klarifier
TRANSCRIPT
![Page 1: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Untuk mempelajari karakteristik proses pengendapan terflokulasi dengan
menggunakan model sirkular dan plat.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat
padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%)
berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air)
sebanyak 15% dari dari tekanan atmosfer. Air merupakan kebutuhan pokok bagi
kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air
minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam
perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun di laut.
Kegunaan air seperti tersebut di muka termasuk sebagai kegunaan air secara
konvensional.
1. 2.2. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki senyawa kimia yang lain. Air
merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media
transport utama bagi zat- zat makanan dan produk buangan yang dihasilkan proses
kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan
murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral/unsur lain yang terdapat di dalamnya.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua perairan di bumi ini telah tercemar.
Air mempunyai sifat yang khusus diantara zat-zat cair, karena molekul-
molekulnya cenderung membentuk kelompok atau agregasi akibat sifat-sifat tersebut
bergantung pada suhu. Pada suhu rendah molekul-molekul air tersusun dalam bidang
![Page 2: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/2.jpg)
empat, yaitu satu molekul berada di tengah-tengah dan empat molekul di sudut suatu
bidang empat.
1.2.3 Penggolongan Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contohnya mata air pegunungan.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Contohnya air sungai.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan. Contohnya air laut.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Contohnya air tanah
dangkal dan air tanah dalam.
1.2.4 Standar Kualitas Air Baku
Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat
yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan mutunya
sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan yang terlarut
di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar. Dengan
berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat
dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan.
Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri
Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian
yaitu:
![Page 3: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/3.jpg)
1 Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2 Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3 Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1 Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh.
b. Tidak berwarna.
c. Tidak berasa.
d. Tidak berbau.
e. Suhu antara 10o-25o C (sejuk).
2 Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
c. Cukup yodium.
d. pH air antara 6,5 – 9,2.
3 Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin
jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas,
yaitu:
1. Aman dan higienis.
2. Baik dan layak minum.
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
![Page 4: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
1.2.5 Koagulasi-flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan
proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel
dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut
koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi
tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif.
Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan.
Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal
Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel
(misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan
pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu
penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel
dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya
tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses
koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak
pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan
flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah
aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti
polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat
mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah
kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan
anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika
diperlukan, koagulan-pembantu. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus untuk
mendapatkan kondisi optimum. Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
![Page 5: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/5.jpg)
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2→ 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O +6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2→ 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium
hidroksida relatif tidak terlarut. Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion
hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan
untuk mendapatkan pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagi Fe(OH)3. Reaksi
ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam
reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi ferri, di mana akan
mengendap sebagai Fe(OH)3.
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2→ 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang
stabilisasi membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan
berlangsung mengikuti reaksi:
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika
alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH
optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam
rentang pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2
Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.
2FeCl3 + 3Ca(OH)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang
terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.
![Page 6: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/6.jpg)
1.2.6 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada umumnya, sedimentasi digunakan
pada pengolahan air minum, pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah
tingkat lanjutan. Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi khususnya untuk:
1 pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan dengan filter pasir cepat.
2 pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan
filter pasir cepat.
3 pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.
4 pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.
Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:
1 penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau).
2 penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama
3 penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier akhir.
4 penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.
Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk
penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip
sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian partikel di udara.
![Page 7: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/7.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Bak Sedimentasi
Pompa umpan cair baku dan inject
Pengaduk (mixer)
pH meter
Turbidimeter
Gelas kimia
Neraca digital
2.2 Bahan
PAC
Al2(SO4)3 / tawas
Air danau POLNES
Aquadest
2.2 Prosedur Kerja
1. Memasang plat datar secara seri pada bak sedimentasi
2. Mempersiapkan peralatan analisa dan bahan baku untuk analisa
3. Menimbang tawas sebanyak 100 gram, dan kapur sebanyak 50 gram
4. Membuat larutan tawas dan kapur yang telah ditimbang dalam ember dan
mengaduknya
5. Mengalirkan air umpan kedalam bak, serta mencatat laju alirnya
6. Mengalirkan koagulan ke dalam bak sedimentasi
7. mengukur laju alir bahan, pH, turbidity, dan laju alir koagulan.
BAB III
7 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 8: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/8.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
3.1 Data Pengamatan
Berat Tawas = 10 g/5lt
Berat PAC = 10 g/5lt
Δt = 15 menit
Table 3.1.1 Data Percobaan dengan Tawas pada Skala = 0
Volume
(ml)
Waktu
(s)
Debit
(ml/s)
Turbidity (NTU) pH
umpan produk umpan produk
500 17,05 29,325 22,8 22,6 6 6
Tabel 3.1.2 Data Percobaan dengan PAC pada Skala =0
Volume
(ml)
Waktu
(s)
Debit
(ml/s)
Turbidity (NTU) pH
umpan produk umpan produk
500 17,05 29,325 23,7 21,6 5 5
Tabel 3.1.3 Debit Aliran Injeksi
Volume (ml) Waktu (s) Debit (ml/s)
25 4,09 6,1
Tabel 3.1.4 Data Percobaan dengan Tawas
SkalaTurbidity (NTU) pH
Umpan Produk Umpan Produk
5
10
15
20
28,4
27,6
24,2
23,2
22,7
21,9
19,8
19,7
5
5
5
5
6
6
6
6
8 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 9: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/9.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
Table 3.1.5 Data Percobaan dengan PAC
SkalaTurbidity (NTU) pH
Umpan Produk Umpan Produk
5
10
15
20
26,3
22,2
15,5
11,7
21,1
16,1
9,3
4,8
5
5
6
6
6
6
7
7
3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2.1 Debit Aliran Air dengan Skala Variasi
Skala Volume (ml) Waktu (s) Debit (ml/s)
5
10
15
20
500
500
500
500
11,88
10,65
7,50
5
42,09
46,95
66,67
100
Tabel 3.2.2 Effisiensi Tawas
SkalaTurbidity (NTU) Effisiensi
(%)inlet outlet
5
10
15
20
22,8
22,8
22,8
22,8
21,9
19,8
19,7
22,7
0,44
3,95
13,16
13,60
Tabel 3.2.3 Effisiensi PAC
9 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 10: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/10.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
SkalaTurbidity (NTU) Effisiensi
(%)inlet outlet
5
10
15
20
23,7
23,7
23,7
23,7
21,1
16,1
9,3
4,8
10,97
29,54
60,76
79,75
BAB IV
10 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 11: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/11.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
PEMBAHASAN
Pada praktikum satuan proses yang berjudul klarifayer ini bertujuan untuk
mempelajari karakteristik proses pengendapan terflokulasi dengan menggunakan
model sirkular dan plat. Air yang diolah pada alat klarifayer adalah air danau Polnes
dengan menggunakan koagulan tawas dan PAC dengan jumlah masing-masing 20
gram dalam 10 L air. Air danau dialirkan menggunakan pompa ke alat klarifayer
dengan skala yang diatur pada aliran masukan ke bak klarifayer adalah 5, 10, 15, 20.
Laju alir air input yang digunakan adalah 29,325 ml/dtk. Pada bak pertama di
alat klarifayer juga diinjeksikan koagulan yaitu larutan campuran tawas dan PAC
dengan konsentrasi masing-masing 2000 ppm. Tujuan ditambahkannya tawas adalah
adalah sebagai koagulan yang berfungsi mengurangi kekeruhan pada air dimana
terjadi proses pengendapan dari partikel padatan yang terkandung pada air. Tawas
mendestabilisasi partikel-partikel padatan pada air yang kemudian partikel-partikel
tersebut membentuk flok-flok yang lebih besar dan mengendap karena berat jenis
padatan dari flok-flok tersebut lebih besar dibandingkan dengan air. Reaksi yang
terjadi pada penambahan tawas dalam menghasilkan flok adalah :
Al2(SO4)3 .14H20 + 3 Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Selain ditambahkannya tawas pada pengolahan ini juga ditambahkan PAC
yang berfungsi menaikkan pH air yang rendah menjadi netral dan membantu
efektivitas proses selanjutnya yang terjadi pada proses pengendapan partikel padatan
pada air. Laju alir injeksi dari koagulan pada pengolahan air ini adalah 6,1 ml/dtk.
Selama proses pengolahan berlangsung, air pada klarifayer akan mengalir
mengisi bak-bak yang terdapat pada klarifayer dan partikel padatan akan
menghantam sekat dan akan mengendap ke bawah sehingga air pada bagian atas akan
mengalir ke bak selanjutnya dengan nilai kekeruhan yang semakin berkurang
sehingga didapatkan air keluaran yang lebih jernih dibandingkan dengan air input.
Setelah itu, dilakukan analisa turbidity dan pH terhadap air input dengan air
output kemudian dibandingkan hasilnya. Uji turbidity dan pH dilakukan sebanyak
11 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 12: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/12.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
dua kali pada masing-masing skala yang divariasikan. Uji turbidity dan pH dilakukan
pada aliran umpan (input) yaitu pada bak pertama klarifayer dan pada aliran produk
(output) keluaran dari bak klarifayer. Kemudian data yang dihasilkan dibandingkan
antara umpan dan produknya sehingga didapatkan data hasil percobaan seperti tertera
pada tabel 3.1.4 dan tabel 3.1.5.
Pada tabel 3.1.4 yaitu data percobaan dengan menggunakan koagulan tawas
didapatkan kesimpulan bahwa, semakin besar skala aliran air danau yang masuk
kedalam bak klarifayer turbiditinya semakin menurun, dalam hal ini untuk koagulan
tawas sudah mencapai titik optimum, dapat dilihat pada grafik 4.1 dan 4.2 bahwa
turbidity sudah konstan pada dua data terakhir. Sedangkan pada tabel 3.1.5 yaitu data
percobaan dengan menggunakan koagulan PAC didapatkan nilai turbidity terendah
yaitu pada laju alir 100 ml/s, dalam hal ini koagulan PAC belum mencapai titik
optimum, dapat dilihat pada grafik 4.1 dan 4.2 bahwa turbidity belum tercapainya
nilai yang konstan, hal ini dikarenakan kurangnya data yang diperoleh untuk
mendapatkan nilai konstan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah
ini.
30.0040.00
50.0060.00
70.0080.00
90.00
100.00
110.000
5
10
15
20
25
30
dengan tawasdengan PAC
Q air danau (ml/s)
turb
idity
(NTU
)
Grafik 4.1 Hubungan Q vs Turbidity pada Aliran Umpan
12 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 13: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/13.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
30.0040.00
50.0060.00
70.0080.00
90.00
100.00
110.000
5
10
15
20
25
dengan tawasdengan PAC
Q air danau (ml/s)
Turb
idity
(NTU
)
Grafik 4.1 Hubungan Q vs Turbidity pada Aliran Produk
Grafik tersebut membuktikan bahwa jenis koagulan yang lebih baik dalam
menurunkan kekeruhan air danau adalah koagulan PAC. Dimana kekeruhan minimal
dihasilkan pada skala yang paling tinggi yaitu 20 sebagai berikut, dengan tawas
turbidity terendah adalah 23,2 sedangkan dengan PAC 11,7. Selain uji turbidity,
dilakukan juga uji pH dengan hasil seperti ditunjukkan pada grafik dibawah ini.
30.0040.00
50.0060.00
70.0080.00
90.00
100.00
110.004.44.64.8
55.25.45.65.8
66.2
dengan tawasdengan PAC
Q air danau (ml/s)
pH
Grafik 4.3 Hubungan Q vs pH pada Aliran Umpan
13 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 14: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/14.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
30.0040.00
50.0060.00
70.0080.00
90.00
100.00
110.005.45.65.8
66.26.46.66.8
77.2
dengan tawasdengan PAC
Q air danau (ml/s)
pH
Grafik 4.4 Hubungan Q vs pH pada Aliran Produk
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan tawas tidak
mempengaruhi nilai pH. Sedangkan pada penambahan PAC pH dapat meningkat dari
pH 6 – 7. PAC memiliki efektivitas dalam menaikkan pH sebesar 18,33%.
Dari data-data yang sudah didapatkan, dihasilkan efektivitas penggunaan
tawas dan PAC dalam mengurangi kekeruhan seperti tertera pada tabel 3.2.2 dan
tabel 3.2.3 dimana effisiensi yang lebih baik dimiliki oleh koagulan PAC pada debit
terbesar dengan effisiensi sebesar 79,75%. Hal tersebut juga dibuktikan dari grafik
dibawah ini.
30.0040.00
50.0060.00
70.0080.00
90.00
100.00
110.000.00
10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
tawasPAC
Q air danau (ml/s)
ƞ
Grafik 4.5 Hubungan Q vs Effisiensi
14 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 15: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/15.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
Effisiensi terbaik dihasilkan oleh koagulan tawas yakni 79,75%. Sehingga dapat
dismpulkan bahwa untuk mentreatment air danau lebih baik menggunakan PAC.
15 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 16: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/16.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Untuk penggunaan tawas, semakin tinggi aliran air masuk klarifier, turbidity
akan semakin menurun dengan nilai optimun turbidity 21,2 pada laju alir air
83,35 ml/s.
Untuk penggunaan PAC , nilai turbidity terendah yg diperoleh 4,8 pada laju
alir air 100 ml/s.
Penambahan tawas tidak mempengaruhi pH
Penambahan PAC memiliki niliai efektivitas dalam menaikkan pH sebesar
18,33%
Effisiensi PAC lebih baik dibandingkan tawas dalam menurunkan kekeruhan,
yaitu:
o Dengan menggunakan tawas pada debit terbesar 100 ml/s diperoleh
effisiensi 13,60%.
o Dengan menggunakan PAC, pada debit terbesar 100 ml/s diperoleh
effisiensi 79,75%.
16 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 17: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/17.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
DAFTAR PUSTAKA
http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1505
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/
2/954e09694f76ae1f5563e50956ae07700e91d827.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28944/4/Chapter%20II.pdf
http://bhupalaka.files.wordpress.com/2010/12/sedimentasi.pdf
17 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 18: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/18.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
Lampiran
PERHITUNGAN
18 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 19: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/19.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
Menghitung debit aliran Tawas
Q = Vt
= 25 ml4,09 s
= 6,1 ml/s
Menghitung debit aliran air dengan skala variasi
Skala 0
Q = Vt
= 500 ml17,05 s
= 29,325 ml/s
Skala 5
Q = Vt
= 500 ml11,88s
= 42,09 ml/s
Skala 10
Q = Vt
= 500 ml10,65 s
= 46,95 ml/s
Skala 15
Q = Vt
= 500 ml7,50 s
= 66,67 ml/s
Skala 20
Q = Vt
= 500 ml
5 s
= 100 ml/s
Menghitung Efisiensi tawas Skala 5
19 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 20: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/20.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
21,922,8
x100 %
= 96,05
= 100 – 96,05 = 3,95
Skala 10
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
19,822,8
x100 %
= 86,84
= 100 – 86,84 = 13,16
Skala 15
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
19,722,8
x 100 %
= 86,40
= 100 – 86,40 = 13,60
Skala 20
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
22,722,8
x 100 %
= 99,56
= 100 – 99,56 = 0,44
Menghitung Efisiensi PAC
Skala 5
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
21,123,7
x 100 %
= 89,03
= 100 –89,03 = 10,97
Skala 10
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
16,723,7
x 100 %
= 70,46
= 100 – 70,46 = 29,54
Skala 15
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)=
9,323,7
x 100 %
= 39,24
= 100 – 39,24 = 60,76
Skala 20
µ = ( turbidity outletturbidity inlet
x 100 %)
20 Laboratorium Satuan Operasi
![Page 21: klarifier](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022062407/55cf9df3550346d033b001ef/html5/thumbnails/21.jpg)
Laporan Praktikum Klarifier
= 4,8
23,7x 100 %
= 20,25
= 100 – 20,25 = 79,75
Efektivitas PAC menaikkan pH
Untuk data pH umpan = 5
pH produk = 6
= ( pHout
pH ¿x100 % )−100
=( 65
x 100 %) - 100
= 20%
Dari seluruh data di rata-ratakan dan didapat efektivitas PAC dalam menaikkan pH
sebesar 18,33%
21 Laboratorium Satuan Operasi