coronary artery disease
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
Peer Teaching Critical Care
Endah Rahayu (220110100105)
CORONARY ARTERY DISEASE
1. Mengapa bisa terjadi CAD STEMI
Karena pembuluh arteri coroner tersumbat atau menyempit karena endapan lemak atau
plak yang bertumpuk secara bertahap. Proses ini disebut aterosklerosis. Sehingga
mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen ke jantung, hal ini akan menyebabkan nyari
dada atau yang disebut angina. Sedangkan bila darah tidak mengalir sama sekali karena
arteri coroner tersumbat total, penderita mengalami kematian di bagian otot jantung
(infark miokard).
2. Jenis – jenis CAD
a. Angina pectoris unstable : nyeri dada
Nyeri dada yang timbul saat istirahat dan berkepanjangan, biasanya lebih dari 20
menit.
b. Infark Miokard
Prinsipnya sama dengan angina tidak stabil, diagnosis ditegakkan jika terdapat angina
dan tidak ditemukan ST elevasi pada perekaman EKG namun terdapat peningkatan
marka jantung .
c. Infark Miokard ST – Elevasi
Karakteristiknya seperti angina tipikal dan pada perekaman EKG didapat gambaran
elevasi segmen ST.
3. Bagaimana mekanisme perubahan fisiologis yang terjadi akibat CAD sehingga
menimbulkan nyeri dada, sesak, nyeri kepala dan mual muntah
Nyeri dada : arteri tersumbat kurang pemasukan oksigen ke jantung jantung
kurang oksigen sehingga melakukan metabolism anaerob timbulnya asam laktat yang
mensintesis ujung saraf bebas nyeri dada yang sangat hebat
Nyeri menjalar ke kiri lengan, bawah rahang, leher, lengan kanan, punggung.
Karakteristiknya adalah nyeri yang sangat hebat, bahkan seperti ditimpa benda berat
seperti mau mati dan disertai sesak dan kecemasan.
Sesak : terjadi ketika kerusakan jantung membatasi output dari ventrikel kiri yang
menyebabkan kegagalan ventrikel kiri dan konsekuen edema paru.
Nyeri kepala :
Mual muntah : disebabkan oleh gelombang besar katekolamin dari system saraf simpatik
yang terjadi sebagai respon terhadap sakit dan kelainan hemodinamik yang dihasilkan
dari disfungsi jantung.
4. Sebutkan standar pengkajian utama pada kasus CAD
Nyeri dada atau angina, yang dirasakan di dada tetapi juga di bahu, lengan, leher,
tenggorokan, rahang atau punggung.
Sesak napas, mual, palpitasi yaitu jantung yang tidak teratur.
5. Sebutkan data penunjang tambahan yang diperlukan
Rontgen : untuk melihat adanya kardiomegali
EKG : untuk melihat adanya riwayat serangan jantung sebelumnya
Echocardiogram : menghasilkan gambar jantung dengan gelombang suara. Untuk melihat
dan menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam
aktivitas memompa jantung. Dan menggambarkan fungsi atau kapasitas masing – masing
ruang pada jantung.
Koroner kateterisasi : untuk melihat aliran darah melalui jantung. Memasukkan cairan
melewati intravena (angiogram), cairan yang dimasukkan ke dalam arteri jantung
Pemeriksaan laboratorium (enzim – enzim) : untuk melihat adanya enzim – enzim yang
dilepaskan oleh sel – sel miokardium yang nekrosis seperti kreatinin fosfokinase (CK),
troponin – t, serta pelepasan isoenzim mb-ck yang merupakan petunjuk enzimatik dari
infark miokardium yang paling spesifik
Elektrolit : jika didapatkan ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hyperkalemia
Exercise stress test : untuk melihat apakah kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress atau aktivitas
6. Jelaskan kondisi kegawatan yang terjadi pada pasien
Dalam beberapa menit pertama, bahaya utamanya adalah gagal jantung akut dan henti
jantung
Dalam beberapa jam dan hari pertama setelah serangan, bahaya utamanya adalah
perkembangan denyut jantung tidak teratur (aritmia)
Dalam beberapa pekan atau bulan setelah serangan tersebut, kemampuan jantung untuk
memompa mungkin terlalu lemah, menimbulkan gagal jantung kronis.
7. Jelaskan kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi pada pasien di atas
a. Gagal jantung : terjadi karena kegagalan ventrikel kiri yang menyebabkan stroke
volume, pengurangan cardiacoutput, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan
akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis (tanda – tanda kegagalan
jantung).
b. Syok kardiogenik : ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup darah ke jaringan
untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal akibat gangguan fungsi pompa jantung.
Syok kardiogenik terjadi jika kerusakan otot jantung lebih dari 40% dan angka
kematiannya lebih dari 80%. Pasien yang mengalami syok biasanya berumur lebih
tua, ada riwayat infark sebelumnya, riwayat angina dan lebih sering mengalami infark
miokard di anterior.
c. Rupture jantung dan regurgitasi mitral : laserasi atau robeknya dinding ventrikel atau
atrium jantung, dari septum interatrial atau interventriculare, otot – otot papiler atau
korda tendinea atau salah satu katup jantung. Hal ini sering dilihat sebagai sekuele
serius infark miokard akut (serangan jantung).
d. Aritmia dan gangguan konduksi : gangguan pada pembentukan impuls atau konduksi
impuls sehingga menyebabkan denyut terlalu lambat (bradikardi) atau terlalu cepat
(takikardi).
8. Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien tersebut
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan
adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara
berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakn suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti
angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama,
konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan
keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi
berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan
anti disritmia.
c. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah,
hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi
jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi
perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
d. Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak lagi mengalami
kecemasan atau kecemasan berkurang
Rencana :
1. berikan penjelasan tentang factor-faktor resiko timbulnya CAD : merokok, diet
tinggi kolesterol , DM , Hipertensi , stress.
2. berikan dukungan emosional: sikap hangat dan empati
3. jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
4. berikan penjelasan tentang perawatan pasien dirumah :
-Pengaruh CAD
-Proses penyembuhan
-Jenis-jenis pengobatan
-Pengaruh obat-obatan
-pembatasan diet : rendah kolesterol
-olahraga 3/ seminggu : jogging , aerobic
-stop merokok
-manajement stress
-saat BAB tidak mengejan
5. kaji ulang tingkat cemas