askum1
DESCRIPTION
Aspek Hukum PembangunanTRANSCRIPT
ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN
1
Febrinasti Alia, ST., MT
Nama : Febrinasti AliaTTL : Palembang, 7 Februari 1985Alamat : Jl. Al Falah Blok G-20 Komp. Kampus Palembang
Riwayat PendidikanSD YSP Pusri Palembang 1990-1996;SMP Negeri 8 Palembang 1996-1999;SMA Negeri 5 Palembang 1999-2002;Fakultas Teknik Sipil Univ. Sriwijaya 2002-2006;Pascasarjana Univ. Sriwijaya Prodi Manajemen Infrastruktur 2007-2011;Double Master Degree Integrated Lowland Management & Management Planning kerjasama Pascasarjana Univ.Sriwijaya Palembang dan UNESCO-IHE Delft, the Netherlands 2009-2011.
Judul TesisPengaruh Sambungan Pengecoran Terhadap Kuat Lentur Benda Uji Balok Beton Mutu K-225 Dengan Tambahan Pasta SemenRevitalisasi Sistem Drainase Sub Sistem Sungai Bendung dengan Pendekatan SIGImpacts of Future Changes on Flood Protection Systems Case Study of Indonesia and the Netherlands in Comparative Perspective.
Pengalaman KerjaDinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang bidang Pengendalian Banjir dan Drainase 2011-2012
BIODATA
Pokok Bahasan
Konsep hukum; Bentuk-bentuk kontrak konstruksi; Peraturan dan perundangan; Kajian dokumen kontrak; Claim & disputes dan penyelesaiannya; Jaminan & asuransi dalam kontrak; Kontrak internasional.
Hinze,”Construction Contracts”, McGraw-Hill Jervis Levin, “Construction Law Principles and
Practices”, McGraw-Hill Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak
Konstruksi di Indonesia Undang-Undang Jasa Konstruksi FIDIC (1997) Conditions of Contract for Work
of Civil Engineering Construction Hukum Arbitrasi, Gunawan Widjaja
Referensi
Keppres No 80/2003 beserta perubahan perubahannya
Widjaja, Gunawan dan Yani, Ahmad. ”Hukum Arbitrase”. PT Raja Grafindo Persada. Yakarta. 2000
Fleddermann, Charles B. “ Etika Enjiniring”. Penerbit Erlangga, Jakarta. 2006
Soemartono, Gatot. ”Arbitrase dan Mediasi di Indonesia”. PT Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Siahaan , Marihot Pahala. ”Hukum Bangunan Gedung di Indonesia”. Rajawali Press. Jakarta. 2008.
Sutedi, Adrian. ”Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya”. Sinar Grafika. 2009
Suhardana, FX. ”Contract Drafting”. Unika Atmajaya Yogyakarta. 2008.
LANJUTAN:
Absensi : 10% Kuis/tugas : 20% UTS : 30% UAS : 40%
Penilaian
JEMBATAN MAHAKAM II KUTAI, KARTANEGARA
JEMBATAN PASAR TANAH ABANG
PROYEK HAMBALANG, BOGOR
Dalam industri konstruksi di Indonesia hal-hal yang menyangkut aspek hukum dan peraturan masih dianggap sebagai pelengkap saja.
Aspek legal dan kontraktual baru diperhatikan manakala terjadi pelanggaran atau perselisihan kontrak yang merugikan salah satu pihak atau berbagai pihak.
Adanya pihak-pihak yang terlibat dalam proyek mempunyai kepentingan masing-masing
Kenapa aspek hukum penting?
Kegagalan salah satu pihak dalam pemenuhan kewajiban dalam perjanjian/kontrak merupakan suatu pelanggaran (wanprestasi) yang berakibat pemutusan kontrak kerja dan dapat diperkarakan ke pengadilan.
Kenapa aspek hukum penting?
TREND DARI PROYEK KONSTRUKSI Meningkatnya ukuran (volume & nilai kontrak) Kompleksitas (jumlah stakeholder, metoda &
teknologi) Kriminalisasi industri jasa konstruksi
TREND PENGGUNAAN KONTRAK : Blame it on the Contractor No Fair Share
KONDISI INDUSTRI KONSTRUKSI
Peningkatan konflik dan perselisihan (disputes)
Penyelesaian perselisihan di pengadilan (litigation)
Keterlambatan penyelesaian pekerjaan (schedule delay)
Berkembangnya tuntutan (claim industry) Perubahan durasi, ruang lingkup kerja dan
biaya pekerjaan (contract change order)
Dampak Trend pada Industri Konstruksi
Sampai dengan lahirnya Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, industri jasa konstruksi di Indonesia belum mempunyai peraturan dalam berbagai bentuk apapun yang mengatur masalah teknis.
Landasan hukum dari suatu perjanjian mengacu pada hukum Perjanjian KUHPerdata yang hanya mengatur perjanjian secara umum saja.
Selama ini untuk mengatur hal-hal teknis, kontrak konstruksi umumnya dibuat dengan merujuk pada syarat-syarat umum kontrak (General Conditions of Contract) yang berlaku di Indonesia yaitu AV-41 atau mengadopsi standar kontrak internasional seperti FIDIC.
Kontrak Konstruksi di Indonesia
Pengawasan kontrak yang tidak berjalan sebagaimana mestinya (tidak berfungsi optimal). Contoh : Pengguna jasa (owner) sering mencampuri secara langsung pelaksanaan di lapangan yang seharusnya sudah didelegasikan kepada pengawas lapangan.
Rendahnya kepedulian penyedia jasa maupun pengguna jasa terhadap kontrak konstruksi.
Ketidak lengkapan dokumen kontrak sehingga memunculkan kesulitan dalam pelaksanaan.
Pasca gempa bumi dan tsunami di Nad-Nias, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) melalui prosedur penunjukan langsung menunjuk 5 kontraktor lokal untuk membangun perumahan type-36 di lokasi berbeda. Sayangnya, Kelima kontraktor pelaksana tidak mampu menyelesaikan pembangunan perumahan di lokasi proyek sebagaimana ditentukan dalam kontrak. Setelah jangka waktu pembangunan habis, kontraktor hanya melaksanakan pekerjaan awal saja. Sebagian besar rumah telah ditempati oleh pemiliknya namun fasilitas listrik, air bersih dan jalan serta saluran belum ada, sehingga pemilik terpaksa berinisiatif mengurus sendiri. Pihak penyedia jasa beralasan bahwa ketidak tersediaan bahan dan harga material yang jauh lebih tinggi dari RAB dengan harga satuan tetap menjadi penyebab utama keterlambatan pembangunan.
Case Study-1Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung di Kabupaten Aceh Besar Oleh BRR Nad-Nias (Zaki,2009)
Tidak melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya;
Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan teknis dan spesifikasi yang ada dalam kontrak;
Mensub-kontrakkan pekerjaan kepada kontraktor lain
Wanprestasi pada Case Study-1
Tidak tepatnya waktu pengerjaan sesuai jadwal disebabkan oleh:1.Kenaikan harga bahan bangunan pasca
bencana alam;2.Tidak tersedianya akses jalan menuju lokasi
proyek;3.Pungli dengan dalih uang pengamanan
sebesar 5% yang harus diberikan kepada GAM;
4.Faktor internal lainnya (kurang pengalaman, tenaga kerja terbatas,peralatan kurang mendukung, dsb)
Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi
Prosedur penunjukan langsung penyedia jasa dengan mempertimbangkan keadaan tertentu sesuai ketentuan berlaku; namun panitia pelaksana tidak jeli dalam menilai kualitas dan kemampuan finansial penyedia jasa;
Pihak penyedia jasa selaku kontraktor utama membuat suatu perjanjian tersendiri dengan subkontraktor tanpa diketahui oleh pengguna jasa
Pemberian teguran dan peringatan secara tertulis; Penangguhan pembayaran; Pemasukan pihak kedua ke dalam daftar hitam
rekanan dan pengalihan pekerjaan; Pengenaan denda sebesar Rp.1/1000 (satu
perseribu) untuk setial hari keterlambatan sampai setinggi-tingginya 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;
Sanksi pidana paling lama 5 tahun penjara atau dikenakan denda maksimal 10% dari nilai kontrak;
Akibat Hukum dan Upaya Penyelesaian
TERIMA KASIH