dakriostenosis.docx

38
Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020) BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sistem lakrimal terdiri dari glandula lakrimal dan saluran lakrimal. 1 Glandula lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan air mata yang berfungsi untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan kornea, menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan nutrisi pada kornea. 2 Air mata ini akan mengalir melewati mata dan kemudian ke duktus lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial merupakan pintu gerbang untuk masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang kemudian ke sakus lakrimal yang ada pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus lakrimal dan kemudian ke dalam hidung. 3 Ketika saluran lakrimal ini tersumbat atau dakriostenosis, air mata akan menggenang di dalam mata dan jatuh ke pipi. Air mata yang tersumbat pada sistem lakrimal juga akan menyebabkan infeksi dan mencetuskan serangan ulang mata merah. Keadaan ini juga akan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 26 Agustus – 28 September 2013 1

Upload: dala-purnamandala

Post on 24-Oct-2015

152 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sistem lakrimal terdiri dari glandula lakrimal dan saluran lakrimal.1 Glandula

lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan air mata yang berfungsi

untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan kornea, menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, dan memberikan nutrisi pada kornea.2

Air mata ini akan mengalir melewati mata dan kemudian ke duktus lakrimal.

Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial merupakan pintu gerbang untuk

masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang kemudian ke sakus lakrimal yang ada

pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus lakrimal dan kemudian ke dalam hidung.3

Ketika saluran lakrimal ini tersumbat atau dakriostenosis, air mata akan menggenang

di dalam mata dan jatuh ke pipi. Air mata yang tersumbat pada sistem lakrimal juga

akan menyebabkan infeksi dan mencetuskan serangan ulang mata merah. Keadaan ini

juga akan menyebabkan perubahan kulit dari pelpebra inferior karena terus berkontak

dengan air mata.3

Untuk mencegah terjadinya efek yang lebih buruk dari tersumbatnya saluran

lakrimal ini, maka pengobatan harus segera dilakukan. Pada anak – anak yang saluran

lakrimalnya tidak berkembang dengan baik dapat dilakukan pemijatan beberapa kali

sampai saluran terbuka. Jika tidak berhasil, dapat dilakukan probing yang

memerlukan anastesi. Pada orang dewasa, penyebab dari penyumbatan harus

diketahui dan ditatalaksana sesuai kasusnya. Operasi biasanya diperlukan agar

saluran lakrimal kembali normal.4

1.2 Batasan Masalah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 1

Page 2: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Dalam referat ini akan dibahas tentang definisi, etiologi dan fisiologi anatomi,

patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta

prognosis dakriostenosis.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan referat ini adalah untuk menambah pemahaman

klinis mengenai dakriostenosis terutama bagi dokter umum baik dari segi definisi,

etiologi, diagnosis, manifestasi klinis, pemeriksaan, patofisiologi, dan

penatalaksanaan, serta prognosis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata di RSUD Kota Semarang.

BAB II

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 2

Page 3: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Dakriostenosis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis (saluran yang

mengalirkan air mata ke hidung)5. Selain itu, dakriostenosis dapat dikatakan adanya

obstruksi duktus nasolakrimalis yang terjadi sejak lahir dengan gejala mata berair dan

adanya seret pada mata.

Dakriostenosis dapat terjadi secara kongenital maupun didapat. Secara

kongenital disebabkan oleh pengembangan yang tidak sempurna dari duktus

nasolakrimalis dan hal ini menyebabkan sumbatan sehingga air mata tidak dapat

mengalir sebagaimana mestinya. Sedangkan apabila dakriostenosis didapat,

penyebabnya bisa infeksi atau trauma langsung pada sistem lakrimalis.6

2.2 Epidemiologi

Menurut John J Woog, MD setelah melakukan riset pada warga Olsted

County, Minnesota, Amerika Serikat pada tahun 1976-2000 didapatkan dari 587

pasien diidentifikasikan rata-rata tingkat insiden 30,4 per 100.000 dengan gejala

penyumbatan dan obstruksi outflow lakrimal. Dakriostenosis adalah penyakit paling

sering, yaitu dengan tingkat insidensi 20,24 per 100.000 dan di antara 397 pasien

dengan kasus dakriostenosis, 107 (27%) adalah laki-laki dan 290 (73%) adalah

wanita.

Sedangkan menurut Mounir Bashourm seorang professor di Megill

University, frekuensi dakriostenosis kongenital di Amerika adalah 2-4% pada bayi

baru lahir. 35% diantaranya adalah obstruksi duktus nasolakrimalis, 15% karena

agenesis punctum, 10% karena fistula kongenital, dan 5% karena defek kraniofacial.

Pada studi internasional mendata dakriostenosis terjadi pada 22-36% anak dengan

Sindrom Down dan dari 2-4% kejadian bayi baru lahir.10

Obstruksi duktus lakrimal kongenital terdapat pada 50 % neonatus, namun

pada banyak kasus akan membuka spontan setelah 4 – 6 minggu kelahiran. Pada 2-

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 3

Page 4: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

6% bayi umur 3 – 4 minggu akan menetap dan bermanisfestasi, 1/3-nya bersifat

bilateral. Sembilan puluh persen kasus akan hilang sendiri pada satu tahun pertama

kehidupan.7

2.3 Etiologi

Dalam keadaan normal, air mata dari permukan mata dialirkan ke dalam

hidung melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air mata akan

menumpuk dan mengalir secara berlebihan ke pipi. Mekanisme pengaliran air mata

sendiri adalah dari glandula lakrmalis dikumpulkan di forniks superior lalu diratakan

dengan cara berkedip kemudian masuk ke pars ekskretorius melalui pungtum.6

Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi akibat:

1. Kongenital :

Agenesis pungtum dan kanalikuli

Obstruksi duktus nasolakrimal

2. Didapat :

Abnormalitas pungtum

Sumbatan Kanalikuli

o Plak lakrimal

o Obat – obatan

o Infeksi

o Penyakit inflamasi

o Trauma

o Neoplasma

Sumbatan duktus nasolakrimal

o Stenosis involusi

o Dakriolith

o Penyakit sinus

o Trauma

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 4

Page 5: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

o Penyakit Inflamasi

o Plak lakrimasi

o Neoplasma

2.4 Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi

dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan

berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktus nasolakrimal merupakan unsur

sekresi sistem ini, yang mencurahkan air mata ke dalam hidung. Cairan air mata

disebarkan diatas permukaan mata oleh kedipan mata.9

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimalis

2.4.1 Sistem sekresi air mata

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 5

Page 6: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi air mata

per hari diperkirakan berjumlah 0,75–1,1 gram dan cenderung menurun seiring

pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama

yang terletak di fosa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang

berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus

orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan

sistem saluran pembuangannya tersendiri ke dalam fornix temporal superior. Lobus

palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior.

Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan

menyebabkan air mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epiphora).

Persyarafan kelenjar utama datang dari nucleus lakrimalis pons melalui nervus

intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris nervus trigeminus.9

Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama,

mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar

utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam

konjungtiva, terutama di fornix superior. sel goblet uniseluler yang juga tersebar di

konjugtiva, menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar

sebasea Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar

Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 6

Page 7: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Gambar 2. Aparatus Lakrimalis bagian Sekretorius

2.4.2 Sistem ekskresi air mata

Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimal, dan duktus

nasolakrimal. Pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat elevasi kecil

dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.

Punctum ini berfungsi menghantar air mata ke bawah melalui kanalikuli terkait ke

sakus lakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting,

menyebabkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam

sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air mata

dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang diuapkan, dan itulah

sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus

konjungtiva, air mata akan memasuki punctum sebagian karena hisapan kapiler.

Dengan menutup mata, bagian khusus orbicularis pre-tarsal yang mengelilingi

ampula mengencang untu mencegah keluar. Secara bersaman, palpebra ditarik ke

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 7

Page 8: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis

berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus.

Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus – karena pengaruh gaya

berat dan elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan mirip

katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan

udara. Yang paling berkembang diantara lipatan ini adalah ”katup” Hasner diujung

distal duktus nasolakrimalis. Berikut adalah ilustrasi dari sistem eksresi air mata yang

berhubungan dengan fungsi gabungan dari muskulus orbikularis okuli dan sistem

lakrimal inferior.

Gambar 3. Sistem Ekskresi Lakrimalis

2.4.3 Air Mata

Permukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap lembab

oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan disertai

dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra serta

konjungtiva. Sekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air mata atau

film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa konsentrasi garam

didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah. Selain itu, air mata

mengandung lisozim yang merupakan enzim yang memiliki aktivitas sebagai

bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria. Walaupun air mata mengandung

enzim bakteriostatik dan lisozim, menurut Sihota (2007), hal ini tidak dianggap

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 8

Page 9: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

sebagai antimikrobial yang aktif karena dalam mengatasi mikroorganisme tersebut,

air mata lebih cenderung memiliki fungsi mekanik yaitu membilas mikroorganisme

tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya.

K+, Na+, dan Cl terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata dari

dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04

mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan

konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meski ada

variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, cairan air mata adalah

isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L.

Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai

stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,

mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya

terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan

menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada

nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini

dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan

penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan

penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air mata

yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan eferen

oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang

memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian obat

yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi sedangkan

pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan sekresi.

Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai respon

darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu sempurna, hal

ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata.

Berikut adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam komposisi air mata

(Pflugfelder, S.C., 2004).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 9

Page 10: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Gambar 4. Komposisi Air Mata

2.5 Patofisiologi 7

1. Kongenital :

Agenesis pungtum dan kanalikuli

Terdapat membran yang memblok katup Hasner yang menutupi duktus

nasolakrimal pada hidung

2. Didapat :

Abnormalitas pungtum

Abnormalitas pungtum termasuk pungtum yang terlalu kecil (oklusi dan

stenosis) atau terlalu besar (biasanya iatrogenik), dan pungtum yang

mengalami malformasi atau tersumbat oleh bagian lain disekitar punctum.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 10

Page 11: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Sumbatan kanalikuli

Sumbatan bisa terjadi pada kanalikuli komunis, superior atau inferior. Hal ini

disebabkan karena :

a) Plak lakrimal

Plak pungtum dan kanalikuli bisa dalam berbagai ukuran dan bentuk. Plak ini

awalnya bertujuan untuk menyumbat aliran lakrimal dalam pengobatan mata

kering.

b) Obat–obatan

Obat–obatan yang biasanya menyebabkan obstruksi kanalikuli adalah obat

kemoterapi sistemik (5-Fluorouracil, Docetaxel, Idoxuridine). Obat–obatan ini

disekresi dalam air mata dan ini akan mengakibatkan inflamasi dan jaringan

parut pada kanalikuli. Jika kondisi ini dapat dideteksi dini – sebelum obstruksi

komplit – stent bisa dipasang untuk meregangkan kanalikuli yang menyempit

dan juga untuk mencegah penyempitan lebih lanjut selama pemakaian obat

kemoterapi. Obstruksi kanalikuli juga terjadi akibat penggunaan obat topikal

(Phospholine iodine, serine), namun jarang terjadi.

c) Infeksi

Berbagai infeksi dapat menyebabkan obstruksi kanalikuli, biasanya obstruksi

terjadi pada infeksi konjungtiva difus (virus vaccinia, virus herpes simpleks).

Infeksi kanalikuli terisolasi (kanalikulitis) bisa juga menyebabkan obstruksi.

d) Penyakit inflamasi

Keadaan inflamasi seperti pemfigoid, sindrom Steven Johnson, dan juga

penyakit Graft vs. Host sering menyebabkan bagian pungtum dan kanalikuli

rusak. Namun, oleh karena adanya penyakit mata kering yang terjadi pada

saat yang sama, penderita biasanya tidak mengalami epiphora.

e) Trauma

Trauma pada kanalikuli bisa menyebabkan kerusakan permanen kanalikuli

jika tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 11

Page 12: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

f) Neoplasma

Apabila neoplasma berada di kantus medial, setelah pembedahan reseksi

komplit, biasanya ikut mengangkat punctum dan kanalikuli. Jaringan yang

ikut dieksisi ketika eksisi tumor komplit harus dipastikan dengan

pemeriksaan histopatologi sebelum penyambungan kembali antara sistem

drainase lakrimal dengan meatus media.

Sumbatan duktus nasolakrimal

a) Stenosis involusi

Penyebab terjadinya proses ini tidak diketahui namun ada penelitian patologi

klinik yang mengatakan kompresi lumen duktus nasolakrimal terjadi akibat

infiltrat inflamasi dan edema. Ini mungkin terjadi akibat infeksi yang tidak

diketahui atau kemungkinan penyakit autoimun.

b) Dakriolith

Dakriolith ataupun pembentukan cast dalam sakus lakrimal bisa menyebabkan

obstruksi duktus nasolakrimal. Dakriolith terdiri dari sel epithelial, lemak dan

debris amorphous dengan atau tanpa kalsium. Kapur pengendapan di dalam

sakus lakrimal akibat gangguan keseimbangan air atau peradangan sakus

lakrimal yang biasanya disebabkan infeksi jamur.

c) Penyakit sinus

Pada penderita sebaiknya ditanyakan riwayat operasi sinus karena kerusakan

pada duktus nasolakrimal kadang–kadang terjadi apabila ostium sinus

maksilaris bagian anterior dibesarkan.

d) Trauma

Fraktur nasoorbital bisa mengenai duktus nasolakrimal. Trauma juga bisa

terjadi saat rhinoplasty atau operasi sinus endoskopi.

e) Penyakit inflamasi

Penyakit granuloma termasuk sarkoidosis, Wegener granulomatosis, dan

Lethal midline granuloma bisa juga menyebabkan obstruksi duktus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 12

Page 13: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

nasolakrimal. Apabila diduga adanya penyakit sistemik, biopsi sakus lakrimal

atau duktus nasolakrimal harus dilakukan sewaktu dacriosistorinostomi.

f) Plak lakrimasi

Prosesnya menyerupai cara plak bermigrasi dari pungtum ke kanalikuli dan

menyebabkan obstruksi kanalikuli. Plak pada pungtum dan kanalikuli yang

terlepas bisa bermigrasi dan menyumbat duktus lasolakrimal. Bagian–bagian

dari stent silikon yang menetap karena tidak dibuang dengan benar juga bisa

menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimal.

g) Neoplasma

Neoplasma harus dipikirkan kemungkinannya pada semua penderita obstruksi

duktus nasolakrimal. Pada pasien dengan presentasi atypical termasuk usia

muda dan jenis kelamin laki–laki, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan. Bila

ada discharge pendarahan di pungtum atau distensi sakus lakrimal di atas

tendon kantus medial sangat mengarah pada neoplasma. Riwayat keganasan

terutama yang berasal dari sinus atau nasofaring, juga sangat perlu dilakukan

pemeriksaan lanjut.

2.6 Manifestasi Klinis

1. Pada anak - anak

Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir

dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernafasan atas atau karena

pemajanan terhadap suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi duktus

nasolakrimal yang lazim adalah berair mata (tearing), yang berkisar dari sekedar mata

basah (peningkatan di cekungan air mata) sampai banjir air mata yang jelas

(epiphora), penimbunan cairan mukoid atau mukopurulen (sering digambarkan orang

tua sebagai nanah), dan kerak. Mungkin ada eritema atau maserasi kulit karena iritasi

dan gesekan yang disebabkan oleh tetes-tetes air mata dan cairan. Pada banyak kasus

refluks cairan jernih atau mukopurulen dapat dihilangkan dengan massase sakus

nasolakrimal, yang membuktikan adanya obstruksi terhadap aliran. Bayi dengan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 13

Page 14: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

sumbatan duktus nasolakrimal dapat mengalami infeksi akut dan radang sakus

nasolakrimal (dakriosistitis), radang jaringan sekitarnya (perisistitis), atau bahkan

selulitis periorbita. Pada dakriosistitis daerah sakus bengkak, merah dan nyeri, dan

mungkin ada tanda sistemik infeksi seperti demam dan iritabilitas.10

2. Pada orang dewasa11

Mata yang basah memenuhi air mata dan ketika berlebihan jatuh ke pipi

Akumulasi discharge mucus atau mukopurulen biasanya menimbulkan

perlengketan pada waktu bangun tidur

Eritema atau maserasi pada kulit palpebra inferior

Keluarnya mukus atau mukopurulen saat sakus nasolakrimal ditekan

Keadaan ini bisa hilang timbul atau menetap selama beberapa bulan

Infeksi saluran pernapasan atas dapat memperburuk keadaan

Biasanya unilateral, namun kadang bilateral

Eritema dan iritasi ringan pada konjungtiva

2.7 Pemeriksaan Fisik

Untuk menegakkan diagnosis dakriostenosis dilakukan pemeriksaan fisik

yang dilakukan di pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Pelayanan Kesehatan Primer (PEC)

Pemeriksaan periorbital, palpebra, dan sistem lakrimal dengan senter dan lup

Perhatikan seluruh wajah, termasuk kening dan pipi, daerah kantus medial dan

palpebra. Lihat apakah ada periorbital asimetris, bengkak, ptosis, dan palpebra

malposisi. Pada daerah kantus medial lihat apakah ada fistul, inflamasi dan

discharge. Punctum seharusnya mengarah ke danau lakrimal, pastikan

keempat pungtum ada dan terbuka. Lihat juga apa ada karunkel.

Pada saat daerah sakus lakrimal ditekan dengan jari/cotton bud akan tampak

regurgitasi sekret dari pungtum lakrimal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 14

Page 15: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

2. Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder (SEC)

Pemeriksaan dengan senter dan lup, tampak mata berair

Pada saat daerah sakus lakrimal ditekan dengan jari/cotton bud akan tampak

regurgitasi sekret dari pungtum lakrimal

Bila bayi sudah berumur di atas 3 bulan, dengan tes anel akan tampak

regurgitasi

3. Pelayanan Kesehatan Mata Tersier (TEC)

Dilakukan pemeriksaan dasar dan penunjang seperti pada SEC, ditambah

pemeriksaan dakriosistografi untuk mengetahui apakah sakus sudah dilatasi.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Di bawah ini adalah beberapa cara pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan

diagnosis:

1. Test Anel

Tujuan : untuk menentukan fungsi ekskresi system lakrimal

Dasar : air mata masuk ke dalam hidung melalui sistem ekskresi lakrimal

Alat :

- Lokal anestesi tetes mata (pantokain/tetrakain)

- Semprit 2 cc dengan jarum anel

- Garam fisiologik

- Dilatator

Teknik :

- Penderita duduk atau tidur

- Mata ditetesi anestetik local

- Ditunggu sampai rasa pedas hilang

- Pungtum diperlebar dengan dilatator

- Jarum anel yang berada pada semprit dimasukkan horizontal melalui

kanalikuli lakrimal sampai masuk sakus lakrimal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 15

Page 16: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

- Penderita ditanya apakah merasa sesuatu (pahit atau asin) pada

tenggorokan dan apakah terlihat rekasi menelan setelah semprotan garam

fisiologik

Nilai :

Bila terlihat adanya reaksi menelan berarti garam fisiologik masuk tenggorokan

menunjukkan fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Bila tidak ada refleks

menelan dan terlihat garam fisiologik keluar melalui pungtum lakrimal atas

berarti fungsi apparatus lakrimal tidak ada atau duktus nasolakrimal tertutup.

2. Test Fluoresin pada fungsi sistem lakrimal

Tujuan : tes untuk melihat fungsi saluran ekskresi sistem lakrimal

Dasar : air mata masuk hidung melalui sistem ekskresi lakrimal. Air mata dengan

fluoresin akan masuk ke dalam sistem lakrimal dan terlihat di hidung dengan

warna hijau

Alat : zat warna fluoresin 2%

Teknik :

- Fluoresin diteteskan pada satu mata

- Penderita diminta berkedip keras beberapa kali

- Akhir menit ke-6 diminta beringus (bersin dan menyekanya dengan kertas

tisu. Penderita dapat juga disuruh meludah.

- Dilihat adanya zat warna menempel pada kertas tisu, dari hidung atau mulut.

Nilai : Bila terlihat zat warna fluoresin pada kertas tisu berarti sistem ekskresi

lakrimal baik.

3. Pemeriksaan dengan sonde

Tujuan : pemeriksaan untuk menentukan letak penyumbatan saluran ekskresi air mata

Dasar : setiap saluran mempunyai ukuran tersendiri. Hambatan alat menunjukkan

letak penutupan atau panjang saluran yang terbuka

Alat :

- Sonde (probe) 0 atau 00 Bowman

- Obat anestetik local

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 16

Page 17: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Teknik :

- Mata diberi tetes anestetik local (pantokain 1% atau tetrakain 1%)

- Sonde dmasukkan ke dalam kanalikuli sejauh mungkin sampai terasa adanya

tahanan sewaktu dimasukkan

- Akhir sonde yang masih terlibat pada pungtum diberi tanda

Nilai : bila panjang sonde yang masuk:

- 8 mm berarti kanalikuli lakrimal baik

- 10-12 mm berarti kanalikuli lakrimal sampai pada sakus lakrimal baik

- 16 mm berarti penyumbatan pada bagian atas duktus nasolakrimal

- 20 mm pada anak atau 35 mm pada orang dewasa berarti sonde sampai pada

dasar hidung

4. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologi membantu mengkonfirmasi lokasi stenosis atau

obstruksi, perlambatan aliran air mata fungsional dan melihat patologi

paranasal. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan, antara lain :

Dakriosistografi (DCG)

Injeksi cairan radio-opak kedalam kanalikuli superior atau inferior, kemudian

difoto. Menilai anatomi kanalikuli, sakus dan duktus nasolakrimal. Baik untuk

menentukan lokasi stenosis atau obstruksi dan sangat berguna untuk

membedakan stenosis presakus dan post sakus.

Nukleur Lakrimal Sintigrafi

Menggunakan technitium 99m pertechnetate yang diteteskan kedalam sakus

konjungtiva, dan diambil foto dengan kamera gama. Dakriosistografi dan

Nukleur Lakrimal Sintigrafi harus dilakukan sebelum dilakukan

Dakriosistorinostomi.

Computer Tomografi (CT)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) – jarang dilakukan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 17

Page 18: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

2.9 Diagnosis Banding

Beberapa penyakit yang menunjukkan gejala klinis yang menyerupai

dakriostenosis antara lain :13

1. Blefaritis

Merupakan radang yang sering terjadi pada kelopak dan tepi kelopak.

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau

menahun. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit,

eksudat lengket, dan epiphora. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan

keratitis.

2. Dakriosistitis

Merupakan peradangan sakus lakrimalis. Penyakit umum yang biasanya

terdapat pada bayi atau wanita pasca-menopause. Paling sering unilateral. Biasanya

peradangan ini dimulai oleh terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala utama

dakriosistitis adalah berair mata dan bertahi mata. Pada keadaan akut, didaerah sakus

lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak, dan nyeri tekan. Materi purulen

dapat memancar dari sakus lakrimalis. Pada keadaan menahun, satu-satunya tanda

adalah berair mata, materi mukoid akan memancar bila sakus di tekan.9

3. Sindrom mata kering (dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca)

Mata kering dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dengan defisiensi unsur

air mata (akuos, musin, atau lipid), kelainan permukaan palpebra, atau kelainan

epitel. Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau

berpasir (benda asing). Gejala umum lain adalah gatal, sekresi mukus berlebihan,

tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit,

dan sulit menggerakkan palpebra. Mata terlihat normal pada pemeriksaan pada

kebanyakan pasien. Ciri paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah tidak adanya

meniscus air mata di tepi palpebra inferior. 9

4. Benda asing kornea (cornea foreign body)

Benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan

sewaktu mata dan kelopak digerakkan. 15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 18

Page 19: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

5. Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Gejala penting konjungtivitis adalah

sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau panas, gatal, dan fotofobia. Gambaran

klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi

(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,

pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,

membran, pseudomembran, granulasi, flikten, dan mata merasa seperti adanya benda

asing.

2.10 Komplikasi

Kompikasi yang sering terjadi akibat dakriostenosis antara lain :11

1. Dakriosistitis

Inflamasi pada sakus lakrimalis dengan edema, eritem, dan nyeri tekan di

daerah sekitar duktus mengalami penyumbatan.

2. Perisistitis

Peradangan pada jaringan sekitar duktus yang tersumbat.

3. Mukocele

Masa subkutan berwarna kebiruan dibawah tendon kantus media.

4. Selulitis periorbita

Peradangan didaerah ipsilateral mata.

2.10 Penatalaksanaan

Pada bayi dalam kandungan, meatus inferior masih tertutup oleh suatu

membran mukosa, yang membuka beberapa waktu setelah lahir. Dan sebagian besar

anak-anak yang menderita dakriostenosis dapat sembuh sendiri. Biasanya menghilang

tanpa pengobatan pada usia 3 sampai 9 bulan, seiring dengan perkembangan duktus

nasolakrimalis tersebut.8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 19

Page 20: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Tetapi apabila pada bayi didapatkan tanda-tanda dakriostenosis yaitu

epiphora, penanganan pertama adalah sang ibu disuruh melakukan pijitan sepanjang

duktus nasolakrimalis dengan ibu jari ke arah nasal dan mata dibersihkan beberapa

kali sehari. Pemijitan dilakukan 5-10 kali pijitan dengan frekuensi 3-4 kali per hari

selama beberapa minggu.8

Secara diagnosis sekret dapat dikeluarkan dari pungtum dengan menekan

sakus lakrimalis. Namun demikian konjungtiva tidak mengalami inflamasi. Karena

itu, kebanyakan obstruksi menghilang secara spontan pada tahun pertama kehidupan.

Langkah berikutnya bila tidak berhasil dan epiphora terus berlangsung adalah

dengan melakukan probing yaitu dibuat dengan melewatkan satu probe melalui

pungtum ke duktus nasolakrimalis untuk melubangi membran yang tertutup.

Dibutuhkan anestesi umum untuk prosedur ini.

Jika pada penekanan sakus lakrimal, keluar pus dari pungtum lakrimal,

diberikan juga larutan penisilin atau antibiotika dengan spectrum luas. Bila tidak

dapat diatasi, lakukan test anel tetapi dengan narkose umum. Adapula yang

melakukan intubasi memakai pipa silicon, yang dimasukkan melalui pungtum

lakrimal dan keluar hidung, dibiarkan 1 bulan dan disusul dengan test anel kembali.

Tetapi apabila pengobatan tetap tidak berhasil dan terjadi residitif dilakuka

dakriosistorinostomi (DCR). Dakriosistorinostomi adalah pembedahan yang

dilakukan untuk memperbaiki duktus nasolakrimalis yang tersumbat dengan cara

menghubungkan permukaan mukosa sakus lakrimalis ke mukosa nasal dengan

menghilangkan tulang diantaranya. Operasi ini dilakukan melalui insisi pada sisi

hidung atau dengan endoskopi melalui pasase nasal sehingga menghindari terjadinya

parut pada wajah.

Indikasi DCR: Pasien dengan epifora, mucocele atau dakriosistitis kronis

akibat dari stenosis duktus nasolakrimal dengan kanalikuli normal atau hanya

sumbatan pada distal membran kanalikuli komunis.

Teknik DCR: Mula-mula diadakan insisi di atas krista lakrimalis anterior.

Dinding lateral hidung dari tulang dilubangi, dan mukosa hidung dijahit pada mukosa

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 20

Page 21: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

sakus lakrimalis. Pendekatan endoskopik melalui hidung memakai laser untuk

membentuk lubang antara sakus lakrimalis dan rongga hidung adalah alternatif lain.

Dalam kebanyakan kasus, prosedur dakriosistorinostomi bypass akan

memulihkan keadaan pasien jika obstruksi terletak di bagian bawah sakus lakrimal

atau duktus. Apabila kanalikuli yang terobstruksi, rekonstruksi kanalikuli dilakukan.

Sedangkan penatalaksanaan yang dilakukan di Pelayanan Kesehatan antara

lain:

1. Pelayanan Kesehatan Mata Primer (PEC)

Bila bayi di bawah 3 bulan, diberi tetes antibiotic topikal selama 5-7 hari

Pengasuh atau orang tuaya diberitahu cara melakukan masase pada sakus

lakrimal

Bila bayi sudah berumur di atas 3 bulan dan maa masih berair dan ada sekret,

rujuk ke SEC

2. Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder (SEC)

Bila bayi sudah berumur di atas 3 bulan, lakukan irigasi dari pungtum

lakrimal superior/inferior agar membran Hassner terbuka. Beri tetes

antibiotika selama 3-5 hari.

Bila setelah dilakukan 3 kali tindakan di atas berturut-turut tiap 2 minggu

tetapi masih berair dan banyak sekret, lakukan probing dalam narkose

Bila test anel masih menunjukkan regurgitasi, lakukan pematahan concha

inferior

Bila setelah dilakukan tindakan di atas mata masih berair dan banyak sekret,

rujuk ke TEC

3. Pelayanan Kesehatan Mata Tertier (TEC)

Bila sakus belum dilatasi, lakukan probing pematahan concha inferior

Bila sakus sudah dilatasi akan tetapi sekret masih banyak, lakukan

dakriosistorinostomi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 21

Page 22: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

Bila terdapat kelainan pada kanalikulus atau mukosa hidung tidak dapat

dijahit dengan dinding sakus sewaktu melakukan operasi, pasang silicon

lakrimal tube

Sesudah operasi beri antibiotika oral, antibiotika dengan steroid tetes mata,

analgetik, dan dekongestan tetes hidung, Antikoagulan diberikan bila perlu.

Silikon tube diangka 2-3 bulan sesudah operasi

2.11 Prognosis

Prognosis dari dakriostenosis adalah dubia ad bonam yang artinya sebagian

besar dapat ditangani. Pada bayi dibawah usia 1 tahun dapat sembuh dengan

sendirinya dengan perkembangan duktus nasolakrimalis Dapat juga dilakukan

probing ataupun dakriosistorinostomi. Sedangkan keberhasilan tergantung

penanganan. Tanpa pengobatan, akan terbentuk bekas luka permanen pada duktus

lakrimal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 22

Page 23: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dakriostenosis adalah penyumbatan duktus lakrimalis. Dakriostenosis dapat

terjadi secara kongenital maupun didapat. Secara kongenital disebabkan oleh

pengembangan yang tidak sempurna dari duktus nasolakrimalis dan hal ini

menyebabkan sumbatan sehingga air mata tidak dapat mengalir sebagaimana

mestinya. Sedangkan apabila dakriostenosis didapat, penyebabnya bisa infeksi atau

trauma langsung pada sistem lakrimalis. Manifestasi yang lazim terjadi yaitu berair

mata (tearing), yang berkisar dari sekedar mata basah (peningkatan di cekungan air

mata) sampai banjir air mata yang jelas (epiphora), Juga terdapat penimbunan cairan

mukoid atau mukopurulen dan kerak. Mungkin ada eritema atau maserasi kulit karena

iritasi dan gesekan oleh tetes air mata dan cairan.

Dakriostenosis dapat diketahui dengan melakukan berbagai pemeriksaan,

dimulai dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Komplikasi yang dapat

ditimbulkan dari dakriostenosis antara lain dakriosistitis, perisistitis, mukocele dan

selulitis periorbital. Dakriosistorinostomi mungkin diperlukan untuk mengkoreksi

keadaan ini.

3.2 Saran

Perlunya penelitian dan pemahaman lebih lanjut mengenai dakriostenosis.

mengingat komplikasi yang dapat ditimbulkan jika tidak diberikan terapi dengan baik

dan benar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 23

Page 24: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Lang, Gerhard K. 2000. Ophtalmology. Germany : Eye Hospital Ulm.

2. Witcher, John P. 2000. Air mata. Oftalmologi Umum Vaughan. Edisi 14.

Jakarta : Widya Medika. Hal 94.

3. Sims, Judith. 2002. Lacrimal Duct Obstruction.Gale Encyclopedia of

Medicine. Diakses dari www.lifestyle.com pada tanggal 5 September 2013.

4. Kaneshiro, Neil K. Blocked Tear Duct. Diakses dari www.medlineplus.com

pada tanggal 5 September 2013. Terakhir diperbarui 8 Januari 2008.

5. Dorland, W. A. 2002. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, edisi 29.

Jakarta.EGC.

6. Mosby. Medical Dictionary. Edisi 8. 2009. Elsevier.

7. Zorab, Richard at all. 2008. Abnormalities of The Lacrimal Secretory and

Drainage Systems.Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. San Fransisco :

American Academic of Ophtalmology. Hal 265 – 290.

8. Gupta, P. D. 2006. Patho-Physiology of Lacrimal Glands in Old Age.

International Digital Organization for Scientific Information. Volume I.I

9. Sullivan, J. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimal. Oftalmologi Umum

Vaugan. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 91 -95.

10. Nelson, Leonard. 2000. Gangguan Mata. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

EGC. Hal 2164 – 2165.

11. Rudolph. 1991. Bloked Tear Duct (Dacryostenosis).Rudolph’s Pediatrics.

Edisi 19.

12. Oliver, Jane. 2002. Colour Atlas of Lacrimal Surgery. Germany : Butterwoth

Heinemann. Hal 40, 93 – 100.

13. Camara, Jorge G. 2008. Nasolacrimal Duct Ostruction : Differential

Diagnosis and Work up. Diakses dari www.medscape.com pada tanggal 28

Oktober 2009. Terakhir diperbarui 22 Oktober 2008.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 24

Page 25: Dakriostenosis.docx

Dakriostenosis Amanda Prahastianti (030.08.020)

14. Ilyas, Sidarta. 2009. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita. Ilmu

penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 89, 121-122.

15. Asbury, Tailor and Sanitato, James. 2000. Trauma.Oftalmologi Umum

Vaughan. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 381.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 26 Agustus – 28 September 2013 25