lapsus ansal
DESCRIPTION
hsjhTRANSCRIPT
Laporan Kasus
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat
Psikoaktif Lainnya (F.19)
Oleh
M. Rizky Triaditya I4A011082
Herly Maulida .S I4A011025
Novitrawati I4A010084
Pembimbing
dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin
Banjarmasin
Agustus, 2015
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Kaspul Anwar
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Jl. Ternate 22A RT.18 Pasar Lama
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan: Belum Menikah
Tanggal Berobat : 03 Agustus 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 11.12
WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh.
A. KELUHAN UTAMA :
Sulit Tidur karena Kehabisan Obat
2
KELUHAN TAMBAHAN:
Pusing, mata terasa panas, kurang fokus untuk berpikir.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Autoanamnesis:
Os mengaku sulit tidur selama 2 minggu terakhir. Tidur rata-rata
hanya berkisar 1-3 jam. Os memang sudah lama mengalami keluhan sulit
tidur sejak 1,5 tahun yang lalu. Selama 1,5 tahun os mengkonsumsi 2 obat
yaitu obat alprazolam 1mg 2x1 (pagi dan malam) dan obat diazepam 5mg
1x2 tablet (pagi). Namun dalam 4 hari terakhir os kehabisan obat tersebut
sehingga keluhan sulit tidurnya muncul kembali.
Os bercerita bahwa ia juga merasakan kurang fit dan badan terasa
lemas karena kurang tidur. Os juga merasakan pusing yang timbul sejak Os
sulit tidur dan mata Os yang terasa panas juga dikarenakan kurangnya waktu
tidur.
Os mengaku sulit untuk memulai tidur kemudian juga mudah
terbangun tanpa tidur lagi.sehingga waktu tidur tidur Os menjadi berkurang
setiap harinya.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Os pernah tidak sadarkan diri secara tiba-tiba dan dirawat di bagian saraf
RSUD Dr.Moch Anshari Saleh pada tahun 2012 (3 tahun yang lalu) selama 3
hari dan dinyatakan membaik. Riwayat trauma kepala disangkal.
3
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Os lahir cukup bulan dengan berat badan normal.
2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust
Os diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tumbuh kembang baik. Os
diasuh oleh ibunya. Hubungan ayah dan ibu rukun.
3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Os berperilaku seperti anak normal seusianya. riwayat tumbuh
kembang Os baik seperti anak seusianya. Tidak ada keterlambatan dalam
tumbuh kembangnya, gizi cukup.
4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt
Ayah Os termasuk tokoh agama yang disegani di daerahnya. Ayah Os
mengajarkan agama kepada anak-anaknya namun tidak pernah bersikap
keras. Os berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering
bermain dengan mainan. Hubungan Os dengan saudara rukun dan tidak
sering bertengkar.
5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority
Os mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun. saat sekolah prestasi Os
biasa-biasa saja dan tidak pernah tinggal kelas.
4
6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion
Os bersekolah di Palangkaraya dan bergaul dengan baik dengan
teman sekolahnya.
7. Young Adulthood (20-29 tahun) Intimacy vs. Isolation
Os mulai bekerja sebagai wiraswasta sejak tahun 2013, Os bekerja
di sebuah toko daerah pasar lama. Os mulai mengonsumsi alkohol dan
memakai narkotika sejak umur 25 tahun. Os kurang bergaul dengan
tetangga sekitarnya.
8. Riwayat Pendidikan
Os mulai bersekolah di Sekolah Dasar masuk pada usia 6 tahun.
Melanjutkan SMP dan SMA di Palangkaraya.
9. Riwayat Pekerjaan
Os bekerja sebagai wiraswasta.
10. Riwayat Perkawinan
Os belum menikah
5
F. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Di keluarga Os, kaka Os juga punya gangguan tidur dan konsumsi obat yang
sama.
G. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Os saat ini tinggal dengan ibu Os di Banjarmasin. Saat di Kalimantan
Tengah, Os tinggal bersama orangtuanya. Os sekarang bekerja.
6
H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os menunjukkan respon yang baik saat diwawancara. Os menganggap
dirinya tidak apa-apa dan dalam kondisi baik jika memiliki obat yang selalu
dikonsumsinya untuk mengatasi keluhan sulit tidur yang dirasakannya selama
ini. Os mengaku tidak akan berhenti mengkonsumsi obat tersebut. Tidak ada niat
dari Os untuk berhenti konsumsi obat. Os sempat mengelak ketika ditanyakan
apakah Os mengonsumsi alkohol dan narkotika, namun ketika digali lebih lanjut
akhirnya Os mengaku.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Os merupakan seorang pria, memakai kaos berwarna putihdisertai jaket
berwarna biru malam, celana jins belang tentara, slayer yang disampirkan di
lehernya dan tampak terawat. Os tampak kurus. Tampak kurang bertenaga dan
dengan wajah terlihat gelisah.
Os menjabat tangan pemeriksa dengan kuat saat bersalaman. Os dapat
menyebutkan nama dan usianya dengan tepat. Os menyebutkan dirinya datang
bersama ibu. Os dapat menyebutkan alamat rumahya dengan tepat dan dapat
meunjukan arah untuk menuju ke sana. Os dapat mengenali peran pemeriksa dan
dapat melakukan perhitungan.
Os juga sering menggerak-gerakan tangan dan kakinyaa saat duduk. Os juga
seakan-akan ingin cepat mengakhiri pembicaraan.
7
2. Kesadaran
Compos mentis (E4 V5 M6)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Os berbicara jelas namun terbata-bata dan cepat.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak psikis
Kontak ada, wajar (+) dapat dipertahankan
B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati
1. Afek (mood) : Eutym
2. Ekspresi afektif : Datar
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan.
5. Stabilitas : Stabil
6. Pengendalian : Cukup
7. Arus Emosi : Cukup
8. Sungguh/tidak : Sungguh
9. Skala diferensiasi : Luas
C. Fungsi Kognitif
1. Kesadaran : kompos mentis
8
2. Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
3. Daya Ingat : Segera : baik
Jangka Pendek : baik
Jangka Panjang : baik
4. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan taraf
pendidikan
5. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Auditorik : Tidak ada
Visual : Tidak ada
Olfaktorik : Tidak ada
Gustatorik : Tidak ada
Taktil : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi dan derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Spontan
b. Kontinuitas : Koheren
9
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
1. Flight of idea : tidak ada
2. Circumstantialy : tidak ada
3. Inkoherensi : tidak ada
4. Asosiasi longgar : tidak ada
5. Jawaban irrelevant : tidak ada
6. Blocking : tidak ada
7. Retardasi : tidak ada
8. Perseverasi : tidak ada
9. Verbigerasi : tidak ada
2. Isi Pikir :
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan pikiran : Tidak ada
1. Over valued idea : tidak ada
2. Fobia : tidak ada
3. Obsesi : tidak ada
4. Waham : tidak ada
5. Konfabulasi : tidak ada
6. Rasa bermusuhan : tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Normal terkendali
10
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realitas : baik
H. Tilikan
Tilikan 1 : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT
1. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran kompos mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 X/menit
Respirasi : 20 X/menit
Suhu : -
Bentuk badan : Ideal
Kulit : Kecoklatan, tidak sianosis, tidak anemis.
Kepala : Normosefali
Mata : Palpebra tidak edema, sklera ikterik dan memerah.
11
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada
sekret
Mulut : Bentuk normal dan simetris
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : -
Perkusi :
Cor : -
Pulmo : -
Auskultasi :
Cor : -
Pulmo : -
Abdomen :
Inspeksi : -
Auskultasi : -
Palpasi : -
Perkusi : -
Ektremitas Superior : Edema -/- parese -/- tremor +/+
Inferior : Edema -/- parese -/- tremor +/+
2. Status Neurologis :
Nervus I-XII : -
Gejala rangsang meningeal : -
12
Gejala TIK meningkat : -
Refleks fisiologis : -
Refleks patologis : -
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Autoanamnesis
Os merasa sulit untuk memulai tidur dan mudah terganggu saat tidur
sehingga terbangun lebih cepat dan memiliki waktu tidur yang minimal
setiap harinya (1-3 jam)
Os mulai merasakan gangguan tidur saat obat untuk mengobati keluhan
susah tidur Os sejak 1,5 tahun yang lalu sudah habis.
Obat yang dikonsumsi Os setiap hari adalah alprazolam 2 mg 2x1 dan
diazepam 1x2.
Os juga mengonsumsi alkohol dan narkotika sejak 5 tahun yang lalu.
Jenis Zat Awal
Penggunaan
Cara
Penggunaan
Frekuensi Jumlah
Konsumsi
Terakhir
Menggunakan
Diazepam 1,5 tahun yang
lalu (awal tahun
2014)
Ditelan 2 x sehari 1 tablet 20 Juli 2015
Alprazolam 1,5 tahun yang
lalu (awal tahun
2014)
Ditelan 1 x sehari 2 tablet 20 Juli 2015
Alkohol 5 tahun yang
lalu
Diminum 1-2x sebulan 2-3 botol Januari 2015
Sabu 5 tahun yang
lalu
Dihisap 5x - Mei 2011
13
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F.19 (gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya.
Aksis II : Gangguan kepribadian dissosial
Aksis III : None
Aksis IV : None
Aksis V : 70 – 61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
None
2. Psikologik
Os tampak terawat, kontak psikis wajar dan dapat dipertahankan, afek
hipertym, empati dapat dirabasakan, daya ingat jangka panjang dan
pendek baik, tidak terdapat halusinasi, tidak terdapat preokupasi dan
waham, pengendalian impuls tidak terganggu, tilikan derajat 1 dan
dapat dipercaya.
3. Sosial keluarga
Pasien tidak mempunyai masalah keluarga.pasien bukan orang yang
mudah bergaul di kalangan sosial.
14
VIII. RENCANA TERAPI
Psikofarmako :
- Alprazolam 1mg 2x1 (1-0-1)
- Diazepam 5mg 1x1 (1-0-0)
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
Religius : Bimbingan/ceramah agama dan ibadah
Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium darah dan urine napza
- Tes psikologi
IX. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
Ciri kepribadian : dubia ad bonam
Riwayat herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pola keluarga : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad bonam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologi : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam
Kesimpulan : dubia ad bonam
15
X. DISKUSI
Dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III), Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
dikelompokkan dalam F1. Kelompok ini berisi gangguan yang bervariasi luas dan
berbeda keparahannya (dan intoksikasi tanpa atau dengan komplikasi, penggunaan
yang merugikan, sindrom ketergantungan, keadaan putus zat, sampai gangguan
psikotik yang jelas dan demensia), dan semua itu diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter) (1).
Zat psikoaktif yang digunakan dinyatakan oleh karakter ketiga (yaitu dua digit
pertama setelah huruf F), sedangkan karakter keempat dan kelima khusus untuk
keadaan klinis. Untuk praktisnya, semua zat psikoaktif disebutkan lebih dahulu,
baru diikuti oleh karakter keempat dan kelima, namun dengan catatan tidak semua
kode pada karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk semua jenis zat.
Adapun ikhtisar dari F1 ini adalah sebagai berikut (1):
F10,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F11,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan oploida
F12,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk
kafein
F16,- Gangguan mental dan perilaku akibatpenggunaan halusinogenika
16
F17,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap
F19,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya
Karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk menentukan kondisi klinis
sebagai berikut:
F1x.0 intoksikasi akut
00 Tanpa komplikasi
01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
02 Dengan komplikasi medis lainnya
03 Dengan delirium
04 Dengan distorsi persepsi
05 Dengan koma
06 Dengan konvulsi
07 Intoksikasi patologis
F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful)
F1x.2 Sindrom Ketergantungan
20 Kini abstinen
21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung
22 Kini dalam pengawasan kiinis atau dengan pengobatan pengganti
17
(ketergantungan terkendali)
23 Kini abstinen tetapi mendapat terapi aversi atau obat penyekat(“blocking
drugs”)
24 Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
25 Penggunaan berkelanjutan
26 Penggunaan episodik (dipsomania)
F1x.3 Keadaan putus zat
30 Tanpa komplikasi
31 Dengan konvulsi
F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium
40 Tanpa konvulsi
41 Dengan konvulsi
F1x.5 Gangguan psikotik
50 Lir-skizofrenia
51 Predominan waham
52 Predominan halusinasi
53 Predominan polimorfik
54 Predominan gejala depresif
55 Predominan gejala manik
56 Campuran
F1x.6 Sindrom amnesik
18
F1x.7 Gangguan psikotik residual dan onset lambat
70 Kilas balik (flashback)
71 Gangguan kepribadian atau perilaku
72 Gangguan afektif residual
73 Demensia
74 Hendaya kognitif menetap lainnya
75 Gangguan psikotik onset lambat
F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya
F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan berdasarkan
kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita mengalami
gangguan psikotik akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat
psikoaktif lainnya (F19). Kriteria diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu
adanya riwayat penderita dalam penggunaan zat yang bercampur baur untuk
mengatasi keluhan susah tidur dari pasien.
Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan Insomnia Non- Organik.
Namun pada insomnia non- organik waktu keluhan hanya berkisar hari sedangkan
pada kasus sudah selama 1,5 tahun dengan penggunaan obat yang terus menerus.
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau
menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri
maupun orang lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola
19
penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak.
Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung
jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai
orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik
berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan
dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat.
Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan
zat (contoh: berkelahi karena mabuk) (2).
Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan
manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan
yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal tersebut
merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada
obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan tersebut (2).
Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan
ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya. Seseorang
dapat dikategorikan mengalami substance dependence / ketergantungan obat-
obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini (3):
Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan
atau penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih
hal-hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan (3):
1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:
a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba
atau mencapai intoksikasi.
20
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama
dari zat.
2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a. sindroma withdarwal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari gejala
withdrawal zat).
b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau menghindari
gejala-gejala withdrawal.
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati
batas pemakaiannya.
4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau mengendalikan
pemakaian zat.
5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. Mendatangi
berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat
(merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-efeknya.
6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau
dikurangi karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-problem
fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat
tersebut.
Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis,
meliputi (4):
a. Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan
stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku). Stimulasi
21
kognitif tampak pada individu yang selalu membanyangkan, memikirkan dan
merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasi afektif adalah
rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang
pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari
stimulasi kognitif dan afektif. Dengan demikian ketergantungan psikologis
ditandai dengan ketergantungan pada aspek-aspek kognitif dan afektif.
b. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan
kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampu dihambat atau
dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya. Dengan demikian orang
yang mengalami ketergantungan secara fisiologis akan sulit dihentikan atau
dilarang untuk mengkonsumsinya. Os termasuk dalam tipe ketergantungan ini,
saat tidak mengonsumsi dekstro Os akan merasa mual, muntah dan gejala putus
zat lainnya.
Os dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan Alprazolam 1
mg 2x sehari dan diazepam 5 mg 1x sehari. Alprazolam merupakan obat anti
cemas yang termasuk kelas zat psikotropika benzodiazepine. Alprazolam
memiliki sifat yang sama dengan golongan benzodiazepine lainnya, yaitu
berikatan pada reseptor GABA. Beberapa efek dari Alprazolam adalah anti cemas,
hipnotik (membuat ngantuk), pelemas otot rangka, anti kejang, dan memiliki efek
amnestik (kemampuan membuat orang lupa terhadap sesuatu). Diazepam adalah
obat penenang di kelas benzodiazepin Diazepam termasuk dalam golongan
psikotropika, pada kasus ini indikasinya sebagai obat sedatif-hipnotic.
22
Prognosis untuk Os adalah dubia ad bonam, karena dilihat dari diagnosis
penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, stressor psikososial yang buruk,
pendidikan, pola keluarga, perkawinan, ekonomi, pengobatan psikiatrik, serta
dengan diketahuinya penyebab dari gejala tersebut.
Pada Os ini juga diperlukan psikoterapi dan rehabilitasi bertujuan untuk
menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan
keseimbangan adaptatif berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa
menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-stressor baru,
dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan Os.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal, Jakarta: penerbit Erlangga.
3. Maramis WF. Petunjuk Pemeriksaan Psikiatrik. Surabaya : Airlangga University Press, 1976.
4. John W. Santrock, 1999. Psychology: Paperback, Student Edition of Textbook. Philadelphia: Mc Graw Hill
24