ustek bati bati

59
BAB 1 PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan tujuan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota, dan sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka perlu disusun Rencana Rinci Tata Ruang Kota yang merupakan perangkat operasionalisasi dari RTRW. Sesuai dengan kebijakan perwilayahan pembangunan Kabupaten Tanah Laut, Kecamatan Bati-Bati merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Tanah Laut yang pengembangannya meliputi: sektor pertanian yang bertumpu pada tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil sampai dengan menengah serta perdagangan dan jasa. Selain itu pada Kecamatan Bati-Bati terdapat wilayah yang masuk dalam Kawasan Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Baritokuala,dan Tanah Laut). Untuk Wilayah Kabupaten Tanah Laut yang masuk dalam Kawasan Metropolitan Banjarbakula adalah sebagian dari Kecamatan Bati-Bati. Pada perkembangannya, Kecamatan Bati-Bati memang salah satu kecamatan di Kabupaten Tanah Laut yang perkembangannya pesat, dan yang akan datang akan dijadikan perkotaan Bati-Bati, kawasan tersebut berkembang baik dari segi perkembangan jumlah penduduknya maupun aktivitas penduduk.

Upload: iswatun-hasanah

Post on 08-Jul-2016

296 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Contoh Usulan Teknis

TRANSCRIPT

Page 1: Ustek Bati Bati

BAB 1 PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka mewujudkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan tujuan yang tertuang

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota, dan sesuai dengan amanat Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka perlu disusun Rencana Rinci

Tata Ruang Kota yang merupakan perangkat operasionalisasi dari RTRW.

Sesuai dengan kebijakan perwilayahan pembangunan Kabupaten Tanah Laut, Kecamatan

Bati-Bati merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Tanah Laut yang

pengembangannya meliputi: sektor pertanian yang bertumpu pada tanaman pangan,

peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil sampai dengan menengah serta perdagangan

dan jasa. Selain itu pada Kecamatan Bati-Bati terdapat wilayah yang masuk dalam Kawasan

Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Baritokuala,dan Tanah Laut).

Untuk Wilayah Kabupaten Tanah Laut yang masuk dalam Kawasan Metropolitan

Banjarbakula adalah sebagian dari Kecamatan Bati-Bati.

Pada perkembangannya, Kecamatan Bati-Bati memang salah satu kecamatan di Kabupaten

Tanah Laut yang perkembangannya pesat, dan yang akan datang akan dijadikan perkotaan

Bati-Bati, kawasan tersebut berkembang baik dari segi perkembangan jumlah penduduknya

maupun aktivitas penduduk.

Pengidentifikasi perkembangan kawasan-kawasan metropolitan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, sasaran penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi perkembangan jumlah dan

kepadatan penduduk di kawasan metropolitan; (2) mengidentifikasi perubahan guna lahan di

kawasan metropolitan; (3) mengidentifikasi perkembangan transportasi di kawasan

metropolitan; dan (4) mengidentifikasi pertumbuhan ekonomi kawasan metropolitan.

Oleh karena itulah sesuai dengan pengembangan kawasan Kecamatan Bati-Bati untuk

mewujudkan kualitas ruang seperti yang diharapkan dan sesuai dengan rencana tata ruang

yang ada, maka diperlukan suatu instrumen yang mampu mengatur dan mengendalikan setiap

pemanfaatan ruang yang ada di Kecamatan Bati-Bati yaitu dengan menyusun Rencana Detail

Tata Ruang Kecamatan Bati-Bati sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah

Page 2: Ustek Bati Bati

Kabupaten Tanah Laut.

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang

wilayah Kabupaten/Kota yang dilengkapi peraturan zonasi (Zoning Regulation). Sebagai

rencana rinci, RDTR mempunyai kedudukan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang perlu dilengkapi dengan acuan yang bersifat lebih

detil sekaligus memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang. RDTR yang muatan

materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian

pemanfaatan ruang juga akan menjadi dasar bagi penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang

penanganannya diprioritaskan.

Sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian

dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun

RDTR tersebut dapat merupakan bagian wilayah kabupaten, kecamatan, kawasan perkotaan

atau kawasan strategis Kabupaten.

Kedudukan rencana umum dan rencana rinci dalam wilayah kabupaten adalah: (1) Rencana

umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang disusun berdasarkan

pendekatan wilayah administratif, yang dalam operasionalisasinya memanfaatkan rencana

rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan

kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok

peruntukan; (2) Rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dan peraturan zonasi yang

melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar pengendalian pemanfaatan ruang

sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai rencana umum tata ruang dan rencana

rinci tata ruang.

RDTR disusun sesuai kebutuhan, karena RTRW Kabupaten perlu dilengkapi dengan acuan

lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam hal RTRW Kabupaten memerlukan

RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi,

sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar

penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang

penanganannya diprioritaskan. Dalam hal ini RDTR merupakan rencana yang menetapkan

blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang

Page 3: Ustek Bati Bati

memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan

yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional

tersebut. RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan untuk suatu bagian wilayah tertentu.

Dalam hal RDTR tidak disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada

peraturan zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun

terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan baik yang sudah ada

maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota. Dengan demikian, RDTR perlu

disusun karena: (1) RTRW Kabupaten dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat ketelitian petanya

belum mencapai 1:5.000; (2) RTRW Kabupaten sudah mengamanatkan bagian dari

wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1 Maksud

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun RDTR dan Zoning Regulation (Peraturan Zonasi)

sebagai rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah yang dilengkapi peraturan zonasi

Kecamatan Bati-Bati.

1.2.2 Tujuan

Tujuan penyusunan RDTR dan Zoning Regulation ini adalah untuk menyusun rencana rinci

tata ruang sebagai penjabaran dari RTRW Kabupaten Tanah Laut yang dilengkapi dengan

acuan yang bersifat lebih detil sekaligus memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang,

sehingga dapat menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

Kabupaten Tanah Laut. Sesuai dengan tujuan RTRW Kabupaten Tanah Laut tersebut maka

penyusunan RDTR dan Zoning Regulation Kecamatan Bati-Bati adalah :

1) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut dalam melaksanakan,

mengatur, dan mengendalikan pembangunan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

yang telah disesuaikan dengan regulasi dan kebijakan baru.

2) Sebagai arahan terhadap pembangunan Kecamatan Bati-Bati yang lebih tegas dalam

rangka upaya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara

terukur baik kualitas maupun kuantitas.

3) Sebagai arahan penetapan prioritas pengembangan Kecamatan Bati-Bati dan

Page 4: Ustek Bati Bati

membantu penyusunan zoning regulasi untuk dijadikan pedoman bagi tertib bangunan

dan tertib pengaturan ruang secara rinci.

1.2.3 Sasaran

Sasaran dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bati-Bati ini adalah:

1) Tersusunnya produk Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bati-Bati yang telah

disesuaikan dengan regulasi dan kebijakan baru tentang penataan ruang.

2) Tersedianya arahan bagi pembangunan fisik kawasan.

3) Tersedianya arahan bagi instansi terkait dalam menyusun zonasi termasuk pemberian

zin terhadap kesesuaian pemanfaatan peruntukan lahan dan bangunan.

1.3 LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bati-Bati ini adalah

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya;

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;

8. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan;

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

14. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;

17. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Page 5: Ustek Bati Bati

Lingkungan;

18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

21. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

22. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan;

23. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk

Penataan Ruang Wilayah;

24. Peraturan Pemerintah 25 Nomor Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;

25. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;

27. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

29. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air;

30. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

31. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam

Penataan Ruang;

32. Peraturan Presiden Republik Undonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

33. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 20 / PRT / M / 2011 tentang Pedoman

Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

34. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung;

35. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan

Tanah bagi Kawasan Industri;

36. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 tentang Tata Cara

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

37. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional di Bidang Pertanahan;

Page 6: Ustek Bati Bati

38. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2007 tentang Fasilitas Umum;

39. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Koordinasi Ruang

Nasional;

40. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi

Penataan Ruang Daerah;

41. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup.

42. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten / Kota, beserta Rencana Rincinya;

43. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi

Penataan Ruang Daerah;

44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis

Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan

Rencana Tata Ruang;

45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 Tentang Kriteria Teknis

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Budidaya;

46. Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan

dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

47. Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1.4.1 Wilayah Perencanaan

Ligkup Wilayah perencanaan RDTR dan Zoning Regulation mencakup Wilayah administrasi

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Kecamatan Bati-Bati adalah bagian dari wilayah Kabupaten Tanah Laut, yang terletak pada :

114,691o - 114,92o Bujur Timur dan 3,51086° - 3,6318o Lintang Selatan, dengan batas-batas

sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banjar;

Page 7: Ustek Bati Bati

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar;

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kurau; dan

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tambang Ulang.

Kecamatan Bati-Bati memiliki luas wilayah 234,75 Km2 dengan jumlah desa sebanyak 14

Desa dan tinggi dari permukaan laut sebagaian besar 25 meter.

1.4.2 Lingkup Substansi Pekerjaan

Penyusunan Penyempurnaan Materi Teknis RDTR Kecamatan Bati-Bati dilakukan terhadap

muatan RDTR yang mengacu kepada Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota berikut :

A. Tujuan

Tujuan penataan ruang Kecamatan Bati-Bati dirumuskan sesuai dengan permasalahan

dan arahan kebijaksanaan berdasarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Tanah Laut.

Gambar 1 Peta Wilayah Perencanaan

Page 8: Ustek Bati Bati

b. Isu strategis BWP antara lain berupa potensi, masalah, karakteristik, dan

urgensi/keterdesakan penanganan pada wilayah perencanaan.

c. Karakteristik kota dan BWP

d. Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai

sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan

merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat

dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan

direncanakan di BWP

B. Kebijakan

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Tanah Laut merupakan arahan yang ditetapkan

untuk mencapai tujuan penataan ruang Kabupaten Tanah Laut. Kebijakan tersebut

dirumuskan berdasarkan penjabaran kebijakan penataan ruang dalam RTRW Kabupaten

Tanah Laut serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Strategi

Strategi penataan ruang Kecamatan Bati-Bati merupakan penjabaran setiap kebijakan

penataan ruang Kabupaten Tanah Laut. Strategi tersebut dirumuskan berdasarkan

penjabaran kebijakan penataan ruang dalam RTRW Kabupaten Tanah Laut serta tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi tersebut berisi

penjabaran secara keruangan berupa rencana struktur ruang dan pola ruang Kabupaten

Tanah Laut.

D. Rencana pola ruang

Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan yang

antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di

bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,

industri, RTH dan RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta

yang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.

Rencana pola ruang Kecamatan Bati-Bati dirumuskan berdasarkan:

a. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup alam BWP/Bagian Wilayah

Perencanaan.

b. Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan

Page 9: Ustek Bati Bati

pelestarian lingkungan hidup.

c. Rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW dan rencana pola ruang

bagian wilayah daerah lain yang berbatasan dengan BWP.

d. Mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk perubahan iklim dan

penyediaan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan

ekonomi masyarakat. (kriteria perumusan)

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:

a. Zona lindung yang meliputi:

1) zona hutan lindung

2) zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya yang meliputi

zona bergambut dan zona resapan air;

3) zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,

zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar mata air;

4) zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan

pemakaman;

5) zona suaka alam dan cagar budaya;

6) zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan tanah longsor,

zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; dan

7) zona lindung lainnya.

b. Zona budidaya yang meliputi:

1) zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila diperlukan dapat

dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah

tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci

berdasarkan kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional,

rumah sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah;

2) zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan

perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam

lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan

sebagainya);

3) zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran

swasta;

Page 10: Ustek Bati Bati

4) zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan

umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pelayanan

umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum

sosial budaya, dan sarana pelayanan umum peribadatan;

5) zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam

dasar, industri kecil, dan aneka industri;

6) zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke dalam

zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5 yang antara

lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan

zona khusus lainnya;

7) zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara lain

meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata; dan

8) zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi

dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa, perumahan,

perdagangan/jasa dan perkantoran.

Analisis dan penjabaran rencana pola ruang yang dilakukan konsultan pada

pekerjaan ini antara lain mencakup:

• Memperkuat analisa/kajian terdapatnya perubahan-perubahan zona yang

terdapat dalam pola ruang RTRW dengan pola ruang yang terdapat dalam

RDTR.

• Melengkapi data base, analisis, dan proyeksi kepadatan penduduk sebagai dasar

penetapan jenis klasifikasi zona perumahan.

E. Rencana jaringan prasarana

Rencana jaringan prasarana Kecamatan Bati-Bati dirumuskan berdasarkan:

a. Rencana struktur ruang wilayah Kecamatan Bati-Bati yang termuat dalam RTRW

dan rencana struktur ruang bagian wilayah lain yang berbatasan dengan BWP.

b. Kebutuhan pelayanan dan arah pengembangan bagi BWP.

c. Rencana pola ruang BWP yang termuat dalam RDTR.

d. Sistem pelayanan, terutama pergerakan, sesuai fungsi dan peran BWP.

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Perwujudan dari rencana jaringan prasarana Kecamatan Bati-Bati meliputi:

Page 11: Ustek Bati Bati

a. Rencana pengembangan jaringan pergerakan

b. Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan

c. Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi

d. Rencana pengembangan jaringan air minum

e. Rencana pengembangan jaringan drainase

f. Rencana pengembangan jaringan air limbah

g. Rencana pengembangan prasarana lainnya

Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hirarki sistem jaringan prasarana

yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW Kabupaten

Tanah Laut. Rencana jaringan prasarana digambarkan dalam peta dengan skala atau

tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenaai sistem informasi

geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang.

F. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka

operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub

BWP yang diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya

bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,

mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di

kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub

BWP lainnya.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan dasar penyusunan

RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral serta sebagai dasar pertimbangan dalam

penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Rencana jaringan prasarana Kecamatan Bati-Bati dirumuskan berdasarkan:

a. Tujuan penataan BWP.

b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan.

c. Kondisi ekonomi, sosial -budaya, an lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan.

d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP.

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

f. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Bati-Bati

meliputi:

g. Lokasi

Page 12: Ustek Bati Bati

h. Tema penanganan

G. Ketentuan pemanfaatan ruang

Ketentuan pemanfaatan ruang Kecamatan Bati-Bati dirumuskan berdasarkan:

a. Rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana Kecamatan Bati-Bati dimana

mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di BWP

serta perwujudan BWP yang diprioritaskan penanganannya sesuai dengan tahapan

pelaksanaan program RPJP Kabupaten Tanah Laut maupun RPJM Kabupaten Tanah

Laut.

b. Mendukung program penataan ruang wilayah Kecamatan Bati-Bati.

c. Ketentuan pemanfaatan ruang Kecamatan Bati-Bati meliputi:

d. Program pemanfatan ruang prioritas

e. Lokasi

f. Besaran

g. Sumber pendanaan

h. Instansi pelaksana

i. Waktu dan tahapan pelaksanaan

H. Peraturan zonasi Kecamatan Bati-Bati meliputi:

a. Materi wajib

1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan

maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam

peraturan bangunan setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau

komponen yang dikembangkan.

Ketentuan teknis zonasi terdiri atas:

Klasifikasi I (pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan)

Klasifikasi T (pemanfaatan bersyarat terbatas)

Klasifikasi B (pemanfaatan bersyarat tertentu)

Klasifikas X (pemanfaatan yang tidak diperbolehkan)

2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang Kecamatan Bati-Bati meliputi:

KDB maksimal

Page 13: Ustek Bati Bati

KLB maksimal

Ketinggian bangunan maksimal

KDH minimal

Beberapa ketentuan lain yang dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan

ruang antara lain:

Koefisien tapak basement (KTB)

Koefisien wilayah terbangun (KWT)

Kepadatan bangunan atau unit maksimal ° Kepadatan penduduk

maksimal

3) Ketentuan tata bangunan

Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,

peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona meliputi:

GSB minimal

Tinggi bangunan maksimal atau minimal yang ditetapkan

Jarak bebas antar bangunan minimal

Tampilan bangunan yang ditetapkan

Sky exposure

4) Ketentuan prasarana dan sarana minimal

Ketentuan prasarana dan sarana minimal yang diatur dalam peraturan zonasi

merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan

lingkungan yang nyaman melalui penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai

agar zona berfungsi secara optimal.

5) Ketentuan pelaksanaan meliputi:

Ketentuan varian pemanfaatan ruang

Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif

Ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi

b. Materi pilihan

1) Ketentuan tambahan

2) Ketentuan khusus

3) Standar teknis

4) Ketentuan pengaturan zonasi

Page 14: Ustek Bati Bati

1.5 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan penyusunan penyusunan RDTR dan Zoning Regulation secara teknis meliputi

penyusunan RDTR dan Zoning Regulation Kecamatan Bati-Bati.

1.5.1 Penyusunan RDTR

Kegiatan penyusunan RDTR mencakup kegiatan pra persiapan penyusunan, persiapan

penyusunan, pengumpulan data, pengolahan data, dan perumusan konsepsi RDTR.

A. Pra persiapan penyusunan RDTR meliputi:

1) penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;

2) penentuan metodologi yang digunakan; dan

3) penganggaran kegiatan penyusunan RDTR.

B. Persiapan penyusunan RDTR meliputi:

1) persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR penyiapan anggaran

biaya;

2) kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR sebelumnya dan kajian awal RTRW

Kabupaten dan kebijakan lainnya; dan

3) persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi/metode dan teknik

analisis rinci, serta penyiapan rencana survei.

C. Pengumpulan Data

Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan rencana pola ruang dan

rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan rencana pola ruang dan

rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer setingkat kelurahan dilakukan melalui:

a. penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran

angket, temu wicara, wawancara orang perorangan, dan lain sebagainya; dan/atau

b. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara langsung melalui

kunjungan ke semua bagian dari wilayah.

Data yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi:

Data Peta :

1) Peta-peta kondisi fisik (geologi, jenis tanah, hidrologi dll)

Page 15: Ustek Bati Bati

2) Peta RBI

3) Peta Citra Satelit

4) Peta Potensi SDA

5) Peta Potensi Kebencanaan

Data dan Informasi

1) Kebijakan penataan ruang terkait

2) Kebijakan sektoral

3) data wilayah administrasi;

4) data fisiografis;

5) data kependudukan;

6) data ekonomi dan keuangan;

7) data ketersediaan prasarana dan sarana ;

8) data peruntukan ruang;

9) data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang;

10) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata

bangunan); dan

11) peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan,

penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian

minimal peta 1:5.000 dari instansi yang berwenang mengeluarkan (BIG)

12) kelembagaan

13) Peraturan Perundang-undangan terkait

Pengolahan data dan analisis data

1) Analisis karakteristik wilayah

2) Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP

3) Analisis daya dukung dan daya tampung (sarana dan prasarana lingkungan

hidup)

4) Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan

5) Output dari hasil pengolahan data meliputi:

6) Potensi dan masalah pengembangan di BWP

7) Peluang dan tantangan pengembangan

8) Kecenderungan perkembangan

Page 16: Ustek Bati Bati

9) Perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP

10) Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

11) Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan

Perumusan konsepsi RDTR Kecamatan Bati-Bati dilakukan dengan mengacu pada RTRW

Kabupaten Tanah Laut, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang, serta

RPJP dan RPJM Kabupaten Tanah Laut.

Pelibatan peran masyarakat

Pada proses penyusunan RDTR Kecamatan Bati-Bati ini perlu adanya pelibatan

peran masyarakat baik pada tahap persiapan, pengumpulan data, maupun tahap

perumusan konsepsi RDTR Kecamatan Bati-Bati.

Seperti halnya dalam penyusunan RTRW, tingkat akurasi data, sumber penyedia

data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel

ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada, perlu

diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk data statistik dan peta,

serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5

(lima) tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat kelurahan. Data

berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran

perubahan apa yang terjadi pada bagian dari wilayah.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi:

1. Analisis karakteristik wilayah, meliputi :

a) Kedudukan dan peran kawasan perkotaan/perdesaan dalam wilayah yang lebih

luas (Kabupaten/Kota)

b) Keterkaitan antar wilayah dan antar kawasan perkotaan/perdesaan

c) Keterkaitan antar komponen ruang kawasan

d) Karakteristik fisik kawasan perkotaan/perdesaan

e) Karakteristik sosial kependudukan

f) Karakteristik perekonomian

g) Kemampuan keuangan daerah

2. Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP;

a) Analisis pusat-pusat pelayanan

Page 17: Ustek Bati Bati

b) Analisis kebutuhan ruang

c) Analisis daya dukung

d) Analisis daya tamping

e) Analisis perubahan pemanfaatan ruang

Analisis daya dukung dan daya tamping (termasuk prasarana/infrastruktur dan utilitas) dan

daya tamping lingkungan hidup yang ditentukan melalui kajian lingkungan hidup strategis

kawasan perkotaan/perdesaan/blok, meliputi ;

1) Karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi wilayah dan

sebaginya)

2) Potensi rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami dan bencana alam geologi)

3) Potensi sumberdaya alam (mineral, batubara, migas, panas bumi dan air tanah)

4) Kesesuaian penggunaan lahan

5) Kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan daya

dukung prasarana/infrastruktur dan utilitas pad blok/kawasan perkotaan/perdesaan

Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan, meliputi ;

1) Potensi dan masalah pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan.

2) Peluang dan tantangan pengembangan

3) Kecenderungan perkembangan

4) Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan

5) Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tamping

(termasuk prasarana/infrastruktur maupun utilitas)

6) Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan bangunan

Keluaran dari kegiatan pengolahan data meliputi:

1) Teridentifikasi karakteristik wilayah yang meliputi : kondisi fisik, kependudukan,

perekonomian dan keuangan

2) potensi dan masalah pengembangan di BWP;

3) peluang dan tantangan pengembangan;

4) kecenderungan perkembangan;

5) perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP;

6) intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

(termasuk prasarana/infrastruktur dan utilitas); dan

7) teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan.

Page 18: Ustek Bati Bati

E. Perumusan Konsep RDTR

Perumusan konsep RDTR dilakukan dengan mengacu pada RTRW dan pedoman dan

petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan memperhatikan RPJP dan RPJM

Kabupaten Tanah Laut. Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang telah

dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep pengembangan

wilayah yang berisi rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan

wilayah; dan konsep pengembangan wilayah.

Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar perumusan

RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR terdiri atas:

1) Perumusan konsep pengembangan wilayah

a. Rumusan tujuan, kebijakan dan strategi

b. Konsep pengembangan bagian dari wilayah kabupaten/kota

2) Perumusan rencana detail tata ruang kawasan perkotaan dan perdesaan

a. Tujuan, kebijakan dan strategi

b. Rencana Detail Struktur Ruang

c. Rencana Detail Pola Ruang

d. Rencana Pemanfaatan Ruang

e. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

3) Konsepsi RDTR Kecamatan Bati-Bati dilengkapi dengan peta-peta dengan tingkat

ketelitian skala 1:5.000.

1.5.2 Penyusunan Peraturan Zonasi

Proses penyusunan peraturan zonasi sebagai bagian dari RDTR dilakukan secara pararel

dengan penyusunan RDTR. Oleh karena itu tahap pra persiapan dan persiapan penyusunan

peraturan zonasi sama dengan proses serupa dalam penyusunan RDTR.

Peraturan zonasi memuat materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan penggunaan

lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana

dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan materi pilihan yang terdiri atas ketentuan

tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan pengaturan zonasi.

Page 19: Ustek Bati Bati

A. Pengumpulan Data/Informasi yang dibutuhkan

Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah dan penyusunan peraturan zonasi,

harus dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer

dilakukan melalui:

1) wawancara atau temu wicara kepada masyarakat untuk menjaring aspirasi masyarakat

terhadap kebutuhan yang diatur dalam peraturan zonasi serta kepada pihak yang

melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan

2) peninjauan ke lapangan untuk pengenalan kondisi fisik wilayah secara langsung.

Data sekunder yang harus dikumpulkan meliputi:

1) peta-peta rencana kawasan dari RTRW/RDTR/RTBL; dan

2) data dan informasi, meliputi:

a. jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;

b. jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;

c. identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi

bangunan dan lingkungannya);

d. kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang

bersangkutan

e. standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari peraturan-

perundang-undangan nasional maupun daerah;

f. peraturan perundang-undangan terkait pemanfaatan lahan dan bangunan, serta

prasarana di daerah yang bersangkutan; dan

g. peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan lahan yang ada di

Kabupaten Tanah Laut yang akan disusun peraturan zonasinya.

Hasil kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder akan menjadi bagian dari

dokumentasi buku data dan analisis.

B. Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis

1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan :

Kegiatan analisis dan perumusan ketentuan teknis, meliputi:

Page 20: Ustek Bati Bati

a. Klasifikasi I : Pemanfaatan yang diperbolehkan/diizinkan

(Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat

sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan)

b. Klasifikasi T : Pemanfaatan bersyarat secara terbatas

Pembatasan pengoperasian

Pembatasan ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun ketinggian bangunan

Pembahasan jumlah pemanfaatan

c. Klasifikasi B : Pemanfaatan bersyarat tertentu

Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu

kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang

dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus

d. Klasifikasi X : Pemanfaatan yang tidak diperbolehkan

Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat

tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan

dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.

2) Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran

pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona yang meliputi:

a. KDB Maksimum;

KDB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau

peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis penggunaan lahan.

b. KLB Maksimum;

KLB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan harga lahan, ketersediaan

dan tingkat pelayanan prasarana (jalan), dampak atau kebutuhan terhadap prasarana

tambahan, serta ekonomi dan pembiayaan.

c. Ketinggian Bangunan Maksimum; dan

d. KDH Minimal.

KDH minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum

pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat

pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase.

3) Ketentuan Tata Bangunan

Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan,

Page 21: Ustek Bati Bati

dan tampilan bangunan pada suatu zona

1. GSB minimal yang ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko

kebakaran, kesehatan, kenyamanan, dan estetika;

2. tinggi bangunan maksimum atau minimal yang ditetapkan dengan

mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, teknologi, estetika, dan

parasarana;

3. jarak bebas antar bangunan minimal yang harus memenuhi ketentuan tentang

jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan;

dan

4. tampilan bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan warna

bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan,

keindahan bangunan, serta keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya.

4) Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Ketentuan prasarana dan sarana minimal berfungsi sebagai kelengkapan dasar

fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman melalui

penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai agar zona berfungsi secara optimal

5) Ketentuan Pelaksanaan

a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang

memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu

dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam

peraturan zonasi.

b. ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang

memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu

dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam

peraturan zonasi.

c. ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan

peraturan zonasi.

Hasil dari tahap analisis di dokumentasikan di dalam buku data dan analisis dan menjadi

bahan untuk menyusun peraturan zonasi.

Page 22: Ustek Bati Bati

1.6 KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Untuk melaksanakan kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Bati-Bati ini diperlukan tenaga

ahli sesuai dengan bidang profesi dan telah mempunyai pengalaman dalam bidangnya.

Adapun kualifikasi tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

A. Tenaga Ahli

1) Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota , sebagai ketua tim (team leader)

Ketua tim dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu)

orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S3 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota lulusan dari

universitas negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah

lulus ujian negara, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Memiliki sertifikasi keahlian (Ahli Utama - Perencanaan Wilayah dan Kota)

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan di bidang penataan ruang.

Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim minimal selama

5 (lima) tahun.

Tugas utama dari ketua tim adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan

anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan

selesai.

Tugas utama dari tenaga ahli perencanaan wilayah dan kota adalah merancang,

mengarahkan, memecahkan, menganalisis, dan merumuskan seluruh persoalan yang

berhubungan dengan penataan ruang dan wilayah.

2) Tenaga Ahli Perpetaan

Tenaga ahli perpetaan yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Geodesi lulusan dari universitas negeri, atau perguruan

tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau perguruan

tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan pembuatan peta

wilayah minimal 5 (lima) tahun.

Memiliki Sertifikasi Ahli Muda-geodesi

Tugas utama dari tenaga ahli perpetaan adalah mengarahkan, menganalisis, dan membuat

peta pada wilayah penelitian.

Page 23: Ustek Bati Bati

3) Tenaga Ahli Arsitektur

Tenaga ahli arsitektur yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 1 (orang) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Teknik Arsitektur lulusan dari universitas negeri, atau

perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau

perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan arsitektur minimal

5 (lima) tahun.

Memiliki sertifikasi keahlian Ahli Muda-Arsitektur

Tugas utama dari tenaga ahli arsitektur adalah merancang, mengarahkan, memecahkan,

menganalisis, dan merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek

arsitektur dan desain kawasan (gambar 3D)

4) Tenaga Ahli Sipil

Tenaga ahli sipil yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Bati-

Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Teknik Sipil lulusan dari universitas negeri, atau perguruan

tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau perguruan

tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan tata bangunan dan

transportasi minimal 5 (lima) tahun.

Memiliki sertifikasi keahlian Ahli Muda-Teknik Jalan

Tugas utama dari tenaga ahli sipil adalah merancang, mengarahkan, memecahkan,

menganalisis, dan merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek

bangunan dan transportasi.

5) Tenaga Ahli Lingkungan

Tenaga ahli lingkungan yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Teknik Lingkungan lulusan dari universitas negeri, atau

perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau

perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan lingkungan minimal

Page 24: Ustek Bati Bati

5 (lima) tahun.

Memiliki sertifikasi keahlian Ahli Muda-Teknik Lingkungan

Tugas utama dari tenaga ahli lingkungan adalah merancang, mengarahkan, memecahkan,

menganalisis, dan merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek

lingkungan.

6) Tenaga Ahli Pengairan

Tenaga ahli hidrologi/Teknik Pengairan yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan

RDTR Kecamatan Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Teknik Pengairan lulusan dari universitas negeri, atau

perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau

perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan hidrologi minimal 5

(lima) tahun.

Memiliki sertifikasi keahlian Ahli Muda-Teknik Sungai dan Drainase

Tugas utama dari tenaga ahli lingkungan adalah merancang, mengarahkan, memecahkan,

menganalisis, dan merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek

pengairan, penanganan banjir dan perancangan drainase.

7) Tenaga Ahli Hukum

Tenaga ahli hukum yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Bati-

Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Jurusan Hukum lulusan dari universitas negeri, atau perguruan

tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau perguruan

tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan hukum minimal 5

(lima) tahun.

Tugas utama dari tenaga ahli hukum adalah merancang, mengarahkan, dan

merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek hukum. dan memberikan

masukan dalam penyusunan Raperda

8) Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Pembangunan

Tenaga ahli Sosial Ekonomi yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR

Kecamatan Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Page 25: Ustek Bati Bati

Pendidikan S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan lulusan dari universitas negeri, atau

perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus ujian negara, atau

perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.

Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan terkait dengan sosial ekonomi

minimal 5 (lima) tahun.

Tugas utama dari tenaga ahli Sosial Ekonomi adalah merancang, mengarahkan, dan

merumuskan seluruh persoalan yang berhubungan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.

B. Tenaga Sub Ahli

Selain tenaga ahli di atas, diperlukan pula tenaga pendukung, antara lain:

1) Surveyor Tata Ruang dan Pelaporan

Surveyor Tata Ruang dan Pelaporan yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR

Kecamatan Bati-Bati ini sebanyak 2 (dua) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.

Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai surveyor dan perencana ruang dan

kota.

2) Survey Pemetaan dan Pembuatan Peta (drafter)

Drafter/juru gambar yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 2 (dua) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Teknik Geodesi yang mempunyai ketrampilan mengoperasikan

komputer program ArcGIS.

Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai drafter.

3) Survey Daerah Pengairan, Daerah Banjir dan Drainase

Surveyor Daerah Pengairan, Daerah Banjir dan Drainase yang dibutuhkan dalam kegiatan

penyusunan RDTR Kecamatan Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat

sebagai berikut:

Pendidikan S1 Teknik Pengairan.

Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai surveyor dan penanganan banjir dan

perancangan drainase, sungai

4) Ahli Pembuatan Gambar Animasi dan 3D (design)

Page 26: Ustek Bati Bati

Ahli design yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan Bati-Bati ini

sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan S1 Teknik Arsitekrur yang mempunyai ketrampilan dalam mendesign

wilayah dengan gambar 3D animasi.

Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai design kawasan/design bangunan.

C. Tenaga Pendukung

1. Petugas administrasi

Petugas administrasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 1 (satu) orang dengan syarat sebagai berikut:

Pendidikan D3 Administrasi Perkantoran /Kesekretariatan /Akuntansi /Manajemen

yang mempunyai ketrampilan ketrampilan mengoperasikan komputer program

Microsoft Word, Excel, dan Power Point.

Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai petugas administrasi merangkap

operator komputer.

2. Tenaga Lokal Survey Kelengkapan Lapangan (SKL)

Tenaga Pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan

Bati-Bati ini sebanyak 2 (dua) yaitu penduduk Kecmatan Bati-Bati yang nantinya

diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan survey

1.7 WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bati-

Bati ini adalah 6 (Enam) bulan sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh

Pimpinan Pelaksana Kegiatan.

Page 27: Ustek Bati Bati

1.8 PRODUK PEKERJAAN

Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini, yaitu:

a. Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar buku draft dan 20 (dua puluh)

eksemplar buku laporan dengan format A4 diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat)

minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan yang berisikan tentang

metodologi pendekatan yang digunakan, produk akhir kegiatan, ruang lingkup, jadwal

rencana kegiatan maupun jadwal diskusi/pembahasan, serta tugas serta tanggung jawab

tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan. Selain itu, pada tahap ini diharapkan

konsultan telah merumuskan informasi/data yang diperlukan guna menyusun rencana

kegiatan selanjutnya. Masukan dan saran perbaikan agar menjadi evaluasi bagi

konsultan dan diperbaiki pada penyusunan laporan berikutnya.

b. Laporan Fakta dan Analisa, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar buku draft dan 20 (dua

puluh) eksemplar buku laporan dengan format A3 diserahkan selambat-lambatnya 10

(sepuluh) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, berisikan

hasil analisis, serta kesimpulan sementara berdasarkan hasil temuan lapangan dan

analisis. Selanjutnya Hasil Laporan Fakta dan Analisa dipaparkan pada forum yang

dihadiri oleh Tim teknis dan masukan dan saran perbaikan agar menjadi evaluasi bagi

konsultan dan diperbaiki pada penyusunan laporan berikutnya.

c. Laporan Rencana, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar buku draft dan 20 (dua puluh)

eksemplar buku laporan dengan format A3 diserahkan selambat-lambatnya 18 (delapan

belas) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Buku Laporan

Akhir berisi Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi beserta

dengan lampiran-lampirannya. Laporan Rencana dipaparkan pada forum yang dihadiri

oleh Tim teknis, masukan serta saran perbaikan yang diperoleh menjadi bahan dalam

penyempurnaan laporan.

d. Laporan Peraturan Zonasi, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar buku draft dan 20 (dua

puluh) eksemplar buku laporan dengan format A3 diserahkan selambat-lambatnya 23

(dua puluh tiga) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan yang

berisikan tentang ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas

pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal,

ketentuan pelaksanaan, ketentuan tambahan, ketentuan khusus, ketentuan teknis, dan

ketentuan pengaturan zonasi.

Page 28: Ustek Bati Bati

e. Laporan Hasil Survey (LHS), sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar buku draft dan 20 (dua

puluh) eksemplar buku laporan dengan format A4 berisikan hasil survey primer dan

sekunder yang didapatkan.

f. Ringkasan eksekutif sebanyak 100 (seratus) eksemplar berbentuk booklet, dengan

format A5 berisikan laporan ringkasan keseluruhan hasil pekerjaan.

g. Album peta sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dengan format A0.

h. CD sebanyak 30 (tiga puluh) buah yang berisi laporan, album peta, gambar 3D, dan

video animasi 3D.

Page 29: Ustek Bati Bati

BAB 2 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA

ACUAN KERJA (KAK)

2.1 LATAR BELAKANG

Uraian latar belakang yang disajikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah memuat

beberapa pertimbangan mengapa perlu dilakukan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR) dan Zoning Regulation di Kecamatan Bati-bati, Kabupaten Tanah Laut. Telah

diterangkan dengan jelas, baik pertimbangan secara umum maupun secara lebih spesifik

yang mempengaruhi perlunya dilakukan kegiatan ini. Beberapa poin penting yang perlu

ditambahkan dalam latar belakang adalah gambaran umum RTRW Kabupaten Tanah Laut

serta penjelasan singkat mengenai rencana pengembangan Kecamatan Bati-bati yang tertuang

dalam RTRW Kabupaten.

2.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan sudah cukup jelas, namun pada bagian sasaran,

walaupun poin 1 (satu) sudah dapat mewakili keseluruhan sasaran utama yang akan dicapai,

poin lain yang disebutkan tidak mencakup seluruh lingkup atau substansi yang ada di dalam

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota (Permen PU No. 20/2011).

Poin 2 dan 3 hanya memuat materi pola dan struktur ruang, ketentuan pemanfaatan ruang dan

peraturan zonasi, sehingga muatan yang belum dimuat berdasarkan Permen PU No. 20/2011

adalah tujuan penataan BWP dan penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya.

Dengan demikian, penyempurnaan pada bagian target/sasaran yang diharapkan dari pekerjaan

ini adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya produk Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bati-Bati yang telah

disesuaikan dengan regulasi dan kebijakan baru tentang penataan ruang;

2. Tersedianya arahan bagi pembangunan fisik kawasan;

3. Tersedianya arahan bagi instansi terkait dalam menyusun zonasi termasuk pemberian izin

terhadap kesesuaian pemanfaatan peruntukan lahan dan bangunan;

4. Tersedianya data sebagai dasar dalam penentuan tujuan penataan BWP, rencana pola dan

Page 30: Ustek Bati Bati

struktur ruang, serta penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya di

Kecamatan Bati-bati.

2.3 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

2.3.1 Wilayah Perencanaan

Lingkup wilayah perencanaan pada pekerjaan Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation ini

sudah sangat jelas tertuang dalam KAK, yaitu Kecamatan Bati-bati, Kabupaten Tanah Laut.

2.3.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi telah dijelaskan secara detil di dalam KAK, sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan

RDTR dan Peraturan Zonasi.

2.4 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada tahapan pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam KAK hanya diuraikan 2 (dua)

kegiatan utama, yaitu penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi. Tahapan kegiatan lanjutannya

seperti penyusunan KLHS, naskah akademis dan draft Reperda, serta pembuatan animasi dan

maket tidak dicantumkan dalam sub bab ini, sementara kegiatan-kegiatan tersebut merupakan

cakupan/bagian yang menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dalam pekerjaan ini. Oleh

karena itu, konsultan melakukan penyempurnaan terhadap tahapan pelaksanaan pekerjaan

sebagai berikut:

1. Perumusan dan penyusunan substansi materi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

Kecamatan Bati-bati;

2. Perumusan dan penyusunan substansi materi Peraturan Zonasi (PZ);

3. Penyusunan KLHS; dan

4. Perumusan Naskah Akademik dan Draft Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi

Kecamatan Bati-bati.

Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan, konsultan telah

menyusun alur tahapan pelaksanaan yang dibagi menjadi 3 tahap besar yang disesuaikan

dengan keluaran yang akan dihasilkan. Tahap I adalah persiapan kegiatan, dilanjutkan dengan

tahap II yang terdiri atas pengumpulan, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan konsep

pengembangan. Tahapan terakhir yaitu proses penyusunan naskah teknis RDTR dan Peraturan

Zonasi berdasarkan hasil dari tahap-tahap sebelumnya dengan muatan yang disesuaikan

Page 31: Ustek Bati Bati

dengan Permen PU No. 20/2011. Tahapan-tahapan ini secara lebih rinci dapat dilihat pada

gambar 3.1 dalam bab usulan rencana kerja.

2.5 KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Ketentuan mengenai kebutuhan tenaga ahli yang tercantum dalam KAK untuk Pekerjaan

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bati-bati oleh konsultan

dirasakan cukup memadai, baik dari segi pelaksanaan kegiatan maupun kapabilitas

penyelesaian pekerjaan. Secara umum, sebagian besar keahlian yang diperlukan telah

terpenuhi, sehingga komposisi tenaga ahli yang diajukan dirasakan sudah cukup untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien. Di samping itu, konsultan juga telah

menyusun time and manning schedule untuk setiap tenaga ahli, tenaga sub ahli, dan tenaga

pendukung agar tahapan demi tahapan dapat terstruktur dan terkoordinasi secara

sistematis.

2.6 WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang disebutkan dalam KAK yaitu selama 6 (enam)

bulan menurut konsultan dirasakan cukup memadai untuk menghasilkan keluaran dengan

hasil yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun demikian, jangka waktu

pelaksanaan pekerjaan pada tabel 3.1 dalam KAK dirasakan perlu disesuikan kembali dengan

estimasi waktu pengerjaan berdasarkan tahapan kegiatan yang telah disusun oleh konsultan.

Proses yang akan membutuhkan waktu lebih lama dari yang dijadwalkan pada KAK adalah

pada tahap pengumpulan data, analisis data, dan perumusan konsep pengembangan. Oleh

karena itu, konsultan telah menyusun ulang jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pada sub bab

jadwal pelaksanaan pekerjaan (tabel 1).

2.7 PRODUK PEKERJAAN

Konsultan bertanggung jawab secara profesional atas jasa perencanaan yang dilakukan sesuai

ketentuan dan kode etik profesi yang berlaku. Konsultan memahami bahwa produk pekerjaan

yang dihasilkan harus mengakomodasi batasan-batasan yang telah diberikan oleh Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK), serta memenuhi peraturan, standar, dan pedoman teknis yang

berlaku.

Dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ)

Page 32: Ustek Bati Bati

Kecamatan Bati-bati, konsultan akan menghasilkan keluaran pekerjaan yang terdiri dari

laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan rencana serta dokumen-dokumen

pendukung lainnya. Penyampain dokumen-dokumen tersebut kepada PPK menurut konsultan

akan sangat membantu dalam proses perbaikan dan pemantauan kemajuan pekerjaan ini.

Page 33: Ustek Bati Bati

BAB 3 USULAN RENCANA KERJA

3.1 METODA PELAKSANAAN DAN PENTAHAPAN KEGIATAN

Pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang(RDTR), Zoning Regulation,

dan Draft Perda Kecamatan Bati-Bati dilakukan dengan metoda dan pentahapan seperti yang

terlihat pada diagram pada halaman selanjutnya.

Page 34: Ustek Bati Bati

2.1 PENGUMPULAN DATA-DATA

KAWASAN

3.2 RENCANA POLARUANG

3.3 RENCANA JARINGANSARANA, PRASARANA,

1.1 KAJIAN AWAL DAN UTILITAS KAWASAN

RANGKAIAN 1.2 PERSIAPAN DASARKEGIATAN

2.2 TABULASI DANKOMPILASI DATA

1.3 IDENTIFIKASI 2.3 ANALISISKEBUTUHAN DATATAMBAHAN

1.4 ISU SRATEGIS 3.6 PERATURAN ZONASI

2.4 PERUMUSAN KONSEPPENGEMBANGAN

METODA DAN PENDEKATAN

HASIL

TAHAPAN

3.1 PERUMUSAN TUJUAN PENGEMBANGAN

3.4 PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA

3.5 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Kajian Materi Teknis RTRW Kabupaten Tanah Laut

Kajian Materi Teknis RDTR dan PZ Kabupaten Tanah Laut

Kajian kebijakan lainnya

Output dan lingkup pekerjaan Metodologi Rencana survey Rencana kerja

Penyusunan Naskah Teknis RDTR 1. Survey Instansional Data wilayah

administrasi Data fisiografis Data Kependudukan Data ekonomi dan

keuangan Data ketersediaan

prasarana dan sarana Data peruntukan ruang Data penguasaan,

penggunaan dan pemanfaatan lahan

Peta dasar rupa bumi dan peta tematik

2. Survey Lapangan Data ketersediaan

prasarana dan sarana Data peruntukan ruang Data kawasan bangunan Penjaringan aspirasi

masyarakat (angket, temu wicara, wawancara)

Penyusunan PeraturanZonasi1. Survey Instansional Data dampak terhadap

kegiatan tertentu padazona bersangkutan

Peraturan perundang-undangan pemanfaatan lahan dan bangunan dan prasarana

Standar teknis dan adminisratif

Peraturan perundang-undangan penggunaan lahan

2. Observasi Lapangan Data jenis penggunaan

lahan Jenis dan intensitas

kegiatan eksisting Identifikasi masalah dari

masing-masing kegiatan dan kondisi fisik bangunan dan lingkungan

Penjabaran tujuan penataan ruang di BWP Kecamatan Bati-Bati

Melengkapi data base jumlah penduduk, jaringan prasarana dan pemanfaatan ruang eksisting

Penjabaran dasar penetapan Sub BWP yang diprioristaskan penanganannya

Rencana pengembangan

Rumusan tujuan penataan BWP Rumusan kebijakan Rumusan strategi pengembangan BWP

Rencana Zona Lindung Rencana Zona Budi Daya

Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan Rencana Pengembangan Jaringan

Energi/Kelistrikan Rencana Pengembangan Jaringan

Telekomunikasi Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah Rencana Pengembangan Prasarana lainnya

TAHAP 1 PERSIAPAN

‐ Desk study berupa studi literatur‐ Analisis kebijakan

Laporan Pendahuluan yang berisi:‐ Metodologi pendekatan‐ Ruang lingkup‐ Jadwal rencana kegiatan dan

diskusi pembahasan‐ Tugas dan tanggung jawab

masing-masing tenaga ahli

TAHAP 2PENGUMPULAN DATA, ANALISA DATA, DAN PENYUSUNAN KONSEP RENCANA

‐ Analisis kebijakan‐ Analisis daya dukung dan daya tampung‐ Analisis karakteristik wilayah‐ Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP‐ Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan‐ Superimpose analysis

Laporan Antara dan Laporan Hasil Survey (LHS), yang berisi:‐ Laporan hasil survey primer dan sekunder‐ Hasil analisis‐ Kesimpulan sementara

TAHAP 3PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIS RDTR DAN

PZ

‐ Analisis iterasi ‐ modelling

Laporan Akhir yang berisi:‐ Peraturan zonasi kawasan‐ Rencana pengelolaan kawasan‐ KLHS‐ Draft Raperda

Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Ketentuan Intensitasn Pemanfatan Ruang Ketentuan Tata Bangunan Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal Ketentuan Pelaksanaan Ketentuan Tambahan Ketentuan Khusus Standar Teknis Ketentuan Pengaturan Zonasi

Gambar 2 Alur Metoda dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Page 35: Ustek Bati Bati

Penjelasan lebih lanjut dari metodologi pada halaman diagram sebelumnya dilakukan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Persiapan

1. Melakukan kajian awal dengan metode desk study berupa studi literatur terhadap data

sekunder awal yang sudah ada.

2. Melakukan tahapan persiapan dasar, yaitu dengan mengadakan koordinasi internal dengan

tujuan untuk menyamakan persepsi mengenai output dan lingkup pekerjaan, metodologi,

persiapan rencana survey, dan rencana kerja.

3. Mengidentifikasi kebutuhan data sekunder tambahan lainnya, yang akan diketahui melalui

tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Mengidentifikasi isu strategis yang ada dan sedang berkembang di dalam wilayah

perencanaan.

Tahap 1 dilaksanakan selama 4 (empat) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

diterbitkan. Keluaran yang dihasilkan adalah Laporan Pendahuluan yang berisi mengenai

detail metodologi pendekatan, ruang lingkup, jadwal rencana kegiatan dan jadwal

pembahasan, serta tugas dan tanggung jawab tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan. Metoda

pendekatan yang dilakukan adalah dengan desk study dan analisis kebijakan.

Tahap 2 : Pengumpulan Data, Analisa Data, dan Review Konsep Pengembangan

Pada Tahap 2 terdapat tiga kegiatan utama, yaitu Pengumpulan Data, Analisa Data, dan

Penyusunan Konsep Pengembangan (RDTR dan Peraturan Zonasi).

1. Pengumpulan data

Pada kegiatan pengumpulan data, tahapan kegiatan yang dilakukan adalah:

A. Melakukan pengumpulan data, baik data sekunder yang didapatkan melalui survey

instansional dan data primer yang dilakukan melalui kegiatan survey dan observasi

lapangan.

Data yang perlu dihimpun dalam penyusunan RDTR meliputi data yang diperoleh dengan

cara survey instansional dan obervasi lapangan. Data yang didapatkan melalui survey

instansional adalah:

1) data wilayah administrasi;

2) data fisiografis;

Page 36: Ustek Bati Bati

3) data kependudukan;

4) data ekonomi dan keuangan;

5) data ketersediaan prasarana dan sarana;

6) data peruntukan ruang;

7) data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;

8) peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan,

penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian

minimal peta 1:5.000.

Sedangkan data-data yang didapatkan melalu observasi lapangan adalah:

1) data ketersediaan prasarana dan sarana

2) data peruntukan ruang

3) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata bangunan)

4) penjaringan aspirasi masyarakat (angket, temu wicara, wawancara)

Dalam pelaksanaannya, akan terdapat beberapa data yang didapatkan dari survey

instanstional dan observasi lapangan sekaligus.

Sama halnya dengan data yang dibutuhkan dalam penyusunan RDTR, data yang

dibutuhkan dalam penyusunan Peraturan Zonasi juga didaptkan melalui survey

instansional dan obersvasi lapangan. Data yang didapatkan melalui survey instansional

adalah:

1) kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang

bersangkutan;

2) peraturan perundang-undangan pemanfaatan lahan dan bangunan, serta prasarana

di daerah terkait; dan

3) standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari peraturan

perundang-undangan nasional maupun daerah;

4) peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan lahan yang ada di

kabupaten/kota yang akan disusun peraturan zonasinya.

Sedangkan data-data yang didapatkan melalui obervasi lapangan adalah:

1) jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;

2) jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;

Page 37: Ustek Bati Bati

3) identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi

bangunan dan lingkungannya).

B. Melakukan tabulasi dan kompilasi data yang sudah didapatkan. Kegiatan ini dilakukan

sebagai tahapan awal dari persiapan proses analisa pada tahapan selanjutnya.

2. Analisa data

Sedangkan pada kegiatan analisa data, tahapan kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Analisis dan penjabaran dari tujuan penataan ruang BWP Kecamatan Bati-Bati yang

terdapat dalam RDTR dan PZ Kabupaten Tanah Laut.

b) Melengkapi data base, analisis, dan proyeksi kepadatan penduduk sebagai dasar

penetapan jenis klasifikasi zona perumahan.

c) Melakukan penjabaran dan analisis terhadap dasar penetapan Sub BWP yang

diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Bati-Bati yang terdapat dalam materi

RDTR dan PZ Kabupaten Tanah Laut.

d) Analisa rencana pengembangan.

3. Penyusunan konsep pengembangan

Pada tahap ini dilakukan proses penyusunan rencana pengembangan Kecamatan Bati-Bati.

Tahap 2 dilaksanakan selama 10 (sepuluh) minggu setelah Tahap 1 atau berakhir 14 (empat

belas) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Keluaran yang

dihasilkan adalah Laporan Fakta dan Analisa dan Laporan Hasil Survey (LHS). Laporan Fakta

dna Analisa berisikan kumpulan analisis dan hasil kesimpulan sementara yang didapat,

sedangkan Laporan Hasil Survey (LHS) berisi mengenai hasil survey primer dan sekunder

yang telah didapatkan. Metode pendekatan yang digunakan adalah analisis kebijakan, analisis

daya dukung dan daya tampung, analisis karakteristik wilayah, analisis potensi dan masalah

pengembangan BWP, analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan, dan superimpose

analysis.

Tahap 3 : Penyusunan Naskah Akademis RDTR dan Peraturan Zonasi

a) Penyusunan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan BWP Kecamatan Bati-Bati.

b) Penyusunan rencana pengembangan kawasan yang terdiri dari rencana pola ruang,

rencana jaringan sarana dan prasarana kawasan, rencana utilitas kawasan, penetapan

Page 38: Ustek Bati Bati

Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan ruang dan

Peraturan Zonasi.

Peraturan zonasi sendiri terdiri dari:

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan

Ketentuan intensitas pemanfaatan lahan

Ketentuan tata bangunan

Ketentuan sarana dan prasarana minimal

Ketentuan pelaksanaan

Ketentuan tambahan

Ketentuan khusus

Standar teknis

Ketentuan Pengaturan Zonasi.

2. Penyusunan naskah akademis RDTR dan PZ BWP Kecamatan Bati-Bati. Tahapan

kegiatan ini dilakukan berdasarkan berbagai output yang sudah dihasilkan pada tahapan-

tahapan sebelumnya.

Tahap 3 dilaksanakan selama 10 (sepuluh) minggu atau berakhir pada 24 (dua puluh empat)

minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Keluaran dari tahap 3 adalah

Laporan Akhir yang berisikan pemutakhiran Materi Teknis RDTR dan PZ BWP Kecamatan

Bati-Bati yang berisikan hasil akhir dari dua tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.

Metoda yang diterapkan dalam tahapan ini adalah analisis iterasi dan modelling.

3.2 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berdasarkan pentahapan yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut adalah susunan jadwal

pelaksanaannya:

Page 39: Ustek Bati Bati

•Rencana Pengelolaan Kawasan•Peraturan Zonasi Kawasan•KLHS•Draft Raperda

•Laporan Hasil Survey Primer dan Sekunder•Hasil Analisis•Kesimpulan Sementara

•Fokus pekerjaan•Metodologi•Rencana kerja

PERIODE

TAHAP

KEGIATAN

TARGET/OUTPUT

BULAN KE-2

PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA, ANALISA DATA, DAN PENYUSUNAN KONSEP RENCANA

PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIS RDTR DAN PZ

BULAN KE-3 BULAN KE-4 BULAN KE-5BULAN KE-1

Kajian Materi TeknisRTRW, RDTR dan PZ

Kabupaten Tanah Laut, serta

kebijakan lainnya

Identifikasikebutuhan data dan

isu-isu strategis

Penyusunanmetodologi dan

rencana kerjaPengumpulan

Data

Kompilasi Data

Analisis

Tujuan PenataanRuang

Pelengkapandata base

Penetapan Sub BWP Prioritas

RencanaPengembangan

LAPORANLaporan Pendahuluan

(4 minggu setelahSPMK)

Laporan Fakta dan Analisa(13 minggu setelah SPMK)

Laporan Akhir(24 minggu setelah

SPMK)

BULAN KE-6

Tujuan PengembanganKawasan

Rencana PolaRuang

PerumusanKonsep

Pengembangan

Rencana JaringanSarana, Prasarana,

dan Utilitas

Penetapan Sub BWP Prioritas

KetentuanPemanfaatan Ruang

Peraturan Zonasi

Gambar 3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Page 40: Ustek Bati Bati

BAB 4 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 TIM PELAKSANA PEKERJAAN

Tim pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan kebutuhan keahlian dalam studi ini, yaitu:

Tenaga Ahli :

1. Team Leader: S3 Rancang Kota atau S3 Planologi (Perencanaan Wilayah dan Kota /

PWK) – 1 orang

2. Ahli Lingkungan: S1 Teknil Lingkungan – 1 orang

3. Ahli Transportasi: S1 Teknik Sipil atau S1 Planologi (Perencanaan Wilayah dan

Kota / PWK) – 1 orang

4. Ahli Arsitektur: S1 Teknik Arsitektur – 1 orang

5. Ahli Ekonomi Pembangunan: S1 Studi Pembangunan – 1 orang

6. Ahli Geoteknik: S1 Geoteknik – 1 orang

7. Ahli Hidrologi/Pengairan: S1 Teknik Pengairan – 1 orang

8. Ahli Hukum: S1 Hukum – 1 orang

Tenaga Pendukung :

1. Surveyor : S1 Planologi/Teknik Sipil/Teknik Pengairan – 5 orang

2. Drafter / Juru Gambar Cad – 1 orang

3. Administrasi dan Keuangan: D3 – 1 orang

4. Tenaga Pendukung SKL – 2 orang

Organisasi pelaksana pekerjaan tersusun seperti yang terlihat pada diagram berikut.

Page 41: Ustek Bati Bati

Gambar 4 Organisasi Pelaksana Pekerjaan

4.2 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Berdasarkan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan Jumlah Orang Bulan (Man Month) durasi

pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan masing-masing tenaga ahli dan tenaga pendukung

disusun sedemikian rupa seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Team Leader (Planologi/Rancang Kota)2 Ahli Lingkungan3 Ahli Transportasi4 Ahli Arsitektur5 Ahli Ekonomi Pembangunan6 Ahli Perpetaan7 Ahli Hidrologi/Pengairan8 Ahli Hukum9 Surveyor

10 Drafter11 Administrasi dan Keuangan12 Tenaga Pendukung SKL

Bulan ke IV Bulan ke V Bulan ke VITenaga Ahli dan Tenaga PendukungNo

Tahap 1

Bulan ke I Bulan ke II Bulan ke III

Tahap 2 Tahap 3