ipi269499

6
 GIZI KESEHATAN MASYARAKAT 78 Abstrak Berdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), di Indonesia label pangan masih kurang mendapat perhatian dari konsumen. Hanya sekitar 6,7% konsumen yang memperhatikan kelengkapan label produk pangan yang mereka beli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia membaca label informasi zat gizi dan komposisi makanan kemasan serta fak- tor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dengan desain potong lintang ( cross sectional ) ini dilakukan terhadap 215 responden. Dari hasil penelitian di- dapatkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label informasi zat gizi adalah status pekerjaan ayah (OR = 2,44), si- kap kesehatan dan label produk pangan (OR = 2,824), perencana makanan (OR= 2,27), pembelanja makanan (OR= 2,33), dan keterpaparan dengan infor- masi (OR= 2,171). Variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label komposisi adalah status pekerjaan ayah (OR= 2,116), pembe- lanja makanan(OR= 1,906), dan penerimaan harga produk pangan (OR= 0,152). Kata kunci : Tingkat kepatuhan, label informasi zat gizi. Abstract  According t o the resu lts of the study by Nat ional Consumer Protection Inst itute, foo d label have been paid less attention from custo mers in In donesia where only 6.7% consumers consider about the label. This study aims to know the level compliance to read the nutrition information and composition on food packa- ges and its determinant factors among students in the Faculty of Public Health, University of Indonesia. This cross sectional study was conducted on 215 re- spondents. Results of the research shows that variables with significant relationship to food label compliance are father’s job status (OR = 2.443), attitudes toward health and food label (OR = 2.824), eating planner (OR= 2.274), food shopper (OR = 2.335), exposure to media (OR= 2.171). Variables that have sig- nificant relationship to composition compliance are father’s job status (OR = 2.116), food shopper (OR= 0.036), and acceptance to food price (OR= 0.152). Key words : Level compliance, the nutrition information. Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 2 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: [email protected]) Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di Kalangan Mahasiswa Siti Zahara, Triyanti

Upload: ttrriissnnaa

Post on 06-Oct-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

  • GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

    78

    AbstrakBerdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), di Indonesia label pangan masih kurang mendapat perhatian dari konsumen.Hanya sekitar 6,7% konsumen yang memperhatikan kelengkapan label produk pangan yang mereka beli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatkepatuhan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia membaca label informasi zat gizi dan komposisi makanan kemasan serta fak-tor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) ini dilakukan terhadap 215 responden. Dari hasil penelitian di-dapatkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label informasi zat gizi adalah status pekerjaan ayah (OR = 2,44), si-kap kesehatan dan label produk pangan (OR = 2,824), perencana makanan (OR= 2,27), pembelanja makanan (OR= 2,33), dan keterpaparan dengan infor-masi (OR= 2,171). Variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label komposisi adalah status pekerjaan ayah (OR= 2,116), pembe-lanja makanan(OR= 1,906), dan penerimaan harga produk pangan (OR= 0,152).Kata kunci : Tingkat kepatuhan, label informasi zat gizi.

    Abstract According to the results of the study by National Consumer Protection Institute, food label have been paid less attention from customers in Indonesia whereonly 6.7% consumers consider about the label. This study aims to know the level compliance to read the nutrition information and composition on food packa-ges and its determinant factors among students in the Faculty of Public Health, University of Indonesia. This cross sectional study was conducted on 215 re-spondents. Results of the research shows that variables with significant relationship to food label compliance are fathers job status (OR = 2.443), attitudestoward health and food label (OR = 2.824), eating planner (OR= 2.274), food shopper (OR = 2.335), exposure to media (OR= 2.171). Variables that have sig-nificant relationship to composition compliance are fathers job status (OR = 2.116), food shopper (OR= 0.036), and acceptance to food price (OR= 0.152).Key words : Level compliance, the nutrition information.

    Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 2 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: [email protected])

    Kepatuhan Membaca Label Informasi ZatGizi di Kalangan Mahasiswa

    Siti Zahara, Triyanti

  • 79

    Zahara & Triyanti, Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi

    Selama satu dekade terakhir terjadi peningkatan per-hatian pada label nutrisi produk makanan yang terkaitdengan peningkatan jumlah kasus obesitas akibat kon-sumsi makanan yang tidak baik. Hal tersebut berdampakpada peningkatan jumlah penyakit yang berhubungandengan konsumsi makanan seperti penyakit jantung ko-roner, diabetes melitus, hipertensi dan kanker. Sejaktahun 1980, di negara-negara seperti Amerika Utara,Inggris dan Eropa Timur kejadian obesitas meningkat 3kali lipat bahkan lebih.1

    Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi obesitas umum se-cara nasional mencapai 19,1% yang meliputi 8,8% beratbadan lebih dan 10,3% obesitas. Terdapat lima provinsiyang mempunyai prevalensi obesitas umum paling tinggidan berada di atas prevalensi obesitas nasional. Provinsitersebut adalah Kalimantan Timur yang terdiri dari beratbadan lebih (11,6%) dan obesitas (11,9%), MalukuUtara dengan berat badan lebih (10,1%) dan obesitas(14,3%), Gorontalo dengan berat badan lebih (11,2%)dan obesitas (15,1%), DKI Jakarta dengan berat badanlebih (11,9%) dan obesitas (15%) serta Sulawesi Utaradengan berat badan lebih (14,1%) dan obesitas 19,1%.2

    Hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional(BPKN) menyatakan bahwa di Indonesia label produkpangan masih kurang mendapat perhatian dari kon-sumen. BPKN menemukan hanya 6,7% konsumen yangmemperhatikan kelengkapan label makanan.3 MenurutAsmaiyar,4 penelitian tentang kepatuhan konsumenmembaca label pangan juga masih jarang dilakukan.Penelitian Asmaiyar,4 pada konsumen di pasarKebayoran Lama Jakarta Selatan menemukan bahwatingkat kepatuhan membaca label pangan masih rendahyaitu 45% dari 120 konsumen yang menjadi responden.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996tentang Pangan, label pangan adalah setiap keterangantentang pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombi-nasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan padapangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, ataumerupakan bagian kemasan pangan.5 Informasi yang ke-beradaannya penting bagi konsumen pada suatu labelpangan adalah label informasi komposisi dan nilai zatgizi. Label komposisi adalah keterangan tentang jenis ba-han yang digunakan dan ditambahkan dalam proses pro-duksi pangan.6 Informasi nilai gizi yang dalam bahasaInggris dikenal sebagi nutrition panel atau nutrition factadalah contoh informasi yang wajib dicantumkan apabi-la label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu.7

    Senauer, Asp dan Kinsey, mengungkapkan, penggu-naan label informasi zat gizi diasumsikan sebagai aktifi-tas konsumen dalam pencarian informasi seperti yangtertera pada kemasan produk. Aktivitas ini merupakansuatu proses yang aktif, yang terdiri dari perilaku melihatsebagai usaha pencarian informasi, mengevaluasi infor-

    masi yang ada untuk kemudian dijadikan bahan pertim-bangan dalam pengambilan keputusan membeli produkmakanan.8 Definisi ini kemudian diasumsikan sebagaidefinisi kepatuhan membaca label informasi zat gizi dankomposisi pada penelitian ini.

    Menurut Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga,9 faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi penggunaan la-bel informasi zat gizi dapat dikelompokan menjadi be-berapa kategori, meliputi karakteristik individu seperti:umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, situasi,sikap dan perilaku. Faktor yang berpengaruh meliputipendapatan, status bekerja, status diet, sikap terhadappola makan, perencana dan pembelanja makanan,persepsi terhadap rasa, zat gizi, serta harga produkmakanan, pengetahuan dan motivasi.9

    Perilaku membaca label dapat digunakan sebagaisalah satu tindakan preventif dan promotif upayamemelihara kesehatan. Penelitian ini bertujuan menge-tahui tingkat kepatuhan masyarakat dalam membaca la-bel informasi zat gizi, komposisi produk pangan kemasanserta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilakutersebut.

    MetodePopulasi penelitian yang menggunakan rancangan

    penelitian cross sectional (potong lintang) ini adalah ma-hasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, UniversitasIndonesia (UI). Seharusnya mereka sudah mempunyaiperilaku membaca label produk makanan sebagai salahsatu wujud perilaku preventif dan promotif yang meru-pakan konsep utama ilmu kesehatan masyarakat. Jenisvarian yang diteliti adalah S1 reguler 2006-2008 dan S1program studi gizi tahun 2008, mengingat angkatan lain,2003-2005 sedang melakukan magang dan skripsi.

    Data yang digunakan meliputi data sekunder yang di-dapatkan dari bagian akademik FKM UI meliputi latarbelakang pendidikan dan status pekerjaan ayah respon-den. Data primer didapatkan dari pengisian instrumenkuesioner oleh responden. Analisis data yang digunakanmeliputi analisis univariat untuk mendapatkan gambaransetiap variabel dan analisis bivariat untuk mengidenti-fikasi variabel yang diduga berhubungan dengan variabeldependen kepatuhan membaca lebel dan komposisi zatgizi. Analisis bivariat dilakukan dengan metode uji chisquare dengan nilai = 0,05.

    Besar sampel minimal penelitian ini dihitungberdasarkan rumus uji hipotesis proporsi untuk dua po-pulasi dengan tingkat kepercayaan uji 95% dan tingkatkekuatan uji 80%. Perkiraan proporsi didapatkan daristudi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa eks-tensi 2008, Nilai p1=75% adalah proporsi mahasiswayang patuh membaca label informasi zat gizi dan pernahterpapar dengan media. Nilai p2=56,3% adalah propor-si yang patuh membaca label informasi zat gizi dan tidak

  • 80

    pernah terpapar dengan media. Berdasarkan perhitungandidapatkan jumlah sampel minimal 100 responden.Dengan demikian, jumlah ukuran sampel yang diperolehdikalikan dengan dua, sehingga sampel minimal yang adamenjadi 200. Pada penelitian ini jumlah sampel adalah220 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan tekniksampel acak sederhana (simpel random sampling)dengan kerangka sampel daftar nama mahasiswa/angkatan. Sebelum dilakukan pemilihan, terlebih dahuludilakukan alokasi proporsional pada masing-masingkelompok angkatan yang akan menjadi sampel. Dari 220kuesioner yang digunakan, didapatkan 215 kuesioneryang kembali dan memenuhi kelengkapan, sehingga sam-pel pada penelitian ini berjumlah 215 orang.

    Variabel independen yang diteliti dikelompokkanmenjadi karakteristik individu dan karakteristik faktorsituasi. Faktor individu meliputi: umur, jenis kelamin,status pekerjaan. Faktor situasi, sikap dan perilaku

    meliputi: sikap terhadap kesehatan, perencana, pembe-lanja makanan, status diet, dan keterpaparan media in-formasi mengenai label, serta penerimaan terhadap har-ga, kandungan zat gizi dan rasa dari suatu produkmakanan. Penggunaan variabel status pekerjaan dan latarbelakang pendidikan ayah diasumsikan untuk melihatstatus ekonomi dari responden.

    HasilKepatuhan membaca label informasi zat gizi dan

    kepatuhan membaca lebel komposisi terdistribusi samabesar. Mahasiswa yang patuh membaca label informasizat gizi dan komposisi masing-masing adalah 39,1% dan38,9% (Lihat Tabel 1).

    Variabel yang berhubungan secara bermakna dengankepatuhan membaca label informasi zat gizi dengan nilaip < 0,05 meliputi pekerjaan ayah, sikap terhadap kese-hatan dan label makanan perencanaan makanan, pembe-lanjaan makanan dan keterpajanan media informasi(Lihat Tabel 2).

    Variabel yang berhubungan secara bermakna dengankepatuhan membaca label komposisi dengan nilai p =19 0,92426 tahun

    Jenis Kelamin Wanita 0,315Pria

    Latar Belakang Pendidikan Ayah > SMA 0,146

  • 81

    sar daripada wanita. Status pekerjaan ayah berhubungansecara signifikan dengan kepatuhan membaca label in-formasi zat gizi dan komposisi. Namun, latar belakangpendidikan ayah tidak berhubungan signifikan dengankepatuhan membaca label informasi zat gizi dan kompo-sisi zat gizi. Grossman dalam Nayga,8 mengatakan penu-runan status kesehatan terjadi bersamaan dengan pening-katan usia. Individu yang lebih tua lebih memperhatikanzat gizi yang dimakan untuk peningkatan derajat kese-hatan. Sementara, menurut Dricoutis, L dan Nayga,9banyak studi menemukan bahwa wanita lebih memu-ngkinkan menggunakan label informasi zat gizi. Haltersebut mungkin disebabkan oleh banyak laki-laki yangtidak setuju menggunakan informasi zat gizi pentingdalam memilih makanan.8 Namun, hasil penelitian initidak sesuai dengan penelitian Dricoutis, Lazaridis danNayga. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh; Pertama,distribusi responden yang kurang heterogen, kelompokwanita jauh lebih banyak daripada pria. Selain itu, adahubungan yang signifikan antara status diet dengan jeniskelamin responden (nilai p value 0,049). Proporsi priayang melakukan diet (19,2%) lebih tinggi daripada wani-ta (6,9%). Kebutuhan berdiet mungkin menyebabkan la-ki-laki menjadi lebih patuh membaca label informasi pro-duk pangan daripada wanita.

    Menurut Numark-Stainer dan Hnna,12 status sosialekonomi dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikanorang tua dan situasi ekonomi keluarga. Pada penelitian

    ini variabel status pekerjaan dan latar belakang pen-didikan ayah merupakan indikator bagi penentuan statusekonomi responden. Status pekerjaan dan latar belakangpendidikan yang baik dari ayah akan dapat menjamin ter-cukupinya kebutuhan konsumsi. Status pekerjaan yangtidak tetap seperti pedagang dan nelayan, kurang dapatmenjamin tercukupinya kebutuhan, karena penghasilanyang tidak pasti. Dengan penghasilan yang tetap dan ter-jamin oleh orang tua, responden tidak lagi berfikir ten-tang harga, tetapi lebih memperhatikan kandungan zatgizi suatu produk, sehingga cenderung lebih memper-hatikan informasi yang tercantum pada kemasanmakanan.

    Kepatuhan membaca label informasi zat gizi dankomposisi zat gizi ditemukan lebih tinggi pada respondenyang berpengetahuan baik. Menurut Dricoutis, Lazaridisdan Nayga,9 pengetahuan gizi akan mempermudahmemahami dan membaca label gizi. Pengetahuan giziakan mempermudah memahami manfaat dan membacalabel makanan secara efisien. Bender dan Derby mene-mukan hubungan antara pengetahuan gizi atau persepsitentang pengetahuan dengan perilaku membaca infor-masi zat gizi tertentu.9

    Kepatuhan membaca label informasi zat gizi dankomposisi zat gizi ditemukan lebih tinggi pada respondenyang bersikap baik daripada yang kurang baik.Ditemukan hubungan bermakna antara faktor perencanamakanan dengan kepatuhan membaca label informasi zatgizi. Kepatuhan juga cenderung lebih besar pada respon-den yang melakukan aktivitas berbelanja daripada yangtidak. Selain itu, meskipun variabel status diet tidakberhubungan bermakna dengan kepatuhan membaca la-bel informasi zat gizi, dan komposisi zat gizi, tetapi pro-porsi membaca informasi ditemukan lebih tinggi padaresponden yang ber status diet tertentu. Keterpaparanmedia informasi tentang label makanan berhubungan sig-nifikan dengan perilaku membaca label informasi zat gizi

    Menurut Petrucelli dalam Nayga,8 keefektifan peng-gunaan label informasi zat gizi sangat tergantung padapersepsi dan kepercayaan konsumen terhadap zat gizitersebut. Nayga8 menambahkan, jika konsumen tidakpercaya pada label informasi zat gizi yang tertera padakemasan makanan maka mereka akan lebih sedikit mem-baca label makanan. Persepsi berpengaruh terhadappembentukkan perilaku, persepsi dan kepercayaan yangdinyatakan berhubungan bermakna dengan terbentuknyaperilaku.8

    Menurut Dricoutis, Lazaridis dan Nayga,9 respondenyang mengaku merencanakan dan memilih sendiri jenisproduk makanan kemasan yang akan dibeli/dikonsumsilebih sedikit membaca label informasi zat gizi terutamainformasi tentang kalori dan kolesterol. Hal ini mungkindisebabkan karena mereka lebih mementingkan rasa dariproduk yang ada.9 Menurut Drichoutis, Lazaridis, dan

    Tabel 3. Analisis Bivariat Tingkat Kepatuhan Membaca Label Komposisi

    Variabel Katagori p Value

    Umur >=19,26 th 0,945< 19, 26 th

    Jenis kelamin Wanita 0,137Pria

    Latar belakang pendidikan ayah > SMA 0,840

  • 82

    Nayga menyampaikan bahwa studi-studi menunjukkanhubungan positif antara status diet saat ini dengan mem-baca label informasi zat gizi. Umumnya konsumenmelakukan diet tertentu bukan disebabkan oleh situasimedis tertentu, tetapi lebih disebabkan oleh kesadaranhidup sehat yang tinggi. Konsumen yang merasa pentinguntuk hidup dengan sehat atau peduli pada diet yang se-hat dan diet yang berhubungan dengan penyakit tertentuakan lebih banyak membaca label informasi zat gizi.Secara lebih spesifik konsumen tersebut memiliki keter-tarikan lebih tinggi pada informasi zat gizi kalori, guladan lemak.9

    Nayga menuliskan teori perilaku konsumen, dimanakonsumen akan dimotivasi untuk lebih mencari/memba-ca suatu informasi bila konsumen memiliki keterlibatanyang tinggi dengan sumber informasi tersebut. Celsi danOlson dalam Nayga,13 menyebutkan konsumen yangmenghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca in-formasi menunjukan peningkatan keterlibatan. Sumberinformasi dapat berdampak positif pada perilaku mem-baca label. Drichoutis melanjutkan sumber informasiditemukan memiliki dampak pada pengetahuan respon-den mengenai zat gizi. Pernah atau tidaknya respondenterpapar dengan media informasi secara langsung dapatmeningkatkan pengetahuan responden mengenai label.Dengan adanya peningkatan pengetahuan ini diharapkanakan terjadi perubahan positif pada perilaku konsumen.1

    Penerimaan Produk MakananPenerimaan terhadap produk pangan didefinisikan se-

    bagai penerimaan konsumen secara keseluruhan ter-hadap atribut atau kriteria spesifik yang terdapat padamakanan kemasan.1 Menurut Rose dan Thayer angga-pan konsumen terhadap pentingnya berbagai sifat yangterkait dengan suatu produk, seperti rasa, harga dan zatgizi, telah diasumsikan berkaitan dengan perilaku mem-baca label makanan karena pengaruh penting sifat inidalam memutuskan untuk membeli suatu makanan.9Penelitian ini menemukan bahwa proporsi respondenyang patuh membaca label lebih banyak pada respondenyang menganggap harga produk makanan tidak pentingdaripada yang menganggap penting. Konsumen yangmenganggap harga produk sebagai faktor penting secaraumum lebih sedikit yang membaca label gizi.9

    Hasil penelitian menemukan bahwa persentase res-ponden yang patuh membaca label lebih banyak padaresponden yang merasa makanan tidak penting daripadayang menganggap penting. Penelitian Nayga menemukanresponden yang mementingkan rasa makanan lebihsedikit yang membaca informasi tentang kandungan zatgizi. Hal ini mungkin terjadi karena tidak ada hubunganpositif antara rasa dan perilaku membaca label.8

    Responden yang beranggapan zat gizi penting lebihbanyak yang membaca ke sembilan konten zat gizi yang

    terdapat dalam label informasi.8 Penelitian lain mene-gaskan bahwa responden yang beranggapan zat gizi pen-ting memiliki sikap terhadap label yang baik karena se-tuju dengan semua pernyataan sikap tentang label yangdiajukan.13

    KesimpulanTingkat kepatuhan membaca label informasi zat gizi

    dan komposisi zat gizi pada mahasiswa FKM UI umum-nya masih rendah untuk label informasi zat gizi (39,1%)dan untuk label komposisi zat gizi (38,9%).Kecenderungan untuk patuh membaca label informasizat gizi ternyata lebih tinggi pada responden dengan sta-tus kerja ayah tetap, memliki sikap kesehatan dan labelproduk pangan yang baik, perencana makanan, pembe-lanja makanan, dan pernah terpapar dengan informasi la-bel. Sementara, kecendrungan patuh membaca labelkomposisi akan lebih tinggi pada responden dengan sta-tus kerja ayah tetap, seorang pembelanja makanan lebihrendah pada responden yang menganggap hargamakanan sebagai kriteria penting dalam membeli pro-duk.

    SaranMeningkatkan pengetahuan tentang membaca label

    informasi zat gizi dan komposisi pada mahasiswa melaluiseminar dan diskusi ilmiah. Pendekatan lain adalahmemasukkan topik pelabelan pangan ke dalam mata ku-liah wajib fakultas. Bagi pemerintah dan LSM, data inidapat menjadi tolak ukur menilai perilaku membaca labelinformasi zat gizi, komposisi dan kedaluwarsa yang adadi masyarakat, sehingga perlu dilakukan survei tentangperilaku membaca label produk pangan di masyarakat.Program pendidikan dan pengenalan label produkpangan dan cara membaca dan memahami informasiyang terdapat di dalamnya juga perlu dilakukan dimasyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan melalui iklanlayanan masyarakat seputar label produk pangan yangmudah untuk dipahami oleh masyarakat. Sehingga,masyarakat menjadi tahu dan menyadari informasipenting yang terdapat pada suatu produk makanan yangmereka beli.

    Daftar Pustaka1. Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga. Nutritional food label use: a theoreti-

    cal and empirical perspective. 98 th eaae seminar. [edisi 2006, diakses

    tanggal 3 Februari 2009].

    2. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar riskes-

    das indonesia tahun 2007. Jakarta: Kiat Nusa; 2008.

    3. Badan Perlindungan Konsumen Nasional. Hasil kajian bkpn di bidang

    pangan terkait perlindungan konsumen [edisi 2007, diakses tanggal 8

    November 2008]. Diunduh dari: http://www.indonesia.go.id.

    4. Asmaiyar. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kon-

    sumen membaca label produk pangan di Pasar Kebayoran Lama Jakarta

    KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 2, Oktober 2009

  • Selatan tahun 2003 [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Indonesia; 2004.

    5. Karmini M dan Dodik B. Acuan label gizi. Prosiding angka kecukupan

    gizi dan acuan label gizi widyakarya nasional pangan dan gizi vii 2004.

    Jakarta: Badan POM; 2004.

    6. Badan POM. Panduan label pangan [edisi 2004, diakses tanggal 12 Mei

    2008].

    7. Badan POM. Panduan label gizi [edisi 2005, diakses tanggal 12 Mei

    2008].

    8. Nayga & Rodolf. Determinants of consumers use of nutritional infor-

    mation on food packages. Journal of Agricultural Economics

    Association [edisi 1996, diakses tanggal 3 Februari 2009].

    9. Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga. Consumers use of nutritional labels:

    a review of research studies and issues. Academy of Marketing Science

    Review [edisi 2006, diakses tanggal 3 Februari 2009]. 2006 (9).

    10. MAFF. Consumers attitudes to food labeling [edisi 2006, diakses tang-

    gal 3 Februari 2009]. Diunduh dari: http://archive.food.gov.uk/maff/

    archive/food/bulletin/2000/no118/label.htm.

    11. Edcoms. Review and analysis of current literature on consumer under-

    standing of nutrition and health claims made on food [edisi 2007, diak-

    ses tanggal 3 Februari 2009]. Diunduh dari: www.edcoms.co.uk

    12. Neumark-sztainer dan d.,hannan, p.j. Weight-related behaviors among

    adolescent girls and boys. Arch Pediatric Adolescent Med. 154: 569-77.

    13. Nayga & Rudolfo. Toward understanding of consumers perceptions of

    food labels. International food and agriculture management review.

    [edisi 1999, di akses tanggal 3 Februari 2009]

    83

    Zahara & Triyanti, Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi