web_sejarah_asia_tenggara_sebuah_r_subandi_rianto______

1
Berbicara mengenai sejarah Asia Tenggara, mengutip kata Prof. Taufik Abdullah, APU. Sejarawan LIPI. Tidak afdol jika tidak membahas mengenai sejarah Asia Tenggara tempo klasik. Tidak afdol juga jika tidak menyertakan seorang arkeolog besar asal Prancis, George Coedes (1913) yang berhasil “menemukan” sisa-sisa peradaban besar Kerajaan Besar Sriwijaya. Melalui empat buah prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan. Coedes berhasil merekonstruksi kembali sisa-sisa peradaban klasik Asia Tenggara yang meliputi Sumatera (Sriwijaya) dan Indo-Cina (Angkor-Kamboja). Seluruh penemuannya ditulis di Hanoi dan direvisi kembali di Paris dengan judul Les Etats Hindouise’ d’indo-Chine et d’Indonesie. Buku inilah yang kemudian menjadi pegangan para arkeolog dan sejarawan Asia Tenggara. Entah sebagai buku rujukan atau buku perbandingan. Selepas Coedes, penelitian mengenai sejarah Asia Tenggara. Baik secara klasik dan kontemporer terus berlanjut. Sejarawan Harry Benda, Guru Besar Sejarah Asia Tenggara dari Yale University turut meramaikan penelitian sejarah Asia Tenggara. Harry Benda bahkan membawa penelitiannya bersinergi dengan penelitian dunia geopolitik Asia Tenggara. Ia membahas terlalu jauh mengenai perpolitikan

Upload: reuben-reilly

Post on 02-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

- PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: web_Sejarah_Asia_Tenggara_sebuah_r_SUBANDI_RIANTO______

Berbicara mengenai sejarah Asia Tenggara, mengutip kata Prof. Taufik Abdullah, APU. Sejarawan LIPI. Tidak afdol jika tidak membahas mengenai sejarah Asia Tenggara tempo klasik. Tidak afdol juga jika tidak menyertakan seorang arkeolog besar asal Prancis, George Coedes (1913) yang berhasil “menemukan” sisa-sisa peradaban besar Kerajaan Besar Sriwijaya. Melalui empat buah prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan. Coedes berhasil merekonstruksi kembali sisa-sisa peradaban klasik Asia Tenggara yang meliputi Sumatera (Sriwijaya) dan Indo-Cina (Angkor-Kamboja). Seluruh penemuannya ditulis di Hanoi dan direvisi kembali di Paris dengan judul Les Etats Hindouise’ d’indo-Chine et d’Indonesie. Buku inilah yang kemudian menjadi pegangan para arkeolog dan sejarawan Asia Tenggara. Entah sebagai buku rujukan atau buku perbandingan.Selepas Coedes, penelitian mengenai sejarah Asia Tenggara. Baik secara klasik dan kontemporer terus berlanjut. Sejarawan Harry Benda, Guru Besar Sejarah Asia Tenggara dari Yale University turut meramaikan penelitian sejarah Asia Tenggara. Harry Benda bahkan membawa penelitiannya bersinergi dengan penelitian dunia geopolitik Asia Tenggara. Ia membahas terlalu jauh mengenai perpolitikan Indonesia dan negara-negara periferi di Asia Tenggara. Konsentrasi besar penelitian sejarah Asia Tenggara diberikan Riklefs dan Anthony Reid. Sama-sama dosen luar biasa di universitasnya untuk studi Asia Tenggara. Riklefs merupakan professor kehormatan Monash Universty-Australia untuk studi Asia Tenggara. Sementara Anthony Reid, juga guru besar di University California of Los Angeles untuk Studi Sejarah Asia Tenggara