462mzhxja

17
ISSN 0215-8250 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DENGAN MODEL BELAJAR RESISTASI PRA - LABORATORIUM PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KIMIA STKIP SINGARAJA oleh I Gusti Lanang Wiratma Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Telah dilakukan penelitian peningkatan kualitas pembelajaran Praktikum Kimia Analitik pada mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan keterampilan melaksanakan praktikum dan meningkatkan hasil belajar. Tindakan yang dilakukan adalah Model belajar Resistasi Pra-Laboratorium. Hasil yang diperoleh bahwa kesiapan dan keterampilan mahasiswa melaksanakan praktikum meningkat. Model ini dapat meningkatkan wawasan berpikir, keberanian mengemukakan pendapat, keyakinan diri dan mampu mengevaluasi diri. Pendapat mahasiswa terhadap model yang diterapkan sangat positif. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan penalaran mahasiswa. Kata kunci : Resistasi Pra- Lab. ABSTRACT _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003

Upload: nikomangariani

Post on 05-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mzxjzxkxjz

TRANSCRIPT

Meningkatkan Ketrampilan Mahasiswa Dalam Praktikum Kimia Analitik

ISSN 0215-8250

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DENGAN MODEL BELAJAR RESISTASI PRA - LABORATORIUM PADA MAHASISWA

PROGRAM STUDI KIMIA STKIP SINGARAJA

oleh

I Gusti Lanang Wiratma

Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian peningkatan kualitas pembelajaran Praktikum Kimia Analitik pada mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan keterampilan melaksanakan praktikum dan meningkatkan hasil belajar. Tindakan yang dilakukan adalah Model belajar Resistasi Pra-Laboratorium. Hasil yang diperoleh bahwa kesiapan dan keterampilan mahasiswa melaksanakan praktikum meningkat. Model ini dapat meningkatkan wawasan berpikir, keberanian mengemukakan pendapat, keyakinan diri dan mampu mengevaluasi diri. Pendapat mahasiswa terhadap model yang diterapkan sangat positif. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan penalaran mahasiswa.

Kata kunci : Resistasi Pra- Lab.

ABSTRACT

This research was conducted of chemistry departement of STKIP Singaraja. The aim of research was improve the readiness and skill of student in doing lab. work for increasing the students achievement. The action which be applied was pre- lab. recistation learning model. The result showed that the readiness and skill of students in conducting lab. work was increase. Futhermore, the model can also developing thinking insight, bravery in expressing ideas, self confidence and self evaluation. Students opinion towards the model was positive. Thus, based on the result, it can be concluded that the action can improve the studentsreasoning.

Key words: Recistation Pre-Lab

1. Pendahuluan

Ilmu Kimia yang merupakan salah satu bidang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai ciri-ciri khusus yang perlu ditangani secara khusus. Salah satu ciri dari IPA adalah adanya kerjasama antara eksperimen dan teori. Teori dalam IPA tidak lain adalah pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya harus diuji dengan eksperimen. Pada dasarnya eksperimen, selain merupakan suatu proses induktif dalam menanamkan prinsip dasar yang baru, juga merupakan suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru. Kiranya tidak dapat disangsikan bahwa praktikum yang merupakan salah satu kegiatan laboratorium sangat berperanan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA. Dengan kegiatan praktikum, mahasiswa akan dapat mempelajari IPA melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses IPA, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah ( Amien, 1987; Hendro dan Jenny, 1993).

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran kimia analitik dan praktikum kimia analitik sudah dilakukan pelatihan Tipe B di UGM bagi dosen pemegang mata kuliah tersebut pada tahun 1992-1994 yang diprakarsai oleh Dirjen Dikti. Hal lain yang sudah kami lakukan selaku tim pembimbing praktikum kimia analitik adalah memberikan bahan ajar dan petunjuk praktikum sedini mungkin dan menjelaskan hal-hal yang penting sebelum melaksanakan praktikum. Namun, sampai saat ini, hasil belajar mahasiswa masih rendah, keterampilan melaksanakan praktikum masih rendah dan belum mampu mengaitkan antara teori yang sudah diketahui dengan materi praktikum. Informasi dari mahasiswa adalah mereka merasa sulit mengimplementasikan teori dalam kegiatan praktikum. Berdasarkan hasil pengamatan selama membimbing praktikum kimia analitik terjadi hal-hal yang mestinya tidak perlu terjadi seperti dalam petunjuk ada saran agar gas H2S yang ada dalam larutan dihilangkan dengan cara penguapan. Dalam petunjuk ini secara implisit ada keharusan mahasiswa bisa membuktikan gas tersebut habis. Kenyataannya mahasiswa tidak tahu cara membuktikan apakah gas H2S tersebut sudah habis atau belum. Padahal, secara teoritis, mahasiswa sudah dibekali teori pengujian asam dan basa, sementara gas H2S adalah gas yang bersifat asam. Hal-hal yang sejenis banyak dan sering terjadi, sehingga kami mendapat kesan, mahasiswa bekerja di laboratorium layaknya mengikuti petunjuk resep pembuatan kue. Keadaan ini membuktikan bahwa motivasi dan kesiapan belajar dalam mempersiapkan praktikum sangat rendah yang akibatnya hasil belajarnya juga rendah.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dipandang sangat perlu dilakukan tindakan berupa perbaikan pembelajaran, dengan harapan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas hasil belajar mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa merupakan perwujudan dari hasil suatu proses yang tidak bisa lepas dari tindakan terhadap proses tersebut. Berkaitan dengan proses perkuliahan praktikum kimia analitik mahasiswa kimia STKIP Singaraja terdapat beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi yang perlu dicermati sebagai berikut. (1) Model pembelajaran praktikum yang dilaksanakan oleh para dosen, masih didasarkan pada asumsi bahwa, dengan mengikuti prosudur petunjuk praktikum yang diberikan kepada mahasiswa, mahasiswa akan memahami dan mampu mengaitkan teori dengan praktek; (2) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebagai salah satu anggota tim pembimbing/pengajar praktikum kimia analitik, bahwa sebelum mahasiswa melaksanakan praktikum dosen belum pernah mencari tahu kesiapan belajar dan pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa. Padahal menurut hasil penelitian terdahulu (Stead,1980, Anderson dan Karrqvist, 1981, Osborne, 1983, Driver dkk,1985, dalam Santyasa, 1997), mahasiswa, bahkan semasih mereka berada di jenjang pendidikan dasar dan menengah telah memiliki konsepsi atau gagasan-gagasan terhadap ilmu itu. Mengenai kesiapan belajar, menurut Bruner (dalam Dahar,1989), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Peningkatan kesiapan belajar mahasiswa dalam melaksanakan praktikum bisa dilakukan dengan kegiatan pra - laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian Sudiana dkk. (1995) diperoleh hasil bahwa penyelenggaraan kuliah pra-laboratorium kimia dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang nama, kegunaan, dan keterampilan menggunakan alat-alat laboratorium kimia. Dalam kuliah praktikum kimia, pengetahuan tentang nama alat, fungsi dan keterampilan menggunakan alat akan sangat menentukan keberhasilan belajar mahasiswa; (3) Mahasiswa pada suatu kelas, keadaannya sangat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kebiasaan dan kesiapan belajar dan yang lainnya. Sudah diyakini bahwa hal-hal yang dikemukakan di atas sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Walaupun kita sadari bahwa bakat, kecerdasan dan kemampuan awal tidak bisa diubah dari pihak luar (dosen), namun motivasi, kebiasaan belajar dan kesiapan belajar bisa dibangkitkan oleh pihak dosen. Dari hasil pengamatan sebagai tim pembimbing, usaha ini belum dioptimalkan oleh pihak dosen. Pembangkitan motivasi, peningkatan kebiasaan dan kesiapan belajar bisa dilakukan dengan metode Resistasi. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas tampaknya proses perkuliahan praktikum kimia analitik perlu dioptimalkan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Dalam penelitian ini proses optimalisasi mengikuti teori belajar menurut Bruner, yaitu Belajar Penemuan (Discovery Learning). Dalam bukunya, (Dahar,1989) Bruner mengemukakan empat tema pendidikan, yaitu struktur pengetahuan, kesiapan belajar, intuisi dan motivasi atau keinginan untuk belajar serta cara-cara yang dimiliki oleh guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman di mana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Untuk meningkatkan kesiapan belajar mahasiswa dan membangkitkan motivasinya maka penelitian ini menitik beratkan pada Resistasi Pra-Laboratorium pada pembelajaran praktikum kimia analitik mahasiswa P.S. Kimia STKIP Singaraja tahun akademik 2000-2001.

Secara eksplisit ada empat masalah yang akan diupayakan pemecahannya dalam penelitian ini. Ke empat masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimana kesiapan belajar mahasiswa dalam mengikuti kuliah praktikum kimia analitik jika dilakukan tindakan Resistasi Pra-Laboratorium?; (2) Bagaimana profil kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan laboratorium jika dilakukan tindakan Resistasi Pra-Laboratorium?; (3) Bagaimana hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah praktikum kimia analitik setelah mengikuti pembelajaran dengan model Resistasi Pra-Laboratorium?; dan (4) Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran praktikum kimia analitik dengan model Resistasi Pra-Laboratorium?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Meningkatkan kemampuan mengelola praktikum bagi peneliti; (2) Meningkatkan kesiapan belajar mahasiswa sebelum melaksanakan praktikum; (3) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan laboratorium; (4) Meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam perkuliahan praktikum kimia analitik setelah mengikuti pembelajaran dengan model Resistasi Pra-Laboratorium; dan (5) Mendeskripsikan dan menganalisis tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dengan model Resistasi Pra-Laboratorium pada mata kuliah praktikum kimia analitik.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Informasi mengenai kesiapan belajar mahasiswa akan sangat bermanfaat bagi para dosen pemegang mata kuliah praktikum kimia analitik untuk membimbing, memfasilitasi mahasiswa dalam praktikum; (2) Efektivitas penerapan metode Resistasi Pra-Laboratorium akan menjadikan mahasiswa mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk belajar, selalu mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran, meningkatkan kemandirian belajar dan akhirnya mampu sebagai pengembang ilmu pengetahuan; (3) Dengan terlibatnya para dosen pemegang mata kuliah praktikum, maka para dosen diharapkan mencari tahu kesiapan belajar mahasiswa sehingga berusaha mengatur strategi dan melaksanakan tindakan yang tepat dalam membimbing mahasiswa. Di samping itu, para dosen akan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan penelitian tindakan sebagai upaya untuk membantu mengoptimalisasi hasil belajar mahasiswa; dan (4) Secara teoritis hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang penelitian pendidikan, khususnya pada mata kuliah praktikum.2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran Praktikum Kimia Analitik. Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja yang memprogramkan mata kuliah praktikum kimia analitik pada semester genap tahun akademik 1998/1999. Objek penelitian ini adalah ke efektifan model pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktifitas kegiatan laboratorium, perubahan hasil belajar mahasiswa, persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran Resistasi Pra-Laboratorium.

Rancangan penelitian tindakan ini terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) evaluasi tindakan, (4) refleksi dan siklus. (Suwarsih, 1994). Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas empat praktikum, yang secara sederhana dapat dilukiskan seperti diagram 1 berikut.

Diagram 1. Alur penelitian tindakan yang dilaksanakan

Kriteria yang digunakan sebagai patokan untuk mengukur keberhasilan tindakan adalah aktivitas kegiatan laboratorium seluruh mahasiswa adalah baik, penyajian hasil praktikum mahasiswa juga baik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kesiapan belajar yang dipantau melalui jawaban terhadap tugas yang diberikan dan hasil pertanggung jawaban tugas kepada dosen, data aktivitas kegiatan laboratorium dikumpulkan melalui observasi pada saat mahasiswa praktikum, data mengenai penyajian hasil praktikum (laporan) dinilai dengan pedoman penilaian hasil praktikum data mengenai persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran model Resistasi Pra-Laboratorium dikumpulkan dengan angket. Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif kuantitatif.

3. Hasil dan Pembahasan

Beberapa komponen yang diobservasi dan dievaluasi adalah 1) persiapan pra praktikum, dengan acuan pemahaman teori/ konsep yang berkaitan dengan praktikum. 2) aktivitas praktikum dengan indikator; keterampilan menggunakan alat, pemahaman mengenai alat laboratorium dan fungsinya, kesungguhan dalam melaksanakan praktikum, pemahaman tentang prosedur kerja, ketepatan/ kesesuaian pemilihan alat, keterampilan mengamati gejala dan mencatat data, pemanfaatan waktu, sikap dan usaha dalam bekerja di laboraorium dan kerjasama dalam kelompok, dan sajian pembuatan jurnal praktikum. 3) laporan praktikum dengan indikator ketepatan waktu menyerahkan laporan, ketepatan/ kedalaman landasan teori, teknik penyajian data, interpretasi data dan pembahasan, kesimpulan hasil percobaan, sistematika laporan dan penggunaan bahasa indonesia dalam tulisan.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas persiapan pra praktikum adalah 2,15 dan persiapan teori yang berkait dan diimplementasikan ke praktikum kurang. Nilai rata-rata kelas aktivitas praktikum 3,0 (cukup)dan nilai rata-rata laporan praktikum 3,3 (cukup).

Sebagai refleksi tindakan siklus I di samping data yang dikemukakan di atas, ada beberapa yang diamati, yaitu pemahaman terhadap penuntun praktikum, dan dasar teori kurang. Melalui sajian jurnal beberapa kelompok tidak memahami prinsip kerja dan rasionalnya. Ada satu kelompok tidak mengenal makna label yang tertera dalam botol penyimpan zat. Aktivitas praktikum berada dalam katagori cukup, walaupun ada mahasiswa dalam satu kelompok yang belum paham tentang apa yang harus dilakukan, tetapi bisa dibantu oleh teman dalam kelompoknya. Hampir seluruh kelompok tidak mampu menghitung secara teoritis pengenceran larutan bila diketahui dalam % dan berat jenis tertentu. Mahasiswa belum terampil membaca skala dan melakukan titrasi dengan benar. Berdasarkan laporan praktikum ada hal yang sangat menonjol dalam setiap laporan yaitu interpretasi data dan pembahasan sangat kurang, penulisan daftar pustaka belum benar, sistematika laporan kurang. Dalam satu kelompok laporan yang satu dengan yang lain terjadi perubahan cara penyajian laporan dibandingkan laporan sebelumnya, karena laporan terdahulu lebih baik dibandingkan laporan berikutnya.

Dari refleksi yang dilakukan, maka pada siklus II dilakukan modifikasi tindakan dengan menambah kegiatan berupa pemberian penjelasan teori-teori dasar yang berkaitan dengan praktikum, dan beberapa informasi penting yang berkaitan dengan praktikum sebelum praktikum dilakukan. Pada saat praktikum diberikan bimbingan yang lebih intensif pada kelompok yang mengalami kesulitan dan memberi contoh secara langsung cara bekerja sambil menjelaskan prinsip-prinsip penting yang mendasari. Dosen juga memberi penguatan dalam bentuk pernyataan sangsi tidak lulus jika masih bekerja seperti itu. Laporan praktikum diberi komentar dan mahasiswa diberi penjelasan tentang bagaimana laporan yang baik.

Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa, nilai persiapan praktikum adalah 4,1 (baik) kesiapan teori baik, kemauan dan semangat meningkat. Nilai aktivitas praktikum rata-rata 4,0 (baik) dan nilai laporan praktikum rata-rata 3,9 (baik). Jika dibandingkan hasil siklus I dengan sikluis II ada peningkatan yang cukup signifikan. Dalam pelaksanaan tanya jawab, sebagian mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dikerjakan, keberanian mengemukakan pendapat semakin meningkat, keyakinan diri terhadap hal yang dikemukakan semakin mantap walaupun dicoba untuk dibantah. Dalam aktivitas praktikum yang kelihatan menonjol adalah dalam mulai bekerja mahasiswa tidak ragu-ragu, mengikuti langkah demi langkah bekerja lebih cepat dari praktikum sebelumnya. Pada laporan praktikum yang cukup banyak perubahan adalah sistematika, penyajian data, pembahasan yang logis dan tidak mengulangi kesalahan. Persepsi mahasiswa terhadap model belajar resistasi pra-laboraorium positif, sebagian besar menyatakan menambah wawasan, menambah kesiapan praktikum, memacu untuk belajar dan meningkatkan percaya diri. Persepsi negatif mahasiswa terhadap model pembelajaran ini adalah mereka merasa terbebani, menyita waktu, cemas dan khawatir, sehingga mahasiswa mengharap tidak perlu diadakan tes lisan.

Dari paparan di atas tampak bahwa Resistasi Pra- lab sangat berpengaruh terhadap kesiapan mahasiswa melaksanakan praktikum, meningkatkan kemauan mahasiswa mencari sumber informasi. Dengan demikian, tindakan Resistasi Pra-Lab sangat sesuai dengan prinsip belajar bermakna yaitu si pebelajar dan pengajar harus sama-sama memiliki kesiapan yang baik. Dengan kesiapan yang baik dan mantap maka interaksi akan berjalan baik, aktivitas kelas akan menjadi hidup dan tujuan lebih mudah tercapai.

Dilihat dari hasil belajar, hasil belajar pada siklus I, 38 % berkatagori kurang, 45% cukup dan 17% berkatagori baik. Pada siklus II hasil belajar menjadi 34 % katagori cukup, 55% baik dan 11% katagori sangat baik.

4. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa tindakan Resistasi Pra-Laboratorium dapat meningkatkan kualitas pengelolaan praktikum bagi peneliti, meningkatkan wawasan bagi dosen dalam mengelola praktikum, dapat meningkatkan kesiapan belajar mahsiswa, meningkatkan pemahaman konsep dasar, peningkatan aktivitas dan keterampilan praktikum menjadi lebih baik dan laporan menjadi lebih mantap. Tugas kelompok yang harus dipertanggungjawabkan kepada pembimbing secara lisan dapat meningkatkan wawasan berpikir, keberanian mengemukakan pendapat, meningkatkan keyakinan diri dan kerjasama. Jadi, Model Belajar Resistasi Pra- Laboratorium dapat meningkatkan penalaran mahasiswa.

Hal-hal yang perlu direkomendasikan adalah sebagai berikut. (1) Agar keberhasilan penyelenggaraan praktikum kimia analitik meningkat dan penalaran mahasiswa mantap perlu diterapkan model belajar Resistasi Pra-lab dalam kelompok kooperatif, kemudian dibarengi dengan pemberian bimbingan yang lebih intensif. (2) Dilihat dari sisi budaya, tampak pemberian penguatan yang berupa pernyataan pemberian sangsi masih perlu dilakukan, walaupun dari sisi penyelenggaraan pendidikan yang demokratis tampak kurang relevan. (3) Agar penyelenggaraan praktikum bisa lancar perlu penambahan jumlah dan jenis alat, bahan dan laboran kimia terutama di Lab. Kimia IKIP Negeri Singaraja.

DAFTAR PUSTAKA

Amien Moh., 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan menggunakan Metode Discovery dan Inquary Bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen .Dikti. P2LPTK.

Dahar Ratna Wilis, 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta : Depdik bud. Dirjen. Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga kependidikan.

Nana Sudjana, 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar baru Algesindo.

Pasaribu I.L. dan Simandjuntak B. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.

Puri Ni Made, 1997. Penggunaan Metode Tugas Belajar dan Resitasi dalam upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. STKIP Singaraja : Tugas Akhir.

Santyasa I Wayan, M.Si, 1997. Efektifitas Penterapan Modul dan Metode Demonstrasi Terhadap Perubahan Miskonsepsi dan Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan P.MIPA. STKIP Singaraja : Laporan Penelitian.

Sudiana I Ketut, Suardana I Nyoman, Selamat Nyoman, 1995. Penyelenggaraan Kuliah Pra Laboratorium untuk menunjang pelaksanaan Praktikum Kimia pada mahasiswa tahun Pertama Bersama (TPB) Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja Tahun 1995/1996. STKIP Singaraja LaporanPenelitian.

Identifikasi Masalah

Perencanaan rancangan pembelajaran melalui

Resistasi Pra-Laboratorium

Melaksanakan pembelajaran

prak.1

prak.2

prak.3

prak.4

obs.refl.

obs.refl.

obs.refl.

Evaluasi Program pembelajaran

Tindak Lanjut

_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXVI Januari 2003