juknisdpu
TRANSCRIPT
-
8/8/2019 JuknisDPU
1/70
PETUNJUK TEKNIS
PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKANKEPROFESIAN BERKELANJUTAN
(CONTINUING PROFFESSIONAL DEVELOPMENT)
UNTUK
DOKTER PRAKTIK UMUM(DPU)
Badan P2KB PusatIkatan Dokter Indonesia
-
8/8/2019 JuknisDPU
2/70
KATA PENGANTARKETUA UMUM PB.IDI
Buku ini merupakan bagian dari rangkaian upaya Ikatan Dokter Indonesia dalam mengemban amanat
Muktamar Dokter Indonesia XXVI 2006 untuk mewujudkan Program Pengembangan Pendidikan KeprofesianKedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi para anggotanya. Petunjuk teknis ini (Buku I) khusus disusun untukkepentingan pelaksanaan P2KB bagi dokter praktik umum (DPU) dengan sasaran akhir agar para sejawat dipelayanan primer ini dapat mempertahankan kompetensi yang dibutuhkannya dalam memberikan pelayanankedokteran yang menjadi kewenangannya. Buku ini diterbitkan bersama dengan buku lain yaitu Buku Log danBorang Penilaian Diri (Buku II) sebagai kelengkapannya. Buku terakhir ini akan diisi sendiri oleh dokter praktikumum sesuai dengan petunjuk dalam buku ini.
Petunjuk teknis P2KB untuk dokter praktik umum ini merupakan acuan penting, mengingat dari 75.850anggota IDI , sebagian besar 80% (58.000-an) adalah dokter praktik umum, yang merupakan ujung tombakpelayanan kedokteran di Indonesia dalam Sistem Kesehatan Nasional. Melalui upaya resertifikasi dokter inidiharapkan akan terjamin suatu penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu.
Program P2KB bagi DPU pada dasarnya merupakan pengkajian seluruh kegiatan profesional DPU yangdilakukan secara mandiri dan sinambung untuk memberi kesempatan kepada yang bersangkutan belajar darikegiatan profesionalnya. Oleh karena itu proses belajar melalui praktik itu diakhiri dengan penilaian diri disetiap akhir periode 5 tahunan yang sejalan dengan periode resertifikasi untuk pembaharuan izin praktik.Dengan penilaian uji diri ini setiap peserta program P2KB IDI yang telah memenuhi jumlah SKP prasyaratminimal akan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai Dokter Penyelenggara Pelayanan Primer dariKolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI).
Sebagai dokter yang memberikan pelayanan kedokteran di tingkat pertama, DPU dituntut untuk menguasaikompetensi tertentu sebagaimana telah ditetapkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia.Kompetensi ini pada dasarnya merupakan kompetensi dokter yang memberikan pelayanan dengan
pendekatan kedokteran keluarga di jenjang pelayanan primer. Oleh karena itu SKP yang dikumpulkanhendaknya berasal dari berbagai kegiatan pendidikan yang mencerminkan diperolehnya pengetahuan danketerampilan yang dimaksud sesuai dengan layanan yang diberikannya. Hanya dengan cara itu tanggung
jawab menjaga keselamatan pasien (patient safety) dalam memberikan layanan kedokteran sebagaimanadituntut dalam UU Pradok dapat diwujudkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi terbitnya Petunjuk Teknis ini sebagai salah satu instrumen untukmengantar dokter praktik umum Indonesia menjadi lebih profesional sesuai dengan harkat dan martabatprofesinya dalam memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat, dan harapan bangsa. Amin.
Jakarta, Desember 2007
Pengurus Besar IDIKetua Umum
DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes
2
-
8/8/2019 JuknisDPU
3/70
KATA PENGANTARKETUA KOLEGIUM DOKTER & DOKTER KELUARGA INDONESIA
(KDDKI)
Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa setiap dokter yang
melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi yang diterbitkan oleh KonsilKedokteran Indonesia. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter perlu dipenuhi beberapa persyaratan,antara lain memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadapkemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia, yang dikeluarkanoleh kolegium terkait. Kolegium yang terkait bagi dokter praktik umum adalah Kolegium Dokter dan DokterKeluarga Indonesia (KDDKI).
Surat tanda registrasi dokter berlaku selama lima tahun, karena itu perlu dilakukan registrasi ulang setiap limatahun. Untuk registrasi ulang lima tahunan dipersyaratkan memiliki sertifikat kompetensi ulang yangmenunjukkan bahwa dokter praktik layanan primer mempertahankan kompetensinya serta meningkatkanpengetahuannya seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan kedokteran yang diperlukan untukkompetensinya guna terjaminnya penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu. Sertifikasi ulang
dapat diperoleh melalui program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB)bagi dokter praktik umum, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang PraktikKedokteran yaitu bahwa dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteranberkelanjutan yang diselenggarakan oleh organsisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi olehorganisasi profesi.
Untuk dapat melaksanakan amanat undang-undang tersebut, Ikatan Dokter Indonesia membentuk BadanPengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat. Dalam upayapenyelenggaraan P2KB, badan ini menyusun dan menerbitkan Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi DokterPraktek Umum ini, dan menyusun Buku Log dan Borang Pengisian P2KB untuk Dokter Praktik Umumsebagai kelengkapannya.
Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum berisi antara lain berbagai bentuk kegiatan P2KB danbobot penilaiannya serta kelengkapan dokumen P2KB yang diperlukan disertai lampiran-lampiran yangberkaitan dengan kelengkapan dokumen. Hal ini merupakan upaya BP2KB IDI Pusat dalam memudahkanpara Dokter Praktik Umum untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan denganmemperhatikan dan mempertimbangkan sebaran Dokter Praktik Umum di seluruh Indonesia.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Tim BP2KB IDI Pusat yang telah menyusunbuku ini dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab untuk terselenggaranya pelayanan kesehatanprimer yang bermutu di Indonesia. Semoga Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum ini dapatmenjadi pedoman bagi para teman sejawat dokter praktik umum dalam upaya mengikuti pendidikan danpelatihan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh BP2KB IDI.
Semoga kemurahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu beserta kita. Amin.
Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga IndonesiaKetua
Dr.M. Djauhari Widjajakusumah, PFK
3
-
8/8/2019 JuknisDPU
4/70
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Ketua Umum PB.IDI i
Kata Pengantar Ketua Kolegium Dokter & Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) iiDaftar Isi iii
Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat iii i
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II KOMPETENSI
BAB III PROGRAM P2KB DPU1. Tata cara P2KB2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot nilainya
3. Hasil penilaian4. Pendanaan
BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU1. Borang pendaftaran2. Borang rencana pengembangan pribadi3. Borang Kinerja profesional4. Kinerja pembelajaran5. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi6. Publikasi7. Kinerja pengembangan ilmu
BAB V PENUTUP
Lampiran
1. Borang pendaftaran program P2KB IDI
2. Borang Rencana Pengembangan Diri
3. Contoh portofolio
4. Kompetensi Dokter Praktik Umum (Sumber KKI-2006)
4
-
8/8/2019 JuknisDPU
5/70
BADAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN - IDI PUSAT
1. Prof.DR.Dr. Zubairi Djoerban,SpPD,KHOM (Penasihat)2. Dr. Sukman Tulus Putra,SPA(K) (Penasihat)
3. DR.Dr. Tjahjono D.Gondhowiardjo,SpM(K) (Penasihat)4. Prof.Dr. I. Oetama Marsis, SpOG (Ketua)5. Dr. Zunilda Dj. Sadikin, SpFK (Wk. Ketua)6. DR.Dr. Ratna Sitompul, Sp.M (K) (Sekretaris I) PERDAMI & Kolegium7. Dr. Rufiany Manikam (Sekretaris II)8. Dr. Dyah A.Waluyo (Bandahara)9. Dr.Rohedi Yossi Asmara (Anggota)10.DR.Dr.Siti Setiati, Sp.PD, KGer (Anggota)
Anggota Ex-Officio:
11.DR.Dr. Aida SD Suriadiredja, Sp.KK PERDOSKI & Kolegium12.Prof.Dr. Amin Husni, PAK(K), Sp.S PERDOSSI & Kolegium13.Dr. Aziza G. Icksan, Sp.Rad. PDSRI & Kolegium14.Dr.Budiman Bela, Sp MK PAMKI & Kolegium15.Prof.DR.Dr.Darmawan Kartono,SpB,SpBA PERBANI & Kolegium16.Dr. Bambang Tutuko, Sp.An.KIC IDSAI & Kolegium17.Dr.Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS IKABI & Kolegium18.Dr.Dolly R.D.Kaunang,SpJP,SpKP PERDOPSI & Kolegium19.Dr. Eko Purnomo, SpKN PKNI & Kolegium20.Dr.Farida Oesman, Sp PK Kolegium PATKLIN21.Prof.Dr. Harmani Kalim, MPH, Sp.JP (K) PERKI & Kolegium22.Dr. Harpini Endang Sardewi, MS, Sp.OK PERDOKI & Kolegium23.DR.Dr. Idrus Alwi, Sp.PD (K) PAPDI & Kolegium24.Dr. Ifran Saleh, Sp.OT PABOI & Kolegium25.Dr. Imran Agus Nurali, SpKO PDSKO & Kolegium
26.Dr. Instiaty, SpFK PERDAFKI & Kolegium27.Dr. Jan Prasetyo, Sp.KJ(K) PDSKJI & Kolegium28.DR.Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL PERHATI-KL & Kolegium29.Prof.DR.Dr. Nukman Moleoek, Sp.And PERSANDI & Kolegium30.Dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K) POGI & Kolegium31.Dr. Oktavinda Safitry, Sp.F PDFI & Kolegium32.Dr. Peni Kusumastuti, Sp.RM PERDOSRI & Kolegium33.Dr. Prasenohadi, PhD, Sp.P PDPI & Kolegium34.Prof.Dr. Rahayuningsih D.Setiabudy, Sp.PK PDS.PATKLIN & Kolegium35.Dr. Rino Pattiata, Sp.PA IAPI & Kolegium36.Dr. Sajidi Hadiputro, MSc ShKI PERDOKLA & Kolegium37.Prof.Dr. Saleha Sungkar MS, Sp.ParK PDSParKi & Kolegium
38.Dr. Setyo Widi Nugroho,SpBS PERSPEBSI & Kolegium39.DR.Dr.Soegiharto Soebijanto ,SpOG(K) Kolegium OBGIN40.Prof.DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) IDAI & Kolegium41.Dr. Sugito Wonodirekso,MS,PHK,PKK PDPP & KDDKI42.Dr. Sylvia Nuruth, Sp.BP PERAPI & Kolegium43.DR.Dr. Tjakra Wibawa Manuaba, FINACS PABI & Kolegium44.Dr. Victor Tambunan, MS, Sp.GK PDGKI & Kolegium45.Dr.Chaidir A.Moshtar,SPU,PhD IAUI & Kolegium
5
-
8/8/2019 JuknisDPU
6/70
46.DR.Dr.Retno Wahyuningsih Kolegium PARKI47.Dr.Yuli Budiningsih MKEK48.Dr.Sintak Y.Gunawan,MA MKEK
6
-
8/8/2019 JuknisDPU
7/70
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Dokter praktik umum (DPU) merupakan konstituen terbesar dalam IDI (58.000-an DPU). Mereka
terdiri dari dokter yang bekerja di Puskesmas, di rumah sakit baik sebagai dokter unit gawat daruratmaupun dokter poliklinik, di perusahaan, dan di sarana pelayanan kesehatan khusus sepertilembaga transfusi darah, pelabuhan, klinik hemodialisis, dan lain sebagainya.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004 telah ditetapkan bahwa pelayanan kesehatan peroranganatau pelayanan kedokteran dilaksanakan secara berjenjang dengan pelayanan dokter keluargasebagai ujung tombaknya. Pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah pelayanan dokterumum yang menerapkan pendekatan keluarga. Oleh karena itu pembinaan dokter praktik umum(DPU) seyogianya dilaksanakan dengan tujuan transformasi sebanyak-banyaknya DPU menjadidokter keluarga tanpa menghilangkan peranan dokter layanan primer lainnya.
Dari 58.000-an DPU, terdaftar 701 dokter keluarga yang berhimpun dalan Perhimpunan DokterKeluarga Indonesia (PDKI), 671 Dokter Kesehatan Kerja Indonesia yang berhimpun dalam IkatanDokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), dan selebihnya merupakan dokter praktik umum lainnya(yang belum mempunyai wadah perhimpunan).Untuk DPU tersebut mempunyai satu-satunyaKolegium yaitu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI). KDDKI adalah kolegiumyang turut serta menyusun dan menetapkan standar kompetensi dokter pelayanan primer bersamaAsosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).Oleh karena itu, pembinaan DPUmengacu kepada Kompetensi yang telah ditetapkan, dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia(KKI).
Namun mengingat besarnya jumlah dan beragamnya DPU, dan akan dimulainya pelaksanaan
program P2KB secara nasional, maka dirasakan keperluan yang mendesak untuk menyiapkanskema Pengembangan dan Pedidikan Keperofesian (P2KB) bagi DPU. Oleh karena itu, BP2KBPusat merasa perlu membantu PDPP untuk menyiapkan program ini. Begitu juga pelaksanaannya,mengingat luasnya distribusi DPU, untuk sementara P2KB DPU dikelola langsung oleh BP2KBdengan dukungan penuh IDI cabang. Di masa depan peranan PDKI diharapkan akan lebih nyatadalam P2KB DPU agar percepatan pengembangan pelayanan dokter keluarga dapat dicapai.
2.Landasan hukum Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor131/Menkes/SK/II/ 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan
Dokter Gigi
Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan
Standar Kompetensi Dokter
AD/ART IDI
7
-
8/8/2019 JuknisDPU
8/70
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia
tahun 2002.
3.Pengertian Program pengembangan dan pendidikan keprofesian adalah upaya pembinaan
bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya.
Standar profesi adalah kriteria kemampuan (professional knowledge, skill, attitude) minimal
yang harus dikuasai agar dapat menjalankan kegiatan profesional dan memberikan layanan
kepada masyarakat secara mandiri.
Standar kompetensi dokter adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung jawab
yang dimiliki oleh seorang dokter sebagai syarat untuk dapat dinyatakan mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar kompetensi adalah (a) landasan
kepribadian, (b) penguasaan ilmu dan keterampilan, (c) kemampuan berkarya, (d) sikap danperilaku dalam berkarya, dan (e) pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai
dengan keahlian dalam berkarya.
Sertifikasi adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan bahwa oleh kolegium
terkait bahwa seorang dokter dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
oleh kolegium bidang layanan yang sesuai, untuk dokter pelayanan primer ditetapkan oleh
kolegium bersama Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).
Sertifikasi ulang adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter
untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang
dikeluarkan oleh kolegium terkait.
Sertifi kat kompetensi adalah surat keterangan yang dikeluarkan bagi seorang dokter olehkolegium dari layanan yang sesuai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan kompeten
untuk menjalankan praktiknya.
Rekomendasi IDI adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI bagi seorang dokter untuk
kepeluan mengurus izin praktik, setelah yang bersangkutan memenuhi sejumlah syarat,
salah satunya sertifikat kompetensi.
4.Tujuan Program P2KB DPU IDI
Tujuan umum:
Mendorong peningkatan profesionalisme setiap dokter praktik umum dengan cara uji diri (self-assessment)
melalui pemenuhan angka kredit minimal untuk memperoleh sertifikat kompetensi sebagai dokter
penyelenggara pelayanan primer, yang meliputi kompetensi di ranah kognitif, psikomotor, maupun afektif.
Tujuan khusus:1. meningkatkan kinerja profesional DPU2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinis DPU
8
-
8/8/2019 JuknisDPU
9/70
3. menjamin sikap etis DPU dalam memberikan layanan kedokteran sesuai dengan kewenangannya.
Tujuan khusus di atas dicapai oleh para DPU dengan cara mengikuti/menjalani berbagai kegiatan bernilaipendidikan, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Badan P2KB di wilayah kerjanya masing-masing untukdiproses lebih lanjut. Proses yang dimaksud adalah verifikasi berbagai dokumen bukti guna menilai kelayakanyang bersangkutan untuk memperoleh rekomendasi IDI dan sertifikat kompetensi.
Badan P2KB wilayah memegang kewenangan penuh untuk mengelola proses pembinaan ini. Bila dirasakanperlu, yaitu di wilayah yang padat dokter, IDI Wilayah dapat membentuk Tim P2KB cabang (AD/ART IDI-2006)pasal 55 pasal 1.b), yang merupakan organ pelaksana harian di tingkat cabang (antara lain dengankewenangan verifikasi dan konversi ). Tim P2KB ini bertanggung jawab/melapor kepada BP2KB wilayah
Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI),bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) danRekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP) Prosespemberian sertifikat kompetensi setelah dokter mengikuti / menjalani berbagai kegiatan programpengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan ini disebut sebagai proses resertifikasi..
9
-
8/8/2019 JuknisDPU
10/70
BAB II KOMPETENSI DOKTER PRAKTIK UMUM
Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia
tahun 2006 berjudul STANDAR KOMPETENSI DOKTERyang menjabarkannya dalam 7 area kompetensi.1. Area Komunikasi Efektif: mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbaldengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
2. Area Keterampilan Klinis: melakukan prosedur klisnis dalam menghadapi masalah kedokteransesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran: mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancangpenyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untukmendapat hasil yang optimum.
4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan: mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupunmasyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam kontekspelayanan kesehatan tingkat primer.
5. Area Pengelolaan Informasi: mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambilkeputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri: melakukan praktik kedokteran dengan penuh
kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal,kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjanghayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien: berperilakuprofesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretikaserta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan programkeselamatan pasien.
Ketujuh area kompetensi itu diperlukan agar DPU dapat menyelesaikan masalah kesehatan-kedokteran
yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam lampiran dokumen di atas tercantum jugamasalah kedokteran yang merupakan tanggung jawab DPU dan tingkat kompetensi (level ofcompetence) yang dituntut darinya (Lampiran 4). Oleh sebab itu, materi pembelajaran dalam programP2KB yang diupayakan oleh sub-organisasi IDI lainnya (PDSp,PDSm,dll) hendaknya disesuaikandengan kompetensi tersebut. Inividu dokter juga dianjurkan untuk mengacu kepada kompetensi inidalam menyusun rencana pengembangan dirinya.
Dalam tatanan pelayanan kesehatan primer, pada kenyataannya, terdapat dokter yang bekerja di saranapelayanan kesehatan khusus seperti di UGD, pusat pelayanan transfusi darah, industri, pusat pelayananhemodialisis, pelabuhan, perusahaan, dan lain sebagainya. Untuk DPU ini tentu diperlukan pengetahuandan keterampilan khusus dari 7 area kompetensi di atas. Hal ini perlu diperhatikan oleh yangbersangkutan dalam menjalankan P2KB-nya, dan perhimpunan dokter seminat, ikatan di lingkunganIDI , Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI) dapat mengambil peran dalam upaya P2KB ini.
10
-
8/8/2019 JuknisDPU
11/70
BAB III PROGRAM P2KB DPU
Sebagaimana dikemukakan dalam Bab I, program Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutanadalah upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,dan sikap profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya, dalam hal ini profesi dokter
praktIk umum (DPU). Program ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses resertifikasi untukkepentingan pengurusan i registrasi ulang dan perpanjangan izin praktik umum.
Sebagai upaya pembinaan, P2KB juga harus menjamin bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktikdokter. Oleh karena itu, sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter KeluargaIndonesia (KDDKI) sebagai bukti bahwa seorang dokter tetap melaksanakan kegiatan yang bernilaipendidikan selama praktiknya harus dilengkapi dengan
1. surat keterangan sehat2. clearance dari IDI cabang bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai masalah etik.
Atas dasar dua dokumen tersebut IDI cabang akan mengeluarkan Rekomendasi IDI. Selanjutnya SertifikatKompetensi, Surat Tanda egistrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) danrekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP).
1. Tata cara P2KB
Pendaftaran Program P2KBPendaftaran ini dilakukan dengan mengisi borang pendaftaran yang terdapat dalam Buku Log P2KBDPU, dan mengirimkannya ke IDI cabang yang bersangkutan bersama rencana pengembangan diri
Mekanisme baku dalam P2KB adalah mekanisme kertas, tetapi sangat dianjurkan untuk menggunakanmekanisme maya dalam menjalani P2KB ini sehingga dapat dicapai efisiensi dan dapat dihindarikesalahan. Untuk mekanisme kertas, setiap DPU perlu mengisi Buku Log P2KB DPU secara rutin,kemudian melaporkannya ke petugas P2KB IDI cabang secara berkala, lengkap dengan dokumen
buktinya.
DPU yang ingin menggunakan mekanisme maya dapat langsung melakukan akses ke IDI on-line danmengikuti cara registrasi untuk mendapatkan nama/nomor diri (access account). Dengan nama/nomordiri, masing-masing DPU dapat mengisi borang penilaian diri langsung setiap saat.Sangat dianjurkan untuk melaporkan perolehan SKP setiap tahun sehingga kekurangan nilai SKP di akhirmasa resertifikasi dapat diantisipasi dan dihindari.
Penilaian diriPenilaian diri dalam P2KB pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing anggota. NilaiSKP untuk kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang bersangkutan (perhitunganmandiri), sedangkan dokumen bukti yang diserahkan ke Badan/Tim P2KB untuk verifikasi. Secara acak
Badan/Tim P2KB dapat melakukan pengawasan langsung untuk menjamin kebenaran data.
2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot ni lainya
Satuan kredit partisipasi (SKP) IDI merupakan bukti kesertaan seorang dokter dalam program P2KB. Kredit inidiberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan pelayanan kedokteran langsung atau
11
-
8/8/2019 JuknisDPU
12/70
tak langsung) maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen). Syarat perolehan SKP untuk resertifikasiadalah 50 SKP per tahun yang tersebarpada berbagai ranah kegiatan.
Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan
tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan
2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakankegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan
3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerjayang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yangmengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan olehBP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya).
Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara, moderator) dari suatu kegiatan P2KB eksternaldibedakan berdasarkan skala kegiatan yang dapat berskala lokal/ wilayah, nasional, bahkan internasional.Pemberian nilai kredit selain perhitungan nilai normatif, juga memperhitungkan berbagai faktor antara lain:kedalaman materi topik; kualitas/mutu/kompetensi pembicara/pengajar; lamanya pelaksanaan prosespendidikan dalam jam, hari, atau minggu. Untuk kemudahan perhitungan ditetapkan batasan minimal dan
maksimal (Tabel 1). Kegiatan P2KB eksternal minimal yang efektif dalam satu hari adalah 3 jam kegiatan ,bilamana dalam keadaan tertentu kegiatan P2KB eksternal yang dilaksanakan kurang dari 3 jam kegiatan,maka dilakukan perhitungan secara normatif dan kesepakatan (halaman 6 Buku Pedoman BP2KB-2007).Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, misalnya kredit sebagai pembicara di suatu kursus diluar negeri, akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia (Tabel 1), karena nilai dari panitia di luarnegeri sudah tentu tidak serasi dengan perhitungan nilai kredit prasyarat yang berlaku di IDI. Begitu jugalazimnya dalam kesepakatan global (Uni Eropa dan USA), bahwa walaupun kegiatan ekternal yang dilakukandi forum internasional, ketetapan nilai kredit yang berlaku dikembalikan pada ketetapan nilai kredit yangditentukan institusi yang berwenang di negara masing-masing.
Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini.A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu
pengetahuan/keterampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi/sesiEBM, mengikuti suatu pelatihan
B. Kegiatan profesional, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagaidokter sehingga memberinya kesempatan untuk mempertahankan/meningkatkanpengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya menangani pasien, menyajikan makalahmenyangkut masalah klinis dalam suatu seminar atau menjadi instruktur dalam suatuworkshop/pelatihan.
C. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagaipengabdian kepada masyarakat umum atau masyarakat profesinya yang memberinyakesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya memberikanpenyuluhan kesehatan, terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk sebagai anggotasuatu pokja organisasi profesi (misalnya pokja AIDS, penyusunan formularium).
D. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran yaitu kegiatan yang menghasilkankarya tulis yang dipublikasi misalnya menulis buku (dgn ISBN), menerjemahkan buku dibidang ilmunya (dgn ISBN), menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasidi jurnal (yang terakreditasi), mengasuh rubrik ilmiah/populer kedokteran.
E. Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan denganpengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidangpelayanan primer, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, ataumembimbing di bidang ilmunya.
12
-
8/8/2019 JuknisDPU
13/70
Tabel 1.Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk Simposium
danWorkshop(Jangka Pendek).*)
Skala
Kegiatan Pendidikan P2KBLokal/Wilayah Nasional Internasional
Waktu dalam jam 16 16 16
Peserta 3-6 8 10 4-8 10 12 6-10 12 14
Pembicaraper makalah
4-8 8 8 6-12 12 12 8-14 14 14
Moderator 2 2 2 4 4 4 6 6 6Panitia 1 1 1 2 2 2 3 3 3
Simposium/Seminar(Kognitif)
Jumlah 16-17
19 21 16-26
28 30 23-33 35 37
Peserta 4-8 10 12 6-10 12 14 8-14 16 18
Pembicaraper makalah
4-8 8 8 8-12 12 12 8-14 14 14
Moderator - - - - - - - - -
Panitia 1 1 1 2 2 2 3 3 3
Workshop/Course
(Psikomotor)
Jumlah 9-17
19 21 16-24
26 28 19-31 33 35
*) Revisi Tabel 2 Buku Pedoman BP2KB 2007 hal 13 ,untuk internal BP2KB.
Proporsi ranah kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang
harus dikuasai. Proporsi cakupan ranah yang dianjurkan terlihat pada Tabel 2. Mengingat pembinaan dalambentuk P2KB ini merupakan sesuatu yang baru untuk DPU maka untuk pertama kali setidaknya 2 ranah, yaituranah pembelajaran dan ranah profesional harus tercakup. Namun, pada resertifikasi berikutnya setiap DPUdihimbau untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengandemikian secara bertahap DPU di lingkungan IDI mengalami transformasi menjadi dokter yang berkualitas
Tabel. 2. Proporsi kegiatan profesional yang idealnya dicapai
Ranah kegiatan Porsi Pencapaian yangdiharapkan
Nilai maksimal SKPper 5 th
Kinerja pembelajaran 40 50% 100-125
Kinerja profesional 40 50% 100-125
Kinerja pengabdian masyarakat/profesi 5 15% 12,5-37,5 Publikasi Ilmiah/popular 0 5 % 0-12,5
Kinerja pengembangan Ilmu 0 5% 0-12,5
* Catatan: Nilai maksimal bukanlah nilai yang diperoleh dari persentase dalam tabel, melainkan nilai yang ditetapkan
untuk menjaga perimbangan ranah kegiatan.
13
-
8/8/2019 JuknisDPU
14/70
Nilai pendidikan, atau nilai SKP, suatu kegiatan dapat dibedakan atas 3 kategori berdasarkan perolehanpengetahuan dan keterampilan setelah menjalani kegiatan:
1. Tidak ada pengetahuan maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang diterimamemberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.
2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan
3. Ada pengetahuan dan/atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatanyang secara langsung mempengaruhi praktik atau pelayanan kepada pasien
Oleh karena itu nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diseselenggarakan oleh pihak Non-PDPP /BP2KB) akan dikonversi berdasarkan kategorisasi ini.
Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntutdari seorang DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untukmenanganinya lebih penting sehingga lebih besar bobotnya bagi seorang DPU dibandingkan denganpengetahuan tentang aneurisma aorta (lihat Tabel 3). Dengan demikian bila seorang DPU mengikuti suatuseminar (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IIDI lainnya) tentang anginapektoris, SKP yang diperolehnya dikonversi dengan konstatnta konversi 0,75, sedangkan SKP dariseminar aneurisme aorta (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IDI lainnya)
dikonversi dengan konstanta konversi 0,25 . (lihat petunjuk konversi)
Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan kepentingan pengetahuan/keterampilan itu bagi DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilanuntuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar nilainya bagi seorang DPU dibandingkan denganpengetahuan tentang aneurisma aorta.
Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan pihak Non-PDPP/BP2KB) dengantema tertentu akan dikonversi berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Diharapkanperhitungan konversi dapat dilakukan secara mandiri, tetapi tugas koversi merupakan tugas utama seksikonversi dan verifikasi Tim P2KB cabang IDI. Sedangkan kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan olehPDPP/BP2KB yang jelas peruntukkannya untuk DPU, tidak perlu dilakukan konversi. Diharapkan nantinya
setiap kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDSp, PDSm, atau organisasi Lembaga IDIlainnya dengan sasaran a.l untuk DPU, diwajibkan bagi PDSp,PDSm, atau Lembaga IDI lainnya untukbekerjasama dengan PDPP/BP2KB dalam penyelenggaraannya.
14
-
8/8/2019 JuknisDPU
15/70
Tabel. 3. Kompetensi dokter umum (lihat juga lampiran 4)
Kompetensi Pengertian Contoh
Tingkat kemampuan 1 Ketika membaca suatu data medis, dapatmengenali dan menempatkan gambaran klinissesuai dengan penyakitnya, tahu cara
mendapatkan informasi lebih lanjut
Aneurisma aorta Abses paru Ruptur esofagus Malrotasi pada anak
Nefritis interstisialTingkat kemampuan 2 Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaanpenunjang, mampu merujuk ke spesialis yangtepat dan menindaklanjuti sesudahnya
Mitral stenosis Tbc dg pneumothoraks Varises esophagus
Ileus pada anak Gagal ginjal akut &
kronis
Tingkat kemampuan 3a Tingkat kemampuan 2 + mampu mengambilkeputusan terapi pendahuluan pada kasusbukan gawat darurat
Angina pectoris COPD Apendisitis akut
Hepatitis Glomerulonefritis akut &
kronis
Tingkat kemampuan 3b Sama dengan tingkat kemampuan 3a tetapiuntuk kasus gawat darurat
Infark miokard Penumonia Gastroenteritis dengan
dehidrasi
Tingkat kemampuan 4 Mampu menegakkan diagnosis berdasarkanpemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaanpenunjang, dan mampu menanganinya sampaituntas
Hipertensi esensial Asma bronkiale
Abses hati amuba Alergi makanan pada
anak
Infeksi saluran kemih
Petunjuk konversi:Untuk kegiatan pembelajaran
Tingkat Kemampuan yangdiharapkan
KonstantaKonversi
Tingkat Kemampuan 1 0,25Tingkat Kemampuan 2 0,5
Tingkat Kemampuan 3a 0,75
Tingkat Kemampuan 3b 0,75Tingkat Kemampuan 4 1
A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seorang dokter mempelajari suatupengetahuan/keterampilan.
A.1. Penilaian untuk kegiatan belajar mandiri, meliputi kegiatan :a. Membaca jurnal terakreditasi :
15
-
8/8/2019 JuknisDPU
16/70
Nilai SKP untuk setiap artikel jurnal yang dibaca adalah :1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan
yang diharapkan )
b. Menjawab pertanyaan dalam suatu uji-diri (self-test) Nilai SKP adalah :
SKP sesuai nilai uji diri x ((konstanta konversi sesuaitingkat kemampuan yang diharapkan )
c. Melakukan penelusuran informasi/sesi EBM Nilai SKP penelusuran EBM adalah :
1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuanyang diharapkan )
A.2. Penilaian untuk kegiatan Pelatihan / Workshop / Lokakarya / PenataranA.3. Penilaian untuk kegiatan keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah,
meliputi :- Kongres / Musyawarah Nasional organisasi profesi
- PIT organisasi profesi- Simposium / seminar- Kongres regional / internasional- Konferensi regional / internasional- Siang Klinik / malam klinik
Perencanaan dan dokumentasiUntuk keperluan pengembangan keprofesian setiap DPU seyogianya merencanakan kegiatan P2KB-nya,kemudian mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapatdilaporkan dan dinilai kinerjanya. Di bawah ini langkah untuk menyusun rencana pengembangan diri (RPD).
1. Pertimbangkanlah beberapa hal di bawah inia. pekerjaan Sejawat selama ini khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan sehingga
Sejawat dapat merasakan bahwa Sejawat perlu meningkatkan suatu pengetahuan danketerampilan tertentu
b. kondisi kesehatan masyarakat sehinga Sejawat dapat melihat apa yang dapat Sejawatlakukan sebagai seorang DPU yang bertanggung jawab
c. misi pribadi Sejawat, jangka pendek maupun jangka panjangd. jadwalkan pencapaian misi Sejawat itu
2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin Sejawat capai dalam 5 tahun mendatang yang dapat dirinciper tahunnya.
3. Pertimbangkan karir jangka panjang Sejawat4. Lalu susun daftar kegiatan P2KB Sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan prioritas,
timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan itu untuk meningkatkan mutu praktikSejawat.
Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan diambil/dilakukan
3. Hasil penilaianHasil penilaian dapat dibedakan atas 3 kategori di bawah ini. Hasil ini akan disampaikan secaratertulis langsung kepada yang bersangkutan.1. Disetujui untuk mendapatkan sertifikat kompetensi: memenuhi nilai SKP minimal
16
-
8/8/2019 JuknisDPU
17/70
2. Memerlukan pembinaan tambahan: untuk mendapatkan sertifikat tidak memenuhi nilaiSKP minimal dan harus menambahnya dalam 6 bulan
3. Ditolak: tidak memenuhi nilai SKP minimal
4. PendanaanSumber dana untuk kegiatan P2KB berasal dari:
Badan P2KB Pusat maupun wilayah/cabang Peserta P2KB: setiap dokter yang akan menjalani resertifikasi dikenakan Rp 1000,- per SKP
yang dikumpulkannya. Dana ini dibayarkan kepada Badan P2KB untuk kepentinganmengelola proses resertifikasi
17
-
8/8/2019 JuknisDPU
18/70
BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU
Seperti telah dijelaskan di atas, Setiap DPU perlu menyerahkan dokumen P2KB kepada kantor IDI cabangpada akhir periode 5 tahun untuk resetifikasi. Dokumen P2KB ini terdiri dari:
- borang pendaftaran- berbagai borang penilaian diri- dokumen bukti
1.Borang pendaftaran
Borang pendaftaran (Lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalaniprogram P2KB. Dengan data yang tercantum dalam borang, petugas P2KB dapat mengaktifkan mekanismepencatatan seorang DPU di sistem maya P2KB untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi yangbersangkutan.
Setelah seorang DPU terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diriuntuk akses ke sistem maya. DPU yang menggunakan mekanisme maya dapat memanfaatkan nama/nomor
diri ini kapan saja untuk membaharukan (meng-update) data P2KB-nya, sedangkan DPU yang menggunakansistem kertas membaharukan data P2KB-nya melalui petugas di BP2KB Wilayah
2.Borang Rencana Pengembangan Diri
Borang rencana pengembangan diri (RPD) dimaksudkan untuk membantu seorang DPU merancangpembelajaran dirinya. IDI sebagai organisasi profesi yang mengayomi DPU, mulai dari tingkat cabang sampaike pusat, juga dapat memanfaatkan borang ini untuk merencanakan kegiatan organisasinya.
3.Borang Kinerja Profesional
Dokter telah lama dikenal sebagai life-long learning profession, maka kegiatan profesional merupakan satudari 5 ranah kegiatan dokter yang merupakan sarana utama untuknya belajar. Berbagai kegiatan dalam tabeldi bawah ini memiliki nilai pendidikan (P2KB) sehingga dapat menhasilkan nilai SKP-IDI. Nilaipembelajarannya tentu tidak sama. Sebagai contoh, kasus nyata yang ditangani kemudian dipelajari dandisajikan dalam suatu forum (no.4) akan membuat si penyaji belajar lebih banyak daripada pendengarnya.Bila pada kesempatan itu diundang pula seorang pakar untuk kasus yang dibahas maka semua tentuberpeluang untuk lebih banyak belajar.
Untuk keperluan jaga mutu, maka kegiatan itu perlu pengesahan dan bukti, dokumen bukti harus disertakansebagai lampiran dari borang kinerja profesional. Daftar kegiatan di bawah ini (Tabel 4) hanya contoh, tidaktertutup kemungkinan kegiatan lain yang juga mempunyai nilai pendidikan.
Tabel 4 .Kinerja profesionalKegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti
1 Menangani pasien di lembagatempat bekerja (intervensi &nonintervensi), termasuk yang rawatinap)
Kegiatan internalterstruktur
SK penunjukan & buktijumlah kasus
2 Menangani pasien di praktikpribadi (intervensi &nonintervensi)
Kegiatan rutin SIP & bukti jumlah kasus
18
-
8/8/2019 JuknisDPU
19/70
3 Melakukan tindak diagnostik Kegiatan rutin Bukti jumlah kasus
4 Melakukan tinjauan kasus Kegiatan rutin Portofolio
5 Melakukan penapisan (screening)-termasuk,pengujian kesehatankesehatan haji,TKI, PNS,Sekolah,
Kegiatan rutin Bukti hasil penapisan, SK,Surat permintaan
6 Memberikan edukasi kelompokpasien (minimal 10 orang)
Kegiatan diakui oleh yangberwenang di tempatkerja
Topik dan daftar hadir
7 Menangani korban bencana Penunjukan oleh yangberwenang
8 Pembuatan visum et repertum Kegiatan internalterstruktur
Penunjukan oleh yangberwenang & bukti visum
9 Melakukan autopsi Kegiatan internalterstruktur
Penunjukan oleh yangberwenang & bukti visum
10 Menyajikan makalah dalam acarailmiah
Forum diakui IDI Sertifikat sebagaipembicara
11 Kajian mitra bestari (peer review):a. penyaji
b. peserta aktif
Kegiatan internalterstruktur (RS, klinik,
Dinkes, IDI Cabang)
Nama lembaga dengan:a. portofolio
b. daftar hadir12 Diskusi klinik bersama pakar
(interactive outreach)Kegiatan internalterstruktur
Topik dengan:a. portofoliob. daftar hadir
13 Terlibat dalam suatu panitia/pokja Tingkat nasional/regional/internasional
SK Penunjukan dariorganisasi
14 Melakukan tugas jaga (on call) Kegiatan diakui Bukti jadwal
15 Melakukan pengamatan epidemiologipenyakit (surveillance)
Kegiatan rutin Bukti laporan
Catatan:
1. Yang termasuk penanganan pasien: pemeriksaan umum, anak, ibu hamil, dewasa, pemeriksaan tumbuhkembang anak, pemeriksaan & konsultasi gizi pemeriksaankesehatan jiwa, dll2. Termasuk dalam intervensi adalah khitanan, penanganan pasien gawat darurat, bedah minor dan
sejenisnya, menolong partus normal, imunisasi, pemasangan/penglepasan infus, pemasangan/pencabutan alat KB, pemasangan/pencabutan kateter
3. Termasuk tindak diagnostik: paps smear, USG Diagnostik , EKG, interpretasi hasil lab dasar4. Contoh porto polio dapat dilihat pada lampiran 3.
Nilai SKP ditentukan oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas maksimal SKP yaitu 25 SKP pertahun karena hubungan jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajarannya tidaklah linier, demikian
juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan SKP pada kinerja penanganan pasien jugadimaksudkan untuk mendorong DPU melakukan kegiatan lain dalam kategori ini, seperti kegiatan no 4, 5, 6,
11,-13 yang berperanan dalam memperbaiki mutu layanan.
Petunjuk pengisian borang penilaian:
Kegiatan
SKP/th MaksMenangani pasien tanpaintervensi
12 25
Menangani pasien dengan 8 10
19
-
8/8/2019 JuknisDPU
20/70
intervensi
Tindak diagnostik 8 10
Kegiatan SKP bagi Penyaji SKP bagi Pendengar
Presentasi kasus 2 per kasus 0,5 per kasusJurnal club / mitra bestari 2 per topik 0,5 per topikInteractive outreach 1 per topik
Kegiatan Nilai SKPMenangani bencana 3 per kaliMemberikan visum et repertum 1 per kaliMelakukan autopsi/saksi penggalian 2 per kaliMelakukan penapisan 1 per 50 orang; maksimal 5 per tahunMelakukan edukasi kelompok 2 per topik
4.Kinerja pembelajaran
Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani suatu pelatihan,padahal itu hanya kegiatan pendidikan eksternal, yang belakangan terbukti bahwa sedikit sekali dampaknyaterhadap praktek dokter. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri, atau berlangsung ketika seorang doktermenjalankan tugasnya, maka daftar di bawah ini adalah contoh kegiatan yang masuk dalam ranahpembelajaran.
Seperti halnya kegiatan profesional, nilai P2KB berbagai kegiatan ini tentu berbeda dan sangat ditentukan
oleh tema yang dipelajari. Tema yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan untuk prakteknya seorangDPU tentu bernilai tinggi. Itu sebabnya sangat dianjurkan agar setiap DPU membuat RPD, dalam hal ini perludiperhatikan proporsi keterampilan psikomotor bila yang bersangkutan memberikan layanan intervensimedis. . Di bawah ini (Tabel 5) adalah contoh kegiatan yang termasuk dalam kinerja pembelajaran
Tabel 5.Kinerja Pembelajaran
Kegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti
1 Membaca jurnal dan menjawabpertanyaan dalam suatu uji-diri (self-test)
Jurnal terakreditasi Bukti artikel & majalahnyadengan pernyataan lulus dari
jurnal2 Melakukan penelusuran
informasi/sesi EBMDatabase terakreditasi Rangkuman informasi & nama
situs dg tanggal akses3 Berpartisipasi dalam
seminar/lokakarya
a. Kegiatan internal yang terstruktur
b. Kegiatan eksternal yang diakui IDI
a. Bukti hadir
b. Sertifikat kehadiran4 Menghadiri konferensi/kongres/ PIT Kegiatan diakui IDI Sertifikat kehadiran
5 Mengikuti pelatihan untuk kualifikasi termasuk yanghands-on
Pelatihan diakui IDI Sertifikat kelulusan
6 Mengikuti pendidikan jarak jauh Kurikulum diakui/terakreditasi Bukti kesertaan & kelulusan
7 Berpartisipasi dalam pertemuanauditor
Kegiatan internal resmi Penunjukan & bukti hadir dgtopik
8 Dll.
20
-
8/8/2019 JuknisDPU
21/70
Petunjuk pengisian borang penilaian.
A. Untuk kegiatan 7:
Dampak Pembelajaran SKP
1. Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yangditerima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan3. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik atau
pelayanan kepada pasien setelah mengikuti kegiatan
1
2
3
B. Untuk kegiatan 3-6: SKP sesuai dengan SKP IDI untuk kegiatan yang bersangkutan, kemudian dilakukankonversi berdasarkan perolehan pengetahuan/keterampilan serta tingkat kompetensi yang dituntut dariseorang DPU
C. Untuk kegiatan 1 dan 2 dengan sistim on-line akan ditentukan melalui penetapan oleh BP2KB Pusat.
5.Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
Pengabdian masyarakat dapat dilakukan oleh seorang DPU baik karena kedudukannya sebagai tenaga medisdi suatu lembaga atau sebagai seorang ahli di bidangnya yang diminta langsung oleh masyarakat. Kegiatanini dipandang memiliki nilai P2KB, walaupun kecil, dengan asumsi bahwa untuk mempersiapkan dirimenjalankan kegiatan itu seorang DPU mengalami penyegaran pengetahuan. Namun, kegiatan ini juga dapatdipandang sebagai perwujudan dari peranan dokter dalam meningkatkan kesehatan kecerdasan masyarakat.Di bawah ini (Tabel 6) beberapa contoh kegiatan yang bernilai P2KB.
Tabel 6. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
Kegiatan Kriteria pengakuan Dokumen bukti
1 Memberikan penyuluhan kesehatan Di suatu lembaga atau di kelompoktakresmi yang berjumlah > 20 orang
Keterangan/sertifikatpenghargaan
2 Terlibat dlm kegiatan kemasyarakatanuntuk pelayanan medis
Diselenggarakan oleh LSM/perhimpunan profesi/pemerintah
Keterangan/sertifikatpenghargaan
3 Melaksanakan penapisan masal (massscreening)
Diselenggarakan oleh LSM/perhimpunan profesi/pemerintah
Keterangan/sertifikatpenghargaan
4 Melaksanakan pengobatan masal Diselenggarakan oleh LSM/perhimpunan profesi/pemerintah
Keterangan/sertifikatpenghargaan
5 Terlibat dalam suatu panitia/pokja Tingkat regional/nasional/internasional SK Penunjukan dari
organisasi6 Dll.
21
-
8/8/2019 JuknisDPU
22/70
Petunjuk pengisian borang penilaian:
Dampak Pembelajaran SKP
1. Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari dalam mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik ataupelayanan kepada pasien setelah mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
1
2
6.Kinerja publikasi
Publikasi merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi, termasukinformasi kesehatan (lihat Tabel 7). Selama ini orang mengira bahwa menulis di suatu media adalahpekerjaan sulit, padahal sebenarnya melalui latihan siapapun dapat menghasilkan sebuah tulisan. Seorangdokter sangat dianjurkan untuk mampu menulis karena tulisan seorang dokter sebenarnya merupakan sumber
belajar bagi masyarakat umum, bahkan juga bagi koleganya. Suatu laporan kasus yang memicu diskusi disebuah jurnal juga menjadi sarana belajar bagi yang bersangkutan dan koleganya.
7.Kinerja pengembangan ilmu
Ilmu memang dibangun dari penelitian, dan ilmu kedokteran dibangun bukan hanya dari penelitian dilaboratorium melainkan juga penelitian di lapangan. Oleh karena itu kegiatan penelitian bukan monopolidokter yang bekerja di perguruan tinggi atau di lembaga penelitian. Sebagai contoh, pembuktian tentanggejala yang paling sering dikeluhkan untuk suatu penyakit yang umum ditemukan di pelayanan primer, atau
tindak medis terbaik yang dapat dilakukan di tingkat primer sudah pasti hanya dapat dilakukan dipelayanan primer. Beberapa contoh kegiatan pengembangan ilmu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Kinerja publikasi
Kegiatan publikasi Kriteria pengakuan Dokumen bukti SKP
1 Laporan penelitian: sendiribersama
Jurnal yang sesuai &terakreditasi
Bukti artikel & judul jurnal 810
2 Tinjauan kasus Jurnal yang sesuai &terakreditasi
Bukti artikel & judul jurnal 4 / kasus
3 Tinjauan pustaka (sendiri/bersama) Jurnal yang sesuai &terakreditasi
Bukti artikel & judul jurnal 4 / topik
4 Menulis/menerjemahkan buku(sendiri/bersama)
Diterbitkan dan disebarluaskan Bukti buku dg ISBN Sendiri: 10Bersama: 20
5 Mengedit buku Diterbitkan dan disebarluaskan Bukti buku dg ISBN 5
6 Monograf Publikasi di jurnal terakreditasiUntuk kalangan terbatas
Bukti monograf 42
7 Karya ilmiah populer Dipublikasi Bukti tulisan 3 / judul
8 Mengasuh rubrik kesehatan dimedia massa
Bukti rubrik & judulmedia massa
5 per tahun
9 Dll.
22
-
8/8/2019 JuknisDPU
23/70
Catatan:
publikasi di jurnal yang tidak terakreditasi mendapatkan nilai separuhnya Penulis utama mendapat nilai SKP 60%; penulis berikutnya 40% dibagi bersama Setiap publikasi hanya dihitung 1 kali
Tabel 8. Kinerja pengembangan ilmu
Kegiatan publikasi Kriteria pengakuan Dokumen bukti SKP
1 Mengerjakan penelitian Publikasi di jurnal terakreditasi Bukti artikelSertifikat penulis
10
2 Penyelia (supervisor) dalamjournal club/case review
Kegiatan internal yang terstruktur SK penunjukan/ permintaan& portofolio
2 / kali
3 Memberikan ceramah kepadasesama dokter (interactiveoutreach)
Kegiatan yang diakui oleh lembagaberwenang
Keterangan/sertifikatpenghargaan
3 / kali
4 Membimbing mahasiswa Perguruan tinggi yang terakreditasi Bukti penugasan S1: 3
S2/Sp: 5S3: 7
5 Membuat soal ujian Untuk tingkat perguruan tinggi Keterangan dari kolegium/perguruan tinggi
2 / 10soal
6 Dll.
Catatan: Pada penelitian bersama: penulis utama mendapatkan 60% SKP, penulis lainnya 40% dibagi
bersama
Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang langsung berdampak menambah keterampilan dalampraktik: konversi 1
Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang tidak langsung berdampak menambah keterampilan dalampraktik: konversi 0,6
23
-
8/8/2019 JuknisDPU
24/70
BAB V PENUTUP
Pada tahun-tahun pertama, pelaksanaan program P2KB bagi DPU akan dilaksanakan dan diampu olehBP2KB pusat dengan dukungan 31 BP2KB wilayah dan 326 IDI cabang. Selanjutnya, sesuai denganperkembangan lebih lanjut dalam pelayanan kedokteran primer, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesiadapat melanjutkan pelaksanaan program ini.
DPU yang menjalankan tugas khusus seperti dokter PMI, dokter emergency, dokter perusahaan,dokter umum di fasilitas kesehatan khusus diharapkan mulai berhimpun dalam organisasi yangtermasuk dalam Perhimpunan Dokter se-Okupasi, Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), maupunIkatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI). Dengan demikian, dapat ditetapkan kompetensimana dari perangkat kompetensi DPU yang perlu senantiasa ditingkatkan agar mutu layanan merekadapat dipertahankan tinggi.
Kondisi dan situasi organisasi IDI, kondisi dan situasi tempat kerja dokter, maupun profil anggota IDI diseluruh Indonesia, khususnya DPU, sangat besar rentang ragamnya. Ini, tak dapat dipungkiri, berpengaruhterhadap mutu layanan. Program P2KB yang dijalankan dengan baik diharapkan dapat memperkecil
kesenjangan ini, yaitu dengan jalan mendorong anggota untuk mencakup lebih banyak ranah kegiatan, bukanhanya ranah profesional dan ranah pembelajaran. . Namun, pada awal-awal program ini berlangsung, perludiberikan toleransi yang cukup agar ketentuan P2KB ini tidak memberatkan para anggota.
IDI sampai ke ujung organnya secara tidak langsung dituntut untuk lebih giat agar dapat memberikankesempatan luas bagi anggota melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Anggota yang perlu mendapatperhatian, antara lain, DPU purna bakti yang masih giat berpraktik. Dari sisi ini, buku Pedoman P2KB IDIbeserta buku Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan acuan oleh IDI wilayah, IDI cabang, dan PDPP dalammengembangkan berbagai kegiatan organisasi yang bernilai P2KB.
Akhirnya, dukungan teknologi informasi sangat penting untuk keberhasilan program ini, bukan saja untukmenjamin efisiensi dan keakuratan data, tetapi lebih dari itu, untuk melakukan evaluasi atas metoda P2KB
DPU yang diterapkan, maupun atas kompetensi yang dicapai. Struktur, fungsi, dan mutu kegiatan P2KB DPUhendaknya senantiasa diteliti dan diperbaiki sehingga secara bertahap dapat dicapai standar sebagaimanayang ditetapkan oleh World Federation for Medical Education.
Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita dan senantiasamemberikan tuntunan-Nya dalam upaya kita belajar sepanjang hayat untuk mencapai standar pelayanankedokteran global. Amin
Jakarta, 31 Desember 2007DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes - Ketua Umum PB.IDI
24
-
8/8/2019 JuknisDPU
25/70
LAMPIRAN 1:
ON-LINE
PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
I. BORANG PENDAFTARAN*
A.DATA UMUM
NAMA LENGKAP : .
CABANG/KODE : /.ALAMAT CABANG : .
No TELEPON /FAX : ................................................ / ...................................................
B.DATA PRIBADI
NAMA LENGKAP : ...
Tempat/tanggal lahir : ...
NPA IDI Pusat : NPA IDI Cabang: STR terakhir : ....................................................................................................
(Tgl/Bln/Thn.)
Alamat Rumah : .....................................................................................................
.....................................................................................................
No. Telp. / Hp : ................................................ / ..................................................e-mail : ...................................................................
Alamat Kantor : ........................................................................................................................................................................................................
No. Telp. / Fax : .............................................. / ...................................................Alamat Praktik 1 : ...................................................................................................
...................................................................................................
Alamat Praktik 2 : ........................................................................................................................................................................................................
Alamat Praktik 3 : ........................................................................................................................................................................................................
25
-
8/8/2019 JuknisDPU
26/70
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bertanggung jawab atas kebenarandata di atas beserta kelengkapan yang terlampir, dan bersedia memberikan pembuktian
apabila diperlukan.
..........................,tgl......................................
Dr. .........................................
* Coret di kanan atas bila pencatatan dilakukan secara nyata (paper-based)ON-LINE
26
-
8/8/2019 JuknisDPU
27/70
LAMPIRAN 2:
BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI
NAMA:NPA PUSAT:Periode RPD:
Tahun Ranah Kegiatan
I 1.2.3.
DstII 1.
2.3.Dst
III 1.2.3.dst
IV 1.2.3.
DstV 1.
2.3.dst
Catatan:
Anjuran tentang proporsi kegiatan profesional yang harus dicapai
Ranah kegiatan Porsi Pencapaian yang diharapkan
Kinerja pembelajaran 40 45% Kinerja profesional 40 45%
Kinerja pengabdian masyarakat/profesi 5 10%
Publikasi Ilmiah/popular 0 5 %
Kinerja pengembangan Ilmu 0 4%
27
-
8/8/2019 JuknisDPU
28/70
LAMPIRAN 3: Contoh Portofolio
Topik:
Tanggal presentasi: Penyelia:
(tanda tangan)Jenis kegiatan:
Laporan kasus Masalah Manajemen Review Kasus
Deskripsi kasus:
KU Riwayat penyakit Riwayat keluarga Riwayat pengobatan/tindakan Riwayat pekerjaan Pemeriksaan fisik/lab
Diagnosis
Masalah utama (pokok diskusi)
Rangkuman (uraian singkat) hasil pembelajaran:12
34
5
Daftar Pustaka:12
3
Peer yang hadir:
Nama Tandatangan Nama Tanda tangan1 6
2 7
3 8
4 9
5 10
28
-
8/8/2019 JuknisDPU
29/70
LAMPIRAN 4 : Kompetensi Dokter Praktik Umum(Standar Kompetensi Dokter KKI 2006)
I. STANDAR KOMPETENSI DOKTER
(dikutip dari Bab IV- Standar Kompetensi Dokter KKI 2006)
A. Area Kompetensi:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
B. Komponen Kompetensi
Area Komunikasi Efektif1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
2. Berkomunikasi dengan sejawat
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Berkomunikasi dengan profesi lain
Area Keterampilan Klinis
5. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentangpasien dan keluarganya
6. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
8. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku,
dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer
9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium danprosedur yang sesuai
10. Menentukan efektivitas suatu tindakan
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
11. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang
utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
12. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit13. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
14. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajatkesehatan
15. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokterankeluarga
29
-
8/8/2019 JuknisDPU
30/70
Area Pengelolaan Informasi
16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, sertapenjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
17. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi18. Memanfaatkan informasi kesehatan
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
19. Menerapkan mawas diri
20. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat21. Mengembangkan pengetahuan baru
Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan
Pasien
22. Memiliki Sikap profesional
23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama24. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional
25. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
26. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
27. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran
30
-
8/8/2019 JuknisDPU
31/70
II.Daftar Penyakit
(Dikutip dari Lampiran 2 Standar Kompetensi Dokter KKI 2006)
31
-
8/8/2019 JuknisDPU
32/70
32
-
8/8/2019 JuknisDPU
33/70
33
-
8/8/2019 JuknisDPU
34/70
34
-
8/8/2019 JuknisDPU
35/70
35
-
8/8/2019 JuknisDPU
36/70
36
-
8/8/2019 JuknisDPU
37/70
37
-
8/8/2019 JuknisDPU
38/70
38
-
8/8/2019 JuknisDPU
39/70
39
-
8/8/2019 JuknisDPU
40/70
40
-
8/8/2019 JuknisDPU
41/70
41
-
8/8/2019 JuknisDPU
42/70
42
-
8/8/2019 JuknisDPU
43/70
43
-
8/8/2019 JuknisDPU
44/70
44
-
8/8/2019 JuknisDPU
45/70
45
-
8/8/2019 JuknisDPU
46/70
46
-
8/8/2019 JuknisDPU
47/70
47
-
8/8/2019 JuknisDPU
48/70
48
-
8/8/2019 JuknisDPU
49/70
49
-
8/8/2019 JuknisDPU
50/70
50
-
8/8/2019 JuknisDPU
51/70
51
-
8/8/2019 JuknisDPU
52/70
52
-
8/8/2019 JuknisDPU
53/70
53
-
8/8/2019 JuknisDPU
54/70
54
-
8/8/2019 JuknisDPU
55/70
55
-
8/8/2019 JuknisDPU
56/70
56
-
8/8/2019 JuknisDPU
57/70
57
-
8/8/2019 JuknisDPU
58/70
58
-
8/8/2019 JuknisDPU
59/70
59
-
8/8/2019 JuknisDPU
60/70
60
-
8/8/2019 JuknisDPU
61/70
61
-
8/8/2019 JuknisDPU
62/70
62
-
8/8/2019 JuknisDPU
63/70
63
-
8/8/2019 JuknisDPU
64/70
64
-
8/8/2019 JuknisDPU
65/70
65
-
8/8/2019 JuknisDPU
66/70
66
-
8/8/2019 JuknisDPU
67/70
67
-
8/8/2019 JuknisDPU
68/70
68
-
8/8/2019 JuknisDPU
69/70
69
-
8/8/2019 JuknisDPU
70/70