bahanjalan3
TRANSCRIPT
![Page 1: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/1.jpg)
AGREGAT
KLASIFIKASI
Klasifikasi batuan didasarkan pada berbagai hal, yaitu :
1. Berdasarkan Engineering Properties
ditemui pada jenis batu yang sama tetapi sifatnya berbeda-
beda tergantung dari kandungan mineral yang ada di
dalamnya.
2. Berdasarkan proses alami terbentuknya batuan
a. Batuan alami – natural aggregate:
-. batuan beku – igneous rock / vulcanic
-. batuan sedimen – sedimentary rock
-. batuan metamorf – metamorphic rock
---------- Petrology
b. Batuan buatan ( artificial rock ) --- manufactured
sebagai contoh batuan yang dibuat dari hasil terak tanur
besi/baja (steel slag); cooper slag; nickel slag; bottom
ash, fly ash (coal ash)
c. Batuan bekas / sisa / limbah (waste material )
crushed waste concrete; brick (coated with cement)
granulated/shreded waste plastic ----- Plasphalt;
Plastiphalt
shredded waste tyre
crushed glass --- Glassphalt
abu limbah tebu, etc.
3. Berdasarkan Gradasi
a. Gradasi rapat ( dense grading )
b. Gradasi terbuka ( open grading )
c. Gradasi timpang ( gap grading )
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -29
![Page 2: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/2.jpg)
d. Gradasi uniform
4. Berdasarkan Ukuran Butir
a. Agregat Kasar (Coarse Aggregate - CA), butiran tertahan
saringan #4 (4.75m)-AASHTO/AI; #8 (2.36mm) BM, BSI
b. Agregat Halus (Fine Aggregate - FA), butiran lolos
saringan #4 dan tertahan saringan #200
c. Agregat pengisi/filler, butiran lolos saringan #200
5. Berdasarkan Bentuk Butiran
a. kubikal / cubical --- angular terdpt 2 atau lebih bidang
pecah
b. bulat / rounded --- gravel
c. tak teratur / irregular
6. Berdasarkan Proses Terjadinya Agregat
dari asli sampai terbentuknya butiran agregat, dapat terjadi
karena :
-. diangkut air -. korosi
-. angin -. dengan pemecah batu
7. Berdasarkan Tekstur Permukaan
-. Kasar - rough
-. sedang
-. Halus - smooth
Untuk pekerjaan jalan batuan yang biasa dipakai adalah batuan
alami dari jenis batuan beku, namun tidak menutup
kemungkinan dari jenis batu lain apabila ternyata persediaan di
quarry cukup dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan
kekerasan kristal batuannya :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -30
![Page 3: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/3.jpg)
1. plutonic, kristalnya kasar, keras dan ulet
2. hypabisal, kristalnya sedang, tidak tahan abrasi
3. vulcanic, kristalnya halus dan kekuatannya rendah.
PEMERIKSAAN KUALITAS AGREGAT
1. Crushing --------------- tughness
a. ketahanan terhadap slow loading
alat : Aggregate Crushing Test
hasil : Aggregate Crusshing Value ( ACV )
jumlah butiran kecil yang terbentuk oleh ACT
b. ketahanan terhadap rapid loading
alat : Aggregate Impact Test
hasil : Aggregate Impact Value ( AIV )
jumlah butiran kecil yang terbentuk oleh AIT
2. Abrassion ---------- hardness
a. Deval Test
prinsip kerja alat : Abrasi
memeriksa ketahanan agregat terhadap abrasi
b. Los Angeles Test
prinsip kerja alat : Abrasi dan impact
memeriksa ketahanan agregat terhadap abrasi dan
impact
3. Polishing
-. digunakan untuk agregat bahan lapis permukaan –
wearing course
-. alat : Accelerated Polishing Test
-. hasil : Polishing Stone Value
4. Stripping
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -31
![Page 4: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/4.jpg)
5. Weathering (water absorbtion, soundness test, wetting and
drying, freezing and thawing)
AGREGAT SEBAGAI BAHAN JALAN
Jenis agregat yang dapat digunakan sebagai bahan jalan :
-. batuan beku -. batuan buatan
-. batuan sedimen -. batuan sisa
-. batuan metamorf
Syarat agregat dapat digunakan sebagai bahan jalan :
1. Tahan lama ( durable - resistance to abrassive )
batuan harus mempunyai kualitas yang cukup tahan
terhadap pemecahan degradasi dan disintegrasi.
Degradasi adalah timbulnya bahan-bahan yang halus yang
besarnya lolos saringan #100 dan tertahan #200 yang
disebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanis (lalulintas) atau
gaya yang berlebihan sebelum dilakukan mixing
(pencampuran).
Disintegrasi adalah pemecahan atau pemisahan partikel-
partikel batuan yang disebabkan karena gaya-gaya kimia
(oleh air).
2. Mempunyai kekerasan yang cukup.
Tahan terhadap attrition dan abrassion
3. Tahan terhadap polishing
Batuan dapat memyediakan gaya gesek yang cukup dan
tahan lama (tahan terhadap gaya gelincir/skid resistance).
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -32
![Page 5: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Batuan tahan terhadap stripping (pengelupasan permukaan
batuan)
Batuan dituntut mempunyai adhesi yang baik dengan bahan
ikatnya. Untuk mengetahui seberapa jauh daya adhesi ini
dilakukan dengan test kelekatan aspal tehadap batuan.
UKURAN AGREGAT
Ukuran batuan dinyatakan dengan diameter (f) butiran. Butiran
agregat mempunyai bentuk yang tidak seragam, ukuran masing-
masing sisi yang tidak seragam; untuk mendapatkan ukuran
batuan yang sama persis dalam jumlah yang besar sangat
mustahil. Untuk itu ukuran butiran biasanya dinyatakan dengan
lolos suatu saringan dengan ukuran tertentu atau tertahan
pada saringan dengan ukuran tertentu. Untuk mendapatkan
ukuran agregat dilakukan dengan analisis saringan.
Ukuran saringan dapat terdiri dari :
-. space, dan
-. mesh
Space, adalah ukuran sebenarnya dari ruangan bersih antara
kawat-kawat ayakan; misalnya :
-. 2" -. 1¼" -. 7/8" -. ½" -. ¼"
-. 1½" -. 1" -. ¾" -. 3/8" -. 1/8"
Mesh, adalah jumlah lubang yang terdapat dalam jarak satu
inchi diukur dari sumbu ke sumbu kawat. Contoh #4, artinya
dalam satu inchi dibagi 4 lubang, sehingga 1 sq inch ada 16
lubang. Ukuran mesh yang biasa digunakan antara lain :
-. #4 ~ 4,76mm -. #60 ~ 0,25mm
-. #8 ~ 2,36mm -. #80 ~ 0,177mm
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -33
![Page 6: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/6.jpg)
-. #10 ~ 2,00mm -. #100 ~ 0,15mm
-. #30 ~ 0,60mm -. #120 ~ 0,12mm
-. #40 ~ 0,42mm -. #140 ~ 0,105mm
-. #200 ~ 0,074mm
Untuk mengetahui ukuran butiran dilakukan pengayakan pada susunan ukuran tertentu. Susunan ukuran ayakan yang dipasang sesuai dengan kebutuhan atau syarat spesifikasi yang dituntut.
Caranya dilakukan sebagai berikut :
1. agregat yang akan disaring dikeringkan, diambil sebagian
dan ditimbang,
2. diayak dengan susunan ayakan tertentu, dapat dilakukan
dengan mengguncang-guncang atau dengan bantuan
vibrator, dilakukan beberapa saat
3. pada masing-masing ayakan akan tertinggal agregat,
kemudian ditimbang
4. dihitung prosentase pada masing-masing ayakan terhadap
total agregat yang diayak.
Contoh : berat agregat yang diayak = G gram
berat agregat tertinggal #10 = g10 gram
= g10/G x 100% = p10 %
Misal disaring agregat sebanyak 6304 gr, setelah dilakukan
pengayakan diperoleh hasil sebagai berikut :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -34
![Page 7: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/7.jpg)
Saringan
Berat tertinggal
Komulatif berat
tertinggal
Prosentase komulatif
(gram) (gram) tertinggal
lolos
2" 0 -- 0 100
1½" 0 -- 0 100
1" 68 68 1 99
¾" 240 308 4,9 85,1
½" 510 818 12,9 87,1
3/8" 2430 3248 51,5 48,5
¼" 1915 5163 81,9 18,1
#4 651 5814 92,2 7,8
#10 333 6147 97,5 2,5
#20 129 6276 99,5 0,5
#40 10 6286 99,7 0,3
#80 4 6290 99,8 0,2
#200 3 6293 99,8 0,2
pan 11 6304 100 0
TOTAL 6304
Dari tabel di atas dapat dibaca bahwa pada saringan #4 :% butir yang lolos = 7,8 %% butir tertinggal = 92,2 %®92,2 % agregat berdiamater > dari 4,76 mm
Jika didasarkan jenis agregat :-. agregat kasar (tertinggal #4) = 92,2 %-. agregat halus (#4 - #200) = 7,6 % (7,8 - 0,2)-. agregtar filler (lolos #200) = 0,2 % (11 gr)
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -35
![Page 8: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/8.jpg)
AGREGAT BERBUTIR KASAR
Sifat :
1. Cukup kuat dan keras
Agregat sebagai bagian yang mendukung stabilitas
perkerasan dituntut keras dan kuat, karena jika tidak
terpenuhi terjadi kerusakan oleh beban lalulintas.
2. Bentuk butiran
Bentuk butiran yang dituntut adalah saling menyudut,
sehingga akan saling mengunci, setelah nantinya dipadatkan
maka agregat akan lebih padat dan lebih stabil.
3. Porositas.
Sifat porositas agregat berkaitan dengan jumlah aspal dalam
suatu campuran agregat - aspal. Jika porositas batuan tinggi
maka aspal yang terserap akan banyak sehingga kebutuhan
aspal menjadi banyak.
4. Kekasaran permukaan
Sifat ini berpengaruh terhadap ikatan antara batuan dan aspal.
Jika permukaan agregat halus, agregat akan mudah
terbungkus aspal, namun sulit mempertahankan agar film
(lapisan tipis) aspal tetap melekat.
5. Bersih.
Agregat kasar harus bersih dari lempung, debu, oksida besi
dan bahan organik lainnya. Hal ini berkaitan dengan akan
terganggunya kelekatan antara aspal dan agregat.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Keausan/abrasi (dengan mesin Los Angeles)
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -36
![Page 9: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/9.jpg)
Agregat yang akan diperiksa dimasukkan mesin, disertai
bola-bola baja (efek impak dan abrasi), selanjutnya diputar
pada rpm tertentu sehingga terjadi proses ausan, kemudian
diangkat dan diayak pada #12 (standar), ditimbang yang
lolos dan dibandingkan dengan berat semula; makin banyak
agregat yang lolos ausan makin besar.
2. Keawetan (dengan Soundness test)
dimaksudkan untuk memeriksa ketahanan agregat terhadap
cuaca; ditest dengan larutan Na2SO4 atau Mg2SO4.
3. Lekatan agregat dengan aspal dan bentuk butiran
4. Berat jenis, dll.
5. flat and elongated
6. angularity
AGREGAT BERBUTIR HALUS
Sifat :
-. bersih; keras; awet;
-. bebas lumpur, debu dan bahan organik lain
Pemeriksaan Laboratorium
1. Keausan/abrasi (dengan mesin Los Angeles)
2. Keawetan (dengan Soundness test)
3. Kandungan debu (dengan Sand Equivalent test)
4. berat jenis
5. angularity
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -37
![Page 10: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/10.jpg)
GRADASI AGREGAT
Pada pekerjaan jalan, penggunaan agregat ditunjukkan dengan
gradasi, sebagai contoh agregat untuk Base course disyaratkan :
Saringan
% butiran lolos
1½" 100
1" 75 - 95
½" 35 - 65
#4 30 - 40
#200 0 - 7
Kenyataan di lapangan banyak dijumpai kesulitan menemukan
agregat dengan syarat gradasi yang dimaksud. Untuk
mengatasinya dilakukan dengan mencampur beberapa agregat
(yang ada di lapangan) dengan gradasi yang berbeda.
Contoh kasus :
Agregat A dan agregat B dengan gradasi yang berbeda harus
dicampur sehingga mendapatkan campuran yang memenuhi
syarat grading limit C.
Saringan
Prosentase (%) lolos
A B C-spec
2" 100 100 100
1½" 100 95 90 - 100
¾" 63 85 65 - 80
#4 25 50 30 - 40
#10 15 36 20 - 35
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -38
![Page 11: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/11.jpg)
#200 3 7 0 - 5
Penyelesaiannya dilakukan dengan Semigraphical Methode.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Membuat empat persegi panjang dengan sisi kiri dan kanan
menunjukkan % lolos masing-masing gradasi (gradasi A di
kiri dan gradasi B di kanan); sisi atas menunjukkan %
agregat A dengan arah ke kiri, sisi bawah menunjukkan %
gradasi B dengan arah ke kanan.
2. Gradasi agregat A digambarkan pada sisi kiri (masing-
masing ukuran),
3. Gradasi agregat B digambarkan pada sisi kanan (masing-
masing ukuran),
4. Titik pada gradasi A dan B yang mempunyai ukuran butiran
yang sama saling dihubungkan, diperoleh garis-garis sesuai
ukuran saringan,
5. Pada garis-garis hubung tersebut, digambarkan batas-batas
gradasi agregat C untuk ukuran saringan yang sama, akan
diperoleh daerah dimana dipenuhi batas-batas gradasi C.
6. Pada-garis-garis tersebut dapat ditentukan daerah (range)
dimana memenuhi batasan spesifikasi gradasi C, sehingga
akan didapat perbandingan campuran gradasi A dan B yang
memenuhi gradasi C.
Hasil yang diperoleh :
Untuk mendapatkan gradasi C sesuai syarat dari campuran
gradasi A dan B diperoleh perbandingan :
Gradasi A = (46 - 75) %Gradasi B = (25 - 54) %
Sehingga gradasi C dapat diperoleh dengan mencampurkan :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -39
![Page 12: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/12.jpg)
-. 50 % A + 50 % B-. 60 % A + 40 % B-. 54 % A + 46 % B, dst.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -40
![Page 13: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/13.jpg)
Gambar Pencampuran Agregat.
Sebagai contoh dicoba campuran dengan 60 % A + 40 % B :
Saringan
Gradasi Prosentase (%) lolos
Hasil Grading
A B A = 60% B = 40% (%) limit (%)
2" 100 100 60 40 100 100
1½" 100 95 60 38 98 90 – 100
¾" 63 85 37,8 34 71,8 65 – 80
#4 25 50 15 20 35 30 – 40
#10 15 36 9 14,4 24,4 20 – 35
#200 3 7 1,8 2,8 4,6 0 – 5
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -41
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2”1½”
¾”
#4
#10
#200
20
20
40
4060
60 80
80100
100
A%
B%
![Page 14: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/14.jpg)
Pada kondisi lain, untuk mendapatkan agregat sebagai bahan
lapis permukaan, yang umumnya membutuhkan ukuran butiran
yang lebih beragam, sering tidak dapat hanya dengan
mencampurkan dua gradasi batuan namun dengan
mencampurkan tiga gradasi batuan. Cara penyelesaian yang
dilakukan hampir sama dengan metode di atas namun ada
tambahan langkah di depannya.
Sebagai contoh kasus disampaikan sebagai berikut :
Agregat F1 , agregat F2 dan agregat F3 dengan gradasi
yang berbeda harus dicampur sehingga mendapatkan
campuran yang memenuhi syarat grading limit X. Data
gradasi agregatnya :
Saringa
n
Prosentase (%) lolos
F1 F2 F3 X
¾" 100 100 100 100
½" 74 100 100 80 - 100
3/8" 12 90 100 70 – 90
#4 3,0 52 100 55 – 75
#8 2,5 18 98 40 – 55
#30 2,0 4,0 55 20 – 30
#100 1,8 3,2 30 10 – 18
#200 1,5 2,0 15 4 – 10
Penyelesaiannya dilakukan dengan Graphical Methode. Bahan
yang dipersiapkan untuk penyelesaian adalah :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -42
![Page 15: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/15.jpg)
1. Untuk Grafik I, berupa gambar yang digunakan untuk
menggambarkan gradasi dari masing-masing fraksi agregat
yang ada (F1, F2 dan F3).
2. Untuk Grafik II, membuat dua buah empat persegi panjang
dengan sisi kiri dan kanan menunjukkan % lolos masing-
masing gradasi; pada persegi panjang yang pertama
gradasi F1 di kiri dan gradasi F2 di kanan, sisi atas
menunjukkan % agregat F1 dengan arah ke kiri, sisi bawah
menunjukkan % gradasi F2 dengan arah ke kanan.
Pada persegi panjang yang kedua gradasi gabungan F1 +
F2 di kiri dan gradasi F3 di kanan; sisi atas menunjukkan %
agregat gabungan F1 +F2 dengan arah ke kiri, sisi bawah
menunjukkan % gradasi F3 dengan arah ke kanan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dari grading limit (spesifikasi) agregat X dicari titik
tengahnya dimana dianggap sebagai gradasi yang akan
menjadi sasaran. Pada titik tengah masing-masing saringan
kemudian digambarkan pada Grafik I, garis vertikal pada
nilai tengah tersebut sebagai garis ukuran pada ukuran
saringan. Sebagai contoh untuk #¾" nilai tengahnya 100%,
maka pada 100 % (ukuran skala di bawah) dianggap sebagai
letak ukuran #¾", untuk ukuran #½" nilai tengahnya
(80+100)/2 = 90%, maka pada 90% (skala di bawah) ditarik
vertikal dianggap sebagai letak ukuran #½", dan seterusnya.
(tampak garis tebal pada gambgar Grafik I).
2. Dari tabel gradasi F1, F2 dan F3 digambarkan pada Grafik I
sesuai dengan ukuran dan prosentasenya, sehingga
diperoleh gambar-gambar gradasi F1, F2, dan F3.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -43
![Page 16: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/16.jpg)
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -44
![Page 17: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/17.jpg)
Gambar form Grafik I.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -45
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020 40 60 80 100
![Page 18: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/18.jpg)
Gambar form Grafik II.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -46
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020
20
40
4060
60 80
80100
100
F1%
F2%
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020
20
40
4060
60 80
80100
100
F1+F2 %
F3%
![Page 19: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/19.jpg)
3. Tahap berikutnya adalah menentukan perbandingan
sementara antara F1, F2, dan F3 dengan menggunakan
Grafik I. Caranya :
a. Dengan menggunakan penggaris dibuat garis vertikal
sedemikian rupa sehingga jarak antara garis horizontal
terbawah (0%) ke garis gradasi F1 sama dengan jarak
antara garis horizontal teratas (100%) ke garis gradasi
F2. Garis vertikal ini kemudian dipotongkan dengan
garis diagonal pada Grafik I. Titik perpotongan ditarik
garis horizontal ke kanan sehingga memotong pembatas
kanan dan menunjukkan prosentase F1 yang diukur dari
atas. Misal garis ini memotong di angka 79 %, maka
prosentase F1 = (100 - 79)% = 21%.
b. Dengan cara yang sama untuk mendapatkan prosentase
F2 dilakukan dengan membandingkan antara garis
gradasi F2 dan gradasi F3. Dibuat garis vertikal
sedemikian sehingga jarakantara garis horizontal
terbawah (0%) ke garis gradasi F2 sama dengan jarak
antara garis horizontal teratas (100%) ke garis gradasi
F3. Garis vertikal ini kemudian dipotongkan dengan
garis diagonal pada Grafik I. Titik perpotongan ditarik
garis horizontal ke kanan sehingga memotong pembatas
kanan dan menunjukkan prosentase F1+F2 yang diukur
dari atas. Misal garis ini memotong di angka 63%, maka
prosentase F1+F2 = (100 - 52)% = 48%. Dari (a) telah
diperoleh F1 = 21%, maka diperoleh prosentase F2 = (48
- 21)% = 37%.
4. Selanjutnya dilakukan langkah untuk menentukan komposisi
campuran dengan menggunakan Grafik II.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -47
![Page 20: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/20.jpg)
a. Pada segi empat yang pertama digunakan untuk
mendapatkan komposisi campuran F1 dan F2. Cara yang
dilakukan dengan menggambarkan Gradasi F1 pada sisi
kiri (masing-masing ukuran), Gradasi agregat F2
digambarkan pada sisi kanan (masing-masing ukuran),
titik pada gradasi F1 dan F2 yang mempunyai ukuran
butiran yang sama saling dihubungkan, diperoleh garis-
garis sesuai ukuran saringan. Digambar garis vertikal
yang menggambarkan proporsi F1 dan F2 sesuai dengan
hasil yang diperoleh pada Grafik I.
Dari Grafik I diperoleh :
F1 = 21 %
F2 = 37 %
Total= 58 %
komposisi thd F1+F2 :
F1 = (21/58) x 100% = 36,2%
F2 = (37/58) x 100% = 63,8%
Dibuat garis vertikal pada F1 = 36,2% (atau F2 = 63,8%),
garis vertikal ini akan berpotongan dengan garis-garis
hubung sesuai ukuran saringan. Titik-titik potongnya
merupakan titik gabungan F1+F2.
b. Dari titik-titik potong ini selanjutnya ditarik garis
horizontal ke kanan sampai memotong garis sisi kiri pada
segi empat kedua. Pada segi empat kedua ini pada sisi
kanan digambarkan gradasi F3. Titik pada gradasi
F1+F2 dan F3 yang mempunyai ukuran butiran yang
sama saling dihubungkan, diperoleh garis-garis sesuai
ukuran saringan, pada ukuran saringan yang di F1+F2
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -48
![Page 21: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/21.jpg)
tidak dijumpai berarti dari F3 dihubungkan dengan titik
0.
b. Pada garis-garis hubung tersebut, digambarkan batas-
batas gradasi agregat X untuk ukuran saringan yang
sama, akan diperoleh daerah dimana dipenuhi batas-
batas gradasi X. Pada garis-garis tersebut dapat
ditentukan daerah (range) dimana memenuhi batasan
spesifikasi gradasi X, sehingga akan didapat
perbandingan campuran gradasi F1+F2 dan F3 yang
memenuhi gradasi X.
Hasil yang diperoleh :
Untuk mendapatkan gradasi X sesuai syarat dari campuran
gradasi F1+F2 dan F3 diperoleh perbandingan:
Gradasi F1+F2 = (49 - 67) %
Gradasi F3 = (33 - 51) %
Sebagai contoh diambil F3 = 40%, maka :
F1+F2 = (100 - 40) % = 60%
maka proporsi F1 dan F2 dihitung sebagai berikut :
F1 = 36,2% x 60% =21,72% diambil F1 = 21,7%
F2 = 63,8% x 60% = 38,28, diambil F2 = 38,3%
Dari hasil ini dicoba ditabulasikan menjadi :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -49
![Page 22: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/22.jpg)
Gambar penentuan proporsi campuran dengan menggunakan Grafik I.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -50
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020 40 60 80 100
#200
#30 #8 #4 3/8” ½“ ¾“#100
F1=21%
F2=37%
F3=42%
![Page 23: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/23.jpg)
Gambar penentuan proporsi campuran dengan menggunakan Grafik II.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -51
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020
20
40
4060
60 80
80100
100
F1%
F2%
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
020
20
40
4060
60 80
80100
100
F1+F2 %
F3%
![Page 24: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/24.jpg)
Saringa
n
Gradasi Prosentase (%) lolos Hasil X Grading
F1 F2 F3 21,7% F1 38,3% F2 40 % F3 (%) limit (%)
¾" 100 100 100 21,7 38,3 40,0 100,0 100
½" 74 100 100 16,1 38,3 40,0 94,4 80 - 100
3/8" 12 90 100 2,6 34,5 40,0 77,1 70 – 90
#4 3,0 52 100 0,7 19,9 40,0 60,6 55 – 75
#8 2,5 18 98 0,5 6,9 39,2 46,6 40 – 55
#30 2,0 4,0 55 0,4 1,5 22,0 24,0 20 – 30
#100 1,8 3,2 30 0,4 1,2 12,0 13,6 10 – 18
#200 1,5 2,0 15 0,3 0,8 6,0 7,1 4 – 10
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -52
![Page 25: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/25.jpg)
JALAN TAK BERASPAL
PENDAHULUAN
Menggunakan bahan soil aggregate mixture
-. Campuran batu, tanah, pasir, silt dan clay
-. Dibuat dengan perbandingan dan gradasi tertentu,
setelah dipadatkan menjadi lapis konstruksi yang kuat
dan rapat
Pertimbangan pemilihan jenis : Volume lalulintas
volume lalulintas yang tidak terlalu besar, untuk
sementara jalan dengan penutup aspal dapat
ditangguhkan
* LHR ± 50 kendaraan/hari, jalan tak beraspal masih dapat
memenuhi kebutuhan, karena timbulnya debu dan
lepasnya material oleh kendaraan belum mengganggu
dan belum butuh pemeliharaan intensif
* LHR meningkat ± 100 kendaraan/hari, timbulnya debu
dan lepasnya material oleh kendaraan sudah
mengganggu, sehingga butuh pemeliharaan intensif
* LHR mencapai ± 300 kendaraan/hari, pekerjaan
pemeliharaan terlalu tinggi, shg jalan tak beraspal
menjadi tidak murah, maka perlu lapisan penutup
aspal
1.BAHAN JALAN
Bahan jalan terdiri dari :
-. batu, berfungsi untuk menerima dan meneruskan
beban yang diterima,
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -53
![Page 26: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/26.jpg)
-. pasir, bersama dengan silt sebagai bahan poengisi,
dan
-. tanah yang menggandung clay dan silt, utamanya clay
(lempung) sebgai bahan ikat
Setelah dicampur, kemudian dipadatkan sehingga dapat
menampung arus lalulintas dan tahan cuaca
Syarat batuan yang digunakan sebagai bahan :
1) keras dan kuat,
2) bentuk butiran cubical, tajam dan kasr permukaannya,
3) gradasi batuan rapat (dense graded), ukuran butiran
maksimum 2½ cm; jika lebih besar maka sulit diperoleh
permukaan yang rata dan sulit pemeliharaannya
Campuran bahan dapat diperoleh :
1) langsung dari alam, atau
2) mencampur bahan dari beberapa tempat
---- dapat diusahakan penggunaan material setempat, ---
menurunkan biaya pelaksanaan --- jalan murah
Gradasi batuan :
Ayakan
No.
Prosentase lolos
(%)
1" 100 100
3/8" 50 – 85 60 – 100
# 4 35 – 65 50 – 85
# 10 25 – 50 40 – 70
# 40 15 – 30 25 – 45
# 200 5 - 15 5 – 20
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -54
![Page 27: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/27.jpg)
2. LAPIS PERMUKAAN JALAN
Bagian-bagian penampang jalan tidak beraspal hampir sama
dengan jalan beraspal. Lapis permukaan dapat dibuat dari
bahan yang berbeda-beda, dikenal:
a. Jalan murah
lapis permukaan dari tanah setempat yang kadang-kadang
bercampur dengan kerikil atau batu pecah
b. Jalan macadam basah
bahan lapis permukaan : batu pecah ukuran 2½ - 5 cm, dan
batu pengunci ukuran 1 - 1½ cm, dan bahan ikat dari tanah
liat
c. Jalan kerikil
lapis permukaan dengan kerikil, ukuran butiran maksimum
2½ cm; kerikil dicampur dengan pasir (bahan pengisi) dan
tanah liat (bahan ikat)
3. BAHU JALAN DAN SELOKAN
a. Bahu jalan untuk jalan tidak beraspal
fungsi bahau jalan a.l. untuk menahan lapis keras, pada
jalan tak beraspal bahan bahu jalan dari tanah dan
ditanami rumput
Kemiringan jalan tak beraspal > dari kemiringan jalan
beraspal (untuk lebih mempercepat mengalirnya air) yaiut
± 4 %, dan kemiringan bahu jalannya ± 6 %; lebar bahu
jalan 1 - 1½ m (karena vol. lalulintas rendah dan untuk
mempercepat air masuk selokan).
b. Selokan
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -55
![Page 28: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/28.jpg)
Jalan tak beraspal sangat peka air --- perlu cepat disalurkan
keluar dengan selokan samping; selokan harus cukup
sehinggaair yang masuk akan selalu di bawah lapis pondasi
(shg tidak merembes ke lapis permukaan dan merusakkan)
4. KERUSAKAN PADA JALAN TAK BERASPAL
Bahan ikat dari tanah liat, sehingga sifat-sifatnya sangat
dipengaruhi oleh air sehingga cukup peka thd air.
Jenis-jenis kerusakan yang biasa timbul :
a. Pengausan
bertambahnya air --- daya ikat berkurang dan melemahkan
ikatan antara batuan; roda kendaraan yang lewat akan
mengikis lapis permukaan dan batu-batu akan lepas ---
jalan tidak rata dan tidak nyaman
b. Bergelombang
penyebab : berkumpulnya butiran-butiran kecil membentuk
gundukan dan diantara gundukan nampak butiran kasar
karena ikat yang lemah, butiran kecil akan lepas dan
berkumpul dalam gundukan
c. Alur dan cekungan
air melemahkan daya dukung perkerasan. Akibat beban
roda permukaan akan turun, karena jalan sempit jejeak
roda akan berada pada tempat yang sama maka terjadi
alur dan cekungan --- permukaan tidak rata
d. Lubang
terjadi karena batu yang ikatannya lemah akan lepas dan
terjadi lubang, jika dibiarkan akan bertambah dan lebar
e. Erosi permukaan dan bahu jalan
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -56
![Page 29: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/29.jpg)
pada daerah landai besar (tanjakan & turunan) --- air
mengalir dengan arah yang hampir sama --- pada daerah
landai terkumpul dan cepat --- erosi
f. Tanah dasar menjadi lembek
Air dapat menembus ke tanah dasar (karena jalan tidak
rata, air hujan menggenang dan menembus ke badan
jalan), disebabkan :
-. air tanah cukup tinggi, tanpa selokan samping yang
dalam --- akan merembes ke tanah dasar
-. air dari selokan merembes ke tanah dasar (selokan tidak
dapat mengalirkan air dengan baiak)
5. PEKERJAAN PEMELIHARAAN
Usaha yang penting : mengusahakan agar air dapat segera
mengalir keluar badan jalan
a. mengusahan agar selokan berfungsi baik
b. mengusahakan permukaan jalan tetap rata dan baik,
dengan menutup lubang-lubang yang timbul dan menjaga
kemiringan permukaan
c. merawat bahu jalan dengan kemiringan ± 6 %, dengan
membuang tumpukan tanah yang ada di bahu jalan dan
jika bahu jalan lebih tinggi dibuat alur-alur yang memotong
bahu jalan
d. pada bagian jalan dengan landai > 7 % dengan panjang >
100 m, sebaiknya diberi lapis aspal (untuk memberikan
ikatan yang baik pada musim hujan)
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -57
![Page 30: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/30.jpg)
KADAR ASPAL DALAM
CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
PENDAHULUAN
Aspal sbg bahan ikat pada campuran aspal dan agregat.
Perkerasan :
-. terbuka di alam
-. langsung dipengaruhi perubahan cuaca
Kadar aspal :
-. lebih rendah dari optimal, maka ikatan yang timbul kurang
sempurna
-. berlebihan, memberikan ikatan yang baik tetapi pada suhu
tinggi kelebihan aspal berakibat tidak baik
---- perlu ditentukan kadar aspal yang tepat.
Metode penentuan kadar aspal :
1. Metode Ruang Kosong
2. Metode Luas Permukaan
3. Percobaan Laboratorium
-. Percobaan Marshall
-. Percobaan Hveem
1. METODE RUANG KOSONG
• Pada pelaksanaan pemadatan, untuk mendapatkan
kepadatan maximum secara teoritis adalah sukar, sehingga
masih dimungkinkan adanya ruang kosong diantara butir
tersebut.
• Dalam campuran antara batu dengan aspal, diisyaratkan
setelah dipadatkan harus masih mempunyai ruang kosong
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -58
![Page 31: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/31.jpg)
(voids) antara 2-7%. Persyaratan adanya ruang kosong ini
dimaksudkan untuk memberikan persediaan ruangan
bilamana :
-. aspal mengembang jika suhu bertambah tinggi.
-. campuran batu dan aspal menjadi lebih mampat karena
tekanan roda yang lewat diatasnya.
Prosentase Voids (V) ditentukan dengan persamaan :
= 100 * ((Gmm-Gmb)/Gmm)
= 100*(1-(Gmb/Gmm)) -------------------------- VIM
dengan :
V = Prosentase Voids
d = berat volume campuran aspal, setelah dipadatkan ---
density
D =berat volume maximum secara teoritis dari campuran
aspal (tanpa adanya ruang kosong).
Berat Volume maximum (D) ditentukan dengan persamaan :
Wa = prosentase berat bahan butiran
Wb = prosentase berat bahan ikat (aspal)
Ga= berat jenis butiran
Gb= berat jenis bahan ikat (aspal)
Sehingga prosentase voids (V) didapat :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -59
![Page 32: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/32.jpg)
Jika bahan butiran terdiri atas campuran dari beberapa fraksi
yaitu kasar, halus dan pengisi dengan :
- Prosentase berat masing-masing butiran = Wa1, Wa2, Wa3
- berat jenis masing-masing butiran = Ga1, Ga2, Ga3
Maka persamaan D menjadi :
Dan persamaan (V) menjadi :
Jadi ruang kosong yang akan diisi dengan aspal dapat dihitung
dengan:
Ruang kosong untuk aspal = Berat volume campuran
setelah dipadatkan - jumlah
volume butiran.
Ruang kosong yang tersisa = 2 - 7 %.
Dengan demikian kadar aspal adalah volume campuran
dikurangi jumlah volume butiran dan ruang kosong yang
tersisa (2-7)%.
Contoh :
Berat volume campuran setelah dipadatkan - 2,22kg/dm3
Butiran terdiri atas 3 fraksi dengan perbandingan 50%,40%
dan 10%, berat jenis masing-masing 2,9; 2,6; dan 2,9.
Berat jenis aspal 0,98. Berapa besar volume aspal ?
Volume masing-masing fraksi agregat:
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -60
![Page 33: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/33.jpg)
Volume fraksi I = 0,50 (2,22/2,9) = 0,38276 dm3
Volume fraksi II = 0,40 (2,22/2,6) = 0,34154 dm3
Volume fraksi III = 0,10 (2,22/2,9) = 0,07655 dm 3
Jumlah volume butiran 0,80085 dm3
Dalam hal ini berarti dalam 1 dm3 dari campuran batu
tersebut jika dipadatkan secara sempurna (tidak ada ruang
kosong), hanya akan mengisi ruangan sebesar 0,80085 dm3.
Ruang kosong = (1-0,80085) dm3
= 0,19915 dm3
= = 19,915%
Ruang kosong yang tersisa diambil = 4 %
Prosentase aspal yang diperlukan dalam 1 dm3 campuran =
19,915 - 4 = 15,915%.
Cara mengukur jumlah aspal dalam % volume ini adalah tidak
praktis. Cara yang lazim adalah dinyatakan terhadap %
seluruh campuran (batu+aspal). Sehingga :
- aspal 15,915% = 0,15915 dm3.
- berat jenis = 0,98
- berat aspal = 0,98 x 0,15915 = 0,1559 kg.
= = 6,56%
Dari contoh perhitungan diatas nampak bahwa cara ini adalah
cukup sederhana dan cocok untuk bahan batuan yang
mempunyai gradasi rapat.
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -61
![Page 34: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/34.jpg)
2. METODE LUAS PERMUKAAN.
Metode ini mendasarkan pada : bahwa hampir seluruh
jumlah aspal akan dugunakan untuk menyelubungi luar
permukaan yang sebenarnya dari butiran bahan.
Jadi bahan butiran bahan harus diselubungi aspal seluruhnya
agar pengaspalan itu berhasil baik.
Cara ini memerlukan percobaan empiris mengenai hubungan
antara gradasi bahan butiran, bentuk susunan permukaan
dengan jumlah aspal yang diperlukan untuk menyelubungi
permukaan tiap-tiap butiran.
Data yang diperlukan :
a. pembagian besarnya butiran
b. data, hubungan antara pembagian besarnya butiran
dengan luas permukaan butiran
c. macam aspal yang dipakai.
d. data, hubungan antara luas permukaan dengan jumlah
aspal yang diperlukan
e. berat jenis butiran
Prosentase aspal
Ditentukan berdasarkan persamaan berikut :
P = S x K x T
dengan :
P = prosentase aspal yang diperlukan.
T = prosentase aspal yang diperlukan untuk menyelubungi
seluruh luas permukaan butiran. Besarnya dipengaruhi
oleh jenis aspal yang digunakan dan nilai T dapat
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -62
![Page 35: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/35.jpg)
diperoleh pada tabel hasil pengamatan secara empiris
pada bahan batuan dengan berat jenis 2,65.
K =Faktor koreksi, karena kekasaran permukaan.
Luas permukaan butiran masih dipengaruhi oleh :
- bentuk butir (tidak teratur)
- ada tidaknya kotoran pada permukaan butiran.
S = faktor koreksi, karena berat jenis bahan butiran berbeda
( g ) dengan berat jenis pada penentuan T
Besarnya S = 2,65/g
Penggunaan :
Untuk lapisan permukaan diisyaratkan agar masih ada ruang
kosong (voids) : 3 - 5%
Untuk mencegah kehilangan stabilitas pada campuran karena
jumlah aspal yang ada mungkin kelebihan, maka hasil
perhitungan ai atas perlu dikoreksi, yaitu dikurangi sebesar :
0,5 %, untuk campuran aspal dan pasir
0,4 %, untuk campuran aspal beton dengan gradasi rapat.
0,3 %, untuk campuran aspal beton dengan gradasi terbuka.
3. PERCOBAAN LABORATORIUM
PERCOBAAN MARSHALL
Tujuan Percobaan :
melakukan pengamatan/pengetesan terhadap kualitas
campuran aspal dan batuan
Kualitas campuran disebut sebagai Marshall Properties
meliputi :
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -63
![Page 36: BahanJalan3](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022061213/5498f577b479593d4d8b55d0/html5/thumbnails/36.jpg)
1. Stabilitas
2. Kelelehan (flow)
3. Rongga dalam campuran (VIM : void in mix)
4. Rongga terisi aspal (VFWA : void filled with asphalt)
Dari harga-harga lalu dibandingkan dengan spesifikasi yang
telah ditentukan, maka kadar aspal optimum dapat dicari secara
grafis.
Stabilitas:
kemampuan suatu perkerasan menahan beban lalulintas
tanpa terjadi deformasi/perubahan bentuk. Besarnya
stabilitas dipengaruhi oleh kohesi dan gaya gesek (friction).
Gaya gesek tergantung tekstur permukaan, gradasi agregat,
bentuk batuan, kerapatan campuran, dan kuantitas aspal.
Kohesi dipengaruhi faktor-faktor sifat rheologi, gradasi
agregat, kepadatan, adesi antara aspal dan batuan.
Kelelehan (flow)
Besarnya perubahan bentuk atau deformasi yang berupa
penurunan contoh yang diukur dalam mm pada beban
maksimum.
Flow rendah, maka campuran cenderung menjadi getas; jika
flow tinggi campuran cenderung plastis (apalagi bila
stabilitas rendah).
VIM (void in mix):
prosentase rongga terhadap volume total campuran setelah
dipadatkan.
VFWA (void filled with asphalt):
prosentase rongga dalam campuran yang terisi aspal
PPI-Bahan Jalan (ed: 2002) -64