat digunakan sebagai proxy dari indikator MDGs khususnya untuk emisi CO2: (a) Jumlah listrik PLN yang terjual, dan (b) Luas sawah yang diairi oleh irigasi teknis.

7.6.2 Hasil Diskusi dan Laporan Daerah Diskusi dilakukan dengan melibatkan Bapedal provinsi dan

kabupaten/kota yang hasilnya kemudian dituangkan dalam laporan daerah. Bapedal daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terlibat adalah a. Bapedal Provinsi Sulawesi Selatan, b. Bapedal Provinsi Sulawesi Barat, c. Bapedal Kabupaten Bone, d. Dinas Tata Ruang, Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Takalar, dan e. Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup Kabupaten

Bantaeng.

Page 168: buku7

204

Dari diskusi dan laporan daerah tersebut terungkap hal-hal sebagai berikut: 1) Metoda penghitungan emisi CO2 dari berbagai sumber merupakan suatu

hal yang baru diketahui, 2) Data pendukung untuk penghitungan indikator MDGs masih sangat

kurang, 3) Adanya keterbatasan SDM (jumlah dan kualitas) dan anggaran untuk

pengumpulan dan pengolahan data terutama di kabupaten/kota, 4) Kurangnya koordinasi antar-instansi yang terkait dengan pengelolaan

lingkungan hidup, 5) Tidak adanya pedoman pengumpulan dan pengolahan data terutama

yang terkait dengan indikator pencapaian tujuan MDGs sektor lingkungan,

6) Daerah Dalam Angka (DDA) meskipun tidak lengkap merupakan sarana untuk mendapatkan data sektor yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup,

7) Laporan status lingkungan hidup daerah dapat dijadikan sarana untuk pengumpulan data yang terkait dengan indikator MDGs,

8) Minimnya sarana dan prasarana pengolahan data, dan 9) “Terputusnya” alur data dan informasi dari kabupaten/kota ke provinsi.

7.6.3 Usulan Alur Data Pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan terputusnya sistem

pelaporan berjenjang terutama dari kabupaten/kota ke provinsi. Di lain pihak provinsi berkeberatan jika untuk mendapatkan data lingkungan dari kabupaten/kota harus melalui BPS provinsi yang bersumber dari BPS kabupaten/kota. Pihak provinsi beralasan bahwa data yang ada di BPS provinsi pada umumnya terlambat setahun.

Diskusi kelompok akhirnya memutuskan bahwa institusi lingkungan di kabupaten/kota selain kepada BPS di kabupaten/kota bersangkutan juga akan menyampaikan laporan ke Bapedal provinsi. Selain itu karena data untuk indikator MDGs sebagian besar berada di sektor terkait, maka perlu dibentuk tim data MDGs sektor lingkungan di tingkat kabupaten/kota melalui

Page 169: buku7

keputusan kepala daerah (bupati/walikota). Alur data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.2 di bawah ini.

205 Gambar 7.2. Alur Data MDGs Sektor Lingkungan Hidup

Page 170: buku7

206

7.7 Kesimpulan

Dari pembahasan indikator, kunjungan lapangan, diskusi, dan laporan daerah, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Sektor lingkungan hidup di daerah belum pernah melakukan pendataan atau mengukur parameter yang berkaitan dengan indikator MDGs.

b. Institusi pengelola lingkungan hidup di kabupaten/kota rentan terhadap perubahan organisasi sehingga data sering hilang.

c. Saat ini hanya sebagian kecil saja data indikator dari sektor yang terkait dengan lingkungan hidup yang dapat dikumpulkan per kabupaten/kota atau kecamatan.

d. Pencapaian setiap indikator MDGs terutama untuk tujuan “memastikan keberlanjutan lingkungan hidup”, memerlukan kerja sama antara sektor-sektor yang terkait terutama dalam proses pengumpulan data.

e. Ketersediaan SDM dan Sarana pengumpulan dan pengolahan data di tingkat provinsi jauh lebih baik dibandingkan dengan tingkat kabupaten/kota.

7.8 Rekomendasi

Untuk mengatasi berbagai kendala dan hambatan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan indikator MGGs sektor lingkungan hidup, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

a. Membentuk tim data MDGs di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. b. Pembuatan pedoman pengumpulan dan pengolahan data. c. Pembuatan basis data lingkungan. d. Pelatihan pengumpulan dan pengolahan data. e. Penyediaan sarana dan anggaran untuk pengumpulan dan pengolahan

data. f. Pemanfaatan teknologi informasi (internet dan email) sebagai sarana

pertukaran data antar-sektor. g. Membentuk satuan tugas fungsional pengelola data.

Page 171: buku7

207

h. Membentuk atau mengaktifkan kembali lembaga pengelola data seperti Kantor Pengelola Data Elektronik (KPDE) yang bertugas untuk mengumpulkan dan menyimpan data yang dihasilkan oleh seluruh sektor/dinas di kabupaten/kota dan provinsi. Alternatif lain adalah memanfaatkan BPS kabupaten/kota sebagai gudang data pengelolaan lingkungan hidup.

i. Mewajibkan untuk mengumpulkan data sektoral di lembaga pengelola data elektronik atau di BPS di kabupaten/kota.

j. Terkait dengan standarisasi tata guna lahan (land use) untuk kepentingan penghitungan emisi CO2, perlu diadakan pertemuan koordinasi antara Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Badan Pertanahan Nasional, Bakosurtanal, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pertanian.

7.9 Daftar Pustaka

a. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

c. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.

Page 172: buku7

208

Lampiran 7.1 SURVEI INDUSTRI

Nama Industri/Perusahaan : ………………………………………………………… Alamat : …………………………………………….… …………………………………………….… Jenis Industri : ………………………………………………………… Nama dan Jumlah Produk :

No. Nama Produk Jumlah Produk per Tahun Satuan/Unit % Ekspor

1. 2. 3. dst

Pemakaian Bahan Baku :

No. Nama Bahan Baku Wujud Bahan Baku

Jumlah Bahan Baku per Tahun

Satuan/ Unit % Impor

1. 2. 3. dst Penggunaan Energi

a. Listrik (PLN): Ya/Tidak b. Pembangkit Sendiri (Generator): Ya/Tidak

Penggunaan BBM jika menggunakan generator listrik sendiri:

No. Jenis BBM Jumlah Pemakaian Satuan/Unit 1. Bensin 2. Solar 3. Minyak Tanah 4. Minyak Diesel 5. Lain-lain Penggunaan energi lain selain listrik dalam proses produksi:

Ada/Tidak Ada Jika ada:

No. Jenis Bahan Bakar Jumlah Pemakaian Satuan/Unit 1. Batubara 2. Kayu/Biomassa 3. Arang 4. Lain-lain

Page 173: buku7

209

Lampiran 7.2

SURVEI RUMAH TANGGA

Nama Responden: ………………………………………………... Alamat : ………………………………………………… Penggunaan energi untuk memasak

No. Jenis Energi Jumlah Pemakaian Unit/Satuan

1. Minyak Tanah Liter per bulan 2. LPG Kg per bulan 3. Gas (PGN) 4. Briket batubara Kg per bulan 5. Kayu bakar Kg per bulan 6. Lainnya --- per bulan

Penggunaan Cold Storage (Kulkas): Ada/Tidak Ada

Jika ada:

Pembelian No. Merk Type

Tahun Kondisi

1. Baru/Bekas

2. Baru/Bekas

Penggunaan pendingin ruangan (AC): Ada/Tidak Ada) Jika ada:

Pembelian No. Merk Type

Tahun Kondisi

1. Baru/Bekas 2. Baru/Bekas 3. Baru/Bekas

Page 174: buku7

VIII. Sistem Alur Data Dasar Terkait Sektor MDGs ((GGeemmaa PPuurrwwaannaa,, SS..EE..,, MM..SSii,, IIrr.. IIssrraa NNaattaalliissaa GGiinnttiinngg))

8.1 Pendahuluan

Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan lembaga pemerintah non- departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sesuai dengan Undang-undang Statistik Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, BPS mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kegiatan statistik dalam rangka menyediakan data statistik yang lengkap, akurat, dan mutakhir. Secara khusus, diamanatkan dalam undang-undang itu bahwa BPS mempunyai tugas menyelenggarakan statistik dasar, yaitu statistik yang memiliki ciri-ciri lintas-sektor, berskala nasional, dan makro. Pemanfaatan statistik dasar ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun masyarakat luas.

Agar dapat menyajikan data statistik dasar, BPS melakukan pengumpulan data secara terus-menerus atau berkala dengan periode pelaksanaan yang terencana. Data yang telah dikumpulkan, baik data yang masih berupa dokumen maupun data yang sudah merupakan hasil pengolahan, mengalir dari daerah ke BPS melalui suatu sistem alur data yang telah dibangun. Selama ini arus data ini berlangsung relatif baik, didukung oleh struktur organisasi BPS yang sebagai instansi vertikal memiliki perwakilan di daerah, yaitu BPS provinsi dan BPS kabupaten/kota.

Tulisan ini menguraikan alur data dasar di BPS yang dilakukan dengan pertolongan dua buah contoh. Contoh pertama adalah alur data Sensus Penduduk 2000 (SP2000) yang merupakan contoh alur dari data yang dikumpulkan melalui sensus yang ruang lingkupnya seluruh Indonesia dan periodenya sepuluh tahun sekali. Data SP 2000 dapat dikatakan besar tetapi waktu yang tersedia untuk pengolahan cukup singkat. Data demografi hasil SP2000 digunakan sebagai sumber data untuk evaluasi MDGs. Indikator yang digunakan untuk evaluasi MDGs adalah angka kemiskinan, angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (Akaba) dan angka kematian ibu (AKI) (Surbakti, 2007).

211

Page 175: buku7

Contoh kedua adalah alur data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006 (Susenas 2006), yang merupakan contoh survei tahunan. Meskipun hanya survei, Susenas mencakup seluruh Indonesia namun waktu pengolahannya termasuk singkat. Susenas adalah survei rumah tangga mengenai berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk, terutama yang erat kaitannya dengan pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Sejak tahun 2002, data Susenas digunakan untuk analisis gender, dan penghitungan indikator MDGs di tingkat kabupaten/kota. Indikator-indikator untuk evaluasi MDGs yang disusun dari data modul konsumsi Susenas antara lain: a. Proporsi penduduk yang hidup di bawah US $1 per hari untuk tingkat

nasional dan propinsi, b. Kontribusi kuantil pertama penduduk yang berpendapatan terendah

terhadap konsumsi nasional dan propinsi, c. Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan propinsi dan

nasional, d. Kesenjangan kemiskinan untuk tingkat propinsi dan nasional, e. Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum

(2100 kkal/kapita/hari) untuk tingkat propinsi dan nasional, f. Proporsi penduduk yang mengkonsumsi kurang dari 55 gram protein

untuk tingkat propinsi dan nasional, dan g. Proporsi pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran untuk tingkat

propinsi dan nasional (Aryago, 2007).

Untuk melengkapi uraian mengenai alur data serta memberikan gambaran mengenai unit-unit kerja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan alur data, akan digambarkan terlebih dahulu struktur organisasi di BPS serta jajarannya di daerah, terutama struktur organisasi yang berkaitan dengan pengolahan data. Pada bagan organisasi, unit kerja yang terkait dengan pengolahan data akan diberi arsir.

8.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi BPS didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan

212

Page 176: buku7

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Bagan struktur organisasi BPS dapat dilihat pada Gambar 8.1.

BPS dipimpin oleh seorang Kepala serta dibantu oleh seorang Sekretaris Utama dan empat orang deputi. Sekretaris Utama, yang mempunyai tugas di bidang administratif, membawahkan empat biro sedangkan masing-masing deputi, yang mempunyai tugas di bidang teknis, membawahkan beberapa direktorat.

Di samping itu terdapat tiga unit setingkat eselon dua yang bertanggung jawab langsung kepada kepala yaitu Inspektorat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan BPS, Pusat Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang komputer, bidang statistik, serta pendidikan dan pelatihan fungsional dan kepemimpinan. Struktur organisasi STIS berlandaskan Keputusan Presiden Nomor 163 Tahun 1998. STIS adalah suatu perguruan tinggi kedinasan di lingkungan BPS dan dipimpin oleh seorang Ketua.

Gambar 8.1. Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik

213

Page 177: buku7

BPS mempunyai kantor perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan instansi vertikal yang disebut BPS provinsi dan BPS kabupaten/kota. Jumlah BPS provinsi sebanyak 33 dan BPS kabupaten/kota sebanyak 457.

Unit kerja di BPS yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang metodologi dan informasi statistik, termasuk bidang pengolahan data dan penyajian data adalah Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik (MIS). Deputi Bidang MIS membawahkan 3 (tiga) direktorat yaitu Direktorat Metodologi Statistik, Direktorat Diseminasi Statistik dan Direktorat Sistem Informasi Statistik.

Setiap direktorat di bawah Deputi Bidang MIS masing-masing membawahkan 4 (empat) sub-direktorat. Sub-direktorat di lingkungan Direktorat Metodologi Statistik terdiri dari Desain Statistik, Klasifikasi dan Pembakuan Statistik, Kerangka Contoh Induk dan Pemetaan Statistik. Sub-direktorat di lingkungan Direktorat Diseminasi Statistik terdiri dari Rujukan Statistik, Publikasi Statistik, Layanan Statistik serta Dokumentasi dan Perpustakaan Statistik. Sub-direktorat di lingkungan Direktorat Sistem Informasi Statistik terdiri dari Integrasi Pengolahan, Jaringan Komunikasi Data, Pengembangan Basis Data dan Pengelolaan Teknologi Informasi. Struktur organisasi dalam lingkungan Deputi Bidang MIS ditunjukkan pada Gambar 8.2.

Gambar 8.2. Struktur Organisasi Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik

214

Page 178: buku7

Seluruh unit kerja di lingkungan Deputi Bidang MIS mempunyai hubungan kerja dengan BPS provinsi melalui Bidang Integrasi Pengolahan Data dan Diseminasi Statistik (IPDS). Hubungan kerja yang dimaksud di sini adalah dalam bidang metodologi statistik, diseminasi statistik, serta sistem informasi statistik.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, BPS mempunyai kantor perwakilan di setiap propinsi. Gambar 8.3 menyajikan bagan struktur organisasi BPS provinsi. BPS provinsi dipimpin oleh seorang kepala BPS provinsi yang masing-masing membawahkan 1 bagian dan 5 bidang yaitu Bagian Tata Usaha, Bidang Statistik Sosial, Statistik Produksi, Statistik Distribusi, Neraca Wilayah dan Analisis serta Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. BPS provinsi juga membawahkan seluruh BPS kabupaten/kota di lingkungan provinsi bersangkutan.

Gambar 8.3. Struktur Organisasi BPS Provinsi

BPS tingkat kabupaten/kota juga mempunyai unit kerja yang sama dengan BPS provinsi. BPS kabupaten/kota dipimpin oleh seorang kepala BPS kabupaten/kota yang masing-masing membawahkan 1 sub-bagian dan 5 seksi yaitu Sub-bagian Tata Usaha, Seksi Statistik Sosial, Statistik Produksi, Statistik Distribusi, Neraca Wilayah dan Analisis serta Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.

215

Page 179: buku7

Di tingkat kecamatan terdapat aparat BPS yang disebut dengan koordinator statistik kecamatan (KSK)/mantri statistik, yang bertanggung jawab kepada kepala BPS kabupaten/kota dan bertugas sebagai pengumpul data statistik yang secara langsung berhubungan dengan responden. Struktur organisasi BPS kabupaten/kota ditunjukkan pada Gambar 8.4 berikut ini.

Gambar 8.4. Struktur Organisasi BPS Kabupaten/Kota

Selanjutnya, seperti halnya dengan setiap direktorat di bawah Deputi

Bidang MIS yang mempunyai hubungan kerja dengan bidang IPDS, bidang IPDS di BPS provinsi juga mempunyai hubungan kerja dengan BPS kabupaten/kota melalui Seksi Integrasi Pengolahan Data dan Diseminasi Statistik (IPDS). Sesuai dengan lingkup tugasnya yang hanya meliputi satu wilayah, maka Bidang IPDS pada masing-masing BPS provinsi dan Seksi IPDS pada masing-masing BPS kabupaten/kota melakukan kegiatan BPS dalam lingkungan Deputi MIS. Pada Gambar 8.3 dan Gambar 8.4, unit-unit kerja tersebut juga diberi warna (arsir).

216

Page 180: buku7

8.3 Pengumpulan Data

8.3.1 Cara Pengumpulan Data Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan, BPS melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang kegiatan statistik sesuai dengan UU No 16 Tahun 1997. Salah satu kegiatan statistik adalah pengumpulan data. Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, jenis statistik terdiri dari: • Statistik dasar, • Statistik sektoral, dan • Statistik khusus.

Pada dasarnya ketiga jenis statistik di atas terbuka pemanfaatannya untuk umum, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Statistik diselenggarakan melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan cara seperti berikut: • Sensus

Sensus diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sepuluh tahun oleh BPS, meliputi sensus penduduk, sensus pertanian dan sensus ekonomi.

• Survei Survei diselenggarakan secara berkala dan sewaktu-waktu untuk memperoleh data yang rinci. Survei antar-sensus dilakukan pada pertengahan dua sensus sejenis untuk menjembatani dua sensus tersebut.

• Kompilasi Data Kompilasi produk administrasi dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai dokumen produk administrasi. Hasil kompilasi produk administrasi milik instansi pemerintah terbuka pemanfaatannya untuk umum, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil kompilasi produk administrasi milik lembaga, organisasi perorangan dan atau unsur masyarakat lainnya juga terbuka pemanfaatannya untuk umum dengan tetap memperhatikan hak perorangan atau lembaga yang dilindungi undang-undang.

• Cara lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

217

Page 181: buku7

8.3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan pada kegiatan pengumpulan data di atas adalah: • Data statistik sosial, mencakup antara lain data tentang penduduk,

demografi, ketenagakerjaan, kemiskinan, kesejahteraan rakyat, kesehatan dan gizi, pendidikan, sosial budaya, tenaga kerja.

• Data statistik ekonomi, antara lain mencakup data mengenai pertanian, industri, pertambangan, energi dan konstruksi, perdagangan, transportasi, jasa, pariwisata, harga dan keuangan.

8.3.3 Persiapan dan Implementasi

Berbagai persiapan dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengumpulan data. Rincian kegiatan yang dilakukan dalam rangka persiapan adalah:

• Penentuan Metodologi • Penyusunan Kuesioner • Pengambilan Sampel • Pembuatan Buku Pedoman Pelaksanaan • Pelaksanaan Uji Coba

Hasil persiapan tersebut di atas kemudian diikuti oleh serangkaian kegiatan yang intinya adalah pelaksanaan sebenarnya di lapangan. Rincian implementasi kegiatan adalah sebagai berikut:

• Pembuatan Buku Pedoman Pelaksanaan • Pelatihan Instruktur dan Petugas • Pelaksanaan lapangan • Pemantauan Pelaksanaan Lapangan • Penyediaan Posko yang berfungsi untuk membantu memecahkan

permasalahan lapangan

•• Evaluasi Hasil Pelaksanaan Lapangan

218

Page 182: buku7

8.4 Pengolahan Data

Rangkaian kegiatan selanjutnya setelah pengumpulan data adalah pengolahan data. Proses pengolahan data memegang peranan yang sangat penting karena sangat tergantung pada sarana dan prasarana yang tersedia pada masing-masing pusat pengolahan data. Selain itu juga jadwal pengumuman hasil pelaksanaan lapangan baik sensus maupun survei harus ditepati. Hal ini menyebabkan proses pengolahan data sering terpaksa dilakukan selama 24 jam untuk mencapai target penyelesaian. Oleh karena itu, pembentukan pusat pengolahan data harus dilakukan secara cermat. Sarana dan prasarana yang harus diperhitungkan antara lain ketersediaan sumber daya manusia, perangkat komputer dan perlengkapannya, daya listrik, ruangan, pendingin ruangan. 8.4.1 Persiapan

Pada prinsipnya rincian kegiatan persiapan pengolahan data adalah sama untuk jenis kegiatan pengumpulan data yang berbeda. Secara garis besar kegiatan persiapan meliputi:

• Pembentukan pusat pengolahan data

• Penyusunan Sistem Pengolahan Data

• Penyusunan Aturan Validasi

• Pembuatan Program Pengolahan Data

• Pembuatan Buku Pedoman Pengolahan Data

− Pedoman Sistem Pengolahan Data

− Pedoman Editing dan Coding

− Pedoman Operasional Program

8.4.2 Implementasi

Dari berbagai kegiatan persiapan pengolahan data kemudian dilakukan kegiatan lanjutan yaitu pelaksanaan sesungguhnya. Rangkaian kegiatan implementasi adalah sebagai berikut:

219

Page 183: buku7

• Pembuatan Buku Pedoman Pengolahan Data • Pelatihan Pengolahan Data • Pelaksanaan pengolahan data • Pemantauan Pelaksanaan Pengolahan Data • Penyediaan posko yang berfungsi untuk membantu memecahkan

permasalahan pengolahan data • Evaluasi Hasil Pengolahan Data 8.4.3 Penjelasan Sistem Pengolahan Data

Secara umum penyusunan sistem pengolahan dilakukan oleh Direktorat Sistem Informasi Statistik (Direktorat SIS). Seperti telah dijelaskan terdahulu, kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan berbagai macam cara. Untuk jenis data yang berbeda sistem pengolahan data juga bisa berbeda sesuai dengan hasil yang ingin disajikan nantinya.

Dalam penyusunan sistem pengolahan data harus diperhatikan cara pengumpulan datanya serta waktu yang dibutuhkan mulai dari persiapan sampai dengan penyajian datanya. Rangkaian materi yang harus disusun dalam sistem pengolahan data umumnya tergantung dari hal-hal berikut:

- Dokumen yang Diolah

- Pusat Pengolahan (Pusat, Daerah, Pusat dan Daerah)

- Perangkat Keras (Komputer, Scanner, Printer)

- Perangkat Lunak (Pembuat: Direktorat SIS, Unit Subject Matter)

- Organisasi Pengolahan (Penanggung Jawab)

- Sistem Komputer (Stand-alone, Jaringan)

- Tahap Pengolahan

- Manajemen File

- Jumlah Komputer dan Petugas

- Cara Pengiriman File

- Jadwal

220

Page 184: buku7

8.5 Sistem Alur Data

Secara garis besar sistem alur data terdiri dari dua unit yaitu Direktorat SIS sebagai pembuat sistem dan program seperti ditunjukkan Gambar 8.5 dan Direktorat SIS sebagai nara sumber sistem dan program seperti ditunjukkan Gambar 8.6.

DIT. SM DIT. SIS BIDANG SMBIDANG IPDS SEKSI SM SEKSI IPDS

BPS BPS KAB/KOTABPS PROPINSI

PembuatSistem & Program

Nara Sumber Materi

Program

Layak implementasi

Clean Data

Central Repository Pengolahan

Lanjutan

Back-upClean Data

Nara Sumber Materi

Proses Pengolahan

Clean Data

Clean Data

ProsesPengolahan

Nara Sumber Materi

Gambar 8.5. Bagan Sistem Alur Data

(Direktorat SIS pembuat sistem dan program)

Bagan pada Gambar 8.5 menggambarkan sistem alur data antara BPS, BPS provinsi dan BPS kabupaten/kota. Bagan tersebut menjelaskan bahwa BPS, dalam hal ini Direktorat SIS adalah pembuat sistem dan program sedangkan direktorat di lingkungan subject matter sebagai nara sumber materi. Subject matter yang dimaksud di sini adalah direktorat-direktorat di lingkungan Deputi Bidang Statistik Sosial, Deputi Bidang Statistik Ekonomi, dan Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik.

Setelah program dinyatakan layak untuk diimplementasikan oleh Direktorat SIS dan subject matter maka file program dikirim ke masing-masing BPS provinsi yang akan meneruskannya ke masing-masing BPS kabupaten/kota dan mengolah data di lingkungan provinsi bersangkutan. Seperti halnya dengan pembagian tugas di BPS, maka bidang subject matter di BPS provinsi dan seksi subject matter di BPS kabupaten/kota

221

Page 185: buku7

ditunjuk sebagai nara sumber materi. Sebagai penanggungjawab proses pengolahan adalah Seksi IPDS di BPS kabupaten/kota dan Bidang IPDS di BPS provinsi. Selanjutnya hasil pengolahan berupa clean data dibuat salinannya, satu copy disimpan di BPS kabupaten/kota dan satu copy lainnya dikirim ke BPS provinsi. Bidang IPDS di BPS provinsi menggabung seluruh data dari BPS kabupaten/kota dan membuat salinannya, satu copy disimpan di BPS provinsi dan satu copy lainnya dikirim ke BPS. Direkorat SIS di BPS melakukan penggabungan clean data dari seluruh BPS provinsi dan dibuat salinannya (back-up clean data) untuk disimpan dalam central repository. Untuk selanjutnya data dapat digunakan untuk pengolahan data lanjutan.

Khusus untuk kegiatan sensus, seluruh sistem pengolahan data dilakukan oleh unit kerja di lingkungan Deputi MIS, dalam hal ini Direktorat Sistem Informasi Statistik (Dit. SIS).

Untuk kegiatan lainnya di luar sensus, pada umumnya unit kerja di lingkungan subject matter menyusun sendiri sistem pengolahan datanya sedangkan Direktorat SIS sebagai nara sumber sistem dan program. Sistem alur data seperti digambarkan pada bagan Gambar 8.6 berikut ini.

Bagan pada Gambar 8.6 menjelaskan Direktorat SIS sebagai nara sumber sistem dan program sedangkan subject matter sebagai pembuat sistem dan program. Subject matter melakukan uji coba program di BPS, setelah dinyatakan layak untuk diimplementasikan kemudian file program dikirim ke BPS provinsi dan selanjutnya masing-masing BPS provinsi mendistribusikan file tersebut ke seluruh BPS kabupaten/kota di lingkungan provinsi bersangkutan. Pembagian tugas antar-unit kerja di daerah dilakukan juga seperti di BPS. Proses pengolahan data dilakukan oleh bidang subject matter di BPS provinsi dan seksi subject matter di BPS kabupaten/kota. Bidang IPDS di BPS provinsi dan Seksi IPDS di BPS kabupaten/kota bertugas sebagai nara sumber sistem dan program. Setelah proses pengolahan data selesai dilakukan maka hasil berupa clean data dibuat salinannya, satu copy disimpan di BPS kabupaten/kota dan satu copy lainnya dikirim ke BPS provinsi. Selanjutnya BPS provinsi menghimpun

222

Page 186: buku7

semua clean data dari seluruh BPS kabupaten/kota untuk dibuat salinannya. Satu copy disimpan di BPS provinsi dan satu copy lainnya dikirim ke BPS.

Nara Sumber Sistem & Program

Pembuat Sistem & Program

Program

Layak Implementasi

DIT. SM DIT. SIS

Central Repository

Nara Sumber Pengolahan

Lanjutan Pengolahan

Lanjutan

Clean Data

Nara SumberSistem & Program

BID. SM BID. IPDS

ProsesPengolahan

Clean Data

Nara Sumber Sistem & Program

SEKSI SM SEKSI IPDS

Proses Pengolahan

Clean Data

BPS BPS PROPINSI BPS KAB/KOTA

Gambar 8.6. Bagan Sistem Alur Data (Direktorat SIS Nara Sumber Sistem dan Program)

Direktorat subject matter di BPS melakukan penggabungan clean data

seluruh BPS provinsi dan membuat salinannya. Satu copy disimpan di direktorat subject matter dan satu copy lainnya dikirim ke Direktorat SIS untuk disimpan di central repository. Selanjutnya direktorat subject matter melakukan pengolahan data lanjutan. Pada tahap ini peran Direktorat SIS masih ada yaitu sebagai nara sumber pengolahan lanjutan.

8.6 Contoh Sistem Alur Data

Berikut ini disajikan 2 (dua) contoh sistem alur data BPS dari dua jenis kegiatan pengumpulan data yang rutin dilakukan. Kegiatan tersebut adalah

223

Page 187: buku7

Sensus Penduduk 2000 (SP2000) dan Survei Sosial Ekonomi 2006 (Susenas 2006). 8.6.1 Sensus Penduduk 2000 (SP2000)

aa.. Latar belakang

Data kependudukan yang dapat disajikan hingga wilayah administrasi terkecil, sangat berguna bagi perencanaan pembangunan. Karena registrasi penduduk di Indonesia belum dapat menghasilkan data kependudukan sebagaimana yang diharapkan, maka sensus penduduk menjadi satu-satunya sumber data kependudukan yang diharapkan mampu memberikan gambaran keadaan penduduk Indonesia.

Sejak Indonesia merdeka sensus penduduk telah dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan 2000. Bersamaan dengan SP2000 dilakukan juga pengumpulan data tentang perumahan. Kegiatan pengumpulan data perumahan melalui pendaftaran bangunan dan rumah tangga dimaksud disebut sebagai Sensus Perumahan.

bb.. Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan pada sensus penduduk adalah data umur, status perkawinan, pendidikan, keterangan migrasi, agama, suku bangsa/kewarganegaraan, ketenagakerjaan dan fertilitas. Jenis data yang dikumpulkan pada Sensus Perumahan meliputi data tentang jenis bangunan, jenis rumah (lengkap atau tidak lengkap), status penghunian (dihuni atau tidak dihuni), dan status kepemilikan.

c. Jenis dan Jumlah Dokumen Dokumen yang digunakan pada SP2000 ada tiga jenis yang

kegunaannya dan jumlah masing-masing adalah sebagai berikut: 1) Daftar SP2000-L1Untuk mendaftar bangunan dan rumah tangga dalam

blok sensus • Satu set Daftar SP2000-L1 digunakan untuk satu blok sensus • Jumlah dokumen sekitar 660.000 • Untuk mendapatkan angka sementara

224

Page 188: buku7

2) Daftar SP2000-L2

• Untuk mencacah penduduk yang bertempat tinggal tetap • Satu set Daftar SP2000-L2 digunakan untuk mencacah satu rumah

tangga • Daftar ini dirancang untuk diolah dengan scanner • Jumlah dokumen sekitar 55 juta

3) Daftar SP2000-L3

• Untuk mencacah penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap seperti tuna wisma, pengungsi, awak-kapal berbendera Indonesia, masyarakat terasing, penghuni perahu/rumah apung

• Satu set Daftar SP2000-L3 digunakan untuk mencacah satu lokasi penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap

• Jumlah dokumen sekitar 200.000

Dalam rangka kegiatan SP2000 dilakukan juga kegiatan pendataan potensi desa (Podes) untuk mengumpulkan keterangan tentang perangkat, fasilitas dan potensi sosial ekonomi desa/kelurahan. Setiap kepala desa dan lurah didatangi petugas lapangan untuk mengisi keterangan tersebut di atas. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir tahun sebelum pelaksanaan pencacahan penduduk. d. Pengolahan Data

Sistem pengolahan data disusun oleh Biro SIS dan Biro Statistik Demografi dan Ketenagakerjaan (SDK) sebagai nara sumber materi. Nama unit kerja ini adalah keadaan pada tahun 2000 dan saat ini sudah berubah dari Biro SIS menjadi Direktorat SIS dan Biro Statistik Demografi menjadi Direktorat Statistik Kependudukan. Bagan sistem alur data pada SP2000 seperti ditunjukkan pada Bagan Sistem Alur Data Gambar 8.5.

Dokumen yang digunakan pada SP2000 terdiri dari 2 jenis yaitu dokumen yang direkam dengan data entry dan dokumen yang direkam dengan scanner. Dengan demikian ada keharusan bagi pusat pengolahan untuk menyelesaikan tugas perekaman tepat waktu. Pusat pengolahan

225

Page 189: buku7

adalah BPS kabupaten/kota, BPS provinsi dan BPS pusat. Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pusat pengolahan. 1) BPS Kabupaten/Kota

• Seluruh BPS kabupaten/kota mengolah Daftar SP2000-L1 dan Daftar SP2000-L3 dan dokumen Podes

• 9 BPS kabupaten di Jawa mengolah Daftar SP2000-L2 • Hasil pengolahan dikirim ke BPS provinsi

2) BPS Provinsi • Seluruh BPS provinsi mengolah Daftar SP2000-L2 • Hasil pengolahan dikirim ke BPS pusat

3) BPS • Mengolah sebagian Daftar SP2000-L2 • Menggabung dan mengkonsolidasikan data dari daerah • Mengolah angka sementara dan angka tetap

Dengan banyaknya pusat pengolahan yang tersebar di seluruh Indonesia maka perlu disusun organisasi pengolahan supaya sistem alur data dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Perekaman dokumen SP2000-L1 dan SP2000-L3 dilakukan dengan data entry oleh seluruh BPS kabupaten/kota. Sistem dan program dibuat oleh Biro SIS dan nara sumber materi adalah Biro Statistik Demografi. Setelah program dinyatakan layak untuk diimplementasikan maka file program dikirim ke masing-masing BPS provinsi untuk diteruskan ke masing-masing BPS kabupaten/kota di lingkungan provinsi bersangkutan. Unit kerja yang melakukan kegiatan penerimaan dokumen, batching, editing dan data entry dan tabulasi di BPS kabupaten/kota adalah Subbagian Tata Usaha, Seksi Kependudukan dan Seksi Pengolahan, Penyajian dan Publikasi Statistik (P3S). Perlu diketahui bahwa pada tahun 2000, ada beberapa nama unit kerja yang berbeda dengan saat ini. Seksi Kependudukan sekarang menjadi Seksi Statistik Sosial dan Seksi P3S menjadi Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS).

226

Page 190: buku7

Setelah dilakukan proses pengolahan data selanjutnya hasil pengolahan berupa clean data dibuat salinannya, satu copy disimpan di BPS kabupaten/kota dan satu copy lainnya dikirim ke BPS provinsi. Bidang IPDS di BPS provinsi menggabung seluruh data dari BPS kabupaten/kota dan membuat salinannya, satu copy disimpan di BPS provinsi dan satu copy lainnya dikirim ke BPS. Biro SIS di BPS melakukan penggabungan clean data dari seluruh BPS provinsi dan dibuat salinannya (back-up clean data) untuk disimpan dalam central repository. Tahapan kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengolahan angka sementara dan angka tetap SP2000.

Perekaman dokumen SP2000-KBL2 dan SP2000-L2 melalui scanner pada masing-masing pusat pengolahan dikoordinir oleh Bidang P3S. Proses perekaman data dengan scanner dilakukan di Pusat dan setiap BPS provinsi serta 9 (sembilan) BPS kabupaten terpilih. Hal ini dilakukan supaya proses pengolahan data dapat selesai tepat pada waktunya. Pemilihan kabupaten sebagai pusat pengolahan berdasarkan jumlah dokumen yang diolah, kemampuan sumber daya manusia, serta dukungan infrastruktur seperti perangkat keras, listrik, dan ruangan.

Dokumen yang digunakan untuk proses ini dibuat secara khusus karena scanner hanya dapat membaca zona/area yang telah didefinisikan. Bila tulisan keluar dari zona maka isian tidak dapat dibaca oleh scanner. Oleh karena itu, pencetakan dokumen harus dilakukan dengan sangat cermat dan harus diawasi dengan ketat. Dokumen dikemas dalam kotak-kotak khusus, satu kotak berisi berisi 100 lembar. Selain dokumen, pensil yang digunakan juga harus khusus yaitu jenis 2B.

Tahapan proses perekaman data dengan scanner dilakukan dengan cara: • Scanning adalah proses yang dilakukan scanner untuk membaca Daftar

SP2000-L2 dan SP2000-KBL2 serta mengubah isian kedua daftar tersebut menjadi file komputer (image file)

• Recognize adalah proses mengubah image file yang dihasilkan proses scanning menjadi text file

• Verifikasi adalah proses membaca file hasil scanning dan file hasil recognize serta menayangkan dan membandingkan angka antara hasil scanning dan angka hasil recognize

227

Page 191: buku7

• Validasi adalah proses memeriksa validitas data dan mengubah data yang salah dengan data yang benar. Pemeriksaan validitas data antara lain adalah pemeriksaan kelengkapan dokumen, kelengkapan isian, kebenaran batas nilai dan kebenaran konsistensi antar variabel.

• Gabung file • Proses tabulasi e. Jadwal Kegiatan Sensus Penduduk 2000 adalah sebagai berikut:

Kegiatan Tanggal

Pendaftaran bangunan/rumah tangga dan pencacahan penduduk 1/06/00 - 30/06/00

Pelatihan petugas pengolah 23/05/00 -31/05/00

Pengolahan Awal (tahap 1) SP2000-L1 dan SP2000-L3 7/06/00 - 31/07/00

Pengolahan Rinci (tahap 2) SP2000-L1 1/08/00 - 23/01/01

Pengolahan SP2000-L2 7/06/00 - 21/01/01

Evaluasi hasil pengolahan 21/01/01-15/02/01

8.6.2 Survei Sosial Ekonomi 2006 (Susenas 2006) a. Latar Belakang

Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial-ekonomi yang relatif sangat luas yang terdiri dari Kor dan Modul. Pengumpulan data dari sampel Kor dilakukan setiap tahun dan dari sampel modul yang sama dilaksanakan setiap 3 tahun sekali. Jenis modul tersebut adalah: • Modul konsumsi, pengeluaran dan pendapatan • Modul sosial budaya dan pendidikan • Modul kesehatan dan perumahan

Jumlah sampel Susenas 2006 adalah sebanyak 278.352 rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah geografis Indonesia. Dari sejumlah sampel tersebut sebanyak 68.000 rumah tangga adalah sampel Kor–Modul dan 209.552 rumah tangga adalah sampel Kor.

228

Page 192: buku7

b. Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan menyangkut bidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan, sosial-ekonomi dan kegiatan sosial-budaya lainnya, konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumah tangga, perjalanan serta pendapat tentang kesejahteraan rumah tangganya.

c. Jenis dan Jumlah Dokumen Dokumen yang digunakan pada pelaksanaan Susenas 2006, serta

jumlah dokumen adalah sebagai berikut:

1) Daftar VSEN2006-K • Untuk mencacah data kor rumah tangga • Satu set dokumen digunakan untuk satu rumah tangga • Jumlah dokumen 278.352

2) Daftar VSEN200L-MSBP • Untuk mencacah data modul rumah tangga • Satu set dokumen digunakan untuk satu rumah tangga • Jumlah dokumen 68.800

d. Pengolahan Data Sistem pengolahan data disusun oleh Direktorat Statistik Kesejahteraan

Rakyat (Sub-direktorat Statistik Rumah Tangga) sedangkan Direktorat SIS sebagai nara sumber sistem dan program. Sistem alur data kegiatan Susenas 2006 seperti ditunjukkan pada Bagan Sistem Alur Data Gambar 8.6. Pengaturan pusat pengolahan harus dilakukan dengan seksama supaya hasil perekaman dapat disajikan tepat waktu. BPS kabupaten/kota, BPS provinsi dan BPS pusat merekam jenis dokumen yang berbeda cakupannya dan BPS bertugas mengkompilasi data dari seluruh pusat pengolahan. Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pusat pengolahan: 1) BPS Kabupaten/Kota

• Mengolah VSEN2006-K (sampel Kor) • Hasil pengolahan dikirim ke BPS provinsi

229

Page 193: buku7

2) BPS Provinsi • Mengolah VSEN2006-K (sampel Kor-Modul) • Hasil pengolahan dikirim ke BPS pusat

3) BPS Pusat • Mengolah VSEN2006-MSBP • Menggabung dan mengkonsolidasi data dari daerah • Melakukan tabulasi

e. Jadwal Kegiatan Survei Sosial Ekonomi 2006 adalah sebagai berikut:

Kegiatan Tanggal

Perekaman data Kor di BPS kabupaten/kota dan BPS provinsi 1 – 30 Sept 2006

Pengiriman dokumen ke Daftar VSEN2006.MSBP ke Direktorat Statistik Kesra - BPS 1 – 30 Sept 2006

Pengiriman hasil pengolahan VSEN2006-K ke Direktorat Statistik Kesra - BPS 1 – 31 Okt 2006

Pengolahan Daftar VSEN2006.MSBP di BPS 15 – 30 Nov 2006

Evaluasi dan pembahasan hasil 1 – 31 Des 2006

Publikasi 1 – 31 Jan 2007

8.7 Penutup

Titik awal arus data sensus dan survei BPS adalah hasil wawancara tatap muka antara petugas lapangan BPS (koordinator statistik kecamatan dan mitra statistik atau KSK dan mitra) dengan responden anggota masyarakat. Untuk menghadapi responden yang sikapnya bermacam-macam dalam memberi data--ada yang sepenuhnya sukarela, ada yang

230

Page 194: buku7

enggan, yang mencoba menutup-nutupi, yang sukar ditemui sampai yang menolak--petugas lapangan haruslah memiliki berbagai kualitas, di antaranya, ramah, sabar, simpatik, pandai berbicara, tekun dan pandai mengambil hati. Ia juga harus jujur dan teliti sebab begitu besar godaan untuk mempersingkat wawancara atau bahkan menuliskan data yang dibuat-buat sendiri. Medan yang dihadapi juga tidak selamanya ramah, bisa hutan, sungai, laut, dan sebagainya; jaraknya pun terkadang tidak kecil. Sungguh berat tugas ini, tapi mereka tetap menjalaninya demi data yang tidak menyimpang dan yang baik, yaitu data yang mencerminkan kenyataan sebenarnya.

Selanjutnya, bundel kuesioner yang telah terisi dengan data hasil wawancara harus diantar ke pusat pengolahan data: BPS Pusat, BPS provinsi atau BPS kabupaten/kota dengan kendaraan melalui jalan raya, laut, hutan dan sebagaimya sehingga di jalan rawan hanyut, terjatuh, dirampok, dan terbakar. Kalau dokumen hilang atau rusak maka akan terjadi nonrespons. Itulah sebabnya dalam perjalanan tersebut petugas lapangan menjaga dokumen hampir dengan seluruh jiwa-raganya.

Data yang diterima di pusat pengolahan harus dimasukkan ke dalam komputer melalui proses entri data di mana petugasnya kembali memerlukan ketabahan, kejujuran, ketelitian, ketrampilan, dan kesehatan, karena pemindahan data ini harus tepat, cepat agar jadwal selesai tidak meleset. Karena ingin diperoleh data yang bebas kesalahan padahal di setiap langkah penuh risiko terjadinya kesalahan sehingga pengolahan harus melalui beberapa tahapan. Di sini mutu sumber daya manusia—ketrampilan, kesabaran dan dedikasi tinggi-- dan kelengkapan sarana serta prasarana komputer sangat menentukan. Kalau kedua faktor ini tidak memadai maka mutu data yang menjadi korban, data yang bersih hanya akan ada di angan-angan.

Lepas entri data yang amat rumit itu, data yang beribu-ribu jumlahnya perlu diringkas menjadi tabel-tabel dan grafik-grafik yang sederhana agar dapat berbicara pada pembacanya tentang apa yang sesungguhnya telah terjadi di lapangan, sebab berdasarkan fakta lapangan ini lah para

231

Page 195: buku7

pengambil kebijakan dan perencana merumuskan kebijakan apa yang patut diambil dan apa yang diprogramkan.

Dalam pembuatan tabel kembali sumber daya manusia dan perlalatan yang dipakai memegang peranan. Kalau perencana tabel kurang jeli, maka akan dihasilkan tabel yang kurang mengena, kalau peralatan kurang memadai maka akan terjadi keterlambatan sehingga data bisa out-of-date.

Seluruh alur data ini, bisa melibatkan ratusan ribu orang sehingga mustahil bisa berjalan lancar tanpa pengendalian. Memang segala sesuatu telah direncanakan di BPS pusat dan pelaksanaannya dikoordinasikan dengan seksama oleh petugas-petugas yang dibuat jelas uraian tugasnya. Tanpa semua yang terlibat sadar akan pentingnya data maka pekerjaan tersebut sulit juga berhasil. Kenyataan menunjukkan bahwa BPS telah bertahun-tahun melakukannya dengan cukup berhasil.

Hasil-hasil BPS, yaitu hasil kumpulan para petugas ini dipakai oleh perusahaan dalam mengambil keputusan produksi dan pemasaran, oleh peneliti dalam risetnya, oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan meningkatkan mutu hidup manusia dan oleh dunia internasional dalam upaya pemantauan dan evaluasi secara universal, seperti dalam MGDs yang sedang berjalan. Petugas-petugas ini adalah orang-orang tak dikenal, yang tekun hari demi hari di tempat kerjanya namun hasil mereka menpunyai andil besar menentukan jalannya negara. Mereka perlu mendapat apresiasi yang setimpal dan mutu mereka perlu ditingkatkan terus-menerus melalui pelatihan-pelatihan agar makin lama mereka makin handal mengelola sistem alur data sensus dan survei yang akan datang.

Kegiatan sensus dan survei yang dipilih untuk disajikan dalam makalah ini merupakan kegiatan yang berskala besar. Ini untuk menunjukkan bahwa kegiatan pengumpulan data untuk kepentingan pembangunan sektor dengan pendekatan lain seperti pendekatan instansi untuk mengumpulkan data sekunder tentang catatan administrasi dengan skala yang lebih kecil tentu tidak akan lebih sulit.

232

Page 196: buku7

8.8 Daftar Pustaka Aryago Mulia, 2007, Potensi Modul Survei Sosial–Ekonomi Nasional untuk Pemantauan Pembangunan Milenium dalam Seri 1: Upaya Pemantauan dan Evaluasi Program Pelayanan Sosial Ibu dan Anak melalui Indikator Pembangunan Milenium di Indonesia (koordinator Dr. Soedarti Surbakti). BPS-CIDA-UNICEF, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2000, Pedoman Teknis BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kotamadya – Sensus Penduduk 2000. BPS, Jakarta. 2000, Pedoman Sistem Pengolahan Daftar SP2000-RBL1, SP2000-L1 dan SP2000-L3 – Sensus Penduduk 2000. BPS, Jakarta. 2000, Pedoman Sistem Pengolahan Daftar SP2000-KBL2 dan SP2000-L2– Sensus Penduduk 2000. BPS, Jakarta. 2006. Pedoman Teknis Kepala Badan Pusat Statistik Propinsi dan Kabupaten/Kota – Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006. BPS, Jakarta. Surbakti, Soedarti, 2007, Upaya Pemantauan Kemiskinan dan Pembangunan Milenium di Tingkat Pusat dalam Seri 1: Upaya Pemantauan dan Evaluasi Program Pelayanan Sosial Ibu dan Anak melalui Indikator Pembangunan Milenium di Indonesia (koordinator Dr. Soedarti Surbakti). BPS-CIDA-UNICEF, Jakarta. Surbakti, Soedarti, 2007, Upaya Pemantauan Kemiskinan dan Pembangunan Milenium di Tingkat Daerah dalam Seri 1: Upaya Pemantauan dan Evaluasi Program Pelayanan Sosial Ibu dan Anak melalui Indikator Pembangunan Milenium di Indonesia (koordinator Dr. Soedarti Surbakti). BPS-CIDA-UNICEF, Jakarta.

233

Page 197: buku7

235

IX. Data Sektoral Terkait MDGs di BPS (Drs. Abdul Rachman, S.E., Ir. Agus Soebeno, M.Si.)

9.1 Umum

9.1.1 Latar Belakang Seperti kita ketahui bersama, Tujuan Pembangunan Milenium

(Millennium Development Goals atau disingkat MDGs), adalah kesepakatan global yang diikrarkan oleh 189 negara pada tahun 2000 dalam bentuk Deklarasi-Millenium. Deklarasi ini berisi 8 tujuan pembangunan, terdiri dari 18 target, atau 48 indikator. Selanjutnya, deklarasi ini memberi arah dan kebijakan nasional setiap negara yang terikat deklarasi tersebut, termasuk Pemerintah RI, dalam menjalankan segala aspek kegiatan pembangunan.

Terkait dengan itu kita menyadari, bahwa informasi dan data adalah hal penting dan mendasar untuk mendukung suatu keputusan tertentu dalam tingkatan apapun. Tanpa data/informasi yang akurat, seorang pemimpin tidak akan efektif berkontribusi positif dalam proses pembangunan daerah. Dengan data dan informasi, kita bisa terhindar dari keputusan-keputusan yang berimplikasi timbulnya biaya sosial yang tinggi dan terhindar dari pelanggaran-pelanggaran hak-azasi. Upaya-upaya untuk memantau kemajuan pencapaian MDGs juga tidak akan efektif apabila tidak didukung oleh adanya informasi dan data yang akurat dan tepat. Lebih tidak efektif lagi bila sistem menejemen datanya tidak tersedia dengan baik.

Sejalan dengan dinamika masyarakat, lahirnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 di satu sisi merupakan cermin kemajuan dalam sistem tata-pemerintahan di daerah, tapi di sisi lain juga perlu dikritisi implikasinya terhadap sistem dan aliran data pembangunan dalam berbagai tingkatan dan sektoralnya. Ada indikasi dalam berbagai pengalaman dan fenomena, penerapan undang-undang ini banyak berimplikasi terhadap terganggunya kelancaran alur data dari hulu ke hilir dalam berbagai tingkatan dan

Page 198: buku7

236

sektoralnya. Indikasi kesenjangan alur-data ini tentu akan berimplikasi pada kesenjangan akurasi data pada berbagai tingkatan di mana pada gilirannya akan sangat berpotensi tinggi terhadap kesesatan keputusan di tingkat pusat. Pemangkasan informasi dan alur data ini juga akan berpotensi menyulitkan pemberantasan pada praktek-praktek korupsi korporasi karena tidak adanya transparansi.

Di satu sisi, MDGs dengan beberapa indikatornya, yang merupakan arahan komitmen untuk pembangunan, perlu dimonitor secara kontinyu dan periodik untuk menjawab akuntabilitas dan transparansi pembangunan di daerah kepada publik. Pada sisi lain, ketersediaan data beserta sistem menejemen data pendukungnya sangat terbatas pada hampir sebagian besar pemda. Memetakan kapabilitas dan alur data untuk menjawab indikator-indikator MDGs di lingkup pemerintah daerah (Pemda), nampaknya saat ini merupakan kebutuhan mendesak yang harus dilakukan.

9.1.2 Tujuan Bagi instansi sektoral untuk membekali kemampuan staf dalam

memetakan alur data pada masing-masing kantor atau instansi sektoralnya perlu dilakukan. Ini merupakan suatu kegiatan awal yang sangat strategis dan penting sebelum menjawab tantangan selanjutnya mengenai ketersediaan dan kualitas data sektoral.

Dengan me-review, meninjau, dan memetakan alur data pada masing-masing instansi sektoral, BPS berkepentingan untuk memetakan alur data sektoral yang pengumpulan datanya melalui daerah dalam angka (DDA). Secara rinci tulisan ini bertujuan untuk: a. Memahami data/informasi apa yang sangat perlu disediakan untuk

memenuhi tuntutan data dan identifikasi sumber daya untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data sektoral;

b. Menganalisa dan memberi solusi untuk berbagai sumber-daya yang diperlukan dalam menjawab kebutuhan pembangunan daerah dengan mengidentifikasi alur data dari sumber sampai pusat;

Page 199: buku7

237

c. Menentukan rancang-bangun sistem menejemen data yang efektif untuk mendukung kebutuhan informasi pembangunan minimal pada instansi sektoral masing-masing; dan

d. Menentukan indikatot yang terkait dengan MDGs.

9.1.3 Dasar Peraturan Pengelolaan Data dan Kelembagaan

Sebagai lembaga pemerintah non-departemen yang menyelenggarakan kegiatan statistik, BPS perlu menyediakan data yang lengkap, akurat, dan mutakhir untuk memenuhi kebutuhan pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pembangunan. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, menyatakan bahwa statistik terdiri dari tiga unsur yaitu statistik dasar yang dihasilkan oleh BPS, statistik sektoral yang merupakan hasil catatan administrasi dari instansi pemerintah, dan statistik khusus yang dihasilkan oleh masyarakat.

Dasar hukum yang menjadi landasan BPS menjalankan fungsi sebagai penyelenggara kegiatan statistik dari mulai perencanan, pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisis statistik adalah Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, dan Susunan Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Struktur organisasi BPS terdiri dari Kepala BPS dibantu Sekretaris Utama dan 4 (empat) deputi. Dalam menjalankan tata kerja organisasi sesuai Keputusan Kepala BPS Nomor 001 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPS, para deputi dibantu oleh 14 direktorat teknis dan sekretaris utama dibantu 4 (empat) biro sebagai penunjang kegiatan BPS.

Dalam menjalankan kegiatan statistik BPS mempunyai perwakilan di tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten/kota, ini sesuai Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.

BPS provinsi dipimpin oleh seorang kepala BPS provinsi yang dibantu oleh 1 bagian dan 5 bidang yaitu bagian tata usaha, bidang statistik sosial,

Page 200: buku7

238

bidang statistik produksi, bidang statistik distribusi, bidang neraca wilayah dan analisis, serta bidang integrasi pengolahan dan diseminasi statistik (lihat Diagram 9.1). Masing-masing BPS provinsi membawahi beberapa BPS kabupaten/kota.

Sesuai tugas dan fungsinya, kegiatan penyusunan Provinsi Dalam Angka adalah salah satu kegiatan yang dilakukan bidang integrasi pengolahan dan diseminasi statistik (IPDS) BPS provinsi. Dalam proses pengumpulan data, seksi diseminasi dan layanan bertanggung jawab atas kelancaran proses kegiatan tersebut.

BPS perwakilan daerah pada tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsi kegiatan statistik pada level kabupaten/kota. BPS kabupaten/kota dipimpin seorang kepala dan dibantu oleh subbagian TU yang bertugas di bidang administrasi serta 5 seksi yang bertugas di bidang teknis kegiatan statistik. Seksi IPDS BPS kabupaten bertanggung jawab untuk meyusun Kabupaten Dalam Angka.

Berdasarkan perangkat hukum tersebut, BPS yang merupakan lembaga/ instansi vertikal dalam penyelenggaraan kegiatan statistik mempunyai sistem alur data yang baik mulai dari proses pengumpulan data di lapangan pada tingkat kecamatan sampai dengan proses pengolahan dan penyajian data di tingkat pusat.

Setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, BPS masih merupakan lembaga/instansi vertikal, di mana sistem alur data dari daerah ke pusat berjalan seperti sebelum adanya otonomi daerah.

Dengan berlakunya otonomi daerah, tugas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pembangunan di daerah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Di sisi lain setelah otonomi daerah berlaku, alur data dari daerah ke pusat, khususnya data sektoral, mengalami hambatan di hampir semua sektor padahal data sektoral juga dibutuhkan di pusat. Sebagai instansi vertikal yang fungsinya menyediakan data, BPS dianggap bertanggung jawab menghilangkan hambatan tersebut.

Page 201: buku7

239

Gambar 9.1. Struktur Organisasi BPS Provinsi

Bidang Statistik Sosial

Seksi Statistik Ketahanan

Sosial

Seksi Statistik Kepen-

dudukan

Seksi Statistik Kesejah- teraan Rakyat

Bidang Integrasi, Pengolahan,

dan Diseminasi Statistik

Seksi Diseminasi & Layanan

Statistik

Seksi Integrasi

Pengolahan Data

Seksi Jaringan & Rujukan Statistik

Bidang Neraca Wilayah dan

Analisis Statistik

Seksi Analisis Statistik Lintas Sektor

Seksi Neraca

Produksi

Seksi Neraca Konsumen

Bidang Statistik

Distribusi

Seksi Statistik

Niaga & Jasa

Seksi Statistik Harga Konsumen &

Perdagangan Besar

Seksi Statistik Keuangan &

Harga Produsen

Bidang Statistik Produksi

Seksi Statistik Pertambangann, Energi dan

Konstruksi

Seksi Statistik

Pertanian

Seksi Statistik Industri

Sub Bagian Bina

Program

KEPALA

Bagian

Tata Usaha

Sub Bagian Urusan Dalam

Sub Bagian Kepegawaian

& Hukum

Sub Bagian

Ke-

Sub Bagian

Per- uangan rlengkapan

Tenaga

Fungsional

Page 202: buku7

240

Dalam rangka memenuhi data yang beragam, baik data statistik dasar,

statistik sektoral, dan statistik khusus sesuai amanat UU No.16 Tahun 1997 tentang Statistik, maka BPS di tingkat provinsi maupun kabupaten melakukan kegiatan penyusunan data melalui DDA.

Banyak dari data yang disajikan dalam publikasi DDA provinsi dan kabupaten adalah data sektoral hasil produk administrasi pada dinas/kantor/badan lingkup pemerintah daerah, instansi vertikal di tingkat provinsi/kabupaten, dan lembaga-lembaga lain di antaranya lembaga keuangan yang beroperasi di wilayah provinsi atau kabupaten.

9.2 Alur Data (Sektoral) dalam Proses Penyusunan DDA

DDA menyajikan data rekapitulasi dan agregasi dari data yang berasal dari sensus, survei, dan catatan administrasi instansi tingkat provinsi/kabupaten dan hampir semua tabel memuat rincian per kabupaten/kota untuk DDA pada tingkat provinsi atau rincian kecamatan untuk DDA pada tingkat kabupaten/kota.

Data sektoral yang dipublikasikan dalam DDA merupakan data dengan referensi waktu tahun t-1 kalau pengumpulan data dilakukan pada tahun t. Data sektoral yang disusun dalam DDA sangat bermanfaat tidak hanya bagi perencana di masing-masing instansi sektoral tetapi juga bagi perencana lintas-sektoral pada berbagai tingkatan wilayah.

Berbagai kalangan akademisi juga memerlukannya untuk monitoring dan evaluasi kegiatan pembangunan terutama dikaitkan dengan output dan dampak dari kegiatan instansi terhadap kesejahteraan rakyat dan kemajuan pembangunan di daerah. Lebih jauh, data DDA berguna untuk memantau apakah berbagai sasaran pembangunan milenium (millennium development goals atau MDGs) akan dicapai pada tahun 2015.

Page 203: buku7

241

9.2.1 Tahapan Penyusunan DDA

Kegiatan penyusunan DDA pada level wilayah provinsi atau kabupaten/kota dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut: (i) persiapan; (ii) pengumpulan data; (iii) pengolahan; (iv) analisis; (v) pencetakan buku; dan (vi) diseminasi.

a. Persiapan Kegiatan penyusunan DDA diawali dengan mencetak kuesioner atau

daftar isian berupa tabel-tabel kosong (dummy table) yang merupakan tabel standar sesuai jenis data yang dihasilkan kegiatan sensus/survei BPS serta data sektoral dari masing-masing instansi sektoral. Tabel-tabel kosong untuk data sektoral merupakan instrumen yang akan digunakan oleh staf/petugas pengisian data di masing-masing dinas/badan/kantor dan lembaga di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Setelah dicetak tabel-tabel kosong lalu dikelompokkan menurut instansi/ lembaga dan jenis data sektoral yang dihasilkan sehingga pendistribusiannya mudah.

Selanjutnya bersamaan dengan proses pengelompokan tabel-tabel, dibuat surat permintaan resmi, ditandatangani oleh kepala BPS provinsi, diajukan ke instansi/lembaga terkait yang menghasilkan produk data sektoral. Kegiatan persiapan ini dilakukan oleh bidang IPDS BPS provinsi atau seksi IPDS di BPS kabupaten/kota sebagai penanggung jawab teknis seluruh kegiatan penyusunan DDA provinsi atau DDA kabupaten/kota (Lampiran 1). Proses persiapan awal penyusunan DDA ini dilakukan pada bulan Februari selama 2 (dua) minggu.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan semua bidang/bagian di BPS provinsi maupun seksi/subbagian BPS kabupaten/kota sebagai subject matter data sektoral yang terkait. Selanjutnya pengumpulan data ke

Page 204: buku7

instansi dan lembaga tujuan dilakukan oleh staf yang sesuai di bidang/bagian/seksi dengan membawa tabel-tabel kosong sebagai daftar isian yang dilampiri surat permintaan data.

Bidang /Seksi Statistik Sosial

Bidang/Seksi Statistik Produksi

Bidang/Seksi Statistik

Distribusi

Bidang/Seksi Neraca dan

Analisis

Bag/Subbag Tata Usaha

Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan, dll

Dinas Pertanian Dinas Kehutanan, dll

Dinas Perhubungan Dinas Koperasi/UKM, dll

Bank Indonesia, Pegadaian, dll

Dinas Infokom, Ditlantas Polda, dll

Seksi Diseminasi

dan Layanan Statistik

Bid/Sie IPDS

Badan Kepegawaian, Biro Otoda, dll

: Permintaan Data : Penerimaan Data

Gambar 9.2. Bagan Alur Pengumpulan Data Sektoral DDA di BPS Provinsi

242

Page 205: buku7

243

Dalam tahapan pengumpulan data, tabel-tabel kosong tersebut serta surat pengantar diserahkan ke kepala dinas/kantor/badan atau lembaga sektoral atau melalui kepala bagian tata usaha/kepala seksi Bina Program atau staf khusus yang menangani data sektoral instansi terkait.

Setelah tabel-tabel diserahkan, jika mungkin, petugas langsung meminta kepastian tanggal kuesioner telah terisi sehingga dapat diambil/dijemput kembali oleh petugas pengumpul data. Petugas juga sekaligus meminta nomor telepon dinas/instansi atau petugas pengisi tabel-tabel kosong agar dapat dihubungi langsung. Semua kegiatan ini tergambar pada Diagram 4.2.

Tahap pengumpulan data sektoral (lihat Lampiran 9.1) di instansi tingkat provinsi dilakukan pada bulan Maret s.d. April selama 8 minggu.

c. Pengolahan Pengolahan data diawali dengan tahap penerimaan dokumen dari

petugas pengumpul data di masing-masing bidang/bagian di BPS provinsi maupun seksi/subbagian BPS kabupaten/kota. Dokumen yang telah masuk di bidang IPDS langsung diberikan kepada staf khusus yang melakukan perekaman data. Dokumen yang diterima bidang/bagian yang tidak melakukan perekaman data juga langsung diserahkan pada bidang/seksi IPDS provinsi/kabupaten/kota.

Proses selanjutnya adalah proses pemeriksaan/editing, baik pemeriksaan/editing awal (pra-komputer) maupun editing setelah perekaman data (pasca komputer). Editing awal dilakukan terhadap dokumen yang masuk dari instansi sebelum dilakukan proses perekaman data.

Pemeriksaan/editing awal dilakukan untuk melihat apakah ada data sektoral yang belum lengkap, tidak valid dan konsisten yang perlu diperbaiki/koreksi. Pemeriksaan/editing tidak hanya pada tabel tertentu, misalnya apakah isian di rincian jumlah pada masing-masing kolom atau

Page 206: buku7

244

jumlah pada baris sudah sesuai, tapi juga antar-tabel, misalnya konsistensi antara satu isian tabel tertentu dengan isian tabel lainnya yang saling berhubungan. Pemeriksaan kewajaran data juga dilakukan dengan melihat konsistensi data antar-waktu (data time series) yaitu dengan membandingkan data terkini dengan data tahun sebelumnya. Proses editing awal dilakukan secara setengah manual dengan memanfaatkan paket program Microsoft Excel atau manual menggunakan kalkulator.

Setelah pemeriksaaan awal dan data yang masuk dianggap sudah lengkap dan konsisten, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu perekaman data (data entry) ke media komputer. Perekaman data dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas perangkat lunak (software) pengolah kata Microsoft Word yang masih sangat sederhana.

Dengan media perangkat lunak Microsoft Word petugas perekaman data langsung merekam data yaitu isian tabel-tabel yang diterima dari petugas pengumpul data, ke tabel-tabel yang yang sama di dalam komputer.

Proses selanjutnya adalah pemeriksaan/editing pasca komputer yang dilakukan setelah selesainya proses perekaman data. Proses ini dilakukan terutama untuk memastikan ada tidaknya kesalahan dalam proses perekaman data. Karena proses perekaman data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pengolah kata seperti Microsoft Word, maka kesalahan dapat terjadi karena tidak dapat dilakukan validasi atas isian data yang masuk ke dalam komputer.

Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran (output) yang berupa print-out sementara hasil perekaman data dengan tabel-tabel isian dari instansi sektoral yang telah melalui proses editing awal. Jika terdapat kesalahan pada hasil print-out, petugas perekaman data diminta untuk langsung mengganti data yang salah tadi dengan data yang benar. Kemudian, setelah data clean, tahap akhir dari pengolahan data adalah proses penggabungan/kompilasi data, yang dilakukan di bidang dari seksi

Page 207: buku7

245

IPDS yang merupakan penanggungjawab teknis seluruh tahap penyusunan DDA.

Secara keseluruhan pengolahan data dari proses editing sampai dengan kompilasi data dilakukan secara terpusat di satu unit pengolahan yaitu di seksi Diseminasi dan Layanan Statistik, bidang IPDS BPS Provinsi, pada bulan Mei s.d. Juni selama 8 minggu dengan melibatkan staf/petugas khusus. d. Analisis Data

Sebagai pelengkap dari tabel-tabel dari instansi yang disajikan dalam DDA, pada setiap bab (kelompok) disertakan pula analisis bersifat deskriptif (ulasan sederhana) terhadap data yang disajikan terutama dengan melihat perkembangan data tahunan (time series data).

Dalam analisis data juga dibuatkan lampiran berupa grafik/gambar beberapa jenis data pokok setiap bab/kelompok data. Selain itu, untuk memudahkan pengguna data dari luar negeri seperti user dari Unicef, Bank Dunia, Jica, Cida dan lainnya, setiap tabel dan analisis DDA disajikan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Analisis data dilakukan setelah proses pengolahan data atau sebelum pencetakan draft final DDA. Analisis sederhana tersebut dilakukan di bidang/seksi IPDS selama kurang lebih 1 (satu) minggu pada bulan Juli dengan melibatkan 2 (dua) staf/petugas analisis data.

e. Pencetakan/penggandaan Sebelum draf final masuk ke percetakan untuk dijadikan buku, masih

ada satu proses lagi yang perlu dilakukan yaitu tahap editing final terhadap keseluruhan tabel/analisis yang disajikan. Dalam kegiatan finalisasi ini dilakukan editing terhadap lay-out publikasi, urutan halaman, daftar tabel/gambar, serta rancangan kulit muka (design cover) buku publikasi.

Page 208: buku7

246

Setelah semua proses dianggap final maka dilakukan pencetakan draft final sebagai master copy yang selanjutnya digunakan oleh pihak percetakan untuk memperbanyak/menggandakan publikasi dalam bentuk hardcopy. Penggandaan publikasi yang sebanyak 100 eksemplar buku dilakukan pada bulan Juli selama 2 (dua) minggu.

f. Diseminasi Produk akhir dari proses penyusunan DDA provinsi dan kabupaten/kota

adalah buku publikasi DDA yang merupakan satu-satunya publikasi data instansi sektoral tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Publikasi DDA didistribusikan selain ke BPS pusat dan BPS kabupaten/kota, juga ke semua dinas/instansi tingkat provinsi termasuk beberapa lembaga/perusahaan/BUMN/BUMD (lihat Lampiran 9.1). Dalam pendistribusian buku DDA dilibatkan kembali staf/petugas pengumpul data BPS di masing-masing instansi, dimaksudkan agar terjalin komunikasi yang baik antara pengumpul data dengan instansi yang bersangkutan di samping upaya sosialisasi mengenai pentingnya data sektoral disusun dalam bentuk publikasi yang informatif.

Pendistribusian publikasi DDA provinsi maupun DDA kabupaten/kota dilaksanakan segera setelah buku publikasi selesai dan diterima dari percetakaan. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama bulan Agustus selama 2 (dua) minggu.

Selain dalam bentuk hard copy (buku), data sektoral tersebut juga disebarluaskan dalam bentuk soft copy terutama ke BPS pusat dan beberapa instansi/masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk soft copy.

9.2 Pembiayaan DDA

Biaya penyusunan DDA provinsi/kabupaten/kota berasal dari BPS provinsi (dana APBN) dan bantuan dari pemda provinsi maupun pemda

Page 209: buku7

247

kabupaten/kota melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi/kabupaten/kota.

9.3 Permasalahan dalam Penyusunan DDA

Permasalahan dalam penyusunan DDA ada pada sisi sumber daya baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana, perangkat pengelola data (komputer), serta tersedianya jaringan komputer berbasis Local Area Networking (LAN) yang cukup memadai. Di samping itu masih dijumpai kendala dan permasalahan lain, seperti:

a. Instrumen untuk mengumpul data sektoral yang telah ditentukan dari BPS belum ramah terhadap data sektoral yang tersedia di instansi sektoral;

b. Proses pengelolaan data sektoral di instansi belum optimal sehingga kualitas data sektoral belum baik. Selain itu data instansi sektoral tingkat provinsi dengan instansi sektoral tingkat kabupaten/kota belum konsisten, disebabkan tidak adanya konsolidasi/rekonsiliasi data antara instansi sektoral di tingkat provinsi dengan kabupaten/kota;

c. Cakupan data yang disajikan belum/kurang lengkap, terutama terkait dengan data yang akan digunakan untuk penyusunan indikator monitoring MDGs masih sangat minim;

d. Pemasukan dokumen dari instansi sektoral ke BPS provinsi maupun BPS kabupaten/kota masih sering terlambat karena berbagai alasan; data dari instansi sektoral pada kabupaten/kota atau kecamatan belum masuk; kegiatan pendataan digabung/terintegrasi dengan kegiatan lainnya yang terkait; tidak ada bagian/unit khusus pengelola data di masing-masing instansi sektoral; data di dinas/instansi sektoral dikelola di beberapa unit kegiatan yang berbeda; fasilitas di dinas/instansi sektoral sangat minim seperti komputer sehingga menghambat pengolahan;

Page 210: buku7

248

e. Penerbitan publikasi DDA masih sering terlambat dari jadwal yang ditentukan sehingga efektivitas pemanfaatannya oleh instansi-instansi sektoral tingkat provinsi/kabupaten/kota untuk evaluasi/monitoring serta penyusunan perencanaan kegiatan unit kerja tidak maksimal. Hal tersebut disebabkan karena pada proses pengumpulan sampai pencetakan buku publikasi DDA masih dialami keterlambatan dari jadwal yang direncanakan (lihat Lampiran 9.1);

f. Beberapa jenis data sektoral terutama yang spesifik belum dapat dipublikasikan, karena ada rasa keengganan dari pengelola kegiatan di masing-masing instansi untuk memplublikasikannya dan menganggap data terkait merupakan output kegiatan yang tidak dapat dipisahkan; dan

g. Penyebarluasan buku publikasi DDA belum maksimal dikarenakan penggandaan/pencetakan yang terbatas.

9.4 Ketersediaan Data Indikator MDGs

Publikasi DDA provinsi maupun DDA kabupaten/kota memuat beragam data hasil pecatatan kegiatan instansi sektoral, mulai dari sektor pemerintahan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian, kehutanan dan lainnya. Dari 11 bab yang disajikan dalam DDA, diketahui hanya 2 bab yang dapat memberikan indikators MDGs yaitu bab tentang kependudukan dan ketenagakerjaan serta sosial. Akan tetapi ketersediaan data sektoral yang terkait dengan monitoring terutama dalam penyusunan indikator MDGs masih kurang atau masih minim.

Dari pemeriksaan tabel data sektoral yang disajikan dalam DDA provinsi maupun DDA kabupaten/kota diketahui bahwa ada beberapa jenis data dari instansi sektoral yang secara langsung dapat dijadikan indikator untuk monitoring MDGs tingkat provinsi dan kabupaten yaitu:

a. Jumlah keluarga miskin, untuk monitoring tujuan 1: penanggulangan kemiskinan,

Page 211: buku7

249

b. Jumlah siswa SLTA terpilah, untuk monitoring tujuan 3: kesetaraan gender,

c. Jumlah penderita malaria dan TBC yang meningggal dunia, untuk monitoring tujuan 6: memerangi malaria dan penyakit menular,

d. Penderita TBC, kusta dan rabies, untuk monitoring tujuan 6: memerangi malaria dan penyakit menular,

e. Rumah tangga menurut sumber air minum, untuk monitoring tujuan 7: kelangsungan lingkungan hidup, dan

f. Data luas hutan, untuk monitoring tujuan 7: kelangsungan lingkungan hidup. Ada beberapa jenis data yang secara materi masih terkait dengan data

monitoring MDGs tetapi karena pengumpulan dan penyajian datanya tidak dilakukan dengan optimal, maka indikator MDGs dari data tersebut masih sulit dihitung. Beberapa contoh data sektoral yang dapat menjadi indikator MDGs diuraikan berikut.

Data jumlah anggota DPRD yang ada di biro otonomi daerah (biro Otoda) pemerintah provinsi. Jika tabel keanggotaan DPRD menurut jenis kelamin (terpilah) dapat terisi, tentunya indikator proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan dapat dihitung dan disajikan.

Persentase peserta KB laki-laki terhadap perempuan di provinsi tidak dapat diperoleh, karena pemakai kondom laki-laki dan perempuan tidak terpilah. Juga data prevalensi MOP/MOW tidak membedakan antara peserta KB yang menggunakan cara medis operasi pria (MOP) dengan peserta medis operasi wanita (MOW).

Data sektoral lainnya yang merupakan hasil pencatatan administrasi tentang sasaran dan pencapaian kegiatan instansi sektoral pada tahun anggaran kegiatan, pada proses pengolahan lanjutan belum dapat disusun menjadi suatu indikator yang dapat mengukur pencapaian pembangunan milenium/MDGs, seperti data murid/siswa setiap jenjang pendidikan yang

Page 212: buku7

250

bersumber dari dinas pendidikan provinsi; sekalipun data tersebut sudah tersaji dalam data terpilah pun, indikator yang bisa dihitung hanya angka partisipasi kasar (APK), sedangkan untuk menghitung angka partisipasi murni masih perlu data siswa dirinci sesuai dengan kelompok usia sekolahnya 7-12 tahun untuk sekolah dasar atau usia 13-15 untuk SMP.

Kualitas data monitoring MDGs pada instansi sektoral tingkat provinsi dan instansi sektoral tingkat kabupaten/kota masih belum baik. Salah satu contoh jenis data yang bisa dijadikan bahan perbandingan adalah data siswa pada jenjang pendidikan sekolah menengah umum (SMU). Berdasarkan temuan lapangan, terdapat dinas pendidikan kabupaten yang dapat menyajikan data siswa terpilah untuk penghitungan indikator tujuan 3: kesetaraan gender, yaitu rasio siswa perempuan terhadap siswa laki-laki (Lampiran 9.2).

Berdasarkan studi di 5 kabupaten terpilih, yaitu Banteang, Takalar, Bone, Polman, dan Mamuju diperoleh temuan bahwa publikasi DDA yang dapat memberikan indikator MDGs hanya 11 indikator dan menyebar tidak merata di semua DDA 5 kabupaten tersebut. Satu indikator yang ada pada semua DDA di 5 kabupaten yaitu proporsi kursi di DPR yang diduduki perempuan. DDA Kabupaten Banteang dan Mamuju mempunyai indikator yang lebih lengkap dibandingkan dengan 3 kabupaten yang lainnya. Indikator persentase penduduk miskin yang menerima BLT hanya terdapat DDA Kabupaten Banteang, indikator proporsi kematian karena TBC dan malaria hanya terdapat di DDA kabupaten Mamuju (disunting dari: Surbakti, Soedarti, 2007).

9.5 Permasalahan Penyusunan Indikator MDGs Pada DDA kabupaten atau provinsi data penduduk yang ada belum

sesuai dengan kebutuhan untuk menyusun suatu indikator. Tabel data penduduk pada DDA menurut kelompok umur dibagukan sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan untuk data kelompok umur sekolah; untuk data

Page 213: buku7

251

Puskemas pada DDA kecamatan, secara wilayah, tingkat pelayanan belum menggambarkan wilayah administrasi.

Dengan membandingkan data antar-waktu (time series data) nampak bahwa tingkat keterkaitan antara data sektoral dinas kabupaten/kota dengan data sektoral yang berasal dari dinas provinsi yang bersumber dari DDA masih minim. Salah satu sebab terjadinya ketidakkonsistenan antara data instansi kabupaten dan provinsi adalah belum adanya konsolidasi dan rekonsiliasi data antara instansi sektoral di tingkat provinsi dengan kabupaten/kota, terutama sejak era otonomi daerah ketika pelaporan administrasi dari dinas kabupaten ke provinsi menjadi terputus.

Tidak adanya perencanaan awal mengenai cakupan data sektoral yang perlu disajikan, baik menurut jenis data pokok maupun menurut kebutuhan instansi pemeritah atau masyarak

Belum ada sosialisasi tujuan pembangunan milenium secara maksimal di semua instansi pemerintah, baik yang sektoral maupun lintas-sektoral, menyebabkan belum ada suatu sistem yang terintegrasi dalam pengelolaan data yang dapat dijadikan alat monitoring dalam pencapaian MDGs tersebut.

9.6 Peningkatan Kualitas Data Sektoral Data sektoral di dinas/instansi perlu dikelola dengan sistem satu pintu,

sehingga data yang dihasilkan oleh unit-unit pelaksana kegiatan di setiap instansi dapat diolah secara terpusat dan terintegrasi.

Penyempurnaan sistem alur data sektoral dari instansi tingkat kabupaten/kota, provinsi sampai ke tingkat pusat sebagai jembatan ketersediaan data sektoral yang berkualitas, tepat waktu, dan berkesinambungan perlu dilakukan agar data dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan indikator MDGs baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun tingkat nasional.

Sistem arus data sektoral ini sebaiknya menempatkan BPS, baik BPS kabupaten/kota, BPS provinsi, dan BPS pusat sebagai leading sector di

Page 214: buku7

252

dalam proses pengumpulan dan penyajian data sektoral mengingat BPS masih merupakan instansi yang vertikal yang secara struktural memiliki aparat dari pusat sampai ke daerah (Lampiran 9.3).

Sosialisasi mengenai pentingnya data terutama data sektoral yang sangat dibutuhkan untuk menyusun indikator pemantau pencapaian kinerja pembangunan umumnya, dan MDGs khususnya harus dilakukan dengan seksama. Ke depan diharapkan setiap instansi sektoral mampu dan dapat menyajikan data hasil kegiatan instansinya, apabila mungkin secara langsung dapat memantau kemajuan capaian setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan yang tentunya juga mendukung pemantauan sasaran pembangunan nasional serta tujuan MDGs.

Peningkatan koordinasi dan kerja sama antar-instansi harus dilakukan sehingga dapat dirumuskan secara lintas-sektoral upaya apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan data di masing-masing instansi secara lebih cepat dan terintegrasi. Perlu pengkajian akan alternatif pembuatan sistem informasi data sektoral yang berbasis Web atau LAN.

Perlu meningkatkan penyelengggaraan diklat/workshop/seminar, sebagai media untuk mengkaji kualitas data sektoral yang dihasilkan setiap instansi, sekaligus sebagai tempat untuk merumuskan kebutuhan data sektoral tidak hanya di instansi namun juga masyarakat luas.

Pelatihan teknis pengelolaan data sektoral di instansi-instansi perlu ditingkatkan agar kapasitas dan kemampuan teknis pengolahan data, terutama yang terkait monitoring MDGs meningkat, sehingga diharapkan kualitas pengelolaan data sektoral di masing-masing instansi menjadi optimal.

9.7 Penutup Dengan berbagai kendala dan kelebihannya, DDA masih merupakan

perangkat yang paling efektif untuk dapat memperoleh data sektoral namun saat ini sistem alur data sektoral di kabupaten/kota mengalami hambatan.

Page 215: buku7

Untuk itu, DDA perlu dikembangkan menjadi perangkat yang lebih baik guna meningkatkan sistem alur data sektoral di kabupaten/kota.

Sejalan dengan itu sistem alur data sektoral dari sumbernya ke pusat perlu segera dikembangkan kembali. Langkah ini diperlukan untuk menjawab tantangan ke depan yang semakin menglobal, pemerintah perlu dukungan data yang cepat dan akurat untuk guna berbagai keperluan.

9.8 Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik, 1998, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. BPS, Jakarta.

, 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Statistik. BPS, Jakarta

, 2001, Keputusan Kepala BPS Nomor 001 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPS. BPS, Jakarta.

, 2001, Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah. BPS, Jakarta.

Surbakti, Soedarti, 2007, Upaya Pemantauan Kemiskinan dan Pembangunan milenium di Tingkat Pusat dalam seri 1: Upaya Pemantauan dan Evaluasi Program Pelayanan Sosial Ibu dan Anak melalui Indikator Pembangunan Milenium di Indonesia (koordinator Soedarti Surbakti). BPS-CIDA-UNICEF, Jakarta.

253

Page 216: buku7

254

Lampiran 9.1

Jadwal Kegiatan Penyusunan DDA Provinsi

Kegiatan Rencana Waktu Realisasi Waktu Keter- lambatan

1. Persiapan Februari 2 minggu Februari 2 minggu -

2. Pengumpulan Data Maret-April 8 minggu Maret- Juni 2 minggu 8 Minggu

3. Pengolahan Mei-Juni 8 minggu Mei-Juni 2 minggu -

4. Analisis Juli 2 minggu Juni 2 minggu -

5. Pencetakan Juli 2 minggu Februari 2 minggu 24 minggu

6. Diseminasi Agustus 2 minggu Maret 2 minggu 24 minggu

Page 217: buku7

255

Lampiran 9.2

INDIKATOR MDGs YANG TERSEDIA DI DDA

Indikator MDGs Sumber Data Keterangan

• Kemiskinan dan Kelaparan:

1. Keluarga Miskin Dinas Kesos dan Linmas

• Pendidikan untuk Semua

- Dinas Pendidikan Hanya data murid/siswa untuk APK per tingkat pendidikan, tetapi tidak terpilah laki-laki/perempuan

• Kesetaraan Gender - Rasio siswa perempuan

terhadap laki-laki di SLTA Dinas Pendidikan

- Biro Otoda Jumlah anggota DPRD tidak terpilah

- Dinas Nakertrans UMR tidak terpilah antara upah pekerja laki-laki/perempuan

BKKBN

Data % Peserta KB laki-laki terhadap perempuan tidak dapat diperoleh, karena pemakai kondom tidak terpilah, demikian juga prevalensi MOP/MOW

• Kematian Anak - • Kesehatan Ibu - • HIV/AIDS, Malaria dan

Penyakit Menular

1. Angka kematian karena Malaria, dan TBC Dinas Kesehatan

2. Prevalensi TBC, Kusta, Rabies Dinas Kesehatan

Proporsi anak diberi imunisasi campak tdk tersedia , yg ada hanya jumlah realisasi imunisasi campak pd tahun berjalan

• Lingkungan Hidup 1. % Rumah tangga yang

mengkonsumsi air bersih BPS

2. Proporsi lahan yang tertutup hutan Dinas Kehutanan

Page 218: buku7

Lampiran 9.3

USULAN PENYEMPURNAAN SISTEM ALUR DATA SEKTORAL

DINAS KAB/KOTA

BPS PROVINSI PEMPROV

PEMERINTAH PUSAT

B P S

DINAS KAB/KOTA

DINAS KAB/KOTA

BPS KAB/KOTA PEMKAB/KOTA

DINAS KAB/KOTA DINAS KAB/KOTA

DINAS PROV

: Alur Data : Alur Koordinasi

256

Page 219: buku7

35

Lampiran 1.1

Daftar Nama SKPD Tingkat Kabupaten yang Dicakup dalam Studi

Sulawesi Selatan

No. Bidang Bantaeng Takalar Bone 1. Kemiskinan BPS kabupaten BPS kabupaten BPS kabupaten 2. Dinas Sosial Dinas Sosial dan

Kesatuan Bangsa Badan Kesejahteraan Sosial

3. Pendidikan Dinas Pendidikan Nasional

Dinas Pendidikan dan Pengajaran

Dinas Pendidikan Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

4. Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas kesehatan Dinas Kesehatan 5. KB dan

Keluarga sejahtera

Dinas KB, Kependudukan, dan Catatan Sipil

Dinas KB Dinas KB dan Keluarga Sejahtera

6. Kehutanan Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Lingkungan Hidup

Dinas Pertanian (Sub-Bidang Kehutanan)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

7. Lingkungan Hidup

Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Lingkungan Hidup

Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan LH

Bapedalda

Sulawesi Barat

No. Bidang Polman Mamuju 1. Kemiskinan BPS kabupaten BPS kabupaten 2. Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat, dan Tenaga Kerja Dinas KB, Kesos, dan Perlindungan Masyarakat

3. Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Nasional 4. Kesehatan Dinas Kesehatan dan KB Dinas Kesehatan 5. KB dan keluarga

sejahtera Dinas Kesehatan dan KB Dinas KB, Kesos, dan

Perlindungan Masyarakat 6. Kehutanan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Dinas Perkebunan dan Kehutanan

7. Lingkungan Hidup

Kantor Lingkungan Hidup Kantor Pengendalian Dampak LH

Page 220: buku7

Lampiran 1.2

Daftar Nama Penanggung Jawab Teknis Studi Alur Data Sektoral Pusat dan Daerah

No. Nama Jabatan Instansi

1 Dr. Soedarti Surbakti Koordinator BPS

2 Ade Cahyana, M.Sc. Kepala Pusat Statistik Pendidikan Depdiknas

3 Dr. Bambang Hartono S.K.M., M.Sc. Kepala Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes

4 Drs. Bambang Ipujono, M.Si. Kepala Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial

Depsos

5 Drs. Freddy Aritonang, M.M. PLT Direktur Pelaporan dan Statistik BKKBN

6 Dra. Siti Aini Hanum, M.A. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan

KNLH

7 Ir. Basoeki Karya Atmadja M.Sc. Kepala Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan Dephut

8 Gema Purwana, S.E. Direktur Sistim Informasi Statistik BPS

9 Drs. Abdul Rahman Direktur Diseminasi Statistik BPS

10 Ir. Hj. Diah Utami, M.Sc. Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Propinsi Sulsel

11 Dadang Hardiwan, S.Si., M.Si. Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Propinsi Sulbar

36

Page 221: buku7

Lampiran 1.3

BPS

STUDI ALUR DATA SEKTORAL [Rangkap 2]

I. PENGENALAN TEMPAT

1. Propinsi

2. Kabupaten

3. Nama Instansi 4. Nama Responden 5. Pangkat/Jabatan Responden 6. Alamat Kantor/Instansi 7. Nomor Telephone/Fax

II. INVENTARISASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

1. Apakah melakukan pengumpulan data melalui survei yang bersifat rutin?

1 Ya 2 Tidak → [ke pertanyaan 3]

2. Jika “Ya”, jenis dan nama survei yang bersifat rutin, apa saja?

No. Nama Survei Rutin Siapa responden

Jumlah sampel

Penye-lenggara

3. Apakah melakukan pengumpulan data melalui survei yang bersifat tidak rutin? 1 Ya 2 Tidak

4. Jika ”Ya”, jenis dan nama survei yang bersifat tidak rutin, apa saja?

No. Nama Survei Tidak Rutin Siapa responden

Jumlah sampel

Penye-lenggara

37

Page 222: buku7

38

5. Apakah melakukan pengumpulan data melalui pencatatan administrasi yang bersifat rutin? 1 Ya 2 Tidak

6. Jika ”Ya”, jenis data apa saja?

No. Jenis Pendataan/Pencatatan yang Rutin Siapa/apa yang dicatat

Jumlah dokumen

Penye-lenggara

7. Apakah melakukan pengumpulan data melalui pencatatan administrasi yang bersifat tidak rutin?

1 Ya 2 Tidak

8. Jika ”Ya”, jenis pendataan apa saja?

No. Jenis Pendataan/Pencatatan yang Tidak Rutin Siapa/apa yang dicatat

Jumlah dokumen

Penye-lenggara

Apakah ada unit kerja yang khusus menangani data?

1 Ya 2 Tidak → [ke pertanyaan 10]

Jika ”Ya”, unit apa namanya? .....................................................................................................

9.

Berapa jumlah tenaganya? ......... orang

Kalau tidak ada di mana data dikelola?................................................................. Apakah ada petugas khusus yang menangani data?

1 Ya 2 Tidak 3. Tidak tahu

Jika “Ya”, berapa jumlah tenaganya? ........ orang

10.

Jika dilakukan di luar instansi/dinas kabupaten/kota, siapa pelaksananya? Jelaskan: ...................................................................................................

11.

Sebutkan jenis pendataan/pencatatan yang menghasilkan indikator MDGs: a. .............................................................................................................. b. .............................................................................................................. c. .............................................................................................................. d. ...............................................................................................................

Sebutkan Indikator MDGs

...............................

...............................

...............................

............................... 12.

Apakah ada kegiatan pengumpulan data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak b. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak c. ........................................................................... 1 Ya 2 Tidak d. .............................................................................. 1 Ya 2 Tidak

13. Apakah ada kegiatan pengolahan data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak b. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak c. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak d. .......................................................................... 1 Ya 2 Tidak

14. Apakah ada kegiatan analisis data yang terkait dengan indikator MDGs tersebut sama? a. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak b. .................................................................................. 1 Ya 2 Tidak c. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak d. ................................................................................. 1 Ya 2 Tidak

Page 223: buku7

39

III. PENDATAAN/PENGUMPULAN DATA ADMINISTRASI (PER PENDATAAN)

1. Instansi/Sektor: ............................................................................................................................. 2. Nama indikator MDGs apa saja: .................................................................................................

Nama unit pelayanan penghasil data:: ......................................................................................... 3. Apakah kegiatan yang terkait dengan MDGs merupakan:

1. Kegiatan lama sebelum otonomi 3. Kegiatan baru sesudah otonomi 2. Kegiatan lama yang dimodifikasi 4. Lainnya (jelaskan:................................)

4. Siapa yang menyiapkan instrumen untuk kegiatan tersebut? 1. Pusat 3. Kabupaten 2. Propinsi 4. Lainnya (jelaskan: ............................................)

5. Siapa yang melakukan pencatatan? 1. Institusi unit pelayanan/unit kerja terkecil 2. Lainnya (jelaskan:............................................)

6. Siapa/apa yang dicatat? 1. Penerima pelayanan 2. Lainnya (jelaskan:............................................)

7. Apakah pada kegiatan pengumpulan data yang terkait dengan MDGs mencakup rincian menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

8. Siapa dalam unit pelayanan yang mengumpulkan data/mencatat statistik? 1. Pegawai tetap yang khusus mengumpulkan data 3. Tenaga honorer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya (jelaskan:........................)

9. Apakah petugas pengumpul data statistik mendapat pelatihan sebelumnya? 1 Ya 2 Tidak

10. Apakah bentuk penyusunan data statistik telah dibakukan? 1. Ya, berupa daftar isian 3. Tidak 2. Ya, berupa narasi/data kualitatif 4. Lainnya (jelaskan:..........................................)

11. Berapa lama proses pengumpulan data statistik di unit pelayanan .............. minggu

12. Siapa yang ditugasi dinas di kabupaten untuk mengumpulkan data statistik dari unit pelayanan/unit kerja terkecil? 1. Pegawai tetap yang khusus mengumpulkan data 3. Tenaga honorer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya (jelaskan:...............................)

13. Apakah ada biaya untuk proses pengumpulan data statistik di unit pelayan/unit kerja terkecil? 1 Ya 2 Tidak

14. Bila ”Ya” dari mana saja biaya tersebut diperoleh? .......................................................................

15. Menurut petugas, apa ada kesulitan dalam proses pengumpulan data statistik? 1 Ya 2 Tidak

16. Jika ”Ya” , apa saja kesulitannya? (Jelaskan:.....................................................................................................................................)

17. Menurut saudara, apa saja saran perbaikan untuk proses pengumpulan data statistik? ..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Page 224: buku7

40

IV. PELAKSANAAN PENGOLAHAN DATA LAPORAN STATISTIK (PER PENDATAAN)

1. Apakah ada petugas khusus yang mencatat penerimaan data statistik dari petugas pengumpul data? 1 Ya 2 Tidak

Apakah dilaksanakan perekaman data? 1 Ya 2 Tidak

2.

Bila ”Ya”, apa ada unit khusus yang ditugasi? 1 Ya 2 Tidak

3. Sistem perekaman data yang dilakukan 1 Komputer 2 Manual

4. Bila menggunakan unit komputer, berapa banyak unit komputer yang digunakan? ............. unit

5. Apakah ada petugas khusus pengolah data? 1. Pegawai tetap yang khusus mengolah data 3. Tenaga honrer 2. Pegawai tetap yang tidak khusus 4. Tenaga mitra mengolah data 5. Lainnya skan:..................................)

6. Berapa banyak petugas yang melaksanakan pengolahan data? ............orang

7. Berapa lama dilaksanakannya pengolahan data? ........ minggu

8. Apakah petugas pengolahan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu? 1 Ya 2 Tidak

Apakah ada biaya untuk proses pengolahan datanya? 1 Ya 2 Tidak

9.

Bila ”Ya”, dari mana saja biaya pengolahan data tersebut diperoleh? ....................................................................................................................................................

10. Bila menggunakan komputer, siapa yang menciptakan/menyiapkan program perekaman data? 1. Pusat 3. Kabupaten 2. Propinsi 4. Lainnya (jelaskan: ...............................................)

11. Bagaimana sistem pengiriman data/dokumen hasil pengolahan?

1. Kirim melalui Pos (Disket/CD), hard copy 1 Ya 2 Tidak 2. Menggunakan Internet 1 Ya 2 Tidak 3. Fax 1 Ya 2 Tidak 4. Diantar langsung 1 Ya 2 Tidak 5. Tidak dikirim 1 Ya 2 Tidak

12. Dalam bentuk apa hasil dari pengolahan ini? 1. Data elektronis individu 1 Ya 2 Tidak 2. Data elektronis agregat 1 Ya 2 Tidak 3. Tabulasi 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan: ....................................................) 1 Ya 2 Tidak

13. Apakah hasil kegiatan pengolahan data yang terkait dengan MDGs dirinci menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Kelompok umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

14. Berapa persen tingkat pemasukan datanya pada setiap periode pengumpulan? .........persen

15. Menurut petugas pengolah data, apa ada kesulitan dalam proses pengolahan? 1 Ya 2 Tidak

16. Jika ”Ya”, apa saja kesulitan tersebut? Uraikan: ............................................................. 17. Menurut saudara apa saja saran perbaikan dalam pengolahan? ....................................

Page 225: buku7

41

V. PENYUSUNAN INDIKATOR MDGs, ANALISA, DAN PUBLIKASI (PER PENDATAAN) 1.

Apakah di Dinas Kabupaten dilakukan penghitungan indikator MDGs? 1. Ya 2. Tidak

Bila tidak, dimana dilakukan penghitungan indikator MDGs? 1. Pusat 3. Lainnya (jelaskan: ................................. 2. Propinsi .............................................................)

2.

Untuk menyusun indikator, apakah data yang diolah dari laporan statistik sudah cukup memadai untuk menyusun pembilang dari indikator MDGs? 1. Cukup 3. Tidak sama sekali (sebutkan: 2. Tidak (hanya sebagian pembilang/penyebut) .........................................................)

3. Kalau tidak cukup dari mana saja diperoleh agar pembilang menjadi cukup, jelaskan: .................................................................................................................................................

4.

Dari mana diperoleh angka penyebut? 1. BPS 4. Mengumpulkan dari lapangan 2. Dinas kependudukan 5. Lainnya (jelaskan: .............................. 3. BKKBN ...........................................................)

5. Apakah indikator yang dihasilkan dari penghitungan pembilang dibagi penyebut dapat dipilah menurut: 1. Jenis kelamin 1 Ya 2 Tidak 2. Kelompok umur 1 Ya 2 Tidak 3. Tempat tinggal 1 Ya 2 Tidak 4. Status ekonomi 1 Ya 2 Tidak

6. Siapa saja yang membutuhkan indikator-indikator tersebut?

1. Instansi internal 1 Ya 2 Tidak

2. Pemda/BAPPEDA 1 Ya 2 Tidak

3. Dinas Kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak

4. Dinas Propinsi 1 Ya 2 Tidak

5. Lainnya ( jelaskan: ..........................................) 1 Ya 2 Tidak

7. Dimana dilaksanakan proses penulisan publikasi? 1. Pusat 1 Ya 2 Tidak 2. Dinas propinsi 1 Ya 2 Tidak 3. Dinas kabupaten 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan: ......................................) 1 Ya 2 Tidak

8. Apakah ada petugas khusus yang melaksanakan kegiatan analisa data? 1 Ya 2 Tidak

9. Apakah petugas analisa data mendapatkan latihan penulisan analisis terlebih dahulu? 1 Ya 2 Tidak

10. Berapa lama dilaksanakannya penulisan analisis: ........ minggu

11. Berapa banyak petugas yang melaksanakan penulisan analisis ............orang

12. Apakah ada biaya untuk proses penulisan? 1 Ya 2 Tidak

13.

Bila ”Ya”, dari mana saja biaya penulisan itu diperoleh? .................................................................................................................................................

.. 14. Dalam proses analisa, indikator-indikator apa saja yang dianalisis?

.................................................................................................................................................

Page 226: buku7

42

15. Siapa saja yang membutuhkan analisis tersebut? 1. Instansi internal 1 Ya 2 Tidak 2. Pemda/BAPPEDA 1 Ya 2 Tidak 3. Dinas Kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak 4. Dinas Propinsi 1 Ya 2 Tidak 5. Lainnya ( jelaskan: ..........................................) 1 Ya 2 Tidak

16. Apakah hasil analisis tersebut dicetak dalam bentuk publikasi? 1 Ya 2 Tidak

Berapa banyak publikasi yang dihasilkan/dicetak ........... buah

17.

Sebutkan nama-nama publikasinya: .......................................................................................

18. Kemana saja publikasi tersebut didistribusikan? 1. Instansi pusat 1 Ya 2 Tidak 2. Instansi propinsi 1 Ya 2 Tidak 3. Seluruh instansi di kabupaten/kota 1 Ya 2 Tidak 4. Lainnya (jelaskan:.......................................) 1 Ya 2 Tidak

19. Menurut petugas analisis, apa ada kesulitan dalam proses penulisan tersebut? 1 Ya 2 Tidak

20. Jika ”Ya”, jelaskan kesulitan penulisan publikasi tersebut? ..............................................................................................................................................

21. Menurut saudara apa saja saran perbaikan untuk proses penulisan publikasi?

..............................................................................................................................................

VI. ALTERNATIF ALUR DATA SEKTORAL 1. Apakah saudara pernah mendengar bahwa BPS Pusat/Propinsi/Kabupaten mengumpulkan

data jenis ini? 1 Ya 2 Tidak

2. Menurut saudara data yang paling akurat untuk dikirim ke BPS berasal dari mana? 1. Unit pelayanan 3. Dinas propinsi 2. Dinas Kabupaten 4. Departemen/Pusat

3. Menurut saudara data yang dikirim tersebut adalah:

1. Data dasar 1 Ya 2 Tidak

2. Data rekap 1 Ya 2 Tidak

3. Tabel 1 Ya 2 Tidak

4. Lainnya (jelaskan:.................................) 1 Ya 2 Tidak

4. Menurut saudara dalam bentuk apa data tersebut dikirim? 1. Dokumen/kertas 2. Data elektronik

Menurut saudara data tersebut perlu dikirim ke BPS? 1 Ya 2 Tidak

5.

Bila ”Ya” data tersebut dikirim ke mana? 1. Pusat 2. Propinsi 3. Kabupaten

6. Apakah BPS pernah meminta data sektoral untuk penyusunan daerah dalam angka? 1 Ya 2 Tidak

7. Apakah BPS dapat memperoleh data dalam bentuk: Data mentah 1 Ya 2 Tidak Data agregat 1 Ya 2 Tidak Publikasi 1 Ya 2 Tidak Lainnya (........................................ ...........) 1 Ya 2 Tidak

Page 227: buku7

43

Lampiran 1.4

Daftar Peserta Sidang Pleno Di Kantor Bupati Jeneponto

No. N a m a Instansi

(1) (2) (3)

01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Wuriyanto N Fify Joseph Uskar Baso M. Natsir R. Djohan Syamsuddin L Amir Sarifuddin Din Hajad Kurniawan Kamaluddin Wahab Dr. Soedarti Surbakti Purwo Handoko Maulyani Djajadilaga Dadang Herdiwan Lucky Prakoso Prayitno Guruh Wahyu Diah Utami Lilies Listiowaty Ashfiani Tashan La Ode Syafiuddin, M.Sc. A. Muh Yusuf M. Ilyas Abd. Rakhman, S.Sos. Bheta Tharnkamol S Machjati Hitima Wardhani Husain H Muh Mukhtaf Patau Zainuddin Arifin Kammu Marthina Kondorum Suciati S.M. Andi Yemi

Unicef Unicef Makassar Dinas Pendidikan

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabid Litbang-Bappeda

Kebersihan Kasubag Pembuatan Program

Dinas kependudukan, Capil, dan KKB Kabid Fispra-Bappeda

Koordinator Studi (BPS) BPS Sulbar

KNLH BPS Sulbar

Depsos Depdiknas BPS Sulsel BPS Sulsel

Bappeda Sulbar Bappeda Sulbar

Sekretariat Unicef-BPS Bappeda Bappeda

Dinas Pendidikan Unicef Unicef

Depkes BKKBN

Kasi Perekonomian Lingkungan Hidup

Sosial Kantor Ketahanan Pangan & Penyuluhan

Dinas Pertanian Daerah Bappeda propinsi/Bidang Kesos

Bappeda

Page 228: buku7

Lampiran 1. 5

Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Jeneponto

No. N a m a Sektor

1. H. Arifin, S.K.M.

2. H. Sudirman, S.K.M., M.Kes.

3. Rahmi, S.K.M.

Kesehatan

4. Baso Lalo Kehutanan

5. Zainudin, Drs.

6. Rasyid Kesejahteraan Sosial

7. Paulus, S.H. KB

8. Dr. Hasanuddin, M.Pd.

9. H. Jabar Tanto

10. Samsubair, S.E.

Pendidikan

11. Ir. Muchtar Patau LH

12. Abd. Haris S.E. Statistik

44

Page 229: buku7

Lampiran 1.6

Daftar Nama Narasumber di Kabupaten Takalar

No. N a m a Sektor

1. Dr. A. Munir, M.Kes. Kesehatan

2. Ir. Suhady W.S. Kehutanan

3. Hj. Rusmaidah Sosial

4. Drs. Kaharudin KB

5. Eddy Poernomo LH

6. Usman, S.E. Statistik

45

Page 230: buku7

Lampiran 1.7

Daftar Nama Responden Uji Coba Data Sektoral

No. Instansi Nama Responden Jabatan

Sulawesi Selatan

1 Dinas KB Kaharudin Mahmud Kabid Ikap

2 Dinas Tata Ruang, LH dan Kebersihan Eddy Poernomo Belluano Penata Tk I/Kasi Amdal

3 Dinas Kehutanan Perkebunan dan LH Isrun Hamid, S.Hut. Staf Subdin LH

4 Bapedalda Drs H Naris Patha Sekretaris

5 Dinas Kehutanan, Perkebunan dan LH Muchtar Patau Kepala Bidang LH

6 Bapedalda Provinsi A Isma Kasubdid SDM

7 Bapedalda Provinsi Muhammad Fadullah Staf Bag Program

8 Dinas Pendidikan H. Muhammad Dahniar Penata Tk.I/Kasubag Program

9 Dinas Pendidikan Drs. H. Ridwan, M.Hd. Pembina IVa/Staf

10 BKKBN Provinsi Muhammad Tahir, S.E. Penata Tk I/Kasi PPID

11 Dinas KB dan Keluarga Sejahtera Abdillah, S.E. Ka.Subdin Ikap

12 Dinas Kesejahteraan Sosial Drs. Jamaris Staf Subag Perencanaan

13 Badan Kesos dan Linmas Drs.A.Gunadil Ukra.M.M. Pembina/Kabag TU

14 Dinas Kesos Tenaga Kerja dan Transmigrasi Suandi, SE Kasi PKT

15 Dinas Kesos dan Kesbang Dra. Hj. Rosnaedah Pembina/Kabid Tata Usaha

16 Bappeda Ir. Anwar Hamido, M.Si. Kasubid Kesehatan

17 Bappeda Andi Gunawan Staf Sosek

18 Bappeda Takalar Faisal Sahing Kasubid Jasa

19 Dinas Kehutanan Hariani Samal, S. Hut., M.Si. Staf Subag Program

20 Dinas Kesehatan Tk I Rosmiati Penata Muda Tk I

Sulaesi Barat

21 Dinas Pendidikan Muh Muhram R, S.Pd. Pengatur Muda II a

22 Dinas Pendidikan Abd Rahman, M. S.E. Staf Perencanaan

23 Dinas Pendidikan Juniar, S.E. Kasubag Program & Keuangan

24 Kependudukan Adam Malik Staf

25 Dinas KB Kesos dan Perlindungan Masyarakat Fajar, S.E. Penata Muda III/A Staf

26 BKKBN Provinsi A. Angu Fatimah Staf III/A

27 Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil M. Akbar Kasi Kependudukan, Penata Tk.I

28 Dinas Kesehatan/KB Sidrah, S.Pd. Kasubag Perencanaan

29 Badan Kesehateraan Sosda St. Fifi Staf

30 Dinas KB, Kesos dan Perlindungan Masyarakat Samsam, S.E. M.M. Kasie Yayasan Pahlawan

31 Dinas Sosial Marwah Staf

32 Dinas Kesehatan Provinsi Andi Teluri Bulaeng Staf Kesga

33 Dinas Kesehatan Provinsi Wahyuddin Staf Perencaan Dinkes

46

Page 231: buku7

34 Dinas Kesehatan Hj.Mudra S. Pengelola Gizi

47

Page 232: buku7

Rangkuman Usulan Indikator MDGs Tingkat Kabupaten dan Kecamatan

INDIKATOR MDG Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data

Tujuan 1: Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara th. 1990-2015

1 Proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori pra sejahtera dan sejahtera I (yang disepakati masyarakat) Sektor KB

2 Proporsi penduduk yang kualitas hidupnya rendah (fakir miskin) Survei/Sektor Kesos

Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara th. 1990-2015

3 Proporsi Balita kurang gizi Survei

4 Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum (2100 kkal per kapita per hari) x x Survei

Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Target 3: Memastikan pada th. 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

5 Angka partisipasi murni di sekolah dasar (7-12 tahun) Survei/Sektor Pendidikan

6 Angka partisipasi anak di pendidikan pra sekolah (4-6 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

7 Angka partispasi murni di sekolah lanjutan pertama Survei/Sektor Pendidikan

8 Angka partisipasi murni anak cacat Sektor Sosial/ Pendidikan

9 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil mencapai kelas 5 Survei/Sektor Pendidikan

10 Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar Sektor Pendidikan

11 Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar Sektor Pendidikan

12 Angka kelulusan Sektor Pendidikan

13 Angka putus pekolah Sektor Pendidikan

14 Angka melanjutkan ke SMP Sektor Pendidikan

15 Angka melanjutkan ke SMA Sektor Pendidikan

16 Angka melek huruf remaja (15-24 tahun) Survei

1

Page 233: buku7

INDIKATOR MDG Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data

Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan perempuan

Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada th.2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari th.2015

17 Rasio APM anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat sekolah dasar (7-12 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

18 Rasio APM anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat sekolah lanjutan pertama (13-15 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

19 Rasio melek huruf perempuan terhadap anak laki-laki (15-24 tahun) Survei/Sektor

Pendidikan

20 Kontribusi perempuan dalam kerja nafkah/upahan di sektor non pertanian Survei

21 Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan x Sekr. DPR 22 Presentase camat perempuan X Pemda

23 Presentase lurah/Kades perempuan Pemda

24 Presentase perempuan dalam keanggotaan Baperjakat X Pemda

25 Rasio pejabat perempuan di kantor kecamatan Pemda

26 Persentase perempuan sebagai pengurus partai Sekr. Partai politik

27 Persentase perempuan sebagai pengurus Orsos Sekr. Partai politik

28 Presentase peserta KB perempuan dibanding laki-laki Survei/Sektor KB

Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara th. 1990-2015

29 Angka kematian bayi X Survei/Sektor Kesehatan

30 Jumlah kematian bayi X Sektor kesehatan

31 Angka kematian Balita X Survei/Sektor

Kesehatan

32 Presentase Balita KEP Survei/sek kesehatan

Persentase rumah tangga menggunakan garam yodium Survei/Sektor

Kesehatan 33

34 Presentase pemberian vitamin A pada Balita Sektor Kesehatan

Proporsi anak usia satu tahun yang diimunisasi campak

Survei/Sektor Kesehatan

35

36 Proporsi anak yg diimunisasi campak < 2 th Survei/sek Kesehatan

2

Page 234: buku7

Kabu-paten

Keca-matan Sumber Data INDIKATOR MDGs

Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara th. 1990-2015

Angka Kematian Ibu Survei/Sektor Kesehatan 37

Status gizi WUS Survei/Sektor Kesehatan 38

Status gizi wanita hamil Survei/Sektor

Kesehatan 39

Presentase pemberian Fe pada ibu hamil Sektor Kesehatan 40 Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih Survei/Sektor

Kesehatan 41

Presentase kunjungan K4 Survei/Sektor Kesehatan 42

Presentase remaja yang mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi Survei/Sektor

Kesehatan 43

Angka pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun Survei/Sektor KB 44

Tujuan 6: Memerangi HIV/ AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/ AIDs dan mulai

menurunnya jumlah kasus baru pada th. 2015

Angka pemakaian kontrasepsi kondom pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun Survei/Sektor KB 45

Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS Sektor Kesehatan 46

47 Prevalensi HIV/AIDS Sektor Kesehatan Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya

jumlah malaria dan penyakit lainnya

48 Prevalensi malaria Sektor Kesehatan Proporsi anak balita tidur menggunakan klambu yg direndam insektisida Sektor Kesehatan 49

Proporsi anak balita dengan gejala klinis malaria yang menerima pengobatan anti malaria Sektor Kesehatan 50

Tujuan 6: Memerangi HIV/ AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular

lainnya Prevalensi kasus tuberculosis Sektor Kesehatan 51 DOTS—angka penemuan penderita tuberculosis BTA positif baru Sektor Kesehatan 52

DOTS—angka kesembuhan penderita tuberculosis Sektor Kesehatan 53 Prevalensi kusta Sektor Kesehatan 54 Insiden DBD (demam berdarah dengue) Sektor Kesehatan 55 Persentase CFR (case fatality rate) diare Sektor Kesehatan 56 Persentase positive lyssa (rabies) Sektor Kesehatan 57

58 Insiden avian influenza Sektor Kesehatan

3

Page 235: buku7

Kabu-paten

Keca-matan Sumber data INDIKATOR MDGs

Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 9: Memadukan prinsip- prinsip pembangunan

berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional

Proporsi luas lahan yang tertutup hutan Sektor Kehutanan 59

Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan Sektor Kehutanan 60

Rasio luas kawasan yang sudah berhail di-reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu direhabilitasi/ direboisasi

Sektor Kehutanan 61

Proporsi titik pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu Sektor LH 62

Proporsi titik pemantauan kualitas udara yang memenuhi baku mutu udara ambien Sektor LH 63

64

Persentase pabrik yang memenuhi baku mutu air limbah Sektor LH

Pemakaian pupuk kimia perhektar lahan pertanian Sektor LH 65

Pemakaian pupuk kimia per hektar per jenis tanaman pertanian Sektor LH 66

Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa

akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum terlindung Survei 67

68

Persentase rumah tangga yang menggunakan biomassa untuk memasak Survei

Persentase rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak Survei 69

Persentase rumah tangga yang membuang sampah di lubang yang tertutup

Survei 70

Persentase rumah tangga/keluarga berumah tidak layak huni Survei/Sektor Kesos 71

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan

penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020

Persentase rumah tangga dengan status tempat tingggal milik sendiri, sewa, atau kontrak Survei 72

Persentase rumah tangga/keluarga yang tinggal di kawasan rawan bencana Survei/Sektor Kesos 73

74 Proporsi rumah tangga dengan sertifikat kepemilikan dari BPN

Sektor Pertanahan

4

Page 236: buku7

Formulir A DEPARTEMEN SOSIAL REBUPLIK INDONESIA

INSTRUMEN PENDATAAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

I. PENGENALAN TEMPAT

1. Propinsi

2. Kabupaten/Kota*)

3. Kecamatan

4. Desa/Kelurahan*)

5. Status Daerah 1 Perkotaan 2 Perdesaan

6. Geografis Desa/Kelurahan*) 1 Pantai 2 Bukan pantai

7. RW/RT/Dusun/dll.

8. Nonor Urut Keluarga

9. Nama Kepala Keluarga ....................................................................................................... 10. Nama Responden ....................................................................................................... 11. Jumlah Anggota Keluarga

12. Alamat/Nomor Telepon ................................................................ /.....................................

II. KETERANGAN PETUGAS Nama Pendata .................................... Nama Pengawas ............................................... Tanggal Pendataan .................................... Tanggal Pengawasan ............................................... Tanda Tangan Pendata .................................... Tanda Tangan Pengawas ...............................................

Page 237: buku7

III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

Balita (Umur 0-4 tahun)

No. Urut ang-gota

rumah tangga

Nama anggota rrumah tangga (Termasuk Kepala Rumah

Tangga

Hu-bungan dengan kepala rumah tangga (Kode)

Jenis kelamin:

1 Laki- laki 2 Perem- puan

Umur (Ta-hun)

Pendi-dikan ter-

tinggi yang di- tamat-

kan (Kode)

Status per-

kawin-an

(Kode)

Status peker-jaan

utama se-

minggu yang lalu

(Kode)

Kete-ram-pil

an utama yang

di-miliki (Kode)

Jika berumur

0-2 th menda-patkan

ASI/ usu peng-ganti

24 jam ter-akhir Ya 1 Tidak 2

Menda-pat

imuni-sa-i

sesuai usianya Ya 1 Tidak 2

Mem-peroleh makan-

an 4 sehat se-

minggu yang lalu

Ya 1 Tidak 2

Jika sakit

dirawat/diobati secara medis Ya 1 Tidak 2

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kode Kolom 3 1. Kepala rumah tangga 2. Isteri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua 7. Family lainnya 8, Pembantu r. tangga 9. Lainnya

Kode Kolom 6 1. Blm/tdk tamat SD/sederajat 2. SD/MI/sederajat 3. SLTP/MTs/sederajat 4. SMA/SMK/MA/sederajat 5. Diploma I/II 6. Diploma III/Sarjana Muda 7. Diploma IV/S∧ 8. S2/S3

Kode Kolom 7 1. Belum kawin 2. Kawin 3. Cerai hidup 4. Cerai mati

Kode Kolom 8 1. Belum kawin 2. Usaha dg buruh tetap/tdk tetap 3. Buruh/karyawan/pegawai tetap 4. Buruh pertanian tidak tetap 5. Buruh tidak tetap non pertanian 6. Tidak bekerja

Kode Kolom 9 1. Menjahit 2. Kerajinan tangan 3. Sablon 4. Service alat elektronik 5. Kesenian 6. Olahraga 7. Montir/perbengkelan 8. Bidang pertanian/perikanan 9. Pertukangan 10. Salon 11. Pijat 12. Lainnya

Page 238: buku7

III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

Anak (umur 5-18 tahun) Anggota rumah tangga yang cacat Cacat eks penyakit kronis Wanita Lanjut usia

No. Urut ang-gota

rumah tangga

Men-dapat

imuni-sasi sesuai de-

ngan usia-nya

Ya 1 Tidak 2

Mem-per-oleh

ma-kanan

4 sehat se-

minggu yg lalu

Ya 1 Tidak 2

Men-dapat pendi-dikan

for-mal dasarr

9 th sesuai usia-nya

Ya 1 Tidak 2

Jika sakit siobati/di

rawat secara medis

Ya 1 Tidak 2

Cacat fisik (cacat tulang, lumpuh,

putus/amputasi

Ya 1

Tidak 2

Catat mental

(perilaku tidak

sesuai usia, eks-

psiko-tik)

Ya 1 Tidak 2

Cacat mata (buta, low

vision)

Ya 1 Tidak 2

Tuna rungu wicara

Ya 1 Tidak 2

Pernah ber-

penyakit TBC, Kusta atau

pernah stoke

Ya 1

Tidak 2

Jika Kolom(22)

berkode1, apakah

berakibat pada ke-

lainan fisik

Ya 1 Tidak 2

Menjadi orang

tua tunggal dengan

anak yang masih dalam tang-

gungan-nya

Ya 1 Tidak 2

Mem-peroleh makan-

an 4 sehat se-

minggu yang lalu

Ya 1 Tidak 2

Jika sakit

dirawat atau

diobati secara medis

Ya 1 Tidak 2

Tidak ada

keluar-ga

yang mau dan

mampu meng-urus

Ya 1 Tidak 2

(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 239: buku7

IV. KONDISI KESEJAHTERAAN KELUARGA Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati

1. 1 Milik sendiri 2 Kontrak/sewa

3 Bebas sewa 4 Dinas

5 Lainnya

2. Luas lantai bangunan tempat tinggal terluas .............................m2

Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas 3. 1 Kayu berkualitas tinggi/semen/keramik 2 Kayu berkualitas rendah/bambu 3 Tanah

Jenis atap bangunan tempat tinggal terluas 4. 1 Beton

2 Genteng 3 Sirap 4 Seng

5 Asbes 6 Ijuk, rumbia

7 Lainnya

Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas 5. 1 Kayu berkualitas tinggi/tembok/plester

2 Kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester 3 Bambu/rumbia 4 lainnya

Fasilitas tempat buang air besar (jamban / kakus) 6.

1 Miliki sendiri 2 Milik bersama 3 Umum 4 Tidak punya

7. Tempat pembuangan akhir tinja 1 Tangki septik 2 Bukan tangki septik

Sumber air minum 8. 1 Air kemasan

2 Ledeng 3 Pompa

4 Sumur terlindung 5 Sumur tak terlindung 6 Mata air terlindung

7 Mata air tak terlindung 8 Air sungai

9 Air hujan 10 Lainnya

9 Sumber penerangan utama PLN) 1 Listrik (PLN/Non-PLN 2 Bukan listrik

10. Apakah mempunyai tempat tersendiri untuk dapur 1 Ya 2 Tidak

Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari 11. 1 Gas/listrik 2 Minyak tanah 3 Kayu/arang 4 Tidak punya

12. Apakah rt pernah menerima kredit mikro/menengah (UMKM) setahun yang lalu 1 Ya 2 Tidak

13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

1 Pertanian padi dan palawija 2 Perkebunan 3 Peternakan 4 Perikanan

5 Pertambangan dan Penggalian

6 Industri pengolahan 7 Listrik, gas dan air

8 Konstruksi bangunan 9 Perdagangan 10 Transportasi dan

komunikasi

11 Persewaan 12 Jasa kemasyarakatan 13 Lainnya 14 Tidak bekerja

14 Pengeluaran makanan per orang per bulan Rp ...............................,-

Page 240: buku7

V. KETERANGAN

Page 241: buku7

Formulir B

DEPARTEMEN SOSIAL REBUPLIK INDONESIA INSTRUMEN PENDATAAN

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

I. PENGENALAN TEMPAT

1. Propinsi

2. Kabupaten/Kota*)

3. Kecamatan

4. Desa/Kelurahan*)

5. Nama Lengkap Lembaga

6. Alamat Lengkap Lembaga

7. Nama Responden

8. Jabatan Responden

9. Cap Lembaga dan Tanda Tangan

II. KETERANGAN PETUGAS Tanggal Pendataan ............................................... Tanggal Pengawasan ............................................... Nama Pendata ............................................... Nama Pengawas ...............................................

Tanda Tangan Pendata ...............................................

Tanda Tangan Pengawas ...............................................

Page 242: buku7

III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

No. Urut ang-gota

rumah tangga

Nama Alamat ( Jl./RT/RW ) Jenis

Kelamin (L) - 1 (P) - 2

Umur (Tahun)

Pendidikan Tertinggi

yang ditamatkan

(Kode)

Peker-jaan

Utama (Kode)

Jenis PMKS (Kode)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kode Kolom 6: Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1. Belum / Tidak Tamat SD/ Sederajat 2. SD / MI / Sederajat 3. SLTP / MTs / Sederajat 4. SLTA / MA / Sederajat / Kejuruan 5. Diploma I / II 6. Dploma III / Sarjana Muda 7. DIV / S1 8. S2 / S3

Kode Kolom 7: Pekerjaan Utama 1. Usaha Sendiri 2. Usaha dengan buruh tetap / tidak tetap 3. Buruh / Karyawan / Pegawai Tetap 4. Buruh Tidak tetap Pertanian 5. Buruh Tidak Tetap Non Pertanian 6. Tidak Bekerja

Kolom 8: Jenis PMKS 1. Anak Nakal 2. Anak Jalanan 3. Tuna Susila 4. Gelandangan 5. Pengemis 6. Bekas Warga Binaan

Lembaga Kemasyarakatan 7. Korban Tindak Kekerasan

8. Korban Penyalahgunaan NAPZA 9. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 10. Korban Bencana Alam 11. Korban Bencana Sosial 12. Komunitas Adat Terpencil 13. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 14. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis

Page 243: buku7

Formulir C DEPARTEMEN SOSIAL REBUPLIK INDONESIA

INSTRUMEN PENDATAAN POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS)

I. PENGENALAN TEMPAT

1. Propinsi

2. Kabupaten/Kota*)

3. Kecamatan

4. Desa/Kelurahan*)

5. Status Daerah

6. Geografis Desa/Kelurahan

7. Nama Responden ....................................................................................................

II. KETERANGAN PETUGAS

PETUGAS PENDATA PENGAWAS

Tanggal Pendataan ............................................... Tanggal Pengawasan ...............................................

Nama Pendata ...............................................

Nama Pengawas ...............................................

Tanda Tangan Pendata ............................................... Tanda Tangan Pengawas ...............................................

Page 244: buku7

III. PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM) Kegiatan Usaha

Kesejahteraan Sosial (Kode)

No. Urut ang-gota

rumah tangga

Nama Alamat (Jl. /RT/RW)

Jenis Kelamin

(L) - 1 (P) - 2

Usia

(Tahun)

Pendidikan tertinggi yg ditamatkan

(Kode) Pekerjaan Utama (Kode)

Kesos Non Kesos

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Kode Kolom 6: Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

1. Belum / Tidak Tamat SD / Sederajat 2. SD / MI / Sederajat 3. SLTP / MTS / Sederajat 4. SLTA / MA / Sederajat / Kejuruan 5. Diploma I / II 6. Dploma III / Sarjana Muda 7. DIV / S1 8. S2/S3

Kode Kolom 7: Pekerjaan Utama 1. PNS (bukan Guru) 2. PNS Guru 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Pedagang

6. Nelayan 7. Buruh 8. Purnawirawan / Pensiunan 9. Jasa 10. Lainnya

Kode Kolom 8: Kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial 1. Pendataan, Pendekatan, dan Perencanaan 2. Seleksi Motivasi calon Klien 3. Penyuluhan dan Bimbingan Sosial 4. Bantuan Sosial dan Pendampingan 5. Terminasi dan Tindak Lanjut

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

21 3 4

5431 2

5

5

5

5

5

5

5

5

5

Page 245: buku7

IV. ORGANISASI SOSIAL Jumlah Pengurus

No. Nama Alamat (Jl. /RT/RW)

Tahun Berdiri

Status (Kode)

Tipologi (Kode) (L) (P)

Jumlah Anggota Pekerjaan Utama (Kode)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.

2.

3.

4. 5. Kode Kolom 5: Status: 1. Badan Hukum 2. Tidak Berbadan Hukum

Kode Kolom 6: Tipologi:

1. Tipe A 2. Tipe B 3. Tipe C

4. Tipe D 5. Tipe E

Kode Kolom 10: Kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial 1. Keagamaan 2. Penyantunan PMKS (anak, lansia, cacat, fm) 3. Pendidikan (Olah Raga & Kesenian) 4. UEP (Usaha Ekonomi Produktif)

5. Kesehatan 6. Kematian 7. Lainnya

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

765431 2

7

7

7

7

V. KARANG TARUNA

Jml Pengurus No. Nama Alamat

(Jl. /RT/RW) Status (Kode)

Tipologi (Kode) (L) (P)

Jumlah Anggota

Kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial (Kode)

(1) (6)

1.

2.

3.

4. Kode Kolom 5 : Klasifikasi: 1. Tumbuh 4. Percontohan 2. Berkembang 3. Maju

Kode Kolom 9 : Kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial

1. Penyantunan PMKS : Anak terlantar, lanjut usia terlantar, cacat, klg fakir miskin 2. Pendidikan (Olah Raga & Kesenian) 3. UEP (Usaha Ekonomi Produktif)

4. Kesehatan 5. Kematian 6. Pendataan 7. Lainnya

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

765431 2

7

7

7

Page 246: buku7

VI. WAHANA KESEJAHTERAAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT

No. Nama Alamat Sekretariat Tahun Berdiri

jaringan Unsur yang bekerjasama

Kegiatan yang dikerja-

samakan (Kode)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

Kode Kolom 5 (bisa lebih dari satu): Unsur yang bekerjasama :

1. Karang Taruna 2. Orsos 3. PSM

4. Tokoh Masyarakat 5. Kelompok Masyarakat 6. Kelompok pengajian 7. Kelompok lainnya

Kode Kolom 6 : Kegiatan yang dikerjasamakan : 1. Komunikasi informasi Edukasi (flu burung diatasi bersama-sama) 2. Peningkatan Kemitraan (peningkatan sumberdaya untuk kegiatan UKS) 3. Kegiatan lainnya

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

21 3 4 5 6

765431 2

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7 21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

31 2

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

Page 247: buku7

VII. DUNIA USAHA

Sasaran

No Nama Alamat Tahun Berdiri Jenis UKS

Pengorga-nisasian Kegiatan

UKS (Kode)

Dalam Perusahaan-

Masyarakat jumlah

Jaringan Kerja

(Kode)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kode Kolom 5 : Jenis UKS : 1. Penyantunan Anak 2. Penyantunan Lanjut

Usia 3. Penyantunan Fakir-

miskin

4. Penyantunan cacat 5. UEP 6. Lainnya

Kode Kolom 6 : Pengorganisasian: 1. Yayasan 2. Bekerjasama dengan masyarakat

Kode Kolom 10: 1. Lembaga Pemerintah 2. Lembaga non

Pemerintah 3. Perguruan Tinggi 4. Institusi riset

5. Industri besar 6. Industri Menengah 7. Industri Kecil 8. Koperasi 9. Wirausaha

Page 248: buku7

VIII. KEPERINTISAN DAN KEPAHLAWANAN

Perintis Kemerdekaan Keluarga Pahlawan Nasional No Nama

Janda Duda Suami Isteri Anak Alamat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Page 249: buku7

Lampiran 4.1

Pusk

esma

s :

Bulan

:

Keca

matan

:Ta

hun

:

Jml

Anak

Bali

taNo

Nama

Ka

der

Btl

Btl

Kaps

ulJm

l dpt

Jml

1-4 t

ahun

LILA

<23,5

Po

syan

duAk

tif1

2Yo

dium

kolos

DDTK

Jml

Diuk

urcm

trum

IIV

DDTK

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1718

1920

2122

2324

2526

2728

2930

3132

3334

3536

3738

Agus

tBC

GFe

bI

Imun

isasi

IIIII

III

IIIIV

K

REGI

STER

KEG

IATA

N PO

SYAN

DU

K1K4

Hepa

titis

III

III

DPT

Polio

SK

DKE

PN

WUS

GIZI

KIA

Bayi

Ibu ha

mil

WUS

Jml d

apat

ASI E

ksklu

sif

Balita

DN

Siru

p Fe B

alita

Vit A

Bayi

0-11

bulan

KEP

S

73

Page 250: buku7

Lampiran 4.1 (Lanjutan)

Pusk

esm

as :

Bula

n

:Ke

cam

atan

:

Tahu

n :

Jml

NoNa

ma

Kade

rPo

syan

duAk

tif

12

339

4041

4243

REGI

STER

KEG

IATA

N PO

SYAN

DU

Cam

pak

ISPA

DESA

DIAR

E

Jml

Diob

ati

74

Page 251: buku7

Lampiran 4.2

Ko

de P

uske

smas

:

LB1

Pusk

esm

as

:

Hala

man

1Ke

cam

atan

:Pu

skes

mas

Pem

bant

u ya

ng a

da :

Yan

g la

por :

Bula

n :

Kabu

pate

n/Ko

ta

:Ta

hun

:Pr

opin

si

:

0-7

hr8-

28 h

r1-

<1 th

1-4

th5-

9 th

10-1

4 th

15-1

9 th

20-4

4 th

45-5

4 th

55-5

9 th

60-6

9 th

> '7

0 th

12

34

56

78

910

1112

1314

15

01PE

NYAK

IT IN

FEKS

I PAD

A US

US01

01Ko

lera

0102

Diar

e (te

rmas

uk te

rsan

gka

koler

a)01

03Di

sent

ri01

04In

feks

i pen

yakit

usu

s yg

lain

02PE

NYAK

IT T

UBER

KULO

SA02

01TB

Par

u02

02TB

Sela

in Pa

ru03

PENY

AKIT

BAK

TERI

0301

Kusta

I/T

(MB)

0302

Kusta

B/L

(PB)

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

Men

geta

hui

Pelap

orPi

mpin

an P

uske

smas

(

)(

)

NIP

NIP

LAPO

RAN

BULA

NAN

DATA

KES

AKIT

AN

N0JE

NIS

PENY

AKIT

TOTA

LJU

MLA

H PE

NDER

ITA

75

Page 252: buku7

Lampiran 4.3 Kode Puskesmas: LB3Puskesmas: Halaman 1 dan 2Kecamatan:Puskesmas Pembantu yang ada: Yang lapor: Bulan:Kabupaten/Kota: Tahun:Propinsi:

1 2I GIZI

1 Jumlah anak balita dapat vit A dosis tinggi (200.000 IU)2 Jumlah ibu nifas dapat vit A dosis tinggi3 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 30 tablet (Fe1)4 Jumlah ibu hamil dapat tabel tambah darah (Fe) 90 tablet (Fe3)5 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol I 150 cc (FeBal I)6 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol II 300 cc (FeBal 2)7 Jumlah bayi <1th ditimbang8 Jumlah anak balita 1-4 th ditimbang9 Jumlah bayi dan anak balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah

10 Jumlah bunil mendapat kapsul yodium11 Jumlah penduduk lainnya mendapat kapsul yodium12 Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) baru yang diukur LILA (Lingkar Lengan Atas)13 Jumlah WUS baru yang diukur < 23,5 cm

II KIA1 Jumlah kunjungan K1 ibu hamil2 Jumlah kunjungan K4 ibu hamil3 ………. Dst

III IMUNISASI1 Jumlah bayi 9-11 bulan divaksinasi campak2 Jumlah bayi 2-11 bulan divaksinasi DPT13 Jumlah bayi 0-11 bulan divaksinasi Hepatitis B14 ………. Dst

IV PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

15

A ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)1 Jumlah kasus AFP baru (0-15 tahun) ditemukan2 Jumlah kasus AFP 0-15 tahun dilacak

B TETANUS NEONATORUMC MALARIAD DBD (Demam Berdarah Dengue)E RABIES

Mengetahui Penagggung JawabPimpinan Puskesmas KIA-GIZI,

IMUNISASI, P2M

( ) ( )NIP NIP

L A P O R A N B U L A N A N

N0 KEGIATAN JUMLAH

IMUNISASI, PENCEGAHAN PENYAKIT MENULARKIA, GIZI

76

Page 253: buku7

Lampiran 4.4

Form

ulir

RL2a

NAM

A RS

:Ha

lam

an

No. K

ode

RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rGO

LONG

AN

JML

PASI

ENJM

L PA

SIEN

Urut

DTD

Terp

erin

ciSE

BAB-

SEBA

B SA

KIT

0-28

hr

29 h

r- 1

th1-

4 th

5-14

th15

-24

th25

-44

th45

-64

th65

+ th

LkPr

KELU

AR (H

+M)

KEL

MAT

I1

23

45

67

89

1011

1213

1415

16

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifo

id da

n pa

ratif

oid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

PASI

EN K

EL (H

+M) M

EN S

EX

DATA

KEA

DAAN

MOR

BIDI

TAS

PASI

EN R

AWAT

INAP

RUM

AH S

AKIT

PASI

EN K

ELUA

R (H

IDUP

DAN

MAT

I) M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

77

Page 254: buku7

Lampiran 4.5

Form

ulir

RL2b

NAM

A RS

:Ha

lam

an

No. K

ode

RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rG

OLO

NGAN

JM

L PA

SIEN

JML

PASI

ENUr

utDT

DTe

rper

inci

SEBA

B-SE

BAB

SAKI

T0-

28 h

r29

hr-

1 th

1-4

th5-

14 th

15-2

4 th

25-4

4 th

45-6

4 th

65+

thLk

PrKE

LUAR

(H+M

)KE

L M

ATI

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifo

id d

an p

arat

ifoid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

PASI

EN K

EL (H

+M) M

EN S

EX

DATA

KEA

DAAN

MO

RBID

ITAS

PAS

IEN

RAW

AT J

ALAN

RUM

AH S

AKIT

PASI

EN K

ELUA

R (H

IDUP

DAN

MAT

I) M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

78

Page 255: buku7

Lampiran 4.6

Form

ulir

RL2a

1NA

MA

RS :

Hala

man

No

. Kod

e RS

Nom

or

Nom

orNo

Daf

tar

GOLO

NGAN

JM

L KA

SUS

JML

N0Ur

utDT

DTe

rper

inci

SEBA

B-SE

BAB

SAKI

T0-

28 h

r29

hr-

1 th

1-4

th5-

14 th

15-2

4 th

25-4

4 th

45-6

4 th

65+

thLk

PrBA

RUKU

NJUN

GAN

URUT

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

17

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifo

id d

an p

arat

ifoid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

KASU

S BA

RU M

EN S

EX

DA

TA K

EADA

AN M

ORBI

DITA

S PA

SIEN

RAW

AT IN

AP S

URVE

ILAN

S TE

RPAD

U RU

MAH

SAK

IT

KASU

S BA

RU M

ENUR

UT G

OLON

GAN

UMUR

79

Page 256: buku7

Lampiran 4.7

Form

ulir

RL2b

1NA

MA

RS :

Hala

man

No

. Kod

e RS

Nom

orNo

mor

No D

afta

rG

OLO

NGAN

JM

L KA

SUS

JML

N0Ur

utDT

DTe

rper

inci

SEBA

B-SE

BAB

SAKI

T0-

28 h

r29

hr-

1 th

1-4

th5-

14 th

15-2

4 th

25-4

4 th

45-6

4 th

65+

thLk

PrBA

RUKU

NJUN

GAN

URUT

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

17

0100

1A0

0Ko

lera

0200

2A0

1De

mam

tifo

id d

an p

arat

ifoid

0300

3A0

2Si

gello

sis

……

dst

……

……

dst

……

…..

dst

……

.

KASU

S BA

RU M

EN S

EX

D

ATA

KEAD

AAN

MO

RBID

ITAS

PAS

IEN

RAW

AT J

ALAN

SUR

VEIL

ANS

TERP

ADU

RUM

AH S

AKIT

KASU

S BA

RU M

ENUR

UT G

OLO

NGAN

UM

UR

80

Page 257: buku7

Lampiran 4.8

Form

ulir

RL2c

Nam

a RS

:No

. Kod

e RS

:

Nom

orRe

kam

Med

isTe

tanu

sTB

CPa

sien

Neon

ator

umPa

ru1

23

45

67

89

1011

1213

1415

1617

18

01

2

KEAD

AAN

PASI

ENPE

NYEB

AB S

AKIT

No.

Umur

/Sex

LP

Hidu

pDi

pter

i3

STAT

US IM

UNIS

ASI**

)

Pertu

sisTe

tanu

sM

ati

Cam

pak

Polio

TK

81

Page 258: buku7

Lampiran 5.1

1.

DE

SA

/K

ELU

RA

HA

N Y

AN

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

: …

……

…..

2.

KE

CA

MA

TA

N:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. N

O.

KO

DE

KE

CA

MA

TA

N

3.

KA

BU

PA

TE

N/

KO

TA

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NO

. K

OD

E K

AB

UP

AT

EN

/K

OT

A

4.

PR

OV

INS

I:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NO

. K

OD

E P

RO

VIN

SI

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

JUM

LA

H

JUM

LA

H

JUM

LA

H

REK.K

EC.R

/I/K

S/0

7

P E

N G

E N

A L

A N

T

E M

P A

T

JUM

LA

H

DU

SU

N/

RW

TA

HU

N

K E

L U

A R

G A

DE

SA

/K

EL

UR

AH

AN

YAN

G

AD

AYAN

G D

I D

ATA

JUM

LA

H

RU

KU

N

TE

TA

NG

GA

CA

KU

PA

N R

UM

AH

TA

NG

GA

DA

N

KE

LU

AR

GA

YAN

G

AD

A

CA

KU

PA

N W

ILA

YA

H

YAN

G

AD

AYAN

G D

I D

ATA

JUM

LA

H J

IWA

DA

LA

M

KE

LU

AR

GA

TAM

AT

AK/P

T

DU

DA/

JAN

DA/

BELU

M

KAW

IN

JUM

LA

H

KE

PA

LA

K

ELU

AR

GA

JUM

LA

H

KE

PA

LA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

S

TA

TU

S

PE

KE

RJA

AN

JUM

LA

H K

EP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

S

TA

TU

S

PE

RK

AW

INA

N

JUM

LA

H K

EP

ALA

KE

LU

AR

GA

M

EN

UR

UT

S

TA

TU

S P

EN

DID

IKA

N

PE-

REM

PU

AN

LAKI

LA

KI

BE-

KERJA

TID

AK

BE-

KER

JA

YAN

G D

I D

ATA

TAM

AT

SD

- S

LTP

TID

AK

TAM

AT

SD

TI-

DAK

TAM

AT

SLT

AJU

M-

LA

H

REKAPIT

ULA

SI

HASIL

PEN

DATAAN

KELU

ARG

A T

ING

KAT K

ECAM

ATAN JU

ML

AH

K

EL

UA

RG

A

ME

ND

AP

AT

KA

N K

RE

DIT

M

IKR

O/

BA

NT

UA

N

MO

DA

L

JUM

LA

H

WA

NIT

A

US

IA

SU

BU

R

(15

-49

T

AH

UN

)

NO

U

RU

T

JUM

LA

H

RU

MA

H

TA

NG

GA

YAN

G

AD

AYAN

G D

I D

ATA

YA

KA-W

IN

KELU

ARG

A S

EJA

HTERA I

DAN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

JUM

LA

H

KE

PA

LA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

JE

NIS

KE

LA

MIN

LAKI

LAKI

PE-R

EM

PU

AN

KELU

ARG

A P

RA S

EJA

HTERA D

AN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

73

Page 259: buku7

Lampiran 5.1 (Lanjutan)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

PP

LK

B/P

EN

GE

LO

LA

KB

KE

CA

MA

TA

N

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

5 -

6

TAH

UN

IKU

TLA

KI

LAKI

PEREM

PU

AN

TID

AK S

EKO

LAH

LAKI

LAKI

PEREM

PU

AN

JUM

LA

H

HA

SIL

PE

NT

AH

AP

AN

KE

LU

AR

GA

SE

JAH

TE

RA

KE-L

UAR

-G

A

SEJA

H-

TER

A I

II

Plu

s

KE-L

UAR-

GA

SEJA

H-

TERA

II

KE-

LUARG

A

SEJA

H-

TER

A I

II

KE-L

UAR-

GA

SEJA

H-

TERA

I

KE-L

UAR-

GA P

RA

SEJA

H-

TERA

TID

AK

IKU

T

BALI

TA (

1-<

5 T

H)

MEN

GIK

UTI

KEG

IATAN

PO

SYAN

DU

ING

IN

AN

AK D

I TU

ND

A

PESER

TA

KB Y

AN

G

IMPLA

NT

NYA

PER

LU

DIC

ABU

T

TAH

UN

D

EPAN

PE

SE

RT

A K

B

BU

KA

N P

ES

ER

TA

KB

TID

AK

ING

IN

AN

AK

LAG

I

SW

AS-T

APEM

E

RIN

TAH

30-4

9

TA-H

UN

PU

S M

EN

UR

UT

K

ELO

MP

OK

UM

UR

20-2

9

TA-H

UN

SEKO

LAH

<20 T

A-

HU

N

PA

SA

N

GA

N

US

IA S

U-

BU

R

JUM

LA

H

7 -

15 T

AH

UN

PA

SA

NG

AN

US

IA S

UB

UR

K E

L U

A R

G A

TID

AK

IKU

T

HAM

IL

JUM

LA

H J

IWA

ME

NU

RU

T K

ELO

MP

OK

UM

UR

BAYI

(0-<

1 T

H)

MEN

GIK

UTI

KEG

IATAN

PO

SYAN

DU

16-2

1

TA-H

UN

22-5

9

TA-H

UN

ING

IN

AN

AK

SEG

ERA

KELU

ARG

A S

EJA

HTERA I

D

AN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

KELU

ARG

A P

RA S

EJA

HTERA D

AN

AN

GG

OTA K

ELU

ARG

A

60 T

A-

HU

N K

E

ATAS

IKU

T

74

Page 260: buku7

Lampiran 5.2

R/I

/KB/

04

BU

LAN

: . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

., ..

. . .

. . .

(1)

(2)

(3)

(6)

(7)

(8)

I U

D(I

)

M O

W(O

W)

1.

M O

P(O

P)

2.

Kon

dom

(K)

3.

Im

pla

nt

(IP

N)

4.

Su

nti

kan

(S)

5.

Pil

(P)

6.

Pem

ben

gka

kan

(IP

5/I

P3

, S)

, , S

(IP

5/I

P3

Infe

ksi/

Ab

ses

MO

)H

emat

oma

(IP

5/I

P3

, S, M

O)

Tran

slok

asi (

IUD

)

JEN

IS K

OM

PLI

KA

SI

Eksp

uls

i Kap

sul (

IP5

/IP

3)

Mig

rasi

Kap

sul (

IP5

/IP

3)

PELA

YAN

AN K

B BA

RU

PELA

YAN

AN

ULA

NG

(14)

ASKE

SKIN

KEG

AGAL

AN

(12)

MET

OD

E(1

0)(1

1)

KETE

RAN

GAN

(15)

PEN

CABU

TAN

IM

PLAN

T

REG

ISTE

R H

ASIL

PEL

AYAN

AN K

B D

I KL

INIK

KB

LAM

ABA

RU

HAS

IL

PELA

YAN

AN PE

SER

TA KB

NO

MO

R S

ERI

KARTU

KOM

PLIK

ASI

BER

ATN

A M

AA

L A

M A

T

JEN

ISM

ENU

RU

T M

ETO

DE

KON

TRAS

EPSI

UM

UR

JUM

LAH

H

ASI

L

PEL

AY

AN

AN

PES

ERTA

K

B

(4)

(5)

TAN

GG

ALJU

MLA

H

ANAK

(9)

(13)

75

Page 261: buku7

Lampiran 5.3

RE

GIS

TER

PE

ND

ATA

AN

KE

LUA

RG

ATA

HU

N :

……

…JU

MLA

H K

ELU

AR

GA

YA

NG

A:

……

……

……

……

……

…K

ECA

MA

TAN

: …

……

……

……

……

……

RT

: …

……

……

……

……

……

PE

TUG

AS

PEN

DA

: …

……

……

……

……

……

DU

SU

N/R

W:

……

……

……

……

……

…T

AN

GG

AL

: …

……

……

……

……

……

DES

A/K

ELU

RA

HA

N:

……

……

……

……

……

TA

ND

A T

AN

GA

N:

……

……

……

……

……

A.

DA

TA D

EMO

GR

AFI

DA

N K

B

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

KA-

WIN

TI-

DAK

BE

KER

-JA

BE

KER

-JA

TI-

DAK

YA

JUM

LA

H

W

A

NIT

A

US

IA

SU

BU

R

(15

-49

T

AH

UN

)

JUM

LAH

AN

GG

OT

A K

ELU

AR

GA

MEN

UR

UT

KEL

OM

PO

K U

MU

R

BAYI

< 1

TAH

UN

22-5

9 TA

-H

UN

60 T

A-

HU

N

KE

ATAS

LAKI

- LA

KIPE

REM

PU

AN

PA

SA

NG

AN

US

IA S

UB

UR

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

ENU

RU

T

JEN

IS

KE

LAM

IN

KEP

ALA

K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

S

TA

TU

S

PEK

ER

-JA

AN

KE

PA

LA

KE

LUA

RG

A

MEN

UR

UT

S

TAT

US

PE

R-

KA

WIN

AN

KE

PA

LA K

ELU

AR

GA

M

EN

UR

UT

TIN

GK

AT

PE

ND

IDIK

AN

KEL

UARG

A

MEN

DAPA

TKA

N

KRED

IT

MIK

RO

/ BAN

TUAN

M

OD

AL

7 -

15 T

AH

UN

SWAS-

TA

PEM

E-

RIN

-TA

H

16-2

1 TA-

HU

N

PE

SE

RT

A K

B

BU

KA

N P

ES

ER

TA K

B TID

AK

ING

IN

AN

AK

LAG

I

I S

T E

R I

KEL

OM

PO

K U

MU

R

ING

IN

AN

AK

DI

TUN

-D

A

ING

IN

AN

AK

SE

GER

A

HA-

MIL

PESE

RTA

KB

YAN

G

IMPL

AN

T N

YA

PERLU

D

ICABU

T

TAH

UN

D

EPAN

20-2

9 TA-

HU

N

30-4

9 TA

-H

UN

N A

M A

NO

U

RU

T

PUS

J U

M L

A H

PE-

REM

PU

AN

LAKI

- LA

KI

NA

MA

KE

PA

LA

KE

LUA

RG

A

KEL

UA

RG

A P

RA

SE

JAH

TER

A D

AN

AN

GG

OTA

KE

LUA

RG

A

KE

LUA

RG

A S

EJA

HTE

RA

I D

AN

AN

GG

OTA

KEL

UA

RG

A

5-6

TA

HU

NTI

DAK

M

ENG

I KU

TI

POS

YAN

DU

TID

AK

SEKO

LAH

BALI

TA 1

- <

5

TAH

UN

NO

U

RU

T

KE

PA

LA

KEL

U-

AR

GA

J U

M L

A H

SEKO

LAH

JUM

LAH

JI

WA

DA

LAM

K

ELU

AR

GA

DU

DA/

JAN

DA/

BELU

M

KAW

INLA

KI-

LAKI

PER

EM

PUAN

PER

EM

PUAN

LAKI

- LA

KI

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

NO

U

RU

T

RU

M

AH

T

AN

G

GAR/I

/KS

/07 J

U M

L A

H

K E

L U

A R

G A

TA-

MAT

AK/

PT

TA-

MAT

SLTA

TA-

MAT

SD -

SL

TP

TI-

DAK

TA-

MAT

SD

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

TID

AK

MEN

GI

KUTI

PO

S YA

ND

U

< 2

0 TA

-H

UN

76

Page 262: buku7

Lampiran 5.3 (Lanjutan)

B.

TAH

APA

N K

ELU

ARG

A S

EJAH

TERA

KE

LUA

RG

A S

EJA

HT

ER

A T

AH

AP

II

IK

ELU

AR

GA

S

EJA

HT

ER

A T

AH

AP

II

KE

LUA

RG

A S

EJA

HT

ER

A I

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

V X -

KE

LUA

RG

A M

EN

UR

UT

IN

DIK

AT

OR

PR

A S

EJA

HT

ER

A

X

KE

LUA

RG

A M

EN

UR

UT

IN

DIK

AT

OR

SE

JAH

TE

RA

I

X

CA

TA

TA

N :

V=

Ya

X=

Kel

ua

rga

tid

ak

da

pa

t m

em

en

uh

i In

dik

ato

r te

rse

bu

t-

= I

nd

ika

tor

ters

eb

ut

tid

ak

ber

lak

u u

ntu

k k

elu

arg

a y

an

g b

ers

an

gk

uta

n

NO

U

RU

T

RU

M

AH

TAN

G

GA

NO

U

RU

T

KE

PALA

KEL

U

AR

GA

RU

MAH

YA

NG

DI

TEM

PATI

KE

LUAR

GA

MEM

PU

NYA

I A

TA

P,

LAN

TA

I D

AN

D

IND

ING

YA

NG

BAIK

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

MEM

ILIK

I P

AK

AIA

N

YA

NG

B

ER

BED

A

UN

TUK

DI

RU

MAH

, BE

KERJA

/ SE

KOLA

H

DAN

BE

PERG

IAN

KEL

UAR

GA

SER

ING

IK

UT

D

AL

AM

K

EG

IA

T

AN

M

AS

YA

R

AK

AT

DI

LIN

G

KU

NG

AN

TEM

PAT

TIN

GG

AL

KELU

AR

GA

ME

MP

ER

O

LE

H

INFO

R

MA

SI

DARI

SU

RAT

KABAR/

MAJA

LAH

/ R

AD

IO/T

V

AD

A

SEO

RAN

G

ATAU

LEBIH

AN

GG

OTA

KEL

UAR

GA

YAN

G

BE

KE

RJA

U

NT

UK

M

EM

PE

R

OLE

H

PE

NG

H

AS

ILA

N

SELU

RU

H

AN

GG

OTA

KELU

AR

GA

UM

UR

1

0 -

60

T

AH

UN

B

ISA

BA

CA

T

ULI

SA

N

LAT

IN

PASA

N

GAN

USI

A

SUBU

R

DEN

GAN

AN

AK 2

ATAU

LE

BIH

M

EN

G

GU

NA

K

AN

A

LAT

/

OB

AT

K

ON

TR

A

SE

PS

I

KEL

UAR

GA

BERU

PAYA

ME

NIN

G

KA

TK

AN

P

EN

GE

T

AH

UA

N

AG

AM

A

SEBAG

IAN

PE

NG

H

ASI

LAN

KELU

AR

GA

DI

TA

BU

NG

D

ALA

M

BE

NT

UK

U

AN

G

MA

UP

UN

B

AR

AN

G

KEBIA

SAAN

KELU

AR

GA

MA

KA

N

BE

RS

AM

A

PALI

NG

KU

RAN

G

SEM

ING

GU

SE

KALI

D

IMAN

FA

ATKAN

U

NTU

K

BERKO

MU

N

IKASI

SE

MU

A

AN

AK

U

MU

R

7

- 1

5 T

H

DALA

M

KELU

AR

GA

BER

SE

KO

LAH

TIG

A B

ULA

N

TER

AKH

IR

KELU

AR

GA

DALA

M

KE

AD

AA

N

SE

HA

T

SEH

ING

GA

DAPA

T

MEL

AK

SAN

AKAN

TU

GAS/

FU

NG

SI

MASI

NG

-M

ASI

NG

HA

SIL

TA

HA

PA

N K

ELU

AR

GA

SE

JAH

TE

RA

KE

LUA

RG

A

PR

A

S

EJA

HT

ER

A

KE

LUA

RG

A

SE

JAH

TE

RA

I

KE

LU

AR

GA

S

EJA

HT

ER

A

II

KE

LUA

RG

A

SE

JAH

TE

RA

II

I

KE

LU

AR

GA

S

EJA

HT

ER

A

III

PLU

S

KE

LUA

RG

A S

EJA

HT

ER

A T

AH

AP

II

I P

LUS

PAD

A U

MU

MN

YA

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

MA

KA

N

DU

A K

ALI

S

EHA

RI

ATA

U

LE

BIH

Ko

de

Ja

wa

ba

n :

AD

A

AN

GG

OTA

KELU

AR

GA

YAN

G

A

KT

IF

SE

BA

GA

I P

EN

GU

RU

S

PER

KU

MPU

LAN

SO

SIAL/

YAYASA

N/

INST

ITU

SI

MASY

A

RAKAT

KELU

AR

GA

SE

CA

RA

T

ER

AT

UR

D

EN

GAN

SU

KA R

ELA

M

EM

B

ER

IKA

N

SU

M

BA

NG

AN

M

ATERII

L U

NTU

K

KEG

IATAN

SO

SIAL

LUA

S

LAN

TA

I R

UM

AH

PA

LIN

G

KUR

ANG

8 M

2

UN

TUK

SETI

AP

PEN

GH

UN

I R

UM

AH

PAD

A

UM

UM

NYA

AN

GG

OTA

KELU

AR

GA

ME

LAK

S

AN

AK

AN

IB

AD

AH

SE

SUAI

DEN

GAN

AG

AM

A D

AN

KEP

ER

CAYAAN

M

ASI

NG

-M

ASI

NG

PALI

NG

KU

RAN

G

SEKAL

I SE

MIN

GG

U

SELU

RU

H

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

MA

KA

N

DA

GIN

G/

IKA

N/

TELU

R

SELU

RU

H

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

MEM

PE

RO

LEH

PA

LIN

G

KUR

AN

G

SA

TU

STE

L P

AK

AIA

N

BA

RU

D

ALA

M

SE

TAH

UN

BILA

AD

A

AN

GG

OTA

KE

LUAR

GA

SA

KIT

D

IBA

WA

K

E S

AR

AN

A

KES

E

HA

TAN

BILA

PA

SA

N

GA

N

US

IA

SU

BU

R

ING

IN

B

ER K

B

PERG

I KE

SA

RAN

A

PELA

YAN

AN

KON

TRA

SEPS

I

77

Page 263: buku7

Lampiran 5.3 (Lanjutan)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

tan :

Cara Pengis

ian kolo

m -kolo

m ditulis dengan

Hu

bu

ng

an

KK

Pek

erja

an

Pen

did

ik

an

S

ta

tu

s P

erk

aw

in

Cata

aM

uta

si

angka-angka yang sesuai ja

waban responden

1 =

Kepala

Kelu

arg

a1 =

laki-la

ki

1 =

Pegaw

ai Pem

erin

tah1 =

Belu

m Sekola

h , karena

1 =

Belu

m Kaw

in1 =

Menin

ggal

2 =

Istri

2 =

Perem

puan

2 =

Pegaw

ai Sw

asta

belu

m m

asuk usia

SD

2 =

Kaw

in2 =

Pin

dah

3 =

Anak

3 =

Petani

2 =

Masih

sekola

h SD

3 =

Duda/Janda

3 =

Menik

ah

4 =

Lain

nya

4 =

Nela

yan

3 =

Tid

ak tam

at SD

4 =

Cerai

5 =

Pensiu

nan

4 =

Tam

at SD

6 =

Usaha Sendiri

5 =

Masih

sekola

h SLTP

7 =

Tid

ak Bekerja

6 =

Tam

at SLTP

8 =

Lain

-la

in7 =

Masih

sekola

h SLT

A

8 =

Tam

at SLTA

9 =

9 =

m

asih

sekola

h AK/PT

10=

Tam

at AK/PT

0 =

Tid

ak pernah sekola

h

C. D

ATA AN

GG

OTA KELU

ARG

A

N A M

A

HU

BU

NG

AN

D

EN

GAN

KK

Nom

or

Kode

Anggota

Kelu

arga

Nom

or

Kode

Kelu

arga

Indonesia

No.

Urut

STATU

S

PERKAW

IN

AN

[80)

PEKERJAAN

PERU

BAH

AN

[M

UTASI]

Jen

is K

ela

min

IN

DIVID

U AN

GG

OTA KELU

ARG

A

[81)

JEN

IS

KELAM

IN

(76)

TAN

GG

AL

BU

LAN

D

AN

TAH

UN

KELAH

IRAN

(77)

(78)

PEN

DID

IKAN

TERAKH

IR

(79)

78

Page 264: buku7

Lampiran 5.4

1. NAMA SUB PPKBD 3. DUSUN / RW *): ..................................................

2. RT 4. DESA/KELURAH: ........................................TAHUN : ..............

PASANGAN USIA SUBUR

NO UMUR KETERANGAN NAMA ISTRI NAMA SUAMI ISTRI

(Tahun)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

Jumlah Peserta KB Aktif KODE ALKON

IUD I

MOW OW

MOP OP

Kondom K

Implant IP

Suntikan S

Pil P

Jumlah Pasangan Usia Subur bukan Peserta KB

a. Hamil H

b. Ingin Anak Segera IAS

c Ingin Anak Ditunda IAT

d Tidak Ingin Anak Lagi TIAL

PARAF PPKBD

*) Coret yang tidak perlu.

KETERANGAN :

REGISTER SUB PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA

R/I/Sub PPKBD/04

HASIL PEMBINAAN KESERTAAN BER KB *)

1) PUS Ingin Anak Segera2) PUS Ingin Anak Ditunda

Mei Juni Juli Sept Okt Nop Des

PARAF KETUA SUB PPKBD

Jan Feb Maret April Agust

79

Page 265: buku7

Lampiran 5.5

BU

LAN

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .T

AH

UN

: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

KE

CA

MA

TA

N:

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

NO

. K

OD

E K

EC

AM

AT

AN

:

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A:

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

NO

. K

OD

E K

AB

UP

AT

EN

/K

OT

A:

I.K

EA

DA

AN

UM

UM

IV.

PE

MB

INA

AN

KE

SE

JAH

TE

RA

AN

KE

LU

AR

GA

(1)

(3)

(1)

(2)

(3)

1D

esa/

Kel

ura

han

1Ju

mla

h K

eluar

ga

yan

g m

enja

di A

ngg

ota

kel

ompok

kegia

tan U

PPK

S

2P P

K B

D2

3Sub P

PKBD

3

4Kel

om

pok

Keg

iata

n B

KB

4

5Kel

om

pok

Keg

iata

n B

KR

5Ju

mla

h K

eluar

ga

yan

g m

enja

di A

ngg

ota

kel

ompok

kegia

tan U

PPK

S b

erusa

ha

6Kel

om

pok

Keg

iata

n B

KL

6

7Kel

om

pok

Keg

iata

n U

PPKS

II.

KE

GIA

TA

N O

PE

RA

SIO

NA

LV

.P

EM

BIN

AA

N P

US

DA

N K

ES

ER

TA

AN

BE

R K

B

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

2Pes

erta

KB A

ktif :

c.M

OP

III.

PE

MB

INA

AN

KE

TA

HA

NA

N K

ELU

AR

GA

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

3Pas

angan

Usi

a Subur

buka

n P

eser

ta K

B

c.In

gin

Anak

Ditunda

d.

Tid

ak I

ngin

Anak

Lag

i

KE

TE

RA

NG

AN

:1)

2) CA

TPU

S I

ngin

Anak

Seg

era

= A

pabi

la P

US

men

ging

inka

n an

ak d

alam

wak

tu k

uran

g da

ri 2

tahu

n..

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

., .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

PU

S I

ngin

Anak

Ditunda

= A

pabi

la P

US

men

ging

inka

n an

ak d

alam

wak

tu 2

tah

un k

e at

as.

PP

LK

B/P

en

ge

lola

Pro

gra

m K

B K

eca

ma

tan

,

AT

AN

: (

.

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

)

JUM

LA

H

Jum

lah K

eluar

ga

yan

g

men

jadi Anggota

kel

om

pok

kegia

tan U

PPKS m

enggunak

an b

antu

an M

odal

JUM

LA

HY

AN

G M

ELA

PO

R

DIL

AP

OR

KA

NU

R

A

I

A N

NO

Jum

lah K

eluar

ga

Pra

Sej

ahte

ra d

an K

S I

yan

g m

enja

di a

ngg

ota

kel

ompok

kegia

tan U

PPK

S

MO

W:

( O

W )

1

BK

L

EC

-Da

l/0

4

(2)

NO

U R

A

I

A N

LA

PO

RA

N B

ULA

NA

N P

EN

GE

ND

ALIA

N L

AP

AN

GA

NP

RO

GR

AM

KE

LU

AR

GA

BE

RE

NC

AN

A N

AS

ION

AL

TIN

GK

AT

KE

CA

MA

TA

N

NO

: (

IAS

)

d.

Jum

lah K

eluar

ga

Pra

Sej

ahte

ra d

an K

S I

yan

g m

enja

di a

ngg

ota

kel

ompok

kegia

tan U

PPK

S

men

ggunak

an b

antu

an M

odal

Jum

lah K

eluar

ga

Pra

Sej

ahte

ra d

an K

S I

yan

g m

enja

di a

ngg

ota

kel

ompok

kegia

tan U

PPK

S

ber

usa

ha

b.

U R

A I

A N

Kon

dom

: (

K )

: (

H )

a.

U R

A

I

A N

J U

M L

A H

1Rak

or P

rogra

m K

B N

asio

nal

tin

gka

t Kec

amat

an

NO

(3)

: (

IAT

)

: (

TIA

L )

a.IU

D:

( I

)

b.

Ingin

Anak

Seg

era

e.Im

pla

nt

f.Ju

mla

h K

eluar

ga

yan

g m

enja

di A

ngg

ota

Kel

omg

ok K

ep

iata

n

: (

OP

)

Pas

angan

Usi

a Subur

(PU

S)

NO

Suntika

n

g.

Pil

: (

S )

: (

P )

: (

I )

Lapor

an in

i har

us

suda

h d

ikirim

kan k

e al

amat

yan

g d

ituju

p

ali

ng

la

mb

at

tan

gg

al

7 b

ula

n b

eri

ku

tnya.

Jum

lah K

eluar

ga

yan

g m

enja

di A

ngg

ota

ke

lom

pok

keg

iata

n H

adir d

alam

Per

tem

uan

/Pen

yulu

han

2Rak

or

Pro

gra

m K

B N

asio

nal

tin

gka

t D

esa/

Kel

ura

han

TKBK d

ari K

ecam

atan

ke

Des

a/Kel

ura

han

BK

BU

R

A

I

A N

3

BK

R

1 2Ju

mla

h P

erte

muan

/Pen

yulu

han

Ham

il

F/I/

K

3

80

Page 266: buku7

Lampiran 5.6

1. BKKBN Kab/Kota 2. Dinkes Kab/Kota 3. CAMAT 4. Arsip

NAMA KLINIK KB : ………………………………………………………………. NO. KODE KLINIK KB :

A L A M A T : ………………………………………………………………. NO. KODE KECAMATAN :

NAMA KECAMATAN : ………………………………………………………………. B U L A N : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

STATUS KLINIK KB : 1. Pemerintah 2. Swasta

NO

(1)

1

2

I. HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU

(1)

1

2

3

4

5

6

7

II. PELAYANAN KOMPLIKASI, KEGAGALAN DAN PENCABUTAN IMPLANT

NO

(1)

1

2

3

4

5

III. PERSEDIAAN ALAT KONTRASEPSI

(1) (2)

1 Sisa Akhir Bulan Lalu

2 Diterima Bulan Ini

3 Dikeluarkan Bulan Ini

4 Sisa Akhir Bulan Ini

IV. PELAYANAN ASKESKIN

(1)

1 I U D…………………………., …………………………,….

2 MOW

3 MOP

4 KONDOM

5 Implant

6 Suntikan

PIL

TATAN :

7

CALaporan bulanan Klinik KB ini sudah harus dikirim ke BKKBNKabupaten/Kota selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya.

( . . . . . . . . . . . . . . . .. )

MOW

( lusin ) ( set )

(4)

I U D( unit )

MOP

(5)

KEGAGALAN

(7)

(3)

PENCABUTAN IMPLANT

(6)

OLEH KLINIK KB

OLEH DOKTER

OLEH BIDAN JUMLAHMETODE KONTRASEPSI

KONDOM

(7)

( strip )P I L

(8)

( vial )

(6)

PIMPINAN KLINIK KB,

(6)

IMPLANT

(5)(2)

Kondom

(4)

F/II/KB/04

TEMPAT PELAYANAN KB

(2)

LAPORAN BULANAN KLINIK KB

YANG ADA YANG DILAPORKAN

(3)

NO KLINIK KB BIDAN PRAKTEK SWASTADOKTER PRAKTEK SWASTAMETODE KONTRASEPSI

I U D

(2)

Implant

JUMLAH

P I L

Implant

Suntikan

I U D

MOW

MOP

JUMLAH

NO

(5) (6)

Suntikan

(4)(3) (5)

(4)

KOMPLIKASI BERAT

SUNTIKAN

(3)

JUMLAH

Jumlah Dokter Praktek Swasta

Jumlah Bidan Praktek Swasta

KONTRASEPSI KEGAGALAN PENCABUTAN IMPLANTNO

PERSEDIAAN ALAT KONTRASEPSI

(3) (4)(2)

P B KOMPLIKASI BERAT

METODE

81

Page 267: buku7

206

Lampiran 7.1

SURVEI INDUSTRI 1. Nama Industri/Perusahaan : ………………………………………………………… 2. Alamat : …………………………………………….… …………………………………………….… 3. Jenis Industri : ………………………………………………………… 4. Nama dan Jumlah Produk :

No. Nama Produk Jumlah Produk per Tahun Satuan/Unit % Ekspor

1. 2. 3. dst

5. Pemakaian Bahan Baku :

No. Nama Bahan Baku Wujud Bahan Baku

Jumlah Bahan Baku per Tahun

Satuan/ Unit % Impor

1. 2. 3. dst 6. Penggunaan Energi

a. Listrik (PLN) : (Ya/Tidak) b. Pembangkit Sendiri (Generator) : Ya/Tidak

7. Penggunaan BBM jika menggunakan generator listrik sendiri :

No. Jenis BBM Jumlah Pemakaian Satuan/Unit 1. Bensin 2. Solar 3. Minyak Tanah 4. Minyak Diesel 5. Lain-lain 8. Penggunaan energi lain selain listrik dalam proses produksi :

Ada/Tidak Ada Jika ada :

No. Jenis Bahan Bakar Jumlah Pemakaian Satuan/Unit 1. Batubara 2. Kayu/Biomassa 3. Arang 4. Lain-lain

Page 268: buku7

207

Lampiran 7.2

SURVEI RUMAH TANGGA

1. Nama Responden : ………………………………………………... 2. Alamat : ………………………………………………… 3. Penggunaan energi untuk memasak

No, Jenis Energi Jumlah Pemakaian Unit/Satuan

1. Minyak Tanah Liter per bulan 2. LPG Kg per bulan 3. Gas (PGN) 4. Briket batubara Kg per bulan 5. Kayu bakar Kg per bulan 6. Lainnya ------ per bulan

4. Penggunaan Cold Storage (Kulkas) : Ada/Tidak Ada

Jika ada :

Pembelian No. Merk Type

Tahun Kondisi

1. Baru/Bekas

2. Baru/Bekas

5. Penggunaan pendingin ruangan (AC) : Ada/Tidak Ada)

Jika ada :

Pembelian No. Merk Type

Tahun Kondisi

1. Baru/Bekas 2. Baru/Bekas 3. Baru/Bekas