2008lrr

96
EFEKTIVITAS DAM PARIT DI HULU DAS CILIWUNG DALAM USAHA PENCEGAHAN BANJIR LOVINA RAHAYU RATNAWATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 v

Upload: dwi-nugroho

Post on 26-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2008lrr

EFEKTIVITAS DAM PARIT DI HULU DAS

CILIWUNG DALAM USAHA PENCEGAHAN BANJIR

LOVINA RAHAYU RATNAWATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

v

Page 2: 2008lrr

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis efektivitas dam parit di hulu DAS Ciliwung dalam usaha penanggulangan banjir adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2008

Lovina Rahayu Ratnawati

i

Page 3: 2008lrr

ABSTRACT

LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Effectiveness of Channel Reservoir in Upstream Region of Ciliwung Watershed in the Efforts of Flood Prevention. UNDER THE Supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI P TEJO BASKORO.

Many attempts have been conducted to solve flood problems, and these have spent considerable amount of funding. However, the attempts have not produced optimum results. One alternative of such attempts is the construction of channel reservoir. Hopefully, the technology could appropriately utilize surface flow by collecting or damming up water flow in a channel (drainage network) during excess period in the rainy season, so that it could reduce peak yield of water and prevent flood. The objectives of this research were studying the effectiveness of channel reservoir in overcoming flood and the multifunction of channel reservoir within watershed (DAS) scale. In the research, secondary data of land characteristic and population were used. In addition, primary data of water height at channel reservoir and irrigation canal were measured. Effectiveness of channel reservoir was calculated by comparing water yield before entering the channel reservoir and the water yield after passing the channel reservoir. Calculation of the multifunction of the channel reservoir was done by comparing the production benefit of cropping pattern which dominated the area of irrigation target before the existence of channel reservoir, and those after the channel reservoir existence. Result of the research showed that the benefit of channel reservoir would be greater if the construction of channel reservoir was conducted in stages. Effectiveness of channel reservoir in DAS Citeko during rain condition or highest yield was 28.81 %, yield before entering the channel reservoir was 5,86 m3/detik, yield before entering the irrigation canal was 2,1% and yield after passing the channel reservoir was 3,6%. Channel reservoir Citeko 5 stored larger amount of water and performed greater effectiveness than those of channel reservoir Citeko 4. This is because channel reservoir Citeko 5 has smaller dimension but larger irrigation canal than channel reservoir Citeko 4. Result also showed that the existence of channel reservoir provide more benefit for farmer. The benefit cost ratio of land cultivation increased from 1,67 to 1,95 after channel reservoir exist. With the assumption that the life span of the channel reservoir was 5 to 10 years, and the existing cropping pattern is maintained, the value of b/c ratio of channel reservoir construction is 1,43. This implies that technology of channel reservoir could be conducted and adopted in other watersheds (DAS). Keywords: channel reservoir, water yield, channel reservoir construction,

multifunction of channel reservoir

ii

Page 4: 2008lrr

RINGKASAN

LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir. Di bawah bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI P TEJO BASKORO.

Penyelesaian permasalahan banjir di Jakarta telah banyak dilakukan dan

menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Berbagai usaha dilakukan untuk menangani sungai Ciliwung, yaitu sungai utama yang mengaliri sebagian besar kota Jakarta. Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal. Salah satu alternatif adalah dengan pembuatan dam parit. Teknologi dam parit diharapkan dapat mendayagunakan aliran permukaan dengan mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit (drainage network) saat kelebihan pada waktu musim hujan sehingga dapat menurunkan debit puncak dan mencegah adanya banjir.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas dam parit dalam penanggulangan banjir dan mengetahui multifungsi dam parit dalam skala DAS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data biofisik lahan dan data kependudukan. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran ketinggian air pada dam parit dan saluran irigasi. Data ketinggian air digunakan untuk menghitung debit air. Efektivitas dam parit dihitung dengan membandingkan debit sebelum masuk ke dam parit dengan debit setelah melewati dam parit. Sedangkan multifungsi dam parit dievaluasi dengan membandingkan keuntungan produksi pada pola tanam yang mendominasi daerah target irigasi sebelum ada dam parit dengan sesudah ada dam parit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dam parit pada DAS Citeko tertinggi adalah 28,81 %, debit yang masuk ke dam parit sebesar 5,86 m3/detik, debit yang masuk ke saluran irigasi sebesar 2,1% dan debit yang keluar dari dam parit sebesar 3,6 %. Dimensi dam parit Citeko 5 lebih kecil daripada dam parit Citeko 4, akan tetapi saluran irigasi dam parit Citeko 5 lebih besar. Dam parit Citeko 5 dapat menampung air lebih banyak, sehingga lebih efektif dalam mengurangi debit dibandingkan dam parit Citeko 4. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebelum ada dam parit penggunaan lahan untuk tanaman jagung dapat diperoleh b/c ratio dari 1,67 menjadi 1,95. Bila biaya pembuatan dam parit adalah Rp. 10.000.000,- dan umur dam parit 5 sampai 10 tahun maka dengan pola tanam yang ada nilai b/c ratio dari pembuatan dam parit adalah 1,43. Artinya teknologi dam parit dapat dilaksanakan dan dapat diaplikasikan pada DAS lainnya.

iii

Page 5: 2008lrr

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang – undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

iv

Page 6: 2008lrr

Judul Tesis : Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir Nama : Lovina Rahayu Ratnawati NRP : A252050031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan DAS Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 29 Juli 2008 Tanggal Lulus :

vi

Page 7: 2008lrr

PRAKATA

Segala puji penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan, Allah

swt atas segala ni’matnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November ialah usaha

pengendalian banjir, dengan judul Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung

Dalam Usaha Pencegahan Banjir.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suria Darma Tarigan,

MSc dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc sebagai ketua dan anggota

pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS yang menjadi dosen

penguji. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Naik

Sinukaban, MSc selaku ketua program studi. Terima kasih juga disampaikan kepada

teman – teman S-2 program studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Angkatan 2005

yang telah memberikan dukungan untuk percepatan penyelesaian tesis ini. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada keluarga Banjarnegara dan keluarga

Tulungagung dan kepada suami tercinta (Eko Prasetyo, MM) atas segala cinta dan

dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2008

Lovina R Ratnawati

vii

Page 8: 2008lrr

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang (Jawa Tengah) pada tanggal 10 Maret 1983

dari ayah bernama Kasam dan ibu bernama Subihartati. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya, lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikan di Institut pertanian Bogor dengan program studi Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Penulis bekerja sebagai staf konsultan di Aceh dan Bogor dari

tahun 2005 hingga sekarang.

viii

Page 9: 2008lrr

DAFTAR ISI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI .............. i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

RINGKASAN...................................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... vi

PRAKATA........................................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang.......................................................................................... 1

Rumusan Masalah..................................................................................... 4

Tujuan Penelitian...................................................................................... 6

Manfaat Penelitian.................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai.............................................................................. 7

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai........................................................... 8

Penggunaan Lahan.................................................................................... 9

Banjir......................................................................................................... 10

Dam Parit.................................................................................................. 13

Hujan......................................................................................................... 15

METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian.................................................................. 17

Pengumpulan Data.................................................................................... 17

Topografi....................................................................................... 17

Jenis Tanah.................................................................................... 18

Penggunaan Lahan........................................................................ 18

Perhitungan Debit Pada Dam Parit........................................................... 20

Perhitungan Kecepatan................................................................. 20

Pengukuran Debit.......................................................................... 21

ix

Page 10: 2008lrr

Metode Rasional........................................................................... 22

Analisis Multifungsi Dam Parit Dalam Skala Sub DAS........................... 23

KONDISI BIOFISIK WILAYAH

Iklim.......................................................................................................... 25

Topografi................................................................................................... 26

Tanah......................................................................................................... 27

Penggunaan Lahan.................................................................................... 31

Bangunan Dam Parit................................................................................. 32

Data Hidrologi Dam Parit......................................................................... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Bangunan Dam Parit............................................................... 37

Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir................................................ 39

Debit Aliran Rendah (Low Flow)………………………………. 41

Debit Aliran Tinggi (High Flow)……………………………….. 43

Efektivitas Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir………………….. 44

Multifungsi Air Dam Parit........................................................................ 47

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 56

x

Page 11: 2008lrr

DAFTAR GAMBAR

1. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat............................................................................ 15

2. Peta Lokasi Tempat Penelitian........................................................................... 19

3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko............................................................................. 19

4. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi DAS Citeko.................................... 25

5. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi DAS Citeko.................................... 26

6. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di DAS Citeko................................................. 29

7. Penggunaan Lahan DAS Citeko......................................................................... 32

8. Lokasi sub DAS Cibogo..................................................................................... 34

9. Bangunan Dam Parit CT-4................................................................................. 38

10. Bangunan Dam Parit CT-5................................................................................. 38

11. Fluktuasi Debit CT 4 – CT 5.............................................................................. 39

12. Fluktuasi Debit CT-4.......................................................................................... 43

13. Fluktuasi Debit CT-5.......................................................................................... 43

xi

Page 12: 2008lrr

DAFTAR TABEL

1. Form Pengukuran Ketinggian Air..................................................................... 21

2. Daya Berbagai Jenis Tanah Memegang Air dan Permeabilitas......................... 28

3. Data Hidrologi Dam Parit Citeko...................................................................... 35

4. Pengukuran CT-4 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan.................................. 40

5. Pengukuran CT-5 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan.................................. 40

6. Debit Aliran Rendah.......................................................................................... 41

7. Debit Aliran Tinggi............................................................................................ 43

8. Efektivitas Dam Parit dalam Mengurangi Debit............................................... 45

9. Efektivitas Dam Parit dalam Mengurangi Debit............................................... 45

10. Debit Air Berdasarkan Periode Ulang………………………………………... 46

11. Total Debit……………………………………………………………………. 49

12. Analisis Usaha Tanaman Padi.......................................................................... 50

13. Analisis Usaha Tanaman Jagung....................................................................... 51

14. Nilai B/C Jagung dan Padi................................................................................. 51

15. Analisis Usaha Tanaman Sawi.......................................................................... 52

16. Tabel B/C Ratio Dam Parit................................................................................. 52

xii

Page 13: 2008lrr

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai Faktor C Berbagai Tanaman dan Pola Tanam........................................... 57

2. Nilai Faktor i (Intensitas Hujan)......................................................................... 59

3. Data Pengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Desember 2007............ 60

4. Data Dengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Januari 2008................ 61

5. Data Pengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Februari 2008.............. 62

6. CT - 4 Desember 2007....................................................................................... 63

7. CT - 4 Januari 2008........................................................................................... 64

8. CT - 4 Februari 2008.......................................................................................... 65

9. CT – 5 Desember 2007...................................................................................... 66

10. CT – 5 Januari 2008........................................................................................... 67

11. CT – 5 Februari 2008......................................................................................... 68

12. Debit Tiga Harian............................................................................................... 69

xiii

Page 14: 2008lrr

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di

Jakarta yang terjadi pada tahun 1997 selain menggenangi hampir seluruh penjuru kota

juga menjadi tragedi nasional yang menjadi perhatian dunia. Awal 2002 banjir

melanda Jakarta dan sekitarnya dan terjadi kembali pada awal 2007 banjir dengan

cakupan wilayah genangan yang lebih luas.

Penyelesaian permasalahan banjir di Jakarta telah banyak dilakukan dan

menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Berbagai usaha dilakukan untuk menangani

sungai Ciliwung, yaitu sungai utama yang mengaliri sebagian besar kota Jakarta.

Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal. Salah

satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah dengan menggunakan dam parit.

Dam parit dirancang untuk memanen hujan dan aliran permukaan dari daerah

tangkapan air kemudian sebagian dialirkan ke areal pertanian (target irigasi). Dam

parit dibangun hanya memanfaatkan luas badan saluran atau sungai sehingga tidak

mengurangi areal produktif. Selain itu, dam parit mampu mengurangi debit puncak

dan waktu respon di musim hujan, meningkatkan luas areal serapan dan peningkatan

cadangan air tanah serta aliran dasar sungai untuk peningkatan pengembangan

pertanian. Kemudian dengan ditampungnya air dalam dam parit dan dialirkan melalui

jaringan irigasi ke areal pertanian, terdapat kesempatan (waktu dan volume) air

meresap ke dalam tubuh tanah, sehingga akan mengurangi jumlah dan kecepatan

aliran permukaan. Berkurangnya kecepatan aliran permukaan dapat menurunkan

tingkat erosi dan sedimentasi di musim hujan. Air yang masuk ke dalam tubuh tanah

1

Page 15: 2008lrr

menjadi cadangan air tanah, sehingga resiko adanya banjir dapat terkurangi

(Balitklimat, 2005).

Daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung bagian hulu merupakan bagian yang

penting karena perubahan-perubahan yang terjadi pada DAS Ciliwung Hulu akan

berimplikasi lebih lanjut pada daerah yang ada di bawahnya (hilir). Selain itu, DAS

bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS.

Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu perencanaan

bagian hulu seringkali menjadi fokus perhatian. Pengelolaan DAS sebagai suatu

kesatuan ekosistem berarti pengelolaan yang terintegrasi, menyeluruh, terpadu yang

mendasar pada satuan wilayah keruangan DAS sebagai satuan wilayah pengelolaan

sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. Oleh karena DAS sebagai satu

kesatuan ekosistem hulu-hilir, maka aktivitas alih fungsi lahan di daerah hulu dapat

memberikan dampak pada daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air,

banjir, transpor sedimen serta material terlarut lainnya, demikian pula erosi pada

daerah hulu yang berlangsung intensif menyebabkan terangkutnya lapisan tanah yang

subur tersedimentasi di hilir.

Berbagai usaha yang mengarah pada konservasi tanah dan air di hulu sungai

Ciliwung telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan dibuatnya dam parit di sub

Das Cibogo yang masuk pada anak sungai ciliwung. Dam parit adalah suatu bangunan

konservasi air berupa bendungan kecil pada parit-parit alamiah yang dapat menahan

air atau menampung air pada saat musim hujan dan menyimpannya untuk

dipergunakan pada saat musim kemarau. Dam parit berfungsi untuk menurunkan debit

puncak pada saat musim hujan dan dapat mengurangi debit air yang dialirkan ke hilir,

sehingga diharapkan dapat menanggulangi banjir.

2

Page 16: 2008lrr

Dasar penentuan yang digunakan dalam menentukan potensi air permukaan

adalah informasi karakteristik DAS yang meliputi topografi, tanah, penggunaan lahan,

curah hujan, jaringan hidrologi dan lain – lain. Hal teresbut juga yang digunakan

dalam penentuan awal posisi pembuatan dam parit, sehingga metodologi yang

digunakan meliputi: (1) karakterisasi wilayah untuk menentukan lereng dan bentuk

wilayah daerah penelitian, dengan mengetahui keadaan topografinya dapat diketahui

batas DAS, daerah tangkapan air, target irigasi serta jaringan hidrologi, (2)

karakterisasi tanah dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah dilapang dan

analisis sifat fisika tanah di laboratorium, (3) penggunaan lahan (luas, jenis dan

sebaran penggunaan lahan) dan pola tanam dilakukan melalui pengamatan lapang dan

wawancara dengan petani, (4) analisis kebutuhan air dilakukan dengan metode

analisis neraca air tanaman di daerah target irigasi, (5) penentuan jumlah, posisi, dan

dimensi dam parit ditentukan dengan memperhitungkan potensi air yang dapat

dipanen, bentuk dan posisi badan jalur sungai serta kebutuhan air untuk tanaman, (6)

pembangunan dam parit dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang

tersedia (batu, pasir, tanah) dan sumberdaya manusia yang ada di daerah setempat.

Teknologi dam parit diharapkan dapat mendayagunakan aliran permukaan

dengan mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit (drainage

network) saat kelebihan pada waktu musim hujan sehingga dapat menurunkan debit

puncak dan mencegah adanya banjir. Teknologi dam parit diharapkan dapat menjadi

salah satu alternatif pemecahan masalah banjir yang juga terjadi di daerah – daerah

lain, sehingga keberadaan dam parit perlu dievaluasi untuk melihat keefektivannya.

Efektivitas dam parit dilihat dari kemampuannya dalam mengurangi debit air yang

melimpas ke saluran irigasi, konstruksi fisik dam parit dan aspek perencanaan

3

Page 17: 2008lrr

berdasar pada perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan dengan multifungsi

yang dihasilkan dari dam parit.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan DAS Ciliwung yang memiliki luas lebih kurang 38.260 ha berada di

dua propinsi, yakni Jawa Barat dan DKI, merupakan salah satu DAS prioritas yang

mempunyai kedudukan yang strategis (Syahrir, 2002). Bagian hulu terletak di

kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur), sedang bagian hilir bermuara di teluk

Jakarta. Pesatnya pembangunan di kawasan Bopunjur yang ditandai dengan alih

fungsi lahan, disinyalir sebagai penyebab menurunnya fungsi kawasan tersebut

sebagai daerah penyangga. Data hasil pengukuran infiltrasi tanah di Sub DAS

Ciliwung hulu, diketahui bahwa kapasitas infiltrasi tanah di wilayah tersebut saat ini

mencapai 70 – 74 % dari total curah hujan tahunan (Irianto dan Pujilestari, 2002).

Menurut Pawitan (2002) antara tahun 1981 dan 1989 terjadi kenaikan debit puncak di

daerah hulu dari 46,5 m3/det menjadi 77,6 m3/det atau terjadi kenaikan sebesar 67%.

Kejadian banjir pada Februari 2002 menyebabkan 66% wilayah Jakarta terendam

banjir dan pada Februari 2007 mencapai kerugian Rp. 8 Trilyun (Bappenas, 2007).

Banjir mengarah pada terjadinya krisis air yang tidak dapat diatasi dengan cara

parsial dan sesaat. Hal ini disebabkan besaran, intensitas, frekuensi, dan durasinya

akhir-akhir ini sangat berbeda dibandingkan dengan periode sebelumnya. Untuk itu

diperlukan penerapan konsep manajemen pengelolaan air dengan penerapan masukan,

sistem dan keluaran. Masukan yang paling utama dalah sumber air yaitu curah hujan,

debit sungai dan air tanah dalam (air bumi). Sistem meliputi daerah aliran sungai,

sistem budidaya, dan manusia penghuninya. Keluaran meliputi produksi biomasa

seperti hasil pertanian, ternak dsb. (Irianto, 2003).

4

Page 18: 2008lrr

Teknologi untuk mengantisipasi banjir yang telah diaplikasikan adalah

teknologi dam parit untuk menampung dan menahan kelebihan air di musim hujan

dan didistribusikan ke areal pertanian pada saat diperlukan. Dam parit dibangun hanya

memanfaatkan luas badan saluran atau sungai sehingga tidak mengurangi areal

produktif. Selain itu, dengan ditampungnya air dalam dam parit dan dialirkan melalui

jaringan irigasi ke areal pertanian terdapat kesempatan (waktu dan volume) untuk

meresapkan air ke dalam tubuh tanah (recharging) di sebagian areal DAS, sehingga

mengurangi resiko banjir di musim hujan (Balitklimat 2005). Akan tetapi selama ini

dimensi dam parit masih berdasar pada prediksi run off atau aliran permukaaan yang

ada dan lokasi dam parit masih didasarkan pada kondisi topografi daerah aliran

sungai. Selain itu, hal yang perlu dipertimbangkan adalah air hasil limpasan dari dam

parit agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, yaitu saluran irigasi dibuat dengan

melewati lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Permasalahan lain, seperti yang

terjadi pada bangunan pembendung air lainnya adalah adanya erosi yang mengendap

pada bangunan dan saluran sehingga dapat mengurangi efektivitas dam parit.

Penelitian ini dilakukan di DAS Citeko yang termasuk anak sungai DAS

Cibogo, bagian hulu DAS Ciliwung, di Kecamatan Mega Mendung Kabupaten

Bogor. Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan pertimbangan bahwa bagian hulu

DAS Ciliwung memiliki kontribusi besar dalam mengalirkan air pada DAS Ciliwung.

Selain itu keberadaan dam parit pada DAS Citeko telah difungsikan untuk mencegah

banjir pada DAS Ciliwung.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut :

1. Adanya banjir di DAS Ciliwung yang salah satu usaha pencegahannya adalah

dengan menggunakan teknologi dam parit.

5

Page 19: 2008lrr

2. Efektivitas dam parit dalam mencegah banjir, yaitu dengan mengetahui

kapasitas tampungan dam parit berdasarkan kontruksi bangunan dam parit.

3. Multifungsi dam parit dalam skala DAS.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengkaji efektivitas dam parit dalam penanggulangan banjir.

2. Mengetahui multifungsi dam parit dalam skala DAS.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan referensi dan

bahan pertimbangan dalam usaha penanggulangan banjir menggunakan dam parit dan

diharapkan lebih dapat dikembangkan sebagai usaha mensejahterakan masyarakat.

6

Page 20: 2008lrr

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

dibatasi oleh batas – batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh

dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai)

dalam DAS tersebut. Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang

mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik

yang sama sepanjang suatu aliran atau sungai. DAS atau watersheed dapat terbagi

menjadi sub DAS dan sub – sub DAS, sehingga luas DAS pun akan bervariasi dari

beberapa puluh meter persegi sampai ratusan ribu hektar tergantung dimana titik

pengukuran ditempatkan (Sinukaban, 2001)

Hadinugroho (2002) mengemukakan bahwa DAS merupakan suatu sistem

lahan yang lengkap secara fisik dan terbatasi jelas, didalamnya dapat dijumpai

bebagai kombinasi topografi, tanah, hidrologi dan iklim. Dengan pengertian ini, maka

DAS membekali suatu jaringan pengatur tertentu dengan air beserta bahan terlarut di

dalam air.

DAS sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia secara lestari, sehingga sasaran pengembangan DAS akan

menciptakan ciri – ciri seperti : (1) mampu memberikan produktivitas lahan yang

tinggi, (2) mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu mampu menjamin produktivitas

yang tinggi, erosi/ sedimen yang rendah dan fungsi DAS sebagai penyimpan air dapat

memberikan “water yield” yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, (3) mampu

menjaga adanya pemerataan pendapatan petani (equity) dan (4) mampu

mempertahankan kelestarian DAS terhadap goncangan yang terjadi (relisilient)

(Sinukaban, 1999).

7

Page 21: 2008lrr

2.2 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan DAS adalah suatu kegiatan untuk menggunakan semua

sumberdaya lahan, biofisik, sosial, ekonomi dalam DAS secara maksimal dalam

waktu yang tidak terbatas dan menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin untuk

mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum. Menurut Asdak (2002)

pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau

program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di

daerah alian sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan

terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang berarti sebagai pengelolaan dan

alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan

erosi serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya.

pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspek – aspek sosial, ekonomi, budaya

dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang

bersangkutan.

Menurut Sinukaban (2006) tujuan umum dari pengelolaan DAS adalah

keberlanjutan yang diukur dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi

yang dimaksud adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan

pengetahuan lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat

direplikasi berdasarkan faktor – faktor sosial budaya petani itu sendiri. Selanjutnya

erosi harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi agar kelestarian produktivitas

dapat dipertahankan, sehingga dalam pengelolaan DAS ada 7 hal yang harus

dilakukan, yaitu : (1) mengkaji kemampuan lahan di wilayah DAS melalui studi

klasifikasi kemampuan lahan. (2) menggunakan tanah sesuai kemampuannya dan

melindungi tanah dari kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas yang merusak, (3)

8

Page 22: 2008lrr

mengurangi bahaya banjir dan sedimentasi, (4) meningkatkan dan mempertahankan

kesuburan tanah, (5) meningkatkan produkivitas tanah, (6) memperbaiki dan

mempertahankan fungsi hidrologis DAS dan (7) meningkatkan kesejahteraan manusia

di dalam DAS.

2.3 Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi dan vegetasi, dimana faktor – faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah akibat – akibat kegiatan manusia, baik

pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi di daerah – daerah pantai,

penebangan hutan dan akibat – akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi

garam (Hardjowigeno et all. 2001).

Lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai keterbatasan baik

jumlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalam fenomena penggunaan lahan

diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan yang efisien berdasar atas kesamaan

hak dan dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat lestari. Untuk menentukan

alternatif penggunaan lahan untuk pertanian pada suatu lokasi, perlu adanya

penyesuaian dengan penggunaan lahan yang telah ada, keinginan petani, kemampuan

sumberdaya manusia dan kemampuan modal agar memudahkan bagi petani dalam

menerima teknologi yang disarankan (Ramdan, 1999).

2.4 Banjir

Banjir (floods) adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan (runoff

exstremes) di mana tinggi muka air sungai atau debit sungai melebihi suatu batas

yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu (Isnugroho, 2002). Selanjutnya Hewlett

(1982) mengatakan bahwa banjir adalah 1) setiap aliran yang merusak harta benda

manusia, 2) setiap ketinggian muka air tubuh air alami (sungai, danau) yang melebihi

9

Page 23: 2008lrr

ketinggian normalnya. Pada suatu keadaan banjir, kerusakan terhadap harta benda

disebabkan oleh :

1. Ketinggian banjir atau ketinggian air, yang biasanya terjadi pada debit

maksimum

2. Lama waktu penggenangan, atau berapa lama air tertinggal pada atau di atas

ketinggian harta benda

3. Pelepasan sedimen atau pengendapannya, yang menentukan seberapa banyak

kerusakan lapangan atau timbunan lumpur akan terjadi.

4. Energi kinetik aliran banjir, atau seberapa besar energi yang diberikan pada

bangunan, lapangan, jembatan atau dam.

5. Penambahan massa tanah yang menyebabkan kolapsnya tebing, urugan dan

bangunan pengendali erosi tebing (hillsides)

6. Kesalahan dalam menzonasi daerah dataran banjir atau batas atas harta benda.

Bila dihubungkan dengan penyebab banjir, dikenal lima jenis banjir:

1. Banjir karena curah hujan lama/ long – rain floods, banjir ini berhubungan

dengan curah hujan yang turun selama beberapa hari atau minggu dengan

intensitas rendah (tipe hujan siklon atau frontal). Kapasitas penyimpanan

permukaan dari DAS akhirnya dilewati dan sehingga tambahan hujan yang

turun bergerak cepat ke sungai.

2. Banjir karena mencairnya salju yang diakibatkan dari cepatnya peningkatan

suhu di daerah bersalju.

3. Banjir seketika/ flash floods, adalah banjir yang berasosiasi dengan hujan

konveksional atau dengan besarnya dari hujan selama siklonik storms.

10

Page 24: 2008lrr

4. Banjir karena tanah yang membeku/ frozen – soil floods adalah banjir yang

berasosiasi dengan jenis tanah yang spesifik yang membeku dan disebut

concrete frost.

5. Banjir pasang surut air laut/ tidal floods yang terjadi di daerah pantai, dan

seringkali diperburuk oleh air banjir pada bagian hulu sungai yang berlawanan

dengan naiknya air laut.

Dari ke lima jenis banjir tersebut, banjir yang umum terjadi di Indonesia

adalah banjir karena curah hujan yang lama, banjir seketika dan banjir pasang surut

air laut. Pada beberapa kejadian banjir, penyebabnya adalah kombinasi dari beberapa

jenis banjir tersebut.

Dalam kaitannya dengan pencegahan banjir maupun kekeringan (dalam

konsep DAS, upaya mencegah banjir di musim penghujan berarti juga mengurangi

bencana potensi bencana kekeringan pada saat musim kemarau) maka upaya yang

dilakukan adalah memanipulasi satu atau beberapa proses sekaligus yang terjadi

dalam sistem DAS tersebut yang berpengaruh terhadap hasil air dengan sasaran untuk

memperkecil potensi banjir dan dampaknya melalui berbagai pendekatan yang efisien

dan efektif antara lain dengan penerapan – penerapan konservasi tanah dan air (KTA)

yang tepat. Konsep konservasi tanah dan air tidak hanya difokuskan pada proses yang

berkaitan dengan erosi dan akibat lanjutan dari erosi tetapi juga mencegah kerusakan

tanah baik dari segi sifat fisiknya akibat erosi, atau sifat kimianya akibat penurunan

kesuburan dan memelihara produktivitas lahan melalui kombinasi pengelolaan dan

penggunaan tanah yang tepat.

Teknik KTA dalam pengendalian banjir adalah teknik manipulasi proses

dalam sistem DAS yang bertujuan mengurangi debit aliran pada musim penghujan

dan mempertahankan debit pada saat musim kemarau (salah satu indikator kondisi

11

Page 25: 2008lrr

DAS yang baik adalah kecilnya ratio debit maksimum dan minimum). Secara

sederhana, teknik yang dilakukan adalah untuk memelihara keseimbangan siklus

hidrologi dalam system DAS melalui upaya agar air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi lebih banyak tertahan dan meresap ke dalam tanah sehingga dapat menambah

persediaan air tanah sekaligus menurunkan laju aliran permukaan agar tidak mengalir

dalam jumlah dan kecepatan yang membahayakan (banjir). Pada intinya upaya yang

dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut di bagian hulu adalah meningkatkan

kapasitas infiltrasi, menurunkan laju aliran permukaan, mencegah sedimentasi, dan

pada bagian hilir adalah meningkatkan kapasitas infiltrasi ( Fakhrudin, 2003).

2.4 Dam Parit

Dam parit (channel reservoir) adalah suatu bangunan konservasi air yang

dapat menahan air atau menampung air pada saat musim hujan dan menyimpannya

untuk dipergunakan pada saat musim kemarau sebagai sumber irigasi. Untuk dapat

berfungsi dengan baik maka penentuan lokasi dam parit dilakukan berdasarkan

kondisi topografi setempat, jadi sangat spesifik. Dam parit bisa dibangun pada alur

sungai atau pada lahan yang tidak produktif, sehingga tidak mengurangi areal lahan

pertanian karena adanya dam parit. Posisi dam parit ditetapkan dengan

memperhitungkan tiga hal :

1. Kapasitas tampung air maksimal dam parit.

2. Distribusi air untuk suplemen irigasi.

3. Biaya yang efisien.

Prinsip dam parit adalah menampung kelebihan air pada musim hujan berupa aliran

permukaan (run off) dan menahan air lebih lama berada di hulu, agar dapat mengisi

cadangan air tanah (recharging). Bila air yang tersedia sepanjang tahun atau berada di

permukaan tanah akan memudahkan petani untuk melakukan budidaya dan

12

Page 26: 2008lrr

perencanaan yang baik, maka peluang untuk meningkatkan produktifitas lahan

meningkat (Balitklimat, 2005).

Efisiensi pemanen air DAS akan lebih meningkat apabila dam parit dibuat

secara bertingkat (cascade) atau dam parit linier dalam cascade sesuai dengan

topografi yang ada (Irianto., et al., 2001). Air yang dapat dipanen pada dam dam parit

pertama akan dialirkan secara gravitasi ke lahan irigasi tanaman dan kelebihan air

yang tidak tertampung di dam parit 1 akan mengalir mengikuti sungai alamiah yang

kemudian akan ditampung kembali di dam parit ke 2. Demikian seterusnya, air lebih

dari dam parit ke 2 akan ditampung kembali di dam parit ke 3. Jadi prinsipnya, air

hujan ditampung sebagai sumber air irigasi seefisien mungkin, dan yang mengalir ke

laut sesedikit mungkin. Secara totalitas,, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah

digunakan semaksimal mungkin dan hanya sedikit yang terbuang atau tidak

dimanfaatkan. Konsep demikian dikenal dengan istilah penggunaan kembali (reuse)

sumber daya air yang bertujuan untuk meningkatkan secara maksimal nilai tambah air

dan meminimalkan resiko pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

alir dan ilustrasi pada Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat (Sumber Balitklimat., 2004)

13

Page 27: 2008lrr

Bangunan dam parit sekurang-kurangnya terdiri dari :

1. Talud/Jagaan ”(free board)”, berfungsi untuk menjaga pinggir parit tidak tergerus

oleh air dan akan menjadi pegangan bangunan bendung.

2. Bangunan bendung/tanggul, berfungsi untuk membendung aliran/meninggikan

muka air di parit.

3. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengendalikan muka air di dalam parit

untuk dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran irigasi. Pengendali/pintu air ini

dapat dibangun di pinggir atau di tengah tanggul.

4. Saluran irigasi/drainase, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke lahan usaha

tani.

2.5 Hujan

Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah

satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun.

Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang

diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air

yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan

berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke

permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan

sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup.

Sifat – sifat hujan yang penting lama hujan, intensitas hujan dan distribusi

hujan. (Sukartaatmaja, 2004). Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu

rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata

– rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan

rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda –

14

Page 28: 2008lrr

beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan

bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan

untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai

dengan tujuan yang dimaksud.

15

Page 29: 2008lrr

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2007 sampai

dengan Februari 2008 di dam parit Citeko sub DAS Ciliwung hulu, yang secara

administratif terletak di Kecematan Megamendung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa

Barat. (Gambar 2)

Terdapat 7 lokasi dam parit pada DAS Citeko yang masing – masing lokasinya

ditetapkan berdasarkan ordo sungai 2 dan 3. Metode yang digunakan adalah dengan

mengetahui kondisi biofisik dari masing – masing dam parit kemudian

membandingkan efektivitas dari kelima dam parit di DAS Citeko. (Gambar 3)

3.2 Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer meliputi data tinggi permukaan aliran permukaan

pada dam parit. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan dan informasi

biofisik dam parit yang meliputi jenis tanah, topografi, penggunaan lahan dan jenis

tanah.

3.2.1 Topografi

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling

berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan

dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih

tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100 % sama dengan

kecuraman lereng 45º . Untuk mendapatkan data lereng dapat digunakan dua cara

yaitu dari peta topografi dan pengukuran langsung dengan menggunakan alat

altimeter.

16

Page 30: 2008lrr

1 : 7500

Gambar 2. Peta Lokasi Tempat Penelitian

Gambar 3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko

17

Page 31: 2008lrr

3.2.2 Jenis Tanah

Jenis tanah dapat diketahui dengan cara menggunakan peta tanah ataupun

pengukuran di lapang. Secara umum jenis tanah di hulu Ciliwung adalah tanah –

tanah andisol yang berasal dari endapan abu vulkan Gunung Pangrango. Jenis tanah

yang diamati di lapang meliputi struktur tanah dan tekstur tanah.

3.2.3 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan diperoleh berdasarkan informasi dari peta penggunaan

lahan yang sudah ada dan pengamatan lapangan dengan mencatat penggunaan lahan

yang mendapat manfaat dari dam parit dan pola penanaman.

3.3 Perhitungan Debit pada Dam Parit

3.3.1 Perhitungan Kecepatan

Sesuai dengan keadaan pembangunan dam parit yang telah ada di beberapa

mikro DAS di kawasan DAS Ciliwung, maka untuk keperluan menjawab tujuan

penelitian ini akan dilakukan penetapan potensi air yang dapat ditampung oleh dam

parit, yaitu dengan mengukur ketinggian permukaan air. Pengukuran tinggi

permukaan air pada dam parit digunakan meteran dengan waktu yang ditentukan

setelah hujan berhenti. Pengukuran tinggi permukaan air dari dasar penampang sungai

yang paling dalam sampai tinggi permukaan air.

Ketinggian air diukur pada tiga titik dam parit, yaitu ketinggian air sebelum

dam parit, setelah dam parit dan ketinggian air pada spillway. Ketiga titik pengukuran

ini digunakan untuk mengetahui besarnya debit yang masuk ke dalam dam parit, debit

yang keluar dari dam parit dan debit air yang masuk ke saluran irigasi. Pengukuran

ketinggian air pada tiga titik tersebut juga dilakukan pada setiap dam parit.

Perhitungan debit pada ketiga titik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

18

Page 32: 2008lrr

efektivitas dam parit, yaitu adanya air yang masuk ke saluran irigasi sehingga

mengurangi debit puncak dan mencegah banjir.

Pengukuran ketinggian air digunakan untuk menghitung kecepatan. Secara

teoritis perhitungan kecepatan aliran permukaan dapat dihitung berdasarkan rumus

yang telah dikemukakan oleh Manning tahun 1985. Selain perhitungan kecepatan

dengan rumus manning, kecepatan air juga diukur dengan menggunakan alat berupa

pelampung dan stopwatch. Pengukuran kecepatan dilakukan pada dua kondisi yaitu

pada kondisi hujan dan tidak hujan. Perhitungan kecepatan dengan menggunakan

rumus manning berdasarkan pada ketinggian air dan luas permukaan pada saluran

yaitu sebagai berikut :

21

321 SR

nV =

Keterangan :

V = Kecepatan Air (m2/detik)

n = Kekasaran Permukaan

R = Jari – jari Hidrologi (m)

S = Kemiringan Saluran (m)

3.3.2 Pengukuran Debit

Hujan merupakan faktor masukkan yang tidak dapat dirubah. Penelitian ini

mengukur debit pada dam parit. Data curah hujan harian didapatkan dari stasiun

klimatologi terdekat dengan tempat penelitian. Tren dari aliran permukaan didapatkan

dengan mengukur aliran permukaan yang terjadi pada dam parit pada waktu debit

puncak terjadi kemudian menganalisa dari data hasil pengukuran dan data curah hujan

19

Page 33: 2008lrr

harian, sehingga dengan melihat tren yang ada dapat dianalisis efektivitas dam parit

dalam menurunkan debit sungai sebagai usaha mengendalikan banjir.

Q = V x A

Dimana :eQ = debit (m3/detik)

A = Luas Permukaan dam parit

V = Kecepatan air

3.3.3 Form Pengukuran Ketinggian Air

Tabel 1. Form Pengukuran Ketinggian Air

Lokasi : Tanggal : a. Mulai hujan : b. Selesai hujan :

NO Sungai sebelum Dam (cm)

Dam Parit (cm) Sungai sesudah Dam (cm)

Tepi Tengah Tepi Tengah Tepi Tengah

3.4 Metode Rasional

Metode rasional telah digunakan secara meluas sejak pertengahan abad ke 19

untuk merancang sistem drainase/pengairan. Hal ini disebabkan karena kesederhanaan

metode ini. Ide utama dari metode ini adalah laju aliran permukaan akan meningkat

sampai waktu konsentrasi tertentu (Tc). Tc didefinisikan sebagai waktu dimana

seluruh bagian DAS, berkontribusi terhadap peningkatan aliran permukaan di outlet.

Intensitas hujan (i) dan luas DAS (A) adalah komponen utama dalam sistem,

pengaruh aliran permukaan yang terjadi juga disebabkan oleh faktor koefisien aliran

permukaan (C), nilai C berkisar antara 0-1. Rumus umum metode rasional adalah

sebagai berikut (Chow, 1988) :

Q = C i A atau Q = 0.277 C i A

20

Page 34: 2008lrr

Keterangan :

Q : debit puncak (m3/dtk) C : koefisien run off, tergantung pada karakteristik DAS (tak berdimensi) I : intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama dengan waktu

konsentrasi (Tc) (mm/jam) A : luas DAS (km2)

Konstanta 0.277 adalah faktor konversi debit puncak ke satuan (m3/dtk)

(Seyhan, 1995). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan debit dengan

menggunakan metode rasional adalah :

1. Perhitungan laju puncak aliran permukaan di outlet adalah fungsi dari rata-rata

curah hujan selama waktu konsentrasi, jadi debit puncak bukan merupakan akibat

dari kejadian hujan yang lebih intensif pada waktu yang singkat, dimana mungkin

hanya sebagian wilayah DAS saja yang berkontribusi terhadap aliran permukaan

di outlet

2. Waktu konsentrasi, merupakan waktu dimana aliran permukaan terjadi dan aliran

tersebut merupakan kontribusi dari seluruh bagian di DAS

3. Intensitas hujan tetap selama kejadian hujan

3.5 Analisis multifungsi dam parit dalam skala sub DAS

Analisis multifungsi dam parit menggunakan beberapa pendekatan yaitu :

1. Menentukan efektivitas pembangunan dam parit dalam usaha pengendalian banjir.

Efektivitas adalah rasio dari debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang

masuk ke dam parit. Air pada dam parit dibuang ke saluran irigasi malalui spilway

dan dialirkan ke area target irigasi, sehingga debit yang keluar dari dam parit

berkurang. Adanya penurunan debit diharapkan dapat mengurangi potensi banjir.

2. Menghitung nilai manfaat ekonomi dari dam parit. Penilaian nilai manfaat

ekonomi dari dam parit ditunjukkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan

21

Page 35: 2008lrr

untuk membangun dam parit dibandingkan dengan manfaat yang dirasakan setelah

pembangunan dam parit. Manfaat ekonomi air dam parit dihitung dengan melihat

keuntungan produksi dari komoditas yang dominan dari lahan pertanian target

irigasi. Lahan yang digunakan untuk menghitung manfaat ekonomi air dam parit

adalah lahan yang terdapat pada target irigasi dam parit Citeko 4 atau CT4. Hal

tersebut didasarkan pada air yang masuk ke lahan pertanian target irigasi CT4

lebih banyak daripada CT5. Komoditas yang mendominasi pada lahan pertanian

CT4 adalah padi.

3. Keuntungan pembangunan dam parit dihitung menggunakan b/c ratio, yaitu

perbandingan antara keuntungan produksi selama 5 tahun (umur minimal dam

parit) dengan biaya pembuatan dam parit. Bila nilai b/c lebih dari 1 maka

pembangunan dam parit memberi manfaat dan layak dilaksanakan. Akan tetapi

jika nilai b/c kurang dari 1 maka pembangunan dam parit tidak bermanfaat dan

tidak layak dilaksanakan. Bila pembangunan dam parit bermanfaat maka dapat

diaplikasikan dalam satu DAS.

22

Page 36: 2008lrr

No. Jumlah Kebutuhan Air Rata-rata Untuk : Liter per hari*)

1. Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang 130 – 380

2. Tanaman padi tiap m2

3. Sayur mayur tiap m2

4. Tanaman keras tiap pohonnya

5. Seekor kuda atau keledai (450 kg) 30 – 45

6. Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui (450 kg) 35 – 70

7. Seekor sapi perah (450 kg) **) 70 – 150

8. Seekor babi (45 kg) 4 – 6

9. Seekor domba (45 kg) 4 – 6

10. 100 ekor ayam 20 - 35

Tabel 2. Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Aliran Dam Parit

23

Page 37: 2008lrr

*) Suhu udara sekitar 320C

**)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad,

2000

Alat dan Bahan

1. Peta tematik digital mencakup informasi penggunaan lahan, topografi, jenis tanah

dan jaringan hidrologi skala 1 : 25.000

2. Meteran unt

24

Page 38: 2008lrr

3. uk mengukur tinggi permukaan air aliran sungai

4. Seperangkat alat tulis

5. Data iklim harian

Lokasi :

Tanggal :

a. Mulai hujan : b. Selesai hujan :

Sungai sebelum Dam

(cm)

Dam Parit (cm) Sungai sesudah Dam

(cm)

NO

Tepi Tengah Tepi Tengah Tepi Tengah

1

25

Page 39: 2008lrr

2.3. Metodologi

2.3.1. Kriteria dan indikator desain bangunan dam parit

3.

Berdasarkan pendekatan tersebut di atas maka tahapan kegiatan utama

penelitian untuk validasi pengembangan dam parit dan aplikasi irigasi, yaitu :

Shwab et al. 1981 dalam Arsyad 2000 telah menyusun Nilai Cr yang ditentukan

berdasarkan tipe penggunaan lahan seperti disajikan pada Tabel 2 dan 3

Tabel 2. Koefisien aliran permukaan (Cr) untuk DAS pertanian

Faktor konversi dari Kelompok B ke

Tanaman penutup dan kondisi hidrologi Kelompok

A

Kelompok

C

Kelompok

D

1. Tanaman dalam baris buruk 0.89 1.09 1.12

2. Tanaman dalam baris baik 0.86 1.09 1.14

3. Padi-padian, buruk 0.86 1.11 1.16

4. Padi-padian, baik 0.84 1.11 1.16

5. Padang rumput gembala, lahan kering

dengan pergiliran tanaman, baik

0.81 1.13 1.18

6. Padang rumput potong, permanen, 0.64 1.21 1.31

26

Page 40: 2008lrr

baik

7. Hutan dewasa, baik 0.45 1.27 1.40

Keterangan :

Kelompok A : Pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat (Entisols)

Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir (Entisols)

Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan

organik rendah dan tanah-tanah berkadar liat tinggi (Inceptisols,

Alfisols, Ultisols, oxisols)

Kelompok D : tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat,

plastis dan tanah-tanah salin tertentu (Vertisols, Halaquepts)

Tabel 3. Koefisien aliran permukaan (C) untuk daerah urban

Macam daerah Koefisien Cr

1. Daerah perdagangan

-Pertokoan (down town)

-Pinggiran

0.70 – 0.90

0.50 – 0.70

2. Pemukiman

-Perumahan Satu Keluarga

-Perumahan Berkelompok, Terpisah-Pisah

-Perumahan Berkelompok, Bersambungan

-Suburban

-Daerah Apartemen

0.30 – 0.50

0.40 – 0.60

0.60 – 0.75

0.25 – 0.40

0.50 – 0.70

3. Industri

-Daerah ringan

0.50 – 0.80

27

Page 41: 2008lrr

-Daerah berat (padat) 0.60 – 0.90

4. Taman, pekuburan 0.10 – 0.25

5. Tempat bermain 0.20 – 0.35

6. Daerah stasiun Kereta Api 0.20 – 0.40

7. Daerah belum diperbaiki 0.10 – 0.30

8. Jalan 0.70 – 0.95

9. Bata

-Jalan, hamparan

-Atap

0.75 – 0.85

0.75 – 0.95

3. Menentukan kebutuhan air di lokasi target irigasi dam parit

Pada bagian ini terdapat 3 sektor kebutuhan yang perlu diperhatikan yaitu :

kebutuhan air untuk tanaman, manusia dan ternak.

Kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan software WARM

(Runtunuwu. et all 2004). Software ini menghitung kebutuhan air berdasarkan indeks

kecukupan air yaitu nisbah antara evapotranspirasi aktual tanaman dengan

potensial/maksimalnya (ETR/ETM). Kisaran nilai dari indeks kecukupan air adalah

dari 0-1, semakin tinggi nilainya maka semakin baik potensi produksi tanaman,

sebaliknya semakin rendah nilainya maka tanaman tersebut berpotensi mengalami

penurunan hasil atau bahkan gagal berproduksi akibat kekurangan air. Untuk nilai

ETR/ETM yang rendah, perlu dilakukan tindakan penambahan irigasi suplementer.

Setiap tanaman akan berbeda-beda batas toleransi kekeringannya. Kebutuhan air

untuk manusia dan ternak disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Usaha Tani

28

Page 42: 2008lrr

No. Jumlah kebutuhan air rata-rata untuk : Liter per hari*)

11. Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang 130 – 380

12. Seekor kuda atau keledai (450 kg) 30 – 45

13. Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui

(450 kg)

35 – 70

14. Seekor sapi perah (450 kg) **) 70 – 150

15. Seekor babi (45 kg) 4 – 6

16. Seekor domba (45 kg) 4 – 6

17. 100 ekor ayam 20 - 35

*) Suhu udara sekitar 320C

**)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad,

2000

4. Aplikasi Teknik Pemberian Irigasi

Aplikasi teknik pemberian air irigasi akan dilakukan berdasarkan kondisi

lapang, dengan alternatif pemberian yang memungkinkan dilaksanakan oleh petani

setempat adalah dengan metode gravitasi atau penyiraman secara tradisional dengan

pengangkutan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman berasal dari sumber air

(dam parit). Aplikasi teknik pemberian air irigasi dilakukan apabila nilai ETR/RTM

kurang dari 0,65 yang terjadi pada musim kemarau. Pengamatan akan dilakukan pada

pertanaman di lahan petani dengan pengaturan jadwal tanam yang sesuai. Hasil

pengamatan produksi diharapkan dapat memberi gambaran perbedaan produksi akibat

pemberian irigasi tambahan.

5. Mempelajari Dampak Pengembangan Dam Parit terhadap Karakteristik DAS

29

Page 43: 2008lrr

Dampak pembangunan dam parit selain dapat dilihat dari segi peningkatan

produktivitas lahan juga dapat dilihat pada perubahan fungsi hidrologis DAS. Untuk

melihat perubahan karakteristik DAS dilakukan pemodelan fungsi transfer dengan

menggunakan model H2U yang telah dimodifikasi (Kartiwa, 2004). Selanjutnya,

dengan menetapkan kecepatan aliran lereng yang menuju ke jalur aliran sungai, pdf

waktu tempuh butir hujan pada lereng dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai

berikut:

o

v

ltV

o

vv e

lV

t.

.)(−

dengan :

ρv(t) : pdf lereng sebagai fungsi waktu t.

vV : kecepatan aliran rata-rata pada lereng

lo : panjang rata-rata jalur hidraulik pada lereng

t : interval waktu

Sedangkan untuk menghitung pdf waktu tempuh butir hujan pada jaringan

sungai, digunakan persamaan sebagai berikut:

LtVnn

n

RHRH

RH

etnL

Vnt .2..

12

2

..

2

1..2

.)(−−

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛Γ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=ρ

dengan :

ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t.

n : order maksimum DAS

VRH : kecepatan aliran rata-rata pada jaringai sungai

L : panjang rata-rata jalur hidraulik pada jaringan sungai

30

Page 44: 2008lrr

: fungsi gamma Γ

t : interval waktu

Untuk mendapatkan pdf DAS, dihitung berdasarkan hasil konvolusi antara pdf lereng

dengan pdf jaringan sungai :

)()()( ttt RHvDAS ρρρ ⊗=

ρDAS(t): pdf DAS sebagai fungsi waktu t.

ρv(t) : pdf lereng sungai sebagai fungsi waktu t.

ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t.

Untuk menghitung debit aliran permukaan, digunakan rumus sebagai berikut :

[ ])()()( ttPNStQ ρ⊗=

Q(t) : debit aliran permukaan pada waktu t

S : luas DAS

PN(t) : intensitas hujan neto pada waktu t

ρ(t) : pdf waktu tempuh butir hujan pada waktu t

dihitung dari pdf panjang alur hidraulik berdasarkan penetapan kecepatan

aliran

: simbol konvolusi

Setelah diketahui volume debit maka dengan mengintegrasikan parameter

kapasitas simpan dam parit dalam model, maka dapat ditentukan perubahan

karakteristik aliran permukaan sesaat. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam

parit untuk mengetahui aliran sesaat disajikan pada Gambar 1.

31

Karakteristik Geometrik DAS

Karakteristik Morfometrik DAS

Model prediksi aliran permukaan H2U

Kecepatan aliran (VL dan Vl) di Mikro DAS

Q aliran permukaan sesaat (waktu respon dan volume)

Parameter dimensi dam parit (kapasitas tampung

Curah hujan sesaat

Page 45: 2008lrr

Gambar 1. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam parit untuk mitigasi banjir

Panen hujan dan aliran permukaan dengan teknologi dam parit untuk

menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS selang waktu

antara curah hujan maksimum dan debit puncak. Hubungan antara curah hujan, debit

aliran dan waktu respon disajikan pada Gambar 2.

Sesudah panen

Sebelum panen t1

t2

Q2

Q1

Hujan

0 10 20 30 40

80

60

40

20

0

0

250

500

750

1000

1250

Deb

it (m

3 /dt

)

Huj

an (m

m)

Waktu (jam)

32

Page 46: 2008lrr

Gambar 2. Hubungan antara curah hujan, debit aliran dan waktu respon

Q1 adalah volume dan waktu terjadinya debit puncak sebelum dibangun dam parit.

Q2 adalah volume dan waktu terjadidnya debit puncak setelah dibangun dam parit.

6. Pengamatan karakteristik debit di lapangan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tinggi permukaan air harian

menggunakan fiskal yang dipasang pada inlet dan intake masing masing dam parit.

Pengamatan harian dilakukan pada jam yang sama sehingga dapat diketahui

perubahan debit harian selama setahun. Untuk memvalidasi perilaku debit akan

dilakukan pengamatan kurva debit yaitu pengamatan debit dari sebelum hujan sampai

selesainya hujan dan debit kembali normal pada salah satu DAS mikro.

33

Page 47: 2008lrr

Penelitian ini dilaksanakan di hulu sungai Ciliwung, selain karena rawan

banjir sungai ciliwung merupakan sungai strategis yang menjadi tumpuan kehidupan

masyarakat Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia. Terakhir kali pada tahun 2007

telah terjadi banjir besar – besaran yang sempat melumpuhkan ibukota Indonesia

Distribusi curah hujan yang tidak merata secara spasial dan temporal

menyebabkan kelebihan air di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau.

Pengelolaan sumber daya air baik yang berasal dari curah hujan, mata air maupun air

tanah dalam belum dilakukan secara optimal. Keadaan tersebut menyebabkan

terjadinya kekurangan pasokan/kekeringan air di musim kemarau dan kelebihan air di

musim hujan (banjir) yang berdampak terganggunya proses produksi pertanian.

Pengembangan teknologi dam parit berfungsi menampung curah hujan dan aliran

permukaan dan mendidtribusikan ke lahan pertanian, sehingga dapat meningkakan

ketersediaan air bagi pertanian di musim kemarau dan mengurangi volume dan

kecepatan laju aliran permukaan di musim hujan. Untuk keperluan tersebut penelitian

potensi air hujan yang dapat dipanen, debit aliran permukaan, posisi dan dimensi dam

parit serta perhitungan kebutuhan air penting dilakukan. Selain itu pembangunan dam

parit, bak penampungan air dan jaringan irigasi diperlukan dalam suatu sistem

pengelolaan sumberdaya air untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Adanya sedimentasi yang berasal dari hasil erosi dan kemudian terakumulasi

kedalam waduk dam parit. Erosi dan sedimentasi tidak hanya menurunkan debit

sungai tetapi juga mengurangi volume air waduk. Sedimentasi pada dam parit tidak

hanya mengurangi volume waduk pada dam tetapi juga mengurangi volume air yang

akan dialirkan ke lahan – lahan pertanian.

Sementara itu, apabila dalam praktek pengelolaan DAS dan penerapan tata

guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana dengan baik,

salah satunya dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi dan sedimentasi. Erosi

adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media

alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari

suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan sedimentasi (pengendapan)

34

Page 48: 2008lrr

adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh suatu limpasan/aliran air yang

diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti

pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989).

Erosi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS

bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar

muara sungai) yang berupa hasil sedimen.

Salah satu indikator pesatnya pembangunan di kawasan tersebut adalah pertumbuhan penduduk. Menurut sensus penduduk tahun 1980 dan 2000 jumlah penduduk kawasan Bopunjur dalam kurun waktu dua puluh tahun, penduduknya mencapai dua kali lipat, yakni dari 5,7 juta menjadi 11,7 juta. Faktor demografi yang paling berpengaruh terhadap pesatnya pertumbuhan tersebut adalah dari faktor imigrasi, dimana dalam tahun 2000 tercatat jumlah imigran yang masuk ke daerah tersebut sebesar 1,1 juta orang (Alihar, 2002). Perkembangan penduduk yang pesat akan seiring dengan peningkatan kebutuhan akan lahan. Menurut Hardjanto (2002) dalam kurun waktu 10 tahun (tahun 1990 – 2000), di kawasan Bopunjur telah terjadi peningkatan penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 300% dari 5.999,8 ha menjadi 18.644,8 ha, sebaliknya telah terjadi penurunan luas sawah sebanyak lebih dari 50% yaitu dari 28.348,7 ha menjadi 10.825,8 ha. Rencana Tata Ruang Bopunjur (Keppres No. 114/ 1999) mengarahkan sebagian besar kawasan tersebut sebagai daerah resapan (84%), sedangkan kawasan perkotaan hanya 16 % (Hardjanto,2002)

35

Page 49: 2008lrr

Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun. Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjiradalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda – beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji, baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut.

Input Output

Rancangan acak kelompok baik ddari satu sumber keragaman. Selauntuk mengatasi kesulitan dalamjumlah besar. Komponen keragam

PROSES

- Metode - Mesin - Material

igunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal in itu rancangan acak kelompok baik digunakan

mempersiapkan unit percobaan homogen dalam an unityang perlu diperhatikan dalam menentukan

36

Page 50: 2008lrr

pembentukkan kelompok adalah komponen keragaman diluar perlakuan yang ikut mempengaruhi respon dari unit percobaan. Namun demikian kelompok yang dibenthendaknya menghindari terjadinya interaksi dengan perlakuan yang diberikan terhadap unit – unit percobaan.

uk

37

Page 51: 2008lrr

KONDISI BIOFISIK WILAYAH KONDISI BIOFISIK WILAYAH

4.1 Iklim 4.1 Iklim

Keadaan iklim pada lokasi penelitian didapatkan dari Stasiun Citeko dengan

mengambil tahun 1997 sampai dengan tahun 2005. Berdasarkan data Curah hujan 9

tahun terakhir jumlah curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.380 sampai

3.686 mm dengan curah hujan rata-rata tahunan 2.948 mm, sedangkan total ETP

(evapotranspirasi potensial) tahunan berkisar antara 1.068 sampai 2.106 mm dengan

rata-rata total ETP tahunan sebesar 1.463 mm. Fluktuasi curah hujan dan ETP tahunan

dari tahun 1997 hingga 2005 disajikan pada Gambar 5.

Keadaan iklim pada lokasi penelitian didapatkan dari Stasiun Citeko dengan

mengambil tahun 1997 sampai dengan tahun 2005. Berdasarkan data Curah hujan 9

tahun terakhir jumlah curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.380 sampai

3.686 mm dengan curah hujan rata-rata tahunan 2.948 mm, sedangkan total ETP

(evapotranspirasi potensial) tahunan berkisar antara 1.068 sampai 2.106 mm dengan

rata-rata total ETP tahunan sebesar 1.463 mm. Fluktuasi curah hujan dan ETP tahunan

dari tahun 1997 hingga 2005 disajikan pada Gambar 5.

0

500

Gambar 5. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Tahunan Gambar 5. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Tahunan Megamendung Bogor. Megamendung Bogor.

Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tahunan periode (1997-

2005) lebih besar dari evapotranspirasinya. Hal ini memperlihatkan bahwa di daerah

tersebut mempunyai iklim basah. Berdasarkan Bappenas, 2007 bahwa pada tahun

1997 dan 2002 terjadi banjir di wilayah hilir DAS Ciliwung. Akan tetapi curah hujan

pada tahun 1997 dan 2002 lebih rendah dibandingkan tahun – tahun lainnya. Hal ini

berarti curah hujan tahunan tinggi tidak selalu menimbulkan banjir. Banjir lebih

disebabkan pada distribusi curah hujan temporl, yaitu berdasarkan curah hujan

Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tahunan periode (1997-

2005) lebih besar dari evapotranspirasinya. Hal ini memperlihatkan bahwa di daerah

tersebut mempunyai iklim basah. Berdasarkan Bappenas, 2007 bahwa pada tahun

1997 dan 2002 terjadi banjir di wilayah hilir DAS Ciliwung. Akan tetapi curah hujan

pada tahun 1997 dan 2002 lebih rendah dibandingkan tahun – tahun lainnya. Hal ini

berarti curah hujan tahunan tinggi tidak selalu menimbulkan banjir. Banjir lebih

disebabkan pada distribusi curah hujan temporl, yaitu berdasarkan curah hujan

23

1000

500

000

500

000

500

000

500

000

J-97 J-98 J-99 J-00 J-01 J-02 J-03 J-04 J-05

Tahun

Cur

ah h

ujan

(mm

)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Eva

potra

nspi

rasi

(mm

5

4

4

3

3

2

2

1)

TOTALCURAH HUJAN TOTAL ETP

23

Page 52: 2008lrr

bulanan atau curah hujan harian. Jumlah rata-rata bulanan curah hujan dan

evapotranspirasi di tampilkan pada Gambar 6.

bulanan atau curah hujan harian. Jumlah rata-rata bulanan curah hujan dan

evapotranspirasi di tampilkan pada Gambar 6.

Curah hujan dan evapotranspirasi rata-rata bulanan di citeko

0

100

200

300

400

500

600

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

Bulan

Cur

ah h

ujan

(mm

)

0

100

200

300

400

500

600

Eva

potr

ansp

iras

i (m

m)

RATA CH RATA ETP

Gambar 6. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Rata-rata Bulanan Gambar 6. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Rata-rata Bulanan Sub DAS Citeko, Cisarua dan Megamendung, Bogor Sub DAS Citeko, Cisarua dan Megamendung, Bogor

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa bulan kering ditandai dengan jumlah

curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensialnya, terjadi selama 4 bulan yaitu

Juni sampai bulan September yang berpotensi mengalami kekeringan. Bulan dengan

jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan Febuari yang berpotensi

terjadinya banjir di wilayah DAS Ciliwung.

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa bulan kering ditandai dengan jumlah

curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensialnya, terjadi selama 4 bulan yaitu

Juni sampai bulan September yang berpotensi mengalami kekeringan. Bulan dengan

jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan Febuari yang berpotensi

terjadinya banjir di wilayah DAS Ciliwung.

4.2 Topografi 4.2 Topografi

DAS Citeko yang masuk dalam DAS Cibogo bertopografi bergelombang

sampai berbukit pada ketinggian antara 720 s/d 1.300 m dpl sehingga daerah

penelitian ini termasuk dalam wilayah dataran tinggi. DAS Cibogo yang mempunyai

pola drainase dendritk, merupakan sungai orde 3 dan sungai orde 2 dengan DAS

sebanyak 4 buah yaitu Cibogo, Cipanggulaan, Cisuren dan Cihanjawar. Sungai

mempunyai bentuk V dengan dasar sungai sempit dan tebing sangat terjal jarak antar

sungai orde 2 berkisar antara 400-500 m. Berdasarkan ketersediaan airnya sungai

DAS Citeko yang masuk dalam DAS Cibogo bertopografi bergelombang

sampai berbukit pada ketinggian antara 720 s/d 1.300 m dpl sehingga daerah

penelitian ini termasuk dalam wilayah dataran tinggi. DAS Cibogo yang mempunyai

pola drainase dendritk, merupakan sungai orde 3 dan sungai orde 2 dengan DAS

sebanyak 4 buah yaitu Cibogo, Cipanggulaan, Cisuren dan Cihanjawar. Sungai

mempunyai bentuk V dengan dasar sungai sempit dan tebing sangat terjal jarak antar

sungai orde 2 berkisar antara 400-500 m. Berdasarkan ketersediaan airnya sungai

24 24

Page 53: 2008lrr

orde 1 pada umumnya mengering (intermiten) dan mata air muncul pada ujung sungai

orde 2 sehingga mulai sungai orde 2 termasuk sungai yang mempunyai aliran

sepanjang tahun.

Secara umum topografi ini berbentuk lungur memanjang dengan punggung

berlereng melandai dan lereng tengah terjal sampai sangat terjal ke arah sungai

dengan panjang lereng berkisar antara 50-100 m. Lereng bawah sebagian datar di

dekat jalur aliran dan sebagian lagi bersatu dengan lereng tengah dengan tingkat

kemiringan terjal.

4.3 Tanah

Secara umum tanah pada DAS Cibogo dapat dibedakan kedalam 3 kelompok

yaitu :

1. Tanah pada lereng bawah dan jalur aliran dengan penggunaan lahan sawah

2. Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah.

3. Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan kebun teh dan lahan

kering.

Sebagian besar Tanah di DAS Citeko merupakan tanah pada lereng bawah dan

jalur aliran dengan penggunaan lahan sawah berkembang dari bahan aluvio koluval,

drainase agak terhambat, permeabilitas sedang, solum sedang, warna coklat

kekelabuan, tekstur sedang dan dilapisan bawah berkerikil, reaksi tanah agak masam,

pada beberapa tempat terdapat batu berupa boulder dengan diameter antara 20-200

cm. Tanah ini diklasifikasikan sebagai Fluvaquentic Endaquepts, Aeric Endoaquepts

dan Fluvaquentic Dystrudepts. Tanah baik pada lapisan atas selalu diolah dan di

lumpurkan untuk dijadikan sawah mempunyai berat isi 0.94 g/ cm3 pada lapisan atas

dan 0,83 g/cm3 pada lapisan bawah. Tanah tidak mempunyai masalah terhadap proses

25

Page 54: 2008lrr

pemadatan, air yang masuk kedalam tanah lapisan atas akan bergerak kebawah

dengan kecepatan sedang, permeabilitas tanah lapisan atas sebesar 5,72 cm/jam, pada

lapisan tanah bawah gerakan air cepat ditunjukan oleh permeabilitas tanahnya 18,44

cm/jam. Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman (0 – 30 cm) dapat menyerap

air sampai keadaan jenuh sebanyak 266,2 mm, sebanyak 111,0 mm akan

didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 23,4 mm didrainasekan secara lambat. Air

ditahan oleh tanah dalam kondisi kapasitas lapang sebesar 131,8 mm pada kondisi

kapasitas lapang ini jumlah air yang dipegang dengan kuat oleh matrik tanah sehingga

tidak tersedia bagi tanaman sebesar 88,8 mm dan yang tersedia bagi tanaman hanya

sebesar 43,0 mm.

Tabel 2 . Daya Memegang Air dan Permeabilitas Berbagai Jenis Tanah Jenis tanah Daya tanah memegang air (mm) Permeabilitas (mm)

Jenuh Drainase

cepat

Drainase

lambat

Kapasitas

lapang

Titik layu

permanen

Air

tersedia

Lapisan

atas

Lapisan

bawah

Sawah pada jalur aliran, Fluvaquentic Dtstrudepts.

266.2 111 23.4 131.8 88.8 43 5.72 18.44

Kebun campuran, Andic Dystrudepts

340.7 138.7 20.6 181.4 128.3 53.1 8.61 34.78

Sawah, Aeric Epiaquands

181.95 58.35 10.65 112.95 24.9 88.05 0.26 0.75

Kebun teh, Typic Hapludans

372.3 157.7 19.1 195.5 87.4 108.1 18.81 12.1

26

Page 55: 2008lrr

Kurfa pF dari beberapa profil tanah di Sub DAS Cibogo

Kandungan air (%)Fluvaquentic Dystrudepts

80,0 Andic Dystrudepts

70,0 Aeric Epiaquands

60,0

50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

0,0 0,00 0,50 1,00 4,00 1,50 2,00 2,50 3,00 4,503,50

pF

TypicHapludans

Gambar 7. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di Sub DAS Cibogo, Bogor Gambar 7. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di Sub DAS Cibogo, Bogor

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 7 diketahui bahwa tanah Typic Hapludans

dan Andic Dystrudepts mempunyai permeabilitas yang lebih cepat, dan mempunyai

kapasitas menyimpan air sampai dalam keadaan jenuh lebih besar pula, dibandingkan

dengan tanah Flufaquentic Dystrudepts dan Aeric Epiaquands, sehingga bila terjadi

hujan air yang tanah tidak mudah jenuh dan selain itu laju air masuk kedalam tanah

juga lebih cepat. Oleh karena itu pada Typic Hapludans dan Andic Dystrudepts air

hujan yang ditranfer ke menjadi aliran permukaan akan lebih kecil.

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 7 diketahui bahwa tanah Typic Hapludans

dan Andic Dystrudepts mempunyai permeabilitas yang lebih cepat, dan mempunyai

kapasitas menyimpan air sampai dalam keadaan jenuh lebih besar pula, dibandingkan

dengan tanah Flufaquentic Dystrudepts dan Aeric Epiaquands, sehingga bila terjadi

hujan air yang tanah tidak mudah jenuh dan selain itu laju air masuk kedalam tanah

juga lebih cepat. Oleh karena itu pada Typic Hapludans dan Andic Dystrudepts air

hujan yang ditranfer ke menjadi aliran permukaan akan lebih kecil.

Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah berkembang

dari bahan abu dan tufa volkan, drainase agak terhambat akibat disawahkan, solum

dalam, permeabilitas lapisan atas dan bawah sangat lambat, warna coklat kekelabuan,

tekstur lempung berdebu, reaksi tanah agak masam. Tanah ini mempunyai lapisan

dengan karatan berwarna hitam setebal 10–30 cm di kedalaman 30–50cm dari

permukaan tanah, termasuk dalam subgrup Aeric Epiaquands. Tanah pada lapisan atas

Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah berkembang

dari bahan abu dan tufa volkan, drainase agak terhambat akibat disawahkan, solum

dalam, permeabilitas lapisan atas dan bawah sangat lambat, warna coklat kekelabuan,

tekstur lempung berdebu, reaksi tanah agak masam. Tanah ini mempunyai lapisan

dengan karatan berwarna hitam setebal 10–30 cm di kedalaman 30–50cm dari

permukaan tanah, termasuk dalam subgrup Aeric Epiaquands. Tanah pada lapisan atas

27 27

Page 56: 2008lrr

selalu diolah dan di lumpurkan untuk dijadikan sawah mempunyai berat isi 0.99 g/

cm3 pada lapisan atas dan 0.1,19 g/cm3 pada lapisan bawah. Tanah ini telah

disawahkan selama lebih dari 25 tahun sehingga terdapat lapisan bajak yang kedap

akibat proses pengolahan tanah yang terus menerus. Air yang masuk kedalam tanah

lapisan atas akan bergerak kebawah dengan kecepatan sangat lambat, pada lapisan

bawah pada kedalaman dibawah 30 cm pergerakan air lebih cepat, permeabilitas

sedang (0,75 cm/jam). Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman (0 – 15/20

cm) dapat menyerap air sampai keadaan jenuh sebanyak 121.3 mm dan dari jumlah

tersebut sebanyak 38.9 mm akan didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 7,1 mm

didrainasekan secara lambat. Air ditahan oleh tanah dalam kondisi kapasitas lapang

sebesar 75,3 mm. Pada kondisi kapasitas lapang ini jumlah air yang dipegang dengan

kuat oleh matrik tanah hanya sebesar 16,6 mm dan yang tersedia bagi tanaman

sebesar 58,7 mm.

Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan kebun teh dan lahan

kering berkembang dari dari bahan abu dan tufa volkan, drainase baik, permeabilitas

agak cepat sampai cepat, solum dalam, warna coklat, tekstur sedang sampai agak

kasar, reaksi tanah agak masam, termasuk dalam subgrup Typic Hapludans. Keadaan

fisik lapisan tanah Typic Hapludans lapisan atas maupun bawah bertekstur lempung

berdebu. Andosol Coklat dengan peenggunaan lahan perkebunan teh ini mempunyai

berat isi 0.76 g/cm3 pada lapisan atas dan 0.62 g/cm3 pada lapisan bawah. Air yang

masuk kedalam tanah lapisan atas akan bergerak kebawah dengan kecepatan cepat,

permeabilitas tanah lapisan atas adalah sebesar 16,8 cm/jam, pada lapisan tanah

bawah gerakan air menurun menjadi sedang, dengan permeabilitas hanya 12,1

cm/jam. Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman (0 – 50 cm) dapat menyerap

air sampai keadaan jenuh sebanyak 372 mm dan jumlah ini merupakan jumlah

28

Page 57: 2008lrr

terbanyak dari jenis tanah yang ada di daerah penelitian. Dari jumlah tersebut

sebanyak 157,7 mm (42,4 %) dapat didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 19.1

mm (5,1 %) didrainasekan secara lambat dan 195,5 mm (52,5 %) ditahan oleh tanah

dalam kondisi kadar air tanah kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang ini 87,1

mm (44,7) dipegang dengan kuat oleh matrik tanah sehingga tidak tersedia bagi

tanaman, dan yang tersedia bagi tanaman sebesar 108,1 mm (55,3%). Dengan

banyaknya jumlah air yang dipegang oleh tanah dan tidak tersedia bagi tanaman maka

tanah ini di lapangan akan terasa berair dan licin bila dipirit . Hal ini erat kaitannya

dengan karakteristik jenis mineral penyusun tanahnya yaitu alofan yang berbentuk

hablur (tidak mengkristal dengan baik).

4.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan DAS Citeko dapat dibedakan sebagai berikut: kebun teh,

kebun sayuran, kebun rumput, sawah dan hutan pinus. Kebun teh terdapat di

punggung/lereng atas yang saat ini sebagian besar telah dimanfaatkan sebagai kebun

oleh masyarakat dan keberadaannya tinggal seluas kurang lebih 19,45 ha atau 12,89

%. Kebun sayur terdapat pada lereng atas, tengah dan bawah. Jenis tanaman berupa

sayuran (kubis, kubis bunga, wortel, sawi, tomat, cabe, caisin dan lainnya). Lahan ini

merupakan lahan berteras, sebagai penguat teras masyarakat menggunakan tanaman

pisang. Kebun sayuran dan sawah yang terdapat di daerah tangkapan air DAS

Citeko seluas kurang lebih 49,46 ha atau 32,78 %. Sedangkan yang terdapat di daerah

target irigasi seluas kurang lebih 23,50 ha atau 15,58 %. Rumput terdapat dibagian

hulu sungai menempati lereng tengah dan bawah, jenis rumput yang ditanam adalah

jenis rumput raja (king grass) seluas kurang lebih 13,53 ha atau 8,97 ha. Semak

terdapat pada lereng bawah dan tengah daerah tangkapan air DAS Citeko seluas

kurang lebih 12,80 ha atau 8,46 %. Hutan berupa hutan pinus dan hutan campuran

29

Page 58: 2008lrr

hanya terdapat pada lereng bawah dan tengah di daerah tangkapan air seluas 29,91 ha

atau 19,83 ha. Jenis penggunaan lahan di daerah penelitian disajikan pada Gambar 8

Penggunaan lahan sub DAS Cibogo Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten

Bogor kondisi September 2005. (Balitklimat, 2005)

Gambar 8. Penggunaan Lahan DAS Cibogo Desa Citeko Kabupaten Bogor

4.5 Bangunan Dam Parit

Teknologi dam parit merupakan suatu teknologi untuk memanen hujan dan

aliran permukaan yang berasal dari daerah tangkapan air (DTA) yang berlimpah di

musim hujan, kelebihan air tersebut ditampung dan sebagian dialirkan ke areal

pertanian (target irigasi) dapat menambah kapasitas tampung sungai yang berdampak

30

Page 59: 2008lrr

terhadap berkurangnya volume dan kecepatan aliran permukaan dan memberikan

kesempatan air untuk meresap kedalam tubuh tanah (recharging) melalui infiltrasi

pada areal yang lebih luas dan waktu lebih lama sehingga menambah besaran

cadangan air tanah (Balitklimat 2005). Manfaatnya akan makin besar apabila

dibangun secara bertingkat (cascade) dan dilengkapi dengan saluran distribusi air baik

secara gravitasi maupun dengan bantuan pompa air (Irianto, 2003)

Tahun 2004 Balai penelitian agroklimatologi dan hidrologi membangun dam

parit di Sub DAS Cakardipa dibangun 1 unit kapasitas 1200 m3 di Desa Sukagalih,

Kec Megamendung Bogor. Keduanya bekerjasama dengan Kimpraswil Pengelolaan

air Das Ciliwung-Cisadane. Kemudian dibangun lagi 2 unit dam parit dengan

kapasitas masing-masing 1200 m3 dan 300 m3 di Sub DAS Cibogo, Desa Citeko,

Kecamatan Cisarua yang dibiayai langsung oleh Kimpraswil Pengelolaan air Das

Ciliwung-Cisadane sendiri dengan bimbingan teknis Balitklimat. Dam ini letaknya

sangat strategis (dilewati jalan yang mampu dikendarai dengan kendaraan roda 4)

menjadi peraga desiminasi untuk diperkenalkan kepada para pembuat kebijakan.

Tahapan Adopsi :

Pada tahun 2005 dibangun dam parit :

1. DAS Cibogo akan dibangun lagi 2 unit dengan kapasitas masing 1300 m3

yang sampai hari ini dalam tahap desain.

2. Di Sub DAS Cihanjawar Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Bogor

akan dibangun 5 unit dam parit yang sampai hari ini dalam tahap desain.

DAS Citeko pada Sub DAS Cibogo secara hidrologis termasuk orde 3 dan

bergabung dengan sungai Sukabirus (orde 4) yang kemudian bermuara pada sungai

Ciliwung (orde 5). Posisi DAS Cibogo dalam kawasan DAS Ciliwung Hulu seperti

pada Gambar 9.

31

Page 60: 2008lrr

Gambar 9. Lokasi sub DAS Cibogo

Secara Administratif dam parit tersebut terdapat di desa Citeko, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bogor. Secara Geografis Daerah tangkapan air dan target irigasi

dam parit pada Sub DAS Cibogo terletak pada 6o 41 ‘ 21,5 “ s/d 6o 43‘ 35,6“ LS dan

106o 55‘ 43“ s/d 106o 56‘ 44“BT, pada ketinggian antara 900 s/d 1.045 m dpl. Sub

DAS ini mempunyai panjang 4.600 m dihitung dari dam parit 1 ke hulu, mempunyai

daerah tangkapan air seluas 124,15 ha dan daerah target irigasi seluas 25,72 ha.

Daerah target irigasinya meliputi wilayah RT 1 dan 2 RW 8 dan RT 3 RW 9, Desa

Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. (Balitklimat, 2005)

4.6 Data Hidrologi Dam Parit

Hulu DAS Ciliwung dibangun dam parit secara bertingkat dengan mengikuti

jalur aliran sungai yang penentuan lokasinya masih dilakukan secara manual dengan

memperhatikan, luas daerah tangkapan (DTA), target irigasi (TI), penggunaan lahan,

32

Page 61: 2008lrr

bentuk penampang jalur sungai. Luasan DTA tersebut diketahui pada musim kemarau

panjang ternyata debit aliran ternyata masih sangat kecil, namun di musim hujan

aliran permuakaan pada dam parit teratas masih cukup besar. Oleh karena itu dam

parit bertingkat yang paling atas hanya berfungsi sebagai penampung air sebagai

cadangan bagi dam parit dibawahnya.

Tabel 3. Data Hidrologi Dam Parit Citeko No Nama

Mikro DAS Simbol

Dam parit Kapasitas

tampung (m3) Debit aliran Dasar (lt/dt)

Luas DTA (Ha)

1 Citeko Ct1 1000 1.3 90,37 2 Ct2 1000 2,3 108,24 3 Ct3 300 3,0 143,89 4 Ct4 250 3,0 151,16 5 Ct5 200 2,8 211,22 6 Ct6 200 7,5 23328 7 Ct7 250 6,9 101,50

4.7 Debit Aliran Maksimum

Debit maksimum suatu aliran permukaan digunakan untuk mengetahui

kapasitas minimum pembuatan dam atau bangunan pembendung. Salah satu metode

yang digunakan untuk mengetahui debit puncak adalah metode rasional dimana:

361

×= CiAQ (Satuan Internasional)

Dimana :

Q = Debit puncak aliran permukaan (m3/detik)

C = Koefisien aliran permukaan

i = Intensitas hujan (cm/jam)

A = Luas DAS (Ha)

DAS Citeko memiliki luas 150 Ha dengan penggunaan lahan kebun 19,45 Ha,

kebun sayuran 49,46 Ha, Sawah 23,50 Ha, Rumput 13,53 Ha, semak 12,80 Ha dan

hutan pinus 29,91 Ha. Berdasarkan Stasiun Klimatologi Citeko Intensitas hujan

33

Page 62: 2008lrr

maksimal DAS Citeko untuk return periode 10 tahun adalah 6,8 cm/jam. Koefisien

aliran permukaan berdasarkan (Schwab, et al dalam Arsyad 2006) menentuan

koefisien C untuk DAS Citeko yang memiliki tanah Andisol dan kelompok laju

infiltrasi 100 mm/jam. Sehingga nilai C adalah

084,065,0150

45,19=×=kebunC

184,056.0150

46,49=×=sayuranC

033,021,0150

50,23=×=sawahC

032,036,0150

53,13=×=rumputC

014,017,0150

80,12=×=semakC

( )( ) 015,079,010,0150

91,29=×=pinusC

C = 0,362 Sehingga

ikmhajamcmQ det/256,10361150/8,6362,0 3=×××=

Debit Aliran puncak maksimal di DAS Citeko adalah 10,256 m3/detik

34

Page 63: 2008lrr

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990—1996,

perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit

puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det dan meningkatkan persentase hujan

menjadi aliran permukaan (direct run-off) dari 53% menjadi 63%. Kenyataan tersebut

menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang paling

besar terhadap perubahan kondisi hidrologi DAS Ciliwung (Fakhrudin, 2003).

Wilayah Sub DAS Cibogo sebagai salah satu anak/cabang sungai Ciliwung

mengalami perubahan penggunaan lahan yang sangat drastis akibat pembabatan hutan

dan kebun teh menjadi daerah pertanian tanaman semusim seperti sayuran dan

tanaman pangan lainnya. Praktek pertanian di daerah ini kurang mengindahkan kaidah

konservasi lahan, seperti pembuatan bedengan tempat pertanaman yang memotong

kontur, sehingga menyebabkan mudah terjadi erosi terutama pada saat pengolahan

tanah, panen atau saat kanopi tanaman masih kurang.

DAS Citeko yang masuk dalam sub Das Cibogo mempunyai daerah tangkapan

air (DTA) seluas 124,5 ha dengan target irigasi 26,4 ha dan terletak pada ketinggian

925 mdpl. Terdapat 7 bangunan dam parit pada DAS Citeko yang memiliki fungsi

berbeda dibandingkan dam parit pada DAS yang lain, yaitu fungsi sebagai pengendali

banjir dengan membuang atau mengurangi debit pada sungai utama kemudian

dialirkan ke target irigasi. Dam parit yang diteliti pada penelitian ini adalah dam parit

keempat (CT-4) dan kelima (CT-5), hal ini dikarenakan kedua dam parit ini dialirkan

melewati lahan pertanian dan dimanfaatkan untuk target irigasi dam parit. Dam parit

Citeko keempat atau CT-4 memiliki kapasitas tampung 300 m³ dengan ukuran saluran

panjang 590 cm dan lebar 90 cm dan target irigasi 42 Ha. Dam parit ini dilengkapi

34

Page 64: 2008lrr

dengan pintu air pada saluran agar pada saat kemarau air bisa dialirkan ke saluran

irigasi. Sedangkan saluran irigasi yang mengalirkan air dari dam parit ke daerah target

irigasi memiliki panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Dam parit kelima atau CT-5

memiliki kapasitas tampung 250 m³ dengan ukuran panjang saluran 400 cm dan lebar

85 cm dengan target irigasi 1000 Ha. Dam parit ini juga dilengkapi dengan pintu air

pada saluran. Sedangkan saluran irigasi yang mengalirkan air dari dam parit ke daerah

target irigasi berbentuk lingkaran dan memiliki lebar 25 cm dan lebar 25 cm. Debit

aliran dasar CT-4 adalah 3,0 liter/detik dan CT-5 adalah 2,8 liter/detik. Sketsa

bangunan dam parit disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

5.1 Efektivitas Bangunan Dam Parit

Manfaat dam parit akan lebih besar apabila dalam pembangunannya dilakukan

secara bertingkat (cascade) pada setiap jalur sungai/anak sungai dan dilengkapi

dengan saluran irigasi ke lahan pertanian maupun perumahan penduduk. Dam parit

dibangun pada anak-anak sungai yang posisinya bisa terdapat di daerah yang berbukit

dan bergunung, sehingga sangat efektif untuk menyediakan air di daerah tersebut.

Pengembangan dam parit di suatu wilayah DAS perlu memperhatikan luas daerah

tangkapan air, bentuk DAS, target irigasi, bentuk dan posisi penampang sungai

sehingga dapat ditentukan jumlah, posisi dan dimensi masing-masing dam parit.

Penelitian mengenai dam parit untuk mengatasi banjir ini dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh pembangunan 2 unit dam parit. Analisis pengaruh

pembangunan dam parit melalui: 1) fungsi dam parit dalam mengurangi debit puncak,

2) efektivitas kapasitas tampungan dam parit berdasarkan kontruksi bangunan dam

parit 3) multifungsi dam parit.

35

Page 65: 2008lrr

Hasil pengukuran di CT-4 menunjukkan pada bulan Desember 2007 sampai

Februari 2008 tinggi muka air terendah adalah 16 cm pada kondisi tidak hujan dan

tertinggi 88 cm pada kondisi hujan. Sedangkan pada CT-5 yang memiliki lebar

saluran 280 cm dan tinggi maksimal saluran adalah 85 cm, tinggi muka air pada

kondisi tidak hujan yang terendah adalah 16 cm dan tertinggi 84 cm pada kondisi

hujan. Meskipun pada ketinggian air terendah air masih dapat masuk ke saluran

irigasi, hal ini karena pada dam parit dilengkapi dengan pintu air, sehingga air selalu

masuk ke saluran irigasi meskipun ketinggian air rendah. Akan tetapi pada saat hujan

lebat yang diikuti naiknya ketinggian air, pintu air tidak banyak berfungsi.

Gambar 10. Bangunan Dam Parit CT-4

Gambar 11. Bangunan Dam Parit CT-5

Ukuran spillway dan saluran irigasi dam parit Citeko 4 berbeda dengan dam

parit Citeko 5. Dimensi Dam parit CT 5 lebih kecil dibandingkan CT 4, akan tetapi

CT-5 memiliki saluran irigasi lebih lebar dan tinggi dibandingkan CT-4. Hal ini

Saluran air

A

L=2,8 mSpillway

H= 0,85 m

Saluran air

A

L=3,3 m

Saluran air: 0,3 m dan 0,2 m Spilway: 0,5 m dan 0,5 m

H= 0,9 m

Spillway

Saluran air: 0,25 m dan 0,25 m Spilway: 1m dan 0,5 m

36

Page 66: 2008lrr

memungkinkan dapat berpengaruh pada efektivitas dam parit. Dimensi CT-5 yang

lebih pendek dibandingkan CT-4 menyebabkan air pada dam parit akan lebih mudah

melimpas ke spilway dan masuk ke saluran irigasi. Hal ini disebabkab karena air dari

dam parit melimpas ke saluran irigasi dan dimensi saluran irigasi pada CT-5 lebih

luas maka memungkinkan air yang masuk ke saluran irigasi lebih banyak, hal ini

mengakibatkan air yang keluar dari dam parit banyak berkurang. Maka efektivitas

pada dam parit CT-5 lebih besar daripada CT-4. Terlihat pada Gambar 12 bahwa

penurunan debit yang masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit

pada CT-5 lebih besar dari pada CT-4.

memungkinkan dapat berpengaruh pada efektivitas dam parit. Dimensi CT-5 yang

lebih pendek dibandingkan CT-4 menyebabkan air pada dam parit akan lebih mudah

melimpas ke spilway dan masuk ke saluran irigasi. Hal ini disebabkab karena air dari

dam parit melimpas ke saluran irigasi dan dimensi saluran irigasi pada CT-5 lebih

luas maka memungkinkan air yang masuk ke saluran irigasi lebih banyak, hal ini

mengakibatkan air yang keluar dari dam parit banyak berkurang. Maka efektivitas

pada dam parit CT-5 lebih besar daripada CT-4. Terlihat pada Gambar 12 bahwa

penurunan debit yang masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit

pada CT-5 lebih besar dari pada CT-4.

Fluktuasi Debit CT4 - CT5

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89

Hari

Deb

it (m

3/de

tik)

Debit Masuk CT-4 Debit Keluar CT-4 Debit Masuk CT-5 Debit Keluar CT-5

Gambar 12. Fluktuasi Debit CT 4 – CT 5 Gambar 12. Fluktuasi Debit CT 4 – CT 5

5.2 Fluktuasi Debit Dam Parit 5.2 Fluktuasi Debit Dam Parit

Efektivitas dam parit dihitung berdasarkan perbandingan debit yang masuk ke

dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit. Air yang melewati dam parit

Citeko 4 telah mengalami penurunan tetapi ketika masuk ke dam parit Citeko 5, debit

kembali sama atau lebih besar daripada debit yang masuk ke CT4. Hal ini disebabkan

adanya penambahan dari beberapa mata air di daerah tangkapan air CT5. Jadi debit air

Efektivitas dam parit dihitung berdasarkan perbandingan debit yang masuk ke

dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit. Air yang melewati dam parit

Citeko 4 telah mengalami penurunan tetapi ketika masuk ke dam parit Citeko 5, debit

kembali sama atau lebih besar daripada debit yang masuk ke CT4. Hal ini disebabkan

adanya penambahan dari beberapa mata air di daerah tangkapan air CT5. Jadi debit air

37 7

Page 67: 2008lrr

yang masuk ke CT5 tidak hanya berasal dari CT4 tetapi juga penambahan pada

beberapa mata air disekitarnya.

Kecepatan air yang dihitung menggunakan rumus manning lebih besar

dibandingkan dengan kecepatan yang di ukur di lapang. Kecepatan air pada kondisi di

lapang lebih lambat. Menurut Arsyad (2006), bahwa sedimen yang terendapkan di

dalam saluran, sungai, waduk dan muara sungai akan menyebabkan pendangkalan

badan air tersebut, yang dapat menimbulkan kerugian oleh karena mengurangi fungsi

badan air yang mengalami pendangkalan tersebut. Dam parit Citeko 4 sedimen yang

banyak ditemukan adalah endapan pasir dan rumput. Sedangkan pada dam parit

Citeko 5 sedimen yang banyak ditemui adalah sampah, baik sampah rumah tangga

maupun dari lahan pertanian.

Tabel 4. Pengukuran CT-4 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan L H A VM VL QM QL

Kondisi tidak hujan 3,3 0,32 1,05 1,32 0,88 1,39 0,92

Kondisi hujan 3,3 0,8 2,64 2,1 1,54 5,56 4,06

Tabel 5. Pengukuran CT-5 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan L H A VM VL QM QL

Kondisi tidak hujan 2,8 0,36 1,01 1,38 0,88 1,39 0,9

Kondisi hujan 2,8 0,83 2,32 2,43 1,62 5,66 4,36

Keterangan: L = Lebar Saluran (m) H = Tinggi Air (m) A = Luas Permukaan (m²) VM = Kecepatan Manning (m²/detik) VL = Kecepatan Lapang (m²/detik) QM = Debit Manning (m³/detik) QL = Debit Lapang (m³/detik)

5.2.1 Debit Aliran Rendah (Low Flow)

38

Page 68: 2008lrr

Bulan Desember 2007 terjadi hujan dengan intensitas rendah, bulan Januari

2008 hujan dengan intensitas lebih tinggi dari bulan Desember 2007 dan bulan

Februari 2008 terdapat hujan dengan intensitas tinggi. Debit aliran rendah terutama

terjadi di bulan Desember. Meskipun hampir setiap hari hujan tetapi intensitasnya

rendah, sehingga debit yang masuk ke dam parit rendah. Debit yang masuk ke dam

parit rendah maka debit yang masuk ke spilway juga rendah sehingga ratio debit yang

masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit tinggi. Rasio penurunan

debit pada saat debit aliran rendah rata – rata adalah 0,8. Artinya pada aliran rendah

ratio penurunan debit tinggi, sehingga efektivitas dam parit rendah. Hal ini terjadi

pada CT-4 dan CT-5, kedua dam parit ini memiliki ratio debit yang keluar

dibandingkan debit yang masuk sama. Fungsi dam parit CT-4 dengan CT5 pada

kondisi debit aliran rendah hanya menampung air dari sungai Citeko kemudian

mengalirkannya ke saluran irigasi untuk mengairi lahan, peternakan atau kebutuhan

rumah tangga. Fungsi dam parit untuk pengendalian banjir belum optimal karena

debit air sungai kecil. Selain itu, kemungkinan limpasan permukaan pada bulan

Desember masih mengisi air bawah tanah karena pada bulan sebelumnya infiltrasi

rendah. Ratio dam parit CT-4 dan CT-5 pada saat debit aliran rendah terdapat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Debit Aliran Rendah

Debit (m3/detik) DP Curah

Hujan (cm) Masuk Dam Parit Keluar Dam Parit Ratio

0 0,46 0,37 0,80 CT4

1,2 0,88 0,77 0,87

0 0,56 0,48 0,85 CT5

1,3 0,88 0,73 0,82

39

Page 69: 2008lrr

Berdasarkan Gambar 13 dan 14, debit yang keluar dari dam parit mengalami

penurunan dibandingkan debit yang masuk ke dam parit, seiring hal itu debit pada

saluran irigasi semakin bertambah. Artinya debit sungai Citeko menurun setelah

melewati dam parit. Grafik bulan Desember 2007 menunjukkan bahwa garis pada

CT4 dan CT5 berhimpit, yaitu jarak antara debit yang masuk dengan debit yang

keluar sangat dekat. Selain itu air yang masuk ke saluran irigasi kecil. Artinya pada

kondisi debit aliran rendah kemampuan dam parit dalam menurunkan debit kecil

sehingga ratio antara debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke

dam parit tinggi dan efektivitas dam parit dalam kondisi tersebut rendah. Meskipun

pada saat debit aliran rendah, namun air masih tetap mengalir ke saluran irigasi. Hal

ini disebabkan karena pada dam parit yang dialirkan ke target irigasi dilengkapi

dengan pintu air. Pintu air berfungsi untuk menutup sebagian saluran dam parit agar

pada saat musim kemarau air tetap mengalir ke saluran irigasi

Berdasarkan Gambar 13 dan 14, debit yang keluar dari dam parit mengalami

penurunan dibandingkan debit yang masuk ke dam parit, seiring hal itu debit pada

saluran irigasi semakin bertambah. Artinya debit sungai Citeko menurun setelah

melewati dam parit. Grafik bulan Desember 2007 menunjukkan bahwa garis pada

CT4 dan CT5 berhimpit, yaitu jarak antara debit yang masuk dengan debit yang

keluar sangat dekat. Selain itu air yang masuk ke saluran irigasi kecil. Artinya pada

kondisi debit aliran rendah kemampuan dam parit dalam menurunkan debit kecil

sehingga ratio antara debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke

dam parit tinggi dan efektivitas dam parit dalam kondisi tersebut rendah. Meskipun

pada saat debit aliran rendah, namun air masih tetap mengalir ke saluran irigasi. Hal

ini disebabkan karena pada dam parit yang dialirkan ke target irigasi dilengkapi

dengan pintu air. Pintu air berfungsi untuk menutup sebagian saluran dam parit agar

pada saat musim kemarau air tetap mengalir ke saluran irigasi

Debit Dam Parit Citeko 4

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86

Hari

Debi

t (m

3/de

tik)

Debit Masuk Debit Spilway Debit Keluar

Gambar 13. Fluktuasi Debit CT-4 Gambar 13. Fluktuasi Debit CT-4

40 0

Page 70: 2008lrr

Debit Dam Parit Citeko 5

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86

Hari

Deb

it (m

3/de

tik)

Debit Masuk Debit Spilway Debit Keluar

Gambar 14. Fluktuasi Debit CT-5 Gambar 14. Fluktuasi Debit CT-5

5.2.2 Debit Aliran Tinggi (High Flow) 5.2.2 Debit Aliran Tinggi (High Flow)

Hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Januari dan semakin

meningkat hingga bulan Februari. Rata – rata rasio penurunan debit pada CT-4 adalah

0,7 dan pada CT-5 adalah 0,4. Pada debit aliran tinggi rasio debit yang keluar dari

Hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Januari dan semakin

meningkat hingga bulan Februari. Rata – rata rasio penurunan debit pada CT-4 adalah

0,7 dan pada CT-5 adalah 0,4. Pada debit aliran tinggi rasio debit yang keluar dari

dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit semakin turun. Semakin besar debit

yang masuk ke dam parit maka semakin besar debit yang akan dilimpaskan ke saluran

irigasi sehingga debit yang keluar dari dam parit menurun. Rasio CT 5 lebih rendah

daripada CT 4 pada kondisi debit aliran tinggi (Tabel 7). Berdasarkan Gambar 13 dan

14, jarak garis pada debit yang masuk dam parit dengan debit keluar dam parit pada

CT5 lebih renggang dibandingkan CT4. Artinya pada saat debit aliran tinggi

kemampuan CT5 dalam melimpaskan debit ke saluran irigasi lebih besar. Hal ini

dipengaruhi adanya konstruksi bangunan dam parit Citeko 5 lebih efektiv

dibandingkan konstruksi bangunan dam parit Citeko 4.

dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit semakin turun. Semakin besar debit

yang masuk ke dam parit maka semakin besar debit yang akan dilimpaskan ke saluran

irigasi sehingga debit yang keluar dari dam parit menurun. Rasio CT 5 lebih rendah

daripada CT 4 pada kondisi debit aliran tinggi (Tabel 7). Berdasarkan Gambar 13 dan

14, jarak garis pada debit yang masuk dam parit dengan debit keluar dam parit pada

CT5 lebih renggang dibandingkan CT4. Artinya pada saat debit aliran tinggi

kemampuan CT5 dalam melimpaskan debit ke saluran irigasi lebih besar. Hal ini

dipengaruhi adanya konstruksi bangunan dam parit Citeko 5 lebih efektiv

dibandingkan konstruksi bangunan dam parit Citeko 4.

41

Page 71: 2008lrr

Tabel 7. Debit Aliran Tinggi Debit (m3/detik)

DP Curah Hujan (cm) Masuk Sungai Keluar Sungai Ratio

45,9 6,38 4,96 0,77 CT4

51,1 6,48 5,16 0,79

50,7 5,96 2,75 0,46 CT5

59,1 5,86 2,62 0,44

Terjadi kondisi ekstrim pada saat debit aliran tinggi di CT-4 dimana

ketinggian air pada saluran dam parit mencapai maksimal. Hal ini disebabkan curah

hujan yang tinggi akan tetapi kondisi ini jarang terjadi. Curah hujan ekstrim ini

menyebabkan dam parit penuh kemudian spilway penuh dan saluran irigasi tidak

mampu menampung lagi. Efektivitas dam parit menurun pada kondisi ini hingga

dapat mencapai nilai terendah. Kemampuan dam parit dalam mengurangi debit sungai

sebatas kapasitas maksimum spilway dan saluran irigasi. Air dari saluran irigasi

meluap ke areal pertanian maupun ke lahan – lahan disekitar dam parit. Apabila air

yang telah meluap dari saluran irigasi kembali ke sungai tidak akan menambah debit

sungai sehingga menyebabkan banjir karena debit puncak telah berlalu. Artinya

meskipun air meluap pada saat curah hujan tinggi, dam parit masih berfungsi dalam

mengurangi debit sungai dan melimpaskannya ke saluran irigasi. Selain itu air yang

meluap dan masuk ke lahan disekitar dam parit dapat terinfiltrasi dan menjadi

cadangan air bawah tanah.

5.3 Efektivitas Dam Parit dalam Penanggulangan Banjir

Salah satu penyebab banjir adalah adanya distribuasi curah hujan yang terjadi

dalam waktu yang singkat dengan intensitas tinggi atau curah hujan dengan intensitas

rendah tetapi dalam waktu yang lama. Ketika kapasitas infiltrasi maksimum dan tanah

tidak mampu menampung lagi, maka air hujan akan menjadi aliran permukaan. Aliran

42

Page 72: 2008lrr

permukaan melimpas dari hulu ke hilir, dari sungai berorde 1 kemudian berkumpul di

orde 3 hingga bermuara ke laut. Bila debit dari sungai orde 1 tinggi maka pada sungai

orde 2 debit yang dihasilkan volumenya akan lebih besar lagi sehingga potensi banjir

di daerah hilir besar. Teknologi dam parit dalam fungsinya sebagai pengendalian

banjir diharapkan dapat mengurangi debit yang berada di sungai orde 1 dan 2

sehingga pada saat hujan dan terjadinya debit puncak, debit yang terkumpul di hilir

(orde 5 atau 6) berkurang dan diharapkan potensi banjir juga berkurang.

Efektivitas dam parit pada DAS Citeko untuk mengetahui bahwa teknologi ini

tepat guna untuk mengendalikan banjir. Efektivitas dam parit rendah pada saat debit

aliran rendah dan akan semakin meningkat pada saat debit aliran tinggi. Adanya

kenaikan debit air di sungai akan semakin menurunkan ratio antara debit yang keluar

dari dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit, sehingga meningkatkan

efektivitas dam parit (berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9). Berkurangnya debit yang

keluar dari dam parit pada kondisi hujan saat terjadinya debit puncak diharapkan

dapat mengurangi resiko banjir. Pengembangan teknologi dam parit sangat

memungkinkan untuk diterapkan dalam skala DAS. Pembuatan dam parit selama ini

masih dilakukan di orde 1 dan 2, bila diterapkan di orde 3, 4 dan seterusnya maka

diperlukan ukuran dan dimensi lebih besar daripada yang ada sekarang ini.

Tabel 8. Efektivitas Dam Parit CT-4

Efektivitas (%) CT-4 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008

Terendah 10,9 10,6 17,20

Tertinggi 18,4 23,6 23,89

43

Page 73: 2008lrr

Tabel 9. Efektivitas Dam Parit CT-5 Efektivitas (%)

CT-5 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008

Terendah 10,10 14,08 20,85

Tertinggi 19,10 23,56 28,81

5.3 Multifungsi Air Dam Parit

Pembangunan dam parit berdasarkan Balitklimat, 2005 merupakan permintaan

dari petani setempat, sehingga dalam pembangunannya dengan menggunakan fasilitas

yang sudah ada. Saluran air yang dipakai adalah dengan memanfaatkan saluran air

yang sudah ada, kemudian air yang dibendung berasal dari aliran sungai yang telah

dimanfaatkan oleh petani sebelumnya. Seperti halnya pada CT-4, dam parit

membendung sungai yang ada di citeko dan menggunakan saluran air yang sudah ada.

Hal ini memiliki dampak keuntungan dan kendala. Keuntungannya adalah dapat

menekan biaya pembuatan dam parit, sedangkan kendalanya antara lain adalah

pemanfaatan spillway atau saluran air yang sudah ada, yaitu untuk menambah

kapasitas air pada spillway atau pada saluran air akan menghabiskan biaya yang lebih

besar lagi.

Dam parit dibangun secara bertingkat pada DAS Citeko, Sub DAS Cibogo,

DAS Ciliwung, Kabupaten Bogor. Yang meliputi Citeko (CT) : CT-1, CT-2, CT-3,

CT-4, CT-5, CT-6 dan CT-7. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah

CT-4 dan CT-5. Pembangunan dam parit secara bertingkat mengikuti jalur aliran yang

penentuan lokasinya masih dilakukan secara manual dengan memperhatikan luas

daerah tangkapan, target irigasi, penggunaan lahan, bentuk penampang jalur sungai.

44

Page 74: 2008lrr

Berdasarkan luasan daerah tangkapan tersebut maka diketahui pada musim kemarau

ternyata debit aliran ternyata masih sangat kecil, namun di musim hujan aliran

permukaan pada dam parit teratas masih cukup besar. Oleh karena itu pada dam parit

bertingkat, dam parit paling atas hanya berfungsi sebagai penampung air sebagai

cadangan bagi dam parit dibawahnya.

Sebagian besar dam parit telah dilengkapi dengan jaringan irigasi ke daerah

target dengan sistem gravitasi. Sistem irigasi terbuka dilakukan dam parit yang

dibangun dam parit yang mempunyai debit aliran dasar cukup besar (> 2 lt/dt)

sedangkan irigasi tertutup dilakukan pada dam parit yang dibangun pada sungai

dengan debil aliran dasar lebih kecil dari 2 l/dt. Dam parit pada DAS Citeko yang

dilengkapi dengan saluran irigasi adalah CT-4, CT-5, CT-6 dan CT-7. Air dialirkan

secara grafitasi melalui saluran irigasi terbuka untuk memenuhi kebutuhan lahan

pertanian dengan tanaman utama padi dan sayuran dataran tinggi. Dam parit CT-4

dengan target irigasi masing masing seluas 22 H di Desa Citeko, dimusim kemarau

debitnya sangat turun sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman

bila disalurkan dengan sistem terbuka. Sedangkan untuk CT-5 dengan target irigasi 21

ha di desa Kuta, air cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman sepanjang tahun

dengan pola tanam padi 2 kali dan sayuran.

Air dari dam parit diperlukan untuk irigasi areal pertanian bagi tanaman

sayuran dataran tinggi seperti padi, wortel, kubis, kubis bunga, cabe, sawi, pakcoi dan

buncis. Sedangkan untuk keperluan rumah tangga penduduk sebanyak kurang lebih

120 KK atau 550 jiwa dan ternak kambing sebanyak 100 ekor. Pola tanam di derah

target irigasi dapat dibedakan dalam beberapa pola yaitu: 1) Padi – Padi – Sawi 2)

Padi – Padi – Tomat 3)Wortel – Wortel – Wortel 4) Padi – Padi – Wortel 5) Wortel

– Buncis – Tomat 6) Kubis – Wortel – Kubis 7) Wortel – Wortel – Kubis dan 7)

45

Page 75: 2008lrr

Tumpang sari sayuran. Air dari dam parit yang masuk ke saluran irigasi dan masuk ke

lahan pertanian dan perumahan penduduk dimanfaatkan untuk berbagai macam

penggunaan. Berdasarkan pengukuran air selama tiga bulan yaitu bulan Desember

2007 hingga Februari 2008 didapatkan debit sebagai berikut:

Tabel 10. Total Debit

Bulan Total Debit / Bulan (m³/bulan) CT-4 CT-5

Des-07 31.449,6 103.852,8Jan-08 193.276,8 286.502,4Feb-08 350.784,0 471.744,0

Total 575.510,4 862.099,2

Analisis ekonomi penggunaan air dam parit adalah air yang dihasilkan dari

dam parit yang dimanfaatkan oleh penduduk baik aspek pertanian, peternakan dan

non pertanian. Aspek pertanian adalah komoditas pertanian dari penggunaan lahan

yang mendapatkan manfaat dari air dam parit. Komoditas pertanian ini meliputi

jagung, pisang, terong, ketela, ubi rambat, wortel, sawi, kacang, tomat dan padi.

Aspek peternakan adalah adanya ternak yang merasakan manfaat dari air dam parit,

yaitu ayam, kelinci dan kambing. Sedangkan aspek non pertanian adalah aspek diluar

pertanian yang merasakan manfaat dari dam parit, yaitu untuk air baku mutu atau

yang digunakan untuk kebutuhan sehari – hari, meliputi penggunaan rumah tangga,

penyediaan pada mushola dan mencuci motor.

Penelitian ini menghitung keuntungan minimal dari dam parit, yaitu

menghitung komoditas pertanian yang mendominasi di target irigasi dam parit.

Berdasarkan data sekunder dan pengamatan di lahan, tanaman padi paling banyak

ditemui pada dam parit Citeko 4. Hasil survey yang dilakukan kepada petani bahwa

sebelum ada irigasi ke lahan pertanian, tanaman yang ditanam adalah jagung, karena

46

Page 76: 2008lrr

hanya mengandalkan air hujan. Ketika ada irigasi dari dam parit yang masuk ke

lahannya, petani menggantinya dengan sawah untuk ditanami padi.

Ada perubahan keuntungan dari menanam jagung menjadi menanam padi.

Sebelum ada irigasi dam parit petani menanam jagung karena hanya mengandalkan

air hujan, ketika ada irigasi dari dam parit petani memnfaatkan lahannya untuk

menanam padi. Hal ini disebabkan padi membutuhkan banyak air daripada jagung.

Terjadi kenaikan B/C pada saat menanam jagung yaitu 1,67 menjadi 1,95 setelah

menanam padi.

Tabel 11. Analisis Usaha Tanaman Padi Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi

Benih 25 Kg 2.500 62.500Urea 200 Kg 1.250 250.000SP-36 100 Kg 1.700 170.000KCL 25 Kg 2.000 50.000Pestisida 1 Liter 100.000 100.000

Jumlah 632.500* Tenaga Kerja

Pengolahan Tanah: 16 hkp - Traktor 2 hkp 200.000 200.000- Meratakan Tanah 8 hkp 8.000 64.000

Persemaian 2 hkp 8.000 16.000

47

Page 77: 2008lrr

Tanam 15 hkw 5.000 75.000Mencaplak 2 hkp 8.000 16.000Pemupukan 4 hkw 5.000 20.000Penyiangan 20 hkw 5.000 100.000 2 hkp 8.000 16.000Penyemprotan 2 hkp 8.000 16.000Panen 1150 Kg (bawon) 1.200 1.380.000Jumlah 1.903.000

* Total biaya 2.535.500* Penerimaan hasil 6250 Kg 1.200 7.500.000* Untung 4.964.500

Tabel 12. Analisis Usaha Tanaman Jagung Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi

Benih 25 Kg 1.500 37.500Urea 100 Kg 1.250 250.000SP-36 50 Kg 1.700 95.000KCL 25 Kg 2.000 50.000Pestisida 1 Liter 100.000 100.000

Jumlah 532.500* Tenaga Kerja

Pengolahan Tanah 10 hkp 8000 80.000Persemaian 2 hkp 8.000 16.000Tanam 15 hkw 5.000 75.000Pemeliharaan 30 hkw 5.000 150.000 Panen 425 Kg (bawon) 850 361.250Jumlah 682.250

* Total biaya 1.214.750* Penerimaan hasil 3825 Kg 850 3.251.750* Untung 2.036.500

Tabel 13. Nilai B/C Jagung dan Padi Uraian Biaya (Rp) Pendapatan(Rp) Keuntungan (Rp) B/C Jagung 1.214.750 3.251.750 2.036.500 1,67 Padi 2.535.500 7.500.000 4.964.500 1,95

Satu petak lahan dapat memberi penambahan keuntungan bagi areal target irigasi.

48 Sawi Juli

Padi Februari

Padi Februari

Padi Oktober

Padi Oktober

Keuntungan :

Keuntungan : Keuntungan :
Page 78: 2008lrr

Keuntungan ini sebanding dengan biaya pembuatannya sebesar Rp. 10.000.000

dengan umur dam 5 tahun hingga 10 tahun untuk tiap dam.

Tabel 14. Analisis Usaha Tanaman Sawi Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi

Benih Kantong 20.000 20.000Urea 5 Kg 1.250 6. 250SP-36 1 Kg 1.700 1.700KCL 1 Kg 2.000 2.000Pestisida 1 Liter 100.000 100.000

Jumlah 129.950* Tenaga Kerja

Pengolahan Tanah 3 hkp 8000 24.000Persemaian 2 hkp 8.000 16.000Tanam 5 hkw 5.000 25.000Pemeliharaan 5 hkw 5.000 25.000 Panen 130 Kg (bawon) 1.500 195.000Jumlah 285.000

* Total biaya 414.950* Penerimaan hasil 1.148 Kg 1.500 1.722.000* Untung 1.308.000

Petani memiliki pola tanam yang berbeda – beda dalam jangka waktu satu

tahun. Contoh yang diambil pada penelitian ini adalah pola tanam Padi – Sawi – Padi.

Keuntungan ekonomi selama satu tahun dalam satu petak lahan tersebut adalah

akumulasi keuntungan dua kali menanam padi dan keuntungan menanam sawi.

Sehingga nilai B/C ratio dari dam parit selama lima tahun dalam satu petak lahan

adalah seperti tabel dibawah ini.

Tabel 15. Tabel B/C Ratio Dam Parit Biaya Pembuatan Dam Parit (Rp)

Pendapatan Selama 5 Tahun (Rp) B/C Ratio Keterangan

25.000.000

(2.928.000 + 2.928.000 + 1.308.000) x 5 =

35.820.000

35.820.000 25.000.000 = 1,43

Layak Dilaksanakan

49

Page 79: 2008lrr

B/C ratio dam parit dalam satu petak lahan diatas atau lebih tinggi dari 1 maka

teknologi ini dapat dilaksanakan. Bila dam parit dapat memberikan keuntungan pada

satu petak lahan maka teknologi ini lebih memberi manfaat pada satu wilayah target

irigasi. Hal ini karena dalam satu wilayah target irigasi tidak hanya mengairi lahan,

tetapi juga untuk memberi minum ternak, keperluan rumah tangga dan dimanfaatkan

pada fasilitas umum. Selain mengalir ke target irigasi, air dari dam parit ini ada yang

masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi. Air yang masuk ke dalam tanah akan dapat

dimanfaatkan sebagai cadangan ketika musim kemarau. Hal ini terhitung sebagai

keuntungan, namum perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat

mengkuantifikasikannya.

Agar cadangan air di dam parit bisa dimanfaatkan secara lebih efektif perlu

dirancang sistem penyaluran irigasi melului saluran tertutup di musim kemarau.

Ketika musim kemarau, air yang tertampung di dalam dam parit air disalurkan

melalui bak saluran tertutup dengan menggunakan pipa sampai bak pembagi., dari

bak pembagi disalurkan ke bak penampungan masing-masing lahan target irigasi. Bak

penampungan yang terdapat di masing-masing lahan air dimanfaatkan untuk

menyiram tanaman palawija dan sayuran dengan cara ditimba. Berdasarkan hasil

pengamatan di dam parit tersebut dengan sistem modifikasi penyaluran air ini selain

masyarakat dapat menanam tanaman, pada bak penampungan juga ditanami ikan

sehingga menambah pendapatan petani. Sebagian petani memanfaatkan air yang

terdapat di dam parit dengan sistem pompa untuk mengairi lahan yang tidak dapat

dialiri air melalui sistem saluran terbuka.

50

Page 80: 2008lrr

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian efektivitas dam parit dalam penanggulangan

banjir di DAS Citeko, hulu DAS Ciliwung adalah :

1) Dam parit adalah salah satu teknologi untuk penanggulangan banjir. Efektivitas

dam parit dihitung berdasarkan rasio debit datang dam parit dengan debit keluar dam

parit. Efektivitas dam parit rendah bila pada kondisi debit rendah akan tetapi akan

naik seiring adanya kenaikan debit. Berkurangnya debit yang keluar dari dam parit

diharapkan pada kondisi hujan saat terjadinya debit puncak, debit air berkurang

sehingga mengurangi resiko banjir.

51

Page 81: 2008lrr

2) Terjadi kondisi ekstrim pada saat debit aliran tinggi dimana ketinggian air pada

saluran dam parit mencapai maksimal. Kemampuan dam parit dalam mengurangi

debit sungai sebatas kapasitas maksimum spilway dan saluran irigasi.

3) Dimensi dam parit berpengaruh pada efektivitas dam parit. Semakin besar saluran

air atau spilway maka efektivitas dam parit akan semakin tinggi karena air yang

berkurang dari dam parit lebih banyak.

4) Keuntungan produksi usahatani pada petani target irigasi setelah pembangunan

dam parit meningkat dibandingkan sebelum dibangun dam parit. Nilai b/c ratio

keuntungan dibangunnya dam parit dengan biaya pembuatan dam parit lebih dari 1.

Sehingga pembangunan dam parit Citeko memiliki multifungsi pengendalian banjir

dan manfaat ekonomi.

6.2 Saran

Agar cadangan air di dam parit bisa dimanfaatkan secara lebih efektif perlu

dirancang sistem penyaluran irigasi melului saluran tertutup di musim kemarau. Yaitu

perlunya metode untuk memperluas target irigasi dan mengoptimalkan fungsi dam

parit. Selain itu air dari dam parit dapat dimanfaatkan pengembangan sektor perikanan

air tawar. Teknologi dam parit dapat dimanfaatkan pada DAS lain sebagai fungsi

pengendali banjir maupun alternatif solusi banjir dan kekeringan. Akan tetapi perlu

penelitian lebih lanjut.

52

Page 82: 2008lrr

56

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

UGM Press

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Laporan Kerugian Banjir Jakarta 2007. www.bappenas.go.id

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. 2005. Teknologi Dam Parit (channel Reservoir). Bogor: Balitklimat.

Fakhrudin, M. 2003. Kajian Respon Hidrologi Akibat Perubahan Lahan DAS Ciliwung Dengan Model Sedimot III. [Tesis]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hadinogroho, Setyo. 2002. Teknik Konservasi Tanah dan Air Dalam Pencegahan dan Pengendalian Banjir. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi bencana. Jakarta: BPPT.

Hardjowigeno S. 1998. Ilmu Tanah. Bogor: IPB Press

Irianto, G., N. Pujilestari dan N. Heryani. 2001. Pengembangan Teknologi Panen Hujan dan Aliran Permukaan.Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor: Balitklimat.

Irianto, S. 2001. Kajian Hidrologi Daerah Aliran Sungai Ciliwung Menggunakan Model HEC-1. [Tesis]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi). Bumi Aksara. Jakarta

Mattjik, Anshori A. 2001. Statistika. Bogor: IPB Press

Munaf, Muslim. 1992. Kajian Sifat Aliran Sungai Ciliwung. [Tesis]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Noy Erlina HS. 2005. Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Sub DAS Lahumbuti Sulawesi Tenggara. [Tesis]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pawitan, H. 2002. Flood hydrology and an integrated approach to remedy the Jakarta floods. International Conference on Urban Hydrology for the 21st Century. Kuala Lumpur, Malaysia.

Sinukaban N. 2006. Bahan Kuliah Pengelolaan DAS Sekolah Pasca Sarjana IPB. (tidak dipublikasikan).

Sukartaatmadja, Sukandi. 2004. Diktat Kuliah Konservasi Tanah dan Air. Laboratorium Teknik Tanah dan Air IPB. Bogor

Ramdan, Hikmat. 1999. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Pendugaan Erosi dan Aliran Permukaan Di DTA Cikumutuk DAS Cimanuk. [Tesis]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 83: 2008lrr

57

Page 84: 2008lrr

57

Lampiran 1. Nilai Faktor C Berbagai Tanaman dan Pola Tanam

Koefisien aliran permukaan C merupakan salah satu komponen perhitungan

aliran permukaan dengan metode rasional. Nilai ini merupakan konstanta rasio antara

volume aliran permukaan dan aliran permukaan yang terjadi di suatu DAS (walaupun

sebenarnya tidak nilai tersebut berubah-ubah tergantung intensitas dan lamanya

hujan). Banyaknya bagian curah hujan yang menjadi aliran permukaan tergantung

pada persentase lapisan kedap, kemiringan dan karakteristik simpanan di permukaan.

Permukaan lapisan kedap seperti jalan aspal dan atap rumah akan menyebabkan nilai

C mendekati 100% ketika permukaannya telah basah meskipun dengan mengabaikan

kemiringan. Penelitian di lapangan dan foto udara sangat bermanfaat untuk

mengetahui kondisi permukaan ini.

Nilai koefisien aliran permukaan juga tergantung pada karakteristik dan

kondisi tanah. Laju infiltrasi menurun ketika terjadi hujan. Faktor lain yang

mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan adalah intensitas hujan, ketinggian

muka air tanah, kepadatan tanah, porositas, tutupan vegetasi dan relief permukaan.

Untuk perhitungan pada tulisan ini digunakan nilai C seperti disajikan pada

tabel di bawah ini.

Koefisien limpasan C untuk metoda Rasional berdasarkan lereng, tanaman penutup tanah dan

tekstur tanah.

Page 85: 2008lrr

58

Koefisien limpasan (C) untuk Metoda Rasional

Periode Ulang (tahun) Karakter Permukaan

2 5 10 25 50 100 500

Daerah telah berkembang : Aspal Beton/atap Rerumputan (taman) : • Kondisi Jelek (penutupan <

50%): - Datar (0-2%) - Sedang (2-7%) - Curam (>7%) • Kondisi Sedang (penutupan 50-

70%): - Datar - Sedang - Curam • Kondisi baik (penutupan >

70%): - Datar - Sedang - Curam

0.73 0.75

0.32 0.37 0.40

0.25 0.33 0.37

0.21 0.29 0.34

0.77 0.80

0.34 0.40 0.43

0.28 0.36 0.40

0.23 0.32 0.37

0.81 0.83

0.37 0.43 0.45

0.30 0.38 0.42

0.25 0.35 0.40

0.86 0.88

0.40 0.46 0.49

0.34 0.42 0.46

0.29 0.39 0.44

0.90 0.92

0.44 0.49 0.52

0.37 0.45 0.49

0.32 0.42 0.47

0.95 0.97

0.47 0.53 0.55

0.41 0.49 0.53

0.36 0.46 0.51

1.00 1.00

0.58 0.61 0.62

0.53 0.58 0.60

0.49 0.56 0.58

Daerah Belum berkembang: • Lahan diusahakan pertanian: - Datar - Sedang - Curam • Penggembalaan : - Datar - Sedang - Curam • Hutan: - Datar - Sedang - Curam

0.31 0.35 0.39

0.25 0.33 0.37

0.22 0.31 0.35

0.34 0.38 0.42

0.28 0.36 0.40

0.25 0.34 0.39

0.36 0.41 0.44

0.30 0.38 0.42

0.28 0.36 0.41

0.40 0.44 0.48

0.34 0.42 0.46

0.31 0.40 0.45

0.43 0.48 0.51

0.37 0.45 0.49

0.35 0.43 0.48

0.47 0.51 0.54

0.41 0.49 0.53

0.39 0.47 0.52

0.57 0.60 0.61

0.53 0.58 0.60

0.48 0.56 0.58

Digunakan sebagai standard di Austin, Texas, USA. Sumber : Ven Te Chow; D.R. Maidment; L.W. Mays (1988). Applied Hydrology. Mc Graw Hill, Singapore

Page 86: 2008lrr

59

Lampiran 2. Nilai Faktor i (intensitas Hujan)

Intensitas curah hujan adalah rata-rata curah hujan dalam mm/jam untuk suatu

DAS. Untuk perencanaan, intensitas hujan m komponen utama yang diperhitungkan

dalam proyek. Pendekatan umum yang digunakan dalam perencanaan adalah

perhitungan intensitas, lama dan frekuensi kejadian hujan atau periode ulang di lokasi

kajian. Pada banyak kasus, para ahli hidrologi memiliki standar baku perhitungan

tersebut yang dibuat dalam suatu kurva (Intensity-Duration-Frequency (IDF)). Kurva

IDF biasanya berbentuk grafik dengan sumbu x berupa lama hujan maksimum

sedangkan sumbu y adalah intensitas hujan.

Intensitas hujan adalah volume rata-rata curah hujan yang terjadi selama satu

unit waktu (mm/jam). Intensitas hujan juga bisa diekspresikan sebagai intensitas

sesaat atau intensitas rata-rata selama kejadian hujan. Intensitas rata-rata curah hujan

secara umum dirumuskan sebagai berikut :

dTPi =

Keterangan : i = intensitas hujan (mm/jam)

P = jumlah hujan (mm)

Td = lama hujan (jam)

Perhitungan Intensitas Hujan

Berdasarkan data Curah hujan selama 9 tahun (tahun 1997 sampai dengan

tahun 2005) dari Stasiun Citeko jumlah curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara

2.380 sampai 3.686 mm dengan curah hujan rata-rata tahunan 2.948 mm. Pola umum

curah hujan bulanan di DAS Ciliwung disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Data hujan didapatkan dari alat pencatat hujan otomatis yang merekam data

intensitas hujan 6-menitan. Data intensitas hujan 6-menitan tersebut dikonversi

menjadi data intensitas hujan jam-jam-an untuk membuat kurva IDF. Untuk keperluan

perhitungan debit puncak dengan menggunakan metode rasional, digunakan data

intensitas hujan pada saat terjadinya Tc. Perhitungan periode ulang (T) intensitas

hujan dilakukan untuk T = 5 tahun, T = 10 tahun, T = 15 tahun dan T = 20 tahun

dengan menggunakan fasilitas analisis frekuensi yang ada di perangkat lunak

Rainbow versi 1.1.

Page 87: 2008lrr

60

Lampiran 3. Data Pengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Desember 2007

CT-4 CT5 Desember 2007

Tinggi Air (cm)

Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

Tinggi Air (cm)

Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

1 35 1,39 1,6 36 1,41 1,672 28 1,22 1,13 26 1,12 0.883 26 1,17 1,01 20 1,01 0,664 24 1,12 0.88 28 1,12 0.885 27 1,2 1,07 27 1,2 1,076 24 1,12 0.88 25 1,13 0,797 20 1,01 0,66 20 1,01 0,668 18 0,94 0,56 20 1,01 0,669 24 1,12 0,88 26 1,12 0.88

10 16 0,88 0,46 25 1,13 0,7911 24 1,12 0,88 34 1,36 1,5312 30 1,27 1,26 32 1,32 1,3913 30 1,27 1,26 31 1,27 1,114 31 1,29 1,32 33 1,31 1,2115 18 0,94 0,56 24 1,12 0.8816 17 0,91 0,51 18 1,22 1,1317 16 0,88 0,46 16 0,88 0,4618 16 0,88 0,46 18 0,94 0,5619 16 0,88 0,46 36 1,41 1,6720 34 1,36 1,53 36 1,41 1,6721 24 1,12 0,88 29 1,22 0,9922 28 1,22 1,13 30 1,27 1,2623 29 1,25 1,19 29 1,25 1,1924 34 1,36 1,53 40 1,49 1,9725 37 1,43 1,74 39 1,44 1,5726 35 1,39 1,6 35 1,36 0,3327 33 1,34 1,46 38 1,45 1,8228 28 1,22 1,13 34 1,36 1,5329 27 1,07 1,07 30 1,27 1,2630 26 1,17 1,01 28 1,22 1,1331 38 1,45 1,82 39 1,44 1,57

Debit Total 30,63 31,64

Page 88: 2008lrr

61

Lampiran 4. Data Dengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Januari 2008

CT-4 CT5 Januari

2008 Tinggi

Air (cm) Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

Tinggi Air (cm)

Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

1 36 1,41 1,67 78 2,08 5,362 28 1,22 1,13 36 1,41 1,673 30 1,27 1,26 32 1,32 1,394 46 14,6 2,44 48 1,6 2,155 37 1,43 1,74 39 1,44 1,576 29 1,25 1,19 31 1,27 1,17 32 1,32 1,39 32 1,29 1,168 68 1,95 4,38 69 1,9 3,679 57 1,78 3,37 53 1,68 2,49

10 59 1,82 3,55 60 1,84 3,6411 54 1,74 3,11 52 1,66 2,4212 40 1,49 1,97 43 0,82 113 58 1,81 3,46 58 1,75 2,8514 60 1,84 3,64 64 1,83 3,2915 58 1,81 3,46 56 1,72 2,716 34 1,36 1,53 38 1,45 1,8217 30 1,27 1,26 33 1,31 1,2118 40 1,49 1,97 40 1,49 1,9719 58 1,81 3,46 56 1,77 3,2820 40 1,49 1,97 43 1,51 1,8221 39 147 1,89 40 1,49 1,9722 66 1,92 4,19 66 1,86 0,4423 84 2,15 5,96 79 2,01 4,4624 32 1,32 1,39 37 1,4 1,4525 63 1,88 3,91 70 1,91 3,7526 56 1,77 3,28 66 1,86 3,4427 44 1,57 2,28 58 1,75 2,8528 42 1,53 2,12 68 1,88 3,5929 46 1,61 2,44 58 1,81 3,4630 67 1,94 4,29 65 1,85 3,36

Debit Total 79,7 75,33

Page 89: 2008lrr

62

Lampiran 5. Data Pengukuran Ketinggian Air dan Debit Air Bulan Februari 2008

CT-4 CT5 Februari

2008 Tinggi

Air (cm) Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

Tinggi Air (cm)

Kecepatan (m²/detik)

Debit (m³/detik)

1 78 2,08 5,36 80 2,1 5,562 68 1,95 4,38 80 2,1 5,563 86 2,17 6,17 84 2,15 5,964 88 2,19 6,38 76 2,05 5,165 54 1,74 3,11 60 1,84 3,646 68 1,95 4,38 70 1,98 4,577 65 1,91 4,1 64 1,83 3,298 74 2,03 4,96 74 2,03 4,969 84 2,15 5,96 84 2,15 5,96

10 70 1,98 4,57 71 1,99 4,6711 64 1,89 4,01 66 1,92 4,1912 58 1,81 3,46 59 1,77 2,9213 57 1,79 3,37 58 1,81 3,4614 49 1,66 2,68 60 1,84 3,6415 84 2,15 5,96 83 2,06 4,7816 76 2,05 5,16 80 2,02 4,5417 80 2,1 5,56 80 2,02 4,5418 63 1,88 3,91 70 1,98 4,5719 71 1,99 4,67 76 2,05 5,1620 66 1,92 4,19 58 2,05 5,1621 77 2,07 5,26 79 2,01 4,4622 84 2,15 5,96 80 2,02 4,5423 89 2,2 6,48 81 2,11 5,6624 60 1,84 3,64 64 1,89 4,0125 58 1,81 3,46 60 1,84 3,6426 83 2,14 5,86 82 2,05 4,727 61 1,85 3,73 76 2,05 5,1628 81 2,11 5,66 83 2,14 5,86

Debit Total 132,39 130,32

Page 90: 2008lrr

63

Lampiran 6. CT 4 – Desember 2007

Sebelum Dam Parit Dam Parit Setelah Dam Parit Tgl/ bulan H V Q H V Q H V Q

1 35 1,39 1,60 15 0,48 0,01 30 1,27 1,26 2 28 1,22 1,13 15 0,48 0,01 24 1,12 0,88 3 26 1,17 1,01 13 0,46 0,01 23 1,09 0,83 4 24 1,12 0,88 10 0,43 0,01 22 1,06 0,77 5 27 1,20 1,07 13 0,46 0,01 20 1,01 0,66 6 24 1,12 0,88 13 0,46 0,01 22 1,06 0,77 7 20 1,01 0,66 9 0,41 0,01 19 0,97 0,61 8 18 0,94 0,56 8 0,39 0,01 14 0,81 0,37 9 24 1,12 0,88 14 0,47 0,01 20 1,01 0,66

10 16 0,88 0,46 9 0,41 0,01 14 0,81 0,37 11 24 1,12 0,88 14 0,47 0,01 21 1,03 0,71 12 30 1,27 1,26 15 0,48 0,01 26 1,17 1,01 13 30 1,27 1,26 16 0,49 0,02 26 1,17 1,01 14 31 1,29 1,32 16 0,49 0,02 26 1,17 1,01 15 18 0,94 0,56 11 0,44 0,01 16 0,88 0,46 16 17 0,91 0,51 9 0,41 0,01 14 0,81 0,37 17 16 0,88 0,46 9 0,41 0,01 14 0,81 0,37 18 16 0,88 0,46 7 0,37 0,01 14 0,81 0,37 19 16 0,88 0,46 9 0,41 0,01 14 0,81 0,37 20 34 1,36 1,53 17 0,50 0,02 30 1,27 1,26 21 24 1,12 0,88 11 0,44 0,01 21 1,03 0,71 22 28 1,22 1,13 16 0,49 0,02 26 1,17 1,01 23 29 1,25 1,19 15 0,48 0,01 27 1,20 1,07 24 34 1,36 1,53 18 0,51 0,02 30 1,27 1,26 25 37 1,43 1,74 16 0,49 0,02 32 1,32 1,39 26 35 1,39 1,60 18 0,51 0,02 31 1,29 1,32 27 33 1,34 1,46 9 0,41 0,01 29 1,25 1,19 28 28 1,22 1,13 15 0,48 0,01 24 1,12 0,88 29 27 1,07 1,07 15 0,48 0,01 25 1,14 0,94 30 26 1,17 1,01 13 0,46 0,01 23 1,09 0,83 31 38 1,45 1,82 15 0,48 0,01 32 1,32 1,39

Page 91: 2008lrr

64

Lampiran 7. CT 4 – Januari 2008

Tgl/ bulan Sebelum Dam Parit Dam Parit Sesudah Dam Parit H V Q H V Q H V Q

1 36 1,41 1,67 18 0,51 0,02 32 1,32 1,392 28 1,22 1,13 15 0,48 0,01 26 1,17 1,013 30 1,27 1,26 15 0,48 0,01 28 1,22 1,134 46 1,46 2,44 23 0,77 0,08 40 1,49 1,975 37 1,43 1,74 17 0,50 0,02 32 1,32 1,396 29 1,25 1,19 16 0,49 0,02 26 1,17 1,017 32 1,32 1,39 15 0,48 0,01 28 1,22 1,138 68 1,95 4,38 30 0,84 0,12 50 1,68 2,779 57 1,78 3,37 28 0,82 0,11 46 1,46 2,44

10 59 1,82 3,55 29 0,83 0,12 43 1,55 2,2011 54 1,74 3,11 27 0,81 0,11 40 1,49 1,9712 40 1,49 1,97 26 0,80 0,10 32 1,32 1,3913 58 1,81 3,46 28 0,82 0,11 43 1,55 2,2014 60 1,84 3,64 30 0,84 0,12 56 1,77 3,2815 58 1,81 3,46 30 0,84 0,12 40 1,49 1,9716 34 1,36 1,53 17 0,50 0,02 28 1,22 1,1317 30 1,27 1,26 14 0,47 0,01 25 1,14 0,9418 40 1,49 1,97 20 0,73 0,07 37 1,43 1,7419 58 1,81 3,46 28 0,82 0,11 48 1,64 2,6020 40 1,49 1,97 21 0,74 0,07 38 1,45 1,8221 39 1,47 1,89 17 0,50 0,02 36 1,41 1,6722 66 1,92 4,19 30 0,84 0,12 54 1,74 3,1123 84 2,15 5,96 30 0,84 0,12 73 2,02 4,8624 32 1,32 1,39 18 0,51 0,02 28 1,22 1,1325 63 1,88 3,91 30 0,84 0,12 55 1,76 3,2026 56 1,77 3,28 29 0,83 0,12 47 1,62 2,5227 44 1,57 2,28 23 0,77 0,08 40 1,49 1,9728 42 1,53 2,12 22 0,76 0,08 38 1,45 1,8229 46 1,61 2,44 24 0,78 0,08 39 1,47 1,8930 67 1,94 4,29 30 0,84 0,12 58 1,81 3,46

Page 92: 2008lrr

65

Lampiran 8. CT 4 – Februari 2008

Sebelum Dam Parit Dam Parit Sesudah Dam Parit Tgl/ bulan H V Q H V Q H V Q 78 2,08 5,36 35 0,88 0,15 68 1,95 4,38

1 68 1,95 4,38 33 0,86 0,14 60 1,84 3,642 86 2,17 6,17 35 0,88 0,15 74 2,03 4,963 88 2,19 6,38 35 0,88 0,15 76 2,05 5,164 54 1,74 3,11 28 0,82 0,11 43 1,55 2,205 68 1,95 4,38 35 0,88 0,15 56 1,77 3,286 65 1,91 4,10 35 0,88 0,15 53 1,73 3,027 74 2,03 4,96 35 0,88 0,15 65 1,91 4,108 84 2,15 5,96 35 0,88 0,15 73 2,02 4,869 70 1,98 4,57 35 0,88 0,15 62 1,87 3,82

10 64 1,89 4,01 34 0,87 0,14 60 1,84 3,6411 58 1,81 3,46 32 0,85 0,13 48 1,64 2,6012 57 1,79 3,37 32 0,85 0,13 50 1,68 2,7713 49 1,66 2,68 32 0,85 0,13 42 1,53 2,1214 84 2,15 5,96 35 0,88 0,15 75 2,04 5,0615 76 2,05 5,16 35 0,88 0,15 64 1,89 4,0116 80 2,10 5,56 35 0,88 0,15 71 1,99 4,6717 63 1,88 3,91 35 0,88 0,15 59 1,82 3,5518 71 1,99 4,67 35 0,88 0,15 67 1,94 4,2919 66 1,92 4,19 35 0,88 0,15 59 1,82 3,5520 77 2,07 5,26 35 0,88 0,15 68 1,95 4,3821 84 2,15 5,96 35 0,88 0,15 76 2,05 5,1622 89 2,20 6,48 35 0,88 0,15 78 2,08 5,3623 60 1,84 3,64 35 0,88 0,15 54 1,74 3,1124 58 1,81 3,46 31 0,85 0,13 52 1,71 2,9425 83 2,14 5,86 35 0,88 0,15 73 2,02 4,8626 61 1,85 3,73 35 0,88 0,15 58 1,81 3,4627 81 2,11 5,66 35 0,88 0,15 76 2,05 5,16

Page 93: 2008lrr

66

Lampiran 9. CT 5 – Desember 2007

Sebelum Dam Parit Dam Parit Sesudh Dam Parit Tgl/ bulan H V Q H V Q H V Q

1 36 1,41 1,67 15 0,65 0,05 42 1,38 1,052 26 1,12 0,88 12 0,59 0,04 32 1,21 0,703 20 1,01 0,66 8 0,49 0,02 26 1,09 0,514 28 1,12 0,88 10 0,54 0,03 30 1,17 0,635 27 1,20 1,07 13 0,61 0,04 33 1,23 0,736 25 1,13 0,79 13 0,61 0,04 31 1,19 0,667 20 1,01 0,66 9 0,52 0,02 29 1,15 0,608 20 1,01 0,66 8 0,49 0,02 24 1,04 0,459 26 1,12 0,88 14 0,63 0,04 33 1,23 0,73

10 25 1,13 0,79 9 0,52 0,02 26 1,09 0,5111 34 1,36 1,53 14 0,63 0,04 30 1,17 0,6312 32 1,32 1,39 15 0,65 0,05 39 1,33 0,9313 31 1,27 1,10 16 0,67 0,05 28 1,13 0,5714 33 1,31 1,21 18 0,70 0,06 40 1,35 0,9715 24 1,12 0,88 11 0,57 0,03 31 1,19 0,6616 18 1,22 1,13 10 0,54 0,03 25 1,07 0,4817 16 0,88 0,46 9 0,52 0,02 23 1,02 0,4218 18 0,94 0,56 7 0,45 0,02 25 1,07 0,4819 36 1,41 1,67 9 0,52 0,02 22 1,00 0,3920 36 1,41 1,67 17 0,69 0,06 43 1,39 1,0821 29 1,22 0,99 11 0,57 0,03 30 1,17 0,6322 30 1,27 1,26 16 0,67 0,05 29 1,15 0,6023 29 1,25 1,19 15 0,65 0,05 31 1,19 0,6624 40 1,49 1,97 18 0,70 0,06 42 1,38 1,0525 39 1,44 1,57 16 0,67 0,05 46 1,43 1,1926 35 1,36 1,33 18 0,70 0,06 41 1,36 1,0027 38 1,45 1,82 9 0,52 0,02 42 1,38 1,0528 34 1,36 1,53 15 0,65 0,05 39 1,33 0,9329 30 1,27 1,26 15 0,65 0,05 37 1,30 0,8630 28 1,22 1,13 13 0,61 0,04 34 1,25 0,7731 39 1,44 1,57 14 0,63 0,04 41 1,36 1,00

Page 94: 2008lrr

67

Lampiran 10. CT 5 – Januari 2008

Tgl/ bulan Sebelum Dam Parit Dam Parit Sesudah Dam Parit H V Q H V Q H V Q

1 36 1,38 1,39 18 0,70 0,06 40 1,35 0,972 33 1,31 1,21 20 0,73 0,07 35 1,26 0,793 32 1,32 1,39 17 0,69 0,06 36 1,28 0,834 48 1,60 2,15 25 0,79 0,09 50 1,49 1,345 39 1,44 1,57 20 0,73 0,07 42 1,38 1,056 31 1,27 1,10 19 0,72 0,06 37 1,30 0,867 32 1,29 1,16 19 0,72 0,06 36 1,28 0,838 69 1,90 3,67 34 0,87 0,14 71 1,71 2,199 53 1,68 2,49 30 0,84 0,12 58 1,58 1,65

10 60 1,84 3,64 32 0,85 0,13 62 1,63 1,8211 52 1,66 2,42 30 0,84 0,12 56 1,56 1,5712 43 0,82 1,82 29 0,83 0,12 47 1,45 1,2213 58 1,75 2,85 34 0,87 0,14 62 1,63 1,8214 64 1,83 3,29 37 0,89 0,16 66 1,67 1,9815 56 1,72 2,70 36 0,88 0,15 55 1,55 1,5316 38 1,45 1,82 28 0,82 0,11 46 1,43 1,1917 33 1,31 1,21 16 0,67 0,05 37 1,30 0,8618 40 1,49 1,97 20 0,73 0,07 45 1,42 1,1519 56 1,77 3,28 28 0,82 0,11 58 1,58 1,6520 43 1,51 1,82 21 0,74 0,07 47 1,45 1,2221 40 1,49 1,97 17 0,69 0,06 44 1,41 1,1122 66 1,92 4,19 36 0,88 0,15 69 1,70 2,1123 79 2,01 4,46 45 0,94 0,21 75 1,75 2,3624 37 1,40 1,45 18 0,70 0,06 41 1,36 1,0025 70 1,91 3,75 40 0,91 0,18 72 1,71 2,2326 66 1,86 3,44 35 0,88 0,15 68 1,69 2,0627 58 1,75 2,85 30 0,84 0,12 60 1,61 1,7328 68 1,88 3,59 35 0,88 0,15 72 1,72 2,2329 58 1,81 3,46 30 0,84 0,12 63 1,64 1,8630 65 1,85 3,36 37 0,89 0,16 70 1,70 2,1531

Page 95: 2008lrr

68

Lampiran 11. CT 5 – Februari 2008

Tgl/ bulan Sebelum Dam Parit Dam Parit Sesudah Dam Parit H V Q H V Q H V Q

1 80 2,10 5,56 45 0,94 0,21 85 1,83 2,802 80 2,10 5,56 45 0,94 0,21 86 1,84 2,843 84 2,15 5,96 44 0,93 0,20 88 1,85 2,934 76 2,05 5,16 42 0,92 0,19 80 1,79 2,585 60 1,84 3,64 38 0,90 0,17 66 1,67 1,986 70 1,98 4,57 39 0,90 0,17 73 1,73 2,287 64 1,83 3,29 40 0,91 0,18 69 1,70 2,118 74 2,03 4,96 42 0,92 0,19 79 1,78 2,549 84 2,15 5,96 45 0,94 0,21 84 1,82 2,75

10 71 1,99 4,67 39 0,90 0,17 68 1,69 2,0611 66 1,92 4,19 40 0,91 0,18 69 1,70 2,1112 59 1,77 2,92 40 0,91 0,18 64 1,65 1,9013 58 1,81 3,46 40 0,91 0,18 64 1,65 1,9014 60 1,84 3,64 40 0,91 0,18 64 1,65 1,9015 83 2,06 4,78 45 0,94 0,21 87 1,84 2,8916 80 2,02 4,54 45 0,94 0,21 87 1,84 2,8917 80 2,02 4,54 45 0,94 0,21 88 1,85 2,9318 70 1,98 4,57 45 0,94 0,21 76 1,76 2,4119 76 2,05 5,16 45 0,94 0,21 81 1,80 2,6220 58 2,05 5,16 38 0,90 0,17 64 1,65 1,9021 79 2,01 4,46 45 0,94 0,21 79 1,78 2,5422 80 2,02 4,54 45 0,94 0,21 83 1,81 2,7123 81 2,11 5,66 45 0,94 0,21 85 1,83 2,8024 64 1,89 4,01 42 0,92 0,19 70 1,70 2,1525 60 1,84 3,64 40 0,91 0,18 66 1,67 1,9826 82 2,05 4,70 45 0,94 0,21 85 1,83 2,8027 76 2,05 5,16 43 0,93 0,20 81 1,80 2,6228 83 2,14 5,86 45 0,94 0,21 81 1,80 2,6229

Page 96: 2008lrr

69

Lampiran 12. Debit Tiga Harian

Tiga Harian CT4 CT5

Debit Tiga Harian Sebelum DP DP Sesudah DP

Sebelum DP DP

Sesudah DP

Tanggal Debit (m³/detik) Debit (m³/detik) 1-3 1,25 0,01 0,99 1,07 0,03 0,75 4-6 0,94 0,01 0,73 0,91 0,04 0,67 7-9 0,70 0,01 0,55 0,73 0,03 0,59 10-12 1,04 0,02 0,77 1,24 0,04 0,69 13-15 1,05 0,01 0,83 1,06 0,05 0,73 16-18 0,48 0,01 0,37 0,72 0,02 0,46 19-21 0,96 0,01 0,78 1,44 0,04 0,70 21-24 1,28 0,02 1,11 1,47 0,05 0,77 25-27 1,60 0,01 1,30 1,57 0,05 1,08 27-30 1,07 0,01 0,88 1,31 0,05 0,85 31-2 1,54 0,02 1,26 1,39 0,06 0,92 3-5 1,81 0,04 1,50 1,70 0,07 1,07 6-8 2,32 0,05 1,64 1,98 0,09 1,29 9-11 3,34 0,11 2,20 2,85 0,12 1,68 12-14 3,02 0,11 2,29 2,65 0,14 1,67 15-17 2,08 0,05 1,35 1,91 0,10 1,19 18-20 2,47 0,08 2,05 2,36 0,08 1,34 21-23 4,01 0,09 3,21 3,54 0,14 1,86 24-26 2,86 0,09 2,28 2,88 0,13 1,76 27-29 2,28 0,08 1,89 3,30 0,13 1,94 30-2 4,68 0,14 3,83 4,83 0,19 2,60 3-5 5,22 0,14 4,11 4,92 0,19 2,50 6-8 4,48 0,15 3,47 4,27 0,18 2,31 9-11 4,85 0,15 4,11 4,94 0,19 2,31 12-14 3,17 0,13 2,50 3,34 0,18 1,90 15-17 5,56 0,15 4,58 4,62 0,21 2,90 18-20 4,26 0,15 3,80 4,96 0,20 2,31 21-23 5,90 0,15 4,97 4,89 0,21 2,68 24-26 4,32 0,14 3,64 4,12 0,19 2,31 27-28 4,70 0,15 4,31 3,67 0,21 1,75