ustek-5. metodologi

Upload: bela-yusdiantika

Post on 04-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

usulan metodelogi

TRANSCRIPT

BAB I

Pengadaan Jasa Konsultansi

Perencanaan Perbenihan Ikan Laut Terapung Ramah Lingkungan Pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut

BAB V

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 UMUM

Uraian dalam Bab Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ini menggambarkan usaha Tim Penyusun Konsultan CV. INTERCONS yang akan bertindak sebagai pelaksana perencanaan, jika kelak terpilih dalam pengerjaan perencanaan ini. Metodologi dan Pendekatan yang akan digunakan berkaitan dengan tahapan kegiatan dan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (TOR), kunjungan lapangan, serta Berita Acara Aanwijzing.

Untuk memberikan gambaran yang jelas, singkat dan padat, maka dalam bab ini dijabarkan berbagai kegiatan yang antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut ini. Pekerjaan Persiapan, Kegiatan Survei Lapangan

Pendekatan Teknis

Kegiatan Perencanaan

5.2 PEKERJAAN PERSIAPAN1. Orientasi Lapangan

Sebelum dilakukan pelaksanaan survey di Lapangan, maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan kunjungan ke Lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka penyusunan operasional survey lapangan, waktu pelaksanaan survey, dan persiapan penyusunan perlatan yang digunakan.

Dalam orientasi lapangan ini juga dilakukan pencatatan mengenai medan kerja, sarana transportasi, sarana akomodasi yang tersedia, dan tenaga kerja lapangan yang ada.2. Pengurusan Ijin Survei

Bersamaan dengan pelaksanaan orientasi lapangan Team Leader harus melaksanakan pengurusan surat-surat administrasi mengenai ijin pelaksanaan survey dengan instansi terkait seperti Kepala Dusun, Kepala Desa maupun Camat pada lokasi pekerjaan. Disamping itu pula dilakukan pertemuan secara informal dengan masyarakat atau tokoh masyarakat (stake holder) yang ada di lokasi pekerjaan.3. Penyusunan Jadwal Survei dan Mobilisasi

Berdasarkan hasil orientasi lapangan, maka disusunlah jadwal pelaksanaan survey, mobilasasi personil survey, dan mobilisasi peralatan. Penyusunan jadwal ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis survey yang dilakukan.

4. Pengumpulan Data Sekunder

A.Tujuan

Mengumpulkan data yang ada berkaitan dengan kondisi fisik, sosial ekonomi, dan aturan-aturan, kebijakan maupun rencana Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam penanganan dan pengembangan kawasan daerah pantai.

B.Cakupan

Cakupan pengumpulan dan evaluasi data ini adalah :

Pengumpulan Data Kondisi Fisik

Data Angin minimal dalam rentang waktu 10 (sepuluh) tahun dari stasiun BMKG terdekat.

Data Hidro-Klimatologi (curah hujan, debit aliran sungai, arah dan kecepatan angin)

Data geologi/mekanika tanah

Data-data Hidro-Oceanografi dan Batimetri terdahulu

Data karakteristik sungai dan muara

Erosi dan sedimentasi

Foto udara yang tersedia

Data fasilitas dan bangunan pantai yang ada

Kondisi kerusakan yang pernah terjadi

Peta-peta yang ada

Studi-studi terdahulu yang pernah dilakukan Pengumpulan data tentang aturan-aturan, kebijakan dan rencana Pemerintah

C.Output

File data, analisa awal kondisi daerah studi, dan informasi untuk penentuan survey.5.3 KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

Secara umum koordinasi pelaksanaan survei dan penyelidikan dikelompokkan menjadi beberapa regu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok dan bertanggung jawab terhadap pemimpin survei. Pelaksanaan koordinasi tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Koordinasi dan Komunikasi Pelaksanaan Survei dan Penyelidikan.

Tujuan survei lapangan dalam perencanaan pekerjaan detail disain pengaman pantai pada umumnya adalah ingin mengetahui mekanisme dan intensitas proses-proses yang terjadi di sepanjang pantai dan muara sungai yang ada di wilayah pantai tersebut, seperti bagaimana dan seberapa keadaan variasi gelombang, sirkulasi arus pantai (nearshore currents), perubahan topografi dasar pantai beserta daya dukung tanah dasar.

Pada tahap pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengumpulan data-data mengenai kedaan sosial ekonomi penduduk di wilayah tersebut, keadaan lokasi, keadaan bangunan-bangunan sekitar lokasi, keadaan transportasi pencapaian lokasi dan fasilitas lainnya seperti listrik, telepon, air bersih dan sebagainya.

5.4 Pendekatan Teknis

5.4.1 Parameter Disain

Parameter-parameter desain yang digunakan dalam perencanaan penanganan pengamanan pantai, antara lain :

1. Karakteristik gelombang (tinggi, arah, dan periode)

2. Pengaruh pasang surut (elevasi-elevasi penting seperti HWL, MWL, dan LWL)

3. Arah arus air laut

4. Proses dinamika pantai

5. Beban hidrologi terhadap daerah perencanaan (bila ada)

6. Karakteristik hidrolika aliran sungai (bila ada)

7. Sifat-sifat tanah pendukung

8. Kinerja struktur dan umur bangunan pelindung pantai

5.4.2 Analisa dan Perhitungan Parameter Desain

1. Peramalan Gelombang

Peramalan arah, tinggi dan periode gelombang dilakukan dengan pengolahan data angin minimal selama 10 tahun, seperti kecepatan, arah, dan lama hembus angin. Hasil pengolahan pencatatan data angin ini akan dipakai dalam penentuan tinggi dan periode gelombang di lokasi bangunan, yaitu :

Tinggi gelombang signifikan (Hs), yang dihitung berdasarkan spectrum dari data variasi tinggi muka air tersebut.

Periode gelombang signifikan (Tz) berdasarkan jumlah gelombang yang terjadi selama pengamatan 10 menit.

Tinggi dan periode gelombang yang tercatat dalam data.

Tinggi gelombang H1/3 dan T1/3, yaitu tinggi gelombang rata-rata dari 1/3 jumlah gelombang terbesar.

Hav dan Tav, yaitu tinggi dan periode gelombang rata-rata yang terjadi.

H1/10 dan T1/10 yang dihitung dari rata-rata tinggi gelombang dan periode gelombang dari 1/10 dari jumlah gelombang yang terjadi.

Berdasarkan parameter teknis gelombang tersebut, selanjutnya dihitung frekuensi kejadian dari tinggi gelombang signifikan, dalam hal ini diambil H1/3 dan kemudian digambarkan mawar gelombang (wave rose) dari gelombang tersebut, sedangkan arah gelombang disesuaikan dengan arah angin yang diperoleh dari data sekunder (BMG).

Dari hasil pengamatan data gelombang di lapangan, kemudian ditentukan tinggi gelombang dengan kala ulang seseuai umur rencana konstruksi dengan pemakaian rumus Gumbel. (Nur Yuwono, 1992 dan Per Bruun, 1976) sebagai berikut ini.

dengan :

Hr =tinggi gelombang rata-rata

(H=standar deviasi data

H=tinggi gelombang pencatatan,

HT=tinggi gelombang pada kala ulang yang ditentukan.

Untuk menentukan besarnya Y, Yn dan (n didasarkan pada tabel 1 dan tabel 2 dan tabel 3 di bawah ini :

Tabel 1. Masa/Kala Ulang vs Y

Tabel 2. Nilai Yn

Tabel 3. Nila (n

2. Peramalan Gelombang metode hindcasting/forecastingPeramalan gelombang yang mungkin akan terjadi di sekitar wilayah studi diperlukan untuk menghitung tinggi gelombang rencana. Gelombang yang terjadi di laut lepas adalah gelombang yang bangkit diakibatkan hembusan angin (wind waves), dimana sifat-sifat gelombang yang terbangkitkan bersifat acak (random). Pembangkitan gelombang oleh angin diramalkan berdasarkan metoda empiris yang telah umum digunakan, misalnya metoda SMB (Sverdrup-Munk-Bretschneider) atau metoda spektrum gelombang JONSWAP dengan data yang digunakan adalah data angin yang menyebutkan arah dan kecepatan dan data karakteristik/kondisi perairan (arah dan daerah pembangkitan gelombang/fetch gelombang maupun kedalaman).

Data kecepatan dan arah angin jam-jaman jangka panjang (minimum 10 tahun) sebagai data sekunder akan dicari dari stasiun pengukuran terdekat dan mewakili. Sementara geometri perairan akan dicari dari peta laut atau peta batimetri yang dapat diperoleh dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Dari geometri perairan tersebut akan dihitung panjang fetch efektif.

Hasil peramalan akan dibandingkan/dikalibrasi dengan tinggi gelombang jangka pendek yang diperoleh melalui pengukuran di areal perencanaan.

3. Analisa Besaran Ekstrim Gelombang

Setelah dikalibrasi dengan data gelombang jangka pendek hasil pengukuran di lapangan, hasil peramalan gelombang jangka panjang pada butir 2 tersebut di atas akan dianalisa secara statistik-probabilitas untuk menentukan tinggi dan perioda gelombang rencana. Besaran ekstrim gelombang dengan Perioda Ulang tertentu akan dihitung dengan formula sebagai berikut :

dimana

xT =harga ekstrim (maksimum) gelombang pada perioda ulang T

(( =harga rata-rata (mean)

KT =faktor frekuensi

( =simpangan baku

4. Analisa Transformasi Gelombang

Besaran gelombang rencana yang dihitung pada butir 2 tersebut di atas adalah besaran yang berlaku di laut dalam. Tinggi, panjang, dan arah gelombang akan berubah ketika gelombang menjalar memasuki perairan dangkal. Perubahan fisik yang akan diperhitungkan dalam menentukan besaran gelombang di laut dangkal adalah : Pendangkalan gelombang (wave shoaling),

Refraksi gelombang (wave refraction),

Difraksi gelombang (wave diffraction), dan

Pecah gelombang (breaking wave)

Tergantung pada kompleksitas masalah dan data yang tersedia, transformasi gelombang akan dihitung secara manual atau metoda numerik. Hasil transformasi gelombang (bersama-sama dengan data bathimetri perairan dan laju angkutan sedimen sejajar pantai) akan dipakai sebagai input dalam model perubahan garis pantai.

Pendangkalan gelombang (wave shoaling) terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman air pada saat gelombang merambat menuju pantai. Pengaruh ini menyebabkan terjadinya perubahan ketinggian gelombang yang mana dijabarkan dalam koefisien shoaling (Ks), yang besarnya dapat diperoleh dari rumusan di bawah ini.

dengan :

L=panjang gelombang (m),

T=periode gelombang (dt),

d=kedalaman (m),

g=percepatan gravitasi bumi (m/dt2)

Sedangkan refraksi gelombang (wave refraction) adalah adanya perubahan ketinggian gelombang akibat pembelokan arah gelombang yang mana disebut koefisien refraksi (Kr) dan dirumuskan seperti di bawah ini.

atau

dan

, dan

dengan :

(0=sudut datang gelombang di laut dalam terhadap garis pantai,

(1=sudut datang gelombang di kedalaman yang ditinjau terhadap garis pantai,

C=cepat rambat gelombang (m/dt).

Difraksi gelombang (wave difraction) adalah perubahan tinggi gelombang yang diakibatkan terhalangnya oleh suatu rintangan (bangunan pemecah gelombang atau pulau), sehingga gelombang yang menjalar menuju pantai membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke daerah terlindung dibelakangnya. Untuk menentukan tinggi gelombang dibelaskang bangunan tersebut ditentukan oleh koefisien difraksi (KD) yang besarnya adalah :

dimana ( adalah sudut yang dibentuk oleh arah datangnya gelombang dengan ujung rintangan tersebut, ( adalah sudut yang dibentuk oleh ujung rintangan dengan titik yang ditinjau dibelakang rintangan tersebut, sedangkan r adalah jarak titik tersebut ke ujung rintangan dan L adalah panjang gelombang di ujung rintangan. Secara lebih rinci hubungan fungsi tersebut disajikan dalam tabel (lihat Teknik Pantai Nur Yuwono atau Bambang Triatmodjo).

Gelombang pecah (breaking wave) tejadi akibat adanya kemiringan pantai dan kedalaman yang semakin kecil, pada suatu tempat dimana perbandingan antara kedalaman dan tinggi gelombang mencapai suatu perbandingan tertentu gelombang akan pecah dan semua energinya akan dilepaskan pada daerah ini baik melalui turbulensi maupun dalam bentuk gelombang-gelombang kecil. Untuk menentukan besar dan kedalaman gelombang pecah dipakai rumusan seperti di bawah ini (Iversen, Galvin dan Goda dalam SPM 1984).

dengan :

Hb=tinggi gelombang pecah (m),

H0=tinggi laut dalam ekuivalen (m),

L0=tinggi gelombang di laut dalam (m),

db=kedalaman air saat gelombang pecah (m),

m=kemiringan dasar pantai,

T=periode gelombang (dt),

g=percepatan gravitasi (m/dt2).

Dengan adanya analisa transformasi gelombang diperoleh ketinggian dan perilaku gelombang untuk setiap lokasi di wilayah perencanaan sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

5.4.3 Analisa Pola Arus

Pola arus dominan di sekitar wilayah perencanaan akan distudi secara detail berdasarkan arah dan gaya-gaya pembangkit arus. Arus yang dibangkitkan oleh gelombang yang datang menyudut terhadap arah garis kontur pantai (arus sejajar pantai/longshore current) merupakan penyebab terjadinya transpor sedimen sejajar pantai (littoral drift), sehingga tipe arus ini akan mendapat perhatian utama. Selain itu kemungkinan terjadinya arus meretas pantai (rip current) juga akan dikaji, karena jenis arus ini ikut berpengaruh terhadap gerusan di sekitar bangunan pengaman pantai dan fenomena transpor sedimen tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Arus akibat gaya-gaya pasang surut tidak akan diperhitungkan dalam perencanaan kecuali di sekitar areal perencanaan terdapat kolam pelabuhan, karena jenis arus ini lebih dominan membawa sedimen layang.

5.5 Kegiatan Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dimaksudkan guna membuat rencana teknis rinci yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai. Tahapan kegiatan perencanaan meliputi:

A.Kegiatan Persiapan

1. Identifikasi permasalahan

2. Pengumpulan data-data sekunder maupun primer

B.Lingkup Kegiatan

1. Penyusunan System Planning

2. Pembuatan Desain Rinci

3. Perhitungan Volume dan RAB Pekerjaan

4. Pembuatan Spesifikasi Teknis

C.Metodologi

1. Penyusunan System Planning

Berdasar terhadap Kerangka Acuan Kerja dan pemahaman permasalahan yang terjadi di lokasi pekerjaan, Konsultan menyusun System Planning untuk dapat menghasilkan alternatif penanganan yang terbaik.

Tahapan system planning mencakup :

Tahapan/susunan pekerjaan perencanaan yang diwujudkan dalam bentuk diagram alur

Bagian-bagian kritis dari pekerjaan

Pertimbangan-pertimbangan dalam penyusunan system planning antara lain:

Pertimbangan aspek teknis mencakup:

Kondisi topografi dan batimetri lokasi pekerjaan

Kondisi Hydro-Oceanografi, mencakup tinggi gelombang, pasang surut dan kecepatan arus

Kondisi hidrologi yang berpengaruh

Kondisi geologi daerah studi

Hidrodinamika perubahan garis pantai (mencakup kondisi muara yang ada)

Pertimbangan aspek non-teknis antara lain :

Rencana-rencana pengembangan daerah yang ada ataupun studi-studi terdahulu

Peraturan perundang-undangan yang ada

Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar

Kondisi fisik lingkungan di sekitar lokasi proyek

2. Pembuatan Desain Rinci

Desain awal

Beberapa alternatif konsep disain termasuk kondisi yang diprediksi akan terjadi bila tidak dilakukan pembangunan di laut tetapi di darat. Pengkajian alternatif desain dilakukan secara iterasi, sehingga dapat menjawab semua permasalahan yang ada dan yang akan timbul dengan adanya bangunan apung tersebut. Desain Lanjutan

Setelah tahap desain awal dilalui dan mendapat persetujuan dengan Pihak Direksi Pekerjaan, selanjutnya konsultan membuat perencanaan detail semua desain bangunan apung maupun struktur bangunan yang meliputi:

Analisa kekuatan dan stabilitas bangunan

Pendimensian bangunan

3. Perhitungan Volume, RAB Pekerjaan dan Metode Konstruksi

Dari hasil gambar rencana yang telah disetujui oleh Direksi, dihitung volume pekerjaan yang akan dikerjakan. Volume pekerjaan yang akan dihitung meliputi :

Galian dan timbunan tanah

Pasangan batu

Beton

Penulangan baja

dan lain-lain

Untuk mengetahui biaya pelaksanaan dari pekerjaan ini dibuat rencana anggaran biaya berdasarkan standar harga upah dan bahan pada saat pekerjaan dilaksanakan, selanjutnya dibuat analisa biaya satuan pekerjaan.

Metode konstruksi disajikan sebagai pedoman pelaksanaan konstruksi di lapangan oleh Kontraktor.

4. Pembuatan Spesifikasi Teknis

Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaaan fisik dilapangan dengan baik, maka perlu dibuat spesifikasi teknis dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Dalam spesifikasi teknis pelaksanaan pekerjaan ini diuraikan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan dilapangan, syarat-syarat pelaksanaannya, syarat mutu bahan dan petunjuk-petunjuk perhitungan pembayaran pekerjaan.

D.Output

Sesuai dengan yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Pekerjaan (TOR), maka konsultan akan menyajikan pelaporan hasil pekerjaan dalam bentuk :

a. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan berisikan garis besar kondisi daerah proyek, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, nama dan jadwal penugasan tenaga ahli, daftar data yang sudah/akan dikumpulkan, serta metode kerja yang akan dilaksanakan.

c. Laporan Akhir

Laporan akhir berisikan pelaporan yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Direksi. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Konstruksi dilengkapi juga dengan metode pelaksanaan konstruksi. Usulan Teknis

V-1

_1145860792.unknown

_1145864886.unknown

_1145875440.unknown

_1145875796.unknown

_1145875511.unknown

_1145865038.unknown

_1145865103.unknown

_1145864925.unknown

_1145861982.unknown

_1145862150.unknown

_1145861253.unknown

_1081178135.unknown

_1081178223.unknown

_1081177648.unknown

_1053903157.unknown