gsdgdsgdsperanan dprd.docx

Upload: davedogawa

Post on 17-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dgsdgdsgsdd

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    1/45

    Gerakan reformasi merupakan pengaruh yang dahsyat dalam membentuk kesadaran rakyat untuk lebih

    peduli terhadap integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disisi lain, menurut Wahyu Eko Setyawan

    dalam bukunya Dadang Juliantara eophoria ini menimbulkan dampak tuntutan yang berlebihan

    terhadap kebebasan dalam berpartisipasi dengan atas naman rakyat, jika ini tidak mendapat perhatian

    yang serius, maka akan mudah terjebat dalam ruang neo disintegrasi yang berkedok ekonomi daerah,

    (dadang juliantara, 2004: 27)

    Diera reformasi dan otonomi daerah sekarang ini telah berjalan di Negara kita ini, diharapkan mampu

    memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di berbagai sektor kehidupan. Dengan adanya

    ekonomi dan desentralisasi kekuasaan dari pusat kepada daerah untuk mengelola maupun mengantur

    pemerintahan didaerahnya masing-masing, masyarakt setempat juga di harapkan dapat berperan aktif

    dalam pengelolaan daerahnya itu sendiri. Peran serta masyrakat setempat sangat berpengaruh sekali

    terhadap laju perkembangan daerah dan juga jalannya pemerintahan di tersebut.

    Seperti yang tertuang dalam UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah ( DPRD) merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila, yangsecara artificial dalam era reformasi ini telah mengalami pergeseran, baik dalam peran maupun fungsi

    eksekutif cukup dominan bahkan fungsi legeslatif pun diperankan oleh eksekutif. Seperti ditegaskan oleh

    Miriam Budiarto: telah menjadi gejala umum bahwa titik berat dibidang legeslatif telah bergeser

    ketangan eksekutif. (Miriam Budiarjo, 1994 : 299)

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah salah satu lembaga yang mewakili seluruh lapisan masyarakat

    dalam pemerintahan. Namun dalam realitanya selama ini, dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai

    wakil rakyat belum bisa memberikan sumbangsih yang begitu maksimal terhadap kepentingan

    masyarakat. Hal ini dapat kita lihat, dimana seringnya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan/di

    putuskan oleh pemerintah sama sekali tidak memihak tehadap kepentingan masyarakat ataupun tidak

    sesuai dengan aspirasi masyarakat.

    Menguatnya peran DPRD (lembaga legislatif) di era reformasi dan otonomi daerah saat ini, yang mana

    peran DPRD sebagai posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat di era

    otonomi daerah ini, merupakan fenomena yang cukup menarik. Tanggapan-tanggapan pesimis yang

    sebelumnya mengarah kepada institusi lembaga perwakilan ini kini menjadi pembahasan yang cukup

    menarik. Pergeseran akan peran dan fungsi lembaga legislatif di era otonomi daerah ini di tandai dengan

    penegasan akan peran tugas dan wewenang DPRD, yakin selain menyerap dan menyalurkan aspirasi

    masyarakat menjadi sebuah kebijakan pemerintah daerah juga melakukan fungsi pengawasan. Lebih

    tegas lagi dinyatakan dalam penjelsan umum UU No 32 Tahun 2004, bahwa DPRD harus menyatu

    dengan masyarakat daerah dan dipisahkan dari pemerintah derah.

    Sampai beberapa waktu yang lalu , hak untuk berpartisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan,

    untuk memberikan suara atau untuk menduduki suatu jabatan pemerintah telah dibatasi hanya untuk

    sekelompok kecil orang yang berkuasa, kaya dan keturunan terpandang.

    Salah satu tuntutan yang sering disuarakan di era reformasi dan otonomi daerah sampai sekarang ini

    adalah peran serta atau partisipasi masyarakat secara aktif dan nyata dalam menentukan kebijakan yang

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    2/45

    menyangkut hajat hidup masyarakat itu sendiri. Namun pasrtisipasi itu sendiri sering tidak mendapatkan

    makna dan arti sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu Kumorotomo :

    Realita politik menunjukkan, bahwa umumnya pejabat politik sudah merasa melaksanakan

    kewajibannya untuk merangsang partisipasi masyarakat jika para warga negara sudah mengikuti

    pemungutan suara dengan tertib, ikut menghadiri rapat umum, atau bersikap harmonis terhadap

    program-program yang direncakan. (wahyu Kumorotomo, 1996 :112)

    Keberadan lembaga perwakilan rakyat mengandung maksud bahwa rakyat diharapkan ikut berperan

    dalam penyelenggraraan pemerintahan daerah melalui para wakilnya yang berada di DPRD, lebih lanjut

    Azam Awang mengemukakan sebagai berikut :

    kedalam berperannya anggota DPRD untuk menyalurkan aspirasi menyarakat pada hakikat berkenan

    dengan masalah hubungan antara badan tersebut dengan anggota masyarakat yang diwakili mereka

    secara individu, berdasarkan kelompok maupun secara keseluruhan, sehingga secara principal setiap

    wakil wakil haruslah melihat dirinya sebagai mewakili warga negara yang berada di dalam batas ruang

    lingkup perwakilan secara keseluruhan.(Azam Awang, 1991)

    Dengan demikian kedudukan serta keberadaan lembaga perwakilan rakyat mengundang arti penting

    dalam memperhatikan kepentingan rakyat yang dirumuskan dalam suatu kebijakan pemerintahsehingga diharapkan timbulnya keterpaduan antara kebijakan yang dirumuskan dengan partisipasi

    masyarakat secara aktif, nayat dan bertangungjawab . seperti yang dirumuskan dalam UU No0. 32

    Tahun 2004, dengan kata lain bahwa DPRD merupakan lembaga yang berperan sekaligus berfungsi

    sebagai agen perubahan sosial.

    B. Perumusan masalah.

    Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikatakan mengandung dua level yang berbeda. Yang

    pertama berada di level teoritik, sementara yang kedua lebih dekat kepada problem emperik, sehingga

    dengan demikian rumusan masalah dalam hal ini dimaksudnkan untuk menciptakan fakus persoalan

    agar kerangka pembahasan menjadi lebih fokus dan terarah.

    Agar tidak membuat kajian menjadi ambivalens atau tidak mempuyai hasil yang jelas, maka dapat

    dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah, Bagimana peran DPRD Kota Surabaya dalam

    membangun partisipasi melalui pola penyerapan aspirasi rakyat.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    3/45

    C. Tujuan Penelitian

    Kegiatan ini dilakukan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengethaui dan mendiskripsikan upaya DPRD

    Kota Surabaya sebgai lembaga Legislatif daerah dalam kaitannya membangun partisipasi melalui pola-

    pola penyerapan aspirasi masyarakat.

    D. Manfaat penelitian

    Adapun mafaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Di Harapkan melalui penelitian ini, didapatkan gambaran secara utuh mengenai begimana perandan fungsi DPRD khususnya DPRD Kota Surabaya dalam menyerap aspirasi dan juga dalam

    membangun partisipasi masyarakat.

    2. Juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan konsep atau teoriadministrasi pada umumnya, dan pola-pola pemberdayaan serta partisipasi masyarakat pada

    khususnya.

    3. Di harapkan juga dapat ditemukan korelasi yang jelas antara penyerapan aspirasi denganpartisipasi masyarakat sehingga dapat di jadikan umpan balik bagi DPRD Kota Surabaya

    khususnya dalam merumuskan serta meningkatkan peran dan fungsinya terkait dengan

    pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.

    4. Merupakan upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan bagi penelitikhsusunya dan bagi masyarakat pada umumnya.

    BAB II

    KERANGKA DASAR TEORI

    Sebuah teori dasarnya dapat di gunakan untuk menambah pengetahuan yang terkandung dalam

    sebuah penelitian, disamping itu juga sebuah teori diperlukan agara penelitian mempuyai dasar yang

    kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and Error). Adapun teori ini merupakan sebuah ciri

    bahwa penelitian itu menggunakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Hoy dan Miskel, dalam

    bukunya Sugiyona (2005:55) mendifinisikan bahwa :

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    4/45

    Theory is set interraled conceps. Assumptions, and genelalizition that systematically describes and

    explains regularities in behavior ini organization ( teory adalah konsep, asumsi dan generalisasi yang

    dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan prilaku dan berbagai organisasi). ( haoy dan

    Maskel, 1987 :2)

    Oleh karena itu sebuah keharusan bagi peneliti menggunkana kajian teoritik untuk kemungkinan

    menjelaskan fenomena yang di bahas/yang di teliti.

    A. Pembagian kekuasaan menurut Undang-undang 1945.

    Kekuasaan tertinggi Negara, yang biasa juga disebut kedaulatan berada di tangan Rakyat dilaksanakan

    sepenuhnya oleh masjles permusyawaratan rakyat. Di bawah kekuasaan tertinggi negara terdapat

    kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif.

    a. kekuasaan legislatif

    Kekuasaan legislatif atau kekuasaan membentuk Undang-undang dilaksanakan oleh presiden dengan

    persetujuan dewan perwakilan rakyat (Pasal 4 jo. Pasal 20 (4) UUD 1945) dalam perubahan III UUD 1945

    yang di tetapkan pada tahun 2001 di adakan lembaga baru yang disebut dewan perwakilan daerah.

    Dewan ini merupakan salah satu unsur pelaksana legislatif terbatas pada hal-hal :

    a) Otonomi daerah

    b) hubungan pusat dengan daerah

    c) Pembentukan dan pemekaran serta pembangunan daerah

    d) Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya

    e) perimbangan keuangan pusat daerah

    f) memberikan pertimbangan kepada dewan perwakilan rakyat

    b. Kekuasan eksekutif

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    5/45

    Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan penyelenggaraan pemerintah Negara yang dilaksanakan oleh

    presiden. Dalam menyelenggranakan tugasnya presiden di bantu oleh satu orang wakil presiden dan

    para menteri, presiden bersama para pembantunya di sebut pemerintah dalam hal ini pemerintah

    pusat.

    c. Kekuasaan judikatif

    kekuasaan judikatif tersebut juga kekuasaan kehakiman yang merdeka untu menyelenggrakan keadilan

    guna menegakkan hukum dan keadilan diselenggaran oleh mahkamah agung dan badan-badan

    peradilan yang berada dibawahnya.

    B. Penguatan masyarakat sipil.

    Sebuah desentralisasi tidak hanya dipandang sebagai suatu upaya mengubah susunan kekuasaan,

    melaikan harus dilihat sebagai bagian dari upaya untuk mengubah pendekatan dan karakter dari

    kekuasaan. Desentralisasi yang hendak menekankan kepada pada tumbuhnya partisipasi masyarakat,

    dengan sendirinya menuntutu upaya yang lebih dari sekedar perubahan susunan kekuasaan . perubahan

    yang di maksud adalah suatu proses mentranformasikan susunan kekuasaan di daerah paska

    desentralisasi, sehingga mencerminkan watak kekuasaaan yang mengabdi pada mayarakat, dan bukan

    model lama yang menjadikan penguasa. Oleh karena itulah bebrapa perubahan sangat dibutuhkan.

    Pertama, sebuah proses yang memastikan terjadinya tranformasi karakter pemerintah (daerah).

    Perubahan karakter ini harus dilakukan dengan beberapa langkah dimana kelembagaan akan diatur

    sesuai dengan kebutuhan, dan dalam proses penyusunan masyarakat dilibatkan secara penuh, suatu

    upaya untuk semaksimal mungkin mungkin melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan

    menggunkana paradikma partisipasi dalam menata ulang daerah, dan mendorong pembentukan

    parlemen daerah yang lebih mencerminkan keterwakilan rakyat.

    Kedua. Sebuah proses yang memungkinkan bangkitnya partisipasi masyarakat, dan juga tumbuhnyakultur partisipasi, dalam pada itu diperlukan suatu dongkrak suatu dorongan yang memungkinkan

    masyarakat ambil bagian dalam proses penyelenggaraan pemerintah, pembuatan perda yang

    memberikan jaminan hukum bagi kegiatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu jalan yang

    dapat ditempuh dan perkembangannya partisipasi, namun ruang politik yang lebih terbuka, diharapkan

    akan lebih memungkinkan bangkitnya partisipasi.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    6/45

    Hal ini memang sepenuhnya dapar menjawabnya tantangan untuk melakukan tranformasi

    penyelenggaraan pemerintahan didaerah, sehingga benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan

    masyarakat. Langkah-langkah lain sangat diperlukan terutama dalam kerangka membangun kesadaran

    baru.dan juga membangun kesadaran kritis di kalangan masyarakat. Proses ini sudah tentu tidak dapat

    menandalkan peran pemerintah. Memangn amat mustahil partisipasi didorong justru oleh kebijakan

    pemerintah. Yang di harap adalah perubahan kebijkana merupakan hasil dari partisipasi masyarakat.Pada ititk inilah diperlukan trobosan yang di aksdunkan mebuka pinti selebar mungkin bagi

    pengembangan kultur partisipasi dikalangan masyarakat.

    Salah satu masyarakat penting dari proses penguatan masyarakat sipil, dan membangun kultur

    partisipasi adalah adanya peningkatan pemahaman mengenai nilai-nilai demokrasi dan pemahaman

    mengenai peran masyarakat sipil. Kita memang menghadapi kesulitan yang sangat besar. Kultur

    militeristik yang sudah berkembang di masyarakat menjadi kendala besar. Di masyarakat sudah

    berkembang suatu pandangan bahwa segala yang sesuatu yang berasal dari kalangan militer dianggapjauh akan lebih baik. Dalam masalah kepemimpinan misalnya seorang pemimpin yang berasal dari

    militer pasti dianggap lebih baik dari pemimpin sipil. Kalangan masyarakat sipil memangn perlu

    berbenah secara menyeluruh, pasrtai politik sebagai salah satu unsur pentong proses demokrasi, pada

    akhirnya membuahkan sikap anti organisasi di kalangan masyarakat. Sikap yang demikian ini sudah

    tentu amat merugikan, karena dengan sikap anti organisasi masyarakat sipiul akan kesulitan dalam

    melakukan konsolidasi, proses konsolidasi masyarakat sipil melalui pembangunan organisasi-organisasi

    rakyat sipil yang kuat. Akan menjadi bagian penting dalam memperkuat proses demokrasi dan khsusnya

    dalam memungkinkan terbangunnya kultur partisipasi.

    C. Pengertian lembaga legeslatif

    Ramdhlon Naning (1982:2-3) memberikan pengertian tentang lembaga legeslatif sebagai berikut :

    lembaga legeslatif adalaha suatu badan yang berdasarkan sistem ketatanegaraan yang di jamin oleh

    konstitusi, dengan tugas pokok untuk membuat undang-undang. Dimana kemudian undang-undang

    yang dibuat oleh legeslatif ini, dilaksanakan oleh eksekutif dan bila terjadi pelanggaran dan

    penyalahgunaan dari undang-undang tersebut lalu di adili oleh yudikatif. Dewan perwakilan rakyat

    (parlemen) yang merupakan hakekat dan eksistensi dari lembaga legeslatif indonesia merupakan

    perncerminan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat dapat dijamin kesinambungan dan kesetabilan.

    D. Kedudukan dan Fungsi DPRD dalam sistem pemerintahan Indonesia

    Sudah seharusnya di dalam membahas masalah kedudukan dan fungs DPRD dalam sistem pemerintahan

    di Indonesia ini selalau menggunakan tolak ukur ideologi nasional dan konstitusi nasional. Agar

    kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh serta didalam upaya meningkatkan kemampuan DPRD dalam

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    7/45

    menjalankan fungsi-fungsi yang di emban tidak keluar dari relnya sistem demokrasi yang kita anut dan

    tatanan penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara kesatuan

    ini.

    Dalam pasal 40 UU no 32 tahun 2004 , disebutkan bahkwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat

    daerah dan berkedudukan sebagu unsur penyelenggara pemerintahan daerah, yang di maskud denganlembaga pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah yang

    berada di tingkatan daerah. Sedangkan pemerintah daerah terdiri atas daerah beserta perangkat

    daerah.

    Disampaing itu dalam pasal 41 juga disebutkan dimana DPRD mempuyai fungsi legislatif, anggaran dan

    pengawasan. Adapun fungsi legislatif yang di maksud adalah fungsi DPRD untuk membentuk peraturan

    daerah bersama kepala daerah, yang di maskudn fungsi legislatif dengan funfsi aggaran adalah fungsi

    DPRD bersamasama dengan pemerintah daerah menyusun dan menetapkan APBD yang di dalamnya

    termasuk anggrana untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD, sedangkan yang di maskudn

    dengan fungsi pengawasan adalah funfsi DPRD untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanundang- undang peraturan daerah dan keputusan kepala daerah serta kebijakan yang ditetapkan oleh

    pemerintah daerah.

    E. Hubungan kemitraan antara badan legislatif dan eksekutif daerah.

    Perkembangan dan perubahan lingkungan dalam kehidupan politik telah mewarnai sikap hubungan

    antar badan legislatif dan eksekutif dimasa lalu terhadap suatu asumsi bahwa keberadaan lembaga

    DPRD hanyalah sebatas sebagai bagian dari pemerintah daerah. Hal ini menimbulkan wacana bahwa

    eksistensi lembaga DPRD pada masa itu sebagai badan yang bersifat penunjang terhadap eksistensikepala daerah.

    Pembatasan kekuasaan dan kemwenangan pemerintah bbaik di tingkat pusat dan daerah, upaya

    memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap lembaga DPR dan DPRD, sebagai wahana untuk

    melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila. Hal ini di tunjukan untuk menghindari adanya

    pemusatan kekuasaan dan keweanangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak terjadinya sistem

    pemerintahan yang korup, dan penuh dengan KKN. Pemerintah yang bersih, transfaran dan akutabel

    akan mendapatkan kepercayaan yang lebih sejahtera . seperti yang dijelaskan dalam bukunya Miriam

    Budiarjo kepala daerah mempuyai kedududkan yang sama tinggi dengan DPRD (Mirian Budiarjo :

    1993 : 106). Dengan kedudukan yang sama tinggi itu do harapkan akan lebih mudah untuk menjalin

    kerjasama yang serasi dalam suasana kemitraan.

    Dalam upaya menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan bertangung jawab. Diberikan kebebasan

    keda warga negara untuk berperan serta dalam proses pembangunan nasional. Keberadaan lembaga-

    lembaga swadaya masyarakat, perlu di tumbuh kembangkan secara profesional yang etap menjaga nilai-

    nilai budaya bangsa indonesia yang di hadapakna pada dinamika perkembangan global yang sedang

    melanda negara dan bangsa dewasa ini.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    8/45

    Kondisi kemitraan badan legislatif daerah dan eksekutif daerah, dalam setiap dekade pemerintah

    senantiasa diwarnai dengan adanya pertentangan antara isu politik libral dan politik yang berdasarkan

    pada pemurnian pancasila dan UUD 1945. Lebih-lebih dewasa ini. Mencuat isu demokrasi HAM dan

    masalah lingkungan hidup amat mempengaruhi dan pembangunan sistem pemerintahan yang tepat

    representif yang mampu aspira demokrasi dan HAM dalam kontek dengan hak-hak DPRD yang bertuang

    UUD No 32 tahun 2004 dalam hubungan dengan eksekutif dapat ditangapi sebagi suatu proses belajaryang di harapkan dapat menjadi perubahan terhadap kinerja eksekutif untuk lebih tranparan, akutabel

    dan mendapat dukungan masyarakat melalui kinerja lembaga DPRD.

    UU no 32 tahun 2004 memberikan amanah akan hak DPRD sebagai lembaga pengawasan politik atas

    pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan kepala daerah, pelaksanaan SPBD, pelaksanaan

    kebijakan pemerintah daerah, disampign memilik fungsi pengawasan politik tersebut, DPRD juga

    memiliki hak-hak sebagai suatu kelembagaan politik di daerah, antara lain :

    - Meminta pertangungjawaban kepala daerah

    - Meminta keterangan kepala pemerintah daerah, mengadakan penyidikan, menentukan SPBD dan

    sebagainya

    Adanya kedua hak atas diharapkan akan terjadi perubahan yang lebih harmonis sehingga terbentuk

    kesejahteraan antara lembaga legislatif dan lembaga eksekutif daerah dan dasar kemitraan. Perubahan

    ini tidak hanya menghasilakn suatu sistem hubungan kerja atas dasar kemitraan saja, namun lebih dari

    itu keberhasilan tugas pemerintah yang diemban oleh badan legelatif dan badan daerah, selain juga

    menyerap menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat.

    Pengalaman yang kini berkembang memangn menunjukan dengan sangat jelas bahwa di kalangan

    birokrasi pemerintah lebih menunjukan wataknya yang menganggap bahwa otonomi daerah adalah

    pemerintah yang tidak terkait dengan posisi masyarakat daerah.

    Konsep desntralisai , tidak hanya dapat di pandang sebagai suatu upaya mengubah susunan kekuasaan

    melainkan harus dilihat sebagai bagian dari upaya untuk mengubah pendekatan dan karakter darisebuah kekuasaan. Desentralisasi yang hendak menekankan pada tumbuhnya partisipasi masyarakat.

    Dengan sendirinya menuntut upaya yang lebih dari sekedar perubahan susunan kekuasaan. Dimana

    timbul suatu proses mentransformasikan susunan kekukasaan di daerah paska desentralisasi, sehingga

    mencerminkan watak kekuasaan yang menggabdi pada masyarakat, dan bukan model lama yang

    menjadi pengusas.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    9/45

    Dalam upaya membangun peran serta masyarakat dan DPRD sebagimana yang di harapkan oleh UUD No

    32 tahun 2004, maka diperlukan suatu proses pertukaran (tranformer) sosial yang benar. Upaya ini

    diharapkan dapat mempercepat proses demokrasi sehingga tercapai otonomi daerah yang mengandung

    makna kewenangan daerah otonomi untuk mengantur dan mengurus kepentingan masyrakat setempat

    menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi dan partisipasi masyarakat.

    Funsgi dan peran lembaga/badan legislatif daerahg yang paling esensial adalah fungsi legislatif fungsi

    anggran dan fungsi pengawasan. Sesuai dengan praktek dalam kehidupan demokrasi, keberadaan

    lembaga legislatif meiliki posisi sentral yang mewakili rakyat dan mewakili berada kewenangan yang

    menyearakan aspirasi rakyat. Sehingga memberikan kontrobusi dalam penetapan kebijakan politik

    pemerintah, dan pihak eksekutif hanya menjalankan terhadap kebijakan politik yang telah di tetapkan

    tersebut.

    Sistem cheeks and balancesantara kekuasaan badan eksekutif daerah dengan kekuasaan legislative

    daerah sangat di perlukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan

    dimana sebuah korupsi hanya bias dihindari bilamana fungsi dan peran DPRD itu sendiri dapat berjalansecara efektif.

    Dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat maka kewajiban DPRD adalah memperhatikan dan

    memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan berbekal pada program pembangunan pemerintah dalam

    hal ini perjuangan untuk menampung aspirasi dan partisipasi rakyat sudah di patok untuk kepentingan

    program pembangunan pemerintah yang dalam prakteknya masih sering melanggar hak-hak asasi warga

    Negara.

    Kedudukan DPRD dalam system desentralisasi sangat begitu menonjol dan menunjukkan karakter yang

    betul-betul dapat mengawasi jalanya pemerintahan dalam melakukan pembahasan tentang fungsi-

    fungsi, peran dan kedudukan DPRD ini harus dipahami apakah peran dan kedudukan itu bersifat sebagaianggota ataukah sebagai lembaga. Hal ini disebabkan peran dan kedudukan sebagai anggota,

    mempunyai konsekuensi hokum yang berbeda karena setiap anggota mempunyai peran dan kedudukan

    yang sama sebagai anggota dewan dan tidak secara otomatis bahwa pendapat lembaga DPRD

    merupakan pendapat masing-masing di DPRD.

    G. Definisi partisipasi atau peran serta

    Sejalan dengan demokrasi politik dan demokrasi Indonesia, pendekatan pembangunan yang sesuai

    adalah yang berorientasi dengan mengutamakan manusia, people oriented atau lebih dikenal denganpendekatan pembangunan partisiatif.

    Salah satu ciri masyarakat yang sedang berkembang ialah adanya kesadaran berbangsa dan bernegara

    yang lebih meningkat. Indikator yang dapat dilihat dari kesadaran tersebut adalah partisipasi masyarakat

    dalam proses pembangunan atau pemerintah. Pembangunan sebagai proses peningkatan kemampuan

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    10/45

    manusia untuk menentukan masa depannya mengandung arti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam

    proses tersebut.

    R. Tanenbaum dkk. Mendefinisikan partisipasi sebagai berikut yaitu :

    Keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongya memberi

    sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggungjawab bersama . (R. Tanenbaum dkk,

    1992 : 52).

    Dalam pembangunan partisipatif harkat dan martabat partisipasi pembangunan dihormati dan

    ditegakkan. Menurut Loekman Soetrisna (1995 : 221). Ada dua jenis partisipasi yang berkembang

    dalam masyarakat yaitu :

    Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di

    Indonesia. Definisi jenis ini mengartikan Partisipasi rakyat dalam pembangunan yang dirancang dan

    ditentukan tujuanya oleh perencana, dalam hal ini pemerintah. UKuran tinggi rendahnya partisipasi

    rakyat diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang atau

    tenaga dalam melaksanakan program pemerintah.

    Definisi kedua, partisipasi masyarakat adalah paretisipasi kerjasama yang erat antara perencana dan

    masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

    pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat

    tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi dengan ada

    tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan pembangunan pembangunan dan juga

    diukur ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri untuk melestarikan dan mengembangkan

    hasil pembangunan .

    Petrus Djawabani dkk menjelaskan partisipasi adalah sebagai berikut : Partisipasi meliputi keseluruhan

    kontinuenya suatu keikutsertaan sejak dari imajinasi dan perencanaan sampai ke implementasinya

    (Petrus Djawabani dkk, 2001 : 47).

    Partisipasi dalam arti ini menghormati harkat dan martabat partisipasinya, melibatkan mulai dari tingkat

    perencanaan sampai tingkat implementasinya. Partisipan pembangunan adalah subyek pembangunan,tidak ada yang menjadi obyek pembangunan, terhindar dari dominasi Elite Bias.

    Selama ini secara tradisional, partisipasi lebih di identifikasikan dengan perilaku yang bersifat partisan

    atau politik. Partisipasi dalam hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

    1. Peran serta horizontal

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    11/45

    Yaitu kegiatan politis yang melibatkan secara kolektif dalam upaya untuk mempengaruhi keputusan,

    seperti pemungutan suara, kampanye dan kegiatan kelompok kepentingan.

    1. Peran serta Vertical.Yaitu mencakup segala kesempatan ketika anggota masyarakat mengembangkan hubungan tertentu

    dengan kelompok elite atau pejabat dan hubungan itu menguntungkan bagi kedua belah pihak.

    1. Peran serta Administratif.Yaitu kegiatan kelompok tertentu untuk keputusan administrative atau pertukaran (exchange) tertentu

    antara patron dan klien, sebagai missal keputusan para petani untuk mengadopsi atau tidak mengadopsi

    suatu teknologi baru.

    Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan memberikan kesempatan bagi

    masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan partisipasinya dalam menilai suatu rencana yang akan

    ditetapkan. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk menimbang suatu keputusan yang akan

    diambil. Selain itu partisipasi dalam pembuatan keputusan juga adalah proses dimana prioritas-prioritas

    rencana dipilih untuk dituangkan dalam program pembangunan itu sendiri, sehingga dengan mengikuti

    sertakan masyarakat serta tidak langsung mereka telah mengalami pendidikan dalam menentukan masa

    depanya secara demokratis.

    Sedangkan partisipasi dalam pelaksanaan program adalah partisipasi dengan mengikut

    sertakan masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan rencana yang telah disepakati

    bersama. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan adalah dimana masyarakat

    dapat ikut serta dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-hasil yangtelah dicapai. Partisipasi ini merupakan bagian dari social control.

    Dalam kaitannya penyelenggaraan pemerintah daerah, partisipasi diabaikan dalam kontek social culture

    yang ada dan diletakkan dalam suatu tujuan yang lebih jelas. Partisipasi tidak mengabdi pada

    partisipasi, partisipasi memilii maksud dasar menjadi suatu instrument yang memberikan peluang yang

    besar bagi masyarakat untu dapat berkembang sesuai dengan potensinya, teribat aktif dalam

    penyelenggaraan pemerintah, sehingga pihaknya dapat menikmati manfaat dari kebijakan yang dibuat

    oleh pihak pemerintah. Oleh karenanya pengembangan partisipasi hendaknya tidak mengubah karakter

    dasar dari relasi dalam komunitas masyarakat.

    Dari uraian di atas, maka dalam hal ini DPRD sesungguhnya merupakan lembaga yang paling tepat dalam

    mewujudkan terciptanya pranata social yang berorientasi pada peningkatan partisipasi masyarakat.

    1. H. Partisipasi dan proses pembuatan keputusan atasu kebijaksanaan.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    12/45

    Salah satu unsure penting dalam gagasan desentraslisasi adalah adanya keinginan yang kuat agar proses

    pembangunan dimasa depan, benar-benar bertumpu pada kepentingan rakyat banyak, terutama yang

    ada di daerah-daerah. UU No. 32 Tahun 2004, disebutkan tugas, hak dan kewenangan DPRD secara

    formal mendapat porsi yang cukup luas. DEngan demikian, secara teoritis DRPD dapat berperan cukup

    luas dan penting dalam mengemban tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat. Namun demikian DPRD yang

    bekerja dalam lingkup suatu sistem politik untuk dapat mengutamakan atau memberikan suatu hasilyang maksimal yang berupa suatu keputusan atau kebijaksanaan yang memihak pada kepentingan

    rakyat maka sangat memerlukan input yang meliputi partisipasi atau aspirasi dan dukungan semua

    elemen masyarakat.

    Dalam salah satu bukunya Solichin Abdul Wahab (1992 : 3) Carl Friederich memberikan definisi atau

    makna kebijaksanaan sebagai berikut :

    Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

    dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari

    peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau wewujudkan sasaran yang diinginkan .

    Sedangkan W.I. Jankins mendefinisikan kebijaksanaan sebagai berikut :

    Sedangkan keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seseorang atau sekelompok aktor

    politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu

    situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batasan kewenangan

    kekuasaan dari para actor tersebut .

    Kebijakan pemerintah merupakan suatu tindakan yang bertujaun untuk memberikan suatu kesepakatan

    antara pemberi dan penerima kebijakan tersebut. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam

    pembuatan suatu kebijaksanaan diantaranya yaitu menselaraskan antara pemberi dan penerima apakah

    dalam kebijakan itu saling menguntungkan atau malah sebaliknya, maka dari itu pembuatan keputusan

    sebaiknya disesuaikan dengan aspirasi dan juga partisipasi dari berbagai pihak.

    Proses pengambilan suatu keputusan hendaknya menyesuaikan aspirasi, juga sarana yang tersedia dan

    mengakomodasikan berbagai tujuan serta aspirasi yang berbeda yang satu dengan yang lainya. Dengan

    demikian keputusan yang diambil nantinya dapat memberikan efek yang positif bagi seluruh lapisan

    masyarakat. Partisipasi yang berupa aspirasi dari berbagai pihak dapat dijadikan sebuah pertimbanganbagi seorang pengambil keputusan untuk memutuskan sebuah keputusan.

    Kearifan dalam merespon dinamika perubahan sosial merupakan landasan bagi pemerintah guna

    menjalankan amanat rakyat melalui kebijakan-kebijakan yang berfokus pada rakyat. Untuk itu kapasitas

    lembaga-lembaga pemerintahan perlu ditingkatkan untu mendorong terwujudnya civil society yang

    utuh dan otonom pada masyarakat.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    13/45

    Dari konsepsi-konsepsi politik dan kedudukan serta fungsi dan hak-hak DPRD seperti diatas maka dapat

    digambarkan dalam skematis alur atau proses pembuatan keputusan yang nantinya dapat semakin

    memperjelas kerangka dari substansi penulisan skripsi ini.

    Gambar : 1

    Siklus tuntutan dan dukungan dalam perumusan kebijakan

    Sumber : Gabriel A. Almond dalam Muchtar Masoed 1984 : 10

    Kemudian dijelaskan bahwa informasi-informasi yang berbentuk tuntutan maupun dukungan masuk

    kedalam proses pembuatan keputusan atau kebijaksanaan, kemudian setelah diproses maka keluarlah

    keputusan atau kebijaksanaan yang merupakan output yang kemudian di komunikasikan kepada

    lingkungan masyarakat sebagai umpan balik untuk memperoleh input kembali.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Sebagaimana lazimnya, bahwa penulisan proposal penelitian atau karya ilmiah, diperlukan data

    atau fakta yang nantinya akan menjadi bahan pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode

    tertentu sehingga hasilnya lebih obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

    A. Jenis penelitian.

    Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitas, metode ini

    dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara riil mengenai situasi tertentu atau keterkaitan

    hubungan antara berbagai fenomena secara actual dan teratur. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono

    (2005 : 180) dengan mengutip pendapat Nasution bahwa penelitian kualitatif pada hahekatnya adalah

    mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

    bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

    Sedangkan penelitian deskriptif menurut Moh. Nazir (1988 : 63) yang dikutip oleh Sugiyono (2005 : 345),

    yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu obyek, suatu situasi kondisi, suatu

    system pemikiran, atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

    untu membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-

    fakta, siat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam data kualitatif dapat diperoleh

    kejelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat dan kita dapat mengikuti dan

    memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang

    setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    14/45

    B. Fookus penelitian.

    Fokus penelitian merupakan suatu batasan-batasan yang digunakan dalam sebuah penelitian yang

    berfungsi untuk menjaga agar penelitian tetap pada jalur yang telah di tentukan dan tidak menyimpang

    dari pokok bahasan yang akan diteliti.

    Adapun yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah studi tentang DPRD Kota Surabaya dalam

    membangun partisipasi masyarakat melalui pola-pola penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukan

    dengan :

    1. Secara formal / terstruktur.2. Secara informa / tidak terstruktur.

    Penelitian dilakukan terhadap fungsi-fungsi yang ada di DPRD yang meliputi :

    1. Fungsi anggaran.2. Fungsi legislasi.3. Fungsi pengawasan.

    C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling.

    1. Populasi dan informasi.

    Populasi secara umum merupakan suatu pengambilan data atau data dari wilayah tertentu yang

    mempunyai kualitas karakteristik tertentu. Menurut Sugiyono (2005 : 49) dengan mengutip pendapat

    Spadley bahwa populasi itu lebih dikenal dengan socisl situation yang terdiri dari tiga elemen yaitu :

    Tempat (place), pelaku (actor) dan Aktifitas (Activity) yang berinteraksi secara sinergis.

    Berdasarkan pengertian di atas maka dalam situasi sosial itu ada tempat sebagai lokasi dimana

    penelitian itu diadakan, ada pelaku yang merupakan bagian dari organisasi dimana mereka bekerja dan

    aktivitas yang menandakan bahwa mereka para pelaku mengerjakan apa-apa yang menjadi tugas

    mereka. Berdasarkan hal tersebut penulis akan mengambil atau menentukan populasi penelitian ini

    berjumlah 55 orang pada kantor DPRD Surabaya, yang terdiri dari :

    Ketua DPRD kota Surabaya : 1 orang Wakil Ketua DPRD kota Surabaya : 2 orang Komisi A : 10 orang

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    15/45

    Komisi B : 11 orang Komisi C : 11 orang Komisi D : 10 orang Staf Dewan : 10 orang1. 2. Sampel dan tehnik sampling.

    Dalam penelitian kualitatif, sampel data dipilih secara non probability samplingyaitu tehnik

    pengambilan sample tidak member peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

    populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampel data yang terkait dengan penelitian ini adalah dengan

    menggunakan purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

    tertentu, hal ini diharapkan akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang di teliti.

    Tehnik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel dari populasi. Adapun tehnik

    pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu tehnik penentuan sampel

    dengan pertimbangan tertentu. Bahkan dalam pengumpulan data pilihan sampel dengan pertimbangan

    tertentu. Bahkan dalam pengumpulan data pilihan sampel dapat berkembang sesuai dengan keadaan

    dan kebutuhan penulis dalam memperoleh data yang akurat, dimana sampel ditetapkan di lakukan

    secara sengaja, dengan mempertimbangkan bahwa orang atau responden yang dipilih oleh peneliti

    dapat memberikan informasi yang ditujukan sesuai dengan masalah penelitian. Adapun sampel yang di

    ambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 8 orang, yang terdiri dari 1 orang ketua DPRD, 1 orang

    wakil ketua DPRD, masing-masing komisi 1 orang dan dari staf dewan 2 orang.

    D. Tehnik pengumpulan data.

    Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut :

    1. 1. Studi pustakaStudi pustaka ini bertujuan untu memperoleh informasi mengenai teori-teori dengan mempelajari buku-

    buku, perundang-undangan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

    1. 2. Studi lapanganYaitu pengamatan dengan mengikuti kegiatan secara langsung. Dalam hal ini mengikuti kegiatan yangada, baik itu rapat kerja komisi, kunjungan kerja, sidang pleno terbuka dan kegiatan-kegiatan yang lain.

    a) Observasi / pengamatan.

    Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian

    melalui panca indra.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    16/45

    b) Wawancara / interview

    Tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab atau percakapan secara langsung pada

    pihak yang terkait dengan obyek yang diteliti.

    c) Dokumentasi

    Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, mencatat ataupun mempelajari dokumen-dokumen /

    arsip-arsip yang ada, yang terkait dengan penelitian.

    1. E. Analisa dataAnalisa data ini dilakukan setelah data-data yang diperoleh terkumpul. Dalam hal ini analisa data yang

    dilakukan menggunakan deskriptif kualitatif, menurut Sugiyono (2005 : 91 101) denga mengutip

    pendapat Miles dan Huberman (1984), analisa data ini terdiri dari :

    1. Data reduction (Reduksi data)Proses pemilihan atau mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang di dapat dari lokasi penelitian.

    1. Data display (Penyajian data)Penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dalam

    arti pengorganisasian data menjadi sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya

    penarikan kesimpulan.

    1. Verifikasi (Menarik kesimpulan).Kegiatan untuk menyimpulkan catatan-catatan dilapangan dimana kesimpulan awal yang di kemukakan

    masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

    pada tahap pengumpulan data berikutnya.

    Gambar : 2

    Analisa Data menurut Miles dan Huberman

    1. F. Lokasi penelitian.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    17/45

    Adapun lokasi dari penelitian ini adalah DPRD Kota Surabaya. Sedangkan dasar pemikiran mengapa

    lokasi penelitian mengambil DPRD Kota Surabaya sebagai lokasi penelitian yaitu kurangnya (belum

    adanya) penelitian yang berkaitan dengan judul tersebut di atas (sumber data diperoleh dari secretariat

    DPRD Kota Surabaya), selain itu juga karena semangat penyusun sendiri dalam upaya memberikan

    kontribusi pemikiran bagi institusi tersebut guna peningkatan kinerjanya (peran dan fungsinya) terutama

    sebagai wujud pelaksanaan tugas dan kewenangannya dalam era otonomi daerah.

    BAB IV

    HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Gambaran umum Kota Surabaya

    Sebagai di ketahui bahwa Kota Surabaya berada di daerah pesisir utara Propinsi Jwa timur. Secara

    astronomi letak diantara 070-120-070-210 lintang selatan dan 1120-36112540 Bujur timur dengan

    batas waliyaha sebelah utara selat madura sebelah selatan kab. Sidoarjo sebelah barat kab. Gersik.

    Luas wilayah kota Surabaya 326,36 Km2 terdiri dari dataran rendah antara 3-6 m diatas permukaan laut

    dan daerah terbukti bagian selatan dengan ketingian 20-30 m diatas permukaan laut.

    Kota Surabaya terbagi menjadi 31 kec. Dan jumlah 163 keluarahan dengan jumlah penduduk sampai

    dengan tahun 2006 mencapai 2.484.583 jiwa. Dengan luas wilayah, maka kepadatana penduduk rata-

    rata adalah 7.613 jiwa per km2. Jumlah ini terbagi di 31 kecamatan sesuai dengan tabel di bawah ini :

    Tabel I

    Jumlah penduduk menurut umur jelas kelamin

    No Kecamatan Laki-laki Perempuan umlah

    1 Genteng 10.833 11.174 32.007

    2 Bubutan 11.690 11.716 33.406

    3 Tegalsari 122.898 123.271 256.169

    4 Tambaksari 25.977 26.228 162.205

    5 Gubeng 123.062 23.243 156.305

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    18/45

    6 Krembangan 76.202 26.236 52.438

    7 Semampir 131.738 30.210 161.948

    8 Pabean cantikan 125.445 132.663 164.923

    9 Wonokromo 44.879 45.092 151.307

    10 Sawahan 27.056 27.157 89.968

    11 simokerto 27.056 27.157 54.215

    12 Tandes 28.291 28.109 56.400

    13 Karangpilang 34.051 33.947 67.998

    14 Wonocolo 121.496 121.618 243.114

    15 Rungkut 152.769 113.071 256.840

    16 Sukolilo 123.514 23.889 47.403

    17 Kenjeran 23.983 24.889 48.265

    18 Benowo 22.183 24.282 44.375

    19 Lakarsantri 127.248 22.191 114.498

    20 Mulyorejo 118.495 27.250 246.887

    21 Tengilis menjoyo 24.170 118.392 158.250

    22 Gunung anyar 27.477 24.080 55.066

    23 Jambagan 121.930 27.589 144.069

    24 Gayungan 123.460 127.022 254.482

    25 Wiyung 22.643 22.808 45.451

    26 Dukuh pakis 44.910 44.788 89.698

    27 Asem rowo 33.340 33.106 66.446

    28 Suko manungga; 123.514 121.618 244.132

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    19/45

    29 Bulak 32.260 27.580 59.840

    30 Pakal 76.202 45.092 121.294

    31 Sambi kerep 121.456 123.175 244.591

    1.437.682 1.424.246 2.86.928

    Sumber : kantor catatan sipil dan kependudukan Kota Surabaya

    Berdasarkan data tabel diatas jumlah penduduk laki-laki lebih bayak dibandingkan jumlah penduduk

    perempuan dilihat dari kepadatatn penduduk kota Surabaya tertinggi terjadi di kecamatan Rungkut,

    sedangkan yang terendah di Kecamatan Genteng.

    2. Lokasi penelitian (DPRD Kota Surabaya)

    Dewan perwakilan Rakyat Daerah 9DPRD) Kota Surabaya berkantor di Jl. Yosudarso 18.22 No 1

    Surabaya. Dari hasil pemilihan umum tahun 2009 kota Surabaya masa Bhakti 20092014 sebanyak 50

    orang yang terdiri dari 3 orang anggota partai Gerakan Indonesia raya ( Gerindra), 5 orang anggota

    Partai keadilan Sosial (PKS), 2 orang anggota Partai Amanat Nasional (PAN) 5 orang anggota partai

    kebangkitan Bangsa (PKB), 5 orang anggota Partai Golongan Karya (Golkar0, 1 orang anggota Partai

    Persatuan pembangunan (PPP), 4 orang anggota Partai Damai Sejahtera (PDS), 8 orang anggota Partai

    Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 16 orang anggota Partai Demokrat (PD) dan 1 orang anggota

    partai kebangkitan bangsa Nasional Ulama (PKNU) dari 50 orang tersebut di bagi menjadi 4 komisi.

    Terhadap Pasal 301 Ayat (10) dan Pasal 352 Ayat (10) UU No. 27 Tahun 2009 yang menyatakan

    Sekretariat DPRD provinsi/kabupaten/kota menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna

    kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan

    APBD,alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Surabaya terdiri dari :

    a. Pimpinan.

    Yakni ketua dan wakil ketua DPRD, yang merupakan kesatuan yang bersifat kolektif dan tidak

    merupakan wakil dari Fraksi

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    20/45

    b. Penitia Musyawaroh.

    Yang mempuyai tugas utama memberikan pertimbangan atau saran kepada pimpinan tentang

    penetapan program kerja DPRD dan pelaksanaannya baik diminta ataupun tidak

    c. komisi

    yang mempuyai tugas utama melakukan pembahsan terhadap rancngan peraturan daerah dan

    racnangan keputusan DPRD serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan,

    pemerintahan dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing-masing

    d. Badan kehormatan

    merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap di bentuk oleh DPRD dalam rapat paripurna

    DPRD. Tata cara pembentukan penetapan jumlah anggota, tugas dan wewenang , hak dan kewajiban

    badan kehormatan di tetapkan tersendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    e. Panitia anggaran

    yang mempuyau tugas utama memberi saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam

    mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dana belanja daerah, perubahannya dan

    perhitungannya.

    f. Alat kelengkapan lain

    yanksi alat kelengkapan Dewan Perwakilan rakyat Daerah yang bersifat tidak tetap.

    Sedangkan pembagian serta perbandingan KomisiKomisi sesuai dengan pasal 53 ayat 2 peraturan tata

    tertip DPRD Surabaya, di kelompokan sebagai berikut :

    Tabel 2

    Keanggotaan komisi DPRD Surabaya

    No Komisi PD PKB PDI-P GOLKAR PKS PDS PKIR

    1 Komisi A 4 1 3 2 2 1 3

    2 Komisi B 4 - 1 1 1 1 2

    3 Komisi C 4 1 2 1 1 1 1

    4 Komisi D 4 1 2 1 1 1 -

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    21/45

    Jumlah 16 3 8 4 5 4 6

    Tabel 3

    Susunan pimpinan dan anggota Komisi-komisi

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surabaya

    Masa jabatan 20092014

    No Naman Jabatan Unsur

    1 IR. H. WISHNU WARDHANA, SE.

    MM.

    Ketua PD

    2 WHISNU SAKTI BUANA, ST Wk. Ketua PDI-P

    3 AKHMAD SUYANTO. ST. MT Wk. Ketua PKS-P

    No Naman Jabatan Unsur

    I KOMISI A

    1 IR. ARMUJI, MH Ketua PDI-P

    2 ALFAN KHUSAERI, ST Wakil Ketua PKS

    3 DR. RATIH RETNOWATI, Dra, Msi Sekretaris PD

    4 IRWANTO LIMANTORO Anggota PD

    5 MOCHAMAD ANWAR, SH. Msi Anggota PD

    6 TRI DIDIK ADIONO, S.Sos Anggota PDI-P

    7 IR. ADIES KADIR, SH. M.Hum Anggota GOLKAR

    8 ERICK R. TAHALELE, S.Sos Anggota GOLKAR

    9 KH. MOCH. NAIM RIDWAN, SH.

    MHAnggota

    PKB

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    22/45

    10 IMANUEL FREDRIK

    LUMOINDONGAnggota

    PDS

    11 Hj. LUTFIAH, S.Psi Anggota PKIR

    12 HAFID SUADI, SH MH Anggota PKIR

    No Naman Jabatan Unsur

    II KOMISI B

    1 MOCHAMAD MACHMUD, S.Sos Ketua PD

    2 TRI SETIJO PURUWITO.S.SsI Wakil Ketua PKS

    3 Pdm. RIO PATTISELANNO, S.Kom Sekretaris PDS

    4 IR. RUSLI YUSUFP. MT Anggota PD

    5 KARTIKA PRATIWI DAMAYANTI Anggota PD

    6 IVY JUANA, S.Sos Anggota PD

    7 Hj. AGUSTIN POLIANA, SH Anggota PDI-P

    8 BLEGUR PRIJANGGONO, SH Anggota GOLKAR

    9 MAZLAN MANSUR, SE Anggota PKIR

    10 H. EDDY RUSIANTO, SH. MH Anggota PKIR

    11 CAMELIA HABIBA Anggota PKIR

    No Naman Jabatan Unsur

    III KOMISI C

    1 Drs. SACHIROEL ALIM ANWAR Ketua PD

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    23/45

    2 SIMON LEKATOMPESSY Wakil Ketua PDS

    3 H. RIZKIE DARMA PUTRA, S.Sos Sekretaris PDI-P

    4 AGUS SANTOSO, SH Anggota PD

    5 ERNAWATI,S.Sos. Anggota PD

    6 HERLINA HARSONO NJOTO Anggota PD

    7 SYAIFUDDIN ZUHRI Anggota PDI-P

    8 RENI ASTUTI, S.Ssi Anggota PKS

    9 AGUS SUDARSONO Anggota GOLKAR

    10 MUSRIFAH, SE Anggota PKB

    11 IR. SUDIRJO Anggota PKIR

    12 H. SJAIFUL BACHRI, S.Ag Anggota PKIR

    No Naman Jabatan Unsur

    IV KOMISI C

    1 BAKTIONO, BA Ketua PDI-P

    2 DRS. EDDIE BUDI PRABOWO,

    Apt. MSIWakil Ketua

    GOLKAR

    3 H.JUNAENDI,SE Sekretaris PD

    4 SOEBIANTORO, SH Anggota PD

    5 NINUK IRMAWATI SIWIPERTAMI

    Anggota PD

    6 INE LISTIYANI Anggota PD

    7 Hj. KHUSNUL KHOTIMAH, S.Pd Anggota PDI-P

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    24/45

    8 FATKUR ROHMAN, ST. MT Anggota PKS

    9

    9IR. H. MASDUKI Anggota

    PKB

    10 Drs. SUDARWATI RORONG, MM Anggota PDS

    11 Dra. YAYUK PUDJI RAHAYU Anggota PKIR

    Sumber : Bagian Umum Sekretariad DPRD

    Adapun perbandingan dari masing-masing komisi Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota Surabaya masa

    jabatan 20092014 sesuai dengan keputusan dewan perwakilan rakyat Daerah Kota Surabaya nomor 4tahun 2004 tentang peraturan tata tertib kota surabaya sebagai berikut :

    1. Komisi A

    Bidang pemerintahan meliputi pemerintahan, ketertiban, kependudukan , penerangan/pers

    hukum/perundang undangan , kepegawaian/aparatur, perijinan, sosial politik, organisasi masyrakat dan

    pertahanan.

    2. Komisi B

    Bidang perekonomian dan keuangan meliputi perdagangan, perindustrian, pertanian, perikanan,

    perternakan, perkebunan, kehutanan, perdagangan, logistik, koperasi pariwisata, kelautan, keuangan

    daerah , perpajakan, retribusi, perbankkan, perusahaan daerah, perusahaan patungan, dunia usaha dan

    penanaman modal.

    3. Komisi C

    Bidang pembangunan meliputi pekerjaan umum, tata kota pertamanan, kebersihan perhubungan,

    pertambangan dan energi, perumahan rakyat dan lingkungan hidup.

    4. Komisi D

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    25/45

    Bidang kesejahteraan rakyat meliputi ketenagakerjaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,

    kepemudaan dan olah raga, agama kebudayaan, sosial, kesehatan dan keluarga berencna,

    pemberdayaan perempuan serta transmigrasi.

    Kemudian adapun jenis-jenis rapat yan ada di DPRD Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

    1. Rapat ParipurnaMerupakan rapat anggota DPRD yang dipimpn oleh ketua atau wakil Ketua DPRD dan merupakan forum

    tertinggi dalam melakukan wewenang dan tugas DPRD antara lain untuk menyetujui rancanganperaturan daerah menjadi peraturan daerah dan menetapkan keputusan DPRD

    b. Rapat Paripurna istimewa

    Merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua untuk melaksanakan suatu

    acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan.

    c. Rapat Fraksi

    Merupakan rapat anggota yang dipimp oleh ketua fraksi atau wakil ketua fraksi

    d. Rapat pimpinan

    merupakan rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh ketua DPRD

    e. Rapat panitia musyawarah

    Merupakan rapat anggota panitia musyawarah yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua musyawarah.

    f. Rapat komisi

    Merupakan rapat anggota komisi yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua komisi.

    g. Rapat gabungan komisi

    merupakan rapat komisi-komisi yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD

    h. Rapat gabungan pimpinan DPRD dengan pimpinan komisi dan atau pimpinan fraksi.

    Merupakan rapat bersama yang dimpin oleh pimpinan DPRD.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    26/45

    1. Rapat panitia anggaranMerupakan rapat anggota panitia nggaran yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua penitia anggaran

    j. Rapat Kerja

    Merupakan rapat antara DPRD/Panitia anggaran/komisi/gabungan komisi/panitia khususnya denganbupati atau pejabat yang di tunjuk.

    k. Rapat dengar pendapat

    merupakan rapat antara DPRD/komisi/gabungan komisi/panitia khusus dengan lembaga/badan

    organisasi kemasyarakatan.

    Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, DPRD Kota surabaya di bantu oleg seorang sekertaris DPRD yang

    membawahi 34 Staf. Sesuai dengan peraturan daerah Kota Surabaya no 5 tahun 2000 tentang organisasidan tata kerja sekretariat DPRD Kota Surabaya terdiri dari 2 bagian yaitu baimana umum dan bagiman

    persidangan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala bagian yang di dalam tugasnya berada

    di bawah dan bertanggungjawabkepada sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    B. Penyajian data

    I. Metode atau pola-pola penyerapan aspirasi masyarakat

    Dari uraian gambaran diatas , maka dari ebberapa data yang dihimpun oleh penyusun dan beberapa

    wawacara dengan anggota DPRD terkait dengan penyerapan aspirasi masyarakat/upaya yang dilakukan

    DPRD Kota saurabaya dalam mengakomodir aspirasi masyarakat dapat di bagi sebagai berikut :

    1. 1. Secara Formal.Dalam arti upaya yang dilakukan DPRD dalam menyapa aspirasi masyarakat didasarkan pada kaidah

    hukum/aturan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh penulis, bahwa secara formal

    Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota Surabaya delam menyerap aspirasi masyarakat yaitu dengan cara

    :

    a. Reses.

    Reses ini dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, paling lama 6 hari kerja dalam satu kali reser. Hal ini sesuai

    perautran tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya dan juga peraturan pemerintah

    Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2004.

    Kegiatan reses ini dilakukan oleh DPRD untuk menyerap aspirasi masyarakat baik secara perorangan

    maupun kelompok di daerah masin-masing daerah pemilihan yang telah ditentukan. Seperti yang

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    27/45

    dikatakan salah seorang anggota DPRD, Bapak Junaendi, SE kegiatan reses dilakukan didaerah-

    daerah untuk memperoleh dan menyerap aspirasi masyarakat secara langsung sehingga dapat kita

    ketahui apa yangt menjadi unek-unek (keinginan) masyarakat setempatkegaiatan reses /penjaringan

    aspirasi masyarakat ini dilaksanakan DPRD Kota surabaya di 31 Kecamatan sewilayah Kota Surabaya

    pertama dilaksanakan bulan April 2010, kedua dilaksanakan pada bulan September 2010, Ketiga

    dilaksanakan Desember 2010.

    Dalam Pelaksanaan kegiatan ini Dewan Pewrwakilan rakyat Daerah memperoleh alokasi dana/biaya

    tersendiri. Adapun alokasi dana/biaya untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut :

    Tebel 4

    Pelaksanaan reses/perjaringan aspirasi masyarakat

    No Uraian Target Realisasi Sat Sat %

    1 Dana 1.276.200.000 1.253.385.000 RP 98,21

    2 Kegiatan Jaring / reses

    Asmara/Reses

    3 3 kali 100,00

    3 Lokasi Kegiatan Kunker 31 31 kec 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas, kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat untuk dana capainya 98,21% sedangkan

    untuk alokaksi dan kegiatan sesuai dengan targetkan.

    Adapun beberapa hasil yang diperoleh kari kegaiatn penjaringan aspirasi masyarakat tersebut,

    diantaranya adalah sebagai berikut :

    Proyek pembangunan jalan Darmo

    Proyek pembangunan jalan wonokromo

    Proyek pembangunan jalan achmad yani

    Proyek pembangunan jalan Panglima Sudirman

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    28/45

    Proyek pembangunan Waduk Jojong dan Papmet

    Proyek pelebaran Jalan Kenjeran

    Mesntabilitaskan harga bahan pokok sampai normal

    1. b. Kunjungan Kerja

    kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPRD Kota Surabaya ini ada 3 macam yanitu kunjungan

    kerja dalam daerah, kunjungan kerja luar daerah dalam Propinsi dan kunjungan kerja Luar daerah luar

    Propinsi.

    1. Kunjungan kerja dalam daerahYakni kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPRD di daerah-daerah yang masih dalam kawasan

    lingkungan surabaya.

    1. Kunjungan kerja dilaur daerah dalam propinsiYakni kunjungan yang dilakukan anggota DPRD di luar kawasan Kota surabaya tetapi masih dalam

    lingkup propinsi Jawa timur

    3. Kunjungan kerja keluar daerah luar propinsi

    Yakni kunjungan kerja yang dilakukan anggota DPRD Kota Surabaya di luar kawasan Kota surabaya dan

    juga di luar propinsi Jawa Timur

    Tabel 5

    Kunjungan Kerja DPRD Surabaya

    2009 s/d 2010

    No Komponentahun

    ket2009 2010

    1 Kunker dalam daerah 166 98 -42

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    29/45

    2 Kunker luar daerah dalam propinsi propinsi 4 4 0

    3 Kunker luar daerah luar propinsi 4 4 0

    Adapun hasil dari kunjungan kerja, terutama kunjungan kerja daerah yang dilakukan oleh anggota DPRD

    Kota surabaya yaitu beberapa proyek dan juga meputusan DPRD. Diantaranya adalah sebagai berikut :

    Pengawasan optimal baik dari anggota DPRD maupun anggota masyarakat setempat serhadap

    proses pembangunan pasar turi.

    Bahan masukan dari Komisi B akan ditindaklanjuti oleh Distributor Pupuk

    Penyemprotan Foging dan realisasi WSLICH II tahun 2009 dan tahun 2011

    Proyek pembangunan dan rehap beberapa SDN

    Proyek pembangunan jalan dan jembatan

    Proyek pembangunan dan rehap beberapa puskesmas

    Berikut beberapa dianta kunjungan kerja dan daerah yang dilakukan DPRD Kota Surabaya

    Tabel 6

    Kegiatan Kunjungan kerja dalam daerah

    DPRD Kota Surabaya Tahun 2010

    No Kegiatan Kunjungan kerja anggota DPRD

    1 Kunker ke Kecamatan Bulak

    2 Kunker ke kantor Kecamatan Tandes dan Lokasi Pasar genteng

    3 Kunker ke Kios Pasar Atom

    4 Kunker ke Kecamatan Bubutan meninjau pelaksanaan perbaikan PDAM dan

    ariangan irigasi dan jaringan kerangasem serta pembangunan dinding penakan

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    30/45

    tanah di ruas Jl. Bubutan

    5 Kunker ke Kecamatan Tegalsari sosialisasi dan dengar pendapat dengan lurah, ketua

    BPD dan ketua LPM

    6 Kunker ke Kecamatan Simokerto sosialisasi dan dengar pendapat dengan lurah,ketua BPD dan ketua LPM

    7 Kunker ke Kecamatan Gubeng sosialisasi dan dengar pendapat dengan lurah, ketua

    BPD dan ketua LPM

    8 Kunker ke Dinas Kesehatan bahas pemberantasan penyakit DB dan pembangunan

    WSLICH II

    9 Kunker ke sejumlah sekolah bahas kegiatan belajar mengajar dan bahas DAK

    10 Kunker ke sejumlah pukesmas bahas pelayanan kesehatan

    11 Kunker ke Bawasda bahas klarifikasi pengaduan saudara Sudarmaji guru SMA negeri

    Surabaya

    12 Kunker rehap tribun Stadiuon tambak Sari Surabaya pembangunan gedung kantor

    kesbang dan jalan akses perkotaan Sukomulyo

    Sumber : Sekretariat DPRD Surabaya

    Disamping itu secara formal proses penyerapan dan menampung aspirasi masyarakat secara

    administratif dapat kita lihat juga dari kegiatan rapat-rapat/sidang yang dilakukan oleh DPRD Kota

    Surabaya dalam kurun waktu dua tahun terakhir serta penyampaian aspirasi masyarakat yang masuk

    secara langsung ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya baik melalui surat pengaduan

    maupun dengan lisan/dengan pendapat yang diterima dan ditindaklanjuti.

    Adapun kegiatan rapat yang dilakukan DPRD Kota Surabaya sebagai berikut :

    Tabel 7

    Data Jumlah Kegiatan rapat DPRD Kota Surabaya

    No KomponenTahun

    Ket%2009 2010

    1 Rapat Komisi 203 234 +15

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    31/45

    2 Rapat panmus 20 11 -45

    3 Rapat Panggar 15 18 +20

    4 Rapat Pansus 73 60 -13

    5 Rapat Pimpinan DPRD 36 51 +42

    6 Rapat Paripurna 14 12 -14

    Sumber : Sekretariat DPRD kota Surabaya

    Sedangkan jumlah pengaduan atau aspirasi yang masuk di DPRD Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

    Tabel 8

    Jumlah aspirasi/surat pengaduan yang masuk dan yang

    ditindak lanjuti DPRD surabaya

    No Komponen Jumlah %

    1 Surat Penganduan/aspirasi yang diterima 85 100%

    2 Surat pengaduan /aspirasi yang tidak di tindak lanjuti 31 36%

    3 sisa 54 64%

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari data tersebut diatas beberapa surat pengaduan atau aspirasi yang masuk 85, yang di tindak lanjuti

    31 atau 36%, sedangkan sisanya 54 (64%)

    Gambar 2

    Mekanisme tindak lanjut pengaduan / aspirasi masyarakat oleh DPRD

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    32/45

    Sumber : Data primer yang diolah

    Keterangan :

    Pengaduan masyarakat yang ditindak lanjuti tidak hanya yang bersifat tertulis, namun juga dapat berupa

    pengaduan yang tidak tertulis/secara lisan yang telah diperiksa dulu kebenaranya. Setelah aspirasi

    diterima oleh sektretaris DPRD, di ajukan terlebih dahulu ke pimpinan DPRD untuk diberikan disposisi

    kepada komisi yang berkompeten. Setelah itu, ketua/wakil ketua/sekretaris komisi akan mengajukan

    dalam agenda rapat komisi, kemudian apabila dirasakan perlu ditindak lanjuti dengan investigasi dan

    kunjungan kerja, apabila dirasa cukup menghadirkan pihak yang berkompeten maka investigasi tidak

    dilakukan. Selanjutnya dari beberapa pembahasan, maka setelah melalui rapat kerja komisi, di

    rumuskan hasil akhir. Hasil akhir dapat berupa nota komisi, rekomenasi kepada pihak yang berwenang

    (eksekutif/Pemda).

    Seperti contoh kasus yang dipaparkan ibu Lillah, tentang pengaduan masyarakat terhadap Lurah Bulak

    mengenai program kelurahan yaitu perbaikan gorong-gorong dinilai tidak cocok, yang disampaikan ke

    DPRD Surabaya, setelah pengaduan diterima lalu diklarifikasi kemuadian diajukan kepimpinan DPRD,

    yang kemuadian diadakan rapat oleh komisi yang berkompeten dengan menghadirkan pihak-pihak

    diantaranya adalah Lurah Bulak, Dinas pekerjaan umum serta beberapa perwakilan masyarakat yang

    kemudian diputuskan bahwa program yang ada kurang sesuai.

    1. 2. Secara Informal.Sedangkan secara informal dari informasi yang didapat dari hasil beberapa wawancara dengan beberapa

    anggota DPRD Surabaya, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masing-masing anggota DPRD Kota

    Surabaya dalam menyerap aspirasi masyarakat secara umum adalah sebagai berikut :

    1. a. Kunjungan informal.Kegiatan ini lebih didasarkan pada inisiatif serta informasi yang diterima oleh masing-masing anggota

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surabaya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Achmad Suryanto, ST :

    Selain kegiatan yang terjadwal banyak anggota Dewan yang melakukan kegiatan dengan inisiatif

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    33/45

    sendiri, sehingga kita lebih dekat dengan masyarakat dan memudahkan kita dalam memperoleh

    informasi dari masyarakat.

    1. b. Melalui kegiatan masing-masing Partai.Dalam pengertian bahwa partai merupakan salah satu organisasi yang mempunyai fungsi menyerap

    aspirasi anggota partai, selain itu juga melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh partai

    sehingga aspirasi dapat di usulkan dalam kegiatan rapat fraksi atau rapat yang lain.

    1. c. Dialog dengan LSM dan Lembaga Pendidikan.Dialog atau dengar pendapat (Hearing) dengan LSM dan institusi lembaga pendidikan yang dilakukan

    sangat terbatas, hal ini disebabkan jumlah LSM dan lembaga pendidikan yang juga sangat

    terbatas. Seperti yang diungkapkan Drs. Kusmanan, salah seorang anggota Komisi A : banyakmasukan-

    masukan yang diperoleh dari lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada yang dapat kita

    jadikan pertimbangan sebelum menetapkan sebuah keputusan.

    1. d. Pendekatan kultural.Dalam arti bahwa pendekatan personal yang dilakukan oleh anggota DPRD adalah melalui kegiatan yang

    dilakukan oleh masyarakat yang merupakan tradisi masyarakat.

    1. II. Upaya DPRD Kota Surabaya dalam membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat

    Upaya yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Surabaya dalam meningkatkan partisipasimasyarakat terkait dengan fungsi DPRD itu sendiri, yaitu fungsi Anggaran, legislasi, dan pengawasan. Ini

    sesuai dengan program-program yang telah ditetapkan oleh secretariat DPRD Kota Surabaya, seperti

    data di bawah ini :

    1. a. Fungsi anggaranAdapun program yang ditetapkan terkait dengan fungsi anggaran adalah sebagai berikut :

    Program peningkatan pelaksanaan fungsi anggaran

    Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja DPRD utamanya yang berkaitan dengan pembahasananggaran. Seperti yang dikatakan oleh bapak Arfif Muhammad : dalam penetapan anggaran lebih

    ditekankan pada hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, seperti pendidikan, kesehatan

    dan lain-lain.Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta biaya/dana yang ditetpakan adalah

    sebagai berikut :

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    34/45

    1. a. Kegiatan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerahTabel 9

    Perhitungan APBD

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 22.600.000 17.200.000 Rp 76,11

    2 Raperda perhitungan APBD 2010

    yang ditetapkan

    1 1 SK 100,00

    3 Risalah 1 1 bh 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 76,11 % dari yang di anggarkan, sedangkan raperda dan juga

    risalah tercapai sesuai target yang tetapkan.

    1. b. Kegiatan pembahasan perubahan APBD

    Tabel 10

    Pembahasan perubahan APBD

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 22.600.000 17.200.000 Rp 67,12

    2 Raperda perubahan APBD 2010

    yang ditetapkan

    1 1 SK 100,00

    3 Risalah 1 1 bh 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 67,12 % dari yang di anggarkan, sedangkan raperda dan juga

    risalah tercapai sesuai target yang tetapkan.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    35/45

    1. c. Kegiatan pembahasan rancangan APBD tahun 2010Tebel 11

    Pembahasan rancangan APBD

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 27.450.000 17.312.500 Rp 63,07

    2 Raperda perubahan APBD 2010

    yang ditetapkan

    1 1 SK 100,00

    3 Risalah 1 1 bh 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 63,07 % dari yang di anggarkan, sedangkan raperda dan juga

    risalah tercapai sesuai target yang tetapkan.

    1. d. Kegiatan Pembahasan KUA dan PPAS tahun 2010Tebel 12

    Pembahasan KUA dan PPAS

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 26.000.000 14.200.000 Rp 54,62

    2 Nota kesepakatan KUA dan PPAS

    2007 antara walikota dengan

    DPRD

    2 2 bh 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 54,62 % dari yang di anggarkan, sedangkan nota kesepakatantercapai sesuai target.

    1. b. Fungsi Legislasi.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    36/45

    Adapun program yang ditetapkan terkait dengan fungsi legislasi adalah sebagai berikut :

    Program peningkatan pelaksanaan legislasiProgram ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja DPRD utamanya yang berkaitan dengan pembahasan

    kebijakan dan pembahasan rancangan peraturan daerah, disini masyarakat juga dilibatkan dalam

    beberapa rapat ataupun sidang. Seperti yang dikatakan bapak Drs. Naim : kita sering mengundang

    tokoh-tokoh masyarakat, LSM untuk memperoleh masukan, usulan dan pendapat dalam rapat atau

    siding-sidang tertentu, sehingga apa yang di putuskan diketahui dan bisa diterima oleh masyarakat.

    Adapun kegiatanya hanya satu serta biaya/dananya adalah sebagai berikut :

    Kegiatan pembahasan rancangan peraturan daerah

    Tabel 13

    Pembahasan raperda

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 426.600.000 320.838.000 Rp 75,21

    2 Raperda 14 12 Perda 85,71

    3 Risalah 2 1 bh 50,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 75,21 % dari yang di anggarkan, sedangkan raperda 85,71

    sedangkan risalah tercapai 1 dari target yang ditetapkan.

    1. c. Fungsi Pengawasan.Adapun program yang ditetapkan terkait dengan fungsi pengawasan adalah sebagai berikut :

    Program peningkatan pengawasan dan pemberdayaan aspirasi masyarakatProgram ini bertujuan meningkatkan kinerja DPRD yang berkaitan dengan penjaringan aspirasimasyarakat dan kunjungan kerja. Kegiatan utama program ini adalah menyiapkan persiapan

    administrasi, akomodasi, sarana dan prasarana untuk jaring asmara dan kunjungan kerja/studi banding

    baik didalam maupun keluar daerah guna peningkatan kualitas informasi sebagai acuan dibidang

    pemerintahan dan pembangunan. Membangun komunikasi dan kemitraan DPRD dengan pemerintah

    daerah, masyarakat dan lembaga lainya merupakan perwujudan saluran aspirasi masyarakat,

    memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat dengan tetap mengutamakan prioritas

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    37/45

    permasalahan yang dilandasi prinsip transparansi, efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas serta kegiatan

    fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perda, keputusan Walikota dan kebijakan yang ditetapkan

    oleh pemerintah daerah. Adapun kegiatan serta biaya/dana yang ditetapkan adalah :

    1. d. Kegiatan kunjungan kerja komisi ABCD dalam daerahTebel 14

    Kunjungan kerja komisi ABCD dalam daerah 2010

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 1.020.000.000,00 1.010.000.000,00 Rp 99,02

    2 Kegiatan kunker 98 98 Kali 100,00

    3 Peserta kunker 47 47 orang 100,00Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 99,02 % dari yang di anggarkan, sedangkan kegiatan dan

    peserta kunjungan kerja sudah tercapai sesuai dengan target.

    1. e. Kegiatan kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah dalam propinsiTebel 15

    Kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah dalam propinsi 2010

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 66.940.000.000,00 66.940.000.000,00 Rp 100,00

    2 Kegiatan kunker 4 4 Kali 100,00

    3 Peserta kunker 47 47 orang 100,00

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    38/45

    Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas capaian sesuai dengan targetan yang telah ditetapkan, baik itu dana, kegiatan dan juga

    peserta.

    1. f. Kegiatan kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah luar propinsiTebel 16

    Kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah luar propinsi 2010

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 297.950.000.000,00 297.950.000.000,00 Rp 98,54

    2 Kegiatan kunker 4 4 Kali 100,00

    3 Peserta kunker 50 50 orang 100,00Sumber : Sekretariat DPRD

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 98,54 % dari yang di anggarkan, sedangkan kegiatan danpeserta kunjungan kerja sudah tercapai sesuai dengan target.

    1. g. Kegiatan penjaringan aspirasi masyarakatTebel 16

    penjaringan aspirasi masyarakat/reses tahun 2010

    No Uraian Target Realisasi Sat %

    1 Dana 1.276.200.000 1.276.200.000 Rp 98,21

    2 Kegiatan jarring

    asmara/reses

    3 3 Kali 100,00

    3 Lokasi kegiatan 31 31 Kec. 100,00

    Sumber : Sekretariat DPRD

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    39/45

    Dari tabel diatas penggunaan dana hanya 98,21 % dari yang di anggarkan, sedangkan kegiatan dan juga

    lokasi kegiatan jaring asmara/reses telah terealisasi sesuai dengan target yang ada.

    1. B. Pembahasan hasil penlitian1. I. Metode atau pola penyerapan aspirasi masyarakat

    Dari gambaran dan uraian pada sub bab sebelumnya maka didapat suatu metode/pola penyerapan

    aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD Kota Surabaya antara lain :

    1. 1. Reses/penjaringan aspirasiDari tabel 4 diatas, kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat untuk dana capaianya 98,21 % hal ini

    disebabkan anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan sehingga terdapat sisa anggaran Rp.

    27.815.000,00 (dua puluh juta delapan ratus lima belas rupiah) disetor kembali ke kas daerah, ini lebih

    dikarenakan DPRD Kota Surabaya yang berusaha untuk meminimalisir biaya yang digunakan. Lokasi

    kegiatan di 31 kecamatan sewilayah Surabaya. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa DPRD Kota

    Surabaya dalam penjaringan aspirasi masyarakat sesuai dengan targetan yang di tetapkan, dimana

    kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat telah dilaksanakan 3 kali selama setahun, hal ini juga sesuai

    dengan peraturan pemerintah Nomer 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata

    Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 55 dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

    Surabaya Nomor 4 Tahun 2004 pasal 58.

    Penjaringan aspirasi dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh aspirasi masyarakat baik berupa

    masukan, keluhan, pendapat, saran, usulan dan hal-hal yang lainya yang berkaitan dengan kehidupan

    masyarakat dilingkungan sekitarnya dan kota Surabaya pada umumnya.

    Peserta penjaringan aspirasi masyarakat ini adalah seluruh anggota DPRD Kota Surabaya di masing-

    masing daerah pemilihanya, ini di maksudkan agar lebih memudahkan setiap anggota Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah untuk beriteraksi/ berkomunikasi dalam proses penjaringan itu sendiri karena setiap

    anggota DPRD lebih mengerti keadaan serta kondisi masyarakat daerah pemilihanya sendiri, denganbegitu dapat diperoleh aspirasi masyarakat dengan maksimal. Untuk daerah pemilihan yang tidak

    terwakili di DPRD Surabaya, tetap dilakukan penjaringan aspirasi yang dilaksanakan oleh anggota DPRD

    yang di tunjuk, seperti yang dikatakan oleh bapak Kusnan Sumber selaku wakil ketua : bagi kecamatan

    atau daerah yang tidak ada wakilnya di DPRD, kegiatan penjaringan aspirasi ini dilakukan oleh anggota

    DPRD lain yang telah ditunjuk/ditetapkan dan yang lebih paham tentang kondisi masyarakat setempat,

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    40/45

    sehingga aspirasi dapat diperoleh di semua daerah. Ini dapat dikatakan penjaringan aspirasi masyarakat

    telah dilakukan diseluruh daerah sewilayah Surabaya.

    1. 2. Kunjungan kerja.Kunjungan kerja sangat penting dilakukan, karena dengan demikian anggota DPRD bias secara langsung

    melihat/memperoleh informasi mengenai persoalan yang terjadi di daerah. Terkait dengan penjaringan

    aspirasi masyarakat, dapat kita ketahui dari table 5 di atas dimana jumlah kunjungan kerja dalam daerah

    tahun 2010 yang dilakukan oleh DPRD Kota Surabaya menurun 42 % dibandingkan jumlah kunjungan

    pada tahun 2009. Hal ini lebih dikarenakan oleh targetan/agenda kunjungan kerja di luar daerah dalam

    propinsi dan kunjungan kerja diluar daerah luar propinsi tidak mengalami perubahan. Seperti yang

    dikatan ibu Lillah salah seorang staf Dewan : kunjungan kerja dalam daerah tahun 2010 lebih sedikit

    dibanding tahun kemarin, ini disesuaikan dengan targetan yang telah ditetapkan, dan kunjungan kerja

    sebanyak itu sudah dinilai cukup daripada banyak-banyak dan menghabiskan biaya banyak juga.

    Selain melakukan reses/penjaringan aspirasi masyarakat dan kunjungan kerja, secara administratif

    penyerapan aspirasi dapat kita lihat dari kegiatan rapat yang dilakukan oleh alat kelenggapan DPRD

    sesuai dengan table 6, kegiatan rapat dan keputusan yang di hasilkan DPRD Kota Surabaya tahun 2010

    dibandingkan dengan tahun 2009 ada beberapa yang mengalami penurunan jumlah rapat dan

    keputusan tetapi ada juga yang mengalami peningkatan. Ini berarti dalam melakukan kegiatan rapat

    dan keputusan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

    Sedangkan untuk jumlah pengaduan dan aspirasi yang masuk DPRD Kota Surabaya pada dasarnya semua

    ditampung dan ditindaklanjuti. Dari table 7 didepan, pengaduan atau aspirasi sebanyak 85 yang masuk

    dan yang ditindak lanjuti 36 %. Adapun sisanya adalah berupa surat kaleng, sudah ditindak lanjuti oleh

    instansi yang berwenang dan hanya berupatembusan, disamping itu hal ini juga bias disebabkan karena

    pengaduan atau aspirasi yang masuk telah ditindaklanjuti oleh instansi-instansi yang berwenang dalampersoalan tersebut. Namun pada dasarnya seluruh pengaduan ataupun aspirasi yang masuk ke DPRD

    telah ditindaklanjuti, ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh bapak R. Suhardjito : semua aspirasi

    yang masuk pasti kita tindak lanjuti, asal itu benar adanya dan sesuai tugas dewan, Dalam arti sesuai

    dengan yang terjadi dilapangan dan merupakan kepentingan masyarakat banyak, seperti masalah

    dana bantuan desa dan lainya, jadi setiap pengaduan yang masuk selalu kita tindak lanjuti.

    1. 2. Secara Informal.1. a. Kunjungan Informal.

    Kegiatan ini kebanyakan merupakan inisiatif sendiri dari anggota DPRD. Kegiatan ini dapat juga bersifatmendadak, sehingga laporan atau data yang diserap/diterima tidak dipersiapkan terlebih dahulu,

    sehingga belum dapat dihimpun berapa jumlah kunjungan kerja informal tersebut.

    Kunjungan seperti ini juga sangat efektif dalam menyerap aspirasi masyarakat, dikarenakan anggota

    DPRD bisa mengadakan kunjungan kapanpun ke daera-daerah tanpa harus menunggu waktu atau

    jadwal yang ditetapkan terlebih dahulu.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    41/45

    1. b. Melalui kegiatan masing-masing partai.Dalam kaitanya dengan penyrapan aspirasi dari masing-masing partai, ini berarti bahwa hanya partai

    yang mendapatkan kursi saja yang mampu menyampaikan aspirasi tersebut. Sedangkan bagi masyrakat

    yang partainya tidak terwakili dalam DPRD akan kesulitan dalam penyampaian aspirasi, hal ini perlu

    mendapatkan perhatian.

    1. c. Dialog dengan LSM dan lembaga pendidikan.Lembaga sosial masyarakat LSM dan lembaga pendidikan merupakan salah satu komponen yang dapat

    dijadikan partner dalam perumusan kebijakan dan penyelesaian persoalan. Namun kegiatan ini juga

    sangat terbatas, ini karena terbatasnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada.

    1. d. Pendekatan kultural.Walaupun pendekatan kultural merupakan cara yang paling sederhana, namun aspirasi yang

    disampaikan oleh masyarakat akan lebih obyektif. Dalam hal ini pendekatan kultural ini, intensitas

    masing-masing anggota DPRD memang tidak dapat di ukur, tetapi sebagai pola penyerapan aspirasi

    sangat diharapkan intensitasnya.

    Pendekatan kultural biasanya dilakukan di daerah-daerah yang memiliki tradisi dan juga adat tertentu

    yang masih kental, dengan cara ikut serta dalam kegiatan tradisi masyarakat setempat. Dengan

    demikian anggota DPRD bisa ikut merasakan kegiatan yang di alami masyarakat secara langsung,

    sehingga dapat memudahkan dalam proses penyerapan aspirasi masyarakat.

    Terkait dengan penyerapan aspirasi masyarakat ada beberapa kendala yang dialami oleh beberapa

    anggoat DPRD yaitu menyangkut kondisi masyarakat secara umum dan kepedulian masyarakat, hal ini

    disebabkan karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat.

    1. III. Upaya DPRD Kota Surabaya dalam membangun dan meningkatkanpartisipasi masyarakat.

    Seperti diketahui, pelaksanan pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada konsep

    pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi akan menguntungkan

    manusia. Namun dalam kenyataanya tidaklah selalu demikian, oleh karena itu dalam pelaksanaan

    pembangunan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah perlu adanya paradigma baru yakni

    pembangunan yang lebih mengedepankan aspek pembangunan manusia.

    Pembangunan manusia merupakan suatu model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas

    pilihan bagi penduduk yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk. Seperti halnya

    pembangunan ekonomi pembangunan manusia/masyarakat memerlukan ketersediaan analisis data

    guna perencanaan dan pengambilan kebijakan agar tepat sasaran juga perlu di evaluasi bagaimana

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    42/45

    pembangunan yang dilaksanakan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sebagai obyek

    pembangunan.

    Dalam hal ini, upaya DPRD Kota Surabaya dalam membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat,

    yaitu terkait dengan fungsi DPRD itu sendiri.

    1. 1. Fungsi anggaran.Dimana hal ini ditindak lanjuti dengan program peningkatan pelaksanaan fungsi anggaran dengan

    beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan.

    Dari table 8 tentang perhitungan APBD di depan dapat kita lihat bahwa kegiatan perhitungan APBD

    untuk dana capaianya 76,11 % hal ini dikarenakan anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan

    sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 5.400.000, dana yang tersisa ini kemudian disetor lagi ke

    kas daerah. Sedangkan untuk mengenai SK perstujuan raperda dan risalah sudah terlaksana sesuai

    dengan targetan yang ditetapkan.

    Dari table 9 tentang kegiatan perubahan APBD bisa kita lihat, untuk capaian dana kegiatan ini adalah

    67,12 %, ini disebabkan tidak semua anggaran yang di sediakan dipergunakan sehingga terdapat sisa

    anggaran Rp. 8.550.000, dana ini kemudian disetor kembali ke kas daerah. Sedangkan mengenai SK dan

    risalah terlaksana sesuai dengan target.

    Dari tabel 10 tentang kegiatan pembahasan RAPBD 2010 dapat dijelaskan untuk dana capaianya 63,07

    %, hal ini disebabkan anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan sehingga terdapat sisa

    anggaran sebesar Rp. 10.137.500, disetor kembali ke kas daerah. Sedangkan mengenai SK persetujuan

    raperda RAPBD 2010 dan risalah sudah terlaksana sesuai dengan target yang ditetapkan.

    Dari table 11 tentang kegiatan pembahasan KUA dan PPAS tahun anggaran 2010 untuk dana capaianya54,62 %, hal ini disebabkan anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan sehingga terdapat sisa

    anggaran sebesar Rp. 11.800.000 disetor kembali ke kas daerah. Mengenai nota kesepakatan

    pemerintah Kota Surabaya dengan DPRD Kota Surabaya tentang kebijakan umum KUA dan PPAS tahun

    2010 sudah terlaksana sesuai dengan target yang ditetapkan.

    1. 2. Fungsi LegislasiDimana hal ini ditindaklanjuti dengan program peningkatan pelaksanaan fungsi legislasi, dengan

    beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan.

    Dari table 12 tentang kegiatan pembahasan raperda untuk dana capaianya 72,21 % hal ini disebabkankarena anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan sehingga terdapat sisa anggaran sebesar

    Rp. 105.762.000 yang disetor kembali ke kas daerah. Kegiatan pertama dibahas sebanyak 12 raperda

    pada bulan juli s/d Agustus 2009, telah ditetapkan 12 perda dan risalahnya sudah dibuat sesuai dengan

    perencanaan. Kegiatan kedua dibahas sebanyak 9 raperda pada bulan Desember 2009 s/d Januari 2010,

    penetapanya akan dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2010 beserta risalahnya.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    43/45

    1. 3. Fungsi Pengawasan.Dimana hal ini ditindaklanjuti dengan program peningkatan pelaksanaan fungsi pengawasan dan

    pemberdayaan aspirasi masyarakat, dengan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan.

    Dari table 13 tentang kegiatan kunjungan kerja Komisi ABCD dalam daerah untuk dana capaianya 99,02

    % hal ini disebabkan karena anggaran yang disediakan tidak semuanya digunakan sehingga terdapat sisa

    anggaran sebesar Rp. 10.000.000 yang disetor kembali ke kas daerah. Lokasi kegiatan di 31 Kecamatan

    sewilayah Surabaya. Kegiatan kunjungan kerja dilaksanakan sebanyak 98 kali selama setahun. Peserta

    kunjungan kerja adalah semua anggota DPRD kecuali unsur pimpinan DPRD sesuai dengan yang

    ditargetkan.

    Dari table 14 tentang kegiatan kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah dalam propinsi pencapaian

    dananya sebesar apa yang ditargetkan/ditetapkan. Lokasi kunjungan ini adalah di 4 kota jawa timur

    yaitu kota Malang, Kediri, Gresik dan Jember. Adapun peserta kunjungan adalah semua anggota DPRDkecuali unsur pimpinan DPRD.

    Dari table 15 tentang kegiatan kunjungan kerja komisi ABCD luar daerah luar propinsi, untuk dana yang

    digunakan adalah Rp. 98,54 % dari dana yang ditargetkan, sehingga terdapat sisa sebesar Rp. 4.350.000

    yang kemudian sisa dana ini disetor kembali ke kas daerah. Sedangkan lokasi kegiatan ini sendiri yaitu

    Kabupaten Moros Sulawesi Selatan, Jakarta, Batam dan Kep. Riau yang mana kunjungan kerja ini di ikuti

    oleh seluruh anggota DPRD sesuai dengan yang ditargetkan.

    Dari table 16 tentang kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat dana yang digunakan adalah Rp. 98,21 %

    dari dana yang ditargetkan, sehingga terdapat sisa yang kemuadian dikembalikan lagi ke kas

    daerah. Untuk kegiatanya 3 kali dan berlokasidi 31 Kecamatan sewilayah Surabaya, kegiatan pertama

    dilaksanakan pada bulan April 2010, kegiatan kedua dilaksanakan pada bulan September 2010,

    sedangkan kegiatan ke tiga dilaksanakan pada bulan Desember 2010. Penjaringan aspirasi masyarakat

    ini dilakukan oleh seluruh anggota DPRD Surabaya.

    Adanya sisa dana dari setiap program/kegiatan yang dilakukan yang sesuai dengan apa yang ditargetkan,

    dengan demikian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya sudah berusaha semaksimal mungkin

    untuk meminimalisir penggunaan dana pada setiap kegiatan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bapak

    Sukotjo, S.Sos : dalam setiap kegiatan, kita berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir

    pengeluaran dana/biaya, meskipun anggaran yang disediakan lebih banyak dan untuk sisanya di setor

    lagi ke kas daerah. Hal senada juga dikatakan salah seorang bagian keuangan : untuk sisa-sisa danaatau biaya yang ada diserahkan lagi ke kas daerah. Disamping itu juga kegiatan-kegiatan tersebut

    dilaksanakan secara maksimal agar didapatkan suatu hasil yang maksimal pula.

  • 5/27/2018 gsdgdsgdsperanan DPRD.docx

    44/45

    BAB V

    PENUTUP

    1. A. Kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya setelah data

    didapat, di analisis, dan dibahas maka penulis akan menarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. 1. Metode atau pola penyerapan aspirasi masyarakat.Bahwa peran DPRD pada dasarnya menyangkut masyarakat itu sendiri, dimana masyarakat bias menjadi

    bagian dari jalanya pemerintahan yang ada. Peran DPRD Kota Surabaya dalam membangun dan

    meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pola-pola penyerapan aspirasi masyarakat yang digunakanselama ini, tidak hanya mengacu pada aturan-aturan / kaidah hokum yang berlaku, namun banyak

    menggunakan berbagai cara yang dinilai cukup efektif, ini untuk lebih memudahkan anggota DPRD

    dalam mendapatkan ataupun memperoleh aspirasi masyarakat dari berbagai lapisan

    masyarakat. Artinya bahwa peran DPRD haruslah selalu mengutamakan kepentingan masyarakat luas,

    dimana masyarakat tidak hanya sebagai obyek melainkan subyek atau pelaku dari pemerintah yang ada.

    Dapat dinilai secara umum bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan DPRD Kota SUrabaay dalam

    menyerap, menampung, serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat sudah optimal. Ini terlihat dari

    upaya-upaya yang ditempuh dalam memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan

    aspirasinya dan berpartisipasi sudah optimakl. Selain penjaringan aspirasi dan kunjungan kerja secaraformal yang dilakukan DPRD Kota Surabaya dalam menyerap aspirasi masyarakat, juga dilakukan

    penyerapan aspirasi masyarakat dengan cara-cara informal dimana hal ini kebanyakan adalah inisiatif

    dari masing-masing tiap anggota DPRD antara lain yaitu melalui kunjungan kerja informal, melalui

    kegiatan masing-masing partai, dialog dengan lembaga swadaya masyarakat atau lembaga pendidikan

    serta pendekatan cultural masyarakat setempat.

    1. 2. Upaya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam membangun danmeningkatkan partisipasi masyarakat.

    Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Kota Surabaya yang dilakukan DPRD Surabaya, terutama

    terkait dengan fungsi DPRD itu sendiri adalah dengan melaksanakan beberapa program dan kegiatanyang telah ditetapkan yang berkaitan dengan fungsi DPRD. Yang mana program tersebut meliputi :

    program peningkatan pelaskanaan fungsi anggaran, pro