160_09pertumbuhanjaninterhambat

Upload: jhon-heriansyah

Post on 12-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 160_09Pertumbuhanjaninterhambat

    1/5

    cdk 160/ vol. 35 no. 1 Jan - Feb 2008 23

    PENDAHULUAN

    Bayi berat lahir rendah (< 2500 g) sampai saat ini ma-

    sih merupakan penyebab utama mortalitas dan mor-

    biditas. Bayi berat lahir rendah dapat dibedakan atas

    bayi yang dilahirkan prematur dan bayi yang mengala-

    mi pertumbuhan janin terhambat (intrauterine growth

    retardation/IUGR). Di negara maju, sekitar 2/3 bayi

    berat lahir rendah (BBLR) disebabkan oleh prematuri-

    tas, sedangkan di negara sedang berkembang seba-gian besar BBLR disebabkan oleh pertumbuhan janin

    terhambat.1

    Setiap tahun di Amerika Serikat terdapat sekitar

    250.000 bayi dilahirkan dengan berat badan kurang

    dari 2500 g. The National Institutes of Healthmem-

    perkirakan bahwa kurang lebih 40.000 kasus meru-

    pakan bayi aterm dan selebihnya bayi preterm yang

    mengalami retardasi pertumbuhan (Frigoletto, 1986).

    Bayi-bayi lainnya mencakup bayi preterm dan bayi pre-

    term yang juga mengalami retardasi pertumbuhan

    sehingga risiko menjadi lebih besar.1,2

    Kejadian pertumbuhan janin terhambat (PJT) bervaria-

    si antara 3-10%, tergantung pada populasi, geografi

    dan definisi yang digunakan. Sekitar 2/3 pertumbu-

    han janin terhambat berasal dari kelompok kehamilan

    risiko tinggi (hipertensi, perdarahan anterpartum, ibu

    menderita penyakit jantung atau ginjal, uterus multi-

    pel, dsb) sedangkan 1/3 lainnya berasal dari kelom-

    pok yang diketahui tidak mempunyai faktor risiko.3,4

    Pertumbuhan janin terhambat adalah suatu keadaan

    yang dialami oleh bayi-bayi yang mempunyai berat

    badan di bawah batasan tertentu dari umur kehami-

    lannya.4,5

    Definisi yang paling sering digunakan adalah bayi-bayi

    yang mempunyai berat badan di bawah 10 persentil

    dari kurva berat badan normal. Penulis lainnya meng-

    gunakan titik potong (cut-off point) 5 persentil, ada

    juga yang memakai 2 SD (kira-kira 3 persentil).3,5

    Selain itu ada yang menyatakan bahwa pertumbuhan

    janin terhambat merupakan definisi postnatal karena

    baru diketahui pasti setelah bayi dilahirkan. Memang

    sampai saat ini belum dikenal cara yang dapat me-

    nentukan berat bayi intra-uterin secara akurat; namun

    banyak penelitian telah membuktikan bahwa dengan

    mengenali secara dini adanya gangguan pertumbu-

    han janin (apapun batasan yang digunakan), mortali-

    tas dan morbiditas perinatal akibat pertumbuhan janin

    terhambat akan dapat dikurangi.

    Sekitar 70% kematian akibat pertumbuhan janin ter-

    hambat dapat dicegah jika kelainan tersebut dapat

    dikenali sebelum kehamilan 34 minggu. Cara-cara

    pemeriksaan klinis untuk mendeteksi pertumbuhan

    janin terhambat seperti pengukuran tinggi fundus,

    prakiraan berat janin dsb. hasilnya sering kurang aku-

    rat, terutama pada penderita gemuk, kelainan letak

    jantung dan pada kehamilan dengan oligo atau polihi-

    dramnion.

    Ultrasonografi (USG) saat ini dipandang sebagai suatumetode pemeriksaan yang paling akurat untuk men-

    deteksi pertumbuhan janin terhambat. Pemeriksaan

    USG bermanfaat dalam menentukan jenis, progresi-

    vitas (derajat) dan prognosis pertumbuhan janin ter-

    hambat serta berguna dalam menentukan cara pe-

    nanganan yang paling tepat. Dengan demikian USG

    sangat berperan di dalam upaya penurunan angka

    mortalitas dan morbiditas akibat pertumbuhan janin

    terhambat.6,7,8

    KRITERIA DIAGNOSIS

    Diagnosis baru dapat ditegakkan bila usia kehamilan

    telah mencapai 28 minggu ke atas.

    Pertumbuhan janin dinyatakan terhambat bila secara

    klinis dan USG didapatkan taksiran berat badan janin

    di bawah 10 persentil dari kurva berat badan normal.

    Ada yang menggunakan titik potong (cut off point) 5

    persentil, ada pula yang menggunakan 2 SD (kira-kira

    3 persentil).3,5

    Meskipun sekitar 50% pertumbuhan janin terham-

    Pertumbuhan Janin TerhambatJefferson Rompas

    Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/

    Rumah Sakit Umum Pusat Manado

    Hasil Penelitian

  • 7/21/2019 160_09Pertumbuhanjaninterhambat

    2/5

    24 cdk 160/ vol. 35 no. 1 Jan - Feb 2008

    bat belum diketahui penyebabnya, ada beberapa fak-

    tor yang diketahui dapat menyebabkan pertumbuhan

    janin terhambat.

    1) Faktor ibu

    a. Penyakit paru kronik

    b. Penyakit jantung sianotikc. Hipertensi

    d. Anemi berat

    e. Malnutrisi

    f. Konsumsi rendah kalori

    g. Merokok & adiksi obat

    h. Gangguan absorpsi makanan (operasi resek-

    si usus)

    i. Riwayat PJT sebelumnya

    j. Penambahan berat badan ibu selama ke-

    hamilan < 7 kg pada saat aterm atau berat

    badan ibu kurang dari 45 kg

    k. Penambahan tinggi fundus uteri < 10 persen-til menurut kurva normal

    2) Faktor plasenta

    a. Plasenta kecil dan penderita hipertensi

    b. Plasenta sirkumvalata

    c. Implantasi plasenta abnormal

    d. Solusio plasenta

    3) Faktor janin

    a. Kelainan kongenital

    b. Trisomi(18,21)

    c. Infeksi intrauterin (TORCH, AIDS)

    d. Radiasi

    Diagnosis Banding : Preterm

    KLASIFIKASI

    Berdasarkan proses terjadinya, pertumbuhan janin

    terhambat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelom-

    pok, yaitu:

    1) Pertumbuhan janin terhambat tipe I (simetrik, pro-

    porsional) yang terjadi akibat berkurangnya potensi

    pertumbuhan janin.

    2) Pertumbuhan janin terhambat tipe II (asimetrik,

    disproporsional) yang terjadi akibat pembatasanpertumbuhan janin.

    Jenis yang paling banyak dijumpai adalah tipe II yaitu

    sekitar 80%, sisanya tipe I.6,8,9

    Bentuk pertumbuhan janin terhambat ditentukan oleh

    saat gangguan timbul dan lamanya stimuli penyebab

    gangguan, berat dan asal gangguan.

    Proses pertumbuhan sel-sel pada organ janin dan

    plasenta dapat dibagi ke dalam 3 fase, yaitu:

    1) Fase hiperplasi atau proliferasi (penambahan jum-

    lah sel)

    2) Fase hiperplasi terjadi bersamaan dengan fase hi-

    pertrofi

    3) Fase hipertrofi (penambahan ukuran sel)

    Fase hiperplasi dimulai di awal perkembangan janin, ke-mudian sesuai dengan perkembangan kehamilan secara

    bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertrofi.10,11

    Gangguan pertumbuhan (malnutrisi) yang terjadi pada

    fase hiperplasi akan menyebabkan pengurangan jum-

    lah sel yang sifatnya permanen (pertumbuhan janin

    terhambat tipe I) sedangkan malnutrisi pada fase hi-

    pertrofi akan menyebabkan pengurangan ukuran sel

    yang sifatnya reversibel (pertumbuhan janin terhambat

    tipe II). Malnutrisi pada fase hiperplasi dan hipertrofi

    akan menyebabkan pengurangan jumlah dan ukuran

    sel (pertumbuhan janin terhambat tipe campuran).

    Pada pertumbuhan janin terhambat tipe I gangguan

    pertumbuhan telah dimulai sejak awal kehamilan.

    Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan gene-

    tik pada kromosom, kelainan kongenital, infeksi virus,

    obat-obatan teratogenik, dsb. Gambaran pertumbuh-

    an janin terhambat tipe I adalah berupa pengurangan

    ukuran organ-organ janin yang sifatnya menyeluruh

    (proporsional) baik ukuran kepala, ukuran tubuh, mau-

    pun panjang janin.12,13

    Pada pertumbuhan janin terhambat tipe II, gangguan

    biasanya dimulai pada kehamilan trimester III. Pada

    awalnya pertumbuhan janin berlangsung normal, ke-

    mudian laju pertumbuhan berkurang, akhirnya ber-

    henti. Organ yang paling rawan terkena adalah or-

    gan-organ internal (ginjal, paru, hepar, usus, timus,

    adrenal, limpa). Lemak subkutis akan berkurang.

    Pertumbuhan otak (kepala) biasanya tidak terganggu,

    sehingga terjadi disproporsi antara ukuran kepala

    dengan ukuran tubuh. Kelainan ini sering terjadi aki-

    bat gangguan fungsi plasenta (insufisiensi plasenta)

    yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibuke janin menjadi berkurang. Secara umum berat janin

    sedikit berkurang. Oleh karena itu pertumbuhan otak

    jarang terganggu, atau terjadi pada keadaan yang pa-

    ling akhir. Mekanisme ini dikenal sebagai brain-sparing

    phenomenon.13

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1) Pemantauan klinis dengan Gravidogram menu-

    rut JICA sebagai prakiraan adanya PJT ber-

    dasarkan pengamatan faktor-faktor risiko dan

    ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur

    Pertumbuhan Janin Terhambat

  • 7/21/2019 160_09Pertumbuhanjaninterhambat

    3/5

    cdk 160/ vol. 35 no. 1 Jan - Feb 2008 25

    kehamilannya dapat digunakan di daerah yang be-

    lum mempunyai peralatan USG.

    2) USG

    Ultrasonografi (USG) saat ini dipandang sebagai

    metode pemeriksaan yang paling akurat untuk

    mendeteksi adanya pertumbuhan janin terhambat.Pemeriksaan USG bermanfaat dalam menentukan

    jenis, progresivitas (derajat) pertumbuhan janin ter-

    hambat, prognosis dan cara penanganan pertumbu-

    han janin terhambat. Syarat utama untuk mengeta-

    hui apakah pertumbuhan janin berjalan normal atau

    tidak adalah usia kehamilan yang tepat. Usia kehami-

    lan secara tradisional dihitung dari tanggal hari per-

    tama haid terakhir (HPHT). Namun sekitar 20-40%

    ibu hamil HPHT-nya tidak dapat dipercaya, misalnya

    karena: 1) lupa; 2) riwayat oligomenore atau me-

    troragi; 3) perdarahan akibat AKDR; 4) perdarahan

    nidasi dan 5) riwayat penggunaan kontrasepsi 12,13

    Pada pemeriksaan USG dapat dicari tanda-tanda fung-

    sional janin yang dapat dibedakan atas tanda-tanda

    keras (hard signs) dan tanda-tanda lunak (soft

    signs).

    Tanda-tanda keras bermanfaat untuk menentukan

    etiologi dan prognosis janin; merupakan tanda-tanda

    yang dapat diukur dan mempunyai pengaruh besar

    pada kejadian kematian perinatal.

    Tanda-tanda kerastersebut adalah:

    a. Penilaian volume cairan amnion

    Ultrasonografi dapat digunakan untuk menilai vo-

    lume cairan amnion secara semikuantitatif, yang

    sangat berguna di dalam evaluasi pertumbuhan

    janin terhambat. Beberapa cara penilaian volume

    cairan amnion, misalnya mengukur diameter ver-

    tikal kantung amnion yang terbesar, atau meng-

    hitung skor 4 kuadran kantong amnion. Manning

    (1981) mengemukakan bahwa perkiraan kualita-

    tif volume cairan amnion dapat digunakan untuk

    mengenali retardasi pertumbuhan janin. Hasilabnormal jika ditemukan kantong cairan beruku-

    ran

  • 7/21/2019 160_09Pertumbuhanjaninterhambat

    4/5

    26 cdk 160/ vol. 35 no. 1 Jan - Feb 2008

    diastolic flow) akan disertai dengan peningkatan kema-

    tian perinatal dalam waktu 48-72 jam. Dengan demiki-

    an, pemeriksaan Ultrasonik Doppler bisa mengetahui

    kemungkinan etiologi, derajat penyakit dan prognosis

    janin dengan pertumbuhan terhambat.

    Identifikasi bentuk gelombang abnormal di arteri um-

    bilikalis perlu dicurigai sebagai tanda adanya retar-

    dasi pertumbuhan janin. Kelainan bentuk gelombang

    tersebut adalah jika tidak ditemukan aliran diastolik

    akhir pada gelombang aliran arteri umbilikalis. Kelain-

    an bentuk gelombang aorta janin yang abnormal dan

    berkurangnva aliran darah aorta juga dapat meru-

    pakan tanda yang perlu dicurigai. Peningkatan pulsa-

    tilitas arteri umbilikalis dan penurunan pulsatilitas ar-

    teri karotis yang terjadi bersamaan juga dapat terjadi

    pada retardasi pertumbuhan janin.

    Pada keadaan resistensi vaskuler yang meningkat,

    maka kecepatan arus darah selama sistolik akan me-

    ningkat, sedangkan kecepatan arus darah selama

    diastolik akan berkurang. Makin besar peningkatan re-

    sistensi vaskuler, kecepatan arus darah diastolik akan

    makin berkurang. Perubahan-perubahan ini digunakan

    sebagai cara penentuan resistensi vaskuler, misalnya

    dengan penghitungan rasio sistolik/diastolik (rasio

    S/D), indeks pulsatilitas, dan indeks resistensi.

    Keadaan ini akan menyebabkan perubahan gambaran

    velosimetri arus darah di dalam arteri umbilikal yang

    berbanding lurus dengan derajat peningkatan resis-

    tensi mikrovaskuler plasenta. Penilaian velosimetri

    darah arteri umbilikal berguna untuk mengenali per-

    tumbuhan janin terhambat akibat insufisiensi plasenta

    dan juga untuk menentukan beratnya penyakit. Pada

    pertumbuhan janin terhambat, biasanya janin me-

    ngalami asfiksi kronik dan terjadi redistribusi aliran

    darah. Pemeriksaan velosimetri pembuluh darah janin

    tertentu (arteri karotis, aorta abdominalis) dapat me-

    nentukan adanya risiko asfiksi, dan derajat beratnya

    asfiksi janin pada pertumbuhan janin terhambat yang

    disebabkan insufisiensi plasenta. Selain itu pemerik-

    saan ini juga dapat membedakan pertumbuhan janin

    terhambat akibat insufisiensi plasenta dari pertumbu-

    han janin terhambat akibat kelainan kongenital.

    Terdapat bukti kuat bahwa velosimetri Doppler um-

    bilikal berhubungan dengan hasil perinatal pada ke-

    lompok risiko tinggi. Lebih jauh lagi pengetahuan akan

    data Doppler berhubungan dengan penurunan angka

    kematian perinatal, yang juga menurunkan frekuensi

    intervensi medis seperti pengawasan antenatal, induk-

    si persalinan, dan SC karena gawat janin. Velosimetri

    doppler arteri umbilikal terutama untuk pemeriksaan

    fungsi plasenta. Gabungan data doppler kedua velo-

    simetri umbilikal dan velosimetri serebral memberikan

    informasi tambahan pada janin dengan abnormalitasplasenta.

    12,13

    Tanda-tanda lunak

    Merupakan tanda-tanda pada janin dengan pertumbu-

    han terhambat yang kurang objektif dan belum jelas

    hubungannya dengan etiologi, derajat dan prognosis

    janin.

    Tanda-tanda tersebut antara lain:

    a. Penilaian maturasi plasenta

    Walaupun derajat maturasi plasenta me-

    ningkat sesuai dengan pertumbuhan umur

    kehamilan(Grannum dkk, 1979), akan tetapi tidak

    berhubungan dengan berat badan anak. Kazzi dkk

    (1983) melaporkan bahwa plasenta derajat III pada

    janin preterm atau kecil menurut usia gestasional,

    yang didefinisikan melalui diameter biparietal 87

    mm, memiliki kaitan tinggi dengan retardasi per-

    tumbuhan janin. Sampai saat ini keadaan tersebut

    belum dikonfirmasikan pada kehamilan tunggal, na-

    mun proses penuaan plasenta yang makin cepat

    pernah dilaporkan jika kehamilan kembar tersebut

    dibandingkan dengan kehamilan tungal (Trudinaer

    dan Cook, 1985).b. Penilaian ketebalan lemak subkutan

    Bayi normal akan memperlihatkan penimbunan le-

    mak subkutan yang cukup tebal, terutama di dae-

    rah pipi, perut dan tengkuk (Dragon sign).

    c. Penilaian ketebalan lemak dan otot janin

    Keadaan dan status gizi janin dihubungkan dengan

    besarnya lingkaran pertengahan paha janin.

    PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan terutama berdasarkan kausanya :

    - Bila dicurigai, rujuk ke pusat pelayanan kesehatan

    Pertumbuhan Janin Terhambat

    Pada keadaan insufisiensi plasen-

    ta terjadi perubahan abnormal

    mikrosirkulasi plasenta yang

    akan menyebabkan peningkatan

    resistensi vaskuler plasenta.

  • 7/21/2019 160_09Pertumbuhanjaninterhambat

    5/5

    cdk 160/ vol. 35 no. 1 Jan - Feb 2008 27

    /rumah sakit terdekat.

    - Pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin

    terhambat dapat dilakukan pematangan paru

    paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna,

    banyak minum > 2000 ml/hari dan banyak istira-

    hat. (tidur miring)1) Terminasi kehamilan

    Bila pertumbuhan janin tidak ada dan maturitas paru

    cukup (biasanya pada kehamilan 35 minggu) dilakukan

    terminasi dengan cara :

    a. Janin reaktif : Induksi persalinan didahului de-

    ngan pematangan serviks

    b. Janin non reaktif atau terdapat gejala gawat

    janin : seksio sesarea

    c. Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan

    untuk perabdominan.

    Bayi membutuhkan penanganan khusus (khususnya

    bayi dengan asfiksi). Sambil menunggu jumlah ASI op-timal, dapat diberikan pengganti ASI.

    2) Penyulit :

    Tergantung keadaan janin :

    - PJT simetrik : akibat kelainan genetik

    - PJT asimetrik : hipoksi akibat insufisiensi plasen-

    ta, infeksi, dll

    - Kematian janin dalam kandungan/di luar kan-

    dungan

    - Cacat bawaan

    PROGNOSIS

    Ibu umumnya baik, janin bergantung keadaannya.

    KEPUSTAKAAN

    1. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Preterm and Postterm Preg-

    nancy and Inappropriate Fetal Growth. Dalam: Williams Obstetrics

    ed.19. East Norwalk. Connecticut. Appleton & Lange. 1993. 853-83

    2. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Pertumbuhan Janin

    Terhambat. Dalam : Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi

    Jakarta. 2003. 49-513. Manning FA, Huhler C. Intrauterine Growth Retardation. Diagnosis,

    Prognostication, and Management Based on Ultrasound Methods.

    Dalam: Fleischer AC, Romero R, Manning FA, Jeanty P. James AE,

    eds. The Principle and Practice of Ultrasonography in Obstetric and

    Gynecology. Ed. 4. London. Prentice-Hall Internat Inc. 1991. 331-47.

    4. Tabussum G, Karim SA, Khan S, Naru TY. Preterm Birth - Its Etiology

    and Outcome. JPMA 1994. 44: 68-9.

    5. Mose JC. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam: Wijayanegara H,

    Wirakusumah FF, Mose JC. eds: Ultrasonografi Kedokteran jilid I. Per-

    himpunan Ultrasonografr Kedokteran Indonesia Cabang Jawa Barat.

    Cetakan II. Bandung. 1996. 53-60.

    6. Lin CC, Evans MI. Introduction. Dalam: Lin CC, Evans MI eds. Intraute-

    rine Growth Retardation: Pathophysiology and Clinical Management.

    USA. Mc Graw - Hill Book Co. 1984. 3-16.

    7. Arias F. Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. ed.2. St

    Louis, Missouri. Mosby Year Book. 1993. 301-18.8. Budjang RF. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam : Bagian Obstetri

    dan Ginekologi FKUI / RSCM. Jakarta. 1999. 771-90.

    9. Wiknjosastro GH. Penanganan Pertumbuhan Janin Terhambat:. Da-

    lam: Pusponegoro TS, Abdulatif, Monintja HE. Perinatologi tahun

    2000. Forum Ilmiah Perinatologi FKUI - RSAB Harapan Kita. Jakarta.

    Balai Penerbit FKUI. 1993. 25-7.

    10. Thompson HE, Bernstine RC. Complications of Pregnancy. Dalam: Diag-

    nostic Ultrasound in Clinical Obstetrics and Gynecology. John Wiley &

    Sons. Toronto. 1978. 110-210.

    11. Queenan JT. Intrauterine Growth Retardation. Dalam: Management of

    High Risk Pregnancy. USA. Blackell Scientific Publ. 1994. 413-8.

    12. Varner MW. Disproportionate Fetal Growth. Dalam Obstetrics and

    Gynecology Diagnostic and Treatment. ed 8. Connecticut. Appleton &

    Co. 1994. 344-56.

    13. Bahado-Singh RO et.al. The Doppler Cerebroplacental Ratio and Peri-

    natal Outcome in Intrauterine Growth Restriction. Dalam: Am J. Obs-tet Gvnecol. 1999; 180 part I: 750-6.

    Pertumbuhan Janin Terhambat