c10rru

Upload: dyah-hayu

Post on 07-Jul-2018

264 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 c10rru

    1/111

    ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF

    TANAMAN GENJER (L imnocharis flava ) DARI KELURAHAN

    SITU GEDE BOGOR

    Oleh:

    RACHMAWATI RUSYDI

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2010

  • 8/18/2019 c10rru

    2/111

    RINGKASAN

    RACHMAWATI RUSYDI. C34060003. Analisis Mikroskopis dan Komponen

    Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava ) dari Kelurahan Situ Gede

    Bogor. Dibimbing oleh AGOES M. JACOEB dan ASADATUN ABDULLAH.

    Tanaman genjer ( Limnocharis flava) merupakan tanaman air yang

    termasuk famili Limnocharitaceae. Tanaman genjer menghasilkan beberapa

    komponen bioaktif, diantaranya flavonoid, total fenolik, β-karoten. Analisis

     jaringan dari organ tanaman genjer adalah salah satu analisis yang tepat dalam

    karakterisasi tanaman dan metabolit yang dihasilkan. Proses pengolahan tanaman

    genjer diantaranya pengukusan yang dapat mengakibatkan perubahan zat gizi

    tertentu dalam tanaman tersebut.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui sifat mikroskopis jaringan tanaman

    genjer, kandungan gizi tanaman genjer sebelum dan setelah proses pengukusan

    serta komponen bioaktif tanaman genjer secara kualitatif. Metode penelitian initerdiri atas tahap pengukuran dimensi tanaman genjer, pembuatan preparat dan

     pengamatan jaringan dengan metode parafin seri Johansen-TBA, analisis

    fitokimia dan analisis proksimat serta total karoten dari tanaman segar dan setelah

     pengukusan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis

    epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik, selapis parenkim

     palisade, lapisan parenkima spons dengan sejumlah lakuna, dan stele beserta

    seludang pembuluhnya. Daun bertipe amphistomatous. Jaringan batang memiliki

    selapis epidermis dengan kutikula yang tipis, korteks mengandung kloroplas, pati

    dan memiliki sistem lakuna, stele bertipe konsentris amfikribral. Jaringan akar

    terdiri atas rhizodermis, korteks dengan sistem lakuna, endodermis berlapis

     banyak, stele dengan susunan xilem tipe eksark dan kelompok protoxilem tipe

     poliarch.

    Sejumlah lakuna menyebabkan kadar air sangat tinggi dan menurunkan

     persentase zat gizi lainnya. Komposisi gizi tanaman genjer segar bagian daun,

    yaitu kadar air 91,76%, kadar abu 12,40%, kadar lemak 7,95%, kadar protein

    22,96%, kadar serat kasar 11,93% dan kadar total karoten 219,01 μg/g. Bagian

     batang genjer memiliki kadar air sebesar 95,33%, kadar abu 16,38%, kadar lemak

    5,62%, kadar protein 13,23%, kadar serat kasar 16,12%, kadar total karoten 92,99

    μg/g. Persentase kadar air, abu, dan serat kasar paling  tinggi di bagian batang,

    sedangkan persentase kadar lemak dan protein paling tinggi di bagian daun.Proses pengukusan mengakibatkan persentase serat kasar tanaman menurun, tetapi

    meningkatkan persentase mineral, lemak, dan protein. Penurunan kadar air genjer

    kukus tidak signifikan dibandingkan genjer segar. Kadar total karoten daun

    meningkat setelah pengukusan, namun total karoten menurun pada batang genjer.

    Komponen bioaktif pada daun tanaman genjer adalah flavonoid, fenol

    hidrokuinon, gula pereduksi, dan asam amino. Komponen bioaktif pada batang

    tanaman genjer berupa flavonoid, gula pereduksi, dan asam amino. Flavonoid dan

    gula pereduksi merupakan metabolit sekunder utama pada daun dan batang genjer.

  • 8/18/2019 c10rru

    3/111

    ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF

    TANAMAN GENJER (L imnocharis fl ava ) DARI KELURAHAN

    SITU GEDE BOGOR  

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

    pada Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor

    Oleh:

    RACHMAWATI RUSYDI

    C34060003

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2010

  • 8/18/2019 c10rru

    4/111

    Judul : Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman

    Genjer (Limnochari s fl ava ) dari Kelurahan Situ Gede Bogor 

     Nama : Rachmawati Rusydi

     NRP : C34060003

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M

     NIP. 195911271986011005 NIP. 198304052005012001

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

    Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil

     NIP. 195805111985031002

    Tanggal Pengesahan: ………………………………. 

  • 8/18/2019 c10rru

    5/111

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Analisis

    Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (L imnocharis fl ava )

    dari Kelurahan Situ Gede Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam

     bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang

     berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah

    disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

    skripsi ini.

    Bogor, November 2010

    Rachmawati Rusydi

    C34060003 

  • 8/18/2019 c10rru

    6/111

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan

    kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian.

    Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Mikroskopis dan

    Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava ) dari Kelurahan

    Situ Gede Bogor. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

    Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:

    1) 

    Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. dan Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si,

    M.S.M selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, nasihat,

    dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

    2)  Dr. Ir. Nurjanah, M.S selaku dosen penguji, atas segala saran dan arahan

    yang telah diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

    3) 

    Dra. Ella Salamah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, atas segala

     perhatian dan bimbingannya yang diberikan kepada penulis selama penulis

    menempuh pendidikan.

    4)  Dr. Ir. Dorly, MS selaku dosen yang membimbing penulis dalam

     penelitian mengenai analisis jaringan tanaman genjer.

    5) 

    Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil selaku Ketua Departemen Teknologi

    Hasil Perairan.

    6) 

    Seluruh dosen dan staf administrasi THP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    7)  Ayah dan mama yang selalu memberikan motivasi, doa, nasihat, dukungan

    moril maupun materil, serta kasih sayang yang tidak pernah putus kepada

     penulis. Semoga harapan ayah dan mama dapat penulis wujudkan dengan

     baik.

    8)  Bu Ema, Mba Lastri, dan Mba Silvi yang telah membantu penulis selama

    melakukan penelitian.

  • 8/18/2019 c10rru

    7/111

    9)  Teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan

    kepada penulis (Ratih, Yesti, Ayes, Kak Desi, Kamel, Nico, Nanda, Tyas

    Bio 43, Kak Goto Bio 42, Kak Ira S2 Bio, Deksu, UU).

    10) 

    Teman-teman THP 43 dan kakak THP 42 yang telah banyak memberikan

    masukan dan informasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

    diselesaikan dengan baik.

    11) 

    Adik-adikku Ayu dan Razi, terima kasih atas semangat dan doanya kepada

     penulis. Semoga kita menjadi anak yang dapat membahagiakan kedua

    orang tua kita kelak.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

    skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

    dapat membangun dalam penyempurnaan skripsi tentang Analisis Mikroskopis

    dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer ( Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ

    Gede Bogor.

    Bogor, November 2010

    Penulis

    v

  • 8/18/2019 c10rru

    8/111

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Langsa, Provinsi Nanggroe

    Aceh Darussalam, pada tanggal 24 April 1988 dari pasangan

    Bapak Rusydi M. Daud dan Ibu Warsiti Asma sebagai anak

     pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal dimulai di

    TK 5 Tamansiswa, Lhokseumawe dan lulus pada tahun

    1994. Pada tahun 2000, penulis lulus dari sekolah dasar di

    SD 3 Tamansiswa, Lhokseumawe. Pada tahun 2003, penulis

    menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Yapena, Lhokseumawe.

    Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMAN 2

    Modal Bangsa, Aceh Besar. Di tahun yang sama, penulis diterima di Institut

    Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di

    Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

    Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam

     beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain organisasi Ikatan Keluarga

    Muslim TPB (IKMT) sebagai anggota pada tahun 2006-2007. Selama periode

    2007-2008, penulis menjadi anggota UKM FORCES. Penulis juga aktif dalam

    kepengurusan Himpunan Profesi HIMASILKAN pada periode 2007-2008 dan

    2008-2009. Penulis juga memiliki pengalaman mengajar menjadi asisten mata

    kuliah Metode Statistika periode 2008-2009 dan 2009-2010, asisten mata kuliah

    Biokimia Hasil Perairan pada tahun 2009, asisten Fisiologi Degradasi Metabolit

    Hasil Perairan pada tahun 2009, dan asisten Biotoksikologi pada tahun

    2009-2010.

    Penulis melakukan penelitian ini sebagai syarat untuk memperoleh gelarSarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dengan judul

    “Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer ( Limnocharis

     flava) dari Kelurahan Situ Gede Bogor”, di bawah bimbingan Dr. Ir. Agoes M.

    Jacoeb, Dipl.-Biol dan Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M. 

  • 8/18/2019 c10rru

    9/111

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL…………………………………………………………...  ix 

    DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...  x

    DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...  xii

    1 PENDAHULUAN………………………………………………………..  1 

    1.1 Latar Belakang…………………………………………………….......  1

    1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………….…...  3

    2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..  4

    2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Genjer ( Limnocharis flava)……...  4

    2.2 Komposisi Gizi Tanaman Genjer……………………………………...  52.2.1 Protein…………………………………………………………..  6

    2.2.2 Lemak…………………………………………………………..  7

    2.2.3 Karbohidrat……………………………………………………..  8

    2.2.4 Mineral……………………………………………………….…  9

    2.2.5 Air……………………………………………………………....  10

    2.2.6 Vitamin A…………………………………………………….…  11

    2.3 Anatomi dan Jaringan Tumbuhan……………………………………..  12

    2.3.1 Akar……………………………………………………………..  13

    2.3.2 Batang……………………………………………………….….  15

    2.3.3 Daun………………………………………………………….…  182.3.3.1 Stomata………………………………………………...  20

    2.4 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan………………………………….…  21

    2.5 Persiapan Preparat dengan Metode Parafin…..…………………….….  22

    2.5.1 Fiksasi……………………………………………………….….  22

    2.5.2 Dehidrasi…………………………………………………….….  23

    2.5.3 Penjernihan, infiltrasi dan penanaman dengan metode parafin... 24

    2.5.4 Penyayatan dan penempelan sayatan……………………….......  25

    2.5.5 Pewarnaan…………………………………………………........  26

    2.6 Komponen Bioaktif...………………………….....................................  272.6.1 Terpenoid/steroid…………………………………………….…  27

    2.6.2 Alkaloid dan metabolit nitrogen lainnya…………………….….  28

    2.6.3 Metabolit fenol……………………………………………….…  30

    2.7 Proses Pengukusan………………………………………………….…  32

    3 METODE PENELITIAN………………………………………………...  33

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………....  33

    3.2 Bahan dan Alat…………………………………………………….......  33

    3.3 Prosedur Penelitian………………………………………………….…  34

    3.3.1 Pengukuran dimensi tanaman genjer…………………………...  35

  • 8/18/2019 c10rru

    10/111

    3.3.2 Pembuatan preparat dengan metode parafin dan

     pengamatan jaringan……………………....................................  36

    3.3.3 Analisis fitokimia tanaman genjer (Harborne 1987)……….......  37

    3.3.4 Analisis proksimat dan total karoten……………………............  41

    1) Kadar air (AOAC 2007)…………………………………….  412) Kadar abu (AOAC 2007)…………………………………...  42

    3) Kadar protein kasar (AOAC 2007)…………………………  42

    4) Kadar lemak kasar (AOAC 2007)………………………......  43

    5) Kadar serat kasar (AOAC 2007)……………………………  44

    6) Analisis total karoten (Parker 1996)…………...…………...  44

    3.3.5 Pengolahan data dan pengujian hipotesis……………………....  45

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………...  47

    4.1 Anatomi dan Morfologi Tanaman Genjer ( Limnocharis flava)…….…  47

    4.1.1 Deskripsi histologi daun………………………………………..  47

    4.1.2 Deskripsi histologi batang……………………………………....  524.1.3 Deskripsi histologi akar………………………………………...  55

    4.2 Dimensi Tanaman Genjer ( Limnocharis flava)…………………….….  57

    4.3 Komposisi Kimia Tanaman Genjer Segar dan Kukus………………....  60

    4.3.1 Kadar air…………………………………………………….......  62

    4.3.2 Kadar abu…………………………………………………….…  64

    4.3.3 Kadar lemak………………………………………………….…  67

    4.3.4 Kadar protein……………………………………………….......  69

    4.3.5 Kadar serat kasar…………………………………………….….  71

    4.4 Kadar Total Karoten……………………………………………….…..  73

    4.5 Komponen Bioaktif Tanaman Genjer ( Limnocharis flava)...………....  75

    5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...  81

    5.1 Kesimpulan………………………………………………………….…  81

    5.2 Saran…………………………………………………………………...  81

    DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..  83

    LAMPIRAN………………………………………………………………….  89

    viii

  • 8/18/2019 c10rru

    11/111

    DAFTAR TABEL

     Nomor Teks Halaman

    1 Komposisi gizi tanaman genjer ( Limnocharis flava)……………….  6

    2 Sistem jaringan, jaringan, dan jenis sel penyusun jaringan

    tanaman……………………………………………………………..  13

    3 Komposisi rangkaian larutan dehidran TBA……………………….  24

    4 Subklasifikasi terpenoid….................................................................  28

    5 Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya pada tanaman... 29

    6 Klasifikasi bagian- bagian fenolik…………………………………..  31

    7 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian…………….  338 Pengamatan stomata daun genjer…………………………………...  49

    9 Hasil pengukuran tanaman genjer ( Limnocharis flava)…………….  57

    10 Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer segar…………..  61

    11 K omposisi kimia daun dan batang tanaman genjer kukus………….  61

    12 Hasil pengujian hipotesis t-student  dua populasi………………...…  62

    13 Kadar total karoten tanaman genjer segar dan kukus………………  73

    14 Rendemen ekstrak kasar daun dan batang tanaman genjer

    ( Limnocharis flava) pada pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda 76

    15 Kandungan fitokimia daun dan batang genjer ( Limnocharis flava).. 77

  • 8/18/2019 c10rru

    12/111

    DAFTAR GAMBAR

     Nomor Teks  Halaman

    1 Tanaman genjer ( Limnocharis flava)………………………………..  4

    2 Struktur molekul vitamin A…………………………………………  12

    3 Struktur anatomi akar pada tumbuhan Monocotyledoneae dan

    Dicotyledoneae................................................................................... 15

    4 Penampang batang monokotil……………………………………….  17

    5 Penampang jaringan daun…………………………………………...  20

    6 Jenis- jenis stomata daun…………………………………………….  21

    7 Beberapa terpenoid dan alkaloid steroid…...………………………..  288 Beberapa penggolongan alkaloid…………………………………....  30

    9 Beberapa senyawa aromatik fenol sederhana……….………………  31

    10 Dandang pengukusan dan bagian dalamnya……………………......  32

    11 Diagram alir prosedur penelitian……………………………………  35

    12 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode parafin.…………  38

    13 Diagram alir pembuatan ekstrak daun dan batang genjer…………..  39

    14 Morfologi tanaman genjer ( Limnocharis flava)…………………….  47

    15 Penampang melintang daun genjer ( Limnocharis flava)…………....  48

    16 Stomata daun epidermis atas……………………………………..…  50

    17 Stomata daun epidermis bawah……………………………………..  50

    18 Irisan melintang batang genjer segar………………………………..  52

    19 Berkas pembuluh pada batang genjer beserta epidermis dan

    korteks batang………………………………………………………  54

    20 Morfologi akar tanaman genjer ( Limnocharis flava)…………….…  55

    21 Penampang melintang akar tanaman genjer beserta berkas pembuluhnya………………………………………………………..  56

    22 Sebaran luas dan keliling daun tanaman genjer…………………….  58

    23 Sebaran panjang dan tebal batang tanaman genjer………………….  59

    24 Sebaran pan jang akar tanaman genjer………………………………  60

    25 Perbandingan kadar air tanaman genjer…………………………….  63

    26 Perbandingan kadar abu tanaman genjer……………………………  65

    27 Perbandingan kadar lemak tanaman genjer…………………………  67

  • 8/18/2019 c10rru

    13/111

     

    28 Perbandingan kadar protein tanaman genjer………………………..  70

    29 Perbandingan kandungan serat kasar tanaman genjer………………  71

    30 Perbandingan kadar total karoten tanaman genjer………………….  74

    xi

  • 8/18/2019 c10rru

    14/111

     

    DAFTAR LAMPIRAN

     Nomor Halaman

    1 Data hasil pengukuran tanaman genjer…………………………..  88

    2 Komposisi larutan seri Johansen, larutan FAA, dan tahapan

     pewarnaan jaringan…………………………………………….…  89

    3 Hasil analisis proksimat tanaman genjer segar dan kukus……..  90

    4 Data hasil analisis total karoten tanaman genjer dan stomata daun 91

    5 Data rendemen ekstrak kasar daun dan batang genjer………...…  92

    6 Gambar proses pembuatan preparat jaringan dengan metode

     parafin............................................................................................. 93

    7 Gambar proses pengukuran tanaman beserta alat ukurnya………  94

    8 Gambar bahan dan alat analisis proksimat…………………..…  95

    9 Gambar hasil pengujian fitokimia daun dan batang genjer……....  96

    10 Lokasi pengambilan sampel dan pemeliharaan sampel………….  97

  • 8/18/2019 c10rru

    15/111

     

    1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

    dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

     produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

    sistem bisnis. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari

    siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang-undang Republik

    Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Tanaman air tawar

    merupakan salah satu biota yang hidup di lingkungan perairan tawar, baik yang

    hidup liar maupun yang ditujukan untuk pengolahan.

    Tanaman air memiliki karakteristik dengan vegetasi yang seluruhnya

    tenggelam dan bunga yang mengapung, atau dengan daunnya yang mengapung

    dan bunga yang mengapung, atau vegetasi yang muncul ke permukaan dan bunga

    yang mengapung di air. Tanaman air memiliki banyak spesies. Salah satu keluarga

    tanaman air yang termasuk dalam tanaman Angiospermae adalah Alismatales.

    Beberapa jenis yang termasuk dalam ordo Alimatales adalah Alismataceae,

    Butomaceae, Hydrocharitaceae, Limnocharitaceae, dan Najadaceae. Tanaman

    genjer ( Limnocharis flava) merupakan tanaman air yang termasuk spesies dari

    famili Limnocharitaceae (Haynes dan Les 2004).

    Pemanfaatan tanaman ini diantaranya sebagai sayuran, pakan ternak,

    tanaman fitofiltrasi terhadap polusi air, tanaman penghias kolam, dan pupuk

    (Abilash et al . 2009; Bergh 1994). Tanaman genjer diolah menjadi makanan oleh

    masyarakat India dan sebagian besar Asia Tenggara dimana daunnya mengandung

     protein 1-1,6%, sebagai alternatif dari tanaman bayam (Haynes dan Les 2004).Selain itu, tanaman genjer termasuk tanaman liar yang menghasilkan beberapa zat

    metabolit sekunder yang dikenal sebagai zat bioaktif. Salah satu zat bioaktif yang

    terkandung di dalam tanaman ini adalah flavonoid. Penelitian Maisuthisakul et al.

    (2008) menunjukkan bahwa Limnocharis flava di wilayah Thailand mengandung

    total fenolik sebesar 5,4 mg GAE/g db dan total flavonoid sebesar 3,7 mg RE/ g

    db. Penelitian Ogle et al.  (2001), diacu dalam Flyman dan Afolayan (2006)

    menunjukkan bahwa Limnocharis flava mengandung β-karoten 50 μg/g . 

  • 8/18/2019 c10rru

    16/111

     

    Tanaman genjer sebagai organisme tingkat tinggi memiliki penyebaran

    fungsi vital untuk organ-organ dan jaringan yang terpisah. Fungsi-fungsi dari

     jaringan dan organ tersebut merupakan hasil dari aktivitas sel-sel yang

    terintegrasi. Keragaman jenis sel yang berbeda dapat menggambarkan keadaan

    fisiologis tanaman termasuk karakteristik gen dan ekspresi protein. Selain itu,

    komponen berberat molekul rendah, yakni lemak, karbohidrat, vitamin, maupun

    hormon yang menjadi penyusun bagian-bagian sel juga memberikan informasi

    tentang karakteristik tanaman tersebut. Oleh karena itu, analisis jaringan dari

     bagian-bagian tanaman merupakan salah satu analisis yang tepat dalam

    karakterisasi tanaman dan metabolit yang dihasilkan.

    Analisis jaringan dapat dilakukan dengan analisis mikroskopis melalui

     beberapa metode diantaranya metode beku, metode seloidin, metode parafin ,

    metode penanaman rangkap (Suntoro 1983). Metode parafin merupakan metode

    yang sesuai bagi pemula dalam mempelajari jaringan dan memiliki prinsip-prinsip

     pokok metode histologis. Menurut Suntoro (1983), kelebihan metode parafin

    diantaranya irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau

    metode seloidin. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah

     bila menggunakan metode ini dan prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan

    dengan metode seloidin.

    Pengolahan tanaman genjer di Indonesia dilakukan dengan cara

     pengukusan, perebusan, maupun penumisan yang menghasilkan makanan berupa

    tumisan, lalapan, pecel, campuran gado-gado, dan sayur bubur. Pengukusan

    adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan enzim yang akan

    mengubah warna, cita rasa, maupun nilai gizi yang dilakukan pada suhu air lebih

    dari 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC (Romdhijati 2010). Pengaruh proses pengukusan tanaman genjer dapat mengakibatkan penurunan atau peningkatan zat

    gizi tertentu dalam tanaman tersebut. Oleh karena itu, kajian secara kuantitatif

    kandungan gizi tanaman genjer setelah pengukusan perlu dilakukan dalam

    meninjau pengaruhnya terhadap gizi, disamping menganalisa potensi komponen

     bioaktif tanaman genjer.

    2

  • 8/18/2019 c10rru

    17/111

     

    1.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian tentang Analisis Mikroskopis dan Komponen

    Bioaktif Tanaman Genjer ( Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ Gede adalah:

    1) Menentukan sifat mikroskopis jaringan tanaman genjer meliputi jaringan daun,

     batang, dan akar . 

    2) Menentukan kandungan gizi tanaman genjer sebelum dan setelah proses

     pengukusan.

    3) Menentukan komponen bioakif yang terkandung di dalam tanaman genjer

    secara kualitatif dan menghubungkannya dengan manfaat zat bioaktif

     berdasarkan teori.

    3

  • 8/18/2019 c10rru

    18/111

  • 8/18/2019 c10rru

    19/111

     

    hingga 100 cm. Batang tanaman memiliki panjang 5-75 cm, tebal, berbentuk

    segitiga dengan banyak ruang udara, terdapat pelapis pada bagian dasar. Helaian

    daun  bulat, luasan berbentuk bulat panjang atau bulat telur berukuran 5-30 cm x

    4-25 cm, berwarna kuning-hijau, bergurat, 9-13 gurat utama dengan sejumlah

    gurat paralel melintang yang bertindak sebagai gurat sekunder (Bergh 1994).

    Bunga berjumlah 3 hingga 15, panjang ibu tangkai bunga mencapai 90 cm,

    tegak ketika berbunga, melengkung bawah ketika berbuah, bunga di dalam axil  

    dari tanaman berselaput.  Tangkai bunga  memiliki panjang 2-7 cm, kelopak

     berjumlah 3 dengan panjang 2 cm, mahkota berjumlah 3 dengan bentuk bulat telur

    hingga bulat dan panjang 1,5-3 cm, berwarna kuning. Benang sari berjumlah lebih

    dari 15 dan dikelilingi oleh lingkaran staminodia, indung telur berjumlah 10-20.

    Komponen buah tersusun dari  daun buah  matang  bersama  globose atau  benda

     berbentuk elips yang lebar dan diameter   1,5-2 cm , tertutup oleh kelopak . Biji

     berbentuk seperti sepatu kuda dengan panjang  1-1,5 mm , dilengkapi dengan

    mahkota yang melintang ,  berwarna coklat gelap. Kotiledon memiliki panjang

    8-11,5 mm (Bergh 1994).

    Tanaman genjer dapat mereproduksi secara vegetatif dan dengan biji. Biji

    yang terkandung dalam kapsul matang atau folikel merupakan biji yang ringan

    dan dapat disebarkan oleh aliran air. Reproduksi secara vegetatif, yakni kapsul

    yang menekuk ke arah air, menyediakan biji-biji untuk dilepas. Kapsul yang

    kosong dapat berkembang menjadi tanaman vegetatif yang membentuk tanaman

    inang atau mengapung untuk menetap di tempat lain. Tanaman ini selalu berbunga

    sepanjang tahun di wilayah dengan kelembaban yang cukup. Namun, tanaman ini

    dapat menjadi tanaman tahunan dimana kelembaban bersifat musiman

    (Department of Primary Industries and Fisheries 2007).

    2.2 Komposisi Gizi Tanaman Genjer

    Pemanfaatan tanaman genjer ( Limnocharis flava) dilakukan terhadap daun

    muda dengan  petiole  dan buah yang belum terbuka yang dimakan sebagai

    sayuran, di Indonesia terutama di Jawa Barat, di Malaysia, dan di Thailand.

    Tanaman ini biasanya tidak dimakan mentah tetapi dipanaskan di atas api atau

    dimasak untuk waktu yang singkat. Daun tua memiliki rasa yang pahit. Tanaman

    ini dapat diberikan sebagai makanan hewan untuk babi atau ikan. Tanaman ini

    5

  • 8/18/2019 c10rru

    20/111

     

     juga dapat dijadikan tanaman penghias di kolam. Tanaman genjer juga sering

    dijadikan pupuk hijau dalam pembajakan di sawah (Bergh 1994).

    Daun dan bunga dari tanaman genjer ( Limnocharis flava) berkhasiat

    sebagai penambah nafsu makan. Kandungan kimia dari daun dan bunga tanaman

    genjer diantaranya kardenolin, flavonoida dan polifenol. Pengolahan genjer

    sebagai penambah nafsu makan adalah dengan pengukusan genjer segar hingga

    setengah matang dan dikonsumsi sebagai lalapan (Anonim 2009). Komposisi gizi

    tanaman genjer ( Limnocharis flava) adalah:

    Tabel 1 Komposisi gizi tanaman genjer ( Limnocharis flava)

    Komposisi gizi Jumlah/100 g bahan

    a

      JumlahEnergi 33 kkal 343,26±9,75 kJ/100 g

    Protein kasar 1,7 g 0,28±0,01%

    Lemak kasar 0,2 g 1,22±0,01%

    Karbohidrat 7,7 g 14,56±0,14%

    Abu - 0,79±0,03%

    Kalsium 62 mg 770,87±105,26 mg/100 g

    Fosfor 33 mg -

    Besi 2,1 mg -

    Potasium - 4202,5±292,37 mg/100g

    Tembaga - 8,31±1,83 mg/100 g

    Magnesium - 228,1±15,26 mg/100 gZinc - 0,66±0,05 mg/100 g

     Natrium - 107,72±17,15 mg/100 g

    Vitamin A 3.800 mg -

    Vitamin B1 0,07 mg -

    Vitamin C 54 mg -

    Air 90 g 79,34±0,15%

    Serat kasar - 3,81±0,04%

    B.D.D 70% -Sumber:

    (a) Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992), diacu dalam Astawan dan Kasih (2008)

    (b) Saupi et al . (2009), jumlah dalam berat kering

    2.2.1 Protein

    Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur

    C, H, O, dan N serta mengandung fosfor dan belerang. Sebuah asam amino terdiri

    dari sebuah gugus amino (-NH2), sebuah karboksil (-COOH), sebuah atom

    hidrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai

    karbon α, serta gugus R merupakan rantai cabang. Protein berfungsi sebagai

    enzim, alat pengangkut dan penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang mekanis,

    6

  • 8/18/2019 c10rru

    21/111

     

     pertahanan tubuh, media perambatan impuls syaraf, dan pengendalian

     pertumbuhan (Winarno 2008).

    Protein tersusun atas 20 asam amino utama yang berbeda dan terhubung

    dengan ikatan amida, tetapi beberapa protein tidak mengandung satu atau

     beberapa dari 20 asam amino. Jenis-jenis asam amino penyusun molekul protein

    tumbuhan terdiri atas kelompok alifatik, basik, asidik, mengandung belerang,

    terhidroksil, heterosiklik, dan kelompok aromatik. Kelompok alifatik terdiri atas

    glisin, alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Kelompok basik adalah arginin dan

    lisin. Kelompok asidik adalah asam aspartat, asam glutamat, asparagin, glutamin.

    Kelompok yang mengandung belerang adalah sistein dan metionin. Kelompok

    terhidroksil terdiri dari serin dan threonin. Kelompok heterosiklik terdiri dari

     prolin, triptofan, histidin, sedangkan kelompok aromatik terdiri atas tirosin dan

    fenilalanin. Asam amino yang tergolong alifatik dan aromatik lebih sukar larut

    dalam air dibanding asam amino basik, asidik, dan terhidroksil (Lakitan 2007).

    Tanaman dapat mensintesis asam amino protein dari komponen nitrogen

    sederhana, misalnya nitrat dan amoniak. Asimilasi nitrat terjadi dalam dua tahap

     proses yaitu perubahan nitrat (NO3-) menjadi nitrit (NO2

    -) yang dikatalisis oleh

    enzim nitrat reduktase dan perubahan nitrit menjadi amoniak (NH4+

    ) yang

    dikatalisis oleh enzim nitrit reduktase. NO2-  yang terbentuk akan berpindah ke

     bagian kloroplas pada daun atau proplastida di akar (Chesworth et al . 1998).

    Organel di dalam sel yang berfungsi mensintesis protein adalah ribosom. Ribosom

    terdapat di dalam mitokondria dan kloroplas. Ribosom juga terdapat pada

    sitoplasma. Protein yang disintesis oleh ribosom pada sitoplasma kemudian akan

    diangkut ke mitokondria maupun kloroplas (Lakitan 2007).

    2.2.2 LemakLemak merupakan zat yang dibentuk dari unit-unit terstruktur dengan

    suatu hidrofobisitas yang tegas, larut dalam pelarut organik tetapi tidak dalam air.

    Komponen utama dari lemak adalah turunan asam lemak. Asam lemak dapat

    digolongkan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak

     jenuh dicirikan dengan tidak bercabang, rantai molekul lurus dengan jumlah atom

    karbon genap yang dominan pada asam lemak ini. Asam lemak tak jenuh

    7

  • 8/18/2019 c10rru

    22/111

     

    memiliki ikatan ganda yang biasanya ditunjukkan sebagai jenis isolene atau asam

    lemak non-konjugasi (Belitz et al. 2009).

    Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga

    molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam

     proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi

    tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan asam lemak, kemudian

    kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak. Lemak nabati

    mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

    sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno 2008).

    Fraksi lipida terdiri atas minyak/lemak, malam (wax), fosfolipida, sterol,

    hidrokarbon, dan pigmen. Pigmen yang termasuk dalam fraksi lipid diantaranya

    klorofil, karotenoid, xantofil yang merupakan komponen penting dalam

     penangkapan cahaya dan proses pengangkutan elektron dari fotosintesis (Winarno

    2008; Murphy 1999). Lemak jarang terkandung dalam jaringan daun, batang, dan

    akar, tetapi sering dijumpai pada biji dan kadang pada daging buah. Di dalam sel

    tumbuhan, lemak disimpan dalam oleosom pada sitoplasma (Lakitan 2007).

    Jenis asam lemak yang umum terkandung pada jaringan tumbuhan adalah

    laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenat Pembentukan asam

    lemak diawali oleh karboksilasi asetil Ko-A yang memiliki prekursor berupa

    karbon dioksida. Dalam jaringan yang mendukung fotosintesis (berwarna hijau),

    yaitu daun, karbon dioksida ditempatkan dalam stroma dari kloroplas untuk

    membentuk triosa fosfat. Triosa fosfat kemudian diubah menjadi pirufat dan

    membentuk asetil Ko-A oleh enzim glikolitik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa

    sintesis asetil Ko-A untuk pembentukan asam lemak terjadi di dalam kloroplas

    (Murphy 1999).2.2.3 Karbohidrat

    Karbohidrat memiliki bentuk molekul yang dikesankan sebagai komposisi

    unsur yang dinamakan Cx(H2O)y), yang mengandung atom karbon bersama

    dengan hidrogen dan oksigen dalam rasio yang sama. Komponen karbohidrat

    alami yang dihasilkan oleh organisme tidak dalam bentuk formula empiris yang

    sederhana, melainkan dalam bentuk oligomer (oligosakarida) atau polimer

    (polisakarida) dari gula sederhana (BeMiller dan Whistler 1996).

    8

  • 8/18/2019 c10rru

    23/111

     

    Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang

    dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim

    yang spesifik kerjanya. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai

     penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi

    (pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Pati merupakan homopolimer glukosa dengan

    ikatan α-glikosidik dan terdiri atas dua fraksi yakni amilosa dan amilopektin.

    Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa, sedangkan

    amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Pati di dalam

     jaringan tanaman mempunyai bentuk granula (butir) yang berbeda-beda sesuai

    dengan bentuk, ukuran, letak hilum, dan sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi

    (Winarno 2008).

    Serat-serat banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-

     buahan. Secara kimia, dinding sel tersebut terdiri dari beberapa jenis karbohidrat

    yaitu selulosa, hemiselulosa, pektin, dan nonkarbohidrat, misalnya polimer lignin,

     beberapa gumi, dan mucilage. Pada proses pematangan, penyimpanan, atau

     pengolahan, komponen selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga

    terjadi perubahan tekstur (Winarno 2008).

    Komponen gula utama di dalam sayuran adalah glukosa dan fruktosa (0,3-

    4%), seperti halnya sukrosa (0,1-12%). Pati banyak tersimpan pada sayuran akar

    dan batang. Polisakarida berupa pektin memiliki peranan dalam kekokohan

    tanaman (Belitz et al . 2009). Pektin terdapat di dalam dinding sel primer tanaman,

    khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin

    diklasifikasikan menjadi asam pektat, asam pektinat (pektin), dan protopektin.

    Asam pektat dapat membentuk garam dalam jaringan tanaman diantaranya

    kalsium dan magnesium. Asam pektinat juga dapat membentuk garam yangdisebut garam pektinat (Winarno 2008).

    2.2.4 Mineral

    Mineral merupakan unsur pokok yang bersisa sebagai abu setelah

     pembakaran dari jaringan tanaman maupun hewan. Mineral dibagi menjadi

    elemen utama, trace element , dan ultra-trace element . Elemen utama terdiri atas

     Na, K, Ca, Mg, Cl, P, merupakan elemen esensial bagi kehidupan manusia dalam

     jumlah >50 mg/hari. Trace elements terdiri atas Fe, I, F, Zn, Se, Cu, Mn, Cr, Mo,

    9

  • 8/18/2019 c10rru

    24/111

     

    Co, Ni, esensial dalam konsentrasi < 50 mg/hari. Ultra-trace elements terdiri atas

    Al, As, Ba, Bi, B, Br, Cd, Cs, Ge, Hg, Li, Pb, Rb, Sb, Si, Sm, Sn, Sr, Ti, W, Tl,

    merupakan elemen yang pada dasarnya telah diuji dalam percobaan hewan lebih

    dari beberapa generasi dan gejala kekurangannya telah ditemukan di bawah

    kondisi ekstrim (Belitz et al . 2009).

    Komposisi akhir dari bagian-bagian tanaman yang dapat dimakan

    dipengaruhi dan dikontrol oleh kesuburan tanah, genetik tanaman, dan lingkungan

     pertumbuhan tanaman. Mineral dalam abu merupakan bentuk metal oksida,

    sulfida, fosfat, nitrat, klorida, dan halida lainnya. Mineral tidak dapat dirusak

    dengan pemaparan panas, cahaya, zat pengoksidasi, pH ekstrim. Sejumlah mineral

    memiliki kelarutan di dalam air. Secara umum, perebusan dalam air menyebabkan

    hilangnya mineral lebih banyak pada sayuran daripada pengukusan (Miller 1996).

    Sebagian besar unsur yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah

    melalui akar, kecuali karbon dan oksigen yang diserap dari udara oleh daun.

    Penyerapan unsur hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan

     penyerapan air oleh akar tanaman (Lakitan 2007). Unsur mineral terbanyak dalam

    sayuran adalah potasium, selanjutnya kalsium, sodium, dan magnesium. Anion

    mayor yang terkandung dalam sayuran adalah fosfat, klorida, dan karbonat (Belitz

    et al . 2009).

    2.2.5 Air

    Air terikat merupakan istilah yang umum dipakai untuk air yang terdapat

    dalam bahan makanan. Air terikat dianggap sebagai suatu sistem yang mencakup

    air yang mempunyai derajat keterikatan berbeda-beda dalam bahan. Menurut

    derajat „keterikatan air, air terikat di dalam bahan dibagi atas empat tipe, yaitu

    (Winarno 2008):a) Tipe 1 adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu

    ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan

    molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N. Air ini tidak

    membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air dapat dihilangkan

    dengan pengeringan biasa.

     b) Tipe 2 adalah molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan

    molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini lebih sukar

    10

  • 8/18/2019 c10rru

    25/111

  • 8/18/2019 c10rru

    26/111

     

    Provitamin A sangat sensitif terhadap oksidasi, ontooksidasi, dan cahaya,

    tetapi stabil terhadap panas dalam atmosfer inert (bebas O2). Apabila terdapat

    oksigen, kerusakan karotenoid terjadi lebih banyak dan dipacu oleh cahaya,

    enzim, ko-oksidasi dengan hidroperoksida lemak. Pengukusan menghasilkan

    kerusakan β-karoten lebih sedikit dibandingkan perebusan. Hasil penelitian pada

     pembuatan 20 jenis makanan menunjukkan bahwa karoten sangat stabil selama

     pengolahan (Andarwulan dan Koswara 1992). β-karoten dapat bertindak sebagai

    antioksidan dengan cara menangkap radikal oksigen tunggal, hidroksil, dan

    superoksida serta bereaksi dengan radikal peroksil ROO (Gregory 1996). Struktur

    molekul dari vitamin A dapat dilihat pada Gambar 2.

    2.3 Anatomi dan Jaringan Tumbuhan

    Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur, dan

    fungsi yang sama. Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi

    antara lain jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar (parenkim), jaringan

     penguat (penyokong), jaringan pengangkut (vaskuler), jaringan sekretoris. Organ

     pada tumbuhan dibedakan menjadi organ vegetatif dan organ reproduksi. Organ

    vegetatif meliputi batang, akar, dan daun, sementara organ reproduksi terdiri dari

     bunga, buah, dan biji (Nugroho et al . 2006). Sistem jaringan, jaringan, dan jenis

    sel penyusun jaringan dapat dilihat pada Tabel 2.

    Gambar 2 Struktur molekul vitamin ASumber: Winarno 2008

    12

  • 8/18/2019 c10rru

    27/111

     

    Tabel 2 Sistem jaringan, jaringan, dan jenis sel penyusun jaringan tanaman

    Sistem jaringan Jaringan Jenis sel

    Sistem jaringan

    dasar

    Jaringan parenkima

    Jaringan kolenkima

    Jaringan sklerenkima

    Sel-sel parenkima

    Sel-sel kolenkima

    Sel-sel sklerenkima (sklereid,

    serat)

    Sistem jaringan

     pengangkut

    Xilem

    Floem

    Trakeid, elemen pembuluh, sel

     parenkima, serat

    Elemen pembuluh saringan,

    companion cells, sel-sel

     parenkima, serat

    Sistem jaringan

     pelindung

    Epidermis

    Peridermal

    Sel-sel parenkima, sel-sel penjaga,

    trikoma

    Sel-sel gabus, sel-sel kambium

    gabus, parenkima gabus.Sumber: Berg (2008)

    2.3.1 Akar

    Akar merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk memperkuat

     berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara tumbuhan dari dalam

    tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan

    tempat penimbunan zat makanan cadangan. Anatomi akar primer yang dipotong

    membujur adalah tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele(Nugroho et al . 2006).

    Akar tanaman Monocotyledoneae dewasa biasanya berupa akar serabut

    dan berkembang dari batang. Umumnya, akar ini tidak mengalami penebalan

    sekunder. Tipe paling umum akar pada Monocotyledoneae adalah sistem akar

    serabut (Mulyani 2006). Gambaran anatomi akar primer adalah sebagai berikut.

    a) Tudung akar, merupakan penutup ujung akar yang tersusun dari sel-sel

     parenkima. Selain melindungi meristem, sel-sel tudung akar berfungsi dalam

     pengaturan pertumbuhan (misalnya tanggapan gravitasi) dan dalam produksi

    serta sekresi sejumlah getah. Tudung akar berasal dari aktivitas meristem

    apikal akar dan terdiri atas sejumlah akar yang terletak di tengah, sel-sel

    kolumela yang lurus longitudinal, dan sel-sel peripheral terluar. Kolumela

    mengandung sekumpulan pati amiloplas, sedangkan sel peripheral

    mengeluarkan getah yang disebut mucigel (Dickison 2000).

    13

  • 8/18/2019 c10rru

    28/111

     

     b) Epidermis (epiblem/lapisan piliferous). Sel-sel epidermis akar berdinding tipis

    dan biasanya tidak mengandung kutikula. Rambut-rambut akar berkembang

    dari sel-sel epidermis di daerah dekat ujung akar. Epidermis akar biasanya

    dijumpai saat akar masih muda. Apabila akar sudah dewasa, epidermisnya

    telah mengalami kerusakan dan fungsinya digantikan oleh lapisan terluar dari

    korteks yang disebut eksodermis (Nugroho et al . 2006).

    c) Korteks, umumnya tersusun atas sel-sel parenkim yang kadang-kadang

    mengandung karbohidrat dan kadang mengandung kristal. Lapisan sklerenkim

    umum dijumpai pada akar tumbuhan Monocotyledoneae. Lapisan terluar dari

    korteks kadang berdiferensiasi menjadi lapisan eksodermis yang dinding sel-

    selnya mengalami penebalan dengan zat suberin, lapisan terdalam dari korteks

     biasanya berdiferensiasi menjadi endodermis (Nugroho et al . 2006). Sel

     parenkim korteks tidak mempunyai klorofil, tetapi pada tumbuhan air, akar

    udara, dan epifit terdapat klorofil (Fahn 1991; Mulyani 2006).

    d) Endodermis, tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi, struktur,

    dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya. Endodermis primer mengalami

     penebalan berupa titik-titik Caspary  dari suberin dan kutin. Endodermis

    sekunder mengalami penebalan berupa pita Caspary  dari zat lignin.

    Endodermis tersier mengalami penebalan membentuk huruf U yang

    mengandung lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan tangensial

     bagian dalam (Nugroho et al . 2006).

    e) Stele. Lapisan terluar dari stele adalah perisikel/perikambium sehingga letaknya

    di sebelah dalam dari endodermis dan di sebelah luar dari berkas pengangkut.

    Sistem berkas pengangkut pada akar biasanya tersusun oleh jari-jari xilem

    (trakea) yang jumlahnya bervariasi berselang-seling dengan floem. Pada akar,xilem dan floem tidak terletak dalam radius yang sama. Xilem mungkin

    membentuk sumbu sentral ataupun bagian tengah terisi oleh sel-sel parenkim

    ataupun sklerenkim. Akar dapat terdiri dari 1, 2, 3, 4, 5 atau banyak jari-jari

    xilem yang secara berurutan disebut monarch, diarch, triarch, tetrarch,

     pentarch  ataupun  poliarch. Protoxilem akar berada di sebelah luar dari

    metaxilem (Nugroho et al . 2006).

    14

  • 8/18/2019 c10rru

    29/111

     

    Pada Monocotyledoneae, biasanya tidak terjadi penebalan sekunder, tetapi

    terjadi sklerifikasi pada sebagian atau seluruh perisiklus. Biasanya perisiklus

    Angiospermae hanya selapis, tetapi pada kebanyakan Monocotyledoneae,

     perisiklus terdiri atas beberapa lapisan sel. Akar tumbuhan air dan parasit tidak

    terdapat perisiklus (Fahn 1991; Mulyani 2006). Struktur anatomi akar tumbuhan

    Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3 Struktur anatomi akar pada tumbuhan Monocotyledoneae dan

    Dicotyledoneae(Sumber: Arnett dan Braungart (1970), diacu dalam Nugroho et al. (2006))

    2.3.2 Batang

    Batang tanaman memiliki tiga fungsi utama, yaitu mendukung daun dan

    struktur reproduksi, menyediakan pengangkut bagian dalam, dan menghasilkan

     jaringan baru (Berg 2008). Perbedaan nyata antara penampang melintang batang

    dan penampang melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur pengangkutan dalam

     batang yang lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat batang (Fisher dan

    Dunham 1992). Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang

    dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan

    derivatnya, korteks, dan stele (Nugroho et al . 2006).

    a) Epidermis tersusun oleh satu lapis sel dan biasanya berbentuk rektanguler

    tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami penebalan

    dari zat kutin. Susunan ini menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi

    dan melindungi jaringan di sebelah dalamnya dari kerusakan mekanik dan

    15

  • 8/18/2019 c10rru

    30/111

  • 8/18/2019 c10rru

    31/111

     

     batang berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar

    (Mulyani 2006).

    Batang tumbuhan air berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas

    sehingga melalui ruang tersebut terjadi difusi gas secara bebas. Absorpsi gas juga

    dipermudah karena dinding tipis epidermis dan jaringan di sebelah dalamnya.

    Pada daun dan batang yang tenggelam dari tumbuhan air, kloroplas ada pada sel

    epidermis. Kebanyakan hidrofit yang tenggelam, epidermis tidak berstomata

    (Fahn 1991).

    Pada korteks batang tumbuhan air dan jaringan dasar petiol dan mesofil,

    terdapat ruang skizogen antar sel tempat berlangsungnya pertukaran udara lakuna.

    Lakuna terjadi di tengah-tengah korteks batang. Korteks bagian luar terdiri atas

     parenkima dan kolenkima yang padat. Bagian dalam korteks yang mengelilingi

    silinder pembuluh juga terdiri atas kolenkima yang rapat. Lakuna dapat tersusun

    dalam satu lingkaran atau beberapa lingkaran maupun dalam suatu pola retikulasi.

    Lakuna dipisahkan sewaktu-waktu oleh lempengan atau diafragma, yang

    memperkuat organ-organ dan dapat juga meniadakan bahaya penyumbatan air

    melalui luka. Pada tumbuhan akuatik yang tidak tenggelam, ruang antar diafragma

    dipenuhi parenkima berbentuk bintang (Fahn 1991). Penampang jaringan batang

    monokotil dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4 Penampang batang monokotil(Sumber: Berg 2008)

    17

  • 8/18/2019 c10rru

    32/111

     

    2.3.3 Daun

    Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara garis

     besar tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya), jaringan dasar

    (mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat, jaringan sekretori. Sebagian

     besar tumbuhan Monocotyledoneae dan beberapa jenis Dicotyledoneae memiliki

    tipe daun isobilateral, yakni struktur daun dengan jaringan tiang yang seragam

    antara permukaan atas dan bawah (Nugroho et al . 2006).

    a) Epidermis daun beragam dalam jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan

    stomata, munculnya trikoma dan susunannya, serta adanya sel khusus. Jaringan

    epidermis permukaan daun dibedakan menjadi permukaan adaksial dan

     permukaan abaksial. Permukaan adaksial adalah permukaan daun yang lebih

    dekat dengan ruas di atasnya dan biasanya menghadap ke atas, sedangkan

     permukaan bawah merupakan permukaan abaksial (Fahn 1991).

     b) Mesofil daun terdiri atas jaringan parenkim yang terdapat di sebelah dalam

    epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik

    yang berisi kloroplas. Kebanyakan tumbuhan terdapat dua tipe parenkim dalam

    mesofil, yaitu parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan

     bunga karang). Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang

    melintangnya tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Sel

     palisade terdapat di bawah epidermis unilateral (selapis) atau multilateral

    (berlapis banyak) (Mulyani 2006). Sel palisade tegak pada permukaan daun,

    rapat satu sama lain, dan banyak mengandung kloroplas, berfungsi untuk

    menangkap cahaya. Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tak

    teratur, berdinding tipis, lepas, dan mengandung kloroplas dalam jumlah sedikit

    (Nugroho et al. 2006).c) Jaringan pengangkut pada daun sebagian besar tanaman adalah secara kolateral,

    dengan susunan xilem pada posisi secara adaksial dan floem secara abaksial.

    Xilem terdiri atas sejumlah sel-sel protoxilem dan metaxilem sedangkan floem

    mengandung protofloem dan metafloem. Pembuluh daun monokotil biasanya

    dicirikan oleh serangkaian pembuluh longitudinal yang memanjang sejajar

    sejauh helaian daun. Pembuluh utama pada daun monokotil terhubungkan

    dengan pembuluh yang melintang secara transversal (Dickison 2000).

    18

  • 8/18/2019 c10rru

    33/111

     

    d) Jaringan penguat daun berupa kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim biasanya

    terdapat dekat tulang daun yang besar tepat di bawah epidermis. Tumbuhan

    Monocotyledoneae banyak dijumpai serat pada berkas pengangkut. Epidermis

    dengan susunan sel yang kompak tanpa adanya ruang antar sel dan terdapat

    kutikula pada permukaan luarnya akan berfungsi sebagai jaringan penguat daun

    (Nugroho et al . 2006).

    e) Jaringan sekretori berupa kelenjar dengan struktur berupa masa sel-sel

     parenkim padat dan terdapat di ujung berkas-berkas pembuluh. Substansi

    sekretori dapat pula dijumpai dalam idioblas. Sel resin dijumpai pada

    tumbuhan suku Rubiceae dan Euphorbiaceae, sel tanin pada Anacardiaceae

    (Nugroho et al. 2006).

    Struktur tanaman hidrofit kurang beragam karena suhu, udara, konsentrasi

    dan komposisi garam dalam air mempengaruhi struktur tumbuhan air. Tumbuhan

    air memiliki sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan pembuluh

    sedikit, xilem mengecil, dan mempunyai ruang udara (Mulyani 2006).

    Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi untuk

     pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding

    selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung

    mempunyai stomata hanya pada permukaan atas daun. Daun yang tenggelam

     biasanya tidak mempunyai stomata. Beberapa tumbuhan air yang tenggelam

    mempunyai sekelompok sel yang disebut hydropotes, yang berfungsi untuk

    memudahkan pengangkutan air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan.

    Hidrofit yang tenggelam mempunyai sangat sedikit sklerenkim atau bahkan tidak

    mempunyai (Mulyani 2006).

    Pada daun hidrofit terdapat ruangan udara yang berisi gas, bentuknya beraturan, terdapat di seluruh daun. Ruangan udara ini adalah lakuna yang

     biasanya dipisahkan oleh partisi tipis satu atau dua lapisan sel yang mengandung

    kloroplas. Lakuna berisi diafragma yang merupakan lapisan tunggal sel-sel

    dengan interselular yang kecil dan tampak sebagai pori, berfungsi membiarkan

    laluan gas dan bukannya air (Fahn 1991). Penampang jaringan daun dapat dilihat

     pada Gambar 5.

    19

  • 8/18/2019 c10rru

    34/111

     

    Gambar 5 Penampang jaringan daun(Sumber: Davidson 2005)

    2.3.3.1 Stomata

    Stoma (jamak: stomata) adalah lubang atau celah yang terdapat pada

    epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau, dibatasi oleh sel khusus yang

    disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau

     berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya dan disebut sel tetangga. Sel tetangga

     berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang

    mengatur lebar celah (Nugroho et al . 2006).

    Sel penjaga atau sel penutup berperan mengatur pertukaran gas dari daun.Pada malam hari pertukaran gas sedikit dibutuhkan sehingga celah stomata

    hampir tertutup. Selain itu, suhu malam hari lebih rendah dibandingkan siang hari

    sehingga kehilangan air dari daun dalam jumlah minimal (Scott 2008).

    Keseluruhan bagian stomata umumnya dibatasi terhadap permukaan

     bagian bawah dari lamina (lapisan terluar epidermis) disebut hypostomatous.

    Stomata ada kalanya terletak di kedua lapisan bagian atas dan bawah epidermis

    disebut amphistomatous  atau stomata terbatas hanya pada lapisan atas yang

    disebut epistomatous. Jenis-jenis stomata dari angiospermae berdasarkan

     penampakan stomata dewasa adalah (Dickison 2000):

    a) Anomositik, yaitu stoma dikelilingi oleh sejumlah sel yang ukuran, bentuknya

    tidak terbedakan dari sel epidermis lainnya.

     b) Anisositik, yaitu stoma yang dikelilingi oleh tiga tetangga yang salah satunya

    lebih kecil dibandingkan dua sel lainnya.

    20

  • 8/18/2019 c10rru

    35/111

     

    c) Parasitik, yaitu stoma didampingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang sejajar

    terhadap sumbu panjang dari celah dan sel penjaga.

    d) Diasitik, yaitu stoma yang ditutupi oleh sepasang sel tetangga, yang dinding

    kedua sel tetangga tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penjaga.

    e) Tetrasitik, yaitu stoma dikelilingi oleh empat sel tetangga; dua lateral dan dua

    terminal.

    f) Aktinositik, yaitu stoma dikelilingi oleh sel tetangga yang melingkar atau

    memanjang secara radial, membentuk suatu cincin pada setiap stoma.

    g) Siklositik, yaitu stoma yang dikelilingi oleh empat atau lebih sel tetangga yang

    membentuk cincin pada setiap stoma.

    h) Heksasitik, stoma didampingi oleh enam sel tetangga yang terdiri dari dua

    lateral berpasangan paralel terhadap sumbu panjang celah, dan dua terminal.

    Gambar dari jenis-jenis stoma dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 6 Jenis-jenis stomata daun(Sumber: Dickison 2000)

    2.4 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan

    Jaringan (merupakan kesatuan sejumlah sel, serupa dalam asal-usul dan

    fungsi utama, bersifat terus-menerus. Ilmu yang mempelajari struktur internal

    tanaman disebut histologi tanaman. Histologi tumbuhan umumnya dikaji melalui

    teknik mikroskopis. Kajian objektif untuk mengidentifikasi histologi pada

    tanaman diukur dalam gambaran mikroskopis. Morfologi sel digambarkan dengan

    ukuran sel dan bentuk dan dengan ketebalan dinding sel (Guillemin et al. 2004).

    21

  • 8/18/2019 c10rru

    36/111

  • 8/18/2019 c10rru

    37/111

  • 8/18/2019 c10rru

    38/111

     

    harus dapat menghilangkan air dengan sempurna (Humason 1967). Sampel yang

    difiksasi dengan FAA, mulai didehidrasi dalam alkohol 50% (Sass 1951).

    Dehidrasi dengan Tertiary Butyl Alcohol   (TBA) merupakan metode yang

    lebih memuaskan. Rangkaian larutan dari air, etil, dan tertiary butyl alcohol  dapat

    dilihat pada Tabel 3 (Johansen 1940).

    Tabel 3 Komposisi rangkaian larutan dehidran TBA

    Tingkatan 1 2 3 4 5

    Jumlah persentase alkohol 50 70 85 95 100

    Air 50 30 15 - -

    Etanol 95% 40 50 50 45 -

    Tertiary butyl alcohol 10 20 35 55 75

    Etanol 100% - - - - 25Sumber: Johansen (1940)

    Setiap tingkatan dari dehidran TBA membutuhkan waktu minimal selama

    1 jam. Rangkaian tersebut kemudian diikuti dengan 100% TBA murni yang

    dilakukan sebanyak 3 kali (Johansen 1940).

    2.5.3 Penjernihan, infiltrasi, dan penanaman dengan metode parafin

    Hidrokarbon benzena, toluena, dan  xylene  merupakan reagen yang

    umumnya digunakan untuk tujuan penjernihan. Jika selama penjernihan, zat

     penjernih ( xylene, toluena, atau benzena) menjadi keruh, menunjukkan bahwa air

    masih ada pada jaringan dan jaringan tidak terdehidrasi dengan sempurna dan

    dapat dilakukan pengulangan ke dalam alkohol absolut. Penjernihan

    menghilangkan atau menjernihkan jaringan yang tidak tembus cahaya menjadi

    transparan (Humason 1967).

    Infiltrasi merupakan tahapan dimana medium untuk menanam dimasukkan

    ke dalam jaringan secara bertahap. Medium yang umum digunakan untuk

    menanam adalah parafin. Parafin terdiri atas parafin lunak dan parafin keras. Titik

    leleh parafin lunak berada pada kisaran 50-52 ºC atau 53-55 ºC, titik leleh parafin

    keras berkisar 56-58 ºC atau 60-68 ºC. Pemilihan titik leleh bergantung pada

    ketebalan jaringan yang akan disayat, parafin  keras untuk jaringan keras dan

     parafin  lunak untuk jaringan lunak. Jika sayatan yang diinginkan mencapai

    ketebalan 5-7 mikro maka menggunakan parafin dengan kisaran 56-58 ºC

    24

  • 8/18/2019 c10rru

    39/111

     

    (Humason 1967). Tujuan infiltrasi adalah membantu memudahkan pemotongan

    dalam potongan-potongan jaringan yang sangat tipis (Maidie et al . 1974).

    Material yang telah didehidrasi dengan serangkaian larutan TBA siap

    untuk infiltrasi. Pemindahan material dari butyl alcohol  ke parafin harus dilakukan

    secara berangsur-angsur. Pemindahan dapat dilakukan ke dalam campuran minyak

     parafin dan tertiary butyl alcohol  dengan jumlah yang sama. Material diletakkan

    di atas parafin beku yang ada di dalam wadah kemudian ditutupi dengan

    campuran minyak parafin dan butyl alcohol . Kemudian wadah ditempatkan di

    dalam oven parafin selama 1 jam. Kemudian, campuran tersebut diganti dengan

     parafin murni dan dilakukan di dalam oven. Pengulangan dari pergantian parafin

    dilakukan dua kali setiap 6 jam (Johansen 1940).

    Jaringan, yang telah diinfiltrasi, ditempatkan dalam sebuah kotak kertas

    yang telah diisi dengan lelehan parafin dan segera didinginkan dalam air. Saat

    sejumlah kecil parafin siap memadat, parafin tersebut dapat didinginkan di dalam

    air, lebih baik pada suhu 10-15 ºC. Blok parafin  yang terbaik adalah parafin

    dengan kristal yang berdekatan satu sama lain, tampak jernih dan homogen

    (Humason 1967).

    2.5.4 Penyayatan dan penempelan sayatan

    Material siap disayat bila parafin telah membeku. Blok jaringan dipotong

    dengan pisau tajam. Panjang blok kurang dari 2 cm dan dimensi blok dibedakan

    dengan bentuk seperti empat persegi panjang. Blok parafin ditanamkan di atas

     blok kayu (holder ) (Johansen 1940). Faktor yang mempengaruhi penyayatan

    adalah kualitas parafin, infiltrasi yang tepat, orientasi penempelan material,

    kekakuan penempelan, suhu, kekerasan atau kerapuhan material. Pemotongan

    menggunakan mikrotom (Sass 1951).Sejumlah pita parafin ditempelkan pada setiap  slide. Seluruh permukaan

     slide diolesi dengan bahan perekat dan dialiri dengan air. Selanjutnya, pita parafin

    yang panjang diletakkan di atas kaca tersebut menggunakan pisau bedah. Air yang

     berlebihan pada  slide  dikeringkan, lalu preparat diamati dengan mikroskop.

    Sayatan pada slide ditutup dengan kaca penutup dan ditempatkan di atas penangas

    dengan suhu tidak lebih dari 43 ºC (Johansen 1940). Bahan perekat dalam

    25

  • 8/18/2019 c10rru

    40/111

     

    sebagian besar formula adalah gum arab, albumin, atau gelatin (Sass 1951). Bahan

     perekat albumin dapat dibuat dengan campuran (Maidie et al . 1974):

    1) Putih telur 50 cc

    2) Gliserin 50 cc

    3) Thymol atau Na-salicylat 1 gram

    2.5.5 Pewarnaan 

    Sebelum sayatan dapat diwarnai, parafin harus dihilangkan dengan

    menggunakan xilol. Slide  ditempatkan pada rak dan dimasukkan dalam wadah

    xilol selama 5 menit, xilol hendaknya dapat menutupi  slide. Slide  kemudian

    dipindahkan ke dalam campuran etanol absolut dan xilol dengan jumlah yang

    sama. Pemindahan selanjutnya dilakukan ke dalam campuran alkohol absolut dan

    eter selama 5-10 menit. Slide lalu diangin-anginkan hingga sayatan menunjukkan

    tanda keputih-putihan. Kemudian  slide  dicelupkan dalam serangkaian alkohol,

    dimulai dengan 95%, 70%, 35% masing-masing 5 menit (Johansen 1940).

    Safranin merupakan salah satu zat warna yang termasuk dalam golongan

    azine. Golongan azine adalah golongan zat warna yang mengandung cincin

    orthoquinonoid yang dihubungkan dengan bentuk cincin lainnya melalui 2 atom

     N. Safranin adalah suatu chloride  dan zat warna basa yang kuat, sangat cocok

    untuk mewarnai kromatin dan terutama kromosom (Suntoro 1983). Kelarutannya

    dalam air adalah 5,45% dan 3,41% dalam alkohol. Safranin digunakan untuk

    morfologi dan sitologi. Setelah jaringan diwarnai dengan safranin, pewarna yang

     berlebihan harus dicuci dengan air sehingga tidak meninggalkan sisa pada

     jaringan (Johansen 1940).

    Larutan baku safranin berkonsentrasi 3% di dalam alkohol 50%. Bila akan

    digunakan, larutan baku diencerkan 1-4 kali dengan alkohol 50%. Pewarnaanyang sangat insentif akan dapat diperoleh dengan mengencerkan satu volume

    anilin aquosa (1 cc anilin dengan 20 cc akuades). Setelah menggunakan fiksatif

    Flemming, zat warnanya dihilangkan dengan akuades dan selanjutnya

    dideferensiasi dengan alkohol 70% hingga hanya ada warna merah yang tertinggal

    di dalam sitoplasma selama 0,5-10 menit. Kemudian preparat didehidrasi dengan

    cepat (Suntoro 1983).

    26

  • 8/18/2019 c10rru

    41/111

     

     Aniline blue  bersifat sangat asam dan merupakan kelompok triamino-

    trifenil metana.  Anilin blue  dapat mewarnai selulosa dinding sel dan gambar

    achromatic, serta zat warna terbaik untuk  filamentous dan chlorophyta. Selain itu,

    zat warna ini dapat mewarnai sitoplasma. Aniline blue 1% harus disediakan dalam

    alkohol 95% dan pengasaman sedikit dengan asam hidroklorida. Kombinasi

    safranin dan aniline blue memberikan diferensiasi yang lebih akurat dibandingkan

    dengan fast green (Johansen 1940).

    2.6 Komponen Bioaktif  

    Tanaman menghasilkan tiga kelompok utama dari komponen yang

     bertindak sebagai zat pertahanan, yaitu terpenoid, fenol, dan nitrogen yangmengandung komponen organik (Scott 2008). Bentuk metabolit sekunder

    menunjukkan sejumlah molekul yang sedikit penting terhadap tanaman dan

    memiliki peranan utama dalam perlindungan tanaman dari tekanan lingkungan

    atau dalam pengontrollan pertumbuhan tanaman (Harborne 1999). Tanaman

    genjer ( Limnocharis flava) yang berasal dari Thailand mengandung total fenolik

    5,4 mgGAE/ g BDD, total flavonoid 3,7 mg RE/ g BDD, dan aktivitas antiradical

    0,1/ EC50 (Maisuthisakul et al . 2008).

    2.6.1 Terpenoid/steroid

    Terpenoid atau isoprenoid dicirikan dengan biosintesis dari isopentenil dan

    dimetilalil pirofosfat dan sifatnya yang secara umum lipofilik. Terpenoid adanya

    di kelenjar trikoma daun, di pucuk exudates  dan kayu damar. Secara kimia,

    terpenoid pada dasarnya hidrokarbon tidak jenuh siklik, dengan derajat keragaman

    oksigenasi dalam kelompok pengganti yang dilekatkan terhadap kerangka karbon

    utama. Terpenoid dikelompokkan berdasarkan jumlah 5-atom karbon (C5)

    (Harborne 1999). Monomer aktif dari isoprenoid adalah isopentenilpirofosfat

    (IPP) yang digunakan untuk membangun monoterpen (C10), sesquiterpen (C15),

    dan diterpen (C20) (Edwards dan Gatehouse 1999).

    Terpenoid memiliki potensi anti-inflamasi tidak hanya in-vivo  pada sel

    hewan, tetapi juga ex-vivo. Beberapa terpenoid bertindak sebagai hormon tanaman

    yang mengatur fungsi fisiologis yang berbeda dan metabolit sekunder lainnya

     berperan dalam pertahanan dan perlindungan tumbuhan/hewan dari patogen

    (Heras et al . 2003). Subklasifikasi terpenoid dapat dilihat pada Tabel 4.

    27

  • 8/18/2019 c10rru

    42/111

     

    Tabel 4 Subklasifikasi terpenoid

    Kelas terpenoid Deskripsi

    Monoterpenoid Volatil, unsur minyak esensial

    IridoidLakton yang berasa pahit, biasanya dalam bentuk

    glikosidik

    Sesquiterpenoid Unsur minyak esensial yang tinggi titik didihnya

    Sesquiterpen lakton Karakteristik dari famili Compositae

    Diterpenoid Asam dammar dan giberelin

    Triterpenoid saponin Glikosida hemolitik

    Steroid saponin Glikosida hemolitik

    Kardenolid dan bufadienolid Racun bagi jantung dan toxin 

    Fitosterol Unsur-unsur membrane

    Cucurbitacin Pahit, terutama Cucurbitaceae

     Nortriterpenoid Limonoid dan Quassinoid

    Triterpenoid lainnya  Lupanes, hapanes, ursanes, dsbKarotenoid Pigmen kuning hingga merahSumber: Harborne (1999)

    Komponen terpenoid yang menunjukkan aktivitas insektisidal adalah

    steroid. Bentuk steroid dapat berupa komponen kardenolid dan saponin yang

    dapat melawan herbivora mamalia. Kardenolid berasa pahit dan sangat beracun

    serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Saponin merupakan komponen yang

    dapat larut di dalam air dan lemak, serta memiliki sifat seperti sabun (Scott 2008).

    Struktur beberapa terpenoida dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

    Gambar 7 Beberapa terpenoid dan alkaloid steroid(Sumber: Robinson 1995)

    2.6.2 Alkaloid dan metabolit nitrogen lainnya

    Alkaloid merupakan basa-basa organik yang memiliki sebuah atom

    nitrogen sebagai bagian dari srukturnya, biasanya terkait ke dalam suatu sistem

    28

  • 8/18/2019 c10rru

    43/111

     

    siklik lima atau enam karbon. Distribusi alkaloid terbatas pada tumbuhan tingkat

    tinggi, sekitar 20% dari spesies Angiospermae. Metabolit-nitrogen juga terbatas di

    alam. Keterbatasan distribusi metabolit ini disebabkan oleh ketersediaan unsur

    dari metabolit ini juga terbatas. Metabolit-nitrogen merupakan turunan dari satu

    atau lebih asam amino protein (Harborne 1999).

    Metabolit-nitrogen lainnya yang berperan penting adalah glukosinolat,

    cianogenik glikosida, dan asam amino non-protein. Bentuk lebih lanjut dari

    metabolit-nitrogen adalah betalain, pigmen tanaman. Asam amino lisin, ornitin,

    fenilalanin, tirosin, triptofan, dan histidin merupakan sumber N dari mayoritas

    alkaloid pada tanaman (Edwards dan Gatehouse 1999).

    Alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang

     bersifat asam lemah (HCl 1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan

    dengan amoniak pekat. Pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi

     pelarut (ekstraksi cair-cair). Adanya alkaloid pada ekstrak nisbi kasar dapat diuji

    dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid (Harborne 1987). Klasifikasi

    alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya dapat dilihat Tabel 5. Struktur senyawa

    alkaloid dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.

    Tabel 5 Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya pada tanaman

    Metabolit Metabolit

    Alkaloid: 11) Pirolizidin

    1) Amaryllidaceae 12) Quinolin

    2) Betalain 13) Quinolizidin

    3) Diterpenoid (kadang beracun) 14) Steroidal

    4) Indol 15) Tropana

    5) Isoquinolin (kelompok terbesar

    alkaloid)Asam amino non-protein

    6) Likopodium Amina7) Monoterpen Cianogenik glikosida

    8) Sesquiterpen Glukosinolat

    9) PeptidaPurin dan Pirimidin (termasuk kafein

     pada kopi dan teh)

    10) Pirolidin dan piperidinSumber: Harborne (1999)

    29

  • 8/18/2019 c10rru

    44/111

     

    Gambar 8 Beberapa penggolongan alkaloid(Sumber: Robinson 1995)

    2.6.3 Metabolit fenol

    Komponen fenol merupakan metabolit sekunder dengan molekul dasar

    dari beragam jenis senyawa adalah struktur fenol yang merupakan kelompok

    hidroksil pada sebuah cincin aromatik. Komponen fenol menunjukkan beragam

    fungsi bagi tanaman termasuk pertahanan dari herbivor dan patogen, penyerapan

    cahaya, penarik  pollinator , penghambat pertumbuhan dari tanaman pesaing, dan

    simbiosis dengan bakteri penyedia nitrogen (Wildman 2001).

    Fenol turut andil dalam biosintetis dari fenilalanin, merupakan salah satu

    dari tiga asam amino protein yang dibentuk dari sedoheptulosa melalui jalur

    shikimate. Asam p-hidroksisinamik dibentuk dari fenilalanin melalui deaminasi

    dan p-hidroksilasi, yang menempati peranan sentral dalam pembentukan beragam

    kelas dari fenol tanaman (Harborne 1999).

    Flavonoid merupakan kelompok polifenol yang paling dikenal, memiliki

    rangka karbon yang sama dengan flavon atau 2-fenilbenzopiron dan terdiri dari

    4000 struktur. Flavonoid dapat ditemukan di sebagian besar tanaman dan sama

    dengan struktur fenilpropanoid dan asam hidroksibenzoat (Harborne 1999).

    Flavonoid adalah turunan dari chalcones  yang dibentuk dari shikimate dan

     prekursor asetat (Edwards dan Gatehouse 1999).

    Sebagian besar karakteristik dari fenolik adalah kemampuan untuk

    mengionisasi. Beberapa polifenol memiliki kelompok catechol dan karena itu

    memiliki kemampuan untuk mengkelat ion logam divalen atau trivalen. Beberapa

    antosianin menjadi pengkelat terhadap magnesium atau besi. Fenol dengan

    substitusi o- atau p-dihidroksi dapat teroksidasi sesuai dengan quinon dan

     beberapa p-quinon (Harborne 1999). Klasifikasi bagian-bagian fenolik dapat

    30

  • 8/18/2019 c10rru

    45/111

     

    dilihat pada Tabel 6 dan struktur dari beberapa metabolit fenolik di tanaman dapat

    dilihat pada Gambar 9.

    Tabel 6 Klasifikasi bagian-bagian fenolik

    Subkelas Deskripsi Subkelas Deskripsi

    AntosianinPigmen merah hingga

     biru pada bungaLignan

    Umumnya ada

     pada kayu dan

    kulit kayu

    Antoklors

    Pigmen kuning pada

     bunga: chalcones dan

    aurones

    Fenol dan asam

    fenolik

    Beberapa asam

    yang umum pada

    tanaman

    Benzofuran

    Ada pada tumbuhan

    tingkat tinggi dan

    lichen 

    Fenolik ketonAda pada buah

    hop dan pakis

    Chromones Kelompok kecil dari

    zat pengobatanFenilpropanoid

    Strukturnya

     banyak, tersebar

    luas

    Kumarin

    Lebih dari 700

    struktur, tersebar luas

     pada tanaman

    Quinonoid

    Benzoquinon,

    naphthoquinon

    dan anthraquinon

    Minoritas

    flavonoid

    Flavanon dan

    dihidroflavonolStilbenoid

    Termasuk

    dihidrofenantrin

    Flavon dan

    flavonol

    Struktur banyak,

    terutama dalam

    kombinasi glikosidik

    TaninKental dan dapat

    dihidrolisis

    Isoflavonoid

    Karakteristik dari

    Leguminosae, dalam

     bentuk bebas

    Xanton

    Terutama pada

    Gentianaceae

    dan GuttiferaeSumber: Harborne (1999) 

    Gambar 9 Beberapa senyawa aromatik fenol sederhana(Sumber: Robinson 1995)

    31

  • 8/18/2019 c10rru

    46/111

     

    2.7 Proses Pengukusan

    Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan

    enzim yang akan mengubah warna, cita rasa, maupun nilai gizi. Pengukusan

    dilakukan dengan suhu air lebih tinggi dari 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC.

    Pengukusan dan perebusan adalah metode konvensional yang telah lama dikenal

    untuk memasak (Romdhijati 2010). Pengukusan merupakan pemasakan bahan

    makanan dengan uap dari air yang mendidih. Alat yang digunakan berupa

    dandang, yaitu wadah perebusan yang terdiri dari dua bagian. Bagian bawah

    digunakan untuk air pengukus, sedangkan bagian atas yang dilengkapi dengan

    alas berlubang-lubang digunakan untuk tempat sayuran (Novary 1999).

    Pengukusan akan mengurangi zat gizi, namun tidak sebesar pada proses

     perebusan. Pemanasan pada proses pengukusan kadang tidak merata karena bahan

    makanan di bagian tepi tumpukan biasanya mengalami pengukusan berlebihan,

    sementara di bagian tengah mengalami pengukusan lebih sedikit. Pengukusan

     juga sering dilakukan industri sebelum proses pengalengan, bertujuan untuk

    menonaktifkan enzim, bukan untuk membunuh mikroba. Dalam kondisi enzim

    tidak aktif, perubahan warna, cita rasa, atau nilai gizi yang tidak dikehendaki

    selama proses penimpanan dapat dicegah (Romdhijati 2010). Metode pengukusan

    memberikan beberapa keuntungan, yaitu kandungan gizi tidak banyak berkurang;

    rasa sayuran lebih enak, renyah, dan harum; serta kemungkinan sayuran hangus

    hampir tidak ada (Novary 1999). Dandang pengukusan dapat dilihat pada Gambar

    10 berikut.

    Gambar 10 Dandang pengukusan dan bagian dalamnya

    32

  • 8/18/2019 c10rru

    47/111

     

    3 METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian mengenai Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif

    Tanaman Genjer ( Limnocharis flava) di Kelurahan Situ Gede, Bogor dilaksanakan

     pada tanggal 17 April 2010 hingga 28 Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan di

    Laboratorium Formulasi dan Diversifikasi Hasil Perairan; dan Laboratorium

    Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas

    Perikanan dan Ilmu Kelautan; Pusat Antar Universitas; Laboratorium Analisis dan

    Keteknikan Pemanenan Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas

    Kehutanan; dan Laboratorium Mikroteknik, Departemen Biologi, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

    3.2 Bahan dan Alat

    Tanaman genjer ( Limnocharis flava) diperoleh dari wilayah Desa

    Cilubang-Nagrak, Kelurahan Situ Gede, Bogor. Tanaman diambil dari dua sawah

    yang berbeda di wilayah tersebut. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam

     penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian

     NoTahap

     penelitianBahan Alat

    1) Tahap

     pengukuran

    Akar, batang, daun tanaman

    genjer

    Penggaris, jangka sorong,

     planimeter, kurvimeter

    2) Tahap

     pembuatan

     preparat dan

     pengamatan jaringan

    Akar, batang, daun tanaman

    genjer larutan FAA, etanol

    absolut, TBA, minyak

     parafin, parafin, xilol, larutanGifford, etanol 95%; 70%;

    50%; 30%, akuades, safranin

    2%, dan fast green 0,5%,

    aniline blue, entellan

    Botol film dan botol kaca

    kecil, holder , kotak blok,

     pinset, kuas, oven,

    mikrotom Yamato RV-240, hot plate, gelas

    obyek, rak pewarna,

    mikroskop cahaya

    Olympus tipe CH20 dan

    kamera mikroskop

    Olympus DP12

  • 8/18/2019 c10rru

    48/111

     

    Tabel 7 Lanjutan

    3) Tahap analisis

    fitokimia

    Ekstrak daun dan batang

    genjer, kloroform, amoniak,

    asam sulfat 2N, anhidrida

    asetat, HCl 2N, asam sulfat

     pekat, serbuk magnesium,

    amil alkohol, alkohol, etanol

    70%, FeCl3 5%, air panas,

     pereaksi molisch, pereaksi

    Dragendorf, Wagner, dan

     pereaksi Meyer, pereaksi

    Liebermen Burchad, pereaksi

     biuret, serta ninhidrin 0,1%

    Tabung reaksi, beaker

     glass, kompor listrik, pipet

    tetes, pipet 1-10 ml, dan

    mortar

    4) Tahap analisis

     proksimat dantotal karoten

    Sampel, akuades, K 2SO4,

    selenium, H2SO4 pekat dan1,25%, H2O2, asam borat 4%,

     NaOH, Na2S2O3, HCl 0,2 M,

    n-heksan, alkohol, KOH 5%

    dalam metanol, aseton, gas

     N2, Na2SO4 

    Dandang, oven, cawan

     porselen, gegep, desikator,timbangan, tanur

     pengabuan, kertas saring,

    kapas, selongsong lemak,

    labu lemak, soxhlet,

    erlenmeyer, gelas piala,

    labu kjeldahl, alat destilasi,

     biuret, gelas ukur, pipet

    volumetrik, corong

    Buchner, spektrofotometer

    3.3 Prosedur Penelitian

    Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu tahap pengukuran

    anatomi luar tanaman, tahap pembuatan preparat dan pengamatan jaringan,

    analisis fitokimia, serta analisis proksimat dan total karoten dari tanaman segar

    dan setelah proses pengukusan. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat

     pada Gambar 11.

    Proses pengukusan untuk analisis proksimat tanaman genjer kukus

    dilakukan pada suhu yang berkisar 65-86 ºC selama 10 menit. Lama waktu

     pengukusan ditetapkan berdasarkan parameter pemasakan sayuran segar dan

    sayuran beku (Loh 2004, diacu dalam Bernhardt dan Schlich 2005). Batang dan

    daun genjer segar terlebih dahulu dibersihkan, dicuci dan dipisahkan dari akarnya,

    kemudian dipotong menjadi bagian daun dan batang. Pengukusan daun dan batang

    dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan dandang.

    34

  • 8/18/2019 c10rru

    49/111

     

    3.3.1 Pengukuran dimensi tanaman genjer

    Proses pengukuran tanaman genjer dilakukan terhadap daun, batang, dan

    akar tanaman. Tanaman genjer yang diukur berjumlah 32 sampel dan diambil dari

    wilayah Cilubang Nagrak, Kelurahan Situ Gede, Bogor.Pengukuran daun meliputi luas permukaan dengan alat planimeter dan

    keliling daun dengan alat kurvimeter. Daun terlebih dahulu digambar pada kertas

    dengan perbandingan skala 1:1. Kemudian daun diukur luas dan kelilingnya

     berdasarkan garis cetakan daun. Pengukuran batang tanaman dilakukan terhadap

     panjang batang dan ketebalan batang. Panjang batang diukur dari ujung batang

    dekat daun hingga pangkal batang dekat akar dengan menggunakan penggaris.

    Pengukuran

    anatomi luar

    (32 sampel):

    1) Luas dan

    keliling

    daun

    2) Panjang dan

    ketebalan

     batang

    3) Panjang akar

    Analisis

    fitokimia

    (3 ulangan):

    1) Daun

    2) Batang

    Analisis

     proksimat

    (4 ulangan) dan

    total karoten

    (2 ulangan)

    Analisis

     jaringan

    (2 ulangan):

    1) Penampang

    daun

    2) Penampang

     batang (atas,

    tengah,

     bawah)

    3) Penampangakar

    Sampel segar:

    1) Daun

    2) Batang

    Gambar 11 Diagram alir prosedur penelitian

    Karakteristik tanaman genjer:

    1) Ukuran batang, daun, dan akar

    2) Jaringan batang, daun, dan akar

    3) Komponen bioaktif dalam daun dan batang

    4) Kandungan gizi tanaman segar dan setelah pengukusan

    Tanaman

    genjer

    Sampel kukus:

    1) Daun

    2) Batang

    35

  • 8/18/2019 c10rru

    50/111

     

    Ketebalan batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran akar

    tanaman dilakukan terhadap panjang akar menggunakan penggaris.

    3.3.2 Pembuatan preparat dengan metode parafin dan pengamatan jaringan

    Pengamatan jaringan tanaman diawali dengan pembuatan preparat

    tanaman genjer ( Limnocharis flava) kemudian pengambilan gambar objek pada

    mikroskop. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin.  Tahapannya

    terdiri atas fiksasi, pencucian, dehidrasi dan penjernihan, infiltrasi, penanaman

    dalam blok, penyayatan, perekatan, dan pewarnaan. Bagian tanaman genjer yang

    diambil adalah daun, batang atas, batang tengah, batang bawah, dan akar.

    Fiksasi dilakukan selama > 24 jam (5 hari) dalam larutan FAA, setelah itu

    larutan fiksasi dibuang dan sampel dicuci dengan etanol 50% sebanyak 4 kali

    dengan waktu penggantian masing-masing selama 30 menit. Kemudian dilakukan

    dehidrasi dan penjernihan secara bertahap melalui perendaman dalam larutan seri

    Johansen I-VII pada suhu ruang dengan perincian:

    1) Johansen I selama 2 jam

    2) Johansen II selama 24 jam

    3) Johansen III selama 2 jam

    4) Johansen IV selama 2 jam

    5) Johansen V selama 2 jam

    6) Johansen VI (TBA murni) selama 24 jam

    7) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

    8) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

    9) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

    10) Johansen VII selama 4 jam

    Proses infiltrasi dimulai dari perendaman sampel dalam Johansen VII(TBA : minyak parafin 1:1) dan 1/3 parafin beku dan disimpan pada suhu kamar

    selama 4 jam yang dilanjutkan pengovenan pada suhu 58 ˚C selama 18 jam.

    Kemudian pergantian parafin dilakukan setiap 5 jam sekali sebanyak 4 kali

     pergantian. Proses penanaman dilakukan dengan cara sampel dari tahap infilrasi

    dimasukkan ke dalam blok kotak yang berisi parafin cair dan disimpan pada suhu

    ruang hingga benar-benar membeku. Proses penyayatan dilakukan dengan

    menggunakan mikrotom putar setebal 10 μm. Blok parafin  terlebih dahulu

    36

  • 8/18/2019 c10rru

    51/111

     

    dipotong dan dirapihkan kemudian ditempelkan pada holder   lalu disayat. Hasil

    sayatan direkatkan pada gelas obyek yang telah diolesi albumin-gliserin dan

    ditetesi air. Gelas berisi pita parafin kemudian dipanaskan pada hot plate dengan

    suhu 45 ºC selama 3-5 jam.

    Proses pewarnaan dilakukan dengan safranin 2% dalam air dan  fast green 

    0,5% dalam etanol 95% serta safranin 2% dan aniline blue dalam alkohol 88%.

    Pewarnaan diawali dengan perendaman gelas obyek ke dalam larutan xilol 1 dan 2

    masing-masing selama 15 menit, dilanjutkan perendaman dalam etanol absolut

    (100%), 95%, 70%, 50%, dan 30% masing-masing selama 3 menit. Setelah itu,

    obyek dibilas dengan akuades dan dimasukkan ke dalam safranin 2% selama 2

    hari. Selanjutnya, gelas obyek dibilas ke dalam akuades dan dimasukkan ke dalam

    etanol 30%, 50%, 70%, 95%, dan absolut masing-masing selama 3 menit.

    Kemudian obyek dimasukkan ke dalam pewarna fast green 0,5% selama 10 menit

    lalu etanol absolut 1 dan 2 selama 3 menit. Gelas obyek kemudian direndam

    dalam xilol 1 dan xilol 2 selama 10 menit. Pewarnaan dengan aniline blue 

    dilakukan sebagai pengganti fast green. Gelas obyek dimasukkan ke dalam aniline

    blue  + alkohol 88% selama 10 menit, setelah etanol 70%. Kemudian obyek

    dimasukkan ke dalam etanol 95% + HCl 2 tetes selama beberapa detik dan

    dilanjutkan ke dalam etanol 95% selama 3 menit, seterusnya.

    Proses selanjutnya adalah penutupan dengan pemberian entellan  atau

    canada balsam  pada gelas obyek dan ditutupi dengan gelas penutup. Proses

     pengambilan gambar dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CH20 dan

    kamera digital merek Olympus DP12. Diagram alir pembuatan preparat dapat

    dilihat pada Gambar 12.

    3.3.3 Analisis fitokimia tanaman genjer (Harbone 1987)Analisis fitokimia tanaman genjer diawali dengan pembuatan ekstrak

    genjer meliputi ekstrak daun genjer dan ekstrak batang genjer dengan

    menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Proses ekstraksi

    meliputi penghancuran sampel, maserasi, penyaringan, dan evaporasi. Diagram

    alir pembuatan ekstrak daun dan batang genjer dapat dilihat pada Gambar 13.

    37

  • 8/18/2019 c10rru

    52/111

     

    Fiksasi dengan FAA

    Pencucian dengan etanol 50%

    Dehidrasi dan penjernihan dengan larutan seri Johansen

    Infiltrasi dengan parafin

    Penanaman dalam parafin

    Penyayatan blok parafin 

    Perekatan pada gelas objek  

    Pewarnaan dengan safranin 2% +  fast green 0,5%

    dan safranin 2% + aniline blue 

    Pengamatan dengan mikroskop 

    Gambar 12 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode parafin

    Tanaman genjer

    Pemotongan bagian tanaman

    38

  • 8/18/2019 c10rru

    53/111

  • 8/18/2019 c10rru

    54/111

     

    1) Alkaloid 

    Pengukuran kandungan alkaloid dilakukan dengan melarutkan ekstrak

    sampel dalam beberapa tetes asam sulfat 2N kemudian diuji dengan tiga pereaksi

    alkaloid, yaitu Dragendorff, Meyer, dan Wagner. Sampel positif mengandung

    alkaloid bila terbentuk endapan berwarna merah sampai jingga pada pereaksi

    Dragendorff, endapan putih kekuningan pada pereaksi Meyer, dan endapan coklat

     pada pereaksi Wagne