multiple myeloma dan aspek radiologinya
DESCRIPTION
......TRANSCRIPT
Multiple Myeloma dan Aspek Radiologinya
Pembimbing: dr. Herman W. Hadiprodjo, Sp.Rad
Disusun oleh : Trisnawaty Wijaya (406117053)
DEFINISI
Multiple myeloma adalah keganasan sel B dari sel plasma yang
memproduksi protein imunoglobulin monoklonal. Hal ini ditandai dengan
adanya proliferasi clone dari sel plasma yang ganas pada sumsum tulang, protein monoklonal pada darah atau urin, dan berkaitan
dengan disfungsi organ.
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
1% dari semua keganasan dan 10% dari tumor hematologik. Di Amerika Serikat, insiden multiple myeloma sekitar 3-4 kasus dari 100.000 populasi per tahun, terdapat 14.000 kasus tiap tahunnya. Insidennya 2x lipat orang Afro Amerika dan pada pria. Umur median 65 tahun.
ETIOLOGI
Belum jelasPerubahan kromosom ditemukan
seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan pada 11q.
Paling umum adalah translokasi t (11; 14) (Q13, Q32) dan t (4; 14) (p16, P32), dan kesalahan rekombinasi
juga berpartisipasi dalam jalur transformasi.
Faktor risiko:Umur diatas 65 tahunRas (Bangsa) : paling tinggi orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah orang Amerika keturunan Asia.Jenis Kelamin : Pria > wanita Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS) : MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah.Sejarah multiple myeloma keluarga
ANATOMI
Lokasi predominan: vertebra, tulang iga, tengkorak, pelvis, dan femur.
Perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:
1. Diafisis
2. Metafisis
3. Lempeng epifisis
4. Epifisis
Perkembangan tulang panjang
Secara makroskopis tulang terdiri dari pars spongiosa dan pars kompakta.
Berdasarkan bentuknya, dikelompokkan:
1. Ossa longa (tulang panjang)
2. Ossa brevia (tulang pendek)
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih)
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan)
5. Ossa sesamoid
Perbedaan sel normal dengan sel multiple myeloma:
Sel-sel Darah NormalBerasal dari sel-sel induk (stem cells).setiap type mempunyai pekerjaan khusus:
1. Sel-sel darah putih membantu melawan infeksi.
2. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
3. Platelet-platelet membantu membentuk gumpalan-gumpalan darah yang mengontrol perdarahan.
4. Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi.
Sel-sel Multiple MyelomaPada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati yang dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.Multiple myeloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal disebut sel-sel multiple myeloma yang berkumpul dalam sumsum tulang.Sel-sel myeloma membuat antibodi disebut protein-protein M dan protein-protein lain yang dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-organ.
PATOGENESIS
Tahap patogenesis pertama: munculnya sejumlah sel plasma clonal dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermined significance).
Perkembangan sel plasma maligna diawali perubahan serial gen mengakibatkan penumpukan sel plasma maligna, adanya perkembangan perubahan di lingkungan mikro sumsum tulang, dan kegagalan sistem imun mengontrol penyakit yang melibatkan di dalamnya aktivasi onkogen selular, hilangnya atau inaktivasi gen supresor tumor, dan gangguan regulasi gen sitokin. Keluhan dan gejala berhubungan dengan ukuran massa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek fisikokimia imunologik dan humoral produk yang dibuat dan disekresi sel plasma ini antara lain paraprotein dan faktor pengaktivasi osteoklastik (osteoclastic activating factor/OAF).
PATOFISIOLOGIMultiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian dari kelenjar getah bening dikenal sebagai pusat germinal.Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom keempat belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23 dan 20q11) sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan genomik mengarah ke mutasi dan translokasi.
MANIFESTASI KLINIS LemahNyeri pada tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk) dengan atau tanpa fraktur ataupun infeksi dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.Disestesia pada ekstremitasPerdarahan e.c trombositopenia. Gejala-gejala hiperkalsemia berupa somnolen, nyeri tulang, konstipasi, nausea, dan rasa haus. Sindroma hiperviskositasGejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala.
Nyeri tulang biasanya gejala awal, terdiagnosis setelah mengalami:
- Anemia- Infeksi bakteri berulang- Gagal ginjal
Pemeriksaan fisis
Pucat disebabkan anemiaEkimosis atau purpura tanda dari thrombositopeniGambaran neurologis seperti perubahan tingkat sensori, lemah, atau carpal tunnel syndrome.Amiloidosis seperti makroglossia dan carpal tunnel syndrome. Gangguan fungsi organ visceral seperti ginjal, hati, otak, limpa akibat infiltrasi sel plasma (jarang).
DIAGNOSISBeberapa pemeriksaan darah dalam mendiagnosis penyakit ini:
1. Hitung jenis darah komplit, adanya anemia dan sel darah merah yang abnormal
2. Laju endap sel darah merah (eritrosit) biasanya tinggi, pancytopenia, koagulasi abnormal
3. Kadar kalsium tinggi.4. Elektroforesis protein serum dan
imunoelektroforesis5. Elektroforesis air kemih dan
imunoelektroforesis
STAGINGSalmon Durie staging :Stadium I
Level hemoglobin lebih dari 10 g/dLLevel kalsium kurang dari 12 mg/dLGambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliterProtein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, Costa < 3 g/dL, urine < 4g/24 jam)
Stadium IIGambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III
Stadium IIILevel hemoglobin kurang dari 8,5 g/dLLevel kalsium lebih dari 12 g/dLGambaran radiologi penyakit litik pada tulangNilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, Costa > 5 g/dL, urine > 12 g/24 jam)
Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dLSubklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl
International Staging SystemStadium I
β2 mikroglobulin ≤ 3,5 g/dL dan albumin ≥ 3,5 g/dLCRP ≥ 4,0 mg/dLPlasma cell labeling index < 1%Tidak ditemukan delesi kromosom 13Serum Il-6 reseptor rendahdurasi yang panjang dari awal fase plateau
Stadium IIBeta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5 g/dL, atauBeta-2 microglobulin <3.5g/dL dan albumin <3.5 g/dL
Stadium IIIBeta-2 microglobulin >5.5 g/dL
ASPEK RADIOLOGI
1. Foto polos x-ray
2. CT-Scan
3. MRI
4. Radiologi Nuklir
5. Angiografi
1. Foto polos x-rayGambaran foto x-ray dari multiple myeloma berupa lesi litik multiple, berbatas tegas, punch out, dan bulat pada calvaria, vertebra, dan pelvis.
Film polos memperlihatkan :Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama vertebra disebabkan keterlibatan sumsum pada jaringan myeloma. Fraktur patologis sering dijumpai.Fraktur kompresi pada corpus vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis.Lesi-lesi litik “punch out lesion” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks, menghasilkan massa jaringan lunak.
“punch out lesion”
deformitas dari vertebra L4
fokus litik kecil
lusen di wilayah intertrochanteric dan trokanter mayor
endosteal scalloping
destruktif lesi pada diafisis dan faktur patologis
proses expansile di glenoid
2. CT-Scan
Menggambarkan keterlibatan tulang pada myeloma serta menilai resiko fraktur pada tulang.Diffuse osteopenia dapat memberi kesan adanya keterlibatan myelomatous sebelum lesi litik sendiri terlihat. Pada pemeriksaan ini juga dapat ditemukan gambaran sumsum tulang yang tergantikan oleh sel tumor, osseous lisis, destruksi trabekular dan korteks.
gambaran weighted pada vertebra lumbalis menunjukkan infiltrasi
difus sumsum
Lytic expansile mass dari C5
3. MRI
gambaran MRI berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.
T1-MRI. diffusely mottled marrow menunjukkan adanya diffuse involvement pada sumsum tulang & gambaran fraktur kompresi pada vertebra. V-T10 terdapat focal mass-like lesion menunjukkan plasmacytoma.
T1-MRI. lesi myeloma humerus
T1-MRI. lesi myelomatous predominantly hypointense to
isointense di ruang meduler dari diaphysis
T2-MRI lesi myeloma humerus
4. Radiologi Nuklir
Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) dan belum digunakan rutin, menggunakan radiofarmaka Tc-99m senyawa kompleks fosfat yang diinjeksikan secara intravena.
FDG PET scan dengan difuse yang berat disertai focal disease
5. Angiografi
Tidak spesifik
Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan vaskularisasi.
PATOLOGI ANATOMI
Sel plasma berproliferasi di dalam sumsum tulang memiliki ukuran yang lebih besar 2 – 3 kali dari limfosit, dengan nuklei eksentrik licin (bulat atau oval) pada kontur dan halo perinuklear. Sitoplasma bersifat basofilik.
sitoplasma berwarna biru, nukleus
eksentrik, dan zona pucat perinuclear
(halo)
lembaran sel-sel plasma ganas
DIAGNOSIS BANDING
Metastasis tumor ke tulang disebabkan oleh keganasan primer payudara, paru, prostat, ginjal dan kelenjar gondok. Sebagian besar proses metastasis memberikan gambaran “lytic” yaitu bayangan radiolusen pada tulang.
metastasis tumor payudara ke tulang memberikan gambaran
osteolytic
multiple lytic lesions
TERAPI
PROGNOSIS
Berdasarkan derajat stadium Salmon Durie System sebagai berikut :Stadium I > 60 bulanStadium II , 41 bulanStadium III , 23 bulanStadium B memiliki dampak yang lebih buruk.
Berdasarkan klasifikasi derajat penyakit the International staging system sebagai berikut :Stadium I , 62 bulanStadium II, 44 bulanStadium III, 29 bulan.
Berdasarkan jumlah C-reactive protein (CRP) dan beta-2 microglobulin:Jika kedua protein < 6 mg/L, 54 bulan.Jika salah 1 komponen protein ≤ 6 mg/L, 27 bulan.Jika kedua protein > 6 mg/L, 6 bulan.
Prognosis buruk jika terdapat:Massa tumorHypercalcemiaBence Jones proteinemiaGangguan ginjal (stage B disease ada kreatinin level >2mg/dL saat didiagnosis)
DAFTAR PUSTAKA
Syahrir, Mediarty. Mieloma Multipel dan Penyakit Gamopati Lain. Buku Ajar – Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. Jakarta: 2006. Palumbo,Antonio M.D. and Anderson,Kenneth M.D. Medical Progress Multiple Myeloma. The New England Journal of Medicine, [online]. 2011;364:1046-60 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra1011442Wenqi, Jiang. Mieloma Multipel. Buku Ajar – Onkologi Klinis Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2008. Angtuaco, Edgardo J.C, M.D, et al. Multiple Myeloma: Clinical Review and Diagnostic Imaging. Departement of Radiology and the Myeloma Institute, University of Arkansas, [online]. 2004 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://radiology.rsna.org/content/231/1/11.full.pdf+html
Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Plasma Cell Disorder in Harrison’s – Principles of Internal Medicine 17th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. US: 2008.Besa, Emmanuel C, M.D. Multiple Myeloma. Medscape Reference, [online] 2011 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/204369-overviewBaron, Rolland, DDS,PhD. Anatomy and Ultrastructure of Bone Histogenesis, Growth and Remodelling. Endotext – The most accesed source endocrinology for Medical Professionals, [online]. 2008 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.endotext.org/parathyroid/parathyroid1/parathyroid1.htmlBelch, Andrew R,MD, et al. Multiple Myeloma Patient Handbook. Multiple Myeloma Canada, [online]. 2007 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://myeloma.org/pdfs/PHCanada.pdf
DAFTAR PUSTAKA
Ki Yap, Dr. Multiple Myeloma. Radiopaedia.org, [online]. 2010 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/multiple-myeloma-1Schmaier, Alvin H.,MD, et al. Multiple Myeloma and Plasmacytoma - Hematology for the Medical Student. Lippincott Williams & Wilkins. United States of America: 2003.Vickery, Eric, PA-C. Multiple myeloma: Vague symptoms can challenge diagnostic skill. Journal of the American Academy of Physician Assistans, [online]. 2008 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.jaapa.com/multiple-myeloma-vague-symptoms-can-challenge-diagnostic-skills/article/121750/Reyna, Rolando. Lytic Lesion in Multiple Myeloma – Radiology Teaching Files. MyPACS.net, [online]. 2005 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.mypacs.net/cases/LYTIC-LESIONS-IN-MULTIPLE-MYELOMA-1664181.html
DAFTAR PUSTAKA
______. Guidelines on the Diagnosis and Management of Multiple Myeloma. UK Myeloma Forum, [online]. [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.ukmf.org.uk/guidelines/gdmm/context.htmKumar, Cotran, Robbins. Mieloma Multipel dan Gangguan Sel Plasma Terkait – Buku Ajar Patologi Edisi 7, Robbins volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2004.Brant, William E.,et al. Fundamentals of Diagnostic Radiology – 2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2007. Berquist, Thomas H. Musculoskeletal Imaging Companion. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
DAFTAR PUSTAKA
______. Cardiothoracic Pulmonary Imaging Correlation Conference – Case of the Week. Virginia Commonwealth University Health System, [online]. 2009 [cited 2012 Oktober 15]. Available from: http://www.vcuthoracicimaging.com/Historyanswer.aspx?qid=9&fid=1 ______. MRI of Multiple Myeloma. Science Photo Library, [online]. [cited 2012 Oktober 16]. Available from: http://www.sciencephoto.com/images/download_lo_res.html?id=771340876Michael Mulligan, MD. Multiple Myeloma Imaging. Medscape Reference, [online] 2011 [cited 2012 Oktober 17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/391742-overview
DAFTAR PUSTAKA
TERIMA KASIH