reperensi.doc
TRANSCRIPT
![Page 1: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/1.jpg)
ANALISA KERUSAKKAN SERAT WOL
I MAKSUD DAN TUJUAN
I.1 Maksud
Untuk menganalisa kerusakan pada serat wol.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui jenis kerusakan serat.
Untuk mengetahui penyebab kerusakan serat.
Mengetahui pengujian yang tepat untuk menganalisa kerusakan
serat wol.
II TEORI PENDEKATAN
II.1Serat Wol
Wol adalah serat yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus-
menerus. Hampir seluruh serat wol tidak memiliki medula. Diameternya
rata-rata berkisar 16-17μ pada wol merino yang paling halus, dan lebih
dari 40μ pada wol kasar. Variasi diameter serat dipengaruhi oleh
perubahan kondisi keliling dan kesehatan biri-biri. Bentuk penampang
lintangnya bervariasi dari yang bulat hingga yang lonjong.
Penampang Melintang Penampang Membujur
Wol bersifat higroskopik sehingga dapat menyerap uap air dari atmosfir
lembab dan dapat melepaskannya kedalam atmosfir kering. Kadar uap
air dalam wol dipengaruhi oleh pengerjaan kimia yang telah diberikan
pada wol tersebut.
Struktur rantai utama yang terlipat-lipat pada wol dapat distabilkan oleh
beberapa ikatan silang, terutama oleh ikatan disulfida atau sistina.
Apabila wol tersebut ditarik, rantai polipeptida yang semula terlipat-lipat
akan terbuka dan ikatan disulfida akan mendapat tarikan. Jika dalam
keaadaan tersebut wol diuapi maka akan terjadi pemutusan ikatan
1
![Page 2: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/2.jpg)
silang sehingga setelah ikatan dilepaskan akan terjadi pengerutan
hebat. Ikatan disulfida ini akan lebih stabil pada keadaan asam.
Sinar matahari menyebabkan berkurangnya kekuatan dan mulur serat
wol, dan selain itu juga menyebabkan timbulnya warna kuning pada
wol. Hal ini disebabkan putusnya ikatan sistina. Namun adanya warna
kuning dalam proses tersebut belum dapat diketahui sebabnya.
Wol tidak larut dalam air dan beratnya hanya berkurang 1% setelah
dididihkan dalam air suling selama 2 jam. Dalam waktu singkat uap air
tidak merusak serat namun dalam waktu yang lama uap air dapat
merusak serat.
Wol bersifat amfoter adsorpsi asam atau basa dapat menyebabkan
putusnya ikatan garam, tetapi dapat kembali lagi. Wol tahan asam
kecuali asam pekat panas dapat memutuskan ikatan peptida. Dalam
larutan alkali ikatan silang disulfida mudah sekali putus, sehingga wol
sangat mudah rusak oleh alkali. Didalam larutan natrium hidroksida 5%
mendidih wol segera larut.
Wol peka tehadap zat-zat oksidator zat oksidator kuat akan merusak
serat, karena putusnya ikatan silang sistina. Reduksi juga dapat
merusak ikatan sistina
Diantara serat lainnya wol paling tahan terhadap serangan jamur dan
bakteri, namun jika wol tersebut sudah rusak oleh zat kimia maka wol
tersebut akan mudah diserang jamur dan bakteri.
Pada struktur serat wol diantara rantai polipeptida pada wol terdapat
beberapa ikatan silang yang terpenting adalah ikatan disulfida pada
sistina asam amino. Ikatan silang lainnya adalah ikatan garam antara
gugus asam aspartik dan glutannat basa lisin dan arginin. Selain itu
terdapat juga ikatan hidrogen yang memberi gaya-gaya antar molekul.
Struktur kimia wol dapat digambarkan sebagai berikut;
2
![Page 3: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/3.jpg)
STRUKTUR KIMIA WOL
3
-CH
CO
COCO
COCO
COCO
CHCH
-CH-CH
CHCH
NH
NH NH
NHNH
NH
CH–CH2–S–S–CH2-CH
Ik. Sistin
NH NH
NHNH
CO
COCO
CH - CH2 – CH2 - COO-+NH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH
As.Glutarnat Lisin
NH NH
NHNH
COCO
CO CO
-CH
CH - CH2 - COO-+NH3 – C – NH - CH2 - CH2 - CH2 - CHAs.Aspartik Arginin ||
NH
Ik Garam
![Page 4: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/4.jpg)
II.2Kerusakan Wol
Pada serat wol adanya ikatan hidrogen dan ikatan garam
menyebabkan wol bersifat elastis, sedangkan ikatan sistin
menyebabkan wol keriting. Ikatan pada wol dipengaruhi oleh suasana
larutan (pH stabil antara 4-8). Ion H+ dan OH- berlebih dapat
memutuskan ikatan garam pada pH<4;pH>8.
Kelembaban tertingggi menyebabkan terjadinya lapisan elektrik antara
muatan (+) dan (-). Sehingga ikatan pada jembatan garam berkurang,
hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan tarik.
Penyebab Kerusakan Wol
1. Pengaruh alkali
Wol sangat tidak tahan terhadap alkali. Kerusakkan wol dalam
alkali dengan terbentuknya sisik-sisik pada wol. Kemudian larut
menjadi garam amino karboksilat.
2. Pengaruh oksidator
Selain alkali kuat wol juga larut dalam NaOCl. Zat oksidator dapat
menyerang jembatan sistina asam perasetat dan perasan lainnya.
Serta Cl aktif dan halogen lain akan mengoksidasi semua gugus
disulfida.
3. Pengaruh asam
Seperti telah disebutkan diatas wol tahan terhadap asam. Wol akan
rusak jika dilarutkan dalam asam encer pada suhu mendidih dalam
waktu yang lama. Campuran asam amino dalam HNO3 akan
menimbulkan warna kekuningan karena terjadi oksidasi.
4. Pengaruh serangga
Wol mudah diserang serangga karena sebagian besar wol terdiri
dari keratin yang dapat digunakan sebagai sumber makanan
serangga.kerusakan yang terjadi biasanya hanya berupa lubang.
Untuk menghindari kerusakan serangga biasanya ikatan disulfida
diubah menjadi ikatan bisitioeter.
4
![Page 5: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Pengaruh air
Air dapat menghidrolisa ikatan disulfida terutama jika air tersebut
berbentuk uap panas. Wol akan rusak dalam air mendidih, karena
asam sulfenik yang terbentuk akan mengurai wol.
Jika dalam keadaan tersebut terdapat alkali atau asam sulfenik
atau sulfat akan berubah menjadi sulfida anorganik.
6. Pengaruh reduktor
Wol tahan terhadap reduktor. Meskipun reduktor dapat menyerang
jembatan sistin, tetapi apabila dioksidasi akan terbentuk jembatan
sistin kembali.
Cara Pengujian Kerusakan Wol
Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian kerusakan wol
diantaranya:
1. Reaksi diazo
2. Pewarnaan dengan laktofenol
3. Pewarnaan dengan perak nitrat amoniakal
4. Pewarnaan dengan C.I. Acid Red
5. Pewarnaan dengan methylen blue
6. Pewarnaan dengan indigo carmine
7. Penggelembungan dengan NaOH 0,1%
8. Penggelembungan dengan KOH amoniakal
9. Reaksi all warden
10.Pewarnaan dengan C.I. direct red 7
Untuk membedakannya;
1. Alkali : pengujian 1, 2, 5, 6, 8
2. Asam : pengujian 8
3. Khlor : pengujian 1, 4, 8
4. Cuaca : pengujian 3
5. Mekanika : pebgujian mikroskop, 1, 9
Pada wol yang rusak oleh panas atau cuaca dapat dianalisa dengan uji
perak nitrat amoniakal. Pada uji ini ikatan sistina dirusak denganreaksi
oksidasi. Seluruh sisik serat atau “epithelial scale” rusak dan pada kulit
lapisan luar dari serat terbuka. Hal ini ditunjukkan oleh wol rusak
karena asam,alkali, jamur, dll.
5
![Page 6: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada serat yang tidak rusak sisiknya jelas terlihat dan sisik mempunyai
ujung gerigi tajam yang nampak jelas. Kerusakan serat wol yang
ditimbulkan oleh cuaca atau mikroorganisme ditunjukkan dengan
kenampakkan garis sisik besar menjadi kurang jelas.
III PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi
2. Pengaduk
3. Mikroskop
4. Kaca objek
5. Kaca penutup, dll
Bahan yang digunakan adalah berbagai macam serat wol yang rusak
oleh beberapa zat kimia. Misalnya wol asam, wol alkali, wol hipoklorit
asam, wol hipoklorit basa, wol panas, wol kaporit, wol H2O2, dan wol
baik sebagai pembanding. Dan berbagai macam pereaksi yang
dibutuhkan. Seperti perak nitrat amoniakal, indigo cermine, C.I. acid
red, metylen blue, NaOH, dan KOH.
III.2 Cara Kerja
1. Uji perak nitrat amoniakal
Contoh uji direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal
selama 5-10 menit.
Amati warna yang terjadi.
Contoh uji yang rusak akan berwarna coklat sampai hitam.
(ketuaan warna bergantung pada derajat kerusakan)
2. Uji indigo carmine
Contoh uji direndam dalam pereaksi (indigo carmine) selama 10
menit pada suhu kamar.
Cuci dengan air dingin.
Amati dibawah mikroskop.
Serat rusak karena asam, alkali, hipoklorit asam dan peroksida
akan berwarna biru tua.
6
![Page 7: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/7.jpg)
3. Uji methylen blue
Contoh uji direndam dalam larutan methylen blue selama 5-10
menit pada suhu kamar.
Cuci dengan air dingin. Amati yang terjadi.
Contoh uji yang rusak karena alkali, hipoklorit, dan peroksida
akan berwarna biru tua.
4. Uji C.I. Acid red
Contoh uji direndam dalam larutan C.I. acid red selama 10 menit
pada suhu kamar.
Cuci dengan air dngin.
Amati dibawah mikroskop.
Wol rusak dan wol yang diklorinasi akan berwarna merah.
5. Penggelembungan dengan NaOH
Contoh uji dipotong sepanjang 1-2 mm.
Letakkan pada kaca objek dengan medium air.
Tutup dengan kaca penutup panaskan dalam oven dengan suhu
45-60oC.
Tambahkan pereaksi dari sisi kaca penutup. Amati dibawah
mikroskop.
Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar
dibandingkan dengan wol baik.
6. Penggelembungan dengan KOH
Letakkan contoh uji pada kaca objek.
Tutup dengan kaca penutup. Tetesi dengan KOH amoniakal
sebagai medium.
Panaskan pada oven selama 2-3 menit dengan suhu 45oC.
Amati dibawah mikroskop.
Wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan
cepat dengan gelembung yang sangat besar.
Gelembung timbul sepanjang serat kemudian terdapat blister.
Wol yang tidak rusak menggelembung dan setelah 5 menit akan
tampak garis-garis memanjang dari lapisan fibrilnya.
Setelah 10 menit timbul gelembung didalam serat dan dalam 20
menit berkembang menjadi blister.7
![Page 8: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/8.jpg)
Wol yang rusak karena alkali, reaksi baru berlangsung setelah
30 menit. Apabila serat tidak berubah, tetapi telihat seperti kaca
dan sisiknya jelas menunjukkan kerusakan alkali atau panas.
* Seluruh data percobaan terlampir.
IV DISKUSI
Dari hasil percobaan dapat kita ketahui:
1. Pada uji perak nitrat amoniakal yang dapat dianalisa adalah wol yang
rusak oleh cuaca atau cahaya matahari/panas. Panas tersebut dapat
merusak sistina dengan reaksi oksidasi:
RCH2-S-S-CH2R R-CH2SO-SCH2R’ RCH2SO2-SCH2R’
RCH2SO-SOCH2R’ RCH2SO2-SOCH2R’ RCH2SO2SO2CH2R’
Disulfokssida Disulfon
2. Kerusakan wol karena alkali dapat mengurangi keelastisan serat.
3. Kerusakkan pada ikatan rantai peptida dapat disebabkan oleh uap air,
asam,air mendidih, dll. Efek kimianya sama seperti pada kerusakan
gugus amina dan jembatan garam.
4. Pada pengujian indigo caramine serat wol sangat rusak oleh hipoklorit
asam, hipoklorit basa yang ditunjukkan dengan warna biru pada uji
mikroskopnya sisiknya tidak terlalu banyak, sedangkan untuk wol rusak
oleh alkali, asam dan oksidator kuat akan berwarna biru tua dan pada
uji mikroskopnya terdapat sisik yang sedikit atau seluruh sisik serat
rusak ditandai dengan kurus panjang dan pada akhirnya tidak kelihatan
sehingga pada kulit lapisan luar yang terdiri dari 3 bagian yaitu
epikutikula, endokutikula dan eksokutikula dari serat akan terbuka
terhadap pandangan. Sedangkan pada wol yang tidak rusak, tiap sisik
atau skala epitel jelas kelihatan sempurna dan sisik mempunyai pinggir
gerigi tajam yang tampak jelas.
5. Uji metilen blue, pada uji ini wol yang rusak karena alkali, hipoklorit dan
peroksida akan berwarna biru tua.
6. Pada pengujian acid red 1, uji ini terhadap wol yang diklorinasi akan
membentuk warna yang merah dan pada uji mikroskop terdapat sisik
yang lepas-lepas (sisik tipis dan tidak beraturan).
8
![Page 9: REPERENSI.doc](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082322/55cf96e4550346d0338e794f/html5/thumbnails/9.jpg)
7. Uji penggelembungan dengan NaOH 0,1 N dan uji penggelembungan
dalam KOH, pada uji mikroskop, wol yang rusak karena kimia maupun
mekanik volume penggelembungan menjadi lebih besar. Dan pada wol
yang baik tiap sisik atau skala epitel jelas kelihatan sempurna, tampak
menggelembung dan tampak garis-garis memanjang dari lapisan fibril.
Pada wol yang rusak oleh asam penggelembungan terjadi secara
cepat dan besar serta timbul sepanjang serat wol, timbul retakan-
retakan, timbul blister yaitu sisik yang terurai atau terputus-putus
dengan ditandai dengan pegunungan membujur. Wol yang rusak oleh
oksidator akan menggelembung besar dan terjadi blister.
V KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Uji perak nitrat amoniakal dapat menganalisa kerusakan wol oleh
cuaca.
2. Uji indigo carmine dapat dilakukan untuk menganalisa kerusakkan
serat wol oleh peroksida, hipoklorit-asam, alkali.
3. Uji methylen blue dapat dilakukan untuk menganalisa kerusakkan serat
wol oleh alkali, hipoklorit, dan peroksida.
4. Uji C.I acid red dapat dilakukan untuk menganalisa kerusakkan serat
wol oleh khlor.
5. Uji penggelembungan dengan NaOH dapat dilakukan untuk
menganalisa kerusakkan serat oleh cuaca.
6. Penggelembungan dengan KOH amoniakal dapat dilakukan untuk
menganalisa kerusakkan serat oleh alkali, asam, khlor.
VI DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Heri. Pengaruh Wol Sulfat Hasil Karbonisasi Wol Terhadap Hasil
Pencelupan dengan Zat Warna Asam. ITT; Bandung: 1986
Djufri, Rasjid, Ir, Msc. Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan
Pencapan. ITT; Bandung : 1976
Soeprijono,P. S.Teks, Dkk. Serat-Serat Tekstil. ITT; Bandung: 1978
9