hipoglikemi.doc
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
HIPOGLIKEMIA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada :
dr. Agus Yuha Ahmadu, Sp.PD
Disusun oleh :
Laila Azizah
Nim : 20090310199
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPOGLIKEMIA
Disusun Oleh:
Laila Azizah
20090310199
Telah dipresentasikan pada tanggal 28 Januari 2014
dan telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
( dr. Agus Yuha Ahmadu, Sp.PD )
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas presentasi kasus Hipoglikemia Tujuan pembuatan Presentasi Kasus ini
untuk memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan profesi sub bidang Ilmu Penyakit
Dalam di RSUD Panembahan Senopati kabupaten Bantul dan menambah pengetahuan penulis
tentang Hipoglikemia sebagai salah satu kasus di bagian IPD.
Terima kasih yang sebanyak – banyaknya penulis ucapkan kepada :
1. dr. Agus Yuha Ahmadu, Sp.PD selaku pembimbing laporan kasus di bagian IPD.
2. Semua dokter dan perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul yang banyak
membantu penulis di bagian IPD.
3. Rekan-rekan Dokter Muda atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
Laila Azizah
2
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. S
Umur : 66 th
Jenis kelamin : Pria
Agama : Islam
Alamat : Deresan R. Harjo Bantul
RM : 33 11 56
Tgl masuk : 11 Desember 2013
Tgl diperiksa : 11 Desember 2013
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : lemas seluruh anggota gerak badan
B. Keluhan Tambahan : Nafsu makan kurang
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit diantar keluarga mengeluh lemas pada seluruh
anggota badan sejak 2 hari yang lalu, dan nafsu makan kurang. pasien mengatakan
mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit asma (-)
3
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM disangkal.
Riwayat Asma disangkal.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : Lemah
B. Kesadaran :Somnolen
C. Vital sign : Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit, reguler
Suhu : 36 oc
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
D. Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
- Kepala : Mesochepal, simetris, tumor (-), tanda radang (-), bekas luka(-)
- Rambut : Distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), kelopak edema (-/-),
- Telinga : Discharge (-), Deformitas (-)
4
- Hidung : Discharge (-), Perdarahan (-), deviasi septum (-), nafas cuping (-)
- Mulut : Mukosa anemis (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
2. Pemeriksaan leher
Kaku kuduk (-), deviasi trakhea (-), pembesaran limfonodi (-), pembesaran
kelenjar thyroid (-), massa (-), JVP tidak meningkat.
3. Pemeriksaan thoraks
Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada normal, kedua hemithoraks simetris, tidak
ada bekas luka, ketinggalan gerak (-), retraksi (-), spider
nevi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : Ronkhi kasar (-/-)
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Perkusi : Kanan atas : SIC II LPS Sinistra
Kiri atas : SIC II LPS Dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS Dextra
Kiri bawah : : SIC V 1 jari medial LMC Sinistra
- Auskultasi : S1 / S2 reguler, bising (-)
5
4. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada, tidak
ada luka.
- Auskultasi : Bising usus (-)
- Palpasi : Supel, peristaltik (+) normal, hepar dan lien tidak
teraba dan nyeri tekan (-), Astrik (-)
- Perkusi : Tes pekak beralih (-)
5. Pemeriksaan Ekstremitas
- Udem (-/-) , ekstremitas hangat (-)
- Gerakan B B
B B
- Kekuatan 5 5
5 5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl 11 Desember 2013
Laboratorium Darah
- HB : 10,1 (gr%) ( 14 - 18 )
- Leukosit : 7,15 (ribu/uL) ( 4 – 10)
- Eritrosit : 3,58 (juta/uL) ( 4,50 - 5,50 )
- HMT : 29,6 % ( 42 – 52 )
- Trombosit : 170 (ribu/uL) ( 150 – 450 )
- Eosinofil : 0 (2-5)
6
- Basofil : 0 (0-1)
- Batang : 3 (2-5)
- Segmen : 75 (51-67)
- Limfosit : 13 (20-35)
- Monosit : 9 (4-8)
Kimia darah :
- GDS : 39 (<200 mg/dl)
- SGOT : 41 < 31 u/L
- SGPT : 14 < 31 u/L
- Ureum : 27 (17-43)
- Kreatin : 1.24 (0,6-1,1)
- Natrium :128.4 (137.0-145.0)
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Pasien lemas seluruh anggota badan sejak 2 hari yang lalu
Nafsu makan menurun
BAB normal, BAK normal
2. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Kepala dalam batas normal
2. Pemeriksaan leher dalam batas normal
3. Pemeriksaan thoraks
7
Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada normal, kedua hemithoraks simetris, tidak
ada bekas luka, ketinggalan gerak (-), retraksi (-),
- Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Suara dasar : vesikuler
Suara tambahan : Ronkhi basah kasar (-/-)
Cor dalam batas normal
4. Pemeriksaan Abdomen didapati tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan Ekstremitas dalam batas normal
V. DIAGNOSIS KERJA
Obs. Hematemesis
Hipoglikemia e.c Dm
VI. TERAPI
Farmakologis
1. Metrofermin 1x500 mg
2. Glibenclamide 1x5 mg
3. Neurodex 3x100 mg
4. Zenith 3x1
5. Omeprazol 1A/ 12 jam
6. Mucograd 3x1
8
7. Cifotaxim I gr/ 12 jam
VII. Non farmakologis
1. Bed Rest
9
VIII. FOLLOW UP
11 Desember 2013
S : os merasa lemas, kedinginan dan gemetar, makan terakhir tadi malam jam 19.00, makan
sedikit.
O : KU : lemas, CM
TD : 130/90 mmHg
N : 90 x/m
R : 24 x/m
T : 36,5 C
CA (-), SI (-)
Thorax : Pulmo: suara dasar vesikuler(+/+), Ronkhi kasar (+/+)
Cor : S1/S2 tunggal regular, bising jantung (-), ST (-)
Abdomen : Supel, peristaltic normal, timpani, nyeri tekan (-).
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A : Obs. Hematemesis
Hipoglikemia e.c Dm
P : - Inf NaCl 20 tpm
- cek GDS tiap 1 jam
- Metrofermin 1x500 mg
- Glibenclamide 1x5 mg
- Neurodex 3x100 mg
10
- Zenith 3x1
12 Desember 2013
S : Os masih agak sesak, nyeri dada, pusing masih terasa, tidak ada mual, muntah dan nyeri
tekan perut, BAB encer, os ada riwayat jantung koroner.
O : KU : Sedang, CM
TD : 120/70 mmHg
N : 96 x
R : 18 x
T : 36,1 C
CA (-), SI (-)
Thorax : Pulmo: simetris (+/+), suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi kasar (+/+)
Cor : S1/S2 tunggal regular, bising jantung (-), ST (-)
Abdomen : Supel, peristaltic normal, timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A : Obs. Hematemesis
Hipoglikemia e.c Dm
P : - Inf NaCl 20 tpm
- Pasang NGT
- Omeprazol 1A/ 12 jam
- Mucograd 3x1
- Cifotaxim I gr/ 12 jam
- Gds tiap 6 jam
11
Hasil Gds :
175 (05.00)
179 (07.00)
183 (08.00)
13 Desember 2013
S : Os mengatakan keadaan sudah mulai membaik, dada kiri masih terasa sakit, os ada
riwayat jantung koroner, BAB sudah agak padat tapi masih terlalu lunak.
O : KU :Baik , CM
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
R : 20 x/m
T : 37 C
CA (-), SI (-)
Thorax : Pulmo: simetris (+/+), suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi kasar (+/+)
Cor : S1/S2 tunggal regular, bising jantung (-), ST (-)
Abdomen : Supel, peristaltic normal, timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral dingin, edema (-)
A : Obs. Hematemesis
Hipoglikemia pd Dm
P : - Inf NaCl 20 tpm
- Omeprazol 1A/ 12 jam
- Mucograd 3x1
12
- Cifotaxim I gr/ 12 jam
- Gds tiap 8 jam
- PL OMD
Hasil OMD dan GDS :
Protein total 6,32
Albumin 3,45
Globulini 2,88
Hbsagi (-)
Al fesesi 0 - 2
Gds pagi 132
Gds Malam 322
14 Desember 2013
S : Os mengatakan seudah lebih baik dari hari sebelum nya, dada sudah tidak terlalu sakit
dan tidak ada keluhan pusing, mual, muntah, BAB sudah agak padat
O : KU : Baik , CM
TD : 140/90 mmHg
N : 96 x
R : 22 x
T : 36,8 C
CA (-), SI (-)
Thorax : Pulmo: simetris (+/+), suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi kasar (+/+)
Cor : S1/S2 tunggal regular, bising jantung (-), ST (-)
13
Abdomen : Supel, peristaltic normal, timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A : Obs. Hematemesis
Hipoglikemia e.c Dm
P : - Inf NaCl 20 tpm
- lansoprazd 2x1
- Mucograd 3x1
- Cifotaxim I gr/ 12 jam
- Gds tiap 8 jam
- PL : OMD, Cek Hb, ureum creatinin
Hasil : Rontgen OMD dalam batas normal, Hb 10,2 gr%, ureum (2,6), creatimin (1.28)
BLPL
14
BAB II
PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan Diabtes Meliitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Penyakit ini dapat menyerang segala
lapisan umur dan social ekonomi. Di Indonesia saat ini penyait DM Belum menempati skala
prioritas utama pelayanan kesehatan walaupun sudah jelas dampak negatif nya, yaitu berupa
penurunan kualitas SDM, terutama akibat penyulit menahun yang ditimbulkannya.
Dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia didapatkan prevelansi DM
sebesar 1,5 – 2,3 % pada penduduk usia lebih 15 tahun, bahkan pada suatu penelitian
epidemiologi di Manado didapatkan prevelansi DM 6,7 %. Penelitian yang dilakukan di
Jakarta, Surabaya , Makassar dan kota – kota lain di Indonesia membuktikan adanya
kenaikan prevelansi dari tahun ketahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk
diperkirakan pada tahun 2020 nanti aka nada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20
tahun dan dengan asumsi prevelansi DM sebesar 4 % akan didapatkan 7 Juta pasien DM,
suatu jumlah yang sangat besar untuk dapat ditangani oleh dokter spesialis / subspesialis /
endrokologis.
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
B. ETIOLOGI
Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin
dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal. atau terjadinya
gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam
darah, yaitu 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/ dl pada dua jam sesudah
makan ( orang normal) (Tjokropawiro, 2001) Kekurangan insulin disebabkan terjadinya
kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar
pangkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. ada beberapa faktor yang menyebabkan
diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Genetik atau Faktor Keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa sebagian besar diabetes mellitus
memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes yang
sudah dewasa, lebih dari 50 % berasal dari keluarga yang menderita diabetes
16
mellitus. Maka diabetes mellitus cenderung diturunkan tidak ditularkan. Sesuai
dengan ilmu genetika, bibit diabetes mellitus mengunakan simbol D untuk normal
dan simbol d untuk resesif Diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut
oleh kromosom seks.
2. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta
yang mengakibatkan destruksi (perusakan sel) juga melalui reaksi otoimunitas
yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
3. Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari
sejenis jamur).
Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong yang merupakan sumber
kalori utama kawasan tertentu. Singkong mengandung glikosida sianogenik yang
dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh.
Sianida dapat menyebabkan kerusakan pangkreas yang akhirnya menimbulkan
gejala diabetes mellitus jika disertai dengan kekurangan protein. Karenannya
protein dibutuhkan dalam proses detoksikasi sianida.
4. Nutrisi
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan nutrisi, baik
sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang berlebihan
17
(overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan
diabetes mellitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi yang berlebihan,
semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes mellitus.
C. PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan,
yaitu :
1. Rusaknya sel-kimia tertentu, dll).
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer (Manaf,
2009).
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
a) Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena
sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
defisiensi glukosa intrasel - “kelaparan di lumbung padi”.
b) Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang ifiltrasi
melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan
glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.
18
c) Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik HO2bersamanya.
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
d) Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena
volume darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat
menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
e) Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.
Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
f) Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
berlebihan).
g) Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
h) Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah
katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka
lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001).
19
D. MANIFESTSI KLINIK
Gejala Diabetes mellitus sangat bervariasi dan baru ditemukan pada saat
pemeriksaan penyaringan untuk penyakit selain diabetes mellitus. Umumnya adalah rasa
haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing terutama pada malam hari (piliuria), dan
sering lapar (polifagia), Berat badan naik, dapat disertai dengan rasa mual, muntah.
Gejala akut (mendadak) pada penderita diabetes mellitus baru diketahui setelah beberapa
bulan atau beberapa tahun mengidap Diabetes mellitus yang disebut gejala kronik atau
menahun yang disertai dengan tanda-tanda yaitu (1) Kesemutan dan mati rasa (baal)
yang diakibatkan neuropati, (2) kelainan ginekologi seperti keputihan yang diakibatkan
adanya jamur candida, kelainan kulit seperti gatal dan bisul didaerah genital atau lipatan
kulit seperti ketiak dan bawah payudara, (3) tubuh lemas dan mudah merasa lelah, (4)
keluhan impotensi yang diderita kaum pria, (5) luka atau bisul yang tak kunjung sembuh,
(6) katarak atau gangguan retreksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat
hiperglikemia, (7) diabetes wanita hamil akan melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4
kg.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Untuk penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan
bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO,
20
sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah kapiler.
Kriteria diagnosis DM menurut ADA tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini
Tabel 3.1 criteria diagnosis DM
Kriteria diagnosis DM
Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah sewaktu (11.1 mmol/L). Glukosa darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir. Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan
turun tanpa sebab.
. Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah puasa mmol/L). Puasa adalah pasien tak
mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
Kadar glukosa darah 2 jam PP (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan
ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP ergantung dari hasil yang diperoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl
(7,8-11,0 mmol/L)
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
21
ada 3 klasifikasi diabetes mellitus yaitu
1. Kelompok Berdasarkan Pola Makan
a. Jenis diabetes mellitus yang menjangkit wilayah dengan penduduk dengan
berpola makan dan berpola hidup modern dan tradisional. komposisi
makanannya adalah kalori dan karbohidrat tinggi tetapi protein, sumber lainnya
rendah.
b. Jenis Diabetes mellitus yang disebabkan kekurangan makanan (malnutrition)
ada didaerah yang kekurangan pangan, penderita biasanya berusia muda dan
bertubuh kurus, keadaan membutuhkan insulin dosis tinggi.
2. Kelompok berdasarkan Gejala Klinis atau medis
a. Diabetes mellitus (DM)
1. DM tipe 1 atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
Sebagian besar sel beta pulau langerhans yang memproduksi
insulin pangkreas mengalami kerusakan, akibatnya kadar insulin
menjadi kurang atau tidak ada.
2. DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) Kelompok
ini terdiri dari diabetis tidak gemuk (non obese) dan gemuk (obese)
3. DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi) Diakibatkan karena
kekurangan nutrisi atau gizi DM
4. Diabetes mellitus yang berhubungan atau sindrom tertentu
Termasuk penyakit pangkreas, penyakit hormonal, disebabkan oleh
zat kimia, gangguan reseptor insulin, sindrom genetik tertentu atau
gejala penyakit keturunan seperti diabetes mellitus.
22
b. Gangguan Toleransi Glukosa ( GTG)
Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk, dan berhubungan
dengan keadaan atau sindroma tertentu.
c. Diabetes mellitus pada kehamilan ( Gestional / DM )
Gangguan ini terjadi yang baru menderita diabetes mellitus setelah hamil.
Sebelumnya kadar glukosa darah dalam keadaan normal.
3. Kelompok Berdasarkan Risiko Tinggi untuk Penderita Diabetes Mellitus
a. Toleransi glukosanya pernah abnormal
b. Kedua orang tua mengidap Diabetes mellitus
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg
F. PENATALAKSANAAN
Umum nya pengobatan pada diabetes mellitus adalah pola hidup sehingga prinsip
pengobatan diabetes mellitus , yakni:
1. Diet
2.Penyuluhan
3. Exercise (latihan fisik/olah raga)
4.Obat: Oral hipoglikemik, insulin
5.Cangkok pankreas
23
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
Meliputi ketoasidosis diabetic (DKA), koma nion ketosis hiperosmolar ( koma
hiperglikemia) merupakan tanda gawat darurat yang bisa terjadi pada perjalanan
penyakit diabetes melitus.yang biasa terjadi pada diabetes mellitus tipe I (IDDM)
yang dipercepat dengan suatu penyakit akut misalnya penyakit infeksi trauma,
gangguan kardiovaskuler, stress, emosi dan penghentian insulin. Hipoglikemia
adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan glukosa darah dan
gejala dapat berupa gelisah sampai berat berupa koma, kejang dengan penyebab
antara lain (1) Makan kurang dari aturan yang ditentukan, (2) Berat badan turun, (3)
Sesudah olahraga, (4) Makan obat dengan sifat yang sama. Pencegahannya pada
penderita dengan insulin harus sesuai dosis, jangan terlalu dalam saat penyuntikan,
dan kurangi dosis insulin saat perubahan makan kurang, olahraga, melahirkan
sesudah operasi.
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi yang bersifat menahun pada umumnya terjadi pada penderita yang
mengidap penyakit diabetes mellitus selama 5 – 10 tahun. Menurut Waspaji (1994)
komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari diabetes mellitus
lebih disebabkan hiperglikemia yang tidak terkontrol. Komplikasi makrovaskuler
pada penderita diabetes mellitus yang tidak terlontrol menyebabkan
hipertrigleseridemia (kadar trigleserida yang normal) dan perubahan kadar
kholesterol darah secara kualitatif. (pranadji, Marianto, dan Subandriyo, 1996)
24
H. PENCEGAHAN
- Primer: untuk mengurangi obesitas dan BB.
- Sekunder: deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan .
- Tersier :
Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi,gangren dan amputasi.
Pemeriksaan optalmologist.
Albuminuria monitor penyakit ginjal.
Kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein.
Pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol
medikasi.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein.
Penyebab serangan diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal. atau
terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa
dalam darah, ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya diabetes mellitus yaitu :
Genetik atau Faktor Keturunan
Virus dan Bakteri
Bahan Toksin atau Beracun
Nutrisi
Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluh lemas pada seluruh anggota
badan, nafsu makan yang kurang serta mempunyai riwayat diabetes mellitus.
Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, ditemukan nadi rate 100 x/mnt,
dari pemeriksaan penunjang laboraturium Hb 10,1, GDS 39 mg/dl. Dari data yang
terkumpul inilah maka dapat dibuat diagnosis utama hipoglikemia
26
Untuk mengatasi keluhan utama pada pasien hipoglikemia diberikan metrofermin,
Glibenclamide 1x5 mg,Neurodex 3x100 mg, Zenith 3x1, Omeprazol 1A/ 12 jam,
Mucograd 3x1, Cifotaxim I gr/ 12 jam, dan Bed rest.
27
BAB V
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. kurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal. atau
terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar
glukosa dalam darah, yaitu 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/ dl pada
dua jam sesudah makan ( orang normal)
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah dan gejala dapat berupa gelisah sampai berat berupa koma, kejang dengan
penyebab antara lain (1) Makan kurang dari aturan yang ditentukan, (2) Berat badan
turun, (3) Sesudah olahraga, (4) Makan obat dengan sifat yang sama. Pencegahannya
pada penderita dengan insulin harus sesuai dosis, jangan terlalu dalam saat penyuntikan,
dan kurangi dosis insulin saat perubahan makan kurang, olahraga, melahirkan sesudah
operasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. DepKes. Pedoman Teknis,penemuan dan tatalaksana DM, Cetakan II, Jakarta 2008.
2. Muchsin. Penyakit – penyakit yang mempengaruhi kehamilan edisi II, 2013.
3. Regina. Konsesus Pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia,
Perkeni, 2011
4. Sahab, Alwi. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. FK. Unsri, Palembang,
2006.
5. Wibawanto, Andi. Dkk. Tumbuh (Teduh untuk sembuh. YKPK. Surakarta, 2013
29