makalah_dugong

20
KONSERVASI SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Sifat Kharakteristik Dugong dan Cara Pelestarian sebagai Salah Satu Spesies yang Terancam KeberadaannyaDisusun Oleh : LELY LUTFITASARI 115080601111021 FAHREZA OKTA S. 115080601111031 MAMIK MELANI 115080601111033 MUHAMMA SAIFUL A. 115080601111043 AHMAD ZAIN N. 115080601111047 LILIK ARTI W. 115080601111049 ZULFAN KHAIDAR 115080601111050 MUHAMMAD ALI Y. 115080601111055 JEFRI TRI S. 115080601111058 RIVIA RELEN 115080601111060 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Upload: melani-mamik

Post on 22-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Dugong

TRANSCRIPT

KONSERVASI SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

“Sifat Kharakteristik Dugong dan Cara Pelestarian sebagai Salah

Satu Spesies yang Terancam Keberadaannya”

Disusun Oleh :

LELY LUTFITASARI 115080601111021

FAHREZA OKTA S. 115080601111031

MAMIK MELANI 115080601111033

MUHAMMA SAIFUL A. 115080601111043

AHMAD ZAIN N. 115080601111047

LILIK ARTI W. 115080601111049

ZULFAN KHAIDAR 115080601111050

MUHAMMAD ALI Y. 115080601111055

JEFRI TRI S. 115080601111058

RIVIA RELEN 115080601111060

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

berhasil menyelesaikan Makalah tepat pada waktunya yang berjudul

“Sifat Kharakteristik Dugong dan Cara Pelestarian sebagai Salah

Satu Spesies yang Terancam Keberadaannya”.

Makalah ini berisikan tentang adanya Spesies Dugong yang

berstatus rentan terhadap kepunahan. Sehingga kondisi tersebut

mengharuskan diadakannya sebuah upaya yang dapat melindungi

Spesies Dugong dugon agar tidak mengalami kepunahan. Upaya yang

dilakaukan adalah dengan membuat konservasi.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami

sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis,

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PENDAHULUAN 3

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menururt Marsh (1997) Mamalia merupakan salah satu kelas hewan

yang mendiami lautan. Ciri khas dari kelas mamalia adalah adanya

kelenjar mammae yang digunakan untuk menyusui anaknya. Anggota

dari kelas ini yang hidup di lautan diantaranya adalah paus dan lumba-

lumba (cetacea), sapi laut (sirenia), pinnipedia dan karnivora. Ordo Sirenia

(sapi laut) adalah mamalia laut herbivora berukuran besar. Salah satu

spesies dari ordo sapi laut adalah dugong. Spesies ini hidup di daerah

perairan pantai tropis, tepatnya di padang lamun. Hal tersebut

dikarenakan makanan dari dugong adalah lebih dari 90% lamun dan

sisanya adalah beberapa jenis algae (seaweed).

Spesies ini berstatus rentan terhadap kepunahan dalam IUCN Red

List of Threatened Animals. Di Indonesia, pada tahun 1970 populasi

dugong mencapai 10.000 ekor. Pada tahun 1994, populasi hanya tinggal

1.000 ekor. Status tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

pencemaran pada habitat, penangkapan, kecelakaan dan sebagainya.

Kondisi tersebut mengharuskan diadakannya sebuah upaya yang

dapat melindungi dugong agar tidak cepat menjadi punah. Upaya yang

dilakukan untuk melindungi suatu spesies ataupun ekosistem disebut

konservasi. Konservasi dugong dapat dilakukan dengan tiga pendekatan,

yaitu pendekatan ekologi, sosial budaya dan ekonomi, dan mekanisme

yang tepat adalah konservasi ex-situ. Sebagai contoh, Indonesia

melakukan konservasi ex-situ dugong, salah satunya di Sea World

Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol (SWI-TIJA), Jakarta yang

menggunakan akuarium raksasa untuk merawat dugong. Konservasi ex-

situ suatu spesies dapat dilakukan karena adanya pengetahuan mengenai

kondisi lingkungan, makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Oleh karena

itu, diperlukan berbagai studi mengenai dugong (Diana, 2007).

Salah satu studi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan

konservasi adalah tingkah laku. Tingkah laku dugong membantu dalam

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 4

pengambilan berbagai keputusan pada konservasi ex-situ, seperti bentuk

kolam, makanan, dan sebagainya. Penelitian tentang tingkah laku dugong

yang dilakukan berkaitan dengan makanan, pola makan, kondisi

lingkungan, karakteristik suara dan sebagainya. Dugong berkomunikasi

dengan mengeluarkan suara berupa decitan halus. Suara tersebut terkait

dengan tingkah laku yang dilakukan oleh dugong tersebut. Keterkaitan

antara karakteristik suara terhadap tingkah laku dugong, dapat dijadikan

sebagai acuan informasi dalam tindakan-tindakan yang terkait dengan

konservasi mamalia laut tersebut, baik di ekosistem alami maupun

ekosistem buatan (Anderson dan Barclay, 1995).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari pembuatan makalah mengenai dugong

adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan dugong?

2. Bagaimana perkembangbiakan dugong?

3. Bagaimana tingkah laku dugong?

4. Apa sajakah ancaman yang dapat mengganggu keberadaan

dugong?

5. Bagaimana cara melestarikan dugong?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai dugong adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dugong

2. Untuk mengetahui perkembiakan dugong

3. Untuk mengetahui tingkah laku dan cara makan dugong

4. Untuk mengetahui ancaman yang dapat mengganggu

keberadaan dugong

5. Untuk mengetahui cara melestarikan dugong

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | TINJAUAN PUSTAKA 5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Dugong

Klasifikasi dugong menurut Marsh (1997)adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Sirenia

Famili : Dugongidae

Marga : Dugong

Spesies : Dugong dugon

Dugong memiliki panjang tubuh berkisar antara 240-406 cm dengan

berat 230-908 kg. Warna kulit dugong bervariasi, tetapi biasanya

berwarna kelabu dan beberapa lebih terang. Kulit dugong tebal, keras,

berkerut dan ditutupi bulu-bulu kecil. Lengan depan termodifikasi menjadi

sirip pektoral dengan panjang 35-45 cm, yang digunakan sebagai

pendorong pada dugong muda. Dugong dewasa bergerak dengan

menggerakkan ekor dengan sirip berfungsi sebagai pengatur arah.

Gambar 1. Dugong

2.2 Persebaran Dugong

Dugong hidup di daerah perairan pesisir tropis dan subtropis dari

Afrika Timur menuju perairan Indo Pasifik di Kepulauan Solomon dan

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 6

Vanuatu, secara melintang bentang sebaran dugong terletak antara 26°

Lintang Utara dan 27° Lintang Selatan. Distribusi dugong berada di

perairan lebih dari 40 negara.

Gambar 2. Peta Persebaran Dugong

Makanan utama dugong adalah lamun. Menurut penelitian, lebih

dari 90% isi perut adalah lamun dan sisanya adalah beberapa jenis alga

(seaweed). Adapun jenis-jenis lamun yang disukai adalah Halodule

uninervis, H. pinifolia, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, H.

spinulosa, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Thalassia hemprichii dan

Zostera capricorni (Marsh, 1997).

Berdasarkan data tahun 1994, populasi Dugong di Indonesia

diperkirakan sekitar 1.000 ekor dan tersebar disepanjang hamparan lamun

di Indonesia diantarannya :

1. Sumatera ( Riau, Bangka dan Kepulauan Belitung)

2. Jawa ( Taman Nasional Ujung Kulon, pantai Cilegon, Pantai

Labuhan, Cilacap bagian selatan, Segara Anakan, dan

Blambangan(Banyuwangi) bagian tenggara)

3. Kalimantan ( Teluk Balikpapan, Kotawaringin, Kepulauan Karimata,

Teluk Kumai, Kepulauan Derawan)

4. Sulawesi ( Sulawesi Utara- Arakan Wawontulap, Kepulauan

Bunaken, Sulawesi tengah-kepulauan Togian, Wakatobi dan

Taman Nasional Takabonerate)

5. Bali (Bali Selatan ; pantai Uluwatu and Padang-padang)

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | TINJAUAN PUSTAKA 7

6. Nusa Tenggara Timur (NTT) (Sikka, Semau, Sumba, Lembata and

Kepulauan Flores, Teluk Kupang, dan Taman nasional Pulau

Komodo)

7. Maluku (Kepulauan Aru termasuk Aru Tenggara Marine reserve,

Kepulauan Lease (Haruku, Saparua, Nusa Laut, Seram, and

Halmahera bagian selatan (Syamsudin pers comm. 2001)

8. Papua Barat (Kepulauan Biak dan Padaido, Sorong, pesisir Fakfak,

Taman nasional Teluk Cendrawasih dan Taman nasional Wasur)

Tingkat reproduksi Dugong sangat rendah, populasi alamiah

dugong hanya bertambah 5% pertahunnya. Ini dikarenakan pada Spesies

Dugong hanya melahirkan 1 ekor anak setiap 9-10 tahun (Skalalis, 2007).

Dan ketidakadannya ketersediaan makanan Dugong kurang, Dugong

akan menunda musim kawin. Dugong betina tertua yang pernah

ditemukan diperairan Indonesia diperkirakan berumur 73 tahun.

Bagian mulut menunjukkan bahwa dugong adalah pemakan dasar.

Kepala dugong bulat dan besar, sehingga dapat disesuaikan dengan

kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan. Hidung ke bawah

sehingga moncongnya mendatar. Pada bagian moncong (rostrum)

terdapat penebalan kulit. Bulu-bulu pada hidung tumbuh dengan baik dan

diperkirakan sebagai sensor lokasi lamun. Gigi premaxilla dugong lebih

besar, panjang dan tinggi. Lambung dugong mempunyai banyak bakteri

untuk menghancurkan dinding sel lamun. Panjang usus dewasa

mencapai 30 meter (Azkab, 1998).

Dugong mempunyai kebiasaan makan yang rakus, dugong dewasa

dapat menghabiskan 25-30 kg lamun basah tiap harinya. Dugong yang

terdapat di Ancol menghabiskan 30-40 kg lamun basah tiap harinya dan di

kolam penampungan di Australia dapat menghabiskan 50-55 kg lamun

basah per hari.

2.3 Karakteristik Suara Dugong

Dugong berkomunikasi melalui decitan halus atau seperti kicauan

burung yang memiliki kisaran frekuensi sekitar 3-18 kHz dengan durasi 6

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 8

detik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu tingkah laku terestrial atau

untuk melindungi anaknya. Selain itu, dengan mengeluarkan suara,

dugong dapat saling berkomunikasi. Dugong juga berkomunikasi dengan

mengeluarkan suara bergetar dengan frekuensi lebih dari 740 Hz, dalam

batas 3-18 kHz dengan durasi 4 menit (khalifah, 2011).

Suara dugong memiliki 2-4 harmoni, bahkan dapat lebih dari itu.

Dugong juga berkomunikasi melalui salakan yang lebih keras dengan

frekuensi 500-2.200 Hz dengan durasi 3-12 detik. Para ilmuwan meyakini

bahwa dugong menghasilkan suara-suara tersebut dari bagian depan

kepalanya, lebih tepatnya pada bagian larynx.

Secara umum, setiap hewan mengeluarkan suara untuk

keberlangsungan kehidupannya. Suara tersebut digunakan untuk mencari

makan, melindungi wilayahnya dan sebagainya. Oleh karena itu, suara

yang dihasilkan sangat berkaitan dengan tingkah laku hewan tersebut.

Dugong mengeluarkan suara dalam berbagai tingkah lakunya.

Sebagian besar suara yang dikeluarkan oleh dugong digunakan untuk

berkomunikasi dan mempertahankan wilayahnya. Suara dugong untuk

berkomunikasi dibagi manjadi 3 yaitu: chirp, trill dan bark. Chirp memiliki

kisaran frekuensi sekitar 3-18 kHz, trill dengan frekuensi lebih dari 740 Hz

dalam batas 3-18 kHz dan bark dengan frekuensi 500-2.200 Hz (Anderson

and Barclay, 1995).

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PEMBAHASAN 9

3. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Dugong

Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan

duyung dan putrid duyung. Dugong adalah satwa mamalia yang hidup

diperairan laut dangkal yang makanannya boleh dikatakan eksklusif lamun

(seagrass). Nama ilmiahnya adalah Dugong dugon.

Dugong adalah anggota dari kelas mammalia yang hidup di laut.

Dugong berasal dari Famili Dugongidae, yang hanya terdiri dari 2 spesies

dan satu spesies lainnya telah punah (Hydrodamalis gigas).

Dugong kadang-kadang berada dalam posisi seperti berdiri dengan

kepala berada diatas air untuk bernafas. Karena gerakannya dugong

lambat, dugong sering menjadi mangsa hiu besar, buaya, dan paus

pembunuh. Dugong berenang dengan kecepatan 10 km/jam hingga 22

km/jam (Khalifah, 2011).

3.2 Perkembangbiakan Dugong

Dugong tumbuh sebagai hewan pemakan lamun (seagrass).

Panjang dugong di perkirakan sampai 3 meter dan berat sampai 400 kg.

Dugong memiliki semacam rambut yang tumbuh di sekitar mulut (mirip

kumis kucing). Penyebaran dugong ini umumnya sangat tergantung pada

lingkungan perairan dan terutama sumber makanan yang berupa habitat

alami beberapa jenis seagrass seperi Halodule sp., Halophile sp. dan

Syringodium sp yang merupakan makanan alami dugong (Diana, 2007).

Perkembangbiakan dugong lebih mirip mamalia yang semuanya di

lakukan di laut dengan interval kelahiran 3 sampai 7 tahun. Dan semua

anak dugong juga menyusu pada induknya sampai berumur 1 sampai 2

tahun. Dugong mencapai ukuran dewasa setelah berumur 9 tahun dan

umumnya dugong bertahan hingga mencapai umur 20 tahun.

3.3 Tingkah Laku Dugong

Adapun tingkah laku dugong menurut Khalifah (2011) sebagai berikut:

Tingkah Laku Makan

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 10

Tingkah laku makan merupakan kegiatan ketika dugong

mengambil dan memasukkan pakan yang diberikan ke dalam

tubuhnya. Pakan yang diberikan adalah lamun. Dugong

menahan nafas ketika makan sekitar 3-5 menit, setelah itu

dugong akan ke permukaan untuk mengambil nafas.

Tingkah laku makan dasar dugong dimulai dengan

menyelam ke dasar perairan yang didahului gerakan kepala

menunduk ke arah dasar dan dibantu dengan gaya dorong

dari gerakan mengepakkan ekor. Arah penyelaman diatur

oleh kedua tungkai depan. Di dasar dugong melakukan

pencarian dengan menggunakan bibir dan bulu-bulu

disekitarnya untuk mendeteksi keberadaan makanan. Posisi

tubuh dari dugong adalah bagian bibir menyentuh dasar

dengan ekor diangkat dan tubuh membentuk sudut sekitar 30°

dengan dasar.

Ketika memakan lamun yang di dasar, kepala dan

tubuh dugong ditopang oleh kedua tungkai depan dan ekor

menyentuh dasar. Lamun diambil dengan menggunakan gigi

yang kemudian dikunyah untuk memudahkan masuk ke dalam

tenggorokan.

Gambar 3. Tingkah Laku Makan Dugong

Dugong yang merupakan hewan mamalia yang bernafas

dengan paru-paru, sehingga ketika melakukan makan di dasar

harus menahan nafas dan pada waktu tertentu akan

mengambil nafas ke permukaan. Dugong dapat menahan

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PEMBAHASAN 11

nafas selama 3-5 menit selama makan, kemudian akan

mengambil nafas ke permukaan.

Tingkah laku makan dugong dengan lamun diletakkan di

permukaan perairan. Lamun diberikan dengan cara

diletakkan di permukaan air. Tingkah laku makan dengan

pakan di permukaan air diawali dengan berenang ke

permukaan. Posisi kepala menghadap ke permukaan dan

tubuh didorong ke atas oleh gerakan ekor. Makanan di

permukaan diambil dengan menggunakan mulut. Lamun

dikunyah di dalam air. Setelah selesai mengunyah, dugong

kembali ke permukaan untuk mengambil makanan dan terus

berlanjut sampai dugong lelah atau makanan habis.

Berbeda dengan tingkah laku makan di dasar, ketika

melakukan tingkah laku makan di permukaan dugong tidak

melakukan tingkah laku mengambil nafas secara khusus. Hal

ini disebabkan, ketika mengambil lamun di permukaan,dugong

juga sekaligus mengambil nafas dari udara bebas. Selama

melakukan tingkah laku ini, dugong juga melakukan

pergerakan.

Bernafas

Dugong merupakan salah satu dari jenis mamalia,

sehingga dugong bernafas dengan menggunakan paru-paru.

Dugong hidup di dalam air, sedangkanparu-paru tidak dapat

mengambil oksigen yang ada di dalam air. Oleh karena itu,

dibutuhkan adaptasi untuk menghadapi kondisi tersebut.

Dugong harus bergerak ke permukaan untuk bernafas. Proses

tersebut dibantu oleh adanya organ hidung yang berada

bagian depan atas dari kepalanya. Hidung dilengkapi dengan

penutup sehingga ketika menyelam air tidak dapat masuk ke

dalam saluran pernafasan.

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 12

Tingkah laku ini diawali dengan pergerakan dugong ke

permukaan air dengan kepala menghadap permukaan air dan

tubuh didorong oleh gerakan ekor. Dugong mengeluarkan

lubang hidung ke atas permukaan air dan membuka penutup

hidung untuk melakukan pertukaran sisa pernafasan dengan

udara segar. Dugong kembali menyelam dan kembali

bernafas dengan frekuensi tiap 3-5 menit sekali.

Istirahat

Tingkah laku istirahat adalah tingkah laku dugong

melakukan kegiatan berdiam diri. Istirahat dilakukan dalam

beberapa posisi tubuh. Pertama, meletakkan seluruh tubuh di

dasar. Kedua, posisi kepala disandarkan ke bagian dinding

dan ekor di dasar. Ketiga, berdiam diri di kolom perairan.

Tingkah laku istirahat dominan dilakukan pada siang hari

sedangkan malam hari dugong dominan melakukan aktivitas

makan. Dugong termasuk hewan yang aktif di malam hari

(nokturnal), selain itu merupakan hewan yang pemalu

sehingga ketika siang hari banyak pengunjung dugong lebih

banyak berdiam diri.

Jelajah

Jelajah adalah tingkah laku berenang dan menyelam.

Tingkah laku ini dibantu pergerakan ekor untuk gaya

dorongnya, sedangkan pergerakan tungkai depan dan kepala

membantu mengatur arah renang. Bentuk tubuh dugong yang

streamline juga memudahkan pergerakannya di dalam air.

Dugong dapat berenang dengan kecepatan 8-10 km/jam

(Grzimek, 1972).

Tingkah laku jelajah yang dilakukan dugong memiliki

beberapa fungsi, seperti untuk mengambil nafas ke

permukaan saat makan di dasar, untuk mencari makanan,

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PEMBAHASAN 13

untuk menjaga wilayahnya dan sebagainya. Saat berjelajah

terkadang dugong melakukan gerakan badan berputar, hal

tersebut dilakukan untuk membantu proses pencernaan.

Menggaruk

Tingkah laku menggaruk adalah kegiatan dari dugong

yang menggesek-gesekkan badannya ke dasar perairan.

Bagian yang digesekkan didominasi bagian punggung dari

dugong. Dugong melakukan tingkah laku ini untuk membantu

membersihkan tubuhnya dari jamur ataupun bakteri yang

menempel di tubuhnya. Dugong menggosokkan punggungnya

untuk membersihkan dari parasit dan teritip yang menempel.

Tingkah laku ini dominan dilakukan di pagi hari. Hal ini terjadi

karena kotoran dari hari sebelumnya menumpuk di pagi hari,

sebelum dibersihkan oleh petugas (Marsh, 1997).

Flatus

Tingkah laku flatus merupakan kejadian dimana dugong

mengeluarkan gas dari anusnya. Tingkah laku flatus tidak

dilakukan secara khusus, namun tingkah laku ini dilakukan

berbarengan dengan tingkah laku lain. Misal, dugong flatus

ketika beristirahat. Waktu untuk melakukan tingkah laku flatus,

tergantung banyaknya gas yang dikeluarkan.

Selain flatus terus-menerus jika dugong sakit maka dia

akan banyak mengambang di permukaan.

Defekasi (Buang Kotoran)

Sisa pencernaan yang tidak terpakai akan dibuang

berupa kotoran melalui anus. Proses pembuangan kotoran

sisa pencernaan melalui anus ini disebut defekasi. Tingkah

laku defekasi serupa dengan dengan tingkah laku flatus, yaitu

tidak dilakukan secara khusus. Waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan tingkahlaku ini tergantung dari banyaknya kotoran

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 14

yang dikeluarkan. Jika dalam keadaan sehat, maka dugong

akan mengeluarkan kotoran berupa padatan. Jika dalam

keadaan sakit, maka dugong akan mengeluarkan kotoran

berupa cairan (diare).

Gambar 4. Saat Dugong Defekasi

3.4 Beberapa Ancaman yang Mengganggu Keberadaan Dugong

Ada beberapa kemungkinan faktor yang mungkin bertanggung

jawab atas penipisan Spesies Dugong. Ancaman ancaman tersebut

sangat berpengaruh akan keberlangsungan hidup dan keretsediaan

jumlah dari Spesies Dugong. Ancaman tersebut diantaranya termasuk

adanya kegiatan Hunting (perburuan,) Fishery gillnets (penangkapan

dengan menggunakan gillnets atau jaring), Dynamite fishing (memancing

dengan menggunakan dinamit), Habitat destruction and pollution (adanya

gangguan dari habitat dan adanya polusi).

Hunting

Sebelum tahun 1970-an penelitian menunjukkan bahwa

dugongs aktif diburu. Perlu diketahui bahwa kegiatan

perburuan dugong adalah ilegal. Namun, meskipun berburu

tidak lagi dilakukan penelitian mengungkapkan bahwa ketika

dugongs tertangkap di jaring, nelayan (hunter) akan tetap

membunuh dan memakan dugong yang terperangkap dalam

jaring.

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PEMBAHASAN 15

Gambar 5. Penyembelihan Spesies Dugong

Dynamite fishing

Pemakaian dynamite fishing berdampak pada kerusakan

kehidupan laut. Dynamite fishing tampaknya tidak telah

digunakan secara ekstensif sebagai metode tertentu untuk

membunuh Spesies Dugong. Namun, mengingat luasnya

penggunaan yang lebih ada kemungkinan bahwa populasi

Dugong terpengaruh (baik dari dampak fisik ledakan atau

dengan memaksa untuk bermigrasi ke perairan yang lebih

aman).

Habitat Destruction and Pollutant

Limbah industri dan domestik, peningkatan tekanan pada

sumber daya laut dan pengendapan pada perairan sangat

mempengaruhi kehidupan Spesies Dugong. Karena adanya

sedeimentasi atau pengendapan yang berlebih akan membuat

lamun yang merupakan sumber utama makanan dari Dugong

mengalami penutupan. Maka dari itu, adanya sedimentasi harus

dikurangai dari perairan untuk menunjang ketersediannya lamun

sebagai makanan Dugong.

Adanya penurunan populasi Spesies Dugong disebabkan

banyaknya perburuan oleh manusia secara berlebihan untuk

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 16

mendapatkan daging, dua pasang taringnya, serta bagian lainnya yang

dapat dikomersilkan. Di samping itu pencemaran laut dan pengembangan

usaha di pesisir dan daerah litoral yang menjadi sumber makanan dugong

berada. Hal ini tidak sebanding dengan perkembangbiakan Dugong yang

lambat dan jumlah kelahiran yang terbatas. Fakta yang menyebabkan

semakin berkurangnya populasi dugong.

Tabel. Informasi Anacaman pada Spesies Dugong dibeberapa

Negara

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PEMBAHASAN 17

3.5 Pelestarian Dugong

Adapun langkah-langkah untuk mengurangi ancaman terhadap

Dugong adalah sebagai berikut :

a. Tidak membuang sampah di laut dan menggunakan sedikit bahan

kimia.

b. Cobalah untuk " Reduce, Reuse dan Recycle " plastik dan bahan

lainnya yang digunakan.

c. Tidak merusak dan menghancurkan lamun.

d. Tidak melakukan penangkapan terhadap Dugong, merupakan salah

satu jenis biota laut yang dilindungi oleh undang-undang yaitu tertuang

pada Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999. Secara tegas

pemerintah melarang segala bentuk apapun dalam pemanfaatan

Dugong demi keberlangsungan hidup hewan langka ini.

e. Melarang adanya aktivitas penangkapan ikan yang merusak. Tidak

hanya merusak terumbu karang sebagai rumah ikan, penggunaan bom

ikan dapat memicu Dugong menjadi stress dikarenakan suara yang

bising, dan penggunaan racun ikan (potasium sianida) dapat

mengancam kehidupan lamun sebagai satu-satunya sumber makanan

Dugong.

f. Tidak menggunakan kapal bermotor diwilayah jelajah Dugong. Spesies

Dugong merupakan hewan pemalu dan sangat terganggu dengan

suara yang berisik. Hal tersebut dapat mengakibatkan stress bagi

Dugong.

g. Melepaskan Dugong yang tidak sengaja tertangkap sesegera mungkin.

Apabila nelayan secara tidak sengaja mendapatkan Dugong pada

jaring yang ditebar atau dengan alat tangkap lainnya, sangat

diharapkan untuk secepat mungkin melepaskan Dugong yang

tertangkap.Selain Dugong mudah stress dikarenakan panik, hewan laut

ini perlu segera mengambil nafas, dikarenakan organ pernafasannya

menggunakan paru-paru seperti hewan darat lainnya

h. Tidak melakukan penambangan pasir dan membuat bangunan di

sepanjang pantai yang dapat menyebabkan degradasi pantai.

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 18

Pengambilan pasir dan adanya bangunan pantai akan menyebabkan

sedimentasi pada lamun sehingga berdampak pada berkurangnya

persentase penutupan lamun diwilayah tersebut. Hal tersebut secara

langsung dapat mengancam kehidupan lamun sebagai makanan

Dugong

i. Mendorong peran masyarakat dalam Menjaga tempat hidup Dugong

secara bersama-sama untuk turut menjaga potensi laut yang ada dari

aktivitas yang mengancam Dugong.

j. Mendukung pengelolaan laut melalui Kawasan Konservasi Laut Daerah

(KKLD).

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan | PENUTUP 19

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam pembuatan Makalah ini

adalah :

Dugong merupakan Salah satu spesies dari Famili Dugongidae.

Spesies ini hidup di daerah perairan pantai tropis, tepatnya di

padang lamun. Hal tersebut dikarenakan makanan dari dugong

adalah lebih dari 90% lamun.

Dugong mempunyai kebiasaan makan yang rakus, dugong dewasa

dapat menghabiskan 25-30 kg lamun basah tiap harinya. Bagian

mulut menunjukkan bahwa dugong adalah pemakan dasar. Kepala

dugong bulat dan besar, sehingga dapat disesuaikan dengan

kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan. Dugong

bernafas dengan menggunakan paru-paru sehingga Dugong harus

bergerak kepermukaan untuk mengambil oksigen.

Ada beberapa tingkah laku unik yang ditunjukkan oleh Spesies

Dugong diantaranya adalah tingkah laku dalam makan, istirahat,

jelajah, menggaruk,flatus, defakasi atau pembuangan kotoran.

Banyak sekali cara untuk melestarikan Spesies Dugong agar tetap

lestari, salah satunya dengan cara " Reduce, Reuse dan Recycle "

plastik dan bahan lainnya yang digunakan untuk tidak dibuang

dilaut, tidak merusak habitat lamun karena lamun merupakan sumber

makanan bagi Spesies Dugong.

4.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah dengan adanya Makalah ini

diharapkan lebih banyak informasi yang diperoleh akan kondisi Spesies

laut yang rentan akan kepunahan salah satunya adalah Dugong. Dan juga

kita dapat mengetahui tentang sifat dan kharaktristik Dugong sehingga

kita dapat melindungi dan melestarikan agar keberadaanya dapat terjaga

melalui upaya konservasi.

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 20

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P. K. dan R. M. R. Barclay. 1995. Acoustic signals of solitary

dugongs: physical characteristics and behavioral correlates. Journal

of Mammalogy.

Azkab, M. H. 1998. Duyung Sebagai Pemakan Lamun. Bogor: IPB.

Diana, S. 2007. Model Konservasi Dugong. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Grzimek, B. 1972. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. Van Nostrand

Reinhold Company. New York.

Khalifah, Muta Ali. 2011. Tingkah Laku dan Karakteristik Suara Dugong

dugon di Sea World Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.

Marsh, H. 1997. Going, Going, Dugong. Nature Australia Winter.

http://www.wwf.or.id/berita_fakta/blog/?uNewsID=25301.