16sos13
DESCRIPTION
sosialTRANSCRIPT
![Page 1: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/1.jpg)
Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….
730
STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG DI SULAWESI TENGGARA
Zainal Abidin dan Muhammad Taufiq Ratule
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sultra dalam 10 tahun terakhir cukup fluktuatif. Luas areal dan produksi mengalami pertumbuhan minus masing-masing sebesar 1% dan 10% sedangkan produktivitas masih bertumbuh positif meskipun hanya sebesar 1%. Khususnya dalam produksi dan produktifitas, berbagai kendala yang dihadapi diantaranya adalah: (1) Masih rendahnya penggunaan varietas unggul; (2) Pengembangannya masih berfokus pada lahan kering; (3) penerapan teknologi budidaya masih rendah diantaranya adalah teknologi penggunaan benih unggul bermutu, pengaturan populasi, pemupukan hingga serangan hama dan penyakit; dan (4) Belum adanya pemasaran yang jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka ke depan arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara difokuskan pada upaya peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar melalui jalinan kemitraan dengan swasta. Beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya adalah (1). Perluasan areal pertanaman dengan memanfatkan lahan pada: (a) kawasan Hutan Tanaman Rakyat; (b) pertanaman kakao hasil rehabilitasi; (c) pengembangan pada areal pertanaman sawit muda dan (d) peningkatan Indeks Pertanaman pada lahan sawah dengan menggunakan jagung pada MT III. (2) Peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi PTT di tingkat petani serta (3) pengembangan jalinan kemitraan dengan swasta. Penerapan strategi ini diharapkan dapat menjadikan Sulawesi Tenggara sebagai salah satu lumbung jagung di jazirah Sulawesi. Kata kunci: dinamika, arah, strategi, jagung
PENDAHULUAN
Laju permintaan jagung dipicu oleh semakin tingginya permintaan akan produk
peternakan. Haryono (2012) menyatakan bahwa proporsi penggunaan jagung untuk
pakan terhadap total kebutuhan jagung mencapai 83%. Lebih rinci Tangenjaya et al.
(2002) mengemukakan bahwa komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah
untuk ayam pedaging 54% dan ayam petelur 47,14%. Dengan demikian fungsi jagung
khususnya untuk pakan menjadi sangat penting.
Upaya peningkatan produksi jagung terus dilaksanakan oleh pemerintah
diantaranya, perluasan areal tanam, penggunaan benih hibrida, hingga pelaksanaan
SLPTT jagung. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dari meningkatnya nilai Self
sufficiency Achievement Index (SAI) yakni sebesar 115,52 pada tahun 2011 dan
meningkat menjadi 117,69 pada tahun (2012) (Haryono 2012).
![Page 2: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/2.jpg)
Seminar Nasional Serealia, 2013
731
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi potensial untuk
pengembangan jagung. Pada tahun 2011, luas areal pertanaman jagung mencapai
31.222 ha dengan produktivitas yang diperoleh hanya 25,4 kw/ha. Rendahnya
produktivitas yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya masih
rendahnya penerapan teknologi yang ditandai dari rendahnya tingkat adopsi teknologi
di tingkat petani. Abidin dan Bananiek (2013) yang mengkaji tingkat adopsi teknologi
PTT jagung di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara melaporkan bahwa hanya sekitar
58,33% atau tergolong adopsi sedang, dimana teknologi yang tingkat adopsi masih
menunjukkan tingkat sedang diantaranya adalah teknologi pemupukan berimbang,
pengendalian organisme pengganggu tanaman mengggunakan pendekatan
pengelolaan hama terpadu, penggunaan varietas unggul, penggunaan benih bermutu
dan pengaturan populasi.
Hasil kajian Mastur (2011) yang melakukan kajian di Kalimantan Timur
menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan produksi
adalah: 1) program cetak lahan untuk usahatani jagung terbatas, 2) skala budidaya
masih kecil (small holder), 3) investasi untuk estate jagung belum dikembangkan, 4)
mekanisasi masih belum diterapkan, serta 5) kebijakan dan program pengembangan
jagung belum optimal. Rendahnya produktivitas jagung terutama disebabkan oleh
teknologi budidaya terbatas yang disebabkan oleh: 1) penggunaan benih berlabel
varietas unggul terbatas, 2) pemupukan dan ameliorasi belum sesuai rekomendasi, 3)
serangan organisme penggangu tumbuhan (OPT) dan kekeringan sering terjadi, serta
4) pengolahan tanah, penanaman, dan panen belum diterapkan dengan baik.
Seiring dengan meningkatnya permintaan dan adanya keterbatasan dalam
upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung, maka makalah ini di tulis untuk
memberikan gambaran arah dan strategi pengembangan jagung di Sulawesi
Tenggara.
DINAMIKA LUAS AREAL, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS
Dinamika luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara
tahun 2003 – 2012 disajikan pada Tabel 1
![Page 3: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/3.jpg)
Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….
732
Tabel 1. Dinamika perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara 2003 – 2012
Tahun Luas Areal (ha)
Laju pertumbuhan
(%)
Produksi (ton)
Laju pertumbuhan
(%)
Produktivitas (t/ha)
Laju pertumbuhan
(%)
2003 37,927 876,535 23.11
2004 35,101 (0,07) 780,295 (0,11) 22,23 (0,04)
2005 32,665 (0,07) 731,369 (0,06) 22,39 0,01
2006 33,343 0,02 746,883 0,02 22,40 0,00
2007 40,975 0,23 970,288 0,30 23,68 0,06
2008 37,249 (0,09) 93,064 (0,90) 24,98 0,05
2009 27,214 (0,27) 71,655 (0,23) 26,33 0,05
2010 29,607 0,09 74,840 0,04 25,28 (0,04)
2011 28,892 (0,02) 67,997 (0,09) 23,53 (0,07)
2012 31,222 0,08 79,308 0,17 25,40 0,08
Rataan 33,420 (0,01) 449,223 (0,10) 23,93 0,01
Sumber: BPS Sultra berbagai tahun, diolah
Pada Tabel 1 nampak bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir luas areal
pertanaman jagung menunjukkan trend yang menurun. Hal ini karena selama ini
jagung sebagian besar di tanam pada lahan kering dan sebagai tanaman sela
beberapa tanaman perkebunan misalnya jambu mete dan kakao. Pertanaman ini
hanya bisa dilakukan hingga tanaman jambu mete atau kakao berumur 2 – 3 tahun,
karena pada umur tanaman utama mencaai 2 – 3 tahun, tajuk tanaman sudah saling
menutup sehingga cahaya matahari yang masuk di areal budidaya jagung menjadi
berkurang, sementara jagung adalah tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya
matahari yang cukup.
Menurunnya luas areal ini berdampak langsung pada penurunan produksi yang
selama 10 tahun terakhir rata-rata penurunannya mencapai 10%. Selanjutnya dari sisi
produktivitas terjadi pertambahan sekitar 1%. Berkaitan dengan produktivtas tersebut,
dapat dijelaskan bahwa produktvitas yang diperoleh masih sangat jauh dari rata-rata
produktvitas jagung ditingkat penelitian yang mencapai 4 - 6 t/ha untuk jagung bersari
bebas dan 6 – 8 t/ha untuk jagung hibrida. Rendahnya produktivitas tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah masih rendahnya penerapan
teknologi. Abidin dan Sri (2012) menyatakan bahwa adopsi teknologi jagung di
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara masih berada pada kategori sedang. Hal ini
mengindikasikan bahwa penerapan teknologi jagung masih menjadi kendala, yang
sekaligus menyebabkan rendahnya produktvitas yang diperoleh.
![Page 4: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/4.jpg)
Seminar Nasional Serealia, 2013
733
PERMASALAHAN USAHATANI JAGUNG
Usahatan jagung merupakan salah satu usahatani pangan utama masyarakat
Sulawesi Tenggara. Berbagai permasalahan usahatani jagung di Sulawesi Tenggara
diantaranya adalah :
1. Masih rendahnya penggunaan varietas unggul
Penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu teknologi untuk
mendorong peningkatan produktuivitas jagung. Sementara itu pada tingkat petani
penggunaan varietas unggul hanya terbatas pada ada tidaknya benih bantuan
dalam program SLPTT.
2. Berfokus pada lahan kering
Pengembangan usahatani jagung di Sultra masih bertumpu pada lahan kering. l
Abidin et al. (2010) mengemukakan bahwa di Kabupaten Muna yang merupakan
sentra pertanaman jagung, sekitar 99% pertanaman jagung dilakukan di lahan
kering. Sementara ini potensi lahan lain misalnya lahan sawah belum optimal
dimanfaatkan.
3. Penerapan teknologi budidaya
Penerapan teknologi budidaya lainnya misalnya pengaturan jarak tanam dan
pemupukan belum optimal diterapkan. Abidin et al. (2010) menyatakan bahwa
untuk pengaturan jarak tanam, hanya 56% yang menggunakan jarak tanam teratur.
Penerapan teknologi pemupukan lengkap (N, P dan K) hanya diterapkan oleh
sekitar 30% petani, yang menggunakan N saja sekitar 13% dan yang tidak
memupuk masih lebih besar yaitu 57%.
4. Belum adanya pemasaran yang jelas
Belum adanya pasar yang jelas menyebabkan minat petani untuk menanam jagung
relatif rendah. Hal ini karena pada saat petani panen harga jagung sangat rendah
karena tidak adanya perusahaan yang menampung produksi.
ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
Arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara di fokuskan pada upaya
peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui penerapan
teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar melalui jalinan
kemitraan dengan swasta.
Pencapaian arah pengembangan jagung dapat dilakukan dengan penerapan
berbagai strategi pengembangan diantaranya:
![Page 5: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/5.jpg)
Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….
734
a. Perluasan Areal Pertanaman
Perluasan areal pertanaman jagung merupakan strategi utama yang perlu
dilakukan. Perluasan areal ini tidak terbatas pada lahan kering sebagaimana yang
selama menjadi areal pertanaman dominan di Sulawesi Tenggara, akan tetapi dapat
memanfaatkan lahan sawah sebagai areal pengembangan baru melalui peningkatan
Indeks Pertanaman (IP). Abidin et al. (2012) menyatakan bahwa tanaman jagung yang
disahakan dalam pola tanam padi sawah – jagung manis – manis – jagung pakan
memungkinkan petani memperoleh pendapatan sebesar 24.885.200/ha/thn, sementara
dengan pola tanam padi – padi, petani hanya memperoleh pendapatan sebesar
9.640.000/ha/tahun.
Upaya peningkatan luas areal jagung juga dapat dilakukan dengan menanam
jagung sebagai tanaman sela pada areal pertanaman kakao hasil rehabilitasi.
Sebagaimana di ketahui bahwa pada beberapa tahun terakhir, pemerintah
gencar melakukan peremajaan kakao melalui program Gernas. Lahan diantara kakao
hasil rehabilitasi dapat dimanfaatkan hingga 2 tahun.
Selain sebagai tanaman sela pada tanaman kakao, penanaman jagung juga
dapat di usahakan sebagai tanaman sela pada tanaman kelapa sawit. Hingga saat ini
beberapa perusahaan swasta telah melakukan penanaman kelapa sawit.
Areal lain yang dapat digunakan adalah kawasan Hutan Tanaman Rakyat. Di
Sulawesi Tenggara luas kawasan hutan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan
hutan tanaman rakyat adalah seluas 1.496.008. Pada kawasan tersebut dapat
dikembangkan tanaman jagung sebagai tanaman sela pada pertanaman tanaman
hutan. Purnomo (2005) menyatakan bahwa produktivitas jagung varietas Pioner 11
tanpa naungan 7,01 t/ha semenatra jika naungan hingga 60 % produktivitasnya 3,9
t/ha. Menilik hasil penelitian tersebut, maka areal kawasan HTR sangat potensial untuk
pengembangan tanaman jagung hingga tanaman utama berupa tegakan pohon hutan
memiliki tajuk yang saling merapat. Hal ini akan terjadi pada umur pohon tegakan
sekitar 4 tahun. Dengan demikian terdapat waktu sekitar 4 tahun untuk penanaman
jagung.
b. Peningkatan Produktivitas
Upaya peningkatan produktivitas jagung menjadi strategi utama. Program
SLPTT jagung yang diluncurkan sejak tahun 2009 memang secara umum mampu
meningkatkan produktivitas, akan tetapi dalam operasionalnya masih mengalami
berbagai hambatan dan kendala. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya adopsi
teknologi usahatani jagung. Abidin dan Bananiek (2013) menyatakan bahwa tingkat
![Page 6: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/6.jpg)
Seminar Nasional Serealia, 2013
735
adopsi teknologi usahatani jagung di Kab. Muna Sulawesi Tenggara tergolong kategori
sedang. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk peningkatan produktivitas jagung,
maka beberapa teknologi yang penting didorong tingkat adopsinya adalah penggunaan
varietas unggul baru, pemupukan spesifik, pengendalian hama penyakit hingga
penanganan panen dan pasca panen. Khususnya untuk peningkatan penggunaan
varietas unggul baru menjadi sangat strategis. Badan Litbang Pertanian Varietas
unggul, selama 10 tahun terakhir telah dilepas 16 jagung hibrida dengan beragam
keunggulan dan 11 varietas unggul komposit dengan umur genjah sedang, toleran
kekeringan, kemasaman tanah, protein bermutu dan beta karoten tinggi. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka untuk penyediaan benih bermutu khususnya untuk benih
yang bersari bebas mesti diupayakan tumbuhnya penangkar jagung secara lokalita.
Tanpa adanya penangkaran ini maka dorongan untuk menggunakan varietas unggul
baru akan mengalami hambatan.
Menyangkut ketersedian pupuk bagi pertanaman jagung juga mesti di
rencanakan dengan baik, apatahlagi untuk penggunaan pupuk bersubsidi. Hal ini
karena selama ini penggunaan pupuk bersubsidi lebih banyak dialokasikan untuk
pertanaman padi sawah. Olehnya itu maka khususnya untuk pengembangan jagung di
lahan sawah, mesti direncanakan pula mengenai kebutuhan pupuk dalam penyusunan
Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).
c. Penyediaan Alsintan dan Sarana Pergudangan
Alsintan memegang peranan penting dalam usahatani jagung, oleh karena itu
untuk pengembangan jagung dalam skala luas, maka penyediaan alsintan menjadi
mutlak. Beberapa jenis alsintan penting untuk pengembangan jagung diantaranya
adalah mesin perontok, mesin pengering hingga gudang penyimpanan.
d. Pengembangan Jalinan Kemitraan
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa salah satu permasalahan dalam
pengembangan jagung adalah belum adanya jaminan pasar. Hal ini menyebabkan
minat petani untuk mengusahakan jagung dalam skala luas relatif masih rendah. Oleh
karena itu, maka pengembangan jalinan kemitraan menjadi faktor penting. Model
pengembangan kemitraan yang dapat dikembangkan baik dalam satu sisi maupun
dalam dua sisi. Pengembangan kemitraan dalam satu sisi misalnya banyak dilakukan
oleh perusahaan pakan ternak dengan menampung hasil petani jagung. Sementara itu
dalam kemitraan dua sisi memberikan keuntungan yang lebih baik. Project Katalyst di
Banglades memberikan pengalaman berharga, bahwa dengan mendorong adanya
![Page 7: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/7.jpg)
Zainal Abidin dan Muhammad Taufik Ratule: Strategi Pengembangan….
736
kemitraan antara petani dan pedagang melalui contract farming memberikan tidak
hanya dari peningkatan produktivitas jagung karena adanya kerjasama dalam
penyediaan benih, pupuk, prosessing hingga bantuan permodalan, akan tetapi
sekaligus memberikan harga yang lebih baik karena kwalitas jagung yang dihasilkan
juga lebih baik (Fahd Ifadz, 2012).
KESIMPULAN
1. Luas areal dan produksi jagung dalam 10 tahun terakhir menunjukkan trend
yang menurun masing-masing 1% dan 10%, akan tetapi produktvitas masih
tumbuh sebesar 1%.
2. Berbagai kendala yang dihadapi diantaranya adalah : (1) Masih rendahnya
penggunaan varietas unggul; (2) Pengembangannya masih berfokus pada
lahan kering; (3) penerapan teknologi budidaya masih rendah diantaranya
adalah teknologi penggunaan benih unggul bermutu, pengaturan populasi,
pemupukan hingga serangan hama dan penyakit; dan (4) Belum adanya
pemasaran yang jelas.
3. Arah pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara di fokuskan pada upaya
peningkatan areal pertanaman serta peningkatan produktivitas melalui
penerapan teknologi budidaya yang ditopang dengan adanya jaminan pasar
melalui jalinan kemitraan dengan swasta.
4. Beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya adalah (1). Perluasan areal
pertanaman dengan memanfatkan lahan pada : (a) kawasan Hutan Tanaman
Rakyat; (b) pertanaman kakao hasil rehabilitasi; (c) pengembangan pada areal
pertanaman sawit muda dan (d) peningkatan Indeks Pertanaman pada lahan
sawah dengan menggunakan jagung pada MT III. (2) Peningkatan produktivitas
melalui penerapan teknologi PTT di tingkat petani serta (3) pengembangan
jalinan kemitraan dengan swasta
DAFTAR PUSTAKA
BPS Sultra, 2008. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2007. BPS Sultra. Kendari.
BPS Sultra, 2011. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2010. BPS Sultra. Kendari.
Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara. Program Pembangunan Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 – 2018. Materi Disampaikan pada Rakor Penyuluh Kehutanan Sulawesi Tenggara. Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara. Kendari.
![Page 8: 16sos13](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081809/563dbb7f550346aa9aadb510/html5/thumbnails/8.jpg)
Seminar Nasional Serealia, 2013
737
Abidin, Z. dan Sri Bananiek. 2013. Tingkat Adopsi Tingkat Adopsi Teknologi Dan Struktur Biaya Usahatani Jagung Di Sulawesi Tenggara. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Akselerasi Inovasi dan Diseminasi Teknologi untuk Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Bernasis Sumber daya Genetik Lokal. Palu.
Abidin, Z., Idris and Muhammad Rusman. 2012. Improving Index Pattern in Low Land Rice with Corn in Konawe Sub District Southeast Sulawesi Province
Abidin, Z., Rusdin, Muhammad Rusman, Idris dan Bungati. Pemetaan Distribusi Inovasi Teknologi Pertanian di Sulawesi Tenggara. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Kendari
Haryono. 2012.Maize for Food, Feed and Fuel in Indonesia: Challenges and Opportunity. Paper presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.
Ifadz, M.F. 2012. “Katalyzing” Maize cultivation in the Char in Bangladesh. Paper Presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.
Mastur. 2011. Strategi Peningkatan Produktivitas Dan Perluasan Areal Pertanaman Jagung Di Kalimantan Timur. Prosididng Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Prasanna, B.M. 2012. Maize in The World; Trends, Challenges and Oppurtunities. Paper Presented in International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.
Purnomo, D. 2005. Tanggapan Varietas Tanaman Jagung Terhadap Irradiasi Rendah. Agrosains vol 7 no1: 86-93. Fakultas Pertanian Universitas Surakarta. Solo.
Tangenjaya B., Yusmichad Yusdja., Nyak Ilham. 2002. Analisa Ekonomi Permintaan jagung untuk pakan. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung Departemen Pertanian. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor 24 Juni 2002.