ekologi_pariwisata

42
Ekologi Pariwisata 1. Daya Dukung Daya dukung adalah konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan sua sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep in dikembangkan, terutama untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberday dan lingkungan. Sehingga keberadaan, kelestarian dan fungsinya dapat terwujud dan p dan ruang yang sama juga pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap dalam kondisi sejahtera dan/atau tidak dirugikan (Bahar, !!"# Daya dukung merupaka kemampuan sumberdaya rekreasi untuk mempertahankan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman rekreasi yang diinginkan. Daya dukung menyangkut daya dukung lokasi dan daya dukung sosial. ($lawson dan Knetsch, %&''#. Sedangkan menurut old daya dukung rekreasi merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fis sosial untuk mendukung penggunaan akti*itas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan. +enurut Bengen (!!#, daya dukung adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingku Daya dukung ekologis adalah tingkat maksimum (baik jumlah maupun *olume# pemanfaata suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasikan oleh suatu kawasan atau sebelum terjadi penurunan kualitas lingkungan ekologis. Daya dukung fisik adalah ju maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diadopsi oleh suatu kawasan atau ona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. Daya d sosial adalah tingkat kenyamananan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosist terhadap suatu kawasan atau ona akibat adanya penggunaan lain dalam waktu bersamaa Sedangkan daya dukung ekonomi adalah tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan. +enurut Knudson (%&)!#, hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreas

Upload: michaelsutrisno

Post on 05-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekowisata

TRANSCRIPT

Ekologi Pariwisata

1.Daya Dukung

Daya dukung adalah konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan, terutama untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan. Sehingga keberadaan, kelestarian dan fungsinya dapat terwujud dan pada saat dan ruang yang sama juga pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera dan/atau tidak dirugikan (Bahar, 2004) Daya dukung merupakan kemampuan sumberdaya rekreasi untuk mempertahankan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman rekreasi yang diinginkan. Daya dukung menyangkut daya dukung fisik lokasi dan daya dukung sosial. (Clawson dan Knetsch, 1966). Sedangkan menurut Gold (1980), daya dukung rekreasi merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fisik dan sosial untuk mendukung penggunaan aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan.

Menurut Bengen (2002), daya dukung adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan. Daya dukung ekologis adalah tingkat maksimum (baik jumlah maupun volume) pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasikan oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas lingkungan ekologis. Daya dukung fisik adalah jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diadopsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. Daya dukung sosial adalah tingkat kenyamananan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya penggunaan lain dalam waktu bersamaan. Sedangkan daya dukung ekonomi adalah tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan.

Menurut Knudson (1980), hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1.Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi, hewan, iklim dan air.2.Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan.3.Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan.

2.Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati.

Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain

a.Aspek Pencegahan

Menguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.

Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.Aspek Penanggulangan

Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).

Menentukan waktu kunjungan

Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.

b.Aspek Penanggulangan

Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).Menentukan waktu kunjunganMengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.

c.Aspek PemulihanMenjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.

3.Keindahan alamKeindahanmerupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalampengertian yang laindiartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.Keindahan dalam arti luas adalah keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan dengan meliputi keindahan seni, keindahan alam,keindahan moral dll.Keindahan dalam arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.

1.Nilai estetikDalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan2.Nilai ekstrinsikNilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental! Contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.3.Nilai intrinsicNilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik.

4.Vandalisme ( kerusakan )Interaksi yang dinamis namun harmonis antara mahluk hidup dan lingkungannya akan membentuksuatu tatanan ekosistem yang seimbang.Kondisi ini akan berujung pada keselarasan hidup semua organisme di bumi. Komponen abiotik dan juga biotik yang menjadi dua unsur penting dalam tatanan ekosistem saling terkait satu sama lainnya. Keterkaitan ini menjadikan interaksi di antara mereka tak bisa dipisahkan. Namun, keseimbangan tersebut akan bermuara padakerusakan ekosistemdimana lingkungan bukan lagi tempat yang nyaman bagi organisme tersebut untuk tinggal dan hidup.Kerusakan ekosistemini bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Apa saja?

1. Faktor Alamiah Faktor alamiah merupakan penyebabkerusakan ekosistemyang terjadi murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka jika dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka akan berpengaruh pada keadaan organisme lainnya.2.Faktor ManusiaFaktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem lainnya disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia. Manusia sebagai salah satu organisme atau mahluk hidup dalam sebuah ekosistem tentu memerlukan kehadiran organisme lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan di sekitarnya. Sebut saja penebangan pohon secara berlebihan, pembakaran hutan dalam rangka pembukaan lahan untuk bertani, penangkapan ikan dengan menggunakan racun, terapi kejut juga bom, penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan dalam pertanian, kebiasaan membuang sampah yang tak bisa diurai sampai ribuan tahun, aktifitas tertentu yang menghasilkan limbah kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri dan masih banyak lagi lainnya.

Salah satu hal yang marak saat ini disoroti adalah pemburuan liar yang dilakukan oleh manusia terhadap hewan. Dahulu, perburuan atau penangkapan dilakukan hanya untuk alasan konsumsi, maka dewasa ini perburuan juga dilakukan dengan tujuan relaksasi. Misalnya saja beruang diburu karena ingin diambil bulunya, harimau dibunuh karena bulunya bisa diambil sebagai bahan garmen, demikian pula dengan gajah yang ditembaki agar gadingnya bisa diambil. Jika pemburuan liar ini semakin menjadi-jadi, maka akan terjadi kelangkaan hewan dan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem.

3. Kerusakan ekosistemmerupakan kabar yang sangat buruk bagi semua mahluk hidup sebab mereka seperti mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Misalnya saja berkurangnya pohon akan membuat sejumlah hewan kehilangan rumahnya, akan membuat kualitas udara semakin buruk, akan memicu terjadinya bencana alam semacam banjir dan juga longsor. Berbeda dengan musabab alamiah, faktor manusia ini bisa dihindari dengan pola prilaku yang lebih cermat dan bersahabat dengan alam tentunya.

5.Dampak Sosial BudayaPenelitian yang dilakukan oleh WTO (1980: 12-13) menunjukkan beberapa dampak sosial budaya pariwisata yang dirasakan oleh komunitas lokal, sebagai berikut :a.Dampak sosial1.Diferensiasi struktur sosial2.Modernisasi keluarga3.Memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap dunia luar.

b.Dampak budaya1.Berkembang atau hilangnya budaya lokal2.Perlindungan atau perusakan kontur alam3.Perlindungan atau perusakan monumen bernilai sejarah

4.Polusi terhadap keberadaan arsitektur tradisional.

EKOLOGI PARIWISATA

BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanegaraman hayati yang sangat tinggi yang berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan, udara maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki Indonesia, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.Keseluruhan potensi ODTWA tersebut di atas merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan.Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pariwisata alam, misalnya kepariwisataan, biro perjalanan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya masyarakat.Dalam pengembangan kegiatan pariwisata alam terdapat dampak positif dan dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan alami.Dampak positifnya antara lain menambah sumber penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru, dan diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat/wisatawan tentang konservasi sumber daya alam. Dampak positif tersebut perlu ditingkatkan.Dampak negatifnya antara lain gangguan terhadap ODTWA (erosi dan vandalisme), dan munculnya kesenjangan sosial. Dampak negatif ini perlu mendapatkan perhatian dan ditanggulangi secara bersama antara pihak terkait.Berkenaan dengan hal itulah makalah ini saya susun dengan mengacu pada teori-teori ekologi wisata.B.MASALAHPermasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang banyaknya objek wisata yang dalam proses pembuatan atau pengelolaanya berdampak buruk pada lingkungan sekitar.C.TUJUAN PENULISAN MAKALAHTujuan penulisan makalah ini adalah agar terciptanya objek wisata yang ramah lingkungan dengan mengacu pada teori-teori ekologi wisata

BAB IIPEMBAHASANA.EKOWISATAA.1 Definisi EkowisataSecara konseptulekowisatadapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya,ekowisatadapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.Adanya unsur plus plus di atas yaitu kepudulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:Kekhawatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat.Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari.Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.AdapunpengertianEkowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism)merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.A.2Pedoman Pengembangan Ekowisata IndonesiaGaris Besar Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia yang merupakan draft dari Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya,1999Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia yang tergolong negara Megadiversity dalam hal keaneka ragaman hayati akan mampu menggeser Brasil sebagai negara tertinggi akan keaneka jenis, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh. Bayangkan saja bahwa Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12% binatang menyusui, 16% reptilia and amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32% seluruh luas daratan yang ada di dunia (BAPPENAS, 1993).Di dunia hewan, Indonesia juga memiliki kedudukan yang istimewa di dunia. Dari 500-600 jenis mamalia besar (36% endemik), 35 jenis primata (25% endemik), 78 jenis paruh bengkok (40% endemik) dan 121 jenis kupu-kupu (44% endemik) (McNeely et.al. 1990, Supriatna 1996). Sekitar 59% dari luas daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis atau sekitar 10% dari luas hutan yang ada di dunia (Stone, 1994). Sekitar 100 juta hektar diantaranya diklasifikasikan sebagai hutan lindung, yang 18,7 juta hektarnya telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.Namun Demikian sampai saat ini kita harus menanggung beban berat sebagai negara terkaya keaneka ragaman hayati di kawasan yang sangat sensitif, karena biota Indonesia tersebar di lebih dari 17,000 pulau. Oleh karena itu bukan saja jumlah populasi setiap individu tidak besar tetapi juga distribusinya sangat terbatas. Ini harus disadari oleh pemerintah, sehingga Indonesia harus merumuskan suatu kebijakan dan membuat pendekatan yang berbeda di dalam pengembangan sistem pemanfaatan keaneka ragaman hayatinya, terutama kebijakan dalam pengembangan pariwisata yang secara langsung memanfaatkan sumber daya alam sebagai aset. Pengembangan sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif dan berkelanjutan perlu diprioritaskan dan dalam bidang Pariwisata pengembangan sepertiekowisataharus menjadi pilihan utama.A.3Visi Ekowisata IndonesiaMelihat potensi yang dimiliki Indonesia, maka Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. Dengan visi ini Ekowisata memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional maupun lokal.

Penetapan Visi Ekowisata di atas di dasarkan pada beberapa unsur utama:Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya.Pelibatan Masyarakat.Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional.Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.A.3Tujuan Ekowisata IndonesiaTujuan Ekowisata Indonesia adalah untuk(1) Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam, peninggalan sejarah dan budaya;(2) Meningkatkan partisipasi masyararakat dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat;(3) Menjadi model bagi pengembangan pariwisata lainnya, melalui penerapan kaidah-kaidah ekowisata.A.4Prinsip dan Kriteria Ekowisata1.Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.2.Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.3.Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.4.Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.5.Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.A.4Pengertian Dan Konsep Dasar EkowisataPengertian dan konsep dasar ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu.Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab.Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler.Implementasi pembangunan ecotourism memerlukan tahapan-tahapan mengikuti kaidah-kaidah akademis. Upaya-upaya penelitian dasar dan terapan dikembangkan untuk mengeksplorasi baseline data lingkungan dan sosial, didukung dengan seluruh stakeholder. Stakeholder sektor ecotourism cukup meluas, yakni pemerintah, swasta, LSM, penduduk lokal, perguruan tinggi serta organisasi internasional yang relevan. Ecotourism adalah Kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.Perkembangan jasa ecotourism semakin signifikan dengan berkembangnya industri peralatan penunjangnya. Perlengkapan outdoor equipment yang semakin teruji keamanannya mengantarkan ke tujuan wisata hingga Nepal dan Galapagos. sekarang telah disusun panduan bagi industri ecotourism dengan tiga arahan penting, yakni pemberdayaan penduduk lokal, pengembangan akomodasi dan sertifikasi. Prinsipnya, panduan memberikan sudut pandang dari masing-masing stakeholder terhadap arah perkembangan bisnis jasa ecotourism.

B.PERENCANAANPENGEMBANGAN EKOWISATAAda satu kenyataan lain yang akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat, baik nasional maupun internasional bahwa kekayaan yang hampir seluruhnya berada di kawasan yang disebut hutan, kini menghadapi ancaman dan tekanan yang semakin besar, dimana illegal logging adalah salah satu isu yang telah menjadikan citra Indonesia kurang menguntungkan. Padalah wilaya hutan dan perairan dengan seluruh kekayaannya merupakan modal dasar pengembangan pariwisata alam, dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai satu kesatuan yang saling terkait, yang tidak hanya akan bermanfaat secara ekonomi, namun akan menjaga keberlanjutan manfaat itu sendiri termasuk budaya dan sosial.Eco-tourism merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Konsep yang memanfaatkan kecendrungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata. Ecotourism adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.B.1Tujuan dan Sasaran Pengembangan EkowisataTujuanKriteria Pengembangan Ekowisata ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:Untuk menyamakan persepsi para pengembang pariwisata di taman nasional dan taman wisata alam.Sebagai acuan dalam memanfaatkan potensi kawasan secara lestari.SasaranPencegahan, penanggulangan dan pemuliha kerusakan keanekaragaman hayati di taman nasional dan taman wisata alam, melalui kegiatan pariwisata.Ruang LingkupRuang lingkup Kriteria Pengembangan Ekowisata dalam rangka Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayatiyaitu:Kriteria Pengembangan ekowisata dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.Terbatas pada kawasan taman nasional dan taman wisata alam dengan pertimbangan:Berdasarkan ketentuan yang ada (Undang-undang No. 5 tahun 1990 pasal 31) di zona dan blok pemanfaatan kedua kawasan tersebut dapat diselenggarakan kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, disamping penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penunjang budidaya.Tekanan dan Kerusakan di Taman Nasional dan taman wisata alam saat ini sangat tinggi dan berpengaruh kepada kelestarian keanekaragaman hayati.B.2 Batasan Pengembangan EkowisataKawasan hutan konservasiadalah kawasan hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam (meliputi taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam), Kawasan Suaka Alam (meliputi suaka margasatwa dan cagar alam), serta Taman Buru.Kawasan Pelestarian Alamadalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.Kawasan Suaka Alamadalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuah dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.Taman Nasionaladalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alamTaman Wisata Alamadalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasiB.3Pengembangan Ekowisata IndonesiaEkowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan.B.4Unsur-unsur Pengembangan EkowisataPengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada dalam pengembangan itu sendiri, yaitu:Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budayaKekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk pengembangan ekowisata.MasyarakatPada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik wisata kawasan dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.PendidikanEkowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman.PasarPasar memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional.EkonomiEkowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non ekstraktif, sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat.6.KelembagaanPengembangan ekowisata pada mulanya lebih banyak dimotori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat, pengabdi masyarakat dan lingkungan. Hal ini lebih banyak didasarkan pada komitmen terhadap upaya pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.Masalah yang mendasar adalah bagaimana membangun pengusaha yang berjiwa pengabdi masyarakat dan lingkungan atau lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha yang berwawasan lingkungan. Pilihan kedua, yaitu mengembangkan lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha berwawasan lingkungan dilihat lebih memungkinkan, dengan cara memberikan pelatihan manajemen dan profesionalisme usaha.B.5Prinsip-Prinsip Pengembangan EkowisataDalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:KonservasiPemanfaatan keanekaragaman hayatitanpamerusak sumber daya alam itu sendiri.Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan.Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan konservasi.Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program konservasi. Mendukung upaya pengawetan jenis.PendidikanMeningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.EkonomiDapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional mapun nasional.Dapat menjamin kesinambungan usaha.Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota, propinsi bahkan nasional.Peran Aktif MasyarakatMenggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.Memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat.Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.WisataMenyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi pengunjung.Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi.Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan& memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.B.6Tahap PerencanaanPerencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Antisipasi dan regulasi dari perubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, melibatkan semua pihak dan mengacu kepada rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.Adapun kriteria yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan ini meliputi:Rencana pengembangan ekowisata harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan.Rencana pengelolaan kawasan merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan, peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan untuk dilakukan didalam kawasan taman nasional dan taman wisata alam, dengan demikian harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.Memperhatikan kondisi ekologi/lingkungan.Alam merupakan modal dasar penyelenggaraan ekowisata, untuk itu kriteria terhadap aspek ini menjadi sangat penting agar kegiatan ekowisata tidak menimbulkan dampak yang merusak kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam serta lingkungan sekitarnya.Diantara yangharus diperhatikan adalah:Rona awal kondisi fisik, kimia, biologi dan wilayah yang akan dkembangkan menjadi obyek wisata.Perilaku satwa; ekowisata yang akan dikembangkan tidak akan merubah perilaku satwa.Perencanaan sarana dan prasarana harus direncanakan dengan seting alam setempat dan tidak memotong lintasan satwa/jalur satwa.3.Memperhatikan daya tarik, keunikan alam dan prospek pemasaran daya tarik tersebut.Pengemasan produk dan pemilihan obyek yang merupakan ciri khas dan daya tarik suatu wilayah pengembangan ekowisata harus terencana dengan baik dan variatif.Memperhatikan kondisi sosial, budaya dan ekonomi.Pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik suatu wilayah dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan akan sangat berpengaruh untuk keberlanjutan obyek dimaksud. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, masyarakat akan merasa memiliki obyek ekowisata tersebut.5.Tata RuangKegiatan yang direncanakan harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang dan daya dukung ruang yang tersedia bagi pengunjung, serta fasilitas umum yang memadai. Yang harus diperhatikan:Kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).Perencanaan pembangunan wilayah setempat; ekowisata yang akan dikembangkan harus terintegrasi dengan pembangunan wilayah setempat.Melakukan analisis potensi dan hambatanyang meliputi analisis terhadap potensi sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.Menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah dilakukan.Melakukan Public Hearing/Konsultasi Publik terhadap rencana yang akan dikembangkan.B.7Tahap PelaksanaanPengelolaan suatu obyek wisata di kawasan taman nasional dan taman wisata alamatau lingkungan lainyamerupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Dengan demikian, pengelolaan yang akan diterapkan harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:Mengelola obyek daerah tujuan ekowisataMengelola jumlah dan distribusi pengunjung serta mengatur periode kunjungan sesuai dengan daya dukung kawasan serta perilaku satwa.2.Pengembangan ekowisata harus mengikuti penetapan zonasi kawasan (hanya boleh dilakukan dalam zona pemanfaatan atau peruntukan kawasan).Mengembangkan bisnis wisataMelakukan pemasaran secara proporsional dan menjalin jejaring kerja (networking) dengan pasar regional, nasional dan internasional.4.Mengembangkan produk-produk yang lebih bervariatif.Meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.Membangun Kemitraan.Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah dalam pengembangan obyek ekowisata.Sumber Daya ManusiaMeningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan.B.8Tahap Monitoring Dan EvaluasiSetelah tahap perencanaan dan pelaksanaan dilakukan secara taat dan konsisten, maka kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada masing-masing tahap kegiatan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam tahapan monitoring dan evaluasi adalah:Melakukan monitoring secara terintegrasi.Monitor dilakukan secara terpadu lintas sektor antara Pemerintah Daerah, Pemangku Kawasan dan Masyarakat dengan mengembangkan sisem dan prosedur monitoring yang disepakati dan disesuaikan kondisi setempat.Melakukan evaluasi terhadap setiap tahapan pelaksanaan.vTerdapat jadwal (schedule) monitoring dan evaluasi.vMemeriksa kembali apakah pelaksanaan telah sesuai dengan Rancang Tindak yang telah disepakati bersama.vMelakukan langkah/aksi bila terjadi penyimpangan kearah yang tidak menguntungkan baik untuk kawasan itu sendiri atau wilayah setempat secara umum, pengelola maupun masyarakat.

3.Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati.Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:Aspek PencegahanvMenguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.vMerubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.Aspek PenanggulanganvMenyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).vMenentukan waktu kunjunganvMengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.Aspek PemulihanvMenjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.vPeningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanegaraman hayati yang sangat tinggi yang berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan, udara maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki Indonesia, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.Keseluruhan potensi ODTWA tersebut di atas merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan.Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pariwisata alam, misalnya kepariwisataan, biro perjalanan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam pengembangan kegiatan pariwisata alam terdapat dampak positif dan dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan alami.Dampak positifnya antara lain menambah sumber penghasilan dan devisanegara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru, dan diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat/wisatawan tentang konservasi sumber daya alam. Dampak positif tersebut perlu ditingkatkan.Dampak negatifnya antara lain gangguan terhadap ODTWA (erosi dan vandalisme), dan munculnya kesenjangan sosial. Dampak negatif ini perlu mendapatkan perhatian dan ditanggulangi secara bersama antara pihak terkait.Upaya-upaya promosi perlu dikembangkan lebih lanjut melalui berbagai media oleh instansi pusat, daerah maupun swasta.

Wisata Ekologis, Ekowisata dan Ecotourism...Published Saturday, January 07, 2006 by Thomas Oni Veriasa |E-mail this post

Pariwisatatelah menjadi salah satu kegiatan ekonomi global terbesar dan menjadi industri sipil yang terpenting di dunia. Hampir 10% jumlah pekerja dunia, bekerja di sektor pariwisata dan tidak kurang dari 11% GDP seluruh dunia juga berasal dari sektor ini. Di Indonesia, pariwisata juga telah memberikankontribusi yang besar terhadap devisa negara. Namun seiring dengan perkembangannya, pariwisata yang dikembangkan di negara-negara berkembang telah menjadi sorotan para pemerhati lingkungan karena dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut cukup memprihatinkan. Meskipun pariwisata merupakan usaha yang sangat menguntungkan namun jika dilakukan secara massal (Mass Tourism), dapat menimbulkan dampak negatif sebagai akibat kunjungan yang terlalu berlebihan.

Wisata Ekologis sebagai alternatif pengelolaan pariwisata "ramah lingkungan"

Dalam modelecotourismatau wisata ekologis, kegiatan pariwisata dikembangkan sebagai sebuah perjalanan (wisata) bertanggung jawab ke wilayah-wilayah alam, yangmelindungi lingkungandan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Western dalam Lindberg & Hawkins, 1993). Sedangkan menurutWorld Tourism Organization(WTO) danUnited Nation Ecotourism Program(UNEP), wisata ekologis setidaknya harus melingkupi, tidak hanya memberi perhatian pada alam, tetapi juga pada penduduk asli dan kultur umumnya di wilayah itu sebagai bagian dari pengalaman menarik para pengunjung (wisatawan). Wisata Ekologis memiliki muatan pendidikan dan interpretasi sebagai bagian yang ditawarkan pada wisatawan.

Wisata ekologis setidaknya harus melingkupi, tidak hanya memberi perhatian pada alam, tetapi juga pada penduduk asli dan kultur umumnya di wilayah itu sebagai bagian dari pengalaman menarik para pengunjung (wisatawan)Secara umum, wisata ekologis harus dikembangkan secarapartisipatifmisalnya dikelola oleh kelompok kecil, dengan usaha kecil yang di kelola masyarakat setempat.

Dengan demikian wisata ekologis sebenarnya berupaya mengembangkan sumber-sumber lokal dan peluang kerja lokal menjadi potensi-potensi wisata dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat serta sekaligus meningkatkan perhatian penduduk lokal dan pengunjung pada pelestarian alam. Selain itu, wisata ekologis ditujukan untuk mengurangi pengaruh negatif pada alam dan sosial budaya masyarakat setempat serta mendukung perlindungan dan pelestarian alam dengan memberikan manfaat (benefit) dari pengelolaan alam tersebut.

Saat ini, perubahan pola pengelolaan wisata massal menuju pengelolaan wisata ekologis mendesak untuk segera didorong. Namun perubahan dan pengembangnya masih memerlukan proses dan waktu. Dukungan kebijakan pariwisata, peningkatan kapasitas teknis masyarakat untuk mengelola wisata, memperkuatjaringan ekowisata, dan pemasaran produk wisata menjadi hal penting yang perlu dipersiapkan

BAB IPENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANGKonsep ekowisata di dunia pertamakali diperkenalkan oleh pakar ekowisata yang telah lama menggeluti perjalanan alam, yakni Hector Ceballos dan Lascurain (1987). Kemudian, The Ecotourism Society pada 1993 menyempurnakan konsep ekowisata dengan mendefinisikan sebagai suatu perjalanan bertanggungjawab pada lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.Pada dasarnya ekowisata merupakan perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, menurut kamus bahasa, ekowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang memperhatikan atau sejalan dengan kegiatan konservasi.Secara ekonomi, pengembangan ekowisata atau bisa juga disebut sebagai pariwisata alam, harus dapat memberi keuntungan bagi penyelenggaranya atau devisa bagi negara yang memiliki dan mengembangkan ekowisata. Di berbagai negara seperti Nepal, Brazil, Costa Rica, Zimbabwe dan negara-negara di Afrika, saat ini mengandalkan ekowisata sebagai penghasil devisa.Indonesia pun bisa melakukan hal serupa, sehingga di kemudian hari ekowisata dapat menyumbangkan devisa yang lebih besar lagi.Potensi Indonesia=>Indonesia sebagai salah satu negara megabiodeversiti atau memiliki berbagai keanekaragaman hayati dan didukung keindahan alamnya yang mempesona, serta memiliki beranekaragam budaya, berpeluang sangat besar untuk mengandalkan pariwisata alam (ekowisata) sebagai sumber devisa.Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam.

II.PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dubahas dalam makalah ini yaitu :1.Apakah pengertian dari ekowisata ?2.Apakah pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata ?3.Bagaimana proses-proses pengembangan ekologi pariwisata di daerah ?4.Bagaimana proses pengembangan ekologi pariwisata di Taman Nasional ?5.Bagaimana proses pengembangan ekologi pariwisata di daerah pulai Kumala, Kaimantan Timur ?

III.PEMBATASAN MASLAHAgar materi yang akan dibahas dalam makalah ini tidak tumpang tindih dan pembahasannya tidak keluar dari judul makalah maka batasan-batasan masalah yang akan dibahas sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu :1.Pengertian dari Ekowisata.2.Pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata.3.Proses/tahapan pengembangan ekowisata.4.Proses pengembangan ekowisata di Taman Nasional.5.Proses Pengembangan ekowisata di daerah pulau Kumala, Kalimantan Timur.

IV.Tujuan PenulisanTujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat memahami :1.Pengertian dari Ekowisata.2.Pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata.3.Proses/tahapan pengembangan ekowisata.4.Proses pengembangan ekowisata di Taman Nasional.5.Proses Pengembangan ekowisata di daerah pulau Kumala, Kalimantan Timur.

BAB IIPEMBAHASAN

I.PENGERTIAN/DEFINISI EKOWISATAekowisatadapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.

II.PENGEMBANGAN EKOLOGI PARIWISATASecara konseptulpengembanganekowisatadapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya.A.Unsur-unsur Pengembangan EkowisataPengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada dalam pengembangan itu sendiri, yaitu:1.Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budayaKekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk pengembangan ekowisata. Ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar untuk mempromosikan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional maupun lokal.

2.MasyarakatPada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik wisata kawasan dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.3. PendidikanEkowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.4. PasarKenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berperilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai sejarah dan budaya setempat.5. EkonomiEkowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non ekstraktif, sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata mewujudkan ekonomi berkelanjutan.6. KelembagaanPengembangan ekowisata pada mulanya lebih banyak dimotori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat, pengabdi masyarakat dan lingkungan. Hal ini lebih banyak didasarkan pada komitmen terhadap upaya pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Namun kadang kala komitmen tersebut tidak disertai dengan pengelolaan yang baik dan profesional, sehingga tidak sedikit kawasan ekowisata yang hanya bertahan sesaat. Sementara pengusaha swasta belum banyak yang tertarik menggarap bidang ini, karena usaha seperti ini dapat dikatakan masih relatif baru dan kurang diminati karena harus memperhitungkan social cost dan ecological-cost dalam pengembangannya.Masalah yang mendasar adalah bagaimana membangun pengusaha yang berjiwa pengabdi masyarakat dan lingkungan atau lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha yang berwawasan lingkungan. Pilihan kedua, yaitu mengembangkan lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha berwawasan lingkungan dilihat lebih memungkinkan, dengan cara memberikan pelatihan manajemen dan profesionalisme usaha. Untuk hal ini diperlukan bentuk kerja sama dan kemitraan yang nyata yang bersifat lintas sektor, baik ditingkat lokal, nasional, bahkan jika memungkinkan tingkat internasional, secara sinergis saling menguntungkan, tidak bersifat eksploitatif, adil dan transparan dengan pembagian tugas yang jelas.Aktualisasi dari kerja sama ini, juga dimungkinkan bagi daerah yang akan mengembangkan Daerah Tujuan Ekowisata dengan memanfaatkan potensi Taman Wisata Alam dan Taman Nasional yang ada di wilayahnya. Pemerintah daerah setempat dapat memprakarsai pembentukan suata Badan (board) yang akan mengelola ekowisata secara profesional.B.Prinsip-Prinsip Pengembangan EkowisataDalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:1. KonservasioPemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber daya alam itu sendiri.oRelatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan.oDapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan konservasi.oDapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.oMeningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program konservasi. Mendukung upaya pengawetan jenis.2. PendidikanMeningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

3. EkonomioDapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.oDapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional mapun nasional.oDapat menjamin kesinambungan usaha.oDampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota, propinsi bahkan nasional.4. Peran Aktif MasyarakatoMembangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempatoPelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.oMenggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.oMemperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat.oMenyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.5. WisataoMenyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi pengunjung.oKesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi.oMemahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.oMemberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.

C.Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman HayatiDalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Aspek PencegahanMenguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.Memilih Segmen Pasar yang sesuai.2. Aspek PenanggulanganMenyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).Menentukan waktu kunjunganMengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.3. Aspek PemulihanMenjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.

III.PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH TAMAN NASIONALKriteria Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam yaitu :A.Tahap PerencanaanPerencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Antisipasi dan regulasi dari peubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, melibatkan semua pihak dan mengacu kepada rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.Adapun kriteria yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan ini meliputi:1.Rencana pengembangan ekowisata harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan.Rencana pengelolaan kawasan merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan, peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan untuk dilakukan didalam kawasan taman nasional dan taman wisata alam, dengan demikian harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.Indikator:Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.

2.Memperhatikan kondisi ekologi/lingkungan.Alam merupakan modal dasar penyelenggaraan ekowisata, untuk itu kriteria terhadap aspek ini menjadi sangat penting agar kegiatan ekowisata tidak menimbulkan dampak yang merusak kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam serta lingkungan sekitarnya.

Yang harus diperhatikan adalah:Rona awal kondisi fisik, kimia, biologi dan wilayah yang akan dkembangkan menjadi obyek wisata.Perilaku satwa; ekowisata yang akan dikembangkan tidak akan merubah perilaku satwa.Perencanaan sarana dan prasarana harus direncanakan dengan seting alam setempat dan tidak memotong lintasan satwa/jalur satwa.Indikator:Telah melakukan survey pendahuluan terhadap potensi keanekaragaman hayati.Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan hasil survey pendahuluan.

3.Memperhatikan daya tarik, keunikan alam dan prospek pemasaran daya tarik tersebut.Pengemasan produk dan pemilihan obyek yang merupakan ciri khas dan daya tarik suatu wilayah pengembangan ekowisata harus terencana dengan baik dan variatif.Indikator:Telah melakukan survey pendahuluan terhadap potensi budaya dan tradisi setempat serta melakukan struktur ekonomi masyarakat setempat.Rencana pengembangan ekowisata didasarkan pada survey pendahuluan.

4.Memperhatikan kondisi sosial, budaya dan ekonomi.Pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik suatu wilayah dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan akan sangat berpengaruh untuk keberlanjutan obyek dimaksud. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, masyarakat akan merasa memiliki obyek ekowisata tersebut.Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi:Kegiatan ekowisata harus mampu memberdayakan masyarakat sekitar.Memperhatikan rona awal sosial, budaya dan ekonomi dari wilayah yang akan dikembangkan menjadi obyek.Membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar.Merangsang/memotivator pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.Indikator:Telah melakukan survey awal terhadap permintaan pasar.Telah melakukan perhitungan nilai ekonomi dari prospek pengembangan ekowisata.Rencana pengembangan sesuai dengan hasil survey.

5.Tata RuangKegiatan yang direncanakan harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang dan daya dukung ruang yang tersedia bagi pengunjung, serta fasilitas umum yang memadai.Yang harus diperhatikan:Kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi). Perencanaan pembangunan wilayah setempat; ekowisata yang akan dikembangkan harus terintegrasi dengan pembangunan wilayah setempat.Indikator:Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana tata ruang wilayah propinsi/kabupaten/kota.

6.Melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.Indikator:Telah melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.

7.Menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah dilakukan.Indikator:Telah menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah dilakukan.8.Melakukan Public Hearing/Konsultasi Publik terhadap rencana yang akan dikembangkan.Indikator:Telah melakukan public hearing/konsultasi publik terhadap rencana yang akan dikembangkan.

B.Tahap Pelaksanaan

Pengelolaan suatu obyek wisata di kawasan taman nasional dan taman wisata alam merupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Dengan demikian, pengelolaan yang akan diterapkan harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1.Mengelola obyek daerah tujuan ekowisataMengelola jumlah dan distribusi pengunjung serta mengatur periode kunjungan sesuai dengan daya dukung kawasan serta perilaku satwa.Indikator:Jumlah pengunjung sesuai dengan daya dukung kawasan dan periode kunjungan.Tidak terjadi perubahan perilaku satwa.Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan kegiatan yang bersifat ramah lingkungan.2.Pengembangan ekowisata harus mengikuti penetapan zonasi kawasan (hanya boleh dilakukan dalam zona pemanfaatan atau peruntukan kawasan).Indikator:Pengembanga ekowisata dilakukan pada zona yang diperkenankan.3.Mengembangkan bisnis wisataMelakukan pemasaran secara proporsional dan menjalin jejaring kerja (networking) dengan pasar regional, nasional dan internasional.Indikator:Pemasaran sudah tersebar di pasar regional, nasional dan internasional.4.Mengembangkan produk-produk yang lebih bervariatif.Indikator:Terdapat banyak alternatif produk wisata.5.Meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.Indikator:Pengunjung merasa nyaman dan aman.6.Membangun KemitraanMembangun hubungan kemitraan dengan masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah dalam pengembangan obyek ekowisata.Indikator:Tidak timbul keresahan di daerah.Melibatkan setiap stakeholder dalam menyusun kode etik.7.Sumber Daya ManusiaMeningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan.Indikator:Tersedianya pengelola dan pemandu yang profesional.

C.Tahap Monitoring Dan Evaluasi

Setelah tahap perencanaan dan pelaksanaan dilakukan secara taat dan konsisten, maka kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada masing-masing tahap kegiatan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam tahapan monitoring dan evaluasi adalah:

1. Melakukan monitoring secara terintegrasi.Indikator:Monitor dilakukan secara terpadu lintas sektor antara Pemerintah Daerah, Pemangku Kawasan dan Masyarakat dengan mengembangkan sisem dan prosedur monitoring yang disepakati dan disesuaikan kondisi setempat.2. Melakukan evaluasi terhadap setiap tahapan pelaksanaan.Indikator:Terdapat jadwal (schedule) monitoring dan evaluasi.Memeriksa kembali apakah pelaksanaan telah sesuai dengan Rancang Tindak yang telah disepakati bersama.Melakukan langkah/aksi bila terjadi penyimpangan kearah yang tidak menguntungkan baik untuk kawasan itu sendiri atau wilayah setempat secara umum, pengelola maupun masyarakat.Melakukan perancangan ulang (re-design) secara terintegrasi apabila Rencana Tindak yang telah disusun pada saat perencanaan, karena satu dan lain hal menjadi tidak layak lagi diterapkan di lapangan (misal karena adanya perubahan kebijakan di daerah atau nasional yang membuat suatu langkah tindak tidak sesuai lagi).

IV.PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH PULAU KUMALA

A.Peluang dan TantanganSaat ini, Pemda-Pemda mulai mengembangkan ekowisata dengan mengangkat potensi sumberdaya alam yang dimilikinya. Seperti halnya Pemda Kutai Kartanegara, Kaltim, yang telah mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata alam. Selain mengembangkan sumberdaya hutan yang dimiliki, seperti hutan lebat di Bukit Bangkirai, keberadaan ikan pesut Mahakam yang merupakan binatang langka, keindahan danau-danau yang ada di daerah itu, Pemda Kutai Kartanegara kini tengah mengembangkan kawasan wisata Pulau Kumala.Di kawasan wisata Pulau Kemala ini, masyarakat dapat menikmati sajian berbagai sarana hiburan mulai dari permainan anak-anak hingga kereta gantung seperti halnya yang ada di Taman Mini Jakarta. Para pengunjung juga dapat bermalam di cottage yang ada di pulau tersebut. Dengan adanya kawasan wisata, masyarakat Kutai Kartanegara dan daerah-daerah di daerah Kaltim tidak perlu jauh-jauh ke Taman Mini hanya untuk naik kereta gantung atau ke kawasan Ancol Jakarta untuk menikmati jet coaster. Semua sudah ada di Pulau Kumala.Bupati Kutai Kartanegara, Drs. H. Syaukani HR.MM, mengatakan, untuk mendukung pengembangan pariwisata di daerahnya, Pemda Kutai Kartanegara terus berusaha membangun sarana dan prasarana pendukungnya. Misalnya, transportasi dan pendukung pariwisata lain seperti hotel, mencuupi kebutuhan listrik, air dan lain-lain.Kutai Kartanegara ini sebelumnya kota tidur. Kemudian pemerintah daerah setempat membangunkannya dengan mengembangkan semua potensi yang ada, termasuk mengembangkan ekowista. Selain Kutai Kartanegara, banyak Pemda yang mengembangkan ekowisata seperti Kabupaten Kutai Timur. Daerah yang berdekatan dengan Kutai Kartanegara ini mengemas Taman Nasional Kutai sebagai kawasan ekowisata.Pengembangan kawasan Taman Nasiobal Kutai Timur, selain menjaga kelestarian hutan dan isinya juga untuk memberdayakan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Kutai.

B.Peran Pusat dan SwastaPengembangan ekowisata di daerah tidak terlepas dari dukungan pemerintah pusat dan kalangan swasta. Selain menerbitkan kebijakan yang mendukung pengembangan ekowisata, pemerintah pusat tentunya juga perlu mendukung dalam hal sarana dan prasarana.Salah satu sarana yang vital dalam pengembangan ekowisata adalah transportasi. Tanpa transportasi yang memadai tentunya para wisatawan akan enggan datang ke lokasi-lokasi kawasan ekowisata. Jika hal ini terjadi maka keindahan hutan dan isinya akan sia-sia saja, dan akhirnya hutan itu akan habis ditebang.Menurut staf ahli Menteri Perhubungan, Dr. Razak Manan, pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Perhubungan, sangat mendukung pengembangan ekowisata di daearh. Upaya yang dilakukan, selanjutnya, antara lain bekerjasama dengan Pemda agar tata guna lahan disesuaikan dengan pengembangan transportasi.Selain itu, juga mengupayakan agar desain dan pembangunan fasilitas transportasi harmonis dengan alam, sosial budaya, dan estetika. Dalam memenuhi sarana dan prasarana untuk mengembangkan ekowisata, tentunya juga diperlukan dana yang besar. Sampai saat ini, pembiayaan pengembangan ekowisata sebagian besar dibiyaia masing-masing Pemda.Sebenarnya pihak perbankan juga bersedia menyediakan kredit bagi Pemda yang membutuhkan dana dalam pengembangan ekowisata.Hal itu itu dikatakan Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri, E.C.W. Neloe kepada SH yang menemuinya susai menjadi pembicara di seminar Ekowisata di Kutai Kartanegara.Neloe mengatakan, Bank Mandiri siap memberi kredit kepada Pemda untuk pembangunan di daerah, khususnya dalam membangun infrastruktur. Kita siap berikan kredit kepada Pemda, ujarnya.Memang, banyak hal yang harus diselesaikan dalam mengembangkan ekowisata di daerah. Namun, dengan niat menjaga alam dari kerusakan dan memberdayakan ekonomi mayarakat, pengembangan ekowisata di daerah akan mendapat dukungan dari semua pihak. Meskipun ada juga sedikit kalangan yang merasa terganggu bisnisnya bila hutan-hutan itu tak dapat ditebang lagi. Namun, seperti dikatakan orang bijak bahwa semua kegiatan usaha yang didasari niat yang baik, pasti akan menuai hasil yang baik juga.

BAB IIIPENUTUP

1.KESIMPULANIndonesia sebagai salah satu negara megabiodeversiti atau memiliki berbagai keanekaragaman hayati dan didukung keindahan alamnya yang mempesona, serta memiliki beranekaragam budaya, berpeluang sangat besar untuk mengandalkan pariwisata alam (ekowisata) sebagai sumber devisa. Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam.Dalam pengembangan ekologi pariwisata di suatu daerah tertentu dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk mendukungnya seperti pemerintah daerah dan pemertintah pusat serta masyarakat setempat yang tinggal di daerah tersebut. Peran serta pemerintah tersebut sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan dan untuk mendukung fasilitas transportasi yang memadai untuk menjangkau daerah pengembangan wisata.Dalam rangka pengembangan ekowisata di suatu daerah contohnya di Taman Nasional dan di Pulau Kumala Kalimantan Timur seperti yang telah di jelaskan di atasdiperlukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap monitoring dan evaluasi. Dalam setiap tahapan tersebut memiliki beberapa point criteria yang harus dilakukan agar pengembangan ekowisata di taman nasional dan di daerah pulau kumala dapat berjalan dengan sukses dan sesuai rencana. Sehingga daerah pariwisata alam yang dikembangkan dapat menarik minat para wisatawan domestic ataupun mancanegara yang bisa mengasilkan devisa Negara.

2.SARANDalam melakukan pengembangan ekologi pariwisata di suatu daerah hendaknya kita melakukan setiap langkah dan peraturan dalam pengembangan ekowisata dengan baik agar pengembangan ekowisata tersebut tidak menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkunagn alam sekitar kita.