pep batu

14
BAB 1. PENDAHULUAN Indonesia secara geografis terletak di daerah katulistiwa yang beriklim tropis. Keadaan ini memberikan potensi keanekaragaman hayati yang melimpah. Selain dikenal sebagai negara maritim, Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur, sehingga memberi potensi yang baik untuk digunakan sebagai areal pertanian, Menurut Setijati (2012) mengatakan bahwa pertanian adalah salah satu sektor yang sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pertanian bisa diartikan secara sempit dan juga secara luas. Pertanian secara sempit ini mencakup pertanian rakyat sedangkan pertanian secara luas mencakup pertanian rakyat beserta perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Salah satu subsektor didalam pertanian yang mempunyai peranan penting baik dilihat kontribusinya terhadap pendapatan negara maupun keterlibatan pertanian secara langsung didalamnya. Selain kontribusinya terhadap perekonomian, subsektor perkebunan juga berkontribusi penting terhadap pembangunan nasional terutama dalam meningkatkan kemamkmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambahan dan daya saing, pemenuhan

Upload: dhevi-dwi

Post on 30-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN

Indonesia secara geografis terletak di daerah katulistiwa yang beriklim tropis. Keadaan ini memberikan potensi keanekaragaman hayati yang melimpah. Selain dikenal sebagai negara maritim, Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur, sehingga memberi potensi yang baik untuk digunakan sebagai areal pertanian,

Menurut Setijati (2012) mengatakan bahwa pertanian adalah salah satu sektor yang sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pertanian bisa diartikan secara sempit dan juga secara luas. Pertanian secara sempit ini mencakup pertanian rakyat sedangkan pertanian secara luas mencakup pertanian rakyat beserta perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Salah satu subsektor didalam pertanian yang mempunyai peranan penting baik dilihat kontribusinya terhadap pendapatan negara maupun keterlibatan pertanian secara langsung didalamnya. Selain kontribusinya terhadap perekonomian, subsektor perkebunan juga berkontribusi penting terhadap pembangunan nasional terutama dalam meningkatkan kemamkmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambahan dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu, pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi produk dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi pasar seperti misalnya ekspansi sektor non-pertanian melalui penyediaan pangan dan bahan baku pengolahan industri dan mampu menghasilkan surplus terhadap perekonomian negara.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang cukup tinggi dalam memberikan kontribusi bidang pertanian terhadap Produk Domestik Bruto maupun Produk Domestik Regional Bruto. Salah satu wilayah pertanian di Jawa Timur yang cukup banyak memberikan kontribusinya adalah Kota Batu. Kota Batu memiliki komoditi di berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan jasa.

BAB 2. ISI

2.1 Kondisi Perekonomian Daerah

Gambar 2.1 Ditribusi Kegiatan Ekonomi Kota Batu Tahun 2009.

Kegiatan Ekonomi Kota Batu terdiri dari sembilan sektor yang telah menjadi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restaurant, keuangan, persewahan dan jasa perusahaan serta sektor jasajasa. Meski Kota Batu kaya akan hasil bumi, namun perekonomian Kota Batu justru bersandar pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penyangga sekitar 45% kegiatan ekonomi daerahnya. Keindahan alam dan berbagai tempat tujuan wisata di sekitar Batu memang menjadi komoditas ekonomi yang mampu menyedot pemasukan tersendiri. Sekitar 24 objek wisata resmi, mulai dari bumi perkemahan, pemandian air dingin dan panas, agrowisata, hingga wisata dirhantaa (paralayang) yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Batu menghadirkan puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara setiap bulannya.

2.2 Kontribusi terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Tabel 2.2 Perkembangan Struktur Ekonomi Kota Batu Tahun 2006 -2010

Sektor

2006

2007

2008

2009

2010

Pertanian

21.2

21.09

20.94

20.82

20.64

Pertambangan dan Penggalian

0.23

0.23

0.23

0.23

0.23

Industri Pengolahan

7.55

7.49

7.45

7.37

7.31

Listrik dan Air Bersih

1.45

1.48

1.50

1.53

1.60

Bangunan

1.34

1.41

1.48

1.53

1.60

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

48.62

46.22

46.27

46.16

46.05

Pengangkutan dan Komunikasi

3.55

3.57

3.6

3.61

3.62

Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan

4.51

4.52

4.52

4.52

4.50

Jasa-jasa

13.37

13.71

14.01

14.23

14.5

Sumber: BPS Kota Batu (2010)

Komoditas pertanian menduduki peringkat kedua dalam menunjang sektor perekonomian Kota Batu setelah kegiatan perdagangan hotel dan restoran. Ketersediaan saprodi dan pasar menjadi faktor penunjang utama dalam kegiatan pertanian sehingga mampu menyumbang nilai PDRB relatif cukup besar yaitu sebesar 20,64 % di tahun 2010.

Perubahan status dari kota administratif menjadi kota telah banyak berperan menurunkan peranan sektor primer dan sektor sekunder ke sektor tersier terutama pada sektor pariwisata yang menjadi andalan Kota Batu. Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pariwisata telah demikian berkembang, namun pergeseran yang terjadi telah menyeret aset penting sektor pertanian ke dalamnya. Keadaan ini dapat dilihat dengan munculnya obyek obyek wisata buatan yang terdapat di Kota Batu dalam tiga tahun terakhir yaitu Museum Satwa, Batu Night Spectaculer dan Eco Green Park yang berlokasi berdekatan dengan Jatim Park I di Kecamatan Batu. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan yaitu sebagai daerah otonom baru, Kota Batu banyak melakukan pembangunan, selain itu tumbuhnya obyek obyek wisata baru menjadi daya tarik wisatawan domestik untuk berkunjung ke Kota Batu.

Tabel 2.2 Perkembangan sektor primer, sekunder, dan tersier tahun 2008 -2012

SEKTOR

2008

2009

2010

2011

2012

Rata-rata

Sektor Primer

21.17%

20.99%

20.60%

20.01%

19.31%

20.42%

Pertanian

20.94%

20.77%

20.38%

19.79%

19.09%

20.19%

Pertambangan Dan Penggalian

0.23%

0.23%

0.23%

0.22%

0.21%

0.22%

Sektor Sekunder

10.43%

10.44%

10.44%

10.41%

10.34%

10.41%

Industri Pengolahan

7.45%

7.36%

7.27%

7.13%

7.03%

7.25%

Listrik Gas Dan Air Bersih

1.50%

1.53%

1.55%

1.56%

1.57%

1.54%

Bangunan

1.48%

1.55%

1.62%

1.71%

1.74%

1.62%

Sektor Tersier

68.40%

68.57%

68.96%

69.59%

70.36%

69.17%

Perdagangan Hotel Dan Restoran

46.27%

46.26%

46.64%

47.16%

47.85%

46.84%

Pengangkutan Dan Komunikasi

3.60%

3.60%

3.61%

3.64%

3.68%

3.63%

Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan

4.52%

4.51%

4.57%

4.59%

4.61%

4.56%

Jasa-Jasa

14.01%

14.19%

14.14%

14.20%

14.22%

14.15%

Sumber: BPS Kota Batu, 2011.

Sektor tersier yaitu perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan, serta jasa-jasa mampu menyumbang peningkatan pertumbuhan dan pendapatan daerah Kota Batu, sedangkan kegiatan pertanian yang menopang kehidupan hampir sebagian besar penduduk kota Batu memberikan sumbangan yang tidak terlalu besar. Sektor pertanian merupakan sektor yang unik dan mempunyai ciri khas yang tersendiri dalam sektor perekonomian. Sektor ini sangat banyak menampung luapan tenaga kerja, tetapi secara umum kontribusi sektor pertanian dalam menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tidaklah sebesar sektor perdagangan hotel dan restoran. Pada tahun 2000 sektor pertanian menyumbang nilai PDRB sebesar 22,36 % dan di tahun 2010 turun menjadi 20,64 % sedangkan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, jasa, angkutan, komunikasi) sebesar 65, 95 % di tahun 2000 dan 68,67 % di tahun 2010 (BPS Kota Batu, 2011).

Menjadi suatu dilema bagi pemerintah dimana sektor perdagangan dan jasa mampu menyumbang PDRB secara signifikan dibandingkan komoditas pertanian, sehingga pembangunan biasanya lebih ditujukan untuk pembangunan sektor- sektor penunjang pariwisata, oleh karena itu perlu dilakukan studi keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bumiaji mengingat daerah pengembangan kawasan juga merupakan kawasan pengembangan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata, yang diketahui secara pasti bahwa kegiatan pariwisata memberikan dampak yang relatif cukup besar dan disisi lain juga menunjang pemasaran dari produk pertanian di Kota Batu.

2.3 Perkebunan di Kota Batu

Kota Batu cukup memiliki potensi wilayah baik bagi pertanian sektor perkebunan. Komoditas perkebunan yang ditanam di wilayah Kota Batu cukup banyak jenisnya. Berikut ini dapat dilihat kondisi seberapa banyak dan komoditas apa saja yang ditanaman di Kota Batu, baik berdasar luas tanam maupun besar hasil produksi. Adapun jenis komoditi yang ada di Kota Batu yaitu tebu, kopi arabika, dan panili. Produksi yang dihasilkan oeh komoditas tebu sekitar 3.750 Kg per tahun. Selain itu, panili tidak menghasikan produksi dalam setahun tersebut.

Tabel 2.3 Luas Areal dan Produksi / Produktivitas Perkebunan Rakyat Tahun 2010.

No

Kabupaten/Kota

Komoditi

Luas Areal (Ha)

Jumlah

Produksi Tanaman

Produktivitas (Kg/Ha/Tahun)

TBM

TM

TT/TR

Kota Batu

1

Tebu

0

20

0

20

75

3.750

2

Kopi Arabika

48

7

0

55

9

1.243

3

Panili

0

0

1

1

0

0

Jumlah

48

27

0

76

84

3.100

Tabel 2.4 Data Produksi Tebu di Kota Batu Tahun 2010-2012.

Produksi 2012 (Ton)

132

Produksi 2011 (Ton)

125

Produksi 2010 (Ton)

75

Berdasarkan data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa produksi tebu dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan. Kuantitas paling tinggi yaitu sekita 132 ton pada tahun 2012 dan produksi paling rendah yaitu sekitar 75 ton pada tahun 2010.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penyumbang hasil produksi pertanian yang dapat dibilang lebih besar dibanding provinsi lainnya, baik dalam hal tanaman pangan maupun perkebunan. Kota Batu merupakan salah satu kota yang berada propinsi Jawa Timur yang berkontribusi dalam sektor pertanian khusunya di bidang perkebunan. Sektor perkebunan di Kota Batu berupa tanaman tebu, kopi arabia dan panili. Kegiatan pertanian yang menopang kehidupan hampir sebagian besar penduduk Kota Batu memberikan sumbangan yang tidak terlalu besar dikarenakan sektor perdagangan dan jasa mampu menyumbang PDRB secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

D.Sastrapradja, Setijati. 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(http://blogs.unpad.ac.id/abysanilaras/category/uncategorized/). Diakses tanggal 10 Maret 2015 pukul 15.00.

Setiawan, Muhammad. 2014. Analisis Sektor Ekonomi Basis dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kota Batu.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu. 2010. Perkembangan Struktur Ekonomi Kota Batu 2006 - 2010. Batu: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu.

BKPM. 2015. Potensi Tebu di Kota Batu. (http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=3579&ic=5) Di akses tanggal 10 Maret 2015 puku 15.20

Kontribusi Sektor Pertanian di Kota Batu terhadap PDB

(Produk Domesti Bruto)

Disusun Oleh:

Devi Dwi Kristanti

141510601102

PROGAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015