10e00046
TRANSCRIPT
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
1
KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA
DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
Esraida Simanjuntak NIM 071 000 250
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
2
KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAN MANGGA DAN KELUARGA TIDAK MAMPU DI SIMALINGKAR B
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
oleh :
ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
3
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) (Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP. 196706131993031004 NIP.197002121995012001
Penguji II Penguji III (Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes) (Fitri Ardiani, SKM, MPH) NIP. 196205291989032001 NIP.198207292008122002
Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 10 November 2009 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
dr. Ria Masniari Lubis, Msi NIP. 195310181982032001
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
4
ABSTRAK Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Kadarzi pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009. Indikator Kadarzi yang dipilih yaitu: makan aneka ragam makanan, gunakan garam beryodium, berikan ASI Esklusif dan biasakan makan pagi. Jenis penelitian ini adalah survei, dengan rancangan penelitian sekat silang. Populasi adalah seluruh keluarga mampu yang ada di Kelurahan Mangga dan keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar dan mempunyai balita, yang ditentukan dengan cara purposif. Sampel sebanyak 127 keluarga yang dipilih secara acak sederhana. Responden adalah ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan pada keluarga tidak mampu sebesar 91,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya dibandingkan dengan keluarga tidak mampu. Disarankan agar masyarakat tetap mempertahankan penerapan indikator Kadarzi yang sudah dalam kategori baik, serta meningkatkan penerapannya pada keluarga yang masih dalam kategori sedang. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar lebih mensosialisasikan Kadarzi pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya. Kata kunci: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Keluarga mampu dan tidak
mampu, balita
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
5
ABSTRACT
Study of Implementation of Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) for Those Families Who are Economically Better Off at Kelurahan Mangga and Those Families Who are Deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009 Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) is a movement that hooked with Family Health and Nutrition (KKG), that a part of Effort of Nutrient Improvement of Family (UPGK). The aims of the research was to know the implementation of PUGS in those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009. The suggestions of PUGS that was choosed were 4 among 13 suggestions: eat multiple foods, use iodium saline, give lactation for those 6 months infants and always have breakfast. This research is survey with cross sectional design. The population included all those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B having underfire children, taken purposively. The sampling consisting of 127 families was taken by simple random sampling. The respondents is housewives. The result of the research showed that the implementation rate of PUGS were 98,6% and 91,1% for those families who are economically better off and those families who are deprived, respectively. Based on the result, it can be concluded that the implementation of those families who are economically better off was not different with those families who are deprived. It was suggested that the community keep to implement the basic suggestions of balanced nutrition especially those who were in moderate category. For healthcare providers, it is also expected to more socialize the general guidelines of balanced nutrition and to facilitate its implementation. Key word: Conscious Family of Nutrition (Kadarzi), Those Who are economically
better off and those who are deprived, underfive children.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ESRAIDA SIMANJUNTAK
Tempat/tanggal lahir : Silangit, 25 Maret 1986
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum menikah
Jumlah Bersaudara : 7 Orang
Alamat Rumah : Jln Muara, Silangit. Desa Pariksabungan Kecamatan Siborongborong, Taput
Riwayat Pendidikan
Tahun 1991-1997 : SD Negeri No. 177047 Silangit
Tahun 1997-2000 : SLTP Negeri 1 Siborongborong
Tahun 2000-2003 : SMU Bintang Timur I Balige
Tahun 2003-2006 : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Tarutung
Tahun 2007-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2006-2007 : Klinik Larose
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
7
KATA PENGANTAR
Syaloom..
Dari batu ku belajar ketegaran, dari air ku belajar ketenangan, dari
tanah ku belajar kehidupan, dan dari Tuhan ku belajar arti Kasih. Terpujilah
Tuhan Yesus Kristus yang menjadikan semua indah tepat pada waktunya. Bersyukur
buat kasih dan penyertaan-Mu Bapa, saat saya dapat melayaniMu melalui study dan
saat saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Penerapan Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak
Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
2009”. Untuk memenuhi pra-syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan menyampaikan penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir.
Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ernawati Nasution,
SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan serta telah meluangkan waktu kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai selesai.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas juga dari bantuan berbagai pihak,
sehingga dalam kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
2. Siti Khadijah, Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
8
3. Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat.
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes dan Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen
Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
5. Kepala Lurah Kelurahan Mangga dan Simalingkar B beserta staf yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, juga kepada
masyarakat yang meluangkan waktu untuk diwawancarai.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda T. Simanjuntak dan
Ibunda D. br. Sihombing yang setiap saat menuntun, memberi semangat dan
kasih sayang, mendidik, memberi pengertian dan perhatian, materi, serta doa
yang tulus bagi penulis selama ini. Setiap harapan dan ucapannya adalah doa
yang selalu menguatkan penulis.
7. Kakakku: Marlina, Amk, Amkeb, dan adik-adikku tersayang: Fitriani, Radoin,
Jones, Septina, dan Jansen serta seluruh keluarga besar Simanjuntak dan
Sihombing. Terima kasih buat doa dan semangat yang selalu kalian berikan.
8. Teman-teman Peminatan Gizi dan Ekstensi 2007 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya.
9. Buat sahabatku K’Risda, dan personil kocak (K’Gea, Hinsa, Enina, Melisa,
B’Vado dan B Hendra), dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritik dan saran dengan senang hati penulis harapkan. Akhirnya segala hormat, pujian,
dan kemuliaan saya kembalikan bagiMu Bapa dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati kita, Amin.
Medan, Desember 2009
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
9
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Pengesahan ............................................................................... i Abstrak ..................................................................................................... ii Abstract .................................................................................................... iii Riwayat Hidup Penulis ............................................................................. iv Kata Pengantar......................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................... vii Daftar Tabel ............................................................................................. ix Daftar Lampiran ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................... 5 1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
2.1. Konsep Dasar Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ...................... 6 2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) .......................... 6 2.3. Tujuan Pembinaan Kadarzi.................................................. 6 2.4. Sasaran Pembinaan Kadarzi ................................................ 7
2.5. Program Kadarzi ................................................................. 7 2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi .......... 8 2.6. Indikator Kadarzi ................................................................ 9 2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga ....................... 12 2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan ........................................ 13 2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu ................................... 13 2.7.3. Faktor Yang Mendukung Dalam Menyusun Menu ..... 14 2.8. Konsep Keluarga ................................................................. 16 2.8.1. Pengertian Keluarga................................................... 16 2.8.2. Penggolongan Keluarga ............................................. 16 2.9. Perilaku Gizi ......................................................................... 17 2.10. Kerangka Konsep ................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 20
3.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 20 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 20
3.2.1. Lokasi Penelitian ....................................................... 20 3.2.2. Waktu Penelitian ....................................................... 20
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................. 20
vi
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
10
3.3.1. Populasi .................................................................... 20 3.3.2. Sampel...................................................................... 21 3.3.3. Responden ................................................................ 22 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 22 3.4.1. Data Primer. .............................................................. 22 3.4.2. Data Sekunder. .......................................................... 22 3.5. Defenisi Operasional ............................................................ 22 3.6. Instrumen Penelitian.............................................................. 23 3.7. Aspek Pengukuran ................................................................ 23 3.8. Teknik dan Analisis Data ...................................................... 24 BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 25 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................... 25 4.1.1. Kelurahan Mangga .................................................... 25 4.1.2. Kelurahan Simalingkar B ........................................... 25 4.2. Karakteristik Responden ....................................................... 26 4.2.1. Umur Responden ...................................................... 26 4.2.2. Pendapatan Keluarga .............................................. 26 4.2.3. Pekerjaan Keluarga .................................................... 27 4.3. Hasil Penelitian ..................................................................... 27 4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 27 4.3.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya .............................................. 34 4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif ........................................ 35 4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 36 4.3.5. Tingkat Penerapan Kadarzi ........................................ 36 BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 38 5.1. Keluarga Sadar Gizi .............................................................. 38 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 38 5.1.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya ............................................. 44 5.1.3. Keluarga mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif. ......................................... 45 5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 46 5.2. Penerapan Kadarzi ................................................................ 47 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 49 6.1. Kesimpulan ........................................................................... 49 6.2. Saran ..................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
11
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur. ................................. 27 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga ............. 28 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ........ 29 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 30 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 .................................................. 30 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 33 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 36 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................................................. 36 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................................................. 37 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga
viii
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
12
Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 2. Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga. Lampiran 3. Master Data Responden Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 4. Out put Keluarga Mampu Dan Tidak Mampu Kajian Penerapan
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Survei Penelitian Di Kelurahan Mangga Dan
Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Mangga dan di
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian Di Kelurahan Mangga dan
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
ix
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
13
x
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu
konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat.
Sasaran program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar
(Depkes RI, 1995).
Tahun 1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang
dimotori oleh Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi
adalah keluarga yang mempunyai kelainan gizi , golongan pra-sejahtera dan sejahtera
I. Perencanaan program Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah
keluarga Indonesia telah menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi
jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi
sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan
bergizi seimbang (Luciasari, dkk, 2006).
Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan
Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu
pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas
sektor serta peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan , di dalam Rencana
Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) 2001-2005, Undang-Undang nomor 25
tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat
2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi, karena keluarga
mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh
masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya
(Anonim, 2007).
1
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
2
Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program
Kadarzi, diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran
gizi keluarga. Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan
indikator Kadarzi yaitu makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan
cara menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes, 2001).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan rata-rata penduduk
Sumatera Utara 18%, ini memungkinkan konsumsi makanan beraneka ragam tidak
terpenuhi. Tingkat konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga sudah
memenuhi target universal salt iodisation (USI) yaitu 90%, cakupan garam
beryodium Sumatera Utara 90,26%, tetapi masih ada 5 kabupaten /kota di bawah
90%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif masih 35,25% dari target sebesar 80%. Di
Sumatera Utara terdapat 20,8% balita gizi kurang, 8,10% gizi buruk dari 1.394.186
balita, ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang untuk memantau status
gizi balita dengan menimbang berat badan secara berkala, sehingga dapat diketahui
adanya kekurangan gizi dini (Dinkes, 2006).
Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu
sebenarnya Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu
maupun keluarga belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah
gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini.
Hal ini terjadi karena kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum
menerapkan indikator dari Kadarzi itu secara keseluruhan.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan
informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting
dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
3
tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor
penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka.
Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang indikator
Kadarzi, seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam
penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang beranekaragam
dalam menu makanan keluarganya.
Setiap keluarga akan akses pada makanan sehat bila tersedia aneka ragam
makanan sehat sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang memadai
atau tinggi. Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk
mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh
terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat
pendapatannya rendah perlu usaha untuk meningkatkan pendapatan serta
pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998).
Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan dalam
2 kelompok yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga tidak mampu
yaitu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagian besar
pendapatannya untuk kebutuhan dasar, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga
yang tingkat pendapatannya sama atau di atas Upah Minimum Regional (UMR).
Gambaran tentang pola konsumsi makanan dan bukan makanan dari kelompok
komunitas (keluarga miskin/tidak mampu dan keluarga tidak miskin/mampu)
menunjukkan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari keluarga miskin
sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan makanan hanya
29,31%. Kondisi ini terjadi karena keluarga miskin masih menganggap kebutuhan
makanan sebagai kebutuhan utama mereka dibandingkan dengan kebutuhan sekunder
yang lain. Sementara untuk keluarga mampu hanya menghabiskan lebih kurang 10-
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
4
15% untuk kebutuhan makanannya. Bila tingkat pendapatan meningkat, maka akan
terjadi pergeseran keseimbangan antara kategori jenis makanan. Makanan pokok
cenderung mempunyai elastisitas yang paling rendah, sementara kebutuhan akan
daging, lemak dan minyak mempunyai elastisitas cukup tinggi. Lebih lanjut lagi pada
tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi makanan ini akan mencakup pada
kebutuhan yang terus menerus meningkat akan terolah (Sutiono, 2002).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 jumlah keluarga
miskin (tidak mampu) di Indonesia sebesar 11,93 juta (32,66%), di Sumatera Utara
591,727 (23,75%) keluarga miskin dan berdasarkan survei awal yang dilakukan di
Kelurahan Simalingkar B terdapat sebanyak 310 KK keluarga miskin dan di
kelurahan Mangga 298 KK. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui tingkat
kemiskinan di Kelurahan Simalingkar B lebih tinggi dibanding dengan di Kelurahan
Mangga. Serta ditemukannya kasus gizi kurang pada keluarga mampu dan kasus gizi
lebih (obesitas) pada keluarga tidak mampu dan tingginya kasus penyakit degeneratif
sekarang ini. Sehingga penulis memilih lokasi penelitian untuk keluarga mampu di
Kelurahan Mangga dan untuk keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui atau mengkaji
penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga mampu dan tidak mampu,
khususnya di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam
hal ini adalah bagaimana penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga
mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga
mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsumsi aneka ragam makanan pada keluarga tidak mampu di
Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
2. Untuk mengetahui penggunaan garam beryodium pada keluarga tidak mampu di
Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
3. Untuk mengetahui pemberian ASI Eksklusif pada keluarga tidak mampu di
Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
4. Untuk mengetahui kebiasaan makan pagi pada keluarga tidak mampu di
Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dalam perencanaan program perbaikan gizi
masyarakat oleh pemerintah setempat khususnya di Kelurahan Mangga dan di
Kelurahan Simalingkar B.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
penelitian dalam hal ini mahasiswa, tentang penerapan Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) dan masyarakat umum yang ingin melihat dan mengetahui
penerapan Kadarzi
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali
dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi
seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan
seimbang dan berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2004).
Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan
Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga (UPGK). Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara
mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada
konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga
sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia
melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa
seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes
RI, 1998).
2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi.
Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo,
diskusi, dan pelatihan.
2.3. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:
a. Menimbang balita ke posyandu secara berkala
6
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
7
b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi
kurang dan gizi lebih)
c. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan,
manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga
e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.
2.4. Sasaran pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja
puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan pada keluarga yang
memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I (Depkes,
1998). Dengan adanya Kadarzi diharapkan agar:
a. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga
yang menjadi kader Kadarzi
b. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
c. Tidak ada lagi masalah gizi utama di kalangan keluarga.
2.5. Program Kadarzi
Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang
dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling
tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
8
2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi
a. Konseling Kadarzi
Pengertian Konseling Kadarzi
Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,
Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan keluarga untuk membantu
memecahkan masalah perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.
Tujuan Konseling Kadarzi
Memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan
perilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
keluarga atau yang ada di lingkungannya.
Pelaksana Konseling Kadarzi
Untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader dasawisma.
Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM.
Sasaran Konseling Kadarzi
Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar
gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa.
b. Pemetaan Kadarzi
Pemetaan Kadarzi dilakukan untuk mengetahui situasi Kadarzi di suatu
wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh TPG, kemudian untuk
berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan setiap 6
bulan sekali yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Tujuan Pemetaan Kadarzi
1. Mendapatkan informasi situasi Kadarzi dalam suatu wilayah atau dasawisma
berdasarkan indikator yang ditentukan
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
9
2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar
yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga
3. Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi
4. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu ke
waktu.
Sasaran Pemetaan Kadarzi
Sasaran pemetaan Kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja
puskesmas (Depkes, 2004).
2.6. Indikator Keluarga Sadar Gizi
Indikator Kadarzi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.
Menurut Dinkes Sumut, 2006 ada 5 indikator Kadarzi yang juga terdapat dalam 13
Pesan Dasar Gizi Seimbang yang meliputi:
1. Keluarga Biasa Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan
Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung lengkap semua
zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan,
kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI
(Air Susu Ibu) saja.
Makanan yang beranekaragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar
terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis
bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain.
Demikian juga sebaliknya, masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka
ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan
yang beranekaragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
10
2. Keluarga Selalu Memantau Kesehatan dan Pertumbuhan Anggotanya, Khususnya Balita dan Bumil Pemantauan status gizi balita bisa dilakukan dengan menimbang balita di rumah
atau ditimbang di posyandu atau di tempat lain setiap bulan atau sekurangnya 2 bulan
sekali. Sedangakan pemantauan status gizi ibu hamil bisa dipantau dengan
menimbang di rumah atau di tempat lain, diukur tinggi dan berat badan, di hitung
Indeks Massa Tubuh (IMT).
3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Untuk Memasak Makanannya
Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah
timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat
menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok
endemik dan kretin.
Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu
timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus
terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab
kematian pada orang dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah
tinggi membawa risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok usia dewasa.
Karena itu hindari konsumsi garam yang berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi
garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.
4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang
keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
11
Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat umur 6 bulan, bayi perlu mendapat Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan kepada bayi secara bertahap
sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya.
Walaupun demikian, pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur
24 bulan. Manfaatnya adalah untuk membantu tumbuh kembang anak,
mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi,
serta mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara timbal balik.
Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak,
maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya,
baik jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus, setiap ibu perlu
memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui.
Pada ibu bekerja, karena biasanya masa cuti hanya berlangsung selama 3
bulan sementara keinginan untuk memberikan ASI eksklusif begitu besar, ASI dapat
diperah. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih
walaupun setelah bayi selesai menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml)
sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml. ASI juga dapat diperah menggunakan
pompa payudara yang manual, menggunakan baterai, atau pompa listrik. ASI perah
disimpan dalam wadah atau botol steril. Sebaiknya botol tersebut terbuat dari kaca
dan harus tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih
19-25o C) selama kurang lebih 6-8 jam, bila masih kolostrum (susu awal atau susu
yang pertama kali keluar pada 1-7 hari setelah kelahiran) bisa sampai 12 jam. Di
dalam lemari pendingin (suhu 4 oC) selama 24-48 jam dan di dalam lemari pembeku
(suhu -4 oC) dapat bertahan 2 minggu-4 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
12
pendingin atau pembeku tidak boleh ditaruh di dekat pintu. Apabila disimpan di
dalam deep freezer (-18 oC), ASI dapat tahan sampai 6 bulan. Perlu diperhatikan
bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil.
5. Keluarga Biasa Sarapan Pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat
bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi
dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi
belajarnya pun menjadi lebih baik.
Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan
gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai
dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga,
sumber zat pembangun dan zat pengatur.
2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga
Menu Seimbang adalah menu yang mengandung semua golongan bahan
makanan yang dibutuhkan dengan memperlihatkan keseimbangan unsur-unsur gizi
yang terkandung di dalamnya (Santoso, 1999).
Dalam penyusunan menu makanan perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut (Lisdiana, 1998):
1. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga
2. Makanan harus dapat menyediakan zat-zat gizi
3. Makanan harus dalam jangkauan keuangan keluarga
4. Hidangan harus dinikmati oleh seluruh keluarga
5. Menyusun daftar menu
6. Menilai hasil konsumsi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
13
Selain syarat-syarat, ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu
(Santoso, 1999):
1. Kombinasi rasa yang asin, manis, asam, pahit, pedas jika disukai
2. Kombinasi warna hidangan yang merah, hijau, coklat, dan sebagainya
3. Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat, dan sebagainya
4. Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah seperti sup, sayur
asam maupun yang sedikit kuah seperti tumis sayur, sambal goreng serta yang
kering seperti ikan goreng, kering tempe
5. Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik
pengolahan digoreng, direbus, dan disetub dan lain-lain, sehingga memberikan
penampilan, tekstur, dan rasa yang berbeda pada hidangan. Hindari adanya
pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu.
2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan hendaknya disesuaikan dengan selaras, kandungan
gizi, ketersediaan bahan pangan di daerah setempat, dan yang cukup penting adalah
upaya menganekaragamkan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pemilihan
bahan pangan dilakukan secara menyeluruh, baik untuk sumber tenaga atau
karbohidrat, sumber protein atau lauk-pauk, sumber vitamin maupun mineral (sayur
dan buah). Penganekaragaman jenis bahan makanan dimaksudkan agar kandungan
gizi dalam masing-masing bahan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi individu
maupun keluarga.
2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu
Untuk menyusun menu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengetahui kebutuhan gizi bagi individu atau keluarga. Dengan memperhatikan
ketersediaan bahan makanan, kita dapat merencanakan menyusun menu. Untuk
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
14
memudahkan menyusun menu, pemerintah telah menyusun anjuran makanan sehari
yang berpedoman kepada kebutuhan gizi menurut golongan umur, jenis kelamin, dan
berat badan.
2.7.3. Faktor yang mendukung dalam menyusun menu
1. Cara pemilihan
Pilihlah bahan makanan yang segar karena bahan makanan tersebut
mempunyai nilai gizi serta cita rasa yang lebih baik dibandingkan dengan makanan
yang sudah tidak segar. Sayur, buah, dan ikan akan lebih baik kalau dimakan tanpa
harus melewati masa penyimpanan yang cukup lama.
2. Cara penanganan
Pada umumnya, makanan banyak kehilangan zat gizi diawali pada saat
penanganan yang disebabkan oleh perlakuan yang kurang baik (pengaruh fisik).
Sebagai contoh, beras yang terlalu lama dicuci dan diremas akan kehilangan vitamin
yang sangat dibutuhkan tubuh. Cara pemotongan bahan makanan terutama pada
sayur, diusahakan agar tidak mengurangi zat gizi yang telah ada dengan cara
memotong sedikit.
3. Cara pengolahan
Kehilangan zat gizi juga terjadi pada saat pengolahan atau pemasakan. Hal ini
disebabkan oleh bahan makanan yang dimasak telah kehilangan sebagian besar
kandungan zat gizi akibat pemanasan. Vitamin dan mineral yang mudah larut dalam
air adalah zat gizi yang cepat hilang pada saat dimasak. Masaklah sayur dengan
memperhatikan waktu masak, banyaknya air yang dipakai, agar tidak mengurangi cita
rasa. Ssemakin lama sayur dimasak akan semakin banyak zat gizi yang hilang. Untuk
menambah cita rasa masakan, gunakanlah bumbu penyedap secukupnya serta minyak
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
15
goreng atau santan yang dapat mengikat kandungan vitamin A, D, E, K yang terdapat
pada bahan makanan.
4. Cara penyajian
Cara penyajian yang dirancang sedemikian rupa akan menimbulkan selera
makan bagi seseorang. Oleh karena itu, makanan sedapat mungkin dihidangkan dalam
keadaan masih panas, cara penataan yang indah dan rapi, diberi variasi warna dan rasa
agar lebih menarik.
Contoh Menu Seimbang
Menu pagi : Kopi atau teh manis
Getuk ubi jalar
Makanan selingan : Teh manis
Kue basah
Makan siang : Nasi
Sayur asam
Ikan asin goreng
Kering tempe
Buah
Sambal
Makanan selingan : Teh manis
Tape goreng
Makan malam : Nasi jagung
Pecel
Balado telur
Kerupuk
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
16
2.8. Konsep Keluarga
2.8.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: suami, istri
dan anak-anak atau ayah dan anaknya atau anak dan ibunya (pasal 1 ayat 10 UU No.
10 tahun 1992).
Menurut Depkes RI (1999), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah 1 atap dan keadaan saling ketergantungan (Effendy, 2000).
2.8.2. Penggolongan Keluarga
Berdasarkan data BPS tahun 2005 bila diasumsikan suatu rumah tangga
memiliki jumlah anggota RT (house hold size) ± 4 orang maka batas garis kemiskinan
rumah tangga:
a. Rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya 4 x Rp. 120.000 = Rp. 480.000 per rumah tangga per bulan.
b. Rumah tangga dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi kebutuhan
dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 150.000 = Rp. 600.000 per rumah tangga per
bulan tetapi di atas Rp. 480.000.
c. Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 175.000 = Rp. 700.000 per rumah
tangga per bulan tetapi di atas Rp. 600.000.
Berdasarkan tahapan tersebut, dan dikaitkan dengan ketetapan Upah Minimal
Regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara 2009 oleh Badan Pusat Statistik sebesar
Rp. 822.205, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak mampu/miskin adalah
keluarga yang pendapatannya dalam satu bulan di bawah UMR, yang sebagian besar
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
17
digunakan untuk kebutuhan makan, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang
tingkat pendapatannya di atas atau sama dengan UMR.
2.9. Perilaku Gizi
Perilaku gizi adalah perbuatan atau perlakuan dalam bidang gizi. Adapun
perilaku- perilaku gizi tersebut adalah (Lisdiana, 1998) :
1. Membentuk kebiasaan makan yang baik
a. Memberikan makanan sesuai dengan umur anak
b. Mengenalkan anak pada berbagai variasi makanan
c. Memberi pengetahuan gizi
d. Melibatkan anak dalam menyusun menu
e. Menciptakan suasana yang menggembirakan ketika makan
f. Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan
g. Menanamkan adab sopan santun ketika makan
h. Kebiasaan untuk sarapan pagi
i. Penyusunan menu seimbang dengan memperhatikan cara pemilihan bahan
makanan, cara penanganan, pengolahan dan penyajian makanan.
2. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang mampu memantau keadaan gizi
seluruh anggota keluarga dan mampu mengambil langkah pemecahan sesuai dengan
potensi yang ada dengan indikator (Dinkes Sumut, 2006):
f. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan
g. Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggotanya, khususnya
balita dan bumil
h. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
18
i. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI
Eksklusif
j. Keluarga biasa sarapan pagi.
3. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
Kegiatannya meliputi:
a. Penimbangan bulanan anak Balita dengan menggunakan KMS
b. Pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang mempunyai anak Balita
c. Demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi atau pemberian
makanan tambahan yang bergizi tinggi kepada anak Balita (terutama gizi buruk)
d. Mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi
bahan pangan bernilai gizi tinggi serta tanaman obat tradisional (apotek hidup)
e. Pemberian paket pertolongan gizi: vitamin A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit,
dan garam beryodium.
2.10. Kerangka Konsep
Responden - Keluarga mampu - Keluarga tidak mampu
Indikator Kadarzi: 1. Keluarga biasa
mengkonsumsi aneka ragam makanan
2. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya
3. Keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI
Pendapatan
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
19
Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa dari pendapatan, responden dapat
digolongkan dalam dua kelompok yaitu keluarga mampu dan tidak mampu yang
didasarkan pada Upah Minimum Regional. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan
keluarga sangat berpengaruh terhadap penerapan indikator Kadarzi yang disesuaikan
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu: keluarga biasa mengkonsumsi aneka
ragam makanan, keluarga hanya mengunakan garam beryodium saat memasak
makanannya, keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan
ASI Esklusif, dan keluarga biasa sarapan pagi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei, yang bersifat deskriptif-analitik dengan
desain penelitian cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati
subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada
saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kajian penerapan pedoman
umum gizi seimbang pada keluarga mampu dan tidak mampu.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan, pemilihan wilayah ini dilakukan karena penulis
melihat adanya kasus obesitas pada keluarga tidak mampu dan kejadian gizi kurang
pada keluarga mampu serta meningkatnya kasus penyakit degeneratif sekarang ini
pada tingkatan keluarga yang berbeda di dua lokasi tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai November 2009.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga mampu di Kelurahan Mangga
sebanyak 282 orang dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B sebanyak 125
orang. Penentuan populasi dilakukan dengan cara purposif dengan kriteria keluarga
mampu dengan tingkat pendapatan sama atau di atas Rp. 822.205, keluarga tidak
mampu di bawah Rp. 822.205, dan keluarga yang mempunyai bayi/balita.
20
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
21
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara simple random
sampling. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo,
1993):
n = )(1 2dN
N+
Keterangan: N= populasi
n= sampel
d= penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang
ditetapkan 0.1
Perhitungan:
Untuk sampel keluarga mampu di kelurahan Mangga:
n = )1,0(2821
2822+
n = 82,21
282+
n = 70,5
n = 71 orang
Untuk perhitungan sampel keluarga tidak mampu di kelurahan Simalingkar B.
n = )1,0(1251
1252+
n = 25,3
125
n = 55,5
n = 56 orang
Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 127 orang.
24
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
22
3.3.3. Responden
Responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga karena ibulah yang
menyediakan pangan dan yang mengatur kebutuhan makanan di dalam keluarga.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer yang diambil adalah karakteristik responden berupa umur,
pekerjaan, tingkat pendapatan diperoleh melalui wawancara dengan responden
menggunakan kuesioner yamg telah disusun sebelumnya. Data konsumsi aneka ragam
makanan, didapat dengan menggunakan kuesioner, dan formulir food frekuensi. Data
kebiasaan makan pagi, konsumsi garam beryodium, pemberian ASI Esklusif,
diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang meliputi laporan dan data umum wilayah Kelurahan
Mangga dan Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009
yang diperoleh dari petugas Kelurahan serta referensi-referensi yang mendukung
dalam penelitian ini.
3.5. Defenisi Operasional
1. Penerapan Kadarzi adalah tindakan/ segala praktek atau perbuatan nyata yang
dilakukan responden dalam menerapkan indikator keluarga sadar gizi, pada
penelitian ini pesan yang dipilih adalah 4 indikator yang disesuaikan dengan
PUGS yaitu: keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan, keluarga selalu
menggunakan garam beryodium memasak makanannya, keluarga memberikan
dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Esklusif, keluarga biasa
sarapan pagi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
23
2. Keluarga Mampu adalah keluarga yang pendapatannya di atas Upah Minimal
Regional (UMR) yaitu Rp.822.205.
3. Keluarga Tidak Mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya di bawah
Upah Minimal Regional (UMR) yang sebagian besar pendapatannya untuk
kebutuhan makanan.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:
kuesioner, dan formulir food frekuensi.
3.7. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.
1. Keanekaragaman makanan
Keanekaragaman makanan diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dll dengan menggunakan
formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu:
1x/hari; 2x/hari; 3 x/hari; 1x/minggu; 1x/bulan; jarang dan tidak pernah. Juga diukur
dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, skor 2 untuk
yang menjawab kadang-kadang, skor 1 untuk yang menjawab tidak.
2. Penggunaan garam beryodium
Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor
3, kadang-kadang diberi skor 2 dan yang menjawab tidak diberi skor 1.
3. Pemberian ASI Esklusif
Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor
3, kadang-kadang skor 2 dan skor 1 untuk yang menjawab tidak.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
24
4. Kebiasaan sarapan pagi
Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk jawaban ya diberi skor 3, skor 2
untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 1 untuk jawaban tidak.
5. Tingkat penerapan Kadarzi
Teknik pengukuran tingkat penerapan Kadarzi adalah dengan menggunakan
skoring dari setiap hal-hal yang ditanyakan pada ke-empat indikator tingkat penerapan
Kadarzi, dengan total skor tertinggi adalah 14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada
dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:
- Baik, apabila total skor yang diperoleh responden >11 (> 75 %)
- Sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 6-11 (40-75 %)
- Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 6(< 40 %)
3.8. Teknik dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing, yaitu dengan melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah terisi dan
dapat dibaca dan tidak ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses
pengolahan data.
2. Koding, yaitu memberikan kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner.
3. Entri data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi terhadap variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara
deskriptif, untuk mempermudah pengambilan kesimpulan.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Kelurahan Mangga
Kelurahan Mangga termasuk salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Medan Tuntungan , dengan luas sekitar 286 Ha dengan jumlah penduduk 32.610 jiwa
dan jumlah kepala keluarga 5.405 KK.
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan
adalah sebagai berikut:
- Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Sempakata
- Bagian Selatan, berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B
- Bagian Barat, berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang
- Bagian Timur, berbatasan dengan Kelurahan Kuala Bekala
4.1.2. Kelurahan Simalingkar B
Kelurahan Simalingkar B termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan,
dengan luas sekitar 443 Ha dengan jumlah penduduk 5067 jiwa dan jumlah kepala
keluarga 1.274 KK.
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan
Tuntungan adalah sebagai berikut:
- Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Kwala Bekala
- Bagian Selatan, berbatasan dengan Jln. Pancur Batu, Deli Tua
- Bagian Barat, berbatasan dengan Sungai Bekala
- Bagian Timur, berbatasan dengan Sungai Babura
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
26
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dikumpulkan datanya pada penelitian ini adalah
umur responden, tingkat pendapatan dan pekerjaan responden, yang diperoleh dari
hasil wawancara melalui kuesioner yang sudah disusun sebelumnya.
4.2.1. Umur Responden
Umur responden pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat pada
tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur.
No Umur(Tahun) Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %
1. 20-25 4 5,6 4 7,1 2. 26-31 23 32,4 16 28,6 3. 32-37 27 38,0 23 41,1 4. 38-43 17 23,9 13 23,2
Jumlah 71 100,0 56 100,0
Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan umur,
pada keluarga mampu sebagian besar dalam kategori 32-37 tahun (38,0%), dan paling
sedikit pada kategori 20-25 tahun sebesar 5,6%. Sedangkan pada keluarga tidak
mampu, sebagian besar (41,1%) dalam kategori 32-37 tahun, dan paling sedikit pada
kategori 20-25 tahun sebesar 7,1%.
4.2.2. Pendapatan Keluarga. Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan dalam dua bagian yaitu keluarga
mampu dan keluarga tidak mampu, yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum
Regional (UMR) yaitu sebesar Rp. 822,205. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapat hasil bahwa responden pada penelitian ini yaitu pada keluarga
mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan ≥ Rp. 822.205, dan pada keluarga tidak
mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan < Rp. 822.205.
25
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
27
4.2.2. Pekerjaan Keluarga
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga dapat dilihat pada tabel
4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga.
No Pekerjaan Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu
Frekuensi % Frekuensi % 1. Buruh/Petani 0 0 19 33,9 2. Pedagang/Wiraswasta 31 43,7 23 41,1 3. PNS 24 33,8 0 0 4. Lainnya 16 22,5 14 25,0 Jumlah 71 100,0 56 100,0
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang paling
banyak pada keluarga mampu adalah pedagang/wiraswasta (43,7%), dan yang paling
sedikit adalah sebagai pegawai swasta sebesar 22,5%, sedangkan pada keluarga tidak
mampu, yang paling banyak pekerjaan responden sebagai pedagang/wiraswasta
(41,1%), dan yang paling sedikit adalah sebagai supir (25,0%).
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan.
Jenis atau keanekaragaman makanan dapat diukur dengan konsumsi makanan
yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan
menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden pada
keluarga mampu sebagian besar menyajikan makanan tiap hari (85,9%) dan kadang-
kadang sebesar 14,1%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu sebagian besar
(83,9%) menyajikan makanan setiap hari, 12,5% kadang-kadang dan 3,6% tidak
menyajikan.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
28
Jenis makanan yang disediakan pada keluarga mampu, yang paling banyak
menyediakan nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 47,9%, dan
pada keluarga mampu yang paling banyak menyediakan nasi dan lauk-pauk yaitu
sebesar 30,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No
Jenis Makanan
Yang Disajikan
Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu
Ya Kadang-Kadang Ya Kadang-
Kadang Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1.
Nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan
34 47,9 5 7,0 14 25,0 0 0
2. Nasi, lauk-pauk, dan sayur-sayuran
21 29,6 5 7,0 16 28,6 5 8,9
3. Nasi dan lauk-pauk 6 8,5 0 0 17 30,4 2 3,6
Jumlah 61 85,9 10 14,1 47 83,9 7 12,5
Dari hasil penelitian dapat juga diketahui bahwa responden pada keluarga
mampu yang paling banyak menyediakan sayur (69,0%), yang kadang-kadang sebesar
14,1%, dan yang tidak sebesar 16,9%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang
paling banyak tidak menyediakan sayur (35,7%), dan paling sedikit yang kadang-
kadang menyediakan sayur (30,4%). Jenis sayuran yang disediakan pada keluarga
mampu sebagian besar menyediakan sayuran hijau, kuning dan buah (46,5%), dan
pada keluarga tidak mampu sebagian besar menyediakan sayur hijau, kuning dan buah
(23,2%), yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
29
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Jenis atau keanekaragaman makanan dapat juga diukur dengan menggunakan
formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu: 1x/hari,
2x/hari, 3x/hari, 1x/minggu, 1x/bulan, jarang, dan tidak pernah. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009.
Jenis Makanan Frekuensi
Makanan Pokok 1x sehari
2x sehari
3x sehari
1x seminggu
1x sebul
an
Jarang Tidak pernah
Total
- Nasi - 14% 86% - - - - 100% - Jagung - - - - - 79% 21% 100% - Ubi kayu/ singkong - - - - - - - - - Umbi- umbian - - - - - - - - -………………….
Lauk pauk - Daging 15% 13% - 35% - 37% - 100% - Ikan basah - 27% 30% 21% - 21% 1% 100% - Telur 52% - - 27% - 21% - 100% - Ikan Asin 15% - - - - 64% 21% 100% - Ikan Teri 30% - 24% 7% - 31% 8% 100%
No Jenis Sayuran
Yang Dikonsumsi
Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu
Ya Kadang-Kadang Ya Kadang-
Kadang Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1. Sayuran hijau, kuning dan buah
33 46,5 3 4,2 13 23,2 0 0
2. Sayuran hijau dan kuning
11 15,5 4 5,6 3 5,4 8 14,3
3. Sayuran hijau 5 7,0 3 4,2 3 5,4 9 16,1
Jumlah 49 69,0 10 14,1 19 33,9 17 30,4
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
30
- Ayam - 53% 15% 14% - 18% - 100% - Tahu/ tempe 79% - - 14% - 7% - 100%
Jenis Makanan Makanan Pokok 1x
sehari 2x sehari
3x sehari
1x seminggu
1x sebulan
Jarang Tidak pernah
Total
Sayur-sayuran - Bayam 18% 37% - 13% - 25% 7% 100%
- Kangkung 18% 37% - 13% - 7% 25% 100% - Daun papaya - - - - - 73% 27% 100% - Daun ubi 37% 18% - 21% - 25% 13% 100% - Nangka muda (gori) - 7% - 14% - 73% 7% 100% - Kacang panjang 13% 15% - 35% - 37% - 100% - Sawi 13% 15% - 37% - 35% - 100% - Wortel 15% - - - - 64% 21% 100% - Terong - - - - - 82% 28% 100% - Kol 15% - - - - 64% 21% 100% - Kecipir 15% - - - - 64% 21% 100% - Tomat - - 100% - - - - 100% - Sayur lodeh 7% 21% - 4% - 49% 19% 100% - ………………………
Buah- buahan -Alpokat 6% - - 10% - 69% 15% 100% - Apel 27% 9% - 7% - 57% - 100% - Jeruk manis 49% 14% 14% 15% - - 7% 100% - Pisang 42% - - 15% - 35% 7% 100% - Pepaya 27% 9% - 7% - 57% - 100% - Mangga 14% - - 7% - 69% 9% 100% - Nenas - - - 15% - 69% 15% 100% - Nangka 14% - - 27% - 45% 14% 100% - Belimbing - - - - - 59% 41% 100% - Jambu biji 42% - - 15% - 35% 7% 100% -………………………
Makanan pelengkap/ selingan - Susu 49% 7% - - - 44% - 100% - Bakso - - - 48% - 52% - 100% - Cendol - - - 52% - 48% - 100% - Kolak - - - 35% 18% 46% - 100% - Pisang goreng - - - 48% - 52% - 100% - Ubi rebus - - - - - - - - - Kue/ roti 38% 21% - 27% - 14% - 100% - Mie goreng 21% - - 38% - 41% - 100% - Nasi goreng 35% - - 38% - 27% - 100% - Fried chicken 35% - - 27% - 38% - 100% - Burger 38% - - 27% - 35% - 100% - Roti bakar 38% - - 27% - 35% - 100% - Pisang bakar 7% - - 49% - 44% - 100% - Pecal - - - 56% - 44% - 100% -……………………..
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
31
Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi makan keluarga
responden pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara
umum mengkonsumsi nasi sebesar 14% untuk frekuensi 2x sehari, 86% untuk
frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung 79% untuk frekuensi jarang.
Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan basah
sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi 1x sehari, ayam
53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga responden lebih memilih ayam dari pada
daging lainnya karena harganya relatif lebih murah. Ikan teri sebesar 30% untuk
frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak
dikonsumsi keluarga responden yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari.
Tahu/tempe biasa dikonsumsi keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk
utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau
sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam (37%,
2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari).
Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi
keluarga responden adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari),
jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari).
Keluarga responden yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x sehari,
keluarga responden yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Makanan
pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah
kue/roti, burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken
sebesar 35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam
frekuensi 1x seminggu.
Dari tabel frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 71 responden
yang menyajikan makanan didapat bahwa 61 responden (86%) menyajikan makanan
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
32
lengkap, 10 orang (14%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang
disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi,
lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga
kali dalam satu hari.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan Responden Pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009.
Jenis Makanan Frekuensi
Makanan Pokok 1x sehari
2x sehari
3x sehari
1x seminggu
1x sebul
an
Jarang Tidak pernah
Total
- Nasi - 5% 95% - - - - 100% - Jagung - - - - - 82% 18% 100% - Ubi kayu/ singkong - - - - - 82% 18% 100% - Umbi- umbian - - - - - - - - -………………….
Lauk pauk - Daging - - - 18% 11% 71% - 100% - Ikan basah - - - 82% - 18% - 100% - Telur 73% - - 18% - 9% - 100% - Ikan Asin 45% - 18% 5% - 32% - 100% - Ikan Teri 45% - 18% 5% - 32% - 100% - Ayam - - - 32% 21% 46% - 100% - Tahu/ tempe 27% 14% 54% 5% - - - 100% -…………………
Sayur- sayuran - Bayam 18% - - 27% 18% 38% - 100%
- Kangkung 9% 14% 21% 18% - 38% - 100% - Daun papaya - 9% - 52% - 34% 5% 100% - Daun ubi 5% 34% 16% 23% - 18% 4% 100% - Nangka muda (gori) - - - 7% 5% 71% 16% 100% - Kacang panjang 27% 23% 14% 18% - 9% 9% 100% - Sawi 5% 34% 16% 23% - 18% 4% 100% - Wortel 16% 5% 34% 4% 5% 18% 18% 100% - Terong - 36% 16% 20% - 18% 11% 100% - Kol - 36% 16% 20% - 18% 11% 100% -Kecipir - - - - - - - - -Tomat - - 100% - - - - 100% - Sayur lodeh - - - - - - - - - ………………………
Buah- buahan - Alpokat - - - 77% 5% 18% - 100% - Apel - - - - 5% 89% 5% 100%
Buah-buahan - Jeruk manis 41% - - 23% 18% 18% - 100% - Pisang 73% - 5% 4% - 18% - 100% - Pepaya 4% - 5% 18% - 73% - 100% - Mangga - - - - - 100% - 100% - Nenas - - - - - 100% - 100% - Nangka 4% - - - - 96% - 100% - Belimbing - - - - - 41% 59% 100%
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
33
Jenis Makanan Frekuensi Makanan Pokok 1x
sehari 2x sehari
3x sehari
1x seminggu
1x sebulan
Jarang Tidak pernah
Total
- Jambu biji 27% - - 18% 18% 38% - 100% - Jambu air - - - - - 100% - 100% -……………………… Makanan pelengkap/ selingan - Susu 9% - - 18% 7% 51% 9% 100% - Bakso - - - - - 88% 12% 100% - Cendol - - - - - 100% - 100% - Kolak - - - - - 100% - 100% - Pisang goreng - - - 45% - 55% - 100% - Ubi rebus - - - 25% 39% 32% 4% 100% - Kue/ roti 18% - - 46% 27% 9% - 100% - Mie goreng 38% - - - - 62% - 100% - Nasi goreng - - - - - 100% - 100% - Fried chicken - - - - - 41% 59% 100% - Burger - - - - - 27% 73% 100% - Roti bakar - - - - - 27% 73% 100% - Pisang bakar - - - - - - - - - Pecal 9% - - 18% - 73% - 100% -……………………..
Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi makan keluarga
responden pada keluarga tidak mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok)
secara umum mengkonsumsi nasi sebesar 5% untuk frekuensi 2x sehari, 95% untuk
frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung dan ubi kayu 82% untuk frekuensi
jarang.
Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan teri sebesar
45% untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari, ikan asin 43%
untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah dan ayam dalam frekuensi 1x
seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan ayam juga jenis daging lebih
mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sumber protein nabati yaitu dari
tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe banyak dikonsumsi keluarga
responden dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau semua keluarga
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
34
responden dan dijadikan sebagai lauk utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari
sayuran, yang paling banyak atau sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat
(100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari), terong dan
kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x sehari). Hal
ini disebabkan karena sayuran jenis ini ada ditanam sendiri oleh keluarga responden
dan juga harganya relatif lebih murah.
Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi
keluarga responden adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan
jambu biji (27%, 1x sehari). Hal ini disebabkan buah tersebut ditanam sendiri dan
harganya lebih murah serta mudah didapatkan. Keluarga responden yang
mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena harganya yang relatif mahal
dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi 1x sehari sebanyak sebesar
9%, dikarenakan keluarga responden mempunyai balita. Makanan pelengkap/
selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah kue/roti (18%, 1x
sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ).
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 56
responden didapat bahwa 53 responden (95%) menyajikan makanan lengkap, 5 orang
(5%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga
setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi, lauk-pauk, sayur-
sayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu
hari.
4.3.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya
Garam beryodium sangat penting, selain sebagai cita rasa juga sangat besar
pengaruhnya bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
35
diketahui bahwa semua responden baik pada keluarga mampu maupun keluarga tidak
mampu seluruhnya mengkonsumsi garam beryodium (100%). Jenis garam beryodium
yang dikonsumsi responden dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No Jenis Garam Yang
Dikonsumsi Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu
Frekuensi % Frekuensi % 1. Dolpin 44 62,0 8 14,3 2. Segitiga biru 23 32,4 26 46,4 3. Lain-lain 4 5,6 22 39,3
Jumlah 71 100,0 56 100,0
Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa jenis garam yang dikonsumsi pada
keluarga mampu, sebagian besar mengkonsumsi jenis dolpin sebesar 62,0%, dan
paling sedikit jenis lainnya (AA) sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga
tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebanyak 46,4%,
dan yang paling sedikit adalah jenis dolpin (14,3%).
4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif
ASI diberikan pada bayi sejak dari lahir. Dari hasil penelitian dapat diketahui
pada keluarga mampu sebagian besar memberikan ASI (74,6%), dan pada keluarga
tidak mampu sebagian besar memberikan ASI (76,8%). Usia pemberian ASI pada
bayi dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No Pemberian ASI Saja Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %
1. ≥ 6 bulan 30 42,3 22 39,3 2. < 6 bulan 23 32,4 21 37,5
Jumlah 53 74,6 43 76,8
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
36
Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa usia pemberian ASI pada keluarga
mampu sebagian besar memberikan ASI saja sampai usia ≥ 6 bula n (42,3%), dan yang
lainnya memberikan < 6 bulan (32,4%). Sedangkan responden pada keluarga tidak
mampu yang paling banyak memberikan ASI usia ≥ 6 bulan (39,3%), dan yang
lainnya memberikan < 6 bulan (37,5%).
4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi
Kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat
pada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No Kebiasaan Sarapan Pagi Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %
1. Ya 61 85,9 52 92,9 2. Kadang-kadang 6 8,5 2 3,6 3. Tidak 4 5,6 2 3,6
Jumlah 71 100,0 56 100,0
Tabel 4.9 di atas menunjukkan kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu,
sebagian besar sarapan pagi (85,9%), kadang-kadang sebesar 8,5% dan yang tidak
sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga tidak mampu, sebagian besar
sarapan pagi (92,9%), kadang-kadang sebesar 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%.
4.3.5. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Tingkat penerapan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) dapat disimpulkan
berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang
diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
37
No Tingkat Penerapan Kadarzi
Keluarga Mampu Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % Frekuensi %
1. Baik 70 98,6 51 91,1 2. Sedang 1 1,4 5 8,9
Jumlah 71 100,0 56 100,0 Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa tingkat distribusi penerapan Kadarzi
pada keluarga mampu yang tingkat penerapan Kadarzi yang dipilih: konsumsi aneka
ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Esklusif, kebiasaan
makan pagi sebesar 98,6%, dalam tingkat sedang sebesar 1,8%, sedangkan responden
pada keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang
tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan
Untuk dapat tumbuh dengan baik dan sehat, orang perlu makan makanan yang
mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang cukup. Dalam Kadarzi, susunan
makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat gizi. Hal ini dapat
dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Tiap makanan dapat saling
melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandung yang didasarkan pada tiga fungsi yaitu
sebagai sumber energi/tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur
(Almatsier, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang selalu
menyajikan makanan setiap hari sebesar 85,9%, kadang-kadang sebesar 14,1%.
Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang selalu menyajikan makanan setiap hari
dalam keluarga sebesar 83,9%, kadang-kadang sebesar 12,5%, dan yang tidak
menyediakan 3,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih peduli terhadap
pemenuhan gizi dan kesehatan anggota keluarga. Alasan responden kadang-kadang
menyediakan makanan adalah tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan dan
kebiasaan makan makanan yang siap saji. Ini dapat dilihat dari pekerjaan keluarga
yang lebih banyak sebagai pedagang/wiraswasta, yang menghabiskan waktu dengan
usahanya. Bagaimana caranya supaya dapat menghasilkan uang untuk keperluan
keluarga. Misalnya pada keluarga tidak mampu yang harus berjualan di pasar, sudah
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
39
harus berangkat subuh meninggalkan anggota keluarga. Dikaitkan juga dengan
mahalnya harga bahan-bahan makanan di pasaran membuat para ibu rumah tangga
mengeluh dan susah untuk mengatur belanja, yang akhirnya membeli makanan yang
sudah jadi.
Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap
semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif,
maka harus makan makanan beranekaragam. Dengan makanan yang beranekaragam,
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari
makanan lain (Sayono, 2006).
Hasil penelitian (Tabel 4.3) juga menunjukkan bahwa pada keluarga mampu
didapat bahwa 86% menyajikan makanan lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran,
dan buah-buahan dalam frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu hari), 14%
dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk, sayur atau nasi dan ikan dengan frekuensi
makan kurang dari 3 kali sehari). Sedangkan pada keluarga tidak mampu dapat juga
diketahui bahwa 95% menyajikan makanan lengkap, 5% dalam kategori sedang, hal
ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food
frekuensi. Ini disebabkan karena kadang anak-anak tidak menyukai buah dan sayuran.
Apalagi balita yang merasa terganggu dengan seratnya. Untuk mengatasi hal ini
dituntut pengetahuan dan keterampilan ibu untuk mengolah makanan dalam bentuk
lunak, misalnya sayuran disajikan hanya daunnya saja, atau dilumatkan dicampur
dengan nasinya, juga harus disesuaikan dengan sayuran yang menjadi kesukaan
anggota keluarga dan perlu memperkenalkan jenis makanan secara dini terhadap
anggota keluarga untuk lebih mudah dalam penerapan keanekaragaman makanan.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Priany (2002), bahwa pengetahuan ibu
adalah pintu gerbang dalam penyiapan makan keluarga. Kebiasaan makan yang baik,
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
40
serta pemilihan makanan yang baik untuk keluarga sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga.
Konsumsi makanan yang kurang biasanya terjadi pada masyarakat miskin
karena pendapatannya yang kurang. Uang memang mempengaruhi apa yang dimakan.
Untuk itu perlu dipilih jenis makanan yang akan dibeli dengan tingkat penghasilan
yang rendah yaitu bahan makanan yang terjangkau dan mempunyai nilai gizi yang
baik. Karena tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan keluarga tidak dapat
mengkonsumsi makanan yang beranekaragam dalam menu makanan sehari-hari,
sehingga hanya mampu makan dengan makanan yang kurang berkualitas baik jumlah
maupun gizinya. Hal ini juga disebabkan sumber energi dari padi-padian yang masih
tinggi dibandingkan dengan makanan yang lain. Pola kebiasaan makan yang selalu
mengutamakan beras sedangkan yang lain hanya seadanya yang membuat konsumsi
masyarakat menjadi tidak beragam. Rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan
rendahnya daya beli keluarga untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Budiyanto tahun 2002 yang menyatakan bahwa kelompok
masyarakat yang kehidupannya sulit, rentan terhadap kekurangan gizi, energi dan
protein. Walaupun sebenarnya persepsi ini bisa dirubah dengan mengkonsumsi
makanan murah tapi memenuhi syarat zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Disamping itu, keluarga mengkonsumsi makanan hanya untuk pemuasan rasa lapar
dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang
dapat dilihat dari ketidakragaman makanan yang dikonsumsi oleh keluarga.
Sedangkan gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang
cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja
(Khumaidi, 1994).
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
41
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi makan keluarga (tabel 4.5 dan tabel 4.6)
pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara umum
mengkonsumsi nasi sebesar 86% untuk frekuensi 3x sehari, juga pada keluarga tidak
mampu sebesar 95% untuk frekuensi 3x sehari. Setengah dari populasi dunia
termasuk hampir seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur merupakan konsumen nasi.
Kebutuhan kalori sebaiknya berasal dari karbohidrat yaitu sekitar 55%, dari lemak 20-
25%, dan dari protein sekitar 10-15%. Menurut Almatsier (2001), peran utama
karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang
kemudian diubah menjadi energi.
Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi keluarga mampu
adalah ikan basah sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi
1x sehari, ayam 53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga lebih memilih ayam dari
pada daging lainnya karena harganya relatif lebih murah dan mudah didapat di
pasaran. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak dikonsumsi
keluarga yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe biasa dikonsumsi
keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk utama. Sumber protein hewani
yang secara umum dikonsumsi keluarga tidak mampu adalah ikan teri sebesar 45%
untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah
dan ayam dalam frekuensi 1x seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan
ayam juga jenis daging lebih mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya.
Sumber protein nabati yaitu dari tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe
banyak dikonsumsi keluarga dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau
semua keluarga dan dijadikan sebagai lauk utama.. Bahan makanan sumber protein
biasanya lebih tinggi harganya dibandingkan dengan sumber makanan non protein.
Untuk protein hewani juga lebih tinggi harganya dibandingkan dengan bahan
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
42
makanan non protein, juga dibandingkan dengan protein nabati (tahu dan tempe).
Menurut Suharjo (1993) dikemukakan bahwa protein mempunyai fungsi yang unik
pada tubuh seperti menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk
pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, bekerja sebagai pengatur kelangsungan
proses dalam tubuh, memberikan tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh
karbohidrat dan lemak. Protein merupakan zat penting bagi semua jaringan tubuh
yang fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pertumbuhan jaringan-jaringan
tubuh sehingga apabila seseorang kekurangan protein akan mengakibatkan proses
metabolisme dalam tubuh tidak normal.
Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau
sering dikonsumsi pada keluarga mampu adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam
(37%, 2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari).
Sedangkan pada keluarga tidak mampu, yang paling banyak atau sering dikonsumsi
adalah tomat (100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari),
terong dan kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x
sehari). Kebanyakan dari keluarga mampu mendapatkan sayuran dengan cara
membeli di pasar dan ada juga yang ditanam di pekarangan rumah, sedangkan
keluarga tidak mampu mengkonsumsi sayuran dari hasil kebun sendiri dan juga dari
hasil jualan yang tidak habis terjual. Kontribusi suatu jenis makanan terhadap
kandungan vitamin makanan bergantung jumlah vitamin yang semula terdapat dalam
makanan tersebut dan jumlah yang rusak kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat
dicegah dengan cara menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi, memasak tidak
terlalu lama, menggunakan air pemasak yang sedikit, memotong dengan pisau tajam,
memasak ditutup dan tidak menggunakan alkali dalam pemasakan. Sayuran
merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
43
Sayuran yang berwarna hijau kaya akan kalsium, zat besi dan asam folat, contohnya
kangkung, daun singkong, daun kacang dan daun katuk. Semakin hijau warna daun
sayur, semakin kaya akan zat gizi (Almatsier, 2001).
Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi
pada keluarga mampu adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari),
jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari).
Sedangkan pada keluarga tidak mampu, buah-buahan yang paling sering dikonsumsi
adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan jambu biji (27%, 1x
sehari). Jenis buah yang disajikan pada keluarga mampu jika dilihat dari harganya ada
perbedaan dengan keluarga tidak mampu. Misalnya apel, keluarga tidak mampu
jarang sekali, bahkan tidak pernah sama sekali menyedikan di keluarga. Kalaupun
pernah itu karena ada yang memberikan.
Mengkonsumsi buah sangat diperlukan untuk memenuhi vitamin C dan
karoten atau provitamin A, dan mineral (zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat besi
dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Buah-buahan tersebut mudah didapat
dan harganya masih terjangkau. Buah-buahan yang dihidangkan sebagai makanan
penutup atau hidangan terakhir dari suatu jamuan makan sehari-hari yang sering
disebut dengan istilah pencuci mulut. Hal ini mungkin karena buah-buahan itu dapat
menetralkan rongga mulut setelah makan nasi dengan berbagai macam lauk-pauk
dengan aneka rasa dan bau. Selain sebagai makanan penutup, buah-buahan juga
dimasak atau diolah menjadi makanan kecil atau jajanan.
Keluarga mampu yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x
sehari, dan yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Sedangkan pada
keluarga tidak mampu yang mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena
harganya yang relatif mahal dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
44
1x sehari sebanyak sebesar 9%, dikarenakan keluarga mempunyai balita. Dalam hal
ini baik keluarga mampu maupun keluarga tidak mampu tidak terlalu menyukai susu.
Misalnya pada keluarga mampu, anggota keluarga tidak suka minum susu disamping
karena alasannya bau, juga takut gemuk jadi mereka lebih memilih minuman-
minuman kemasan yang tanpa disadari minuman itulah yang dapat mengganggu
kesehatan. Untuk mengatasi hal ini, saat ini telah ada produk susu kedelai yang relatif
murah dan tinggi kalsium.
Makanan pelengkap/selingan yang paling sering dikonsumsi adalah kue/roti,
burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken sebesar
35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam frekuensi 1x
seminggu. Makanan pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi adalah
kue/roti (18%, 1x sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ).
5.1.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya
Konsumsi yodium ini sangat penting, mengingat fungsinya dalam
metabolisme tubuh seperti pembentukan hormon tiroid yang berguna untuk mengatur
suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf.
Selain itu yodium juga berperan dalam pengubahan karoten (bentuk tidak aktif
vitamin A) menjadi vitamin A (Anonymous, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu dan keluarga tidak
mampu seluruhnya menggunakan garam beryodium. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa keluarga sudah mengenal garam beryodium dan mengerti
kegunaan yodium dalam tubuh. Pada keluarga mampu lebih banyak mengkonsumsi
jenis dolpin (62,0%), dan paling sedikit jenis AA, sebesar 5,6%. Sedangkan pada
keluarga tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebesar
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
45
46,4%, dan yang paling sedikit jenis dolpin sebesar 14,3%. Hal ini terjadi dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan, yaitu harga garam jenis dolpin lebih mahal dibandingkan
dengan jenis lain, karena kandungan yodium pada jenis dolpin lebih tinggi. Dari hasil
penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pada keluarga tidak mampu ada yang
mengkonsumsi garam jenis dolpin yang artinya keluarga lebih peduli terhadap
pemenuhan yodium bagi kesehatan.
5.1.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang memberikan
ASI Esklusif sebesar 74,6 %, dan yang tidak memberikan sebesar 25,4 %. Sedangkan
pada keluarga tidak mampu yang memberikan ASI Esklusif sebanyak 76,8%, dan
yang tidak memberikan sebesar 23,2%. Pada dasarnya bayi harus mendapatkan ASI
mulai lahir sampai batas usia 6 bulan ASI eksklusif. Hasil penelitian (tabel 4.8)
menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang paling sedikit adalah yang
memberikan ASI Esklusif sampai usia ≥ 6 bulan sebesar 42,3%, dan yang
memberikan < 6 bulan sebesar 32,4%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu
sebagian besar memberikan ASI Esklusif usia ≥ 6 bulan sebesar 39,3%, dan yang
memberikan < 6 bulan sebesar 37,5%.
Manfaat ASI antara lain memberikan zat kekebalan tubuh pada bayi. Karena ASI
terutama kolostrum kaya akan IgA suatu zat kekebalan tubuh. Pemberian ASI
eksklusif juga bisa mencegah alergi pada bayi, mencegah obesitas anak dan tentu saja
murah. Bahkan menurut sebuah penelitian yang diterbitkan American Journal Clinical
Nutrition Nopember 2006, pemberian ASI menurunkan risiko diabetes di kemudian
hari (Anonymous, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan pada keluarga mampu dan keluarga tidak
mampu yang paling banyak adalah alasan ibu bekerja sebesar 22,5%, dan 25,0%.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
46
Untuk mengatasi hal tersebut disarankan ibu untuk memerah ASI dan ditinggalkan di
rumah, agar bayi tetap mendapatkan ASI Eksklusif. ASI yang diperah dapat disimpan
dalam wadah atau botol steril yang tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam
suhu kamar (kurang lebih 19-25 oC) selama kurang lebih 6-8 jam. Perlu diperhatikan
bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil (Anonymous, 2007).
5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi
Hasil penelitian (tabel 4.9) menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang
makan pagi sebesar 85,9%, kadang-kadang 8,5%, dan yang tidak sebesar 5,6%.
Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang makan pagi sebesar 92,9%, kadang-
kadang sebanyak 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%. Hal ini terjadi karena adanya
uang jajan setiap hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat
kerja/tidak ada waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan
uang saku, sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja.
Kebiasaan makan pagi inilah yang sering diabaikan dengan alasan tidak ada waktu
atau takut terlambat, terutama anak sekolah. Padahal menurut penelitian yang
dilakukan oleh Pollit pada tahun 1998 menyebutkan bahwa anak sekolah usia 9-11
tahun yang tidak sarapan kemudian diberikan beberapa test, ternyata memiliki banyak
kesalahan, memilik stimulus yang lebih lambat dan memiliki recall memory yang
lebih lambat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan keluarga kadang-kadang makan pagi
pada keluarga mampu yang alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 2,8%, dan
yang tidak selera makan sebesar 5,6%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang
alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 1,8%, dan yang tidak selera makan
sebesar 1,8%.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
47
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa alasan keluarga tidak makan pagi pada
keluarga mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi sebesar 5,6%,
sedangkan pada keluarga tidak mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi
sebesar 1,8%, dan yang tidak ada waktu menyediakan sebesar 1,8%.
Hal ini disebabkan kadang orangtua terlalu sibuk sehingga sering tidak
menyediakan makanan, dan juga melihat ibu yang sering terburu-buru memberikan
makan kepada anaknya. Saat memberikan makan mereka kadang sudah mengenakan
pakaian kerja kantoran, dalam kondisi demikian, biasanya anak menjadi malas dan
mulai berulah. Untuk mencegah alasan tidak ada waktu, bahan-bahan mentah yang
diperlukan untuk sarapan boleh disiapkan malam hari sebelumnya. Ini akan
mengurangi kerepotan saat mengolah menu sarapan di pagi harinya. Sajikan sarapan
pagi dengan menu yang sederhana tetapi mengandung unsur gizi yang diperlukan
tubuh, mulai dari protein, kalori, sampai vitamin (Anonymous, 2007).
5.2. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Hasil penelitian (tabel 4.10) menunjukkan tingkat penerapan Kadarzi pada
keluarga mampu yang tingkat penerapan pedoman umum gizi seimbang( konsumsi
aneka ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif,
kebiasaan makan pagi) yang baik 98,6%, dan sedang sebesar 1,8%, sedangkan pada
keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang
tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa keluarga mampu dan keluarga tidak mampu sama-sama menerapkan Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi), tetapi keluarga mampu lebih menerapkannya yaitu dalam hal
penyediaan makanan, penggunaaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif, dan
kebiasaan makan pagi. Tingkat penerapan Kadarzi antara keluarga mampu dan tidak
mampu ini tidak terlalu jauh perbedaannya. Hal itu dapat dilihat perbedaannya dari
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
48
jenis makanan yang disajikan (keanekaragaman makanan yang dikonsumsi), yang
terbukti bahwa pada keluarga mampu telah menyajikan jenis makanan yang
beranekaragam dibanding dengan pada keluarga tidak mampu. Garam yodium yang
digunakan lebih banyak menggunakan merek dolpin yang kaya yodium dengan harga
lebih tinggi, pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan makan pagi. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa Kadarzi sudah mulai memasyarakat dan sudah diterapkan dalam
keluarga. Seperti halnya, dari hasil penelitian yang dilakukan Syarifah (2003), tentang
perilaku kader posyandu dalam penerapan 13 pesan gizi seimbang dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden rata-rata makan 3 kali dalam sehari; jenis makanan
yang disajikan adalah nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan; jenis sayuran
yang sering dikonsumsi adalah sayuran hijau; selalu menggunakan garam beryodium;
memberikan ASI sampai bayi usia 4 bulan dan selalu memberikan sarapan pagi.
Terjadinya perbedaan penerapan Kadarzi pada keluarga mampu dan tidak mampu ini
disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan
Priany (2003), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendapatan
keluarga dengan kebiasaan makan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan
dengan nilai P= 0,009 (P>0,05) yang artinya kebiasaan makan keluarga dengan
kategori lengkap (empat sehat lima sempurna) lebih besar pada kelompok responden
dengan tingkat pendapatan yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan pendapatan
jelas merupakan senjata yang ampuh untuk memperbaiki gizi, dan pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan pada bab pembahasan, maka dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penyajian makanan, jenis makanan yang disajikan keluarga mampu dalam
kategori lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam
frekuensi 3x sehari) yaitu sebesar 86% dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk,
dan sayur-sayuran atau nasi dan ikan saja dalam frekuensi kurang dari 3x sehari)
sebesar 14%, sedangkan pada keluarga tidak mampu jenis makanan yang disajikan
dalam kategori lengkap sebesar 95%, dan dalam kategori sedang sebesar 5%. Hal
ini terjadi karena anggota keluarga ada yang tidak suka dengan buah dan sayuran,
ada juga yang menyukai sayuran tertentu saja.
2. Keluarga mampu lebih menyajikan makanan yang beranekaragam dibandingkan
dengan jenis makanan yang disajikan dalam keluarga tidak mampu yaitu makanan
pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan jenis makanan selingan.
3. Ada kesamaan antara keluarga mampu dan tidak mampu yaitu sama-sama
mengkonsumsi garam beryodium, tetapi jika dibandingkan dari jenis garam yang
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
50
dikonsumsi, keluarga mampu lebih memilih merek dolpin yang kaya yodium dan
relatif lebih mahal dari jenis garam merek lainnya.
4. Dalam pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan keluarga tidak mampu lebih
menerapkan dibanding dengan keluarga mampu, hal ini terjadi karena ibu bekerja
dan diberi susu formula dan MP-ASI.
5. Kebiasaan makan pagi lebih diterapkan pada keluarga tidak mampu(92,9%)
daripada keluarga mampu (85,9%). Hal ini terjadi karena adanya uang jajan setiap
hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat kerja/tidak ada
waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan uang saku,
sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja.
6. Tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan keluarga tidak
mampu sebesar 91,1%, Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya secara kuantitas
dibandingkan dengan penerapan Kadarzi pada keluarga tidak mampu.
6.2. Saran
1. Kepada keluarga diharapkan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan
penerapan Kadarzi dalam keluarga. Makanan sehat dan bergizi tidak hanya
didapatkan dari makanan yang mahal, tetapi dari makanan yang murah juga
banyak mengandung zat gizi.
2. Diharapkan juga kepada keluarga agar menyajikan makanan yang beranekaragam
dan lebih dini mengenalkan jenis-jenis makanan kepada anggota keluarga, karena
tidak ada satupun makanan yang memenuhi semua zat gizi, harus dikombinasikan
dari beberapa jenis makanan.
3. Kepada petugas kesehatan diharapkan agar lebih mensosialisasikan Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi) pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya dalam
49
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
51
upaya peningkatan gizi di wilayah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anonymous, 2007. Mengenal 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang, www. gizi. net. Anonymous, 2008. ASI dan Ibu Bekerja, www. gizi.net. Budianto, J, dkk. 1998. Strategi Menuju Perilaku Makan Sehat Dan Implikasinya
Pada Perencanaan Ketersediaan Pangan, Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi, Bina Kerjasama Iptek LIPI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 1998. Keluarga Mandiri Sadar Gizi, Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 2004. Keluarga Sadar Gizi, Direktorat Gizi masyarakat
Jakarta. Dinas Kesehatan Sumut, 2001. Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi, Medan. ----------------------------, 2006. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Sumut 2006-2010,
Medan Effendy, N. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat, PT Gunung Mulia, Jakarta.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
52
Lisdiana, 1998. Waspada Terhadap Kelebihan Dan Kekurangan Gizi, PT Trubus Agriwidya, Bandar Lampung.
Luciasari, dkk, 1996. Menjaga Kesehatan Balita, Puspa Swara, Jakarta. Notoatmodjo, S. 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Priany, Henny. 2002, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebiasaan
Makan Empat Sehat Lima Sempurna Pada Keluarga Di Kelurahan tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2002, Skripsi FKM USU.
Santoso, S. 1999. Kesehatan Gizi, Rineka Cipta, Jakarta. Sayono, S. 2006. Gizi Remaja Putri, Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. Setiyono, B. 1996. Menu Gizi Seimbang, Balai Pustaka, Jakarta. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat,
Direktorat jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soemitro, S, dan Tjiptoherijanto, P. 2002. Kemiskinan Dan Ketidakmerataan Di
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Supariasa, 2001. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta Syarifah, S. 2003. Perilaku Kader Posyandu Dalam Penerapan 13 Pesan Dasar
Gizi Seimbang Di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Perjuangan, Skripsi FKM USU.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
53
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
54
Kuesioner:
KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA
DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
No Daftar Pertanyaan Jawab Kode Nilai A. Daftar Identitas Responden Data Umum Responden 1. Nama 2. Umur 3. Pendapatan a. < Rp 822.205 b. ≥ Rp 822.205 4. Pekerjaan a. Buruh/ petani b. pedagang/
wiraswasta
c. PNS d. Lainnya (sebutkan) B. Data Tindakan Responden 1. Apakah anda selalu menyajikan
makanan dalam keluarga anda? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Jika ya, dalam menyajikan makanan jenis makanan apa saja yang selalu disajikan dalam keluarga anda?
a. Nasi, lauk- pauk, sayur- sayuran dan buah- buahan b. Nasi, lauk-pauk dan sayur- sayuran c. Nasi dan lauk- pauk
3. Jika kadang-kadang, dalam menyajikan makanan apa saja yang disajikan dalam keluarga anda?
a. Nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran,dan buah-buahan b. Nasi,lauk-pauk, dan sayur-sayuran c. Nasi dan lauk-pauk
4. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. kebiasaan konsumsi makanan siap saji c. Lain-lain
5. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Malas menyediakan c. Lain-lain
6. Apakah setiap hari keluarga anda selalu makan sayur?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
55
7. Jika ya, jenis sayuran apa yang sering dikonsumsi dalam keluarga anda?
a. Sayuran hijau,kuning, dan buah b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau
8. Jika kadang-kadang, jenis sayuran apa yang sering dikonsumsi dalam keluarga anda?
a. Sayuran hijau,kuning, dan buah b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau
9. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. Anggota keluarga suka makan sayuran tertentu c. Lain-lain
10. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Anggota keluarga tidak suka makan sayur c. Lain-lain
11. Apakah dalam keluarga anda menggunakan garam beryodium?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
12. Jenis garam beryodium apa yang keluarga anda gunakan?
a. Dolpin b. Segitiga biru c. Lain-lain
13. Apakah anda memberikan ASI saat anda mempunyai bayi?
a. Ya b. Tidak
14. Jika ya, sampai usia berapa anda memberikan ASI saja?
a. ≥ 6 bulan b. < 6 bulan
15. Jika jawaban tidak, apa alasannya? a. Tidak ada ASI b. Bayi tidak mau menyusu c. Ibu tidak mau memberikan ASI
16. Jika < 6 bulan apa alasannya? a. Diberi susu formula dan MP-ASI b. Ibu bekerja c. Lain-lain
17. Apakah keluarga anda selalu makan pagi?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
18. Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak biasa dengan makan pagi b. Tidak ada yang menyediakan c. Lain-lain
19. Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, buru-buru b. Tidak selera c. Lain-lain
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
56
Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga
Food Frekuensi Tanggal wawancara dilaksanakan : Nomor Responden : Nama Responden :
Food Frekuency Quesionare (FFQ) Jenis Makanan Frekuensi
Makanan Pokok 1x sehari
2x sehari
3x sehari
1x seminggu
1x sebulan
Jarang Tidak Pernah
- Nasi - Jagung - Ubi kayu/ singkong - Umbi- umbian -…………………. Lauk pauk - Daging -Ikan basah - Telur - Ikan Asin - Ikan Teri - Ayam - Tahu/ tempe - ………………………..
Sayur- sayuran - Bayam - Kangkung - Daun papaya - Daun ubi - Nangka muda (gori) - Kacang panjang - Sawi - Wortel - Terong - Kol -Kecipir -Tomat - Sayur lodeh - ………………………
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
57
Buah- buahan - Alpokat - Apel - Jeruk manis -Pisang - Pepaya - Mangga - Nenas - Nangka - Belimbing - Jambu biji - Jambu air -………………………
Makanan pelengkap/ selingan
- Susu - Bakso - Cendol - Kolak - Pisang goreng - Ubi rebus -Kue/ roti - Mie goreng - Nasi goreng - Fried chicken - Burger - Roti bakar - Pisang bakar - Pecal -……………………..
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
58
Out-Put Keluarga Mampu Frequency Table
responden yang selalumenyajikan makanan
61 85.9 85.9 85.910 14.1 14.1 100.071 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
makanan yang disajikan responden
10 14.1 14.1 14.1
34 47.9 47.9 62.0
21 29.6 29.6 91.56 8.5 8.5 100.0
71 100.0 100.0
0nasi,lauk-pauk,sayur,dan buah=3nasi,lauk-pauk,sayur=2nasi dan lauk=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
kadang-kadang menyajikan makanan
61 85.9 85.9 85.9
5 7.0 7.0 93.0
5 7.0 7.0 100.0
71 100.0 100.0
0nasi,lauk-pauk,sayur-sayuran, danbuah-buahan=3nasi, lauk-pauk, dansayur-sayuran=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden kadang-kadang menyajikan makanan
61 85.9 85.9 85.9
5 7.0 7.0 93.0
5 7.0 7.0 100.0
71 100.0 100.0
0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3kebiasaan konsumsimakanan siap saji=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden tidak menyajikan makanan
71 100.0 100.0 100.00ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
59
responden yang selalu menyediakan sayur
49 69.0 69.0 69.010 14.1 14.1 83.112 16.9 16.9 100.071 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
sayuran yang disajikan responden
22 31.0 31.0 31.0
33 46.5 46.5 77.5
11 15.5 15.5 93.0
5 7.0 7.0 100.071 100.0 100.0
0sayuran hijau,kuning,danbuah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
responden yang kadang-kadang menyajikan sayuran
61 85.9 85.9 85.9
3 4.2 4.2 90.1
4 5.6 5.6 95.8
3 4.2 4.2 100.071 100.0 100.0
0sayuran hijau, kuning,dan sayuran buah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden kadang-kadang menyajikan sayur
61 85.9 85.9 85.94 5.6 5.6 91.5
6 8.5 8.5 100.0
71 100.0 100.0
0tidak ada waktu=3anggota keluarga sukasayuran tertentu=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden tidak menyediakan sayur
59 83.1 83.1 83.1
12 16.9 16.9 100.0
71 100.0 100.0
0anggota keluarga tidaksuka makan sayur=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
60
responden menggunakan garam beryodium
71 100.0 100.0 100.0ya=3ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
jenis garam yodium yang dikonsumsi responden
44 62.0 62.0 62.023 32.4 32.4 94.4
4 5.6 5.6 100.071 100.0 100.0
dolpin=3segitiga biru=2lain-lain=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
responden yang memberikan ASI pada bayi
53 74.6 74.6 74.618 25.4 25.4 100.071 100.0 100.0
ya=23Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
usia bayi diberikan ASI
18 25.4 25.4 25.430 42.3 42.3 67.623 32.4 32.4 100.071 100.0 100.0
0>=6bulan=2< 6bulan=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan tidak memberikan ASI
53 74.6 74.6 74.610 14.1 14.1 88.7
8 11.3 11.3 100.0
71 100.0 100.0
0tidak ada ASI=3bayi tidak maumenyusu=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan <6bulan memberikan ASI
48 67.6 67.6 67.6
7 9.9 9.9 77.5
16 22.5 22.5 100.071 100.0 100.0
0Diberi susu formuladan MP-ASI=3ibu bekerja=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
61
keluarga yang selalu makan pagi
61 85.9 85.9 85.96 8.5 8.5 94.44 5.6 5.6 100.0
71 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden tidak makan pagi
67 94.4 94.4 94.4
4 5.6 5.6 100.0
71 100.0 100.0
0tidak biasa denganmakan pagi=3Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan kadang-kadang makan pagi
65 91.5 91.5 91.5
2 2.8 2.8 94.4
4 5.6 5.6 100.071 100.0 100.0
0tidak ada waktu,buru-buru=3tidak selera makan=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
nilai total responden
70 98.6 98.6 98.61 1.4 1.4 100.0
71 100.0 100.0
baik(>11)sedang(6-11)Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
62
Out-Put Keluarga Tidak Mampu Frequency Table
responden yang selalu menyediakan makanan
47 83.9 83.9 83.97 12.5 12.5 96.42 3.6 3.6 100.0
56 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
makanan yang disajikan keluarga
9 16.1 16.1 16.1
13 23.2 23.2 39.3
16 28.6 28.6 67.9
18 32.1 32.1 100.056 100.0 100.0
0nasi, lauk-pauk,sayurandan buah-buahan=3nasi, lauk-pauk dansayuran=2nasi dan lauk-pauk=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
makanan yang kadang-kadang disajikan responden
49 87.5 87.5 87.5
5 8.9 8.9 96.4
2 3.6 3.6 100.056 100.0 100.0
0nasi, lauk-pauk, dansayur-sayuran=2nasi dan lauk-pauk=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden menyajikan kadang-kadang
49 87.5 87.5 87.5
2 3.6 3.6 91.1
5 8.9 8.9 100.0
56 100.0 100.0
0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3kebiasaan konsumsimakanan siap saji=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
63
alasan responden tidak menyajikan makanan
55 98.2 98.2 98.21 1.8 1.8 100.0
56 100.0 100.0
0tidak ada uang=3Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
responden yang selalu menyediakan sayuran
19 33.9 33.9 33.917 30.4 30.4 64.320 35.7 35.7 100.056 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2tidak=*1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
sayuran yang disajikan responden
37 66.1 66.1 66.1
13 23.2 23.2 89.3
3 5.4 5.4 94.6
3 5.4 5.4 100.056 100.0 100.0
0sayuran hijau,kuning dan buah=3sayuran hijau dankuning=2sayuran hijau=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
responden yang menyajikan sayuran kadang-kadang
39 69.6 69.6 69.6
8 14.3 14.3 83.9
9 16.1 16.1 100.056 100.0 100.0
0sayuran hijaudan kuning=2sayuran hijau=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden kadang-kadang menyajikan sayuran
39 69.6 69.6 69.6
7 12.5 12.5 82.1
10 17.9 17.9 100.0
56 100.0 100.0
0tidak ada waktu, sibukdengan pekerjaan=3anggota keluarga sukasayuran tertentu=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
64
alasan responden tidak menyediakan sayuran
36 64.3 64.3 64.37 12.5 12.5 76.8
13 23.2 23.2 100.0
56 100.0 100.0
0tidak ada uang=3anggota keluarga tidaksuka makan sayur=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
responden menggunakan garam beryodium
56 100.0 100.0 100.0ya=3ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
jenis garam yadium yang dikonsumsi responden
8 14.3 14.3 14.326 46.4 46.4 60.722 39.3 39.3 100.056 100.0 100.0
dolpin=3segitiga biru=2lain-lain=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
usia bayi diberikan ASI
13 23.2 23.2 23.222 39.3 39.3 62.521 37.5 37.5 100.056 100.0 100.0
0>=6 bulan=2< 6 bulan=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan tidak memberikan ASI
43 76.8 76.8 76.810 17.9 17.9 94.6
2 3.6 3.6 98.2
1 1.8 1.8 100.0
56 100.0 100.0
0tidak ada ASI=3bayi tidak maumenyusu=2ibu tidak maumemberikan ASI=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
65
alasan responden memberikan ASI usia <6 bulan
35 62.5 62.5 62.5
7 12.5 12.5 75.0
14 25.0 25.0 100.056 100.0 100.0
0diberi susu formuladan MP-ASI=3ibu bekerja=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
keluarga yang selalu makan pagi
52 92.9 92.9 92.92 3.6 3.6 96.42 3.6 3.6 100.0
56 100.0 100.0
ya=3kadang-kadang=2tidak=1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden tidak makan pagi
54 96.4 96.4 96.4
1 1.8 1.8 98.2
1 1.8 1.8 100.0
56 100.0 100.0
0tidak biasa denganmakan pagi=3tidak ada waktumenyediakan=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
alasan responden kadang-kadang makan pagi
54 96.4 96.4 96.4
1 1.8 1.8 98.2
1 1.8 1.8 100.056 100.0 100.0
0tidak ada waktu,buru-buru=3tidak selera=2Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
nilai total responden
51 91.1 91.1 91.15 8.9 8.9 100.0
56 100.0 100.0
baik(>11)sedang(6-11)Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
66
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
67
nama umur umurk pkrjaan pndapatn saji sajit saji1 saji1a saji1b saji2 saji3 saji3t saji4 saji4a saji4b saji5 saji6 saji6t saji7 saji8 saji8t saji9 saji10 saji10a saji11 saji11t sajik sajitot saji12 saji12a1 24 1 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 02 36 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 03 30 2 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 04 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 05 36 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 06 28 2 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 07 37 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 08 30 2 2 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 1 1 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 09 36 3 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 010 28 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 011 28 2 2 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 1 2 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 012 34 3 3 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 013 34 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 3 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 2 2 1 13 0 214 37 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 015 35 3 4 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 016 40 4 3 1 1 3 2 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 217 32 3 2 1 2 3 0 2 2 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 218 34 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 3 1 1 11 1 019 34 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 3 2 1 0 1 0 2 2 1 12 0 220 40 4 3 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 1 2 0 1 3 2 1 0 2 0 2 1 3 1 11 0 021 40 4 4 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 022 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 1 2 1 0 0 3 1 2 10 1 023 39 4 2 1 1 3 2 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 024 35 3 3 1 2 3 0 2 2 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 025 34 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 026 40 4 4 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 3 1 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 027 40 4 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 028 25 1 3 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 1 0 0 2 2 1 11 0 129 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 3 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 030 30 2 3 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 031 29 2 2 1 2 3 0 1 1 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 3 1 1 12 1 032 30 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 033 34 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 034 39 4 2 1 2 3 0 2 2 0 2 2 0 2 1 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 13 0 035 33 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 036 27 2 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 037 28 2 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 038 36 3 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 039 27 2 4 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 040 33 3 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 041 27 2 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 042 28 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 13 0 043 33 3 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 044 33 3 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 045 28 2 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 046 29 2 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 12 0 047 25 1 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 048 27 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 049 33 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 2 2 1 13 0 150 40 4 2 1 1 3 2 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 3 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 051 40 4 3 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 3 2 0 1 3 1 1 2 2 0 1 3 3 1 13 1 052 30 2 3 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 1 1 3 1 14 0 053 33 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 054 22 1 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 055 35 3 4 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 13 0 056 37 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 057 28 2 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 058 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 059 37 3 4 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 11 0 060 27 2 2 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 3 1 2 2 0 1 1 3 1 12 0 061 36 3 3 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 11 0 062 36 3 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 2 1 0 2 0 1 3 1 13 0 063 40 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 064 37 3 4 1 1 3 2 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 14 0 065 29 2 4 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 1 2 2 0 2 1 3 1 13 0 066 28 2 2 1 1 3 1 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 067 28 2 3 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 068 39 4 2 1 1 3 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 3 1 1 2 1 0 0 1 3 1 14 0 069 29 2 3 1 1 3 3 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 2 1 2 2 0 2 1 3 1 12 0 070 38 4 2 1 1 3 1 0 0 0 3 1 0 0 0 2 1 3 1 2 1 0 1 0 1 3 1 11 0 071 38 4 3 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 3 1 0 1 3 2 2 1 0 1 0 1 3 1 12 0 0
Master Data Keluarga Mampu
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
68