ujian wanita 30th skizo paranoid
DESCRIPTION
FK UNS psikiatriTRANSCRIPT
KASUS UJIAN
SEORANG WANITA USIA 30 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA
PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Disusun Oleh :
David Kurniawan S
G99131028
Pembimbing :
dr. Adriesti Herdaetha, SpKJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS JIWA DAERAH SURAKARTA
SURAKARTA
2013
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jl. Subroto RT 01/03 Babadan Ponorogo
Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Putri
Pekerjaan : Swasta
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk Rumah Sakit : 18 Desember 2013
Tanggal Pemeriksaan : 20 Desember 2013
No. RM : 03 62 02
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat penyakit pasien didapatkan dari anamnesis terhadap pasien
(autoanamnesis) maupun dari keluarga (alloanamnesis).
1. Autoanamnesis dilakukan di bangsal srikandi RS Jiwa Daerah Surakarta
pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 09.30.
2. Alloanamnesis dilakukan terhadap adik pasien yaitu Tn. A, pada tanggal
20 Desember 2013, pukul 16.40 WIB melalui telepon.
A. Keluhan Utama:
Bingung, mondar-mandir, bicara sendiri dan terlanjang di dalam rumah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
1. Alloanamnesa
Tn. A selaku adik kandung pasien menceritakan bahwa pasien
bibawa ke RS jiwa karena bingung, mondar-mandir, bicara sendiri dan
terlanjang di dalam rumah. Keluarga mengatakan bahwa awal pasien
2
mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan
pasien patah hati dengan pria yang dikenalnya di tempat kerja. Sejak
saat itu pasien suka mengurung diri dikamar, BAK dikamar, sulit
diajak bicara, pekataannya tidak nyambung dan mudah marah. Pasien
sudah beberapa kali mondok di RSJ, tapi setelah pulang pasien tidak
mau minum obat karena merasa tidak sakit dan justru merasa bahwa
keluarganya meracuniya. Akibatnya pasien sering kumat marah-marah
dan membanting kursi, pernah juga memukul adiknya tanpa sebab.
Pasien pernah bercerita pada adiknya bahwa ada suara yang
menyuruhnya telanjang dan pasien mengikutinya. Pasien juga sering
berbicara sendiri dan mengaku sedang berbicara dengan Gusti Allah. ±
3 bulan yang lalu pasien tidak mau sholat karena merasa dirinya amat
berdosa, dosa-dosanya tidak mungkin diampuni dan Allah sangat benci
kepadanya sehingga tidak ada gunanya sholat. Pasien juga mengaku
melihat setan dan jin dirumahnya.
Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, kedua
orang tua pasien sudah meninggal. Pasien tinggal serumah dengan
ketiga adik-adiknya, sedangkan 2 orang kakaknya tinggal di luar
negeri.
Tn. A menceritakan bahwa sebelum sakit, pasien adalah seorang
yang sangat pendiam dan hanya memiliki sedikit teman. Setelah
gangguan jiwa tahun 2007, pasien tidak lagi bekerja dan hanya
memasak dirumah atau pergi ke pabrik kerupuk milik pamannya hanya
sekedar mengisi waktu kosong.
Dalam hal rumah tangga, menurut penuturan Tn. A,
kemungkinan pasien menginginkan seorang pria yang dapat menjadi
imam baginya.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma, kejang ataupun sesak
napas. Keluarga pasien jugs tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami pasien.
3
2. Autoanamnesa
Pasien dapat menjawab dengan baik ketika ditanya mengenai
identitas dirinya,. Ia menjawab bernama Ny. L, usianya 30 tahun.
Wajah pasien tampak sesuai usia dan perawatan diri baik. Ketika
ditanya mengenai mengapa ia dibawa ke RSJ, pasien menjawab bahwa
dirinya dirinya dipaksa oleh kakak iparnya Tn. B agar mondok di RSJ.
Ketika ditanya kenapa Tn. B membawanya ke RSJ, pasien menjawab
karena ia suka telanjang di rumahnya.
Ketika pasien ditanya mengenai pekerjaannya, pasien dapat
menjawab bahwa ia bekerja di kafe pada tahun 2007 dan pada bulan
Agustus 2013 yang lalu sempat bekerja di pabrik kerupuk selama satu
bulan.
Saat ditanya mengapa pasien suka telanjang, pasien menjawab
karena pasien merasa dirinya adalah setan betina, dan menurut pasien
setan betina itu telanjang. Pasien juga merasa dirinya berbeda (bukan
seperti dirinya) setiap kali bercermin. Ketika ditanya tentang perasaan
pasien saat ini, pasien menjawab bahwa dirinya sedang senang karena
kemarin adiknya datang menjenguk.
Saat ditanya oleh pemeriksa apakah pasien sering mendengar
suara-suara atau melihat suatu obyek, pasien mengatakan bahwa ia
mendenganr suara bisikan dari Gusti Allah, suaranya terdengar sangat
jelas sebagai suara wanita. Suara itu muncul setiap kali pasien ingin
sholat, dan suara itu melarang pasien untuk sholat, sehingga pasien pun
mengurungkan niatnya untuk sholat. Pasien juga mengaku bertetangga
denga seorang pangeran yang berperawakan tinggi-kekar yang datang
dari surga, namun pasie tidak pernah bertegursapa dengan pangeran
tersebut. Pasien juga mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan
seorang pria untuk diajak kenalan.
4
C. Riwayat Penyakit dahulu
1. Riwayat Psikiatri
Gangguan jiwa sebelumnya : (+) sudah 3 kali mondok di
RSJ
2. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat trauma kepala : disangkal
- Riwayat kejang : disangkal
- Riwayat pingsan : disangkal
3. Riwayat Penyalahgunaan obat/zat
a. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
b. Riwayat merokok : disangkal
c. Riwayat konsumsi obat psikotropik : disangkal
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Pasien memiliki dua
kakak perempuan dan tiga adik laki-laki. Pasien lahir normal ditolong
oleh bidan. Ibu pasien tidak pernah mengalami sakit saat mengandung
pasien.
2. Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)
Pasien tinggal bersama ketiga adik laki-lakinya. Riwayat tumbuh
kembang sesuai dengan anak-anak sebayanya.
3. Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)
Saat pasien bersekolah di SD, pasien dikenal sebagai anak yang
prestasinya cukup. Pasien merupakan anak yang pendiam, tidak pernah
bercerita jika memiliki masalah, lebih sering di rumah daripada
bermain di luar, dan hanya mempunyai sedikit teman.
5
4. Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)
Pasien menempuh pendidikan hingga lulus SLTP di Madrasah
Tsanawiyah Putri Ponorogo.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai pelayan di kafe, namun sekarang
sudah tidak bekerja.
b. Riwayat Perkawinan
Belum menikah
c. Riwayat Pendidikan
Pasien tamat SLTP
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien menyukai lawan jenis
f. Riwayat Kemiliteran dan hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam kegiatan kemiliteran dan
masalah hukum
g. Situasi Hidup Sekarang
Sebelum tinggal di rumah sakit jiwa, pasien tinggal di rumah
bersama ketiga adik laki-lakinya.
6
E. Riwayat Keluarga
Ket.: : laki-laki
: perempuan
: laki-laki sudah meninggal
: perempuan sudah meninggal
: pasien dengan gangguan jiwa
: tinggal serumah
Tidak ditemukan riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang sama atau
gangguan jiwa.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 30 tahun. Pasien tampak
berpenampilan sesuai umur, perawatan diri baik.
2. Psikomotor
Pasien tampak normoaktif.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Saat ditanya,
pasien bersedia untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Kontak
mata adekuat.
7
B. Kesadaran
1. Kuantitatif : compos mentis, E4V5M6
2. Kualitatif : berubah
C. Pembicaraan
Pasien menjawab dengan volume cukup jelas, intonasi dan
artikulasi jelas, pembicaraan spontan, perbendaharaan baik. Pasien
menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.
D. Alam Perasaan
1. Mood : senang
2. Afek : terbatas
3. Kesesuaian : tidak serasi
4. Empati : tidak dapat diraba rasakan
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : auditorik (+), pasien mendengar suara Gusti Allah
Yang melarangnya untuk sholat.
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisasi : (+)
4. Derealisasi : (-)
F. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : non realistik
2. Isi pikir : waham bersalah (+), waham magic mistik (+)
3. Arus pikir : assosiasi longgar
G. Sensorium dan Kognisi
1. Orientasi
Orang : baik, pasien dapat mengenali dokter, perawat, dan
keluarga
Tempat : baik, pasien mengetahui sedang berada di rumah sakit
jiwa
Waktu : baik, pasien mengetahui waktu saat dilakukan
pemeriksaan yaitu pada siang hari
8
2. Daya ingat
Segera : baik. pasien mampu menyebutkan 5 angka
yang pemeriksa sebutkan kepada pasien
berturut-turut
Jangka pendek : baik, pasien dapat menyebutkan makanan
yang dimakan tadi pagi
.
Jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan kejadian
sebelum dibawa ke RSJ Surakarta dan
kapan tepatnya dibawa.
3. Daya konsentrasi dan perhatian
a. Konsentrasi : tidak terganggu
b. Perhatian : tidak terganggu
4. Kemampuan visuospasial : tidak terganggu.
5. Pikiran abstrak : tidak terganggu.
6. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat makan,
minum, mandi, dan bisa
tidur sendiri.
H. Tilikan
Derajat tilikan : derajat II (menyadari tetapi sekaligus menyangkal
penyakitnya).
I. Reliabilitas : informasi yang diutarakan pasien dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Interna
1. Kesadaran : compos mentis
2. Vital Sign :
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 36,4 oC
9
d. Respirasi : 20 kali/menit
Kesan : Pemeriksaan vital sign dalam batas normal
Kepala, leher, thorax, abdomen, ekstremitas tak ada kelainan
B. Status Neurologis
1. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6
2. Fungsi luhur : baik
3. Fungsi kognitif : dalam batas normal
4. Fungsi sensorik : dalam batas normal
N N
N N
5. Fungsi motorik : dalam batas normal
Kontraksi otot Tonus otot
+5 +5 N N
+5 +5 N N
Reflek fisiologis Reflek patologis
+2 +2 - -
+2 +2 - -
6. Nervus cranialis : N III, VII, XII dalam batas normal.
Kesan : Pemeriksaan status neurologi dalam batas normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang wanita, berusia 30 tahun, tampak berpenampilan
sesuai umur, perawatan diri baik. Ketika ditanya oleh pemeriksa, pasien
bersifat cukup kooperatif.
Pasien dibawa ke RS Jiwa Daerah Surakarta karena bingung, mondar-
mandir, bicara sendiri dan terlanjang di dalam rumah.. Pasien tidak
mengetahui mengapa pasien dibawa ke RS jiwa.
Kurang lebih tahun 2007, pasien pernah mengalami gangguan jiwa. Hal
tersebut dikarenakan pasien patah hati dengan seorang pria di tempat
kerjanya. Semenjak saat itu, pasien suka mengurung diri dikamar, BAK
dikamar, sulit diajak bicara, pekataannya tidak nyambung dan mudah marah.
10
Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien sudah beberapa kali mondok
di RSJ, tetapi setelah keluar pasien tidak mau minum obat, sehingga pasien
sering kumat marah-marah dan membanting kursi, bahkan pernah memukul
adiknya tanpa sebab. Jika disuruh minum obat, pasien tidak mau, justru malah
merasa diracuni karena pasien tidak merasa dirinya sakit..
Ketika pasien ditanya mengenai perasaan pasien saat ini, pasien
berakata bahwa dirinya merasa senang, karena kemarin adiknya datang
menjenguk. Saat pasien ditanya apakah pasien sering mendengar suara-suara
tanpa ada orangnya, pasien menjawab bahwa ia sering mendengar suara Gusti
Allah yang melarangnya untuk sholat. Selain itu pasien juga mengatakan
bahwa ia memiliki tetangga seorang pangeran dari surga.
Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ayah dan ibu
pasien sudah meninggal. Pasien tinggal bersama ketiga adik laki-laki pasien.
Pasien merupakan tipe orang yang pendiam, hanya memiliki sedikit
teman, tidak pernah bercerita kepada keluarga jika memiliki masalah. Di
rumah kesehariannya dihabiskan untuk melakukan pekerjaan rumah.
Tumbuh kembang pasien tidak ada masalah, pasien tumbuh kembang
normal seperti anak lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala,
kejang maupun sesak napas.
Dari status mental didapatkan pasien tampak normoaktif dan cukup
kooperatif ketika diajak berbicara. Kesadaran kuantitatif compos mentis, GCS
E4V5M6, kualitatif berubah. Pasien menjawab dengan volume jelas, intonasi
dan artikulasi jelas. Didapatkan mood senang, afek terbatas, dan keserasian
afek dan mood tidak serasi. Empati tidak dapat diraba rasakan. Halusinasi
auditorik. Pasien mendengar suara Gusti Allah yang melarangnya untuk
sholat. Bentuk pikir: non realistik; isi pikir: waham bersalah (+), waham
magic mistik (+); arus pikir: assosiasi longgar. Orientasi orang, tempat, dan
waktu baik. Daya konsentrasi dan perhatian tidak terganggu. Daya ingat baik.
Kemampuan visuospasial, pikiran abstrak, serta kemampuan menolong diri
sendiri baik. Tilikan derajat II. Reliabilitas: informasi pasien dapat dipercaya.
11
Status interna, neurologi, dan pemeriksaan penunjang laboratorium dalam
batas normal.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan perilaku dan psikologis yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) pada fungsi pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.
A. Diagnosis Aksis I
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada saat
ini. Berdasarkan data ini, kemungkinan organik sebagai penyebab
kelainan yang menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan
gangguan jiwa yang diderita saat ini bisa disingkirkan, sehingga diagnosis
gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.
Dari anamnesis tidak didapatkan/disangkal riwayat penggunan zat-
zat adiktif sebelumnya sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku
akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien tampak
normoaktif dan cukup kooperatif ketika diajak berbicara. Kesadaran
kuantitatif compos mentis, GCS E4V5M6, kualitatif berubah. Pasien
menjawab dengan volume jelas, serta intonasi dan artikulasi jelas.
Didapatkan mood senang, afek terbatas, dan keserasian afek dan mood
tidak serasi. Empati yang tidak dapat diraba rasakan. Halusinasi auditorik,
pasien mendengar suara Gusti Allah. Bentuk pikir: non realistik; isi pikir:
waham bersalah (+), waham magic mistik (+); arus pikir: assosiasi
longgar.
Berdasarkan data-data di atas, maka sesuai kriteria PPDGJ III, untuk
aksis I, pada pasien memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid
(F20.0). Pasien memenuhi kriteria umum skizofrenia yaitu terdapatnya
12
halusinasi auditorik dan waham bersalah yang menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku pada pasien
B. Diagnosis Aksis II
Ciri kepribadian skizoid. Pasien merupakan orang yang pendiam,
dan hanya memiliki sedikit teman saja.
C. Diagnosis Aksis III
Tidak ada diagnosis.
D. Diagnosis Aksis IV
Masalah psikososial.
E. Diagnosis Aksis V
Skala GAF saat pemeriksaan : 40 – 31 (beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi)
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Ciri kepribadian skizoid
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah psikososial
Axis V : GAF 40 – 31
Diagnosis Banding:
F22.0 Gangguan Waham Menetap
VIII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ada
B. Psikologik :
1. Gangguan perilaku
2. Gangguan alam perasaan (mood dan afek)
3. Gangguan persepsi (halusinasi)
4. Gangguan proses pikir (isi pikir, bentuk pikir dan arus pikir)
5. Gangguan penilaian realita
13
IX. RENCANA PENGOBATAN LENGKAP
A. Medikamentosa
1. Risperidone 2x2 mg
B. Non Medikamentosa
1. Terhadap pasien jika kondisi sudah membaik.
a. Penjelasan tentang penyakitnya, cara, manfaat, dan efek samping
dari pengobatan yang diterima pasien dan memotivasi pasien
supaya minum obat secara teratur serta rajin kontrol.
b. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari secara bertahap dan membantu pasien untuk bisa menerima
kenyataan dengan ikhlas, dan yakin bisa menghadapinya.
c. Mengembangkan potensi diri yang dimiliki pasien.
2. Terhadap keluarga :
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang gangguan jiwa yang
dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien supaya berpartisipasi dalam
pengobatan pasien dan memberikan suasana/lingkungan yang
kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien,
mengingatkan pasien agar teratur minum obat, serta mengantar
pasien saat pasien kontrol.
X. PROGNOSIS
Good Prognosis
No. Keterangan Check List
1. Onset lambat X
2. Faktor pencetus jelas √
3. Onset akut X
4.Riwayat sosial dan, pekerjaan yang
baikX
5. Gangguan mood √
6. Mempunyai pasangan X
14
7. Premorbid yang baik X
8. Sistem pendukung yang baik √
9. Gejala positif √
Poor Prognosis
No. Keterangan Check List
1. Onset muda √
2. Faktor pencetus tidak jelas X
3. Onset tidak jelas X
4.Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
premorbid jelek√
5. Perilaku menarik diri √
6. Tidak menikah, cerai/janda/duda √
7. Riwayat keluarga skizofrenia X
8. Sistem pendukung yang buruk X
9. Gejala negative √
10. Tanda dan gejala neurologis X
11. Tidak ada remisi dalam 3 tahun √
12. Banyak relaps √
13. Riwayat trauma perinatal X
14. Riwayat penyerangan √
Kesimpulan Prognosis
- Ad vitam : bonam
- Ad sanam : dubia ad malam
- Ad fungsionam : dubia ad malam
15