tor_seminar_fhuk_2015000000000000000000000000000000000000000

20
TERM OF REFERENCE SEMINAR FAKULTAS HUKUM UMMY SOLOK SOLOK, 11 JUNI 2015 TEMA: PROSPEK KONSEPSI HUKUM INTENSIF SEBAGAI UPAYA MENITI JALAN LURUS DALAM MEMBANGUN HUKUM NASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK 0

Upload: hanif-fikriyantito

Post on 15-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

,l,ll,l,l

TRANSCRIPT

TERM OF REFERENCE SEMINAR FAKULTAS HUKUM UMMY SOLOK SOLOK, 11 JUNI 2015 TEMA: PROSPEK KONSEPSI HUKUM INTENSIF SEBAGAI UPAYA MENITI JALAN LURUS DALAM MEMBANGUN HUKUM NASIONAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK Kampus I Jalan Jenderal Sudirman No. 6 Solok Telp. (0755) 20565 Kampus II Jalan Raya Koto Baru No. 7 Kabupaten Solok Telp. (0755) 20127 TERM OF REFERENCE SEMINAR FAKULTAS HUKUM UMMY SOLOK SOLOK, 11 JUNI 2015 TEMA: PROSPEK KONSEPSI HUKUM INTENSIF SEBAGAI UPAYA MENITI JALAN LURUS DALAM MEMBANGUN HUKUM NASIONAL A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Hukum Nasional sangat penting untuk selalu dibangun agar tumbuh dan berkembang demi bangun besar bangsa dan Negara Indonesia. Oleh sebab itu, penting artinya suatu konsep yang jelas dan terarah (konsep yang bukan tambal sulam). Dalam upaya meniti jalan lurus dalam membangun Hukum Nasional dimaksud, lahir konsepsi hukum intensif. Upaya meniti jalan lurus maksudnya adalah sirathal mustaqim, meniti jalan yang yang diberi nikmat oleh Tuhan Yang Maha Esa, bukan jalan yang dimurkai, bukan pula jalan yang sesat. Meniti jalan ini mutlak hukumnya karena Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan pertimbangan di atas, konsepsi hukum intensif muncul sebagai suatu upaya untuk memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang hukum. Sebagai sebuah konsep, tentunya tidak bersifat final dan banyak hal yang perlu untuk didiskusikan lebih lanjut. Apalagi pembahasannya masih merupakan gagasan awal. Dalam konteks ini diungkapkan sesuai kebutuhan dan kepentingan kajian yang menguraikan tentang makna konsepsi hukum intensif, urgensi hukum intensif, dan eksistensi hukum di Indonesia ditinjau dari konsepsi hukum intensif. 2. Makna Konsepsi Hukum Intensif Konsepsi dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: pengertian; pendapat (paham); rancangan (cita-cita dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran.[footnoteRef:1] Sedangkan hukum intensif secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu kata hukum dan intensif. Kata hukum secara umum berarti aturan dan kata intensif (intensive[footnoteRef:2]; [footnoteRef:3]) berarti secara sungguh-sungguh; tekun; secara giat,[footnoteRef:4] secara sungguhsungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal.[footnoteRef:5] [1: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008, hal. 802. ] [2: John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, cet. Ketujuh, PT. Gramedia, Jakarta, 2002, hal. 225. ] [3: A.W. Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, Pustaka progressif, Surabaya, 2007, hal. 340. ] [4: Burhani MS dan Hasbi Lawrens, Referensi Ilmiah-Politik Kamus Ilmiah Populer, Lintas Media, Jombang, t.th., hal. 221. ] [5: Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hal. 438. ]

Berdasarkan pengertian di atas, hukum intensif dimaknai dengan hukum yang dikaji, dirumuskan, ditetapkan, dan diterapkan secara sungguh-sungguh, tekun, giat dan terus-menerus sampai memperoleh hasil yang optimal. Konsep hukum intensif ini dibutuhkan untuk menjembatani dua kutub keilmuan hukum, yaitu ilmu hukum dan ilmu fiqh. Dua kutub ini ditinjau dari perspektif Tuhan Yang Maha Esa pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan. 3. Urgensi Konsepsi Hukum Intensif Konsepsi hukum intensif menjadi suatu kajian yang sangat urgen mengingat beragamnya aliran dan sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara. Sistem di masing-masing negara yang bersangkutan memiliki perbedaan signifikan antara satu dengan lainnya. Padahal, berbagai negara tersebut eksis tidak lain karena kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, mutlak hukumnya bagi seluruh negara untuk menerapkan hukum Tuhan YME dan menjadi sangat penting untuk dikaji secara intensif mana hukum Tuhan YME itu. Di antara argumentasi yang dapat dipaparkan pentingnya konsep hukum intensif adalah: pertama, Hukum Islam yang disampaikan Allah (Al-Quran) dan Rasul-Nya (Sunnah) mutlak benar. Sedangkan hukum Islam yang diperoleh melalui pemahaman terhadap Al-Quran dan Sunnah terdapat dua kemungkinan (mungkin benar dan mungkin salah). Kalaupun hukum Islam yang diperoleh dari hasil pemahaman salah, itu adalah kesalahan yang masih dapat ditolerir karena diperoleh dari hasil ijtihad (kesalahan seperti ini mendapatkan satu pahala). Berdasarkan pertimbangan ini, hukum dalam berbagai aspeknya harus dikaji secara intensif agar sejalan dengan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Kedua, terdapat bukti bahwa para profesor dunia takjub dengan al-Quran (sumber utama hukum Islam).[footnoteRef:6] Lebih dari itu, para ilmuwan dunia menemukan kebenaran Islam melalui penelitian dan kajiannya. Buku yang dikarang oleh [6: Muhammad Yusuf bin Abdurrahman, Keajaiban Sains Para Ilmuwan Dunia yang Menemukan Kebenaran Islam melalui Penelitiannya, DIVA Press, Yogyakarta, 2013, hal. 14. ]

Muhammad Yusuf bin Abdurrahman yang berjudul Keajaiban Sains mengilustrasikan tentang hal tersebut. Di dalam bukunya, Abdurrahman mengemukakan kisah dua belas orang ilmuwan dunia yang menemukan kebenaran Islam melalui penelitian mereka. Pada bagian pertama bukunya, Abdurrahman menulis sebagai berikut: Akal manusia merupakan satu organ sekaligus perangkat yang bisa digunakan untuk menemukan kebenaran itu. Akal manusia akan berpikir secara logis, rasional, terstruktur, dan ilmiah (dibuktikan kebenarannya) dalam mencari setiap kebenaran dalam hidup. Meskipun demikian, dalam Islam, kebenaran agama yang utama adalah keyakinan atau meyakini apa pun yang disampaikan oleh para rasul melalui kitab-kitab suci. Kebenaran dalam Islam tidak perlu dibuktikan, karena hanya dengan keyakinan atau keimanan kepada Allah, seseorang sudah cukup menemukan kebenarannya, Namun bagaimana agama dihadapkan kepada para ilmuwan (nonmuslim) yang memiliki metode penemuan kebenaran menggunakan akal yang logis, rasional, dan ilmiah? Tidak menjadi soal, karena al-Quran merupakan mukjizat terbesar sepanjang masa. Banyak ayatnya yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan modern abad terakhir. Mulai dari Astronomi, Geologi, Biologi, Matematika, Kimia, Fisika, Oceanografi, psikologi, dan segala bidang keilmuan lainnya. Para ilmuwan di banyak bidang tersebut akhirnya tunduk dan takjub dengan keajaiban ayat al-Quran. Bagaimana tidak, penelitian ilmiahnya ternyata hanya merupakan pembenaran atau pengakuan atas wahyu Allah yang telah diinformasikan 1400 tahun silam. Luar biasa! Para ilmuwan ini menemukan kebenaran Al-Quran dengan penelitiannya masing-masing sesuai dengan sudut keilmuan mereka. Takjub, heran, terpesona, tercengang, dan terperanjat. Itulah ekspresi yang dirasakan oleh para ilmuwan usai menemukan kebenaran ilmiah tersebut.[footnoteRef:7] [7: Ibid., hal. 11-12. ]

Berdasarkan pendapat Abdurrahman di atas diketahui bahwa banyak ilmuwan dunia di berbagai bidang yang menemukan kebenaran Islam melalui penelitiannya. Oleh sebab itu, layak ditelusuri siapa dan kapan ilmuwan di bidang hukum menemukan kebenaran Islam melalui penelitiannya. Hal ini menjadi penting disebabkan para ilmuwan dunia yang dikisahkan oleh Abdurrahman tidak seorangpun yang berasal dari latar belakang ilmu hukum. Lagi pula para ilmuwan yang telah menemukan kebenaran Islam tersebut telah berupaya secara intensif sehingga mempoleh hasil yang optimal. Ketiga, fakta kehidupan manusia yang masih menyiratkan kecurigaan terhadap Islam dan umatnya. Fakta ini, mestinya dapat diminimalisir dengan konsep hukum intensif. Apalagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan demokrasi yang digaungkan di berbagai penjuru, tidak dapat dipungkiri praktek bernegara di Amerika sangat berpengaruh dominan. Namun sangat disayangkan, tidak banyak yang mau secara intensif menggali pemikiran yang berkembang dalam kajian para pendiri negara Amerika itu sendiri. Diperoleh bukti bahwa Thomas Jefferson salah seorang founding father Amerika memiliki Al-Quran dalam koleksi referensi hukumnya. Meskipun Thomas Jefferson belum berhasil secara intensif menemukan kebenaran Islam, setidaknya referensi dia memiliki pengaruh terhadap konsep kebebasan, demokrasi yang dia gaungkan. Berkaitan dengan hal ini, Denise A. Spellberg menyebutkan sebagai berikut: Benturan antara prinsip dan prasangka yang diatasi sendiri oleh Jefferson pada abad ke-18 dan ke-19 tetap menjadi ujian bagi bangsa tersebut pada abad ke-21. Sejak akhir abad ke-19, Amerika serikat sebenarnya telah menjadi tanah air bagi penduduk muslim Amerika yang beragam dan dinamis, tetapi populasi ini tidak pernah sepenuhnya mendapat sambutan. Sementara pada masa Jefferson, prasangka terorganisasi terhadap muslim digunakan untuk melawan sebuah populasi non penduduk yang sangat asing dan imajiner, pada masa kini serangan-serangan politik membidik warga muslim Amerika sungguhan. Terutama setelah persitiwa 9/11 dan apa yang disebut sebagai Perang Melawan Terorisme, sebuah wacana publik terhadap anti fanatisme Muslim Amerika dari penggunaan hak-hak sipil mereka secara penuh dan setara.[footnoteRef:8] [8: Denise A. Spellberg, Kontroversi Al-Quran Thomas Jefferson, PT. Pustaka Alvabet, Jakarta, 2014, hal. 11. ]

Di antara hal yang dipahami dari pendapat di atas adalah keberadaan Amerika sebagai suatu negara dipengaruhi oleh ajaran Islam. Ketika dipikirkan lebih mendalam, maka akan diperoleh pemahaman bahwa eksistensi suatu negara di dunia ini tidak lain adalah karena kuasa Tuhan. Oleh sebab itu, berdasarkan argumentasi yang telah disebutkan dapat dinyatakan bahwa melalui konsep hukum intensif diharapkan muncul secercah harapan bahwa kajian ilmiah hukum tetap berada dijalur kebenaran Islam. Dengan perkataan lain, dalam kajian ilmiah, pemikiran manusia harus sesuai dengan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, bukan sebaliknya ketentuan Tuhan Yang Maha Esa disesuai dengan pemikiran manusia. 4. Eksistensi Hukum di Indonesia Berdasarkan Konsepsi Hukum Intensif Untuk konteks Negara Indonesia, dengan merujuk kepada beberapa rumusan konstitusi sangat sesuai dengan gagasan hukum Intensif. Kesesuaian dimaksud dapat diketahui melalui beberapa rumusan: Pertama, alinea ketiga Pembukaan UUD NRI 1945 menyebutkan Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Alinea ini sebagai dasar/basis pernyataan kemerdekaan Indonesia adalah atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa. Melalui ketentuan ini secara intensif menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bersyukur atas rahmat kemerdekaan yang diberikan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia akan tetap dalam kondisi bersyukur sepanjang Indonesia selalu mentaati Allah Yang Maha Kuasa. Sebaliknya, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang ingkar (tidak bersyukur atas rahmat kemerdekaan) ketika mengabaikan hukum Allah Yang Maha Kuasa. Kedua, ketentuan pada alinea keempat UUD 1945 menyebutkan Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. terdapat dua kata berdasarkan dalam alinea keempat ini. Kata berdasar yang pertama adalah tindak lanjut dari hasil kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah yang dijadikan dasar untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia. Sedangkan kata berdasarkan yang kedua menegaskan tentang dasar bagi suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Dasar yang terakhir ini populer disebut dengan Pancasila walaupun kata Pancasila itu sendiri tidak ditemukan dalam UUD 1945. Walapun demikian, ketentuan ini secara intensif di antaranya bermakna Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi dasar kedaulatan rakyat dalam Negara Republik Indonesia adalah Allah Yang Maha Kuasa sebagaimana disebutkan sebelumnya. Oleh sebab itu, istilah Pancasila secara intensif bermakna bahwa Pancasila adalah hasil pemikiran dari bangsa Indonesia yang sesuai dengan hukum Allah Tuhan Yang Maha Esa. Sebaliknya dapat dipahami bahwa dalam Negara Pancasila tidak boleh dirumuskan, dirancang, ditetapkan, diterapkan/dilaksanakan hukum yang bertentangan dengan aturan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, Pasal 9 UUD yang mewajibkan Presiden/Wakil Presiden bersumpah menurut agamanyaSumpah Presiden (Wakil Presiden) : Demi Allah. rumusan pasal ini dengan jelas menunjukkan bahwa tidak memungkinkan untuk jadi presiden di Negara hukum Indonesia sesorang yang tidak bertuhankan Allah. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa Presiden (wakil Presiden) mutlak menjalankan ketentuan Allah Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan roda pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Keempat, Pasal 29 ayat (1) UUD bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah satu-satunya Pasal dalam UUD 1945 yang dengan tegas menyebut menggunakan redaksi Negara berdasar atas. Ketentuan pasal ini memberikan petunjuk bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Implikasi dari ketentuan ini adalah bahwa ketentuan Tuhan Yang Maha Esa adalah dasar dari semua aspek penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia. Kelima, Pasal 31 ayat (3) UUD bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.... rumusan pasal ini memperkuat bahwa Negara berdasar ketuhanan yang Maha Esa, karena hanya dengan dasar itu pemerintah dapat mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia....; Secara intensif, pemahaman dari ketentuan Pasal ini adalah bahwa ketakwaan serta akhlak mulia hanya dapat ditingkatkan dengan melaksanakan sistem pendidikan yang sesuai dengan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, Pasal 31 Ayat 5 UUD 1945 menyebutkan Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Ketentuan pasal ini, dihubungkan dengan pasal-pasal sebelumnya melahirkan pemahaman bahwa nilai-nilai agama yang dimaksudkan pasal ini adalah nilai-nilai agama yang berketuhanan Yang Maha Esa. Tanggungjawab pemerintah untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Jika, tanggungjawab ini tidak dijalankan oleh pemerintah, berarti pemerintah inkonstitusional. 4. Kesimpulan Konsepsi hukum intensif sangat penting artinya dalam upaya membumikan hukum Tuhan Yang Maha Esa di alam semesta yang mana alam semesta itu sendiri adalah ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, menjadi tugas ilmuwan hukum untuk membumikan hukum Tuhan YME dimaksud. Dalam konteks Indonesia, diketahui bahwa eksistensi hukum di Indonesia idealnya adalah hukum intensif karena Indonesia eksis atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, tugas ilmuwan hukum Indonesia adalah berupaya menggiatkan kajian hukum intensif sehingga konsepsi hukum intensif membumi di tanah air Indonesia. Wa Allahu Alam. B. Tujuan Seminar 1. Untuk mensosialisasikan prospek konsepsi hukum intensif sebagai upaya meniti jalan lurus dalam membangun hukum nasional; 2. Untuk mendiskusikan prospek konsepsi hukum intensif sebagai upaya meniti jalan lurus dalam membangun hukum nasional; 3. Untuk lahirnya rekomendasi tentang prospek konsepsi hukum intensif sebagai upaya meniti jalan lurus dalam membangun hukum nasional. C. Waktu dan Tempat Seminar Hari/Tanggal : Kamis, 11 Juni 2015 Tempat : Kampus I UMMY; Jalan Jendral Sudirman Nomor 6 Kota Solok Jam : 09.00 WID- Selesai D. Pemateri Call For Papers Seminar Fakultas Hukum UMMY membuka kesempatan bagi undangan membuat makalah Call for Papers untuk mempresentasikan makalahnya pada sesi paralel. Makalah dibuat dalam format Microsoft word minimal 3000 kata. Makalah paling lambat diterima pada tanggal 8 Juni 2015 yang dikirimkan ke email; [email protected] Tema call for papers pada prinsipnya adalah sesuai dengan tema seminar, yaitu Prospek Konsepsi Hukum Intensif Sebagai Upaya Meniti Jalan Lurus Dalam Membangun Hukum Nasional. Walaupun demikian sangat terbuka peluang untuk mengembangkannya sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Berikut ini adalah beberapa contoh pengembangan untuk judul call for papers: 1. Prospek Konsepsi Hukum Intensif dalam Lapangan Hukum Tata Negara 2. Prospek Konsepsi Hukum Intensif Ditinjau dari Undang-Undang Tentang Hak Asasi Manusia 3. Prospek Konsepsi Hukum Intensif Ditinjau dari Undang-Undang Tentang Partai Politik 4. Prospek Konsepsi Hukum Intensif Ditinjau dari Undang-Undang Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama 5. Prospek Konsepsi Hukum Intensif dalam kasus Hukuman Mati 6. Prospek Konsepsi Hukum Intensif dalam UU Tentang PKDRT Sistematika makalah adalah sebagai berikut: Judul Abstrak Kata kunci 1. Pendahuluan 2. Pembahasan 3. Kesimpulan Daftar kepustakaan Daftar Riwayat Hidup Penulis E. Susunan Acara (Tentatif) NO WAKTU ACARA PJ

1 08.00-09.00 Registrasi peserta Panitia

2 09.00-10.00 Pembukaan Panitia

3 10.00-12.00 Seminar (Keynote Speech) Moderator

4 12.00-13.00 Shomai

5 03.00-15.00 Seminar Sesi paralel Moderator

6 15.00-15.15 Perumusan rekomendasi Seminar hasil Tim Perumus

7 15.15 Penutupan Panitia

DAFTAR KEPUSTAKAAN Al-Quran John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, cet. Ketujuh, PT. Gramedia, Jakarta, 2002. A.W. Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, Pustaka progressif, Surabaya, 2007. Burhani MS dan Hasbi Lawrens, Referensi Ilmiah-Politik Kamus Ilmiah Populer, Lintas Media, Jombang, t.th. Denise A. Spellberg, Kontroversi Al-Quran Thomas Jefferson, PT. Pustaka Alvabet, Jakarta, 2014. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman, Keajaiban Sains Para Ilmuwan Dunia yang Menemukan Kebenaran Islam melalui Penelitiannya, DIVA Press, Yogyakarta, 2013. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 0 0 13