antihiperlipid
DESCRIPTION
laporan resmi herbalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup. Banyak orang
menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit orang tua atau
penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan, padahal setiap orang dapat
mengidap penyakit diabetes mellitus baik tua maupun muda. Menurut WHO
(organisasi kesehatan sedunia) tahun 2003 terdapat lebih dari 200 juta orang
dengan penderita diabetes mellitus di dunia. Angka ini akan bertambah menjadi
333 juta orang ditahun 2025. Negara berkembang seperti Indonesia menempati
urutan ke 4 jumlah penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta pengidap
penyakit diabetes mellitus dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun
2030 (Soegondo, dkk., 2009).
Diabetes mellitus disebabkan karena kekurangan hormon insulin yang
berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak
(Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005; Syamsudin, et al., 2010). Akibatnya
glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan
lewat kemih (glikosuria) tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan mengakibatkan penderita sering mengeluarkan air seni, merasa
amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Tjay dan Rahardja, 2007).
Pengobatan diabetes mellitus adalah pengobatan menahun dan seumur hidup.
Pengobatan diabetes mellitus seperti penggunaan insulin dan obat antidiabetes
oral harganya relatif lebih mahal karena penggunaannya dalam jangka waktu
lama dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena
itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping yang relatif rendah dan obat
dengan harga yang murah (Dalimartha dan Adrian, 2012). Salah satu upaya dalam
penanganan diabetes mellitus adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai
1
obat alternatif. Salah satu tumbuhan yang berefek sebagai antidiabetes mellitus
adalah tumbuhan manggis yang terletak pada kulit buah manggis (Chaverri, et al.,
2008; Jung, et al., 2004; Santoso, dkk., 2003).
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari
daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar.
Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar dari tumbuhan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak yang tidak
mengetahui jika kulit buah manggis memiliki khasiat. Kulit buah manggis yang
selama ini dibuang sebagai limbah setelah habis menyantap daging buah, ternyata
memiliki segudang manfaat penting bagi kesehatan. Di dalam kulit buah manggis
kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin (Moongkandi, et al., 2004;
Kristenses, 2005; Weecharangsan, et al., 2006; Hartanto 2011).
Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone yang terdapat didalam
kulit buah manggis memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker,
antiperadangan, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi, pewarna
alami dll. Xanthone didalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai
antidiabetes telah dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang, yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus percobaan dengan kasus diabetes
mellitus tipe II. Xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah
kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas. Xanthone kulit manggis juga telah
dibuktikan dengan menggunakan fraksi air kulit manggis dan menunjukkan
aktivitas antidiabetes (Mardiana, 2011; Anonim, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, kami tertarik untuk melakukan penelitian
pemeriksaan karakteristik simplisia kulit buah manggis, skrining fitokimia dan
efek ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah
pada mencit jantan dengan metode uji toleransi glukosa menggunakan pelarut
etanol. Digunakannya etanol karena senyawa xanthone yang berkhasiat didalam
kulit buah manggis paling efektif diekstrak dengan pelarut etanol (Nugroho,
2011).
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas ekstrak etanol kulit buah manggis sebagai
antihiperglikemik ?
Bagaimana cara memformulasi Ekstrak etanol kulit buah Manggis dalam
tablet effervescent?
1.3 Tujuan Penelitian
mengetahui aktivitas antihiperglikemik Ekstrak etanol kulit buah
manggis.
mengetahui cara memformulasi Ekstrak etanol kulit buah Manggis dalam
tablet effervescent.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembuatan ekstrak etanol
kulit buah manggis dalam sediaan tablet effervescent.
2. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan tentang manfaat ekstrak etanol kulit buah manggis
sebagai antihiperglikemi dan menambah wawasan tentang cara pembuatan
sediaan tablet effervescent.
3. Bagi lembaga Kesehatan
Menambahan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi masyarakat
Memberi gambaran dan informasi tentang potensi kulit buah manggis sebagai
antihiperglikemik dalam sediaan tablet effervescent.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi dimana kadar gula darah yang tinggi. Pada
keadaan tersebut hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik
menurut WHO adalah kadar glukosa darah > 126 mg/dL, kadar glukosa darah antara
100-126 mg/dL dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Hiperglikemik
berbeda dengan diabetes mellitus, pada umumnya hiperglikemia akan terjadi setelah
makan terutama yang mengandung glukosa tinggi, namun keadaan glukosa darah
tinggi (hiperglikemia) itu bukanlah diabetes mellitus karena tubuh tentu akan
merespon dengan mekanisme umpan balik untuk menurunkan kadar glukosa melalui
pensekresian insulin oleh pancreas sehingga glukosa darah menjadi dalam ambang
normal. Namun, jika keadaan hiperglikemia terjadi secara terus-menerus dan
berlangsung menahun, maka mengakibatkan diabetes mellitus (Setia,2008).
2.2 Diabetes militus (DM)
Diabetes militus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati :
Kriteria diagnosis diabetes mellitus :
a) Kadar glukosa puasa ≥126 mg/dl
b) Kadar glukosa 2jam setelah makan ≥ 200 mg/dl
4
c) Kadar glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl
Patofisiologi
a) DM tipe 1 (IDDM) jenis remaja :
1. Terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes.
2. DM tipe ini berkembang pada anak –anak atau awal dewasa.
3. Penyebab : adanya kerusakan sel B pancreas akibat autoimun sehingga
terjadi defisiensi insulin absolute. Reaksi autoimun umumnya terjadi
setelah waktu yang panjang (9-13 Thn) yang ditandai oleh adanya
parameter system imun ketika terjadi kerusakan sel B.
Hiperglikemia terjadi bila 80-90% dari sel B rusak.
4. Faktor yang menyebabkan terjadinya autoimun tidak diketahui tetapi
proses itu diperantai oleh matrofag dan limfosit T dengan autoantibody
yang keberbagai antigen sel B (antibody sel islet dan antibody insulin).
b) DM tipe 2 (NIDDM) jenis dewasa
1. Terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes dan biasanya ditandai
dengan resistensi insulin dan defistensi insulin relative.
2. Akibat proses menua, banyak pasien jenis ini mengalami penyusutan
sel-sel yang progresif serta penumpukan amiloid sekitar sel-sel B. Sel
B yang tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya
semakin berkurang. Selain itu kepekaan reseptornya menurun
hipofungsi sel-sel B ini bersama resistensi insulin yang meningkat
mengakibatkan gula darah meningkat (hiperglikemia).
3. DM tipe 2 disebabkan karena gaya hidup penderita (kelebihan kalori,
kurangnya olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetic.
c) Diabetes yang disebabkan factor lain (1-2%),termasuk gangguan
endokrim (misalnya akromegali, sindrom chusing) diabetes mellitus gas
totional (DNG) penyakit pancreas eksokrim (pancreas) dank arena
(glukokorfikoi dan pentamidin,niasin dan a-interferon)
5
1. Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, neuropati dan nefropati.
Komplikasi mikrovaskuler berupa penyakit jantung kroner, stroke, dan
penyakit vaskuler periferal
2.3 Mekanisme terjadinya Hiperglikemia / DM
Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah
tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose, atau hepas dan metabolism
juga terganggu. Dalam keaadan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi Co2 dan air 5% diubah menjadi
glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada pasien DM semua
proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga energy ke
utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenernya hiper glikemia
tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmatik
terhadap intrasel. Yang berbahaya ialah glikosuma yang timbul, karena glukosa
bersifat dieuretik, osmosis, sehingga dieresis sangat meningkat disertai hilangnya
berbagai elektrolik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan
hilangnya elektrolit pada pasien DM yang tidak di obati karena adanya dehidrasi,
maka badan berusaha mengatasi dengan banyak minum (polidipsia). Badan
kehilangan x kalori untuk setiap gram glukosa yang di eksresi. Poli timbul karena
perangsang pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangknya
pemakaiannglukosa di klenjar itu. Gejala yang timbul yaitu polium, polifagia,
polidipsio kehilangan bobot.
2.4 Insulin
Pankreas adalah suatu organ longong kira-kira 15cm, terletak dibelakang
lambung dan sebagian dibelakang hati. Dengan ini terdiri dari 98% sel-sel dengan
sekresi ekstern yang memproduksi enzim-enzim cerna yang di salurkan ke
duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel ( pulau langlhans) dengan sekresi
hormon, insulin dan glucagon yang di akibatkan langsung ke aliran darah.
6
Ada 4 jenis sel endokrin yaitu :
1. Sel alfa : memproduksi hormone glucagon
2. Sel beta : berisi insulin
3. Sel O : memproduksi sonatostatin
4. Sel PP : memproduksi PP (panereatic Polypeptide)
2.5 Retensi Insulin
Retensi insulin adalah peristiwa dimana pemasukan insulin kedalam sel
menurun pada penderita DM tipe 2. Penyebabnya adalah berkurangnya jumlah
reseptor yang harus mengikat atau tidak bekerja (lagi) semestinya. Atau karena ada
gangguan pada sistem transport insulin didalam sel ke tempat pembakaran.
Didalam sel glukosa dibakar untuk menghasilkan kalori dan kelebihannya trutama
ditimbun sebagai glikogen dalam sel-sel otot atau sebagai lemak dalam sel lemak.
Bila pemasukan glukosa berlangsung terus menerus (makan terlalu banyak), maka
tumbuhnya sel-sel lemak akhirnya mengakibatkan overweigh dan adipositas.
Akibat lainnya respon insulin berkurang jumlahnya atau fungsinya, dan pengikatan
insulin dipersulit. Jumlah glukosa yang memasuki sel berkurang, sedangkan
banyak glukosa dan insulin beredar dalam darah (hiperglikemia dan
hiperinsulinemia). Peristiwa yang menjadikan organ tujuan menjadi agak kebal
bagi insulin disebut retensi insulin.
Retensi insulin bisa terjadi karena ;
- Obesitas : orang gemuk banyak membutuhkan insulin dari pada orang biasa.
- Gangguan jantung (infark, dekomposisi)
- Obat-obat misalnya kortikosteroid, diuretika trazid (diatas 25 mg/ hari) dan
beta blockers.
7
2.6 Farmakoterapi Diabetes Melitus
a. Insulin
Mekanisme kerjanya yaitu menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi
pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatatik.
Contoh sediaan; Actrapis HM, Penfil, Isulatard HM.
b. Sulfonilurea
Mekanisme kerja yaitu bekerja merangsang sekresi insulin pada pankreas
sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih bias diproduksi. Contoh
sediaan; kloropemid, glikazid, glibenklamid, dll.
c. Biguanida
Mekanisme kerja yaitu; menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa dijaringan. Contoh sediaan; metformin hidroklorida
d. Tiazolidindion
Mekanisme kerja; meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan
adipose dan menghambat glukoneogenesis hepatik. Contoh obat; proglitazon,
rosiglitazon.
e. Penghambat alfa-glukosidase
Mekanisme kerja yaitu akarobose bekerja menghambat alfa glukosidase
sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus
halus dengan demikian memperlambat dan menghambat penyerapan
karbohidrat.
Sediaam obat; akarbose dan miglitol.
8
2.7 Manggis
Gambar buah manggis
Gambar 2.1 buah manggis
Taksonomi buah manggis
Kingdom : plantae
Disio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : matphigiales/Theales
Familia : Clusiaceae
Genus : Garciani
Spesies : Garcinia mangostana L
Kulit manggis setelah diteliti, ternyata mengandung aktivitas farmakologi
misalnya antinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri,
bahkan untuk pengobatan atau terapi HIV (NugrohoE. Agung, 2012).
Didalam kulit manggis kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin
(Moongkandi, etal, 2004), Kristenses, 2005; Weecharangsa etat., 2006;
Hartanto, 2011).
9
2.8 Xanthone
Xanthone merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa
polyphenolic. Senyawa xanthone dan derifatnya dapat di isolasi dari kulit
manggis (pericarp). Senyawa xanthone memiliki sifat Antioksidan, antidiabet,
antikanker, anti-inflamasi, hepatoprotective, immunu-mudulation, dan
antibakteri, mampu menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon , anti
plasmodial (Jung ,HA. et al, 2006) Balunas, MJ, 2008; Suksamarn, S.et al,
2006 ; Muhabusarakam, W., 2006).
Senyawa Xanthone yang telah teridentifikasi, diantaranya adalah alfa-
mangostin ; gamma-mangostin; gareinon-E; 8-hidroksikuadraksanton G;
mangostingon [7-metoksi-2-(3-metil-2-butenil)-8-(3-metil-2-okso-3-butenil)-8-
(3-metil-2-okso-3-butenil)-1,3,6-trihidroksi- santon; kuadraksanton G; 8-
dioksigartanin; garsimangoson; smeathxanthone A; dan trovo-phylin A. Diantara
senyawa-senyawa xanthone, alfa-mangostin dan gamma-mangostin merupakan
komponen terbesar.
Gambar 2.2 Struktur kimia Xanthone (Liska, 2011)
10
Gambar 2.3 Struktur kimia dari ∝-mangostin dan γ -mangostin
Catt : J = -mangostin
K= γ -mangostin
2.9 Antosianin
Antosianin adalah satu grup pigmen yang berwarna merah muda sampai
biru/ungu, tersebar luas dalam tanaman dan larut dalam air. Antosianin ditemui
pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran ( Harborne, 1967).
Molekul antosianin disusun dari sebuah aglikon (antosianidin) yang
teresterifikasi dengan satu atau lebih glikon (gula). Seluruh senyawa antosianin
merupakan senyawa turunan dari kation flafillium.(Efendi, W. , 1991).
Antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah kerusakan akibat
oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap rdikal
bebas, dan mengikat logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Prior RL, Wu
X , 2006).
Gambar 2.4 Strukur dasar Antosianin
2.10 Mekanisme kerja Xanthone sebagai Antihiperglikemik
Senyawa mangostin dari Garcinia mangostana memilki aktivitas sebagai
antidiabetes, namun belum ada data yang menguatkan informasi ini. Selain itu,
informasi lain menunjukkan bahwa senyawa mangostin dapat menurunkan
11
Lipopolisakarida (LPS) yang merupakan mediator inflamasi pada jaringan
adiposa dan Resistensi Insulin (Sukamrarn, 2009).
Xanthone (antioksidan ampuh yang ditemukan di Pericarp manggis)
bersifat sebagai antipksidan yang dapat menghambat kerusakan sel β-pankreas
pada pulau Langerhans pancreas yang menghasilkan insulin dan merangsang
pelepasan insulin pada sel β-pankreas untuk disekresikan dalam darah. Selain itu
xanthone bertindak untuk mengurangi resistensi Insulin, yang rusak dalam
diabetes melitus tipe 2 dengan mengemvalikan sensitivitas reseptor insulin pada
sel.
2.11 Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengadukan atau pengocokan pada temperature ruang.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyarian maserasi pertama dan seterusnya.
Prinsip kerja ekstraksi meserasi : Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
2.12 Tablet Effervescent
Effervescent didefinisikan sebagai benhtuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai reaksi kimia vescent adalah karbon dioksida
sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda)
(Lieberman, et al., 1992).
12
Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari buah dan
bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet
effervescent dimasukan kedalam air, akan terjadi reaksi kimia antara sumber
asam dan sumber karbonat tersebut membentuk garam natrium dari asam
kemudian menghasilakan larutan gas dalam bentuk CO2.
Reaksi yang terjadi pada tablet effervescent :
H2 C6 H5 O7 + 3NaH CO3 → Na3 C6 H5 O7 + 4H2 O + 3CO2
Asam Sitrat Na-bikarbonat Na-Sitrat Air
Karbondioksida
H2 C4 H4 O6 + 2NaH CO3 → Na2 C4H4 O6 + 2H2 O + 2CO2
Asam Tartarat Na-bikarbonat Na-Tartarat Air Karbondioksida
Keuntungan tablet effervescent :
1. Memberi cita rasa yang menyenangkan
2. Tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman dan merupakan
bentuk sediaan yang mengandung zat aktif.
3. Dapat dikemas secara individual untuk mencegah masuknya kelembapan
sehingga menghindari masalah ketidakstabilan kandungan selama
penyimpanan.
4. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet/kapsul.
5. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan
lebih stabil dalam bentuk effervescent (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Kerugian tablet effervescent :
1. Sukarnya menciptakan produk yang stabil secara kimia, karena tablet
effervescent sangat terpengaruhi oleh kelembapan udara selama proses
produksi dan penyimpanan karena dapat menyebabkan penurunan kualitas
yang cepat dari produk.
2. Proses pembuatan tablet effervescent meliputi proses pencampuran,
pengayakan, pencetakan dan pengemasan.
13
2.13 Evaluasi tablet effervescent
1. Evaluasi massa tablet
a. Waktu alir : alat flowmeter
Untuk uji ini digunakan alat waktu uji alir flowmeter. Sejumlah bahan
ditimbang dan dimasukan ke dalam corong lalu diratakan. Alat dinyalakan
dan waktu yang diperlukan seluruh massa tablet untuk mengaliri dicatat.
Laju alir dihitung dengan satuan gram perdetik.
b. Sudut diam : alat flowmeter dan corong
Sejumlah massa tablet dimasukan dalam corong, kemudian alat flowmeter
dinyalakan. Tumpukan serbuk yang terbentuk diukur tinggi dan jari-jarinya.
Sudut diam dihitung berdasarkan rumus :
Kett : α = sudut istirahat
H = tinggi tumpukan serbuk
R = Jari-jari tumpukan serbuk
Sudut diam antara 20-40o menunjukan sifat alir yang bagus.
c. Bobot jenis serbuk (bulk density)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis dari massa tablet yang
dibuat. Pada uji ini diambil 50ml massa tabletdengan memakai gelas ukur,
kemudian ditimbang volume serbuk tersebut, bobot jenis diukur dengan
satuan gram per volume.
d. Indeks kompresibilitas
Massa tablet ditimbang sebanyak 50 gram (m) dimasukan kedalam gelas
ukur kemudian diukur volumenya (V1). BJ Bulk = m/V1.
Gelas ukur yang berisi massa tablet diletakkan pada alat tapping, lalu
diketukkan sebanyak 300kali. Percobaan diulangi dengan ketukan kedua
untuk memastikan bahwa volume massa tablet tidak mengalami penurunan,
14
Tan α = HR
kemudiaan volumenya diukur. BJ tapped = m/V2.
Indeks kompresibilitas = BJ tapped – BJ bulk
BJ tappedX 100 %
e. Uji kadar air
Pada uji ini digunakan alat moisture balance. Pada alat tersebut dimasukan
minimal 2 gram massa tablet dalam alumunium foil lalu ditara dan diukur
kadar airnya dengan menekan tombol start maka akan didapatkan persen
kadar air. Syarat kadar air massa tablet effervescent dengan bahan herbal
maksimal 10%.
2. Evaluasi tablet effervescent
a. Penampilan fisik tablet dan larutan effervescent
Tablet yang dihasilkan dinilai bentuknya secara keseluruhan meliputi bentuk
keadaan permukaannya apakah halus, licin atau mengkilap serta adanya
cacat tablet. Bentuk larutan effervescent yang dihasilkan juga diperhatikan
meliputi warna dan tingkat kejernihannya.
b. Uji waktu larut
Pada uji ini diambil 3 tablet kemudian diuji satu persatu dalam suatu gelas
yang dapat merendam seluruh bagian tablet, ditambahkan aquadest sampai
volume 200ml kemudian ditentukan waktu larutnya mulai dari tablet
dimasukan dalam gelas hingga tablet habis larut, waktu larut tablet
effervescent adalah kurang dari 5 menit (300detik) pada suhu 25oC.
c. Keseragaman ukuran : alat jangka sorong
Syarat keseragaman ukuran : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 113
kali tablet.
Prosedur kerjanya : sebanyak 5 tablet diukur diameternya dan
ketebalannya dengan menggunakan jangka serong.
d. Keseragaman bobot : alat timbangan analitik
Syarat keseragaman bobot : ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata
15
tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika
perlu digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpng
lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun
kolom B.
Bobot rata-rataPenyimpanngan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Prosedur kerja : sebanyak 20 tablet ditimbang ditimbangan analitik
kemudian dihitung rata-rata berat tablet tersebut dan tentukan standar
deviasinya.
e. Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan,
pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk
memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness
tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk
memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8
kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan
tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
Prosedur kerja : ambil 10 tablet, letakan tablet pada tempat diantara 2 baja
yang bergerak. Jalankan alat, amati jangka yang tertera pada alat akan
berhenti angka yang tertera dengan satuan Newton.
16
f. Keregasan tablet
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet.
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet
menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat roche
friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet
ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet dimasukkan kedalam alat,
lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet
ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih
berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih
kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
g. Uji pH larutan effervescent
Uji pH larutan effervescent dilakukan dengan melarutkansatu tablet
effervescent dalam 200 ml aquadest kemudian ukur pH dengan alat ph
meter. Hasil pengukuran dikatakan baik bila pH larutan effervescent
mendekati netral.
h. Uji kadar air
Pada uji ini digunakan alat moisture balance. Pada alat tersebut
dimasukan minimal 2 gram massa tablet dalam alumunium foil lalu ditara
dan diukur kadar airnya dengan menekan tombol start maka akan
didapatkan persen kadar air. Syarat kadar air massa tablet effervescent
dengan bahan herbal maksimal 10%.
i. Uji statistik kesukaan : dicoba pada responden
Formulasi tablet effervescent yang telah dilarutkan dicoba oleh
responden, kemudian responden memberikan pendapat terhadap
penampilan, rasa,dan aroma dari formula yang dibuat berdasarkan selera
mereka pada kuisener yang telah tersedia. Hasilnya kemudian diuji secara
statistik mengunakan Kruskal-Wallis dengan menggunakan program
17
SPSS.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak dan uji
antihiperglikrmik :
Alat : alat-alat gelas laboratorium, blender, desikator, glukometer, glukotest
strip test, oven, mikroskop, neraca hewan, neraca kasar, neraca analitik, oral
sonde, penangas air, spuit 1 ml.
Bahan : kulit buah manggis, etanol 96%, glibenklamid, glukosa, isopropanol,
kalium iodida, karboksil metil selulosa (CMC).
Alat dan bahan yang digunakan pada proses formulasi sediaan tablet effervescent :
Alat : timbangan analitik, batang pengaduk, alat pencetak tablet, peralatan
gelas untuk analisa, mortir dan stemper, sudip.
Bahan : bubuk kulit buah manggis, pemanis buatan sukrosa dan sorbitol, Na-
bikarbonat, asam sitrat, asam malat dan PEG.
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses uji evaluasi sediaan tablet effervescent :
Alat : timbangan analitik, jangka sorong, hardnesstester, friabilator.
Bahan : sediaan jadi tablet effervescent dari kulit buah manggis.
3.2 METODE PRAKTIKUM
a. Pengolahan Simplisia Kulit Buah Manggis
18
Kulit buah manggis dibersihkan dari pengotor dan dicuci
Kupas Kulit Terluar Buah Manggis
Kulit Bagian Dalam diambil dan dirajang
Skema 3.1 Pengolahan Simplisia Kulit Buah Manggis
b. Ekstraksi Kulit Buah Manggis
Skema 3.2 Ekstraksi Kulit Buah Manggis
c. Pembuatan Larutan Glukosa 50%
19
Diangin-anginkan dan dioven pada suhu 60o-80oC
Kulit Buah Manggis yang keringkan diblender
Diayak Dengan Pengayak
Didapatkan Serbuk Kulit Buah Manggis
Serbuk kulit buah manggis diekstraksi dengan meserasi
menggunakan Etanol 96% (perbandingan 1 :7)
Meserat diuapkan dengan waterbath/rotary evaporator
Dikeringkan dengan freeze dryer
Ekstrak kental disimpan
Ditimbang 50 g glukosa
Dilarutkan dengan aquadest 100 ml
Larutan Glukosa 50%
Skema 3.3 Larutan Glukosa 50%
d. Penghitungan Dosis Pada Mencit
Dosis pada mencit = 100mg/kg BB
= 100mg/1000 gram
= berat ekstrak
Untuk mencit Putih = berat badan 20gram
Sehingga dosisnya 2020
x 2mg = 2 mg/20gram
BB
Cara : 2mg ekstrak dilarutkan dalam 1ml dan diinduksikan ke mencit.
Untuk mencit hijau = berat badan 20 gram
Sehingga dosisnya 2020
x 2mg = 2 mg/20gram
BB
Cara : 2mg ekstrak dilarutkan dalam 1ml dan diinduksikan ke mencit.
Untuk mencit hitam = berat badan 20 gram
Sehingga dosisnya 2020
x 2mg = 2 mg/20gram
BB
Cara : 1mg ekstrak dilarutkan dalam 1ml dan diinduksikan ke mencit.
e. Penghitunga dosis ke Manusia
100mg/kgBB R 2mg/20g mencit
Konversi dosis ke manusia = dosis × factor konversi
= 2 mg/20 gramBB x 387,9
= 775,8 mg/70kgBB manusia
Mencit 20gTikus
200g
Marmut
400g
Kelinci
1,2 kg
Kera 4
kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit 20g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
Tikus 200g 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
20
2mg/20gram BB
mencit
Mencit ditimbang berat badannya
Mencit dipuasakan 18 jam
Mencit diinduksi dengan glukosa oral sebanyak 1 ml menggunakan alat sonde
Mencit dipuasakan lagi selama 6 jam
Mencit diinduksi dengan glukosa oral 1 ml untuk kedua kalinya
Mencit diberi makan dan minum seperti biasa selama
Mencit di ukur kadar gula darah
Mencit diinduksi dengan Ekstrak Manggis 1ml melalui oral sonde
Ditunggu selama 1 jam
Kadar gula darah mencit diukur kembali
Marmut 400g 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,2 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1
Tabel 3.1 Konversi Antara Jenis Hewan Dengan Manusia (Laurance dan Bacharach, 1964).
f. Prosedur Pengujian Efek EEKBM dalam Menurunkan Kadar Gula Darah
Skema 3.4 Pengujian Efek EEKBM dalam Menurunkan Kadar Gula Darah
g. Formulasi Tablet Effervescent
21
Dosis untuk manusia = 775,8mg / 70kgBB manusia
Bobot 1 tablet = 5000 mg
Tabel formulasi tablet effervescent:
Nama bahan Fungsi Rentang Jumlah tiap tablet
Jumlah untuk 100
tablet
Jumlah untuk
tab.125 mgEkstrak
k.b.manggis
Bahan
aktif
- 775,8 mg 77,58 g 7,758 g
Sukrosa Pemanis 0,06% 0,3 mg 30 mg 0,03mg
Natrium
bikarbonat
Sumber
karbonat
40 % 2000 mg 200 g 2 g
Asam sitrat Sumber
asam
30 % 1500 mg 150 g 1,5 g
Asam tartaric Sumber
asam
8,6 % 430 mg 43 g 0,43 g
PEG 4000 Lubricant 0,03 % 1,5 mg 15 mg 0,15mg
Sorbitol Pengikat 5,84 % 292,4mg 29,24 g 0,2924mg
Tabel 3.2 Formulasi Tablet Effervescent
Sorbitol merupakan sediaan liquid dengan Berat jenis 1,49 g/cm3
Sehingga volemu yang diukur adalah 0,15 ml sorbitol.
22
h. Prosedur Pembuatan Tablet Effervescent
23
Ekstrak kental kulit buah manggis
SukrosaNa-bikarbonat
PEG 4000
Dicampur didalam mortir
(+) sorbitol
Digerus sampai homogen
Pengayak no.12
Pengeringan (oven) 50oC 18 jam
Pengayakan no.14
(+) Asam sitrat(+) Asam malat
Granul kering(Granul effervescent)
Pencetakan tablet
Tablet effervescent
Skema 3.4 Prosedur Pembuatan Tablet Effervescent
i. Evaluasi Massa Tablet dan Tablet effervescent
1. Waktu alir : alat flowmeter
Uji ini digunakan alat waktu uji alir flowmeter. Sejumlah bahan ditimbang
dan dimasukan ke dalam corong lalu diratakan. Alat dinyalakan dan waktu
yang diperlukan seluruh massa tablet untuk mengaliri dicatat. Laju alir
dihitung dengan satuan gram perdetik.
2. Sudut diam : alat flowmeter dan corong
Sejumlah massa tablet dimasukan dalam corong, kemudian alat flowmeter
dinyalakan. Tumpukan serbuk yang terbentuk diukur tinggi dan jari-jarinya.
Sudut diam dihitung berdasarkan rumus :
Kett : α = sudut istirahat
H = tinggi tumpukan serbuk
R = Jari-jari tumpukan serbuk
Sudut diam antara 20-40o menunjukan sifat alir yang bagus.
3. Penampilan fisik tablet dan larutan effervescent
Tablet yang dihasilkan dinilai bentuknya secara keseluruhan meliputi bentuk
keadaan permukaannya apakah halus, licin atau mengkilap serta adanya cacat
tablet. Bentuk larutan effervescent yang dihasilkan juga diperhatikan meliputi
warna dan tingkat kejernihannya.
4. Uji waktu larut
Pada uji ini diambil 3 tablet kemudian diuji satu persatu dalam suatu gelas
yang dapat merendam seluruh bagian tablet, ditambahkan aquadest sampai
volume 200ml kemudian ditentukan waktu larutnya mulai dari tablet
dimasukan dalam gelas hingga tablet habis larut, waktu larut tablet
effervescent adalah kurang dari 5 menit (300detik) pada suhu 25oC.
5. Keseragaman ukuran : alat jangka sorong
24
Tan α = HR
Syarat keseragaman ukuran : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 113
kali tablet.
Prosedur kerjanya : sebanyak 5 tablet diukur diameternya dan ketebalannya
dengan menggunakan jangka serong.
6. Keseragaman bobot : alat timbangan analitik
Syarat keseragaman bobot : ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu digunakan 10 tablet
dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpng lebih besar dari bobot rata-
rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
Bobot rata-rataPenyimpanngan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Prosedur kerja : sebanyak 20 tablet ditimbang ditimbangan analitik kemudian
dihitung rata-rata berat tablet tersebut dan tentukan standar deviasinya.
7. Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan, pengepakan dan
distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam
satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang
digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat
mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan
kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai
25
batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R.,
1987).
Prosedur kerja : ambil 10 tablet, letakan tablet pada tempat diantara 2 baja
yang bergerak. Jalankan alat, amati jangka yang tertera pada alat akan
berhenti angka yang tertera dengan satuan Newton.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
a. Pembuatan Simplisia kulit buah manggis
a. Proses pengeringan irisan kulit buah manggis
Gambar 5.1 proses pengeringan irisan kulit buah manggis
b. Simplisia kulit buah manggis
Gambar 5.2 simplisia kulit buah manggis
26
Organoleptis simplisia :
Warna = orange
Bentuk = serbuk
Rasa = pahit dan kelat
b. Ekstraksi kulit buah manggis
a. berat simplisia kulit buah manggis yang diekstrak = 70 gram
b. jumlah etanol 96% yang digunakan = 490 ml
c. berat ekstrak kental yang diperoleh = 12,43 gram
d. % Rendemen = 12,43 gram / 70 gram × 100% = 17,75 %
Gambar 5.3 ekstrak kulit buah manggis
c. Pengukuran KGD mencit setelah pemberian ekstrak kulit buah manggis
a. Penginduksian ekstrak etanol pada mencit
27
Gambar 5.4 Penginduksian ekstrak etanol pada mencit
b. Kadar gula darah mencit sebelum pemberian ekstrak = 107 mg/dL
c. Kadar gula darah mencit setelah pemberian ekstrak = 143 mg/dL
d. Data hasil pegamatan uji KGD dan analisa Anova
a. Tabel data hasil pengamatan
28
ke-0 60 120 180 240 137.00 153.00 77.00 116.00 113.00 164.00 116.00 103.00 126.00 120.00 134.00 135.00 112.00 113.00 91.00 145.00 134.67 97.33 118.33 108.00 227.00 173.00 96.00 87.00 90.00 116.00 135.00 90.00 116.00 115.00 154.00 179.00 118.00 125.00 111.00 165.67 162.33 101.33 109.33 105.33 134.00 107.00 111.00 75.00 115.00 174.00 124.00 118.00 134.00 118.00 133.00 114.00 82.00 97.00 128.00 147.00 115.00 103.67 102.00 120.33 175.00 128.00 117.00 124.00 101.00 140.00 101.00 99.00 86.00 83.00 252.00 111.00 111.00 107.00 90.00 189.00 113.33 109.00 105.67 91.33 152.00 118.00 124.00 114.00 111.00 130.00 128.00 113.00 114.00 116.00 152.00 118.00 134.00 134.00 96.00 144.67 121.33 123.67 120.67 107.67 151.00 156.00 124.00 114.00 115.00 114.00 118.00 113.00 124.00 105.00 177.00 194.00 130.00 101.00 98.00 147.33 156.00 122.33 113.00 106.00
KONTROL +
KELOMPOK D
KELOMPOK C
KELOMPOK B
KELOMPOK A
Perlakuan Pengukuran KGD pada menit ke-…
KONTROL -
a. Analisa dengan Anova satu arah
29
b. Analisa dengan Anova Reapet
c. Hasil Test Normalitas
30
Tests of Normality
perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
persenselisih
1.00 .252 4 . .962 4 .788
2.00 .194 4 . .990 4 .955
3.00 .214 4 . .982 4 .916
4.00 .254 4 . .895 4 .408
5.00 .270 4 . .950 4 .713
6.00 .199 4 . .985 4 .929
a. Lilliefors Significance Correction
Analisa hasil : jika nilai sig > 0,05 dikatakan normal. Jadi hasil test
normalitasnya normal karna nilai sig>0,005.
d. Hasil Test homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
persenselisih
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.026 5 18 .432
Analisa hasil : jika nilai sig > 0,05 dikatakan variasi homogenitasnya
baik. Jadi hasil test variasi homogenitasnya karna nilai sig>0,005.
e. Formulasi tablet effervescent
31
a. Diperoleh massa tablet
Bentuk = granul
Warna = kuning tua
Gambar massa tablet effervescent :
Gambar 5.5 Massa tablet effervescent
b. Proses pencampuran massa tablet dengan fase asam (asam sitrat dan asam
tartaric) di dalam toples ternyata membentuk suatu gumpalan busa yang
terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.6 pencampuran massa tablet dengan fase asam (asam sitrat dan
asam tartaric) di dalam toples.
c. Dikarenakan hasil bentuk pencampuran yang didapatkan tidak sesuai yang
dikehendaki, maka kami menambahkan Talcum sebagai pengisi sebanyak 8
gram sehingga didapatkan bentuk serbuk yang dapat dicetak sebagai tablet.
32
Setelah pemberian talcum, maka massa tablet dapat dicetak pada mesin
pencetak tablet dan didapatkan tablet seperti gambar dibawah ini:
Gambar 5.7 Gambar proses pencetakan tablet dan tablet yang sudah jadi.
f. Evaluai massa tablet
a. Uji waktu alir
Berat massa granul (w) = 7,9024 g
Waktu granul untuk mengalir = 3,27 detik
Kecepatan alir = w/t = 2,416 g/detik
b. Uji sudut diam
Jari-jari alas kerucut = 2,55 cm
Tinggi kerucut = 1,7 cm
α = tan-1 h / r
= tan-1 2,55 / 1,7
= tan-1 0,660
= 33,69o
33
g. Evaluasi tablet effervescent
a. Uji waktu hancur tablet
Gambar uji waktu hancur tablet ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.8 uji waktu hancur tablet.
Hasil uji Waktu hancur tablet
Replikasi Waktu hancur
Ke-1 1 menit 19 detik
Ke-2 1 menit 16 detik
Ke-3 1 menit 29 detik
b. Uji pH
Gambar uji pH ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Hasil uji pH larutan
Replikasi pH Larutan
Ke-1 6,6
Ke-2 6,6
Ke-3 6,7
c. Uji keseragaman ukuran
34
Gambar uji keseragaman ukuran
Gambar 5.8 Pengukuran diameter dan pengukuran ketebalan tablet.
Hasil uji keseragan ukuran
Tablet ke Diameter (cm) Tebal (cm) D/T
1 0,600 0,180 3,3333
2 0,600 0,170 3,5294
3 0,600 0,200 3
4 0,600 0,160 3,750
5 0,610 0,170 3,5882
Rata-rata 0,602 0,176 5,7336
Analisa Hasil
Keseragaman ukuran tablet effervescent telah memenuhi syarat karena
diameter tablet (0,602 cm) tidak lebih dari 3 kali tebal tablet (0,528) dan
tidak kurang dari 1 1/3 kali tablet (0,2346).
d. Uji Keseragaman bobot
Hasil uji keseragaman bobot
35
Tablet ke Bobot tablet (g) Tablet ke Bobot tablet (g)
1 0,0820 11 0,0758
2 0,0802 12 0,0575
3 0,0771 13 0,0869
4 0,0608 14 0,0778
5 0,0769 15 0,0728
6 0,0702 16 0,0779
7 0,0786 17 0,0813
8 0,0734 18 0,0830
9 0,0623 19 0,0681
10 0,0837 20 0,0758
Jumlah = 1,5021 gram
Rata-rata = 0,075 gram
SD = 7,8939×10-3
KV = SD / rata-rata × 100%
= 7,8939×10-3 / 0,075 × 100%
= 10,5252 %
Bobot yang direncanakan = 75 mg
Rentang bobot untuk kolom A
= 10 % × 75 mg = 7,5 mg
Rentang awal kolom A = 75-7,5 = 67,5 mg = 0,0675 g
Rentang akhi kolom A = 75+7,5 = 82,5 mg = 0,0825 g
Rentang bobot kolom B
= 20 % × 75 mg = 15 mg
Rentang awal kolom B = 75-15 = 60 mg = 0,06 g
Rentang akhir kolom B = 75+15 = 90 mg = 0,09 g
Analisa hasil:
Terdapat 5 tablet ( tablet ke-4, ke-9, ke-12, ke-13, dan ke-18) yang
tidak memenuhi rentang persyaratan bobot pada kolom A, dan
masih terdapat satu tablet (tablet ke-12) yang tidak memenuhi
36
rentang persyaratan bobot pada kolom B. Sehingga, tablet
effervescent yang kami buat tidak memenuhi uji keseragaman
bobot.
e. Uji kekerasan tablet
Gambar 5.9 Uji Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet :
No. Kekerasan N Kekerasan KP
1. 3 0,3059
2. 8 0,8158
3. 6 0,6118
4. 6 0,6118
5. 8 0,8158
6. 5 0,5098
7. 5 0,5098
8. 9 0,9178
9. 6 0,6118
10. 5 0,5098
Σ 6,1 6,2201
37
rata−rata= ΣKpΣ sampel
= 6,2201
10=0,62201Kp
Analisa data : Syarat dari kekerasan tablet adalah 4-8 Kp. Dari 10
tablet effervescent telah didapatkan kekerasan tablet dengan rata-rata
0,62201 Kp. Hal ini menyatakan bahwa tablet tersebut tidak
memenuhi syarat kekerasan tablet.
f. Uji kerapuhan tablet
Gambar uji kerapuhan tablet ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.10 Uji Kerapuhan
Hasil uji kerapuhan tablet:
kelompok Bobot awal Bobot akhir % kerapuhan
A 0,73 g 0,68 g 6,8493 %
B 0,75 g 0,53 g 29,3333 %
% Kerapuhan = (bobot awal-bobot akhir) × 100%
Bobot awal
Rata-rata % Kerapuhan = 18,0913%
Analisa hasil:
38
Persyaratan dari uji kerapuhan tablet yaitu 0,5-1%. Namun, perentase
kerapuhan yang kami dapatkan adalah 18,0913 %. Sehingga, tablet
effervescent yang kami buat tidak memenuhi persyaratan uji kerapuhan
tablet.
BAB V
PEMBAHASAN
39
Hiperglikemia adalah kondisi dimana kadar gula darah yang tinggi. Pada
keadaan tersebut hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik
menurut WHO adalah kadar glukosa darah > 126 mg/dL, kadar glukosa darah antara
100-126 mg/dL dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Hiperglikemik
berbeda dengan diabetes mellitus, pada umumnya hiperglikemia akan terjadi setelah
makan terutama yang mengandung glukosa tinggi, namun keadaan glukosa darah
tinggi (hiperglikemia) itu bukanlah diabetes mellitus karena tubuh tentu akan
merespon dengan mekanisme umpan balik untuk menurunkan kadar glukosa melalui
pensekresian insulin oleh pancreas sehingga glukosa darah menjadi dalam ambang
normal. Namun, jika keadaan hiperglikemia terjadi secara terus-menerus dan
berlangsung menahun, maka mengakibatkan diabetes mellitus (Setia,2008).
Kulit manggis setelah diteliti, ternyata mengandung aktivitas farmakologi
misalnya antinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, bahkan
untuk pengobatan atau terapi HIV (NugrohoE. Agung, 2012). Didalam kulit manggis
kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin (Moongkandi, etal, 2004),
Kristenses, 2005; Weecharangsa etat., 2006; Hartanto, 2011).
Praktikum sediaan herbal antihiperglikemik ini menggunakan simplisia kulit
buah manggis. Karena kulit buah manggis kaya akan antioksidan seperti xanthone
dan antosianin (Moongkan2di, etal, 2004), Kristenses, 2005; Weecharangsa etat.,
2006; Hartanto, 2011). Mekanisme senyawa flavonoid (xanthone dfan antosianin)
sebagai antihiperglikemik bersifat sebagai antioksidan yang dapat menghambat
kerusakan sel B pada pulau largerhans pankreas yang menghasilkan hormon insulin
dan merangsang pelepasan insulin pada sel B-pankreas untuk diekskresikan dalam
darah. Selain itu flavonoid juga dapat menyeimbangkan sensitifitas reseptor insulin
pada sel.
Kami mengolah kulit buah manggis sampai menjadi serbuk halus. Kemudian
serbuk halus tersebut diekstraksi dengan metode meserasi menggunakan etanol 96%.
Pemilihan metode ini dikarenakan ekstraksi meserasi memiliki kelebihan sebagai
40
berikut : prosesnya tanpa pemanasan, alat yang sederhana, dan tidak memakan biaya
yang tinggi.
Prinsip kerja ekstraksi meserasi : Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah
(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Penghitungan dosis pada mencit yaitu 100mg/kgBB (dosis yang paling
efektif). Sehingga didapat dosis ekstrak per mencit dengan BB mencit 20gram yaitu
2mg/20gram BB mencit. Dengan cara melarutkan 2mg ekstrak dilarutkan dalam 1ml
aquadest. Sebelum dilakukan treatmen, mencit ditimbang berat badannya kemudian
dipuasakan selama 18 jam kemudian diberikan larutan glukosa 1ml kemudian di
puasakan lagi selama 6 jam. Lalu diinduksi lagi dengan larutan glukosa. Kemudian
diberi makan dan minum dengan jangung manis dengan maksut agar kadar glukosa
naik.
Mencit di tes kadar gula darahnya (KGD) dengan alat strip test. KGD yang
didapat mencit sebelum pemberian ekstrak = 107 mg/dL. Setelah itu mencit diberi
ekstrak EKBM sebanyak 1ml secara oral menggunakan sonde lalu dipuasakan selama
satu jam. Setelah itu di test kadar gula dalam darah mencit, didapatkan KGD= 143
mg/dL. Hasil ini tidak sesuai yang kita inginkan, seharusnya hasil KGD sebelum
pemberian EEKBM lebih tinggi dari hasil KGD setelah pemberian EEKBM, tetapi
hasil yang kita dapat hasilnya lebih tinggi setelah pemberian EEKBM daripada
sebelum pemberian EEKBM. Hal ini mungkin dikarenakan mencit makan jagung
41
tanpa sepengetahuan kita, kesalahan dalam proses penyondean larutan glukosa atau
larutan ekstraks yang kurang tepat sehingga cairan tersebut tidak bisa masuk ke
dalam tubuh mencit sehingga tidak memberikan efek terapi pada mencit. Dan
rendemen yang dihasilkan sedikit yaitu 17,75 % dimungkinkan terjadi karena
kesalahan pada saat proses penguapan yang suhunya tidak dijaga. Suhu yang
semestinya adalah 70oC.
Analisa data menggunakan ANOVA satu arahuntuk mengetahui
seberapa besar
kemampuan
kelompok B
dalam
menurunkan
kadar gula
dibandingkan
dengan
perlakuan
lainnya.
Berdasarkan
grafik ANOVA disebelah dapat dilihat perbedaan yang sangat nyata antara
perlakuan tiap kelompok. Perlakuan yang dapat menurunkan kadar glukosa
dalam darah paling tinggi adalah perlakuan kelompok B daripada perlakuan
kelompok kontrol
negatif, kontrol
positif, dan
kemopok A,C&D.
Analisa data
dengan Anova Reapet
dapat dilihat dalam gambar
grafik disebelah. Didalam
42
grafik terlihat hasil yang sangat nyata dari kelompok B dengan kelompok yang
lainnya. Kelompok B menunjukan adanya penurunan glukosa dalam darah yang
signifikan, sedangkan kelompok lain menunjukan tidak ada hubungan dengan
penurunan glukosa darah, kelompok lain yaitu kontrol negatif, kontrol positif,
kelompok A,C dan D terlihat penurunan glukosa darahnya tidak signifikan.
Penghitungan dosis ekstrak kulit buah manggis dari mencit ke manusia
didapatkan 775,8mg/70kgBB manusia. Formulasi tablet effervescent terdiri dari
ekstrak kulit buah manggis (bahan aktif), sukrosa (pemanis), Na-bikarbonat (sumber
karbonat), Asam Sitrat (sumber asam), Asam Malat (sumber asam), PEG 4000
(lubricant), sorbitol (pengikat). Pemilihan pemanis sukrosa karena ekstrak kulit buah
manggis ini memiliki rasa yang pahit, sedangkan sukrosa mempunyai rasa yang
manis tetapi mengandung kalori yang sedikit sehingga sangat cocok dikonsumsi
untuk orang yang sakit DM.
Effervescent didefinisikan sebagai benhtuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai reaksi kimia vescent adalah karbon dioksida sehingga dapat
memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992). Na-
bikarbonat sebagi sumber karbonat dan asam sitrat dan asam malat sebagai sumber
asam, sehingga apabila kedua bahan ini ditambahkan dalam sediaan tablet maka akan
terbentuk suatu tablet effervescent.
Formulasi sediaan tablet effervescent dibuat dengan menggunakan metode
granulasi basah. Pada formulasi sediaan tablet effervescent didapatkan bentuk granul
yang berwarna kuning tua. Sedangkan proses pencampuran massa tablet dengan fase
asam (asam sitrat dan asam tartaric) di dalam toples ternyata membentuk suatu
gumpalan busa yang lembek. Dikarenakan hasil bentuk pencampuran yang
didapatkan tidak sesuai yang dikehendaki, seharusnya terbentuk granul yang siap
cetak tetapi tidak, maka kami menambahkan Talcum sebagai pengisi sebanyak 8
gram sehingga didapatkan bentuk serbuk yang dapat dicetak sebagai tablet. Setelah
pemberian talcum, maka massa tablet dapat dicetak pada mesin pencetak tablet.
43
Uji evaluasi tablet, uji waktu alir dilakukan setelah EEKBM ditambah dengan
sukrosa, Na-bikarbonat, PEG 4000 dan di ayak kemudian dioven. Uji waktu alir
didapatkan kecepatan alir 2,416 g/detik. Kemudian dilakukan uji sudut diam dan
didapatakan hasilnya 33,69o. Pda Uji waktu hancur tablet didapatkan hasil waktu
hancut rata-rata antara 3 tablet adalah 1 menit 23 detik. Waktu hancur tablet yang
terlalu lama mungkin disebabkan karena kurangnya bahan karbonat dan bahan asam,
karena kami menambahkan bahan Talcum sebagai pengisi sebanyak 8 gram tidak
termasuk dalam formulasi kami, sehingga bahan asam dan karbonnya terlalu sedikit
didalam tablet (belum terhitungkan dosisnya).
Pada uji pH larutan tablet effervescent yang sudah dilarutkan didapatkan hasil
rata-rata pH 6,6. Jadi pH larutan tablet effervescent kami memiliki sifat pH yang
mendekati basa. Sedangkan pada uji keseragaman ukuran tablet effervescent telah
memenuhi syarat karena diameter tablet (0,602 cm) tidak lebih dari 3 kali tebal tablet
(0,528) dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tablet (0,2346). Pada uji keseragaman bobot
terdapat 5 tablet ( tablet ke-4, ke-9, ke-12, ke-13, dan ke-18) yang tidak memenuhi
rentang persyaratan bobot pada kolom A, dan masih terdapat satu tablet (tablet ke-12)
yang tidak memenuhi rentang persyaratan bobot pada kolom B. Sehingga, tablet
effervescent yang kami buat tidak memenuhi uji keseragaman bobot.
Pada uji kekersan tablet 10 tablet effervescent telah didapatkan kekerasan
tablet dengan rata-rata 0,62201 Kp Syarat dari kekerasan tablet adalah 4-8 Kp. Hal ini
menyatakan bahwa tablet tersebut tidak memenuhi syarat kekerasan tablet.
Sedangkan pada uji kerapuhan, perentase kerapuhan yang kami dapatkan adalah
18,0913 %.Persyaratan dari uji kerapuhan tablet yaitu 0,5-1%. Sehingga, tablet
effervescent yang kami buat tidak memenuhi persyaratan uji kerapuhan tablet.
Jadi pada uji pH larutan tablet effervescent hasilnya tidak memenuhi,
pada uji keseragaman bobot tablet effervescent juga tidak memenuhi, pada uji
kekerasan tablet tidak memenuhi syarat kekerasan tablet. Pada uji kerapuhan tablet
juga tidak memenuhi syarat kerapuhan tablet.
44
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa hasil KGD mencit sebelum diinduksi dengan EEKBM sebanyak = 107 mg/dL.
Namun, setelah diinduksi dengan EEKBM hasil KGD = 143 mg/Dl. Hal ini
menunjukan ketidakefektifan EEKBM sebagai penurun gula darah. Rendemen yang
dihasilkan sedikit yaitu 17,75 % dimungkinkan terjadi karena kesalahan pada saat
proses penguapan yang suhunya tidak dijaga. Suhu yang semestinya adalah 70oC.
45
Analisa data menggunakan ANOVA satu arah dan ANOVA Reapet
menunjukan bahwa kelompok B yang paling efektif dalam penurunan glukosa darah
pada mencit. Karena penurunan glukosa darah yang signifikan dibandingkan dengan
hasil dari kelompok lain.
Uji waktu alir didapatkan kecepatan alir 2,416 g/detik. Sedangkan pada uji sudut
diam dan didapatakan hasilnya 33,69o. Pda Uji waktu hancur tablet didapatkan hasil
waktu hancut rata-rata antara 3 tablet adalah 1 menit 23 detik. Waktu hancur tablet
yang terlalu lama mungkin disebabkan karena kurangnya bahan karbonat dan bahan
asam, karena kami menambahkan bahan Talcum sebagai pengisi sebanyak 8 gram
tidak termasuk dalam formulasi kami, sehingga bahan asam dan karbonnya terlalu
sedikit didalam tablet (belum terhitungkan dosisnya).
Pada uji pH larutan tablet effervescent hasilnya tidak memenuhi syarat,
pada uji keseragaman bobot tablet effervescent juga tidak memenuhi syarat
keseragam bobot, pada uji kekerasan tablet tidak memenuhi syarat kekerasan tablet.
Pada uji kerapuhan tablet juga tidak memenuhi syarat kerapuhan tablet.
6.2 SARAN
Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan ketelitian dalam melakukan
semua proses praktikum.
46
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 300-306, 321, 325, 333-337.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8-11.
Liska, Y. (2011). Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Baru Press.Cetakan1. Hal. 1-2, 9, 12-14, 20-23.
47
Harborne, J.B., 1967a. Comparative Biochemistry of the Flavonoid Academic
Press, London.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata
dan Iwang Soediro. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 152.
Hartanto, S.B. (2011). Mengobati Kanker Dengan Manggis. Yogyakarta:
Penerbit Second Hope. Hal. 24.
Holistic Health Solution. (2011). Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Jakarta:
Widiasarana Indonesia. Hal. 19, 23-28, 51-53.
Jurnal Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana
L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Berkarbonasi.
2012. Siti Mariyana dkk
Sukamran, S., 2006. Cytotoxic Prenylated Xanthones from the Young Fruit of
Garcinia manggostana. Chemical & Pharmaceutical Bulletin 54:301-
305.
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N.,
dan Neungton, N. (2004). Antiproliferation, antioxidation and induction
of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human
breast cancer cell line. J. Ethonopharmacol. 90(1): 161-166.
48
Lampiran 1 gambar kemasan
49
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SEDIAAN HERBAL
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI KULIT
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
50
DISUSUN OLEH :
RIYAS SANJUNG ANDIKA
NIM : 10111037
KELOMPOK : 8
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2014
51