pengolahan_tapioka

33
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA DITREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN-JAKARTA 2005 Pendahuluan - PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

Upload: yrasaki

Post on 06-Jul-2015

166 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 1/33

 

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN

TEPUNG TAPIOKA

DITREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASILPERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGOLAHAN DAN

PEMASARAN HASIL PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIAN-JAKARTA

2005

Pendahuluan - PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 2/33

 

Singkong (manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Singkong

merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti industri makanan,

farmasi, tekstil dan lain-lain. Industri makanan dari singkong cukup beragam

mulai dari makanan tradisional seperti getuk, timus, keripik, gemblong, dan

berbagai jenis makanan lain yang memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri

makanan, pengolahan singkong, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil

fermentasi singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan

tepung singkong atau tepung tapioka

Foto 1.1: Singkong

Sumber : http://www.iptek.net.id/ind/terapan/images

Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu: pertama; tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang

masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung padamusim, kedua; semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang

menggunakan mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan

dan yang ketiga; full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang

menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang

menggunakan peralatan full otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses

2

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 3/33

 

produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan

menghasilkan tapioka berkualitas.

Selain menghasilkan tepung, pengolahan tapioka juga menghasilkan limbah,

baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat seperti kulit singkong dapat

dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat

digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus,

campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak. Limbah cair dapat

dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair 

pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.

Peluang pasar untuk tapioka cukup potensial baik pasar dalam negeri maupun

luar negeri. Permintaan dalam negeri terutama berasal dari wilayah Pulau Jawa

seperti Bogor, Tasikmalaya, Indramayu. Sementara permintaan pasar luar negeri

berasal dari beberapa negara ASEAN dan Eropa.

Di Indonesia, industri tepung tapioka memiliki asosiasi yaitu Assosiasi Tepung

Tapioka Indonesia (ATTI) yang berpusat di Jakarta. Keberadaan asosiasi ini

belum begitu dirasakan oleh pihak-pihak terkait terutama petani yang tidak dapat

menikmati harga singkong sesuai dengan kesepakatan antara pemda, petanidan pengusaha. Sementara pengusaha tidak dapat memperoleh bahan baku

secara langsung dari petani. Asosiasi ini diharapkan dapat berperan dalam

pengendalian harga pasar tepung tapioka, harga bahan baku serta akses

permodalan bagi pengusaha, sehingga industri tapioka dapat berkembang dalam

rangka memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.

Industri tapioka mulai marak tahun 1980-an. Dalam melakukan usaha selama ini,

industri pengolahan tapioka menggunakan modal sendiri dan sebagian

menggunakan modal dari perbankan dan bantuan dari BUMN serta kemitraan. Di

kabupaten Lampung Timur usaha ini cukup berkembang dan pemerintah telah

mempermudah perizinan dan aktif melakukan pembinaan, disamping itu hampir 

seluruh perbankan di Lampung Timur membiayai usaha ini.

3

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 4/33

 

Industri tapioka yang terdapat di Propinsi Lampung, terutama yang berada di

Kabupaten Lampung Timur yang menjadi daerah survei dalam penyusunan buku

ini, pada tahun 2003 memiliki 38.964 hektar lahan untuk penanaman singkong

yang menghasilkan 592.358 ton singkong dan memiliki 31 perusahaan

menengah besar yang terdaftar di Dinas Pertanian, disamping puluhan

perusahaan menengah kecil yang merupakan industri tapioka rakyat (Dinas

Pertanian Lampung Timur, 2004).

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

4

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 5/33

 

Profil Usaha 

Ubi kayu atau singkong merupakan bahan baku utama industri tapioka. Di

Propinsi Lampung, pabrik tapioka dapat mengolah sekitar 4000-5000 ton perhari.

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu wilayah penghasil utama

singkong. Tabel berikut ini menyajikan perkembangan luas areal dan jumlah

produksi pada tahun 2003.

Tabel 2.1: Luas Areal dan Jumlah Produksi Singkong

KecamatanLuas

(hektar)Produksi (ton)

Metro Kibang 512 9,417

Batanghari 344 11,325

Sekampung 710 9,375

Marga Tiga 2,755 30,488

Sekampung Udik 1,468 28,207

Jabung 1,433 13,978

Pasir Sakti 98 1,140

Waway Karya 919 11,450

Labuhan Maringgai 563 5,003

Mataram baru 325 4,973

Bandar SriBawono 616 10,792

Melinting 578 9,042

Gunung Pelindung 55 1,838

Way Jepara 485 6,350Braja Selebah 515 8,025

Labuhan Ratu 3,789 54,145

Sukadana 9,810 147,838

Bumi Agung 1,740 31,924

Batanghari Nuban 8,269 135,992

Pekalongan 936 8,858

Raman Utara 2,261 37,745

Purbolinggo 144 3,310

Way Bungur 639 11,183

Jumlah 38,964 592,398

Sumber: Dinas Pertanian Lampung Timur 

Jumlah perusahaan tepung tapioka yang tercatat pada Dinas Pertanian

Lampung Timur saat ini sebanyak 31 perusahaan dengan kapasitas 56.927,08

ton. Tabel 2.2. menyajikan perusahaan tapioka di Kabupaten Lampung Timur 

dengan kapasitas produksinya.

5

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 6/33

 

Tabel 2.2.: Perusahaan, Kapasitas Produksi, dan Sumber Dana

Kecamatan Nama Perusahaan Kapasitas(ton) Sumber Dana

Batanghari PT Wira Kencana Adi Perdana 6,500.00 Swasta

 PT Eka Inti Tapioka 6,000.00 Swasta

  PT Sumber Agung 1,600.00 Swasta

  Hendra Sumardi 1,350.00 Swasta

  Sumber Maju 547.20 Swasta

  Anugrah Jaya 547.20 Swasta

  Sejahtera Mandiri 820.80 Swasta

  Tohalo 410.40 Swasta

  Kopastara n.a n.a

Pekalongan Ngudi Makmur 820.00 Swasta

  Wahyu Utama 382.04 Swasta

 Surya Perdana 383.04 Swasta

  Warga Sehati I 339.00 Swasta

  Warga Sukabumi n.a Swasta

  Warga Sehati II 665.00 Swasta

  Sinar Metro 1,440.00 Swasta

  Wonosari 630.00 Swasta

  Mini Surya Pudana 1,200.00 Pembangunan

Sukadana Muara jaya n.a Swasta

  Sido Rukun 638.40 Swasta

  Rukun Santosa 912.00 Swasta

  Sido Rukun 1,200.00 PembangunanBumi Agung Harapan Sejahtera 684.00 Swasta

Labuhan Ratu Surya Perdana 450.00 Swasta

  Lestari Jaya n.a- Pembangunan

Way Jepara PT Bumi Acid 12,500.00 Swasta

Sekampung Udik PT Umas Jaya 15,084.00 Swasta

Raman Utara Sentral Intan n.a Swasta

  Way Raman n.a Swasta

  Waliyem 912.00 Swasta

Way Bungur Subur Jaya 912.00 Swasta

Jumlah 31 perusahaan 56,927.08 

Sumber: Dinas Pertanian Lampung Timur 

Dari tabel tersebut diketahui sebagian besar sumber pendanaan usaha berasal

dari swasta. Sumber pendanaan yang berasal dari pembangunan merupakan

dana pemerintah yang disalurkan melalui dinas pertanian.

6

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 7/33

 

Sementara industri tapioka yang disurvei belum tercatat di Dinas Pertanian

Lampung Timur. Industri tapioka tersebut tergabung pada asosiasi industri

tapioka rakyat yaitu Industri Tapioka Rakyat atau ITTARA Mandiri. Sumber 

pendanaan industri tapioka yang tergabung pada ITTARA Mandiri dari

perbankan yaitu BRI, Bank Mandiri, kemitraan dan Pertamina.

Pola Pembiayaan Pengolahan Tapioka 

Dalam menjalankan usaha pengolahan tapioka, sumber modal pengusaha terdiri

dari modal sendiri, kredit perbankan dan Pertamina. Pembiayaan yang berasal

dari perbankan meliputi kredit modal kerja dan investasi. Untuk modal investasi,

pengusaha wajib memiliki 30% modal investasi dan pihak bank membiayai 70%

modal investasi. Tingkat bunga kredit yang disalurkan perbankan di Wilayah

Lampung Timur adalah 13% (Bank Mandiri) dan 22% (BRI) per tahun dengan

sistem angsuran bulanan, dengan jangka waktu 12 bulan dengan pembayaran

efektif menurun. Tingkat bunga kredit yang diperoleh dari BUMN sebesar 6% per 

tahun dengan jangka waktu 12 bulan, angsuran per bulan dengan pinjaman

maksimal 50 juta.

Usaha pengolahan singkong di wilayah Lampung Timur telah banyak dilakukan.Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Pertanian Lampung Timur telah

mengeluarkan kebijakan tentang harga beli bahan baku di tingkat petani, namun

Dinas Industri dan Perdagangan Lampung Timur belum memiliki peraturan

khusus yang mengatur perdagangan tapioka terutama kebijakan mengenai

harga jual, standar produk serta pemasaran tepung tapioka

 Aspek Pemasaran

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

7

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 8/33

 

Permintaan dan Penawaran Tepung Tapioka

(1). Pasar Dalam Negeri

Permintaan tepung tapioka di Indonesia cenderung meningkat karenapeningkatan jumlah industri makanan yang menggunakan bahan baku tapioka.

Selama ini, sebagian besar hasil produksi tapioka hanya mampu memenuhi

kebutuhan beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Surabaya, Bogor,

Indramayu dan Tasikmalaya.

Pada tahun 1996 sampai 2001 Indonesia menghasilkan rata-rata 15 sampai 16

  juta ton tapioka dari industri tapioka yang berlokasi di Sumatra, Jawa, dan

Sulawesi. Jumlah produksi tapioka yang terserap pasar dalam negeri sebanyak

13 juta ton dan permintaan dalam negeri mengalami peningkatan 10% per tahun.

Saat ini, produksi tapioka Indonesia belum dapat memenuhi pasar dengan

maksimal karena setiap tahun meningkat 10% atau 1,3 juta ton pertahun.

Sementara 70% produksi dihasilkan dari Pulau Sumatra, sedangkan 30%

merupakan produksi Pulau Jawa dan Sulawesi. (foodmarketexchange.com). Hal

tersebut mengindikasikan masih luasnya potensi usaha dan permintaan tapioka

di Indonesia.

Tepung tapioka Indonesia sangat berpeluang untuk meraih pasar Asia dan

Eropa. Ketersediaan lahan dan bahan baku serta tenaga yang murah

menyebabkan produk Indonesia mampu bersaing dalam harga.

(2). Pasar Ekspor 

Ekspor tapioka Indonesia telah menjangkau berbagai negara di Asia dan Eropa,

dengan ekspor terbesar ke Korea (54%) dan Cina (30%) dari total ekspor (Tabel

3.1). Luasnya negara tujuan ekspor di beberapa negara Asia dan Eropa

menunjukkan bahwa ekspor komoditi ini sangat potensial.

Tabel 3.1. Ekspor Tapioka Indonesia Tahun 1997

8

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 9/33

 

Negara TujuanTotal Ekspor (Dari

Berbagai Bentuk) (kg)Nilai Ekspor (FOB)

(US$)

Korea 120.797.083 12.125.792

Cina 67.502.292 5.473.891

Belanda 20.400.000 1.371.550

Malaysia 2.342.962 436.884

Jerman 4.500.000 328.000Swiss 3.000.000 165.000

Jepang 762.000 154.570

Pilipina 558.000 107.884

Taiwan 570.000 85.500

Inggris 26.600 57.399

Singapura 247.000 53.106

Vietnam 697.920 41.875

Sumber: Biro Pusat Statistik 1997

(3). Penawaran

Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya, produksi tepung tapioka di

Lampung Timur pada tahun 2003 mencapai 56 927,08 ton (yang tercatat pada

Dinas Pertanian) di mana produksi tersebut belum mampu memenuhi pasar 

dalam negeri.

Selain Kabupaten Lampung Timur terdapat beberapa daerah produksi tapioka

lainnya seperti Lampung Tengah, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur 

maupun Sulawesi. Wilayah nusantara yang subur dan tanaman singkong yang

mudah tumbuh menyebabkan potensi pengolahan tepung tapioka semakin

terbuka lebar.

Persaingan dan Peluang Pasar 

Indonesia adalah produsen nomor dua di Asia setelah Thailand. Produksi rata-

rata tapioka Indonesia mencapai 15-16 ton, sedangkan Thailand 30 juta ton

tapioka pertahun dan Vietnam berada pada urutan ketiga yaitu 2-3 juta ton

tapioka per tahun.

Perdagangan bebas yang akan dilaksanakan di masa mendatang akan

memberikan dampak positif terhadap produk pertanian Indonesia, termasuk

9

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 10/33

 

industri tapioka. Ditinjau dari segi harga dan kualitas, tapioka Indonesia dapat

bersaing dengan Thailand. Sebagaimana diungkapkan

foodmarketexchange.com, bahwa tapioka Indonesia merupakan salah satu

ancaman bagi pasar tapioka Thailand.

Peluang pasar tapioka Indonesia masih sangat terbuka terutama pasar Eropa

seperti Spanyol, Belanda, Jerman, Prancis dan Portugal. Disamping itu pasar 

dalam negeri yang sampai saat ini belum dapat terpenuhi.

Harga

Harga tepung tapioka ditentukan oleh kualitas tepung tapioka dan harga bahan

baku, yakni singkong. Kualitas tepung yang baik adalah tepung tapioka yang

berwarna putih dan empuk. Di Kabupaten Lampung Timur yang menjadi daerah

survei regulasi yang mengatur perdagangan singkong dan tepung tapioka belum

ada sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan harga yang lebar pada

tingkat produsen dan petani.

Harga singkong di tingkat petani Rp 80,- per kilogram, sementara industri tepung

tapioka mampu membeli singkong dengan harga antara Rp 165 hingga Rp 225

per kilogram. Regulasi tersebut dimaksudkan agar petani sebagai produsen

bahan baku dapat membiayai dan tetap melangsungkan usahanya. Sementara

regulasi perdagangan tapioka dimaksudkan agar terjadi kestabilan harga.

Penurunan harga tapioka ditingkat produsen di Kabupaten Lampung Timur 

tersebut disebabkan oleh tidak adanya regulasi perdagangan tapioka. Pedagang

perantara memiliki peran yang signifikan terhadap penentuan harga tersebut.

Tabel 3.2. menunjukkan perkembangan harga tepung tapioka ditingkat produsen dengan kualitasbaik mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir ini.

Tabel 3.2 Perkembangan Harga Tapioka

10

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 11/33

 

Tahun Harga (Rp/kg)

2004 525 – 1.300

2003 800 – 1.600

2002 1.350 – 1.700

2001 1.700 – 1.800

Sumber: Data primer, diolah

Harga tepung tapioka Rp 525 sampai Rp 1.300 per kilogram di tingkat

pengusaha, sedangkan harga rata-rata Rp 800 sampai Rp 900 per kg, dan harga

pada tingkat konsumen akhir mencapai Rp 2.300,- per kilogram.

Jalur Pemasaran Produk

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil survei, jalur pemasaran produk

tapioka di Lampung Timur masih sederhana. Alur pemasaran tapioka tersebut

dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 3.1: Alur Pemasaran Produk

Sumber: Data Primer 

Dalam memasarkan tapioka, pengusaha menjual ke pedagang perantara yang

kemudian dijual ke pengepul. Dari pengepul tersebut, tapioka didistribusikan ke

pasar di Jawa, industri pengolahan yang menggunakan bahan baku tapioka dan

pedagang pengecer di pasar.

Kendala Pemasaran

Salah satu kendala pemasaran tapioka terletak pada minimnya informasi

mengenai harga dan jumlah permintaan pasar yang dapat diperoleh pengusaha.

Selain tidak memiliki informasi pasar yang sempurna, belum adanya regulasi

11

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 12/33

 

mengenai perdagangan seperti standar produk dan pemasaran juga menjadi

kendala usaha ini.

Disamping itu, mutu bahan baku juga menentukan kualitas tapioka. Kualitas

bahan baku sering tidak selalu baik, karena masih banyak petani yang

menerapkan pola panen singkong yang tidak optimal, di mana petani sering kali

memanen singkong lebih dini dari usia panen yang seharusnya yakni singkong

belum berumur 7 bulan. Padahal singkong yang menghasilkan mutu tapioka

yang baik berumur lebih dari 7 bulan. Menurunnya kualitas tapioka tersebut

menyebabkan rendahnya harga jual tapioka dan tepung tidak bertahan lama.

Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan pembinaan dari peyediaan bahan

baku sampai pada pemasaran produk. Dalam peyediaan bahan baku diperlukan

kemitraan antara petani dan pengusaha agar ketersediaan dan kualitas bahan

baku tetap terjaga. Dalam hal pemasaran produk diperlukan regulasi dan

pembinaan akses pasar bagi pengusaha industri tapioka.

 Aspek Produksi 

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

12

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 13/33

 

Lokasi Usaha

Lokasi pengolahan tapioka sebaiknya dipilih wilayah yang memiliki sumber air 

dan akses yang baik terhadap panas matahari. Panas matahari merupakan

faktor produksi yang penting bagi industri pengolahan tapioka, dengan demikian,

lokasi usaha yang memiliki akses yang baik terhadap panas matahari akan

mendukung keberhasilan usaha pengolahan tapioka, karena umumnya

pengusaha kecil pada bidang pengolahan tapioka belum mampu menyediakan

teknologi pengeringan tapioka. Ketersediaan air juga sangat penting, terutama

untuk pencucian dan penyaringan tepung.

Fasilitas Produksi dan Peralatan

Untuk memproduksi tapioka, dengan kapasitas 30 ton singkong per hari

dibutuhkan fasilitas dan peralatan produksi sebagaimana disajikan pada Tabel

4.1.

Tabel. 4.1 Fasilitas dan Peralatan Produksi

No Asumsi Satuan Jumlah/nilai

1 Mesin Penggerak/Generator buah 2

2 Mesin Parut buah 23 Mesin Pompa buah 2

4 Mesin Ayakan buah 10

5 Bak Kaca M2 25

6 Bak Penampung buah 4

7 Alat Semprot buah 1

8 Saringan buah 10

9 Bambu buah 1000

10 Pipa set 1

11 Rak M2 16

12 Tambir buah 10.000

13 Mesin Induk buah 1

14 Timbangan buah 2

Sumber: Data Primer, diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat dengan jelas fasilitas dan peralatan produksi yang

digunakan. Masing-masing peralatan memiliki fungsi yang bebeda. Mesin induk

merupakan mesin yang menjadi pusat dari seluruh proses produksi.

13

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 14/33

 

Bahan Baku

Bahan baku tepung tapioka adalah singkong yang diperoleh melalui pemasok.

Singkong yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan akan menghasilkan

tapioka berkualitas baik.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada industri tapioka tidak memerlukan keahlian khusus. Jumlah

tenaga kerja ditentukan oleh kapasitas produksi dan teknologi yang digunakan.

Besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan tapioka ditentukan

oleh volume produksi. Semakin tinggi volume produksi semakin besar jumlah

tenaga kerja yang diserap. Tenaga kerja yang dibutuhkan meliputi seluruh

proses produksi dari pengupasan sampai pada pengeringan produk.

Teknologi

Pengolahan tapioka memiliki beberapa tingkatan teknologi. Tingkatan teknologi

tersebut adalah tradisional atau mekanik sederhana, semi modern, dan full

otomate. Perbedaan teknologi pengolahan tapioka dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini

Tabel 4.2 : Perbedaan Tekonologi Pengolahan Tapioka

Proses Tradisional Semi Modern Full Otomate

Pengupasan Manual Manual Mesin

Pencucian Manual Manual Mesin

Pemarutan Mesin Mesin Mesin

Pemerasan Mesin Mesin Mesin

Pengendapan Manual Manual Mesin

Pengeringan Sinar Matahari Oven Mesin

Sumber: Data Primer 

Untuk pembuatan tapioka pada industri kecil menggunakan teknologi mekanik

sederhana. Pada teknologi ini, sebagian proses produksi menggunakan mesin

penggerak untuk melakukan pemarutan dan pengepresan, sedangkan

pengeringan masih mengandalkan bantuan sinar matahari.

14

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 15/33

 

Proses Produksi Tepung Tapioka

1. Pengupasan

Pengupasan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk

memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi

 juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong

lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka

dan dijadikan pakan ternak.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas

singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan

kotoran pada singkong. 

Foto 4.1 : Pencucian Singkong

3. Pemarutan

Parut yang digunakan ada 2 macam yaitu :

a. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan

tenaga manusia sepenuhnya.

b. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator 

15

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 16/33

 

4. Pemerasan/Ekstraksi

Pemerasan dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual

menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan

menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang

ditampung di dalam ember.

 b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik).

Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan

dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian

ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan

ditampung dalam bak pengendapan.

Foto 4.2: Pemerasan/Pengepresan

5. Pengendapan

Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam.

Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapandiambil dan dikeringkan.

Foto 4.3: Tepung hasil endapan yang siap dikeringkan

16

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 17/33

 

6. PengeringanSistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara

menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan

di atas rak-rak bambu selama 1-2 hari (tergantung dari cuaca). Tepung

tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15-19%.

Foto 4.4: Pengeringan tapioka dengan sinar matahari

Jenis dan Mutu Produksi

17

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 18/33

 

Untuk menghasilkan tepung tapioka yang berkualitas, dibutuhkan singkong yang

memiliki kadar tepung tinggi yaitu singkong yang dipanen setelah berusia lebih

dari 7 bulan.

Foto 4.5: Tepung Tapioka

Produksi Optimal

Produksi optimal tepung tapioka ditentukan oleh kualitas bahan baku. Dengan

kualitas bahan baku yang baik, satu ton singkong dapat menghasilkan 400

kilogram tapioka dan 160 kilogram onggok.

Kendala Produksi

Kendala dalam industri pengolahan singkong ini adalah ketersediaan bahan

baku. Ketersediaan bahan baku sangat penting karena apabila terjadi

kelangkaan bahan baku maka produksi akan macet. Untuk itu, kemitraan dengan

petani sebagai pemasok bahan baku sangat diperlukan. Disamping untuk

menjamin ketersediaan bahan baku, kemitraan ini juga untuk menjamin kualitas

bahan baku.

18

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 19/33

 

 Aspek Keuangan

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

Pemilihan Usaha 

Usaha pengolahan tapioka harus memperhatikan ketersediaan bahan baku,

musim dan modal. Untuk usaha yang menggunakan mesin pengering, faktor 

alam seperti sinar matahari dan musim tidak menjadi kendala yang berarti,

namun baik teknologi sederhana, semi modern maupun full otomate faktor 

ketersediaan air harus tetap diperhatikan. Usaha pengolahan tepung tapioka di

Indonesia masih potensial untuk dilaksanakan karena Indonesia masih memiliki

lahan yang potensial untuk penanaman singkong, sehingga ketersediaan bahan

baku untuk industri tapioka dapat terjamin. Disamping itu, industri pengolahan

tapioka dapat dilakukan dengan teknologi yang sederhana dan tidak

membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. 

Asumsi 

Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi penerimaan dan

pengeluaran selama periode proyek. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk

mengetahui gambaran mengenai pendapatan dan biaya, kemampuan melunasi

kredit dan kelayakan proyek.

Penyusunan analisa keuangan dalam buku ini menggunakan beberapa asumsi

yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan serta masukan dari instansi

terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan serta referensi yang

mendukung dalam penentuan parameter yang digunakan. Tabel 5.1. menyajikan

asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan.

Tenaga kerja tetap, termasuk di dalamnya tenaga kerja manajerial, berjumlah 6

orang dengan upah Rp 750.000 per orang per bulan. Dari hasil survai, pemilik

19

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 20/33

 

usaha kecil pengolahan tapioka sekaligus bertindak sebagai tenaga manajerial

yang gajinya sama dengan tenaga kerja tetap.

Tabel 5.1 : Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai

1 Periode proyek tahun 5

2 Luas tanah hektar 3

3 Hari kerja per bulan hari 25

  - Bulan kerja per tahun bulan 12

  - Hari kerja tenaga borongan hari 300

4 Produksi dan Harga  

- Kapasitas maksimum per hari ton 30

  - Produksi per bulan ton 195

  - Produksi per tahun ton 2.340

  - Harga tapioka per ton Rp 900.000

  - Produksi Onggok per bulan ton 62

  - Harga onggok Rp/ton 300.000

5 Rendemen per ton bahan baku  

- Tapioka % 25%

  - Onggok % 8%

6 Penggunaan tenaga kerja

- Tenaga Manajerial orang  

- Tenaga kerja tetap orang 6

  - Tenaga kerja borongan orang 20

7 Upah tenaga kerja per hari  

- Tenaga Manajerial Rp/org  

- Tenaga kerja tetap Rp/org 25.000

  - Tenaga kerja borongan Rp/org 15.000

8 Bahan baku per bulan ton 780

9 Harga bahan baku Rp/ton 195.000

10 Discount factor/suku bunga % 13%

Sumber : Lampiran 1

Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

20

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 21/33

 

a. Biaya Investasi 

Biaya investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) untuk melakukan pengolahan

tepung tapioka. Biaya investasi industri pengolahan tapioka meliputi perizinan,

sewa tanah dan bangunan, mesin dan peralatan.

Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 sebesar Rp

265.000.000. Selama periode proyek, terdapat beberapa komponen biaya

investasi yang harus melakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya, antara

lain sewa tanah dan bangunan serta peralatan lain seperti kain saringan, bambu,

dan tambir.

Tabel 5.2: Komponen Biaya Investasi Pengolahan tapioka

No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 Perijinan - 0

2 Sewa tanah dan bangunan 30.000.000 0

3 Mesin/Peralatan 235.000.000 40.369.048

  Jumlah 265.000.000 40.369.048

4 Sumber dana investasi dari % Rp

  Kredit 70% 185.500.000

  Dana sendiri 30% 79.500.000

Sumber : Lampiran 2 

b. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya tidak tetap (variable cost) yang besarnya

tergantung pada jumlah produk. Komponen biaya operasional dalam pengolahan

tapioka ini meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Tabel

5.3. menunjukkan biaya operasional yang dibutuhkan untuk industri pengolahan

tapioka ini.

Tabel 5.3: Biaya Operasional Pengolahan Tapioka

21

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 22/33

 

No Input Satuan JumlahHarga (per 

satuan)Nilai per bulan Nilai per th

1 Tenaga Kerja  

a. tetap orang/bln 6 750.000 4.500.000 54.000.000

  b. tidak tetap orang/bln 20 15.000 7.500.000 90.000.000

  Sub Jumlah   12.000.000 144.000.000

2 Bahan Baku  

a. Singkong ton 780 195.000 152.100.000 1.825.200.000

  Sub Jumlah   152.100.000 1.825.200.000

3 Biaya Overhead  

a. solar liter/hari 25 1.850 1.156.250 13.875.000

  b. Listrik bulan 1 400.000 400.000 4.800.000

  c. Telpon Bulan 1 2.000.000 2.000.000 24.000.000

  Sub Jumlah   3.556.250 42.675.000

4 Transportasi 

5 Penjualan output ton/bulan 195 10.000 1.950.000 23.400.000

 

Perbaikan danPemeliharaan alat bulan 1 250.000 250.000 3.000.000

Jumlah Total Biaya   169.856.250 2.038.275.000

Sumber : Lampiran 3

Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp

2.038.275.000. Biaya variabel pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan

karena kapasitas mesin yang tetap, biaya bahan baku merupakan harga yangtelah disepakati antara petani, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Jumlah

tenaga kerja tidak tetap yang terlibat dalam usaha ini tergantung pada kapasitas

mesin dan jumlah produksi sedangkan upah tenaga kerja tetap tidak mengalami

kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum propinsi.

Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

Dana yang dibutuhkan untuk usaha pengolahan tapioka terdiri dari modalinvestasi dan modal kerja, komposisi dana tersebut seperti disajikan pada Tabel

5.4.

Tabel 5.4 Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya

22

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 23/33

 

1Dana investasi yang bersumber dari  

a. Kredit 185.500.000

  b. Dana sendiri 79.500.000

  Jumlah dana investasi 265.000.000

2Dana modal kerja yang bersumber dari 

a. Kredit 76.435.313

  b. Dana sendiri 178.349.063

  Jumlah dana modal kerja 254.784.375

3Total dana proyek yang bersumber dari  

a. Kredit 261.935.313

  b. Dana sendiri 257.849.063

Jumlah dana proyek 519.784.375

Sumber : Lampiran 5

Pada tabel 5.4 menunjukkan rincian kebutuhan dana untuk investasi dan modal

kerja dalam setahun. Untuk investasi dibutuhkan dana sebesar Rp 265.000.000.

Untuk kredit investasi bank mensyaratkan perbandingan: 70% persen kredit bank

dan 30% persen dana sendiri. Dengan perbandingan tersebut, kredit investasi

yang dibutuhkan adalah Rp 185.500.000 sedangkan dana sendiri untuk investasi

sebesar Rp 79.500.000.

Untuk modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 254.784.375 denganperbandingan 30% kredit bank dan 70% dana sendiri. Dengan perbandingan

tersebut, kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 76.435.313

sedangkan dana sendiri untuk modal kerja sebesar Rp 178.349.063.

Berikut ini adalah asumsi yang digunakan untuk penghitungan angsuran kredit

untuk usaha ini, baik angsuran pokok maupun angsuran bunga.

Jangka waktu pinjaman selama 4 tahun• Bunga 13%, per tahun dengan sistem perhitungan efektif menurun 

• Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan 

Tabel 5.5 Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga

Tahun Kredit Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo

23

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 24/33

 

Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir  

0 261.935.313  261.935.313 261.935.313

1   122.810.313 26.734.143 149.544.455 261.935.313 139.125.000

2   46.375.000 15.323.073 61.698.073 139.125.000 92.750.000

3   46.375.000 9.294.323 55.669.323 92.750.000 46.375.000

4   46.375.000 3.265.573 49.640.573 46.375.000 0

Sumber : Lampiran 6

Produksi dan Pendapatan

Output usaha pengolahan tapioka adalah onggok dan tepung tapioka. Dari

penjualan output tersebut diperoleh pendapatan sebesar Rp 2.330.640.000 yang

diperoleh dari produksi tepung tapioka sebanyak 2.340 ton per tahun dengan

harga jual Rp 900/kg dan 749 ton per tahun onggok dengan harga jual Rp

300/kg. Proyeksi pendapatan dan biaya selengkapnya bisa dilihat di lampiran 4

dan 7.

Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pengolahan

tapioka mampu memperoleh laba sebesar Rp 87.083.772 dengan rata-rata profit

margin tiap tahun sebesar 6,88% per tahun dan BEP rata-rata Rp 826.499.976

atau BEP produksi rata-rata 918 ton. Tabel 5.6. menyajikan proyeksi laba/rugi

per tahun dari usaha pengolahan tapioka.

24

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 25/33

 

Tabel 5.6 : Proyeksi Rugi/Laba Per Tahun

No UraianT A H U N

1 2 3 4 5 Jumlah1 Pendapatan 2.330.640.000 2.330.640.000 2.330.640.000 2.330.640.000 2.330.640.000 11.653.200.000

 

2 Pengeluaran  

a. Biaya operasional 2.038.275.000 2.038.275.000 2.038.275.000 2.038.275.000 2.038.275.000 10.191.375.000

  b. Penyusutan 40.369.048 40.369.048 40.369.048 40.369.048 40.369.048 201.845.238

  c.Angsuran pokok 122.810.313 46.375.000 46.375.000 46.375.000  261.935.313

  d.Bunga bank 26.734.143 15.323.073 9.294.323 3.265.573  54.617.112

  Jumlah 2.228.188.503 2.140.342.121 2.134.313.371 2.128.284.621 2.078.644.048 10.709.772.662

  Laba sebelum pajak 102.451.497 190.297.879 196.326.629 202.355.379 251.995.952 943.427.338

  e. Pajak % 15.367.725 28.544.682 29.448.994 30.353.307 37.799.393 141.514.101

 

3 Laba rugi 87.083.772 161.753.198 166.877.635 172.002.073 214.196.560 801.913.237

 

4 Profit margin 15% 3.74% 6.94% 7.16% 7.38% 9.19% 6.88%

 

BEP (nilai penjualan) 1.513.929.528 813.646.346 765.587.084 717.527.823 321.809.099 4.132.499.880

BEP (produksi ) 1.682 904 851 797 358 4.592

BEP Rp/ton

berdasarkan  - Biaya operasional 871.058 871.058 871.058 871.058 871.058 871.058

- Total biaya 952.217 914.676 912.100 909.523 888.309 915.365

BEP rata-rata  

- Ni lai penjualan (Rp) 826.499.976

- Produksi (ton) 918

Sumber : Lampiran 8 

25

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 26/33

 

Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Arus kas usaha pengolahan tapioka ini dapat dilihat pada lampiran 9. Dalam

analisis kas dilakukan perhitungan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C Ratio), Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengolahan tapioka merupakan usaha

yang menguntungkan karena pada tingkat bunga 13% per tahun, net B/C ratio

1,81 dan NPV Rp 373.307.965,- dan IRR sebesar 39,63% artinya proyek ini

layak dilaksanakan sampai tingkat bunga pinjaman sebesar 39,63%.

Tabel 5.7 Kelayakan Pengolahan Tapioka

No Kriteria Kelayakan Nilai

1 Net B/C ratio pada DF 13% 1,72

2 NPV pada DF 13% (Rp) 373.307.965

3 IRR (%) 39,63

4 PBP (usaha) 3 tahun 3 bulan

5 PBP (kredit) 1 tahun 9 bulan

Sumber : Lampiran 9

Dari hasil analisis kelayakan keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua

biaya investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan kembali pada tahun ke-3,

pendapatan tahun ke-4 dan selanjutnya merupakan pendapatan bersih.

Sementara, berdasarkan jumlah kredit usaha tersebut, investasi yang ditanam

akan kembali pada tahun kedua

Analisis Sensitivitas Kelayakan Proyek

Proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi dan proyeksi yang

memiliki ketidakpastian. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menguji

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 27/33

 

seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan harga

input maupun output, kesalahan dalam pembangunan sarana fisik dan

operasional ataupun kelemahan estimasi produksi.

Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan menggunakan 3 skenario yaitu:

1. Skenario I

Pendapatan mengalami penurunan sebesar 3% dan 4%, sedangkan biaya

investasi dan biaya operasional tetap. Penurunan pendapatan dapat

terjadi karena harga jual tepung tapioka mengalami penurunan atau

 jumlah produksi tidak tercapai. 

2. Skenario II

Biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 4% dan 5%, sedangkan

biaya investasi dan pendapatan dianggap tetap. Kenaikan biaya

operasional dapat terjadi apabila harga input meningkat. Dalam hal ini

komponen terbesar adalah bahan baku, maka biaya operasional sensitif 

terhadap kenaikan bahan baku singkong. 

3. Skenario III

Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan II yaitu diasumsikan

pendapatan menurun sebesar 2% dan 3% dan pada saat yang sama

biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 2% dan 3%, sedangkan

biaya investasi dianggap tetap. 

Hasil analisis terhadap ketiga skenario di atas diringkas pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8 Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario I

No Kriteria KelayakanPenerimaan Turun

3% 4%

1 Net B/C ratio pada DF 13% 1,25 1,09

2 NPV pada DF 13% (Rp) 127.385.969 45.411.971

3 IRR (%) 22,56 16,48

4 PBP (usaha) 4 tahun 3 bulan 6 tahun 1 bulan

5 PBP (kredit) 2 tahun 11 bulan 3 tahun 11 bulan

27

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 28/33

 

Sumber : Lampiran 10 dan Lampiran 11

Tabel 5.9 Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario II

 

No Kriteria KelayakanBiaya Operasional Naik

4% 5%

1 Net B/C ratio pada DF 13% 1,17 1,03

2 NPV pada DF 13% (Rp) 86.544.583 14.853.738

3 IRR (%) 19,56 14,15

4 PBP (usaha) 4 tahun 9 bulan 6 tahun 2 bulan

5 PBP (kredit) 3 tahun 4 bulan 3 tahun 8 bulan

Sumber : Lampiran 12 dan Lampiran 13

Tabel 5.10 Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario III

No Kriteria KelayakanPenerimaan Turun dan biaya naik

2% 3%1

 

Net B/C ratio pada DF 13% 1,13 0,83

2 NPV pada DF 13% (Rp) 65.978.277 (87.686.567)

3 IRR (%) 18,03 5,99

4 PBP (usaha) 4 tahun 11 bulan 6 tahun 9 bulan

5 PBP (kredit) 3 tahun 7 bulan 5 tahun 3 bulan

Sumber : Lampiran 14 dan Lampiran 15

Pada skenario I, pada saat pendapatan turun sebesar 3% dengan tingkat bunga

13%, diperoleh Net B/C Ratio lebih besar dari satu, NPV positif dan IRR

mencapai 22,56%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan

sebesar 3% proyek tersebut layak dilaksanakan. Pada penurunan pendapatan

sebesar 4%, diperoleh Net B/C Ratio sebesar 1,09, NPV Rp 45.411.971,-, IRR

16,48%. Jika dilihat dari kriteria investasi, penurunan pendapatan sebesar 4% ini

usaha pengolahan tapioka masih layak dilaksanakan. Tetapi jika dilihat dari

 jangka waktu pengembalian investasi, usaha ini tidak layak dilaksanakan karena

payback periodnya melebihi periode proyek yang hanya 5 tahun.

Pada skenario II, biaya operasional mengalami kenaikan dengan asumsi biaya

investasi dan pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya operasional sebesar 4%,

diperoleh Net B/C Ratio lebih besar dari satu, NPV positif dan IRR mencapai

19,56%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan suku bunga 13%,

pada kenaikan biaya operasional sebesar 4% proyek ini masih layak

28

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 29/33

 

dilaksanakan. Pada kenaikan biaya mencapai 5% proyek ini tidak layak

dilaksanakan karena Payback period melebihi umur proyek dengan jangka waktu

pengembalian investasi selama 6 tahun 2 bulan.

Pada skenario III, diasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan

biaya operasional. Pada penurunan dan kenaikan biaya operasional masing-

masing sebesar 2%, proyek tersebut masih layak dilaksanakan, karena pada

saat suku bunga 13% Net B/C ratio lebih dari satu dan NPV positif serta IRR

mencapai 18,03%. Namun bila penerimaan dan biaya naik sebesar 3%, maka

proyek ini tidak layak dilaksanakan karena IRR lebih kecil dari suku bunga yaitu

5,99% dan PBP melebihi umur proyek.

Hasil analisis keuangan tersebut menunjukkan bahwa pengolahan tapioka

merupakan proyek yang menguntungkan, karena banyak pihak yang

mendapatkan manfaat dari proyek ini, antara lain petani, masyarakat dan

pengusaha. Di samping memiliki manfaat sosial, usaha pengolahan tapioka ini

 juga memiliki manfaat ekonomi yang cerah di masa mendatang sehingga usaha

ini layak mendapatkan pembiayaan dari perbankan.

29

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 30/33

 

 Aspek Sosial Ekonomi 

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha pengolahan tapioka memiliki

dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini,

diantaranya adalah petani singkong, masyarakat, dan pengusaha itu sendiri.

Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari

usaha tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha

pengolahan tapioka mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja pengolahan

tapioka diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara tidak langsungmengurangi jumlah pengangguran.

30

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 31/33

 

 Aspek Dampak Lingkungan

Usaha pengolahan tepung tapioka ini menghasilkan limbah padat, cair dan

udara. Sebagian limbah ini ada yang dapat dimanfaatkan lagi secara ekonomis.

Limbah padat atau sering disebut onggok merupakan bahan baku pembuat saus

dan obat nyamuk bakar. Limbah padat yang lain adalah kulit singkong yang

banyak dimanfaat untuk pupuk dan pakan ternak. Limbah cair dari usaha ini

digunakan untuk mengairi sawah sekitar lokasi pabrik sehingga keberadaan

industri tepung tapioka ini sangat bermanfaat bagi petani. Polusi udara yang

dihasilkan tidak mengganggu masyarakat karena terletak jauh dari pemukiman

masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari

usaha pengolahan tapioka ini yang merugikan baik makhluk hidup maupun

lingkungan yang tinggal di sekitarnya.

31

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 32/33

 

Kesimpulan - PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA

Kesimpulan

1. Peluang pasar komoditi tepung tapioka baik untuk ekspor maupun pemenuhan dalam

negeri masih terbuka dan berpotensi memberikan peluang bagi pengembangan dan

peningkatan produksi tapioka di Indonesia. Dilihat dari potensinya, sumber daya lahan

dan sumber daya manusia untuk pengembangan produksi tapioka di Indonesia masih

banyak tersedia di berbagai daerah.

2. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha dalam pengembangan usaha tapioka antara lain

masalah bahan baku dan pemasaran tapioka. Masalah bahan baku disebabkan oleh

harga jual singkong dari petani yang rendah sehingga petani tidak dapat membiayai

usaha penanaman singkong, sedangkan masalah pemasaran tapioka disebabkan olehminimnya informasi yang diperoleh pengusaha mengenai harga dan jumlah permintaan

pasar.

3. Kredit usaha yang dibutuhkan meliputi kredit modal kerja dan kredit investasi. Jumlah

kredit modal kerja sebesar Rp 76.435.313, dan kredit investasi sebesar Rp 185.500.000.

4. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan menunjukkan bahwa proyek ini

sensitif terhadap penurunan penerimaan sampai dengan 4%, dengan asumsi biaya

investasi dan operasional adalah tetap. Pada tingkat penurunan penerimaan tersebut

proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.

5. Analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya operasional menunjukkan bahwa proyek

ini sensitif terhadap kenaikan biaya operasional sampai dengan 5%, dengan asumsi

biaya investasi dan penerimaan adalah tetap. Pada tingkat kenaikan biaya operasional

tersebut proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.

6. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan sekaligus kenaikan biaya

operasional menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan penerimaan dan

kenaikan biaya operasional sampai dengan 3%, dengan asumsi biaya investasi tetap.

Pada tingkat penurunan penerimaan sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 3%,

proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

7. Hasil analisis keuangan tersebut menunjukkan bahwa pengolahan tapioka merupakan

proyek yang menguntungkan, karena banyak pihak yang mendapatkan manfaat dari

proyek ini, antara lain petani, masyarakat dan pengusaha. Disamping secara sosial

memiliki manfaat, secara ekonomi usaha ini juga memiliki masa depan yang cerah dan

layak dibiayai perbankan.

32

5/7/2018 pengolahan_tapioka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengolahantapioka 33/33

 

Saran

1. Untuk menjaga kestabilan harga baik harga bahan baku dan harga tapioka pengusaha

harus mengoptimalkan fungsi asosiasi atau perkumpulan pengusaha tepung tapioka.

2. Untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan keberlangsungan usaha, setiap pengusaha

diharapkan bermitra dengan petani, dengan memberikan perhatian terhadap masalah

penanaman ubi yang menentukan kualitas tapioka dengan menyertakan pemberian

pupuk organik di samping pupuk anorganik (seperti urea) dan mengembalikan sisa-sisa

tanaman ke dalam tanah serta memperhatikan umur tanam ubi.

3. Meskipun usaha ini layak dibiayai oleh bank, namun bank perlu untuk melakukan analisis

kredit yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian bank.

33