16sos13

8
Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan…. 730 STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG DI SULAWESI TENGGARA Zainal Abidin dan Muhammad Taufiq Ratule Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRAK Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sultra dalam 10 tahun terakhir cukup fluktuatif. Luas areal dan produksi mengalami pertumbuhan minus masing-masing sebesar 1% dan 10% sedangkan produktivitas masih bertumbuh positif meskipun hanya sebesar 1%. Khususnya dalam produksi dan produktifitas, berbagai kendala yang dihadapi diantaranya adalah: (1) Masih rendahnya penggunaan varietas unggul; (2) Pengembangannya masih berfokus pada lahan kering; (3) penerapan teknologi budidaya masih rendah diantaranya adalah teknologi penggunaan benih unggul bermutu, pengaturan populasi, pemupukan hingga serangan hama dan penyakit; dan (4) Belum adanya pemasaran yang jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka ke depan arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara difokuskan pada upaya peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar melalui jalinan kemitraan dengan swasta. Beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya adalah (1). Perluasan areal pertanaman dengan memanfatkan lahan pada: (a) kawasan Hutan Tanaman Rakyat; (b) pertanaman kakao hasil rehabilitasi; (c) pengembangan pada areal pertanaman sawit muda dan (d) peningkatan Indeks Pertanaman pada lahan sawah dengan menggunakan jagung pada MT III. (2) Peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi PTT di tingkat petani serta (3) pengembangan jalinan kemitraan dengan swasta. Penerapan strategi ini diharapkan dapat menjadikan Sulawesi Tenggara sebagai salah satu lumbung jagung di jazirah Sulawesi. Kata kunci: dinamika, arah, strategi, jagung PENDAHULUAN Laju permintaan jagung dipicu oleh semakin tingginya permintaan akan produk peternakan. Haryono (2012) menyatakan bahwa proporsi penggunaan jagung untuk pakan terhadap total kebutuhan jagung mencapai 83%. Lebih rinci Tangenjaya et al. (2002) mengemukakan bahwa komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54% dan ayam petelur 47,14%. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilaksanakan oleh pemerintah diantaranya, perluasan areal tanam, penggunaan benih hibrida, hingga pelaksanaan SLPTT jagung. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dari meningkatnya nilai Self sufficiency Achievement Index (SAI) yakni sebesar 115,52 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 117,69 pada tahun (2012) (Haryono 2012).

Upload: mochamad-asryl-aziz

Post on 15-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sosial

TRANSCRIPT

Page 1: 16sos13

Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….

730

STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG DI SULAWESI TENGGARA

Zainal Abidin dan Muhammad Taufiq Ratule

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara

ABSTRAK

Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sultra dalam 10 tahun terakhir cukup fluktuatif. Luas areal dan produksi mengalami pertumbuhan minus masing-masing sebesar 1% dan 10% sedangkan produktivitas masih bertumbuh positif meskipun hanya sebesar 1%. Khususnya dalam produksi dan produktifitas, berbagai kendala yang dihadapi diantaranya adalah: (1) Masih rendahnya penggunaan varietas unggul; (2) Pengembangannya masih berfokus pada lahan kering; (3) penerapan teknologi budidaya masih rendah diantaranya adalah teknologi penggunaan benih unggul bermutu, pengaturan populasi, pemupukan hingga serangan hama dan penyakit; dan (4) Belum adanya pemasaran yang jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka ke depan arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara difokuskan pada upaya peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar melalui jalinan kemitraan dengan swasta. Beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya adalah (1). Perluasan areal pertanaman dengan memanfatkan lahan pada: (a) kawasan Hutan Tanaman Rakyat; (b) pertanaman kakao hasil rehabilitasi; (c) pengembangan pada areal pertanaman sawit muda dan (d) peningkatan Indeks Pertanaman pada lahan sawah dengan menggunakan jagung pada MT III. (2) Peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi PTT di tingkat petani serta (3) pengembangan jalinan kemitraan dengan swasta. Penerapan strategi ini diharapkan dapat menjadikan Sulawesi Tenggara sebagai salah satu lumbung jagung di jazirah Sulawesi. Kata kunci: dinamika, arah, strategi, jagung

PENDAHULUAN

Laju permintaan jagung dipicu oleh semakin tingginya permintaan akan produk

peternakan. Haryono (2012) menyatakan bahwa proporsi penggunaan jagung untuk

pakan terhadap total kebutuhan jagung mencapai 83%. Lebih rinci Tangenjaya et al.

(2002) mengemukakan bahwa komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah

untuk ayam pedaging 54% dan ayam petelur 47,14%. Dengan demikian fungsi jagung

khususnya untuk pakan menjadi sangat penting.

Upaya peningkatan produksi jagung terus dilaksanakan oleh pemerintah

diantaranya, perluasan areal tanam, penggunaan benih hibrida, hingga pelaksanaan

SLPTT jagung. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dari meningkatnya nilai Self

sufficiency Achievement Index (SAI) yakni sebesar 115,52 pada tahun 2011 dan

meningkat menjadi 117,69 pada tahun (2012) (Haryono 2012).

Page 2: 16sos13

Seminar Nasional Serealia, 2013

731

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi potensial untuk

pengembangan jagung. Pada tahun 2011, luas areal pertanaman jagung mencapai

31.222 ha dengan produktivitas yang diperoleh hanya 25,4 kw/ha. Rendahnya

produktivitas yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya masih

rendahnya penerapan teknologi yang ditandai dari rendahnya tingkat adopsi teknologi

di tingkat petani. Abidin dan Bananiek (2013) yang mengkaji tingkat adopsi teknologi

PTT jagung di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara melaporkan bahwa hanya sekitar

58,33% atau tergolong adopsi sedang, dimana teknologi yang tingkat adopsi masih

menunjukkan tingkat sedang diantaranya adalah teknologi pemupukan berimbang,

pengendalian organisme pengganggu tanaman mengggunakan pendekatan

pengelolaan hama terpadu, penggunaan varietas unggul, penggunaan benih bermutu

dan pengaturan populasi.

Hasil kajian Mastur (2011) yang melakukan kajian di Kalimantan Timur

menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan produksi

adalah: 1) program cetak lahan untuk usahatani jagung terbatas, 2) skala budidaya

masih kecil (small holder), 3) investasi untuk estate jagung belum dikembangkan, 4)

mekanisasi masih belum diterapkan, serta 5) kebijakan dan program pengembangan

jagung belum optimal. Rendahnya produktivitas jagung terutama disebabkan oleh

teknologi budidaya terbatas yang disebabkan oleh: 1) penggunaan benih berlabel

varietas unggul terbatas, 2) pemupukan dan ameliorasi belum sesuai rekomendasi, 3)

serangan organisme penggangu tumbuhan (OPT) dan kekeringan sering terjadi, serta

4) pengolahan tanah, penanaman, dan panen belum diterapkan dengan baik.

Seiring dengan meningkatnya permintaan dan adanya keterbatasan dalam

upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung, maka makalah ini di tulis untuk

memberikan gambaran arah dan strategi pengembangan jagung di Sulawesi

Tenggara.

DINAMIKA LUAS AREAL, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS

Dinamika luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara

tahun 2003 – 2012 disajikan pada Tabel 1

Page 3: 16sos13

Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….

732

Tabel 1. Dinamika perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara 2003 – 2012

Tahun Luas Areal (ha)

Laju pertumbuhan

(%)

Produksi (ton)

Laju pertumbuhan

(%)

Produktivitas (t/ha)

Laju pertumbuhan

(%)

2003 37,927 876,535 23.11

2004 35,101 (0,07) 780,295 (0,11) 22,23 (0,04)

2005 32,665 (0,07) 731,369 (0,06) 22,39 0,01

2006 33,343 0,02 746,883 0,02 22,40 0,00

2007 40,975 0,23 970,288 0,30 23,68 0,06

2008 37,249 (0,09) 93,064 (0,90) 24,98 0,05

2009 27,214 (0,27) 71,655 (0,23) 26,33 0,05

2010 29,607 0,09 74,840 0,04 25,28 (0,04)

2011 28,892 (0,02) 67,997 (0,09) 23,53 (0,07)

2012 31,222 0,08 79,308 0,17 25,40 0,08

Rataan 33,420 (0,01) 449,223 (0,10) 23,93 0,01

Sumber: BPS Sultra berbagai tahun, diolah

Pada Tabel 1 nampak bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir luas areal

pertanaman jagung menunjukkan trend yang menurun. Hal ini karena selama ini

jagung sebagian besar di tanam pada lahan kering dan sebagai tanaman sela

beberapa tanaman perkebunan misalnya jambu mete dan kakao. Pertanaman ini

hanya bisa dilakukan hingga tanaman jambu mete atau kakao berumur 2 – 3 tahun,

karena pada umur tanaman utama mencaai 2 – 3 tahun, tajuk tanaman sudah saling

menutup sehingga cahaya matahari yang masuk di areal budidaya jagung menjadi

berkurang, sementara jagung adalah tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya

matahari yang cukup.

Menurunnya luas areal ini berdampak langsung pada penurunan produksi yang

selama 10 tahun terakhir rata-rata penurunannya mencapai 10%. Selanjutnya dari sisi

produktivitas terjadi pertambahan sekitar 1%. Berkaitan dengan produktivtas tersebut,

dapat dijelaskan bahwa produktvitas yang diperoleh masih sangat jauh dari rata-rata

produktvitas jagung ditingkat penelitian yang mencapai 4 - 6 t/ha untuk jagung bersari

bebas dan 6 – 8 t/ha untuk jagung hibrida. Rendahnya produktivitas tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah masih rendahnya penerapan

teknologi. Abidin dan Sri (2012) menyatakan bahwa adopsi teknologi jagung di

Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara masih berada pada kategori sedang. Hal ini

mengindikasikan bahwa penerapan teknologi jagung masih menjadi kendala, yang

sekaligus menyebabkan rendahnya produktvitas yang diperoleh.

Page 4: 16sos13

Seminar Nasional Serealia, 2013

733

PERMASALAHAN USAHATANI JAGUNG

Usahatan jagung merupakan salah satu usahatani pangan utama masyarakat

Sulawesi Tenggara. Berbagai permasalahan usahatani jagung di Sulawesi Tenggara

diantaranya adalah :

1. Masih rendahnya penggunaan varietas unggul

Penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu teknologi untuk

mendorong peningkatan produktuivitas jagung. Sementara itu pada tingkat petani

penggunaan varietas unggul hanya terbatas pada ada tidaknya benih bantuan

dalam program SLPTT.

2. Berfokus pada lahan kering

Pengembangan usahatani jagung di Sultra masih bertumpu pada lahan kering. l

Abidin et al. (2010) mengemukakan bahwa di Kabupaten Muna yang merupakan

sentra pertanaman jagung, sekitar 99% pertanaman jagung dilakukan di lahan

kering. Sementara ini potensi lahan lain misalnya lahan sawah belum optimal

dimanfaatkan.

3. Penerapan teknologi budidaya

Penerapan teknologi budidaya lainnya misalnya pengaturan jarak tanam dan

pemupukan belum optimal diterapkan. Abidin et al. (2010) menyatakan bahwa

untuk pengaturan jarak tanam, hanya 56% yang menggunakan jarak tanam teratur.

Penerapan teknologi pemupukan lengkap (N, P dan K) hanya diterapkan oleh

sekitar 30% petani, yang menggunakan N saja sekitar 13% dan yang tidak

memupuk masih lebih besar yaitu 57%.

4. Belum adanya pemasaran yang jelas

Belum adanya pasar yang jelas menyebabkan minat petani untuk menanam jagung

relatif rendah. Hal ini karena pada saat petani panen harga jagung sangat rendah

karena tidak adanya perusahaan yang menampung produksi.

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara di fokuskan pada upaya

peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui penerapan

teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar melalui jalinan

kemitraan dengan swasta.

Pencapaian arah pengembangan jagung dapat dilakukan dengan penerapan

berbagai strategi pengembangan diantaranya:

Page 5: 16sos13

Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….

734

a. Perluasan Areal Pertanaman

Perluasan areal pertanaman jagung merupakan strategi utama yang perlu

dilakukan. Perluasan areal ini tidak terbatas pada lahan kering sebagaimana yang

selama menjadi areal pertanaman dominan di Sulawesi Tenggara, akan tetapi dapat

memanfaatkan lahan sawah sebagai areal pengembangan baru melalui peningkatan

Indeks Pertanaman (IP). Abidin et al. (2012) menyatakan bahwa tanaman jagung yang

disahakan dalam pola tanam padi sawah – jagung manis – manis – jagung pakan

memungkinkan petani memperoleh pendapatan sebesar 24.885.200/ha/thn, sementara

dengan pola tanam padi – padi, petani hanya memperoleh pendapatan sebesar

9.640.000/ha/tahun.

Upaya peningkatan luas areal jagung juga dapat dilakukan dengan menanam

jagung sebagai tanaman sela pada areal pertanaman kakao hasil rehabilitasi.

Sebagaimana di ketahui bahwa pada beberapa tahun terakhir, pemerintah

gencar melakukan peremajaan kakao melalui program Gernas. Lahan diantara kakao

hasil rehabilitasi dapat dimanfaatkan hingga 2 tahun.

Selain sebagai tanaman sela pada tanaman kakao, penanaman jagung juga

dapat di usahakan sebagai tanaman sela pada tanaman kelapa sawit. Hingga saat ini

beberapa perusahaan swasta telah melakukan penanaman kelapa sawit.

Areal lain yang dapat digunakan adalah kawasan Hutan Tanaman Rakyat. Di

Sulawesi Tenggara luas kawasan hutan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan

hutan tanaman rakyat adalah seluas 1.496.008. Pada kawasan tersebut dapat

dikembangkan tanaman jagung sebagai tanaman sela pada pertanaman tanaman

hutan. Purnomo (2005) menyatakan bahwa produktivitas jagung varietas Pioner 11

tanpa naungan 7,01 t/ha semenatra jika naungan hingga 60 % produktivitasnya 3,9

t/ha. Menilik hasil penelitian tersebut, maka areal kawasan HTR sangat potensial untuk

pengembangan tanaman jagung hingga tanaman utama berupa tegakan pohon hutan

memiliki tajuk yang saling merapat. Hal ini akan terjadi pada umur pohon tegakan

sekitar 4 tahun. Dengan demikian terdapat waktu sekitar 4 tahun untuk penanaman

jagung.

b. Peningkatan Produktivitas

Upaya peningkatan produktivitas jagung menjadi strategi utama. Program

SLPTT jagung yang diluncurkan sejak tahun 2009 memang secara umum mampu

meningkatkan produktivitas, akan tetapi dalam operasionalnya masih mengalami

berbagai hambatan dan kendala. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya adopsi

teknologi usahatani jagung. Abidin dan Bananiek (2013) menyatakan bahwa tingkat

Page 6: 16sos13

Seminar Nasional Serealia, 2013

735

adopsi teknologi usahatani jagung di Kab. Muna Sulawesi Tenggara tergolong kategori

sedang. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk peningkatan produktivitas jagung,

maka beberapa teknologi yang penting didorong tingkat adopsinya adalah penggunaan

varietas unggul baru, pemupukan spesifik, pengendalian hama penyakit hingga

penanganan panen dan pasca panen. Khususnya untuk peningkatan penggunaan

varietas unggul baru menjadi sangat strategis. Badan Litbang Pertanian Varietas

unggul, selama 10 tahun terakhir telah dilepas 16 jagung hibrida dengan beragam

keunggulan dan 11 varietas unggul komposit dengan umur genjah sedang, toleran

kekeringan, kemasaman tanah, protein bermutu dan beta karoten tinggi. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka untuk penyediaan benih bermutu khususnya untuk benih

yang bersari bebas mesti diupayakan tumbuhnya penangkar jagung secara lokalita.

Tanpa adanya penangkaran ini maka dorongan untuk menggunakan varietas unggul

baru akan mengalami hambatan.

Menyangkut ketersedian pupuk bagi pertanaman jagung juga mesti di

rencanakan dengan baik, apatahlagi untuk penggunaan pupuk bersubsidi. Hal ini

karena selama ini penggunaan pupuk bersubsidi lebih banyak dialokasikan untuk

pertanaman padi sawah. Olehnya itu maka khususnya untuk pengembangan jagung di

lahan sawah, mesti direncanakan pula mengenai kebutuhan pupuk dalam penyusunan

Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

c. Penyediaan Alsintan dan Sarana Pergudangan

Alsintan memegang peranan penting dalam usahatani jagung, oleh karena itu

untuk pengembangan jagung dalam skala luas, maka penyediaan alsintan menjadi

mutlak. Beberapa jenis alsintan penting untuk pengembangan jagung diantaranya

adalah mesin perontok, mesin pengering hingga gudang penyimpanan.

d. Pengembangan Jalinan Kemitraan

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa salah satu permasalahan dalam

pengembangan jagung adalah belum adanya jaminan pasar. Hal ini menyebabkan

minat petani untuk mengusahakan jagung dalam skala luas relatif masih rendah. Oleh

karena itu, maka pengembangan jalinan kemitraan menjadi faktor penting. Model

pengembangan kemitraan yang dapat dikembangkan baik dalam satu sisi maupun

dalam dua sisi. Pengembangan kemitraan dalam satu sisi misalnya banyak dilakukan

oleh perusahaan pakan ternak dengan menampung hasil petani jagung. Sementara itu

dalam kemitraan dua sisi memberikan keuntungan yang lebih baik. Project Katalyst di

Banglades memberikan pengalaman berharga, bahwa dengan mendorong adanya

Page 7: 16sos13

Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….

736

kemitraan antara petani dan pedagang melalui contract farming memberikan tidak

hanya dari peningkatan produktivitas jagung karena adanya kerjasama dalam

penyediaan benih, pupuk, prosessing hingga bantuan permodalan, akan tetapi

sekaligus memberikan harga yang lebih baik karena kwalitas jagung yang dihasilkan

juga lebih baik (Fahd Ifadz, 2012).

KESIMPULAN

1. Luas areal dan produksi jagung dalam 10 tahun terakhir menunjukkan trend

yang menurun masing-masing 1% dan 10%, akan tetapi produktvitas masih

tumbuh sebesar 1%.

2. Berbagai kendala yang dihadapi diantaranya adalah : (1) Masih rendahnya

penggunaan varietas unggul; (2) Pengembangannya masih berfokus pada

lahan kering; (3) penerapan teknologi budidaya masih rendah diantaranya

adalah teknologi penggunaan benih unggul bermutu, pengaturan populasi,

pemupukan hingga serangan hama dan penyakit; dan (4) Belum adanya

pemasaran yang jelas.

3. Arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara di fokuskan pada upaya

peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui

penerapan teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar

melalui jalinan kemitraan dengan swasta.

4. Beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya adalah (1). Perluasan areal

pertanaman dengan memanfatkan lahan pada : (a) kawasan Hutan Tanaman

Rakyat; (b) pertanaman kakao hasil rehabilitasi; (c) pengembangan pada areal

pertanaman sawit muda dan (d) peningkatan Indeks Pertanaman pada lahan

sawah dengan menggunakan jagung pada MT III. (2) Peningkatan produktivitas

melalui penerapan teknologi PTT di tingkat petani serta (3) pengembangan

jalinan kemitraan dengan swasta

DAFTAR PUSTAKA

BPS Sultra, 2008. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2007. BPS Sultra. Kendari.

BPS Sultra, 2011. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2010. BPS Sultra. Kendari.

Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara. Program Pembangunan Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 – 2018. Materi Disampaikan pada Rakor Penyuluh Kehutanan Sulawesi Tenggara. Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara. Kendari.

Page 8: 16sos13

Seminar Nasional Serealia, 2013

737

Abidin, Z. dan Sri Bananiek. 2013. Tingkat Adopsi Tingkat Adopsi Teknologi Dan Struktur Biaya Usahatani Jagung Di Sulawesi Tenggara. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Akselerasi Inovasi dan Diseminasi Teknologi untuk Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Bernasis Sumber daya Genetik Lokal. Palu.

Abidin, Z., Idris and Muhammad Rusman. 2012. Improving Index Pattern in Low Land Rice with Corn in Konawe Sub District Southeast Sulawesi Province

Abidin, Z., Rusdin, Muhammad Rusman, Idris dan Bungati. Pemetaan Distribusi Inovasi Teknologi Pertanian di Sulawesi Tenggara. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Kendari

Haryono. 2012.Maize for Food, Feed and Fuel in Indonesia: Challenges and Opportunity. Paper presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.

Ifadz, M.F. 2012. “Katalyzing” Maize cultivation in the Char in Bangladesh. Paper Presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.

Mastur. 2011. Strategi Peningkatan Produktivitas Dan Perluasan Areal Pertanaman Jagung Di Kalimantan Timur. Prosididng Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Prasanna, B.M. 2012. Maize in The World; Trends, Challenges and Oppurtunities. Paper Presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.

Purnomo, D. 2005. Tanggapan Varietas Tanaman Jagung Terhadap Irradiasi Rendah. Agrosains vol 7 no1: 86-93. Fakultas Pertanian Universitas Surakarta. Solo.

Tangenjaya B., Yusmichad Yusdja., Nyak Ilham. 2002. Analisa Ekonomi Permintaan jagung untuk pakan. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung Departemen Pertanian. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor 24 Juni 2002.