interferometermichelson_fahyurinda_130322615545
DESCRIPTION
laporan praktikum fisika modernTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA MODERN
Judul Praktikum
INTERFEROMETER MICHELSON
Oleh:
Fahyurinda Erviarismana (130322615545)
Kelompok 11
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2015
PERCOBAAN INTERFEROMETER MICHELSON
Pelaksanaan praktikum : 21 Oktober 2015
A. TUJUAN
1. Memahami cara kerja interferometer Michelson
2. Mengukur panjang gelombang sinar Laser He-Ne
B. DASAR TEORI Layar
Pola Gelap-Terang-Gelap-Terang
Pada Layar
A
B
Interferensi terjadi dengan syarat ada dua sumber gelombang yang saling
kohoren. Pada gambar di atas, sumber gelombang A dan B mengalami
interferensi, apabila di depan kedua sumber gelombang yang berinterferensi
tersebut diletakkan layar, maka akan terbentuk pola gelap-terang-gelap-terang
pada layar, yang ditunjukkan gambar di samping. Fenomena inilah yang
nantinya kita lihat pada percobaan Michelson. Untuk menentukan berapa
panjang gelombang sinar Laser He-Ne, kita menghitung berapa perubahan pola
gelap-terang. Alat yang digunakan disebut Interferometer.
Set Percobaan Interferometer Michelson
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi
berdasarkan garis-garis interferensi.
Pada percobaan Interferometer Michelson cahaya dari sebuah
Laser dijatuhkan pada cermin separuh mengkilat M, cermin tersebut
memiliki lapisan perak yang tebalnya hanya cukup untuk merefleksikan
sebagian cahaya yang datang dan meneruskan sebagian lagi. Di M cahaya
terbagi menjadi dua bagian. Yang satu oleh transmisi menuju cermin M1,
yang lain oleh refleksi menuju ke M2. Oleh masing-masing cermin kedua
sinar ini direfleksikan kembali ke arah datangnya. dan akhirnya masuk ke
mata. Karena keduanya berasal dari satu sumber yaitu Laser, maka
keduanya saling koheren dan dapat berinterferensi.
Jika cermin M1 dan M2 benar-benar tegak lurus satu dengan
lainnya, efeknya sama saja dengan cahaya dari Laser jatuh pada lapisan
udara yang tebal. Diantara kaca, yang ketebalannya adalah d2 – d1. Garis-
garis interferensi akan tampak, sebagai akibat adanya perubahan sudut
datang yang sangat kecil dari cahaya yang berasal dari titik lain pada
Laser dan jatuh pada lapisan udara yang sama. Untuk lapisan tebal, selisih
lintasan sebesar satu panjang gelombang dapat ditimbulkan oleh
perubahan sudut datang yang sangat kecil.
Pergeseran M2 ke belakang atau ke depan sama akibatnya dengan
pengubahan lapisan udara. Andaikari pusat dari pola garis interferensi
yang terjadi kelihatan terang. Bila M2 digeser sedemikian rupa sehingga
cicin terang pertama menjadi pusat pola, maka lintasan cahaya yang
menumbuk M2 telah berubah sebesar satu panjang gelombang. Karena
cahaya dua kali (bolak-balik) melalui lapisan udara yang sama, maka
berarti cermin M2 mundur sejauh setengah panjang gelombang.
lnterferometer dapat digunakan mengukur selisih panjang
gelombang dengan menghitung banyaknya garis interferensi yang
melalui medan pandangan ketika cermin M2 digeser. Pengukuran panjang
gelombang dengan cara ini akan sangat teliti, jika jumlah garis yang
dihitung sangat banyak. Syarat terang pada interferensi :
nS ........................................ (1)
Dimana n = jumlah perubahan cincin terang-gelap (gelap-terang),
= panjang gelombang Laser dan 2
'
22 MMS , 22' MMnnn , M2
= posisi cermin, nM2 = jumlah perubahan cincin gelap-terang (terang-
gelap) saat posisi M2 sehingga 2
'
22 MM = 22' MMnn , Jadi:
22
2
'
2
'
2
MMnn
MM
……………………….. (2)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Set-up interferometer Michelson
2. Laser He-Ne
3. Layar putih/kertas
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Meletakkan Laser pada posisi yang aman (tidak mudah goyang) dan
mengarahkan cahaya laser pasa set-up percobaan Interferometer Michelson.
2. Menyalakan Laser, kemudian mengatur posisi cermin setengah mengkilat
sampai berkas Laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus.
3. Mengatur cermin M2 sampai bayangan di layar berbentuk cincin lingkaran.
4. Mencatat posisi M2 kemudian menggerakkan perlahan-lahan vernier dan
menghitung banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n=1) pada
pusat frinji. Serta mencatat posisi M2’ (berdasarkan pergeseran pembacaan
skala pada vernier). Dan demikian seterusnya sampai mendapatkan beberapa
data.
E. DATA PENGAMATAN
No Posisi M2 (µm) Posisi M2’ (µm) n
1 0 2 6
2 0 3 8
3 0 4 12
4 0 5 14
5 0 6 18
Nst vernier = 1µm
F. ANALISIS DATA
Berdasarkan persamaan y = bx + a, maka didapatkan x = ∆m , y = n , a = 0 ,
b = λ/2
No x = ∆m y = n x2 y2 xy
1 2 6 4 36 12
2 3 8 9 64 24
3 4 12 16 144 48
4 5 14 25 196 70
5 6 18 36 324 108
∑ 20 58 90 764 262
∑2 400 3364 8100 583696 68644
𝑏 = 𝑛. ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥. ∑ 𝑦
𝑛. ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2
𝑏 = 5.262 − 20.58
5.90 − 400
𝑏 = 3
𝑆𝑦 = √1
𝑛 − 2[∑ 𝑦2 −
∑ 𝑥2(∑ 𝑦)2
− 2. ∑ 𝑥. ∑ 𝑦. ∑ 𝑥𝑦 + 𝑛. (∑ 𝑥𝑦)2
𝑛. ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2 ]
𝑆𝑦 = √1
5 − 2[764 −
90.583696 − 2.20.58.90 + 5.68644
5.90 − 400]
𝑆𝑦 = 0,632
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √𝑛
∑ 𝑥2. 𝑛 − (∑ 𝑥)2
𝑆𝑏 = 0,632 √5
90.5 − 400
𝑆𝑏 = 0,2
Ralat Relatif:
𝑅𝑏 = 𝑆𝑏
𝑏𝑥100%
𝑅𝑏 = 0,2
3𝑥100%
𝑅𝑏 = 6,67 % (3 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔)
Jadi nilai b adalah 𝑏 = (3,00 ± 0,20) dengan ralat relatif sebesar 6,67%
G. PEMBAHASAN
Dalam suatu jurnal disebutkan bahwa Interferometer Michelson merupakan
contoh perangkat optik eksperimen interferensi yang bisa diaplikasikan untuk
menentukan nilai koefisien difusi suatu larutan berdasarkan pengamatan
pergeseran fase yang terekam pada rumbai, dengan menggunakan laser He-Ne
sebagai sumber cahaya. Dimana keunggulan lain dari Interferometer Michelson
ini adalah adanya hasil pergeseran dua rumbai yang mengindikasikan pergeseran
titik-titik ekstrim, yang dapat menunjukkan perbedaan lintasan optis.
Didalam praktikum ini digunakan interferometer michelson untuk
mengukur panjang gelombang dari sinyal He-Ne. Prinsip kerja dari
interferometer michelson adalah sebagai pembagi sinar. Sinar yang telah
terpisah akan dipantulkan ke cermin tetap dan ada juga yang ditransmisikan ke
cermin gerak. Sehingga cahaya yang dipantulkan ke cermin tetap akan
dipantulkan kembali ke beam splitter yang kemudian menuju layar, adapun
bagian yang ditransmisikan ke cermin bergerak juga akan dipantulkan kembali
ke beam splitter. Dari dua proses tersebut dapat dikatakan bahwa jika masing-
masing cahaya melewati amplitudo yang berbeda. Kemudian keduanya akan
bersatu dan berinterferensi membentuk cincin gelap terang karena terdapat beda
amplitudo gelombang.
Ketika panjang lintasan divariasi maka pola-pola frinji akan terlihat pola-
pola frinji yang masuk ke pusat jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran pada
panjang lintasan gelombang mencapai λ maka akan terjadi interferensi
konstruktif dan destruktif bila λ/2.
Pada percobaan kali ini, laser yang digunakan adalah laser He-Ne dengan
panjang gelombang 623,8 nm (sesuai interferensi) untuk menentukan panjang
gelombang (λ), yang dapat dihitung melalui persamaan:
λ =2|𝑀2
′ − 𝑀2|
𝑛
dengan menghitung perubahan frinji akibat adanya pergeseran lintasan optik
pada berkas laser yang berinterferensi.
Dengan mengetahui perubahan frinji setiap pergeseran skala vernier, maka
data dapat dianalisa dengan metode kuadrat terkecil dan dengan metode grafik
menggunakan software Origin8. Dari hasil analisis metode kuadrat terkecil
diperoleh nilai 𝑏 = (3,00 ± 0,20) dengan ralat relatif sebesar 6,67%. Serta pada
hasil plot grafik di software Origin8 didapatkan nilai slope sebesar 3 dan
standard error sebesar 0,2. Dari grafik yang diperoleh dapat diketahui bahwa
hubungan ∆m dan n adalah berbanding lurus, sesuai dengan teori yang telah ada.
Namun adanya ralat yang diperoleh pada praktikum ini dikarenakan
beberapa kesalahan, diantaranya:
1. Praktikan kurang teliti dalam membaca skala pada alat ukur.
2. Praktikan kurang teliti dalam menentukan banyaknya pola gelap-terang.
H. JAWABAN TUGAS
Nilai panjang gelombang laser He-Ne berdasarkan analisis kuadrat
terkecil
Pada analisis data telah dicari nilai b dan diketahui nilai 𝑏 = (3,00 ± 0,20)
dengan ralat relatif sebesar 6,67%. Dari persamaan sebelumnya yaitu
λ =2|𝑀2
′ −𝑀2|
𝑛 dan persamaan y = bx + a, maka didapatkan x = ∆m , y = n , a = 0
b = λ/2 maka panjang gelombang ( λ ) laser He-Ne dapat dicari:
𝑏 = λ
2 λ = 2. b
λ = 2 x 3
λ = 6 µm
𝑆λ = √|𝜕λ
𝜕𝑏. 𝑆𝑏|
𝑆λ = √|𝜕(2b)
𝜕𝑏. 𝑆𝑏|
𝑆λ = √|2. 𝑆𝑏|
𝑆λ = √|2 . 0,2|
𝑆λ = 0,632
Ralat relatif:
𝑅λ = 𝑆λ
λ 𝑥 100%
𝑅λ = 0,632
6 𝑥 100%
𝑅λ = 10 % (2 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔)
Jadi nilai λ = (6,0 ± 0,6)𝜇 dengan ralat relatif sebesar 10 %
I. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Prinsip kerja intrferometer michelson yaitu membagi sinar sehingga diperoleh
2 sinar yang bersifat koheren dan dapat berinterferensi menghasilkan pola
gelap terang.
2. Didapatkan nilai 𝑏 = (3,00 ± 0,20) dengan ralat relatif sebesar 6,67%. Dan
nilai λ = (6,0 ± 0,6)𝜇 dengan ralat relatif sebesar 10 %
J. DAFTAR PUSTAKA
Apsari, Ratna., dkk., 2008. Pemanfaatan Sensor CCD dan Interferometer
Michelson untuk Menentukan Koefisien Difusi Larutan Transparan. Jurnal
Fisika dan Aplikasinya. Vol 5, No 1 Januari 2008.
Haryoto, Dwi dan E. Latifah. 2008. Bahan Ajar Fisika Modern. Malang: Jurusan
Fisika FMIPA UM.
Krane, Kenneth. 2011. Fisika Modern. Jakarta: UI Press.
Team Pembina Praktikum Fisika Modern. 2015. Petunjuk Eksperimen Fisika
Modern. Malang: Jurusan Fisika FMIPA UM.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM INTERFEROMETER MICHELSON
DATA PENGAMATAN
No Posisi M2 (µm) Posisi M2’ (µm) n
1 0 2 6
2 0 3 8
3 0 4 12
4 0 5 14
5 0 6 18
Nst vernier = 1µm