pendahuluan_mariaaaaaaa
DESCRIPTION
Anatomi akar dikotilTRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan
bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Walaupun memiliki sumbangan yang sangat penting, sering kali akar tidak
diperdulikan karena tidak tampak (Gardner et al., 1991).
Akar berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah–tanah disekitar
tanaman, sistem akar yang baik adalah kunci untuk menghasilkan tanaman yang
baik, rasio akar dan pucuk adalah suatu metode pengukuran yang membantu kita
untuk mendata tingkat kesuburan tanah (Baluska et al., 1995).
Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Kini, tanaman ini tersebar di
berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman Mangga dapat tumbuh
dengan baik di dataran rendah dan berhawa panas. Akan tetapi, ada juga yang
dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas
permukaan laut. Batang pohon Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal
dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun.
Warna kulit batang yang sudah tua biasanya coklat keabuan sampai hitam. Pohon
Mangga yang berasal dari biji pada umumnya tegak, kuat dan tinggi sedangkan
yang berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang membentang.
Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan, atau
kekuningan yang kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah
atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau
muda. Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai
panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya bertaju 5.
2
Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk
yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat
telur, hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit buah
agak tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila masak.
Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau tidak,
manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji
berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan
berserat. Biji ini terdiri dari, ada yang monoembrional dan ada pula yang
poliembrional (Rukmana,1997)
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat susunan anatomis
akar dikotil yang umumnya dari luar ke dalam terdiri dari barisan-barisan
epidermis yang ada.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti pra praktikal di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Program
Studi Agroekoteknologi, Universitas Sumatera Utara. Dan juga sebagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Adapun klasifikasi botani tanaman mangga menurut AAK (1991) adalah
sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi:
Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Famili : Anacardiaceae;
Ordo: Sapindales; Genus: Mangifera; Spesies: Mangifera indica L.
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini
tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang
sangat halus. Akar tunggang tumbuh lurus kebawah (AAK, 1991)
Pohon mangga mempunyai batang tegak, bercabang agak kuat, daun lebat
dan membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Pohon
mangga yang berasal dari biji pada umumnya tegak, kuat dan tinggi, sedang yang
berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabangnya membentang
(Pracaya, 1997).
Mangga berdaun tunggal, tanpa anak daun penumpu. Panjang tangkai daun
bervariasi antara 1,25-12,50 cm. Panjang daun 8-40 cm, Lebar 2-12,5 cm. Jumlah
tulang daun 18-30 buah. Aturan letak daun pada batang (phillotaxy) biasanya3/8,
tetapi makin mendekati ujung letaknya sangat berdekatan sehingga tampak seperti
dalam lingkaran (Pracaya, 2004)
Bunga tanaman mangga merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam
rangkaian tandan berbentuk kerucut (segitiga). Panjang tandan/malai antara 10-40
cm. Bunga muncul dari ujung tunas, musim berbunga tidak serentak dalam satu
pohon, akan tetapi bunga muncul pada musim kemarau dan pada akhir musim
hujan dengan musim besar Maret-April, dan musim kecil November-Desember.
4
Bentuk bunga seperti bintang, berwarna kuning muda, tangkai berwarna kuning
muda semburat merah, jumlah kelopak 5 helai, mahkota bunga 5 helai, benag sari
5 helai, warna kepala putik warna kuning kemerahan. Sifat bunga menyerbuk
sendiri, lamanya bunga muncul hingga panen antara 3,5-4 bulan. Jumlah bunga
yang menjadi buah dari setiap tandan 1-3 buah (Simatupang et al., 2009)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman mangga dapat ditanam di dataran rendah sampai menengah
dengan ketinggian 0-600 m di atas permukaan laut, rata-rata curah hujan 1.000-
1.500 mm/tahun, dan kecepatan angin tidak terlalu cepat.Mangga yang ditanam di
dataran rendah dan menengah dapat menghasilkan buah yang lebih banyak dan
lebih bermutu dari pada dataran tinggi (Ulifa, 2007)
Temperatur optimum untuk pertumbuhan tanaman mangga adalah 24-270,
pada temperatur ini pertumbuhannya menjadi baik dan hasilnya bagus, Pada
temperatur maksimum 42-440°C, tanaman masih dapat hidup, tetapi produksi
tidak seperti yang diharapkan (Pracaya, 1997).
Pertumbuhan pohon mangga juga dapat terpengaruh oleh angin. Daerah
yang mempunyai banyak angin kencang mengakibatkan penguapan air dari tanah
lebih cepat, sehingga air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan optimum pohon
mangga menjadi berkurang. Selain itu angin kencang juga dapat menyebabkan
tanaman tumbang (Martulis,1994)
Tanah
Pohon mangga dapat tumbuh pada jenis dan struktur tanah yang berbeda.
Pohon mangga dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran 1000
5
meter dari permukaan laut, tetapi tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai
ketinggian 300 meter (Martulis, 1994)
Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis
tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman
mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, drainasenya
baik, dan pH optimum antara 5,5-6,0. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh
baik terhadap kualitas buah (Rukmana, 1997).
Tanaman mangga yang ditanam di daerah berpasir, kualitas buahnya
kurang baik, rasa buah menjadi hambar seperti air. Tanah semacam itu sering
mengakibatkan tanaman menjadi kekurangan air karena air mudah sekali meresap
ke lapisan yang lebih dalam. Jadi mangga dapat hidup dengan baik dan cepat
berproduksi pada tanah yang bertekstur ringan (tanah lempung berpasir) sampai
tanah berat (tanah lempung atau tanah liat) (Sihotang, 2012).
Struktur Anatomi Akar Dikotil
Apabila akar primer dipotong melintang maka dari potongan ini dari luar ke
arah dalam dapat dijumpai adanya epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele.
Epidermis tersusun dari selapis sel dan merupakan lapis terluar batang. Epidermis
mempunyai stomata dan menghasilkan berbagai tipe trikoma. Sel epidermis
biasanya berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel,
dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin. Derivat epidermis yang dapat
dijumpai adalah stomata, trikoma, sel silika dan sel gabus. Stomata kelak
berkembang menjadi lentisel (Febriani, 2013).
Korteks merupakan lapisan yang tersusun atas beberapa lapis sel yang
berdinding tipis. Didalam korteks terdapat ruang-ruang antar sel yang berfungsi
6
untuk proses pertukaran gas. Korteks terdapat disebelah dalam epidermis,
berbentuk cincin dari sel-sel parenkima dan berfungsi untuk cadangan makanan
(Raven et al., 2008).
Endodermis berfungsi untuk mengatur jalannya air dan garam-garam
mineral dari korteks ke silinder pusat. Pada sel endodermis terdapat bagian yang
berbentuk seperti pita yang disebut pita kaspari. Pita kaspari berfungsi untuk
menghalangi lewatnya cairan dari dalam tanah melalui dinding sel, sehingga
cairan mengalir melalui sitoplasma (Taggart, 2000).
Stele merupakan daerah di sebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas
perikambium, parenkim, dan berkas pengangkut. Berdasarkan tipe berkas
pengangkut, ada tidaknya empelur, dan jendela daun maka stele dapat dibagi
menjadi protostele, sifonostele, diktiostele, eustele, dan ataktostele. Stele
merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengangkut
beserta jaringan dasar pendukungnya (misalnya empelur, perisikel, jaringan
interfasikular), baik tersusun secara sederhana maupun kompleks (Setjo et al., 1999).
Xylem (pembuluh kayu) meliputi trachea dan tracheid dan berfungsi
mengangkut bahan mineral dan air dari akar sampai daun. Floem berfungsi
mengangkut bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah, jelasnya dari daun ke
bagian organ lainnya, seperti batang, akar, atau umbi. Xylem dan floem
membentuk berkas pengangkutan (Kartasapoetra, 1991).
Bagi tumbuhan akar memiliki beberapa kegunaan, antara lain: untuk
menyerap air dan zat hara (mineral), tumbuhan memerlukan air dan zat hara untuk
kelangsungan hidupnya, menunjang berdirinya tumbuhan, Akar yang tertancap ke
7
dalam tanah berfungsi seperti pondasi bangunan, sebagai alat pernapasan dan
Sebagai penyimpan makanan cadangan (Titrosoepomo, 2007).
Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar,
ujung akar, dan tudung akar. Sedangkan secara anatomi (struktur dalam) akar
tersusun atas epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat.
(Campbell et al., 2003).
Fungsi masing-masing struktur akar dikotil yaitu, Epidermis berfungsi
sebagai pelindung sel-sel dibawahnya. Korteks berfungsi untuk tempat
penyimpanan cadangan makanan. Endodermis berfungsi untuk mengatur jalannya
air dan garam-garam mineral dari korteks ke silinder pusat. Stele merupakan
sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengangkut beserta jaringan
dasar pendukungnya. Berkas pengangkutan terdiri atas xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut bahan mineral dan air dari akar sampai daun. Floem
berfungsi mengangkut bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah.
(Tjitrosomo, 1983).
Perbedaan antara akar dikotil dan akar monokotil adalah kar dikotil
memiliki akar tunggang dengan akar lateral, sedangkan akar monokotil memiliki
sistem akar adventif, ketiadaan akar tunggang.akar monokotil tidak memiliki
pertumbuhan sekunder, sedangkan akar dikotil memiliki dua fase pertumbuhan.
Dalam pertumbuhan sekunder akar dikotil memiliki kambium vaskular dan
kambium gabus, yang berasal dari sel-sel Perisikel dan jaringan penghubung,
sedangkan akar monokotil kekurangan mereka. Akar monokotil memiliki empulur
yang signifikan di tengah, tapi dikotil memiliki baik empulur sangat kecil
dibandingkan dengan empulur monokotil atau tidak memiliki empulur. Karena
8
pertumbuhan kambium vaskular, ketebalan meningkat pada akar, tapi dimensi
lateral akar monokotil tidak meningkat ( Setjo et al., 1999).
9
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan,
pada hari Jumat, Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Sumatera Utara
Medan, pada hari Jumat tanggal 03 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Gabus ubi kayu
(Manihot utilissima Pohl.) sebagai media yang membantu mengiris bahan dan
akar mangga (Mangifera indica L.) sebagai bahan pengamatan, dan air untuk
membasahi preparat saat akan melakukan pengamatan.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop untuk
membantu pengamatan, pisau silet untuk mengiris bahan, deck glass sebagai
penutup preparat, dan preparat sebagai meja obyek, dan pipet tetes untuk
meneteskan air pada preparat.
Prosedur Kerja
- Diambil setiap bahan yang tidak begitu besar dan belum rusak
- Diambil gabus ubi kayu dan dibelah dua dengan pisau silet
- Dimasukkan bahan akar tanaman yang akan dilihat bentuk anatominya
- Diiris halus (gabus dan bahan). Irisannya (hanya irisan bahan akar
mangga) diletakkan di atas meja preparat, ditambahkan setetes air, dan
ditutup dengan deck glass.
- Dibandingkan hasil pengamatan dengan preparat abadi.
- Digambar semua obyek dengan perbesaran 10 x 10 dan beri keterangan
lengkap.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar Objek Pengamatan Praktikum Akar Dikotil Pada Tanaman
Mangga (Mangifera indica L.)
Keterangan :
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Korteks
4. Xylem
5. Floem
Gambar 2. Objek Pengamatan Preparat Abadi Akar Dikotil Pada Tanaman
Mangga (Mangifera indica L.)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
11
Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Floem
5. Xylem
Pembahasan
Struktur akar dikotil Mangga ( Mangifera indica L.) pada sayatan melintang
akar telihat jaringan- jaringan penyusun dari luar ke dalam adalah epidermis,
korteks, endodermis, perisikel, dan berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem.
Hal ini sesuai dengan literatur Febriani (2013) yang menyatakan bahwa secara
umum, batang dan akar mempunya struktur yang relatif sama, keduannya
memiliki stele dngan xilem dan floem, perisikel, endodermis, korteks dan
epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengangkutnya.
Fungsi masing-masing struktur akar dikotil yaitu : Epidermis berfungsi
sebagai pelindung sel-sel dibawahnya. Korteks berfungsi untuk tempat
penyimpanan cadangan makanan. Endodermis berfungsi untuk mengatur jalannya
air dan garam-garam mineral dari korteks ke silinder pusat. Hal ini sesuai dengan
literatur Tjitrosomo (1983) yang menyatakan bahwa Stele merupakan sistem
jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengangkut beserta jaringan dasar
pendukungnya. Berkas pengangkutan terdiri atas xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut bahan mineral dan air dari akar sampai daun. Floem
berfungsi mengangkut bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah.
12
Perbedaan antara akar dikotil dan akar monokotil adalah akar dikotil
memiliki akar tunggang dengan akar lateral, sedangkan akar monokotil memiliki
sistem akar adventif, ketiadaan akar tunggang. Akar monokotil tidak memiliki
pertumbuhan sekunder, sedangkan akar dikotil memiliki dua fase pertumbuhan.
Dalam pertumbuhan sekunder akar dikotil memiliki kambium vaskular dan
kambium gabus, yang berasal dari sel-sel Perisikel dan jaringan penghubung,
sedangkan akar monokotil kekurangan mereka. Hal ini sesuai dengan literatur
Setjo, dkk (1999) yang menyatakan bahwa Akar monokotil memiliki empulur
yang signifikan di tengah, tapi dikotil memiliki baik empulur sangat kecil
dibandingkan dengan empulur monokotil atau tidak memiliki empulur. Karena
pertumbuhan kambium vaskular, ketebalan meningkat pada akar, tapi dimensi
lateral akar monokotil tidak meningkat.
Prinsip kerja gabus ubi kayu (Manihot utilisima Pohl.), gabus sebagai bahan
yang digunakan untuk mempermudah dalam proses pemotongan akar. Agar akar
yang akan kita amati bisa tersayat setipis mungkin.
13
KESIMPULAN
1. Jaringan penyusun akar dikotil dari luar ke dalam adalah epidermis,
korteks, endodermis, perisikel, berkas pembuluh, dan empelur
2. Lapisan pertama adalah epidermis yang berfungsi untuk melindungi akar
3. Lapisan kedua adalah korteks yang mengandung tepung dan terkadang
Kristal sebagai cadangan makanan.
4. Lapisan ketiga adalah endodermis yang berfungsi untuk mengatur
masuknya air dari tanah ke dalam pembuluh.
5. Lapisan keempat adalah perisikel yang berfungsi untuk melakukan
pembelahan sel dan membentuk cabang akar dan cambium gabus.
6. Lapisan kelima adalah berkas pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem.
Xylem untuk mengangkut air dan mineral dari tanah ke daun dan floem
berfungsi untuk mengangkut makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tanaman.
7. Lapisan keenam adalah empelur yang berfungsi untuk mengatur cadangan
makanan.
8. Prinsip kerja gabus ubi kayu (Manihot utilisima Pohl.), gabus sebagai
bahan yang digunakan untuk mempermudah dalam proses pemotongan
akar. Agar akar yang akan kita amati bisa tersayat setipis mungkin.
14
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1991. Budidaya Tanaman Mangga. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Baluska, F., Ciamporova, M., Gasparikova, O., dan Barlow, PW. 1995. Structure
and function of root. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.
Febriani, W. 2013. Jaringan Pada Akar. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang, Malang.
Gardner, FP., R. Brent., Roger, LM. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indosesia
Kartasapoetara, G.A., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan.
Rineka Cipta. Jakarta
Martulis, 1994. Berkebun Mangga. Karya Anda. Surabaya.
Pracaya, 1989. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
______, 1997. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
______, 2004. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Raven, P.H., Johnson, G.B., Losos, J.B., and Singer, S.R., 2008. Biology Seventh Editition.
Higher Education. San Fancisco.
Rukmana, H. 1997. Budidaya Mangga. Kanisius. Yogyakarta.
Setjo, S., Kartini, E., Saptasari, M., dan Sulisetio, 1999. Anatomi Tumbuhan.
Universitas Negeri Malang. Malang.
Sihotang, A. 2012. Tim Bina Karya Tani Pedoman Bertanam Mangga. Yrama
Widya
Simatupang, A, dkk, 2009. UPT Balai Penelitian dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Medan.
Taggart, R.C. 2000. Plant Structure and Function. Brooks Cole, Australia.
Tjitrosomo, S. S. 1983. Botani Umum 1. Bandung :Angkasa.
Tjitrosoepomo, G., 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.