etika_profesi_akuntansi_semester_vii_-_the_sarbanes_oxley_-_act.docx
TRANSCRIPT
Awal Mula Munculnya SOA
Dalam Association Certified Fraud Examiner (ACFE) Annual Fraud Conference ke-
14 di Chicago dibuat Sarbanes Oxley Act (SOX atau SOA). Undang-undang ini dibuat
sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada umumnya untuk penilaian
corporate governance sejak dibuatnya Securities Acts of 1933 and 1934. Undang-undang
ini dibuat dari Kongres Amerika Serikat terhadap kasus skandal pada beberapa perusahaan
besar seperti, Enron dan lainnya, yang juga melibatkan beberapa Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang termasuk dalam kelompok lima besar “the big five” seperti: Arthur Andersen,
PWC, dan KPMG. Semua skandal itu merupakan contoh skema kecurangan yg berdampak
sangat buruk bagi pemegang saham, pasar, pegawai dan juga masyarakat luas.
Dengan berlakunya undang-undang Sarbanes Oxley 2002 yang ditandatangani oleh
Presiden Amerika G. W. Bush pada 30 Juli 2002 diharapkan dapat membawa dampak
positif bagi berbagai profesi, antara lain :
akuntan publik bersertifikat (CPA);
kantor akuntan publik (KAP);
perusahaan yang memperdagangkan sahamnya; perantara (broker);
penyalur (dealer);
pengacara yang berpraktik untuk perusahaan publik;
investor perbankan serta para analis keuangan.
Penerapan undang-undang tersebut disebabkan oleh bangkrutnya sejumlah perusahaan
di Amerika Serikat.
Kronologi Skandal Enron dan Perusahaan Lainnya.
Skandal kecurangan yang menimpa sejumlah perusahaan kelas dunia (world dass)
sebagai bukti gagalnya tata kelola perusahaan secara internal dan pengaturan yang
dilakukan oleh pemerintah. Kecurangan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yautu :
pemimpin yg serakah, tidak efektifnya dewan komisaris dan faktor-faktor yg lain.
Skandal tersebut dimulai dari perusahaan Enron dan kemudian diikuti oleh
WorIdCom, Qwest, Tyco, HeaIthSouth, dan lain-lain yg menyebabkan terjadinya kerugian
lebih dari US $7 triliun yang menimpa pasar modal di USA. Sejumlah perusahaan terkenal
tersebut dinyatakan bangkrut.
Enron Corporation
Pemain utama atas kebangkrutan Enron :
• Ken Lay : Lay menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan Enron. Lay
merupakan orang yang menjadi pusat perhatian ketika terjadinya
1
skandal Enron, karena ia merupakan orang benar-benar
mencurahkan waktu dan pikirannya pada Enron. kemudian
ia mengundurkan diri pada Januari 2002.
• Jeff Skilling : Skilling adalah partner di perusahaan konsultan ternama yaitu
McKinsey & Company. Ia menduduki berbagai jabatan di Enron
sebelum ditunjuk sebagai Presiden dan Chief Operating Officer
(COO) pada Januari 1997. ia menduduki jabatan tersebut selama
empat tahun lebih.
• Andrew Fastow : Fastow memulai meniti karir di Enron pada tahun 1990.
Sebelum menjabat sebagai Senior Vice President Financial pada
Januari 1997 dan Chief Financial Officer (CFO) pada Maret 1998.
Fastow membentuk dan mengelola persekutuan yang merupakan
cikal bakal dari terjadinya skandal Enron.
- WorIdCom Inc.
Bernard Ebbers, pejabat CEO, mengaku tidak terlibat dalam kecurangan dan
konspirasi terhadap kecurangan akuntansi yang menyebabkan terjadinya kerugian
yang diprediksi lebih dari US$11 milyar. Scott Sullivan, pejabat CEO, mengaku
terlibat dalam kecurangan tersebut dan akan dikonfrontasikan dengan Ebbers.
- Tyco International Ltd.
Dennis Kozlowski, CEO dan Mark Swartz dituduh mencuri uang perusahaan
sebesar US$ 600 juta. Jaksa menyatakan bahwa Pengadilan New York
mengumumkan terjadinya kesalahan dalam mengadili perkara tersebut, Pengadilan
ulangan yang ke -2 dilaksanakan pada tahun berikutnya. Mark Belnick disangka
melakukan kecurangan yang berupa Larceny.
- Adelphia Communications Corporation.
Setahun setelah terjadinya kecurangan yang nilainya sekitar $600 juta oleh
skandal Enron, salah seorang pejabat menyampaikan pernyataan melalui media
televisi kabel bahwa perusahaan Enron telah memanipulasi laporan keuangannya.
Pada bulan Maret 2002, Adelphia Communications, konglomerat yang bergerak
dibidang televise kabel, mengakui telah menyetujui untuk memberikan pinjaman
kepada keluarga Rigas sebesar $2,3 miliar dolar, tulang punggung keuangan
perusahaan. Dengan adanya transaksi yang mencurigakan ini mendorong
pemerintah untuk melakukan investigasi, yang akhirnya ditemukan kecurangan dan
penggelapan yang nilainya puluhan miliar dolar.
2
Selain memberikan pinjaman kepada keluarga senilai $2,3 miliar, Departemen
Kehakiman menyatakan bahwa terdakwa telah melakukan berbagai pelanggaran hukum
sebagai berikut :
1. memanipulasi laporan keuangan perusahaan dengan menggelembungkan jumlah
pelanggan;
2. menyebabkan kerugian bagi investor lebih dari $60 miliar;
3. menggunakan dana perusahaan sebesar $252 juta untuk melakukan investasi atas
nama keluarga, dan
4. menggunakan dokumen palsu untuk memperoleh saham Adelphia sebesar $420.
Pendiri perusahaan, John Rigas dan anak laki-lakinya, Timothy dihukum karena
melakukan konspirasi dan kecurangan yang menyangkut bank dan saham. Anak laki-laki
Rigas yang lain, Michael dibebaskan dari segala dakwaan.
- HeaIthSouth Corporation.
Richard Scrushy, CEO dituduh menggelembungkan pendapatan
HeaIthSouth sebesar jutaan-dollar US. Sehingga laporan keuangan perusahaan
tersebut kelihatan sangat menarik bagi para investor. Sebanyak 16 orang eksekutif
dari HeaIthSouth juga terlibat dalam kecurangan tersebut.
- Qwest Communications International Inc.
Grant Graham (chief financial officer); Bryan Treadway (asisten controller);
Thomas Hall (senior vice president); dan John walker (vice president), mereka
dituduh terlibat dalam 11 jenis kejahatan, yautu menyangkut konspirasi,
kecurangan menyangkut saham, dan membuat laporan keuangan palsu.
Ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:
Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit terhadap
perusahaan public.
Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam
bidang keuangan.
Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham
berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan
keuangan perusahaannya. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka
akan dipenjara selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta.
3
Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan
konsultasi, ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama.
Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange
Commission (Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer)
Ancaman hukuman 10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada wakil
pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui
bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan.
Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan
menyimpang kepada pihak yang berwewenang.
Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya
penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu;
penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika
manajer senior tersebut mengabaikan laporan tersebut.
Pro dan Kontra Penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA)
Berikut ini sejumlah kritik terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA) :
1. Membutuhkan biaya besar (it is too costly)
2. Memiliki dampak negatif bagi perusahaan terhadap persaingan global (it
impacts negatively on a firm’s global competitiveness)
3. Pengeluaran pemerintah juga meningkat untuk menerapkan undangundang
tersebut (government costs also increase to regulate the law)
4. Chief Financial Officer (CFO) bertambah bebannya dan tertekan karena
harus mematuhi akuntabilitas yang dipersyaratkan oleh undang-undang
5. Menurunnya Minat Perusahaan Privat Untuk Menjadi Perusahaan Publik
4
SARBANES OXLEY ACT
Munculnya Sarbanes Oxley Act ini akibat adanya skandal - skandal keuangan dalam
perusahaan - perusahaan besar di Amerika serikat bahkan terjadi kebangkrutan , hal
tersebut membuat warga amerika terkejut serta warga berasumsi bahwa skandal - skandal
tersebut dapat membahayakan kelangsungan perekonomian di Amerika serikat tersebut.
Oleh karena itu konggres Amerika Serikat segera mengambil langkah komprehensif
dengan menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian dikenal dengan Sarbanes
Oxley Act 2002 atau di sebut Sarbox pada tanggal 30 juli 2002 dan disahkan oleh Presiden
W. Bush. Konggres berasumsi bahwa skandal- skandal keuangan tersebut tidak bisa di lihat
sebagai kasus, namun sebuah indikasi perlunya sebuah peraturan yang lebih ketat yang
mengatur penyiapan dan pemeriksaan laporan keuangan. Dengan ditetapkan peraturan
tersebut diharapkan kepercayaan publik bisa kembali lagi.
Sarbox terdiri dari 130 halaman dan terbagi menjadi 11 bab. Tujuan dari Sarbox adalah
melindungi investor lewat :
1. Pengungkapan keuangan yang lebih, Akurat , Tepat waktu , Komprehensif , dan
Dapat dimengerti.
2. Tata kelola perusahaan yang lebih baik
3. Pengawasan yang lebih ketat dengan pembentukan PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board).
Pengendalian internal yang lebih baik. Peraturan ini mengikat semua perusahaan publik
yang mencatatkan bursanya di pasar modal Amerika Serikat (NYSE dan NASDAQ) dan
kantor akuntan yang memeriksanya baik kantor akuntan tersebut berada dalam yurisdiksi
Amerika Serikat maupun bukan.
Undang-undang ini merupakan reformasi terbesar di USA sejak diterbitkannya
Securities Acts of 1933 and 1934. Oleh sebab itu suatu keharusan bagi para akuntan,
auditor dan fraud examiners untuk mempelajari undangundang ini, dan termasuk juga
Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99, agar mengetahui pengaruhnya bagi
organisasi publik, swasta maupun jenis organisasi yang lain serta tanggung jawab apa saja
yang menjadi kewajibannya.
Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:
Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit terhadap
perusahaan public.
Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam
bidang keuangan.
Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham
berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
5
Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan
keuangan perusahaannya. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka
akan dipenjara selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta.
Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan
konsultasi, ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama.
Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange
Commission (Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer)
Ancaman hukuman 10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada wakil
pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui
bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan.
Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan
menyimpang kepada pihak yang berwewenang.
Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya
penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu;
penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika
manajer senior tersebut mengabaikan laporan tersebut.
Sarbanes oxley act (SOA/SOX) adalah hukum federal Amerika Serikat yang
menetapkan standar baru untuk semua perusahaan publik kelas atas AS, manajemen dan
perusahaan akuntan publik. Hukum ini diberi nama oleh Senator AS Paul Sarbanes (D-
MD) dan Perwakilan AS Michael G. Oxley (R-OH). Sebagai hasil dari SOX,
manajemen puncak sekarang harus lebih individual menyatakan keakuratan informasi
keuangan. Selain itu, denda untuk kegiatan keuangan penipuan jauh lebih parah. Selain
itu, SOX meningkatkan independensi auditor luar yang meninjau keakuratan laporan
keuangan perusahaan, dan meningkatkan peran pengawasan dari dewan direksi.
RUU ini disahkan sebagai reaksi terhadap adanya sejumlah skandal korporasi dan
akuntansi utama yang mencakup Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine
Systems dan WorldCom. Skandal ini mengakibatkan para investor milliaran dollar
menjadi koleps.
Hukum ini berisi 11 judul, atau bagian, dimulai dari tanggung jawab perusahaan
untuk hukuman pidana, dan membutuhkan Securities and Exchange Commission (SEC)
untuk menerapkan hukum tentang persyaratan yang mematuhi hukum. Harvey Pitt,
ketua 26 dari SEC, memimpin SEC yang diadopsi dari puluhan aturan untuk
melaksanakan Sarbanes-Oxley Act. , Akuntansi Perusahaan Publik Dewan Pengawas,
atau PCAOB, bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa dan mendisiplinkan
perusahaan akuntansi dalam peran mereka sebagai auditor perusahaan publik. Tindakan
ini juga mencakup isu-isu seperti independensi auditor, tata kelola perusahaan, penilaian
6
pengendalian internal, dan pengungkapan keuangan ditingkatkan. Lengan nirlaba
Eksekutif Keuangan Internasional (FEI), Eksekutif Keuangan Research Foundation
(FERF), menyelesaikan studi penelitian yang luas untuk membantu mendukung dasar
tindakan.
Hukum ini disetujui dari DPR Amerika Serikat dengan suara 423 mendukung, 3
menentang, dan 8 abstain dan dari Senat dengan suara 99 mendukung, 1 abstain.
Presiden George W. Bush menandatangani menjadi undang-undang, yang menyatakan
itu termasuk "yang paling jauh dari reformasi praktik bisnis Amerika sejak masa
Franklin D. Roosevelt Era standar rendah dan keuntungan palsu selesai,. Tidak ada
ruang rapat di Amerika berada di atas atau di luar hukum .
7
Sarbanes Oxley dan Undang-undang Keuangan di Indonesia
Keandalan dan ketepatan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan dari investor.
Di Indonesia dan di Negara maju tingkat keandalan dan ketepatan laporan keuangan
masih belum seperti yang diharapkan. Kongres Amerika bereaksi dengan mengeluarkan
suatu undang‐undang (Act) yang disebut Sarbanes‐Oxley Act. Act ini diharapkan akan
meningkatkan ketepatan (accuracy) dan keandalan (reliability) dari laporan keuangan.
Isi Pokok dari Sarbanes‐Oxley act
1. Peningkatan transparansi dari pengelolaan manajemen sebagai agen yang diserahi
wewenang oleh pemegang saham.
2. Peningkatan tanggung jawab manajemen sebagai pemilik dari sistem Internal Control
(IC) untuk mengupayakan perbaikan terus menerus terhadap IC yang ada di perusahaan
dengan memaksa direksi membuat pernyataan atas kondisi IC pada saat menyerahkan
laporan keuangan.
3. Penurunan resiko kecurangan yang dilakukan oleh direksi
4. Memaksa auditor untuk melakukan atestasi atas pernyataan kondisi IC yang dibuat oleh
direksi, dan dengan demikian mendorong auditor agar lebih serius dan cermat dalam
melihat sistem IC yang diterapkan di perusahaan dan lebih serius lagi memeriksa ada
tidaknya kecurangan yang dilakukan manajemen.
5. Menjaga independensi auditor dan Kantor Akuntan Publik.
Walaupun kondisi pasar modal di Indonesia belum semaju AS, namun prinsip-
prinsip dasar SOX seperti peningkatan transparansi, tanggung jawab manajemen, dan
lain-lain sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia.
Pada saat ini Indonesia sendiri belum memiliki Undang-undang yang mengatur
sistem audit suatu perusahaan sebaik SOX, namun beberapa undang-undang atau
peraturan yang dikeluarkan lembaga resmi tertentu, memiliki kesamaan dengan SOX.
Undang-undang danperaturan tersebut antara lain:
1. Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), pernyataan ini berisi mengenai syarat agar kantor Akuntan Publik yang sedang
memeriksa laporan keuangan badan milik negara atau badan yang menerima bantuan
keuangan dari negara untuk memeriksa kondisi kontrol internal.
2. Bagi industri perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan yang mengharuskan
direksi bank untuk membuat pernyataan mengenai kondisi kontrol internalnya dan
tingkat kepatuhan.
3. Badan Pengelola Pasar Modal telah mengeluarkan peraturan Bapepam no:VIII.G.1,
pada Des. 2003 mengenai tanggung jawab direksi terhadap laporan keuangan.
8
Tanggung jawab tersebut dilakukan dengan cara menandatangani suatu pernyataan
bahwa direksi bertanggung jawab terhadap kontrol internal perusahaan. Perbedaannya
dengan versi SOX adalah bahwa dalam SOX direksi juga diminta untuk membuat
penilaian terhadap kondisi kontrol internal diperusahaannya.
2.3.2. Lahirnya Sarbanes-Oxley Act
Sarbanes-Oxley atau kadang singkat Sox, SOA, atau Sarbox adalah hukum federal
Amerika Serikat yang ditetapkan pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-undang ini
diprakasai oleh Senator Paul Sarbanes dan Representative Michael Oxley. Sarbox
memiliki nama panjangnya sendiri yaitu Public Company Accounting Reform and
Investor Protection Act yang berarti undang-undang tentang penataan kembali
akuntansi perusahaan publik dan perlindungan terhadap investor. Undang-undang ini
membentuk kerangka kerja untuk memoderinisasi serta mereformasi pengawasan serta
aturan audit perusahaan publik. Sarbox disetujui oleh dewan dan senat yang kemudian
disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W.Bush. Undang-undang ini
dikeluarkan sebagai respon dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal
pada beberapa korporasi seperti WordCom, Adelphia, Tyco International sampai pada
kasus Enron yang melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five”
seperti Arthur Andersen, KPMG dan PWC.
Semua skandal yang terjadi menyebkan kerugian yang sangat besar tidak hanya
bagi para investor tetapi juga terhadap pegawai perusahaan tersebut dan mengguncang
kepercayaan masyakat terhadap pasar saham dan profesi auditor. Diterbitkannya
undang-undang ini dan ditambah dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities
Exchange Commission (SEC) dan beberapa self regulatory lainnya diharapkan dapat
meningkatan standar akuntanbilitas dalam korporasi, transparansi dalam pelaporan
keuangan sehingga memperkecil kemungkinan bagi perusahaan ataupun organisasi
untuk melakukan dan menyembunyikan fraud.
2.3.2.1. Profil Paul Sarbanes dan Michael Oxley
Paul Sypros Sarbanes
Lahir di Salisbury, Maryland 3 Februari 1933. Memiliki background
pendidikan Universitas Princeton Balliol College, Oxford Balliol College dan Harvard
Law School. Beliau adalah mantan Senator Amerika Serikat yang mewakili negara
bagian Maryland yang menduduki jabatannya dari tahun 1977-2007.
9
Sarbanes dikenal karena gayanya yang rendah, sering menghindari pusat
perhatian selama 30 tahun karirnya di Senat . Pada tahun 2002 Sarbanes mensponsori
Sarbanes-Oxley Act , yang menempatkan namanya dalam berita utama.
Michael Garver Oxley
Seorang anggota gereja Lutheran yang lahir di Findlay Ohio, 11 Februari 1944 .
Dia menerima gelar sarjana seni dari Universitas Miami pada tahun 1966 dan gelar
sarjana hukum dari Ohio State University pada tahun 1969. Dia adalah anggota dari
bab Alpha Sigma Chi Fraternity di Miami. Dari tahun 1969 sampai 1972, Oxley
bekerja untuk Biro Investigasi Federal dan menjadi aktif dalam Partai Republik
Ohio.Oxley terpilih sebagai perwakilan AS pada tahun 1981 dalam pemilihan khusus .
Menjabat sebagai Ketua Komite Jasa Keuangan dari Sarbanes-Oxley Act tahun 2002,
yang disediakan untuk pengawasan perusahaan publik untuk mencegah penipuan.
2.3.2.2. Isi Penting Dari Sarbanes-Oxley Act
Sarbanes-Oxley Act terdiri dari 11 title dan 66 section. Berikut ini adalah isi
penting/hal-hal pokok yang ada dalam act tersebut :
Pembentukan Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)
PCAOB terdiri dari anggota independen dan ditunjuk oleh Securities Exchange
Commision (SEC)(section 101). PCAOB mengawasi auditor perusahaan publik,
menetapkan standar auditing, dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan
terbuka, serta melakukan pemeriksaan atas pengendalian mutu di kantor-kantor yang
melakukan audit tersebut.
Independensi Auditor
Melarang KAP yang sedang melakukan audit untuk melaksanakan juga pelayanan
non-audit pada klien yang sama (section 201).
Beberapa kategori jasa yang tidak dapat dilaksanakan oleh KAP untuk kliennya :
Pencatatan atau jasa lainnya yang berhubungan dengan catatan akuntansi atau
laporan keuangan.
Desain dan implementasi system informasi keuangan
Layanan penilaian, opini kewajaran, atau kontribusi lain dalam laporan sejenis.
Jasa aktuaria
Jasa outsourcing audit internal
Fungsi manajemen atau sumberdaya manusia
Broker atau dealer, penasihat investasi, atau jasa perbankan investasi.
10
Layanan hukum dan konsultan ahli yang tidak berkaitan dengan audit.
Jasa lainnya yang dianggap PCAOB tidak boleh dilakukan.
Namun berbagai pengecualian jasa diatas dapat tetap dilakukan oleh KAP kepada
klien non-auditnya atau untuk perusahaan tertutup.
Adanya kewajiban rotasi bagi KAP maupun parter in-charge dari KAP (dibatasi
lima tahun) dalam melakukan audit bagi klien yang sama (section 203)
Auditor harus melapor kepada komite audit (KA) dan tidak saja kepada manajemen
(section 204)
Komite Audit harus terdiri dari anggota independen (section 301)
Komite Audit bertanggung jawab untuk penunjukan dan penyupervisian auditor
(Section 301)
Pengungkapan secara lengkap hal-hal lepas neraca (off balance sheet) yang material.
Dan harus dinyatakan secara eksplisit dalam “diskusi dan analisis manajemen” (section
401).
Laporan keuangan tahunan harus menyertakan pernyataan mengenai tanggung jawab
manajemen atas internal control dan assesmen manajemen terhadap kondisi internal control
yang ada diperusahaan (section 404)
Adanya pinalti akibat penipuan dan kejahatan yang berkaitan dengan penghancuran
dokumen atau kertas kerja audit, penipuan sekuritas, pengubahan dokumen yang digunakan
sebagai proses resmi, dan tindakan yang merugikan pihak yang memberitahukan adanya
kecurangan.
Berdasarkan isi pokok yang telah diuraikan di atas, maka inti pokok dari
Sarbanes-Oxley Act menyangkut :
- Peningkatan transparansi dari pengelolaan manajemen sebagai agen yang diserahi
wewenang oleh pemengang saham. Transparansi yang dituntut tidak hanya meliputi
laporan keuangan formal, namun mencangkup informasi lepas neraca yang
seringkali dijadikan tempat persembunyian kecurangan.
- Peningkatan tanggung jawab manajemen sebagai pemilik dari sistem internal
kontrol untuk mengupayakan perbaikan terus menerus terhadap internal kontrol
yang ada di perusahaan dengan memaksa direksi membuat pernyataan atas kondisi
internal kontrol pada saat menyerahkan laporan keuangan.
- Penurunan resiko kecurangan yang dilakukan oleh direksi karena apabila mereka
melakukan kecurangan, yang berarti telah terjadi kondisi internal kontrol yang tidak
optimal, padahal mereka telah memberikan pernyataan bahwa kondisi internal
11
kontrol di perusahaan tetap baik, paling tidak direksi dapat dituntut secara pidana
atas kebohongan tersebut.
- Memaksa auditor untuk melakukan asestasi atas pernyataan kondisi internal kontrol
yang dibuat oleh direksi dan dengan demikian mendorong auditor agar lebih serius
dan cermat dalam melihat internal kontrol yang diterapkan perusahaan dan lebih
serius lagi memeriksa ada tidaknya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
- Menjaga independensi auditor dan KAP. Hal ini dilakukan dengan cara
menempatkan komite audit diantara manajemen dan KAP sehingga ada pihak
independen yang menengahi hubungan KAP dengan manajemen.
- Dibentuknya suatu Oversight board yang independen dari pengaruh Ikatan Profesi
Akuntan. PCAOB terdiri dari lima orang dan tidak lebih dari dua orang anggotanya
yang CPA. Anggarannyapun akan diperoleh dari emiten dan bukan dari KAP. Peran
utamanya adalah untuk menentapkan standar pemeriksaan dan standar etika serta
quality review. Dengan melakukan ini maka penetapan standar pemeriksaan dicabut
dari Ikatan Profesi Akuntansi (AICPA) dan diberikan kepada lembaga yang relative
lebih independen. Namun penetapan standar akuntansi tetap berada di pihak
AICPA.
2.3.2.4. Para Pengguna dari Sarbanes-Oxley Act
Sorbox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities)
dalam semua perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, untuk segala ukuran.
Namun secara spesifik, Sarbox berlaku bagi :
1. Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock Exchange
atau bursa lainnya di AS.
2. Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta atau
lebih.
3. Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain seperti
penerbitan surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.
4. Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum, tetapi menerapkan
Sarbox secara sukarela.
5. Perusahaan yang registerasinya masih pending. misal perusahaan yang melakukan
IPO untuk saham atau surat utang.
2.3.2.5. Manfaat Penerapan Sarbanes-Oxley Act Bagi Perusahaan dan Konsumen.
Pengaturan yang ketat dalam Sarbanes-Oxley Act memberikan manfaat bagi para
perusahaan yang menerapkan serta bagi konsumen dari perusahaan tersebut. Manfaat
yang didapat antara lain:
12
1. Manfaat bagi perusahaan
Perusahaan publik akan memiliki pengendalian intern yang lebih baik, sehingga
akuntanbilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat percaya dan dan
diandalkan.
Kepercayaan investor lebih meningkat.
Memiliki citra positif di mata publik dan para pemegang kepentingan lainnya.
Membantu perusahaan dalam melakukan Good Governance Corporation dengan
baik.
2. Manfaat bagi konsumen perusahaan tersebut
• Mengingkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
• Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan
• Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan.
2.3.3. Dampak Pembentukan Sarbanes-Oxley Act Terhadap Profesi Akuntansi di
Indonesia.
Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi di
Indonesia ada beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan
pembentukan Sarbanes-Oxley Act diantaranya :
1. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Tgl 30 Sept 2002, No. 423/KMK.06/2002
Tentang Jasa Akuntan Publik. Selanjutnya Menteri Keuangan RI pada tanggal 5
Pebruari 2008 menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri
Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003 Tentang Jasa
Akuntan Publik yang dianggap sudah tidak memadai).
2. Keputusan Menteri BUMN Tgl 31 Juli 2002, Nomor: KEP-117/M-MBU/2002
Tetang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN.
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 Nov 2002,
Nomor: KEP-20/PM/2002. Tentang Independensi Akuntan yang memberikan jasa
audit di Pasar Modal.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Des 2003,
Nomor: KEP- 40/PM/2003. Tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl24 Sept 2004,
Nomor : KEP – 29/PM/2004, Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit
13
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
o Ketepatan dan keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan
pengungkapan atas pelaporan keuangan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kepercayaan investor terhadap suatu perusahaan.
o Tidak hanya manajemen, namun seluruh personil dalam sebuah perusahaan harus
dapat menciptakan dan membangun etika dalam berbisnis.
o Fraud dapat terjadi karena adanya faktor-faktor pendukung dan dapat terjadi di
seluruh lapisan perusahaan.
o Fraud tidak dapat dihilangkan, namun dapat diminimalisasikan dengan menerapkan
internal control yang baik.
o Munculnya berbagai skandal yang terjadi di Amerika merupakan latar belakang
pembentukan Sarbanes-Oxley Act.
o Sarbanes-Oxley Act terdiri dari 11 title dan 66 section yang merupakan undang-
undang tentang penataan kembali akuntansi perusahaan publik dan perlindungan
terhadap investor.
o Kerangka kerja dari Sarbanes-Oxley Act adalah untuk memoderinisasi serta
mereformasi pengawasan serta aturan audit perusahaan publik.
o Penerapan Sarbanes-Oxley Act bagi perusahaan publik akan meningkatkan
kepercayaan investor serta konsumen akan keterandalan laporan keuangan
perusahaan dan kondisi perusahaan.
o Lahirnya Sarbanes-Oxley Act membawa dampak bagi profesi akuntansi di
Indonesia dengan dikeluarkannya berbagai keputusan Menteri dan BAPEPAM.
4.2. Saran
o Pembentukan beberapa peraturan di Indonesia terkait dengan lahirnya Sarbanes-
Oxley Act adalah sebagai bentuk penciptaan peningkatan transparansi yang harus
dikoornisasi lebih lanjut dan tidak hanya mencangkup industri ataupun kepemilikan
tertentu.
o Terungkapnya beberapa skandal korupsi di Indonesia, akibat lemahnya internal
control seharusnya menajadi cambukan bagi pihak- pihak yang berkompeten untuk
menciptakan undang-undang dan peraturan yang serupa dengan Sarbanes-Oxley Act
dan SAS No.9.
14
PENGARUH SARBANES-OXLEY ACT SECTION 302&404:
KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN PUBLIK, KOMISARIS,
DIREKSI, KOMITE AUDIT, AKUNTAN MANAJEMEN & KAP.
PENGARUH PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT SECTION 302 & 404
TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
YANG TERCATAT DI PASAR MODAL
Akuntan Manajemen, Komite Audit & Akuntan Publik harus BertanggungJawab jika
terjadi Penyajian Laporan Keuangan yang Menyesatkan Masyarakat (Investor). Dalam
Banyak Kasus; Seringkali Hanya Akuntan Publik yang dipersalahkan jika terjadi kondisi
diatas.
Latar Belakang Masalah
Sekandal pelaporan keuangan yang terbesar di awal abad millennium (mulai tahun
2001) dengan melibatkan kantor akuntan publik (kap) the Big Five; Arthur Andersen
dan kliennya perusahaan Enron, Tyco, Worldcom, Adelphia, dll, sehingga menguak
sederet kasus skandal laporan keuangan perusahaan terbuka yang melibatkan the Big
Five lainnya, telah mengakibatkan runtuhnya kepercayaan investor terhadap laporan
keuangan khususnya bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal. Bahkan seperti kasus
yang terjadi di indonesia, kasus bank global membuat prinsip transparansi, keterbukaan
dan akuntabilitas merupakan harga mutlak yang harus dibayar demi terciptanya pasar
modal yang sehat dan dapat dipercaya. Untuk mencegah hal tersebut dapat terulang dan
mengembalikan kepercayaan stakeholder terhadap pasar modal maka muncullah
sarbanes-oxley act (Sox) of 2002.
Terdapat 2 (dua) section dari Sarbanes-Oxley Act of 2002 yang mewajibkan
pengungkapan terbaru mengenai efektivitas sistem internal control dari sebuah entitas
(perusahaan). Pertama, section 302, yang mewajibkan CEO dan CFO mengevaluasi
design dan efektivitas dari sistem internal control perusahaan secara periode kuartal
laporan (setiap 3 bulan). Kedua, section 404; mewajibkan annual audit untuk mereview
dan evaluasi atas manajemen internal-control yang harus direview dan diattest oleh KAP
yang mengaudit laporan keuangan tahunan perusahaan.
o Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan diatas, terdapat
beberapa hal yang dapat diidentifikasikan masalah yang dapat kita rumuskan
sebagai berikut:
o Bagaimana pengaruh kualitas komite audit dan auditor independent terhadap
kualitas pengungkapan kelemahan internal control?
15
o Bagaimana pengaruh pengungkapan Sox, section 302 dan section 404
terhadap kualitas laporan keuangan?
o Bagaimana reaksi pasar terhadap pengungkapan kelemahan internal control
seperti yang disyaratkan Sox, section 302 dan section 404?
Sarbanes-Oxley Act of 2002, merupakan undang-undang yang namanya berasal dari
dua arsitek utamanya, senator paul sarbanes (dari partai demokrat yang mewakili
Maryland) dan congresman michael oxley (dari partai republik, mewakili Ohio). Oleh
kebanyakan orang, undang-undang ini disingkat sebagai Sox, Sarbox, atau Soa.
(Selanjutnya kita akan menggunakan Sox).
Sox juga mempunyai nama panjang, yakni the Public Company Accounting Reform
and Investor Protection Act (terjemahan: undang-undang tentang penataan kembali
akuntansi perusahaan publik dan perlindungan terhadap investor). Perusahaan Public di
sini bermakna perusahaan-perusahaan yang mencatat dan memperdagangkan surat-surat
berharga (efek-efek) mereka di berbagai pasar modal di Amerika.
Dari nama panjangnya dapat disimpulkan bahwa Sox merupakan ketentuan
perundangan yang merombak ketentuan-ketentuan di bidang akuntansi. perombakan
atau penataan kembali ini dimaksudkan (sebagaimana lazimnya ketentuan pasar modal)
untuk melindungi penanam modal. Sox dirancang untuk mencegah terulangnya sekandal
keuangan yang dilakukan Enron, Tyco, Worldcom, Adelphia, dan lain sebagainya.
Sebagai bagian undang-undang pasar modal, Sox ingin memastikan adanya ketaatan
terhadap aturan yang didesain untuk mengamankan kepentingan pemodal dan calon
pemodal. karena itu Sox disebut compliance legislation. Dampaknya dirasakan secara
global, karena perusahaan publik Amerika Serikat berdomisili di banyak penjuru dunia.
termasuk perusahaan Indonesia yang mencatatkan diri di pasar modal Amerika; PT
Telkom Tbk. – juga harus mentaati Sox.
Sox diundangkan pada tanggal 30 juli 2002. ada suatu bagian penting dalam Sox
(section 404) yang mulai berlaku belakangan, yakni pada tanggal 15 november 2004.
Namun, untuk menerapkan section 404 yang rumit ini, perusahaan-perusahaan publik
harus menyiapkan diri sejak diundangkannya Sox di tahun 2002.
(Theodorus M.Tuanakotta, Setengah Abad Profesi Akuntansi: 235- 236)
Tujuan Sox
Terdapat 4 (empat) tujuan utama Sox:
1. membuat manajemen bertanggungjawab
2. memperkuat pengungkapan (disclosures)
3. melakukan review yang teratur (oleh sec; securities and exchange
commission)
4. membuat akuntan bertanggung jawab.
16
Sox berlaku untuk siapa?
Sox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities)
dalam semua perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, unutk segala ukuran.
Secara spesifik, Sox berlaku bagi:
1. Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock
Exchange atau bursa lainnya di AS
2. Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta
atau lebih
3. Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain
seperti penerbitan surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.
4. Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum,, tetapi
menerapkan Sox secara sukarela.
5. Perusahaan yang registerasinya masih pending. misal perusahaan yang
melakukan IPO untuk saham atau surat utang.
Dampak Sox Terhadap Profesi Akuntansi
Menurut Sox salah satu penyebab terjadinya kekacauan / fraud terhadap laporan
keuangan adalah kondisi hiruk-pikuknya jasa yang diberikan kantor akuntan publik, atau
dikenal dengan multi-disciplinary practice. Untuk menghindari conflict of interest dalam
kode etik akuntan; independent in appearance, sehingga dalam Sox section 201
membatasi jasa-jasa non-audit. jasa-jasa berikut apabila diberikan bersamaan dengan
jasa audit akan bertentangan dengan hukum (unlawful) :
Pembukuan, atau jasa lain berkaitan dengan jasa pencataran akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan dari klien yang diaudit.
Desain dan implementasi dari system informasi keuangan.
Jasa appraisal atau valuation service, pendapat mengenai kewajaran (fairness
opinions), atau laporan mengenai sumbangan dalam bentuk jasa
(contribution-in-kind reports)
Jasa aktuarial.
Jasa-jasa audit internal (internal audit outsourcing services) dll.
Selain itu, agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat kehilangan
objektivitasnya, Sox juga mengatur rotasi atau pertukaran auditor. hal ini diatur dalam
Sox section 203, menetapkan rotasi dari lead audit partner dan concurring audit partner
setiap 5 (lima) tahun. (Theodorus M. Tuanakotta, Setengah Abad Profesi Akuntansi:
265- 271)
Seperti telah diungkapkan dan diberikan contoh diatas, dampak Sox ini dirasakan
secara global, karena perusahaan Publik Amerika Serikat berdomisili di banyak penjuru
17
dunia. Termasuk perusahaan Indonesia yang mencatatkan diri di pasar modal Amerika;
PT Telkom Tbk – juga harus mentaati Sox. Di bawah ini akan dijabarkan substansi yang
terkandung dalam Sox section 302 dan Sox secton 404, sebagai berikut:
Sox section 302 (disclosure controls and procedures) Bostelman (2005:12-14) dan
Telkom Presentation to HCGA (2007:5) menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act section
302 berisi kewajiban :
a. Sertifikasi terhadap laporan keuangan triwulanan oleh CEO dan CFO.
b. CEO dan CFO melakukan sertifikasi kelengkapan dan keakuratan laporan
yang diserahkan kepada US SEC.
c. CEO dan CFO melakukan sertifikasi terhadap efektivitas internal control
menurut bostelman (2005:14), “disclosure controls and procedures is
defined under SEC rules as controls and other procedures of public company
that are designed to ensure that both non-financial and financial information
required to be disclosed by the company in its periodic reports is recorded,
processed, summarized, and reported in a timely fashion.”
Berdasarkan definisi dari SEC, cakupan disclosure controls and procedures tidak
terbatas pada pengendalian internal atas pelaporan keuangan, tetapi juga pengendalian
untuk memberikan keyakinan atas kepatuhan (compliance) terhadap persyaratan SEC.
definisi dengan maksud yang sama juga dinyatakan oleh PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk secara terperinci. Menurut definisi yang dinyatakan oleh PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk pada keputusan direksi no: kd 76/pw000/pro-iic/2006 tanggal 22
desember 2006, “disclosure controls and procedures (pengendalian dan prosedur
pengungkapan) adalah pengendalian dan prosedur yang dirancang dan dijalankan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua informasi keuangan dan non-
keuangan yang wajib diungkapkan dalam laporan perusahaan yang disampaikan atau
diserahkan ke otoritas pasar modal (stock exchange) telah dikumpulkan, diperiksa,
dicatat, diproses, diikhtisarkan dan disampaikan secara tepat waktu, akurat dan dapat
diandalkan sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan di dalam peraturan
otoritas pasar modal.”
Sox section 404 (internal control attest) Bostelman (2005:15-16) dan Telkom
Presentation to HCGA (2007:5) menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act section 404
berisi:
a. Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial
reporting (icofr)
b. Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial
reporting (icofr) berdasarkan pengujian yang dilakukan
c. Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan
manajemen menurut Bostelman (2005:31), “Internal control over financial
reporting is a process designed to provide reasonable assurance regarding
the reliability of financial reporting and the preparation of financial
18
statements for external purposes in accordance with generally accepted
accounting principles.”
Bostelman (2005:15) menyatakan bahwa proses pengendalian internal atas
pelaporan keuangan (internal controls over financial reporting) harus mencakup tiga
elemen, yaitu:
1. Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang
memadai yang mencerminkan transaksi dan disposisi asset.
2. Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip
akuntansi secara umum.
3. Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detection pada
hak akuisisi, penggunaan, atau disposisi asset perusahaan Telkom
Presentation to HCGA (2007:16) Internal Control perusahaan dilaksanakan
pada beberapa level kontrol, yaitu :
a. Entity level control
Soft control, pengendalian yang dilakukan oleh top manajemen, seperti:
komitmen dari pimpinan puncak, etika bisnis, dan corporate governance.
b. Transactional level control
Hard control/physical control, pengendalian di dalam proses dan sistem
untuk mengawali, mencatat, melaksanakan, dan melaporkan transaksi
yang telah dilakukan. dengan kata lain, pengendalian internal level
transaksional melibatkan serangkaian aktivitas yang secara umum
bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh akun signifikan beserta
risiko dan pengendalian terkait telah diidentifikasi, dilaksanakan, dan
diuji secara memadai sehingga efektivitasnya dapat terukur.
c. IT general control
Pengendalian atas aplikasi dan sistem pemeliharaan software dan
keamanan akses dalam program aplikasi dan data perusahaan, yang
disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab karyawan.
19
BAPEPAM Menindaklanjuti Sarbanes Oxley Act 2002
Sebagaimana telah diketahui bahwa untuk tahun buku 2004 berdasarkan Keputusan
Ketua Bapepam No.kep.40/pm/2003 tentang tanggung jawab direksi atas laporan keuangan,
direksi emiten wajib membuat surat pernyataan, atau di dalam sarbannes oxley act disebut
director’s certification on financial statement.
Sejak diberlakukan sertifikasi tersebut, timbul pertanyaan kenapa sertifikasi harus
dilakukan. dalam UU PT, tanggung jawab direksi kelihatannya cukup jelas. didalam opini
akuntan, alinea pertama dikatakan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab direksi,
sedangkan opini adalah tanggung jawab akuntan.
Pertama, membahas substansi dari regulasi yang terkait dengan sertifikasi oleh direksi
atas laporan keuangan. mengapa peraturan ini dikeluarkan? Apa yang dimaksud dengan
fakta material? Karena diisyaratkan bahwa direksi tidak boleh mengungkapkan fakta
material yang tidak benar atau menghilangkan fakta material. apa sebenarnya fakta material
itu? Disamping tanggung jawabnya terhadap laporan keuangan, direksi juga bertanggung
jawab terhadap sistem pengendalian internal.
Kedua, sebelum pernyataan ini ditandatangani oleh direksi, mekanisme atau proses
apa yang harus dikerjakan oleh direksi? Apakah mereka disodorkan langsung dan
tandatangan ataukah ada suatu proses atau mekanisme yang harus dilalui sebelum mereka
dengan yakin dan aman menandatangani surat pernyataan? Termasuk didalamnya peran
komisaris dan komite audit dalam proses tersebut.
Ketiga, setelah ditandatangani, apa implikasinya khususnya dilihat dari aspek hukum ?
Dikeluarkannya peraturan No. VIII.g. 11 tentang tanggung jawab direksi atas laporan
keuangan oleh Bapepam merupakan respon dari Bapepam atas dikeluarkannya Sarbanes
Oxley Act tahun 2002. sebagai undang-undang, Sarbanes Oxley Act diundangkan karena
semakin tingginya tuntutan ditegakkannya prinsip-prinsip good corporate governance
dalam segala aspek praktek dunia usaha.
Pada prinsipnya tanggung jawab direksi atas laporan keuangan bukanlah hal yang baru,
karena pada UU perseroan terbatas tahun 1995 dan UU pasar modal telah diatur secara
implisit tentang tanggung jawab tersebut, namun demikian peraturan Bapepam
mengharuskan direksi untuk secara eksplisit bertanggung jawab atas laporan keuangan
perusahaan, yg dituangkan ke dlm surat pernyataan atas laporan keuangan perusahaan.
Regulasi Bapepam yang mengatur mengenai sertifikasi laporan keuangan oleh direksi
adalah peraturan Bapepam No. VIII.g. 11, namun demikian ada dua peraturan lain yang
terkait dengan peraturan tersebut, yaitu peraturan No. IX.I.6 tentang direksi dan komisaris
perusahaan emiten dan peraturan No. IX.I.5 tentang komite audit.
Ketiga peraturan ini saling berhubungan, dimana peraturan IX.I.6 menerangkan
tanggung jawab direksi atas laporan keuangan secara rinci dan peraturan IX.I.5
menjelaskan tentang peran komite audit dalam melakukan penelaahan atas laporan
keuangan dan pengawasan atas internal control dalam perusahaan.
20
Bagaimana pengaruh pengungkapan Sox, section 302 dan section 404 terhadap
kualitas laporan keuangan?
Berdasarkan banyak studi, mencatat bahwa pengungkapan Sox section 302 dan section
404 membawa pengaruh yang positif terhadap kualitas laporan keuangan. Ashbauh, Collin,
Kinney,LaFond, Zvi Singer 2008; internal control yang dilakukan perusahaan secara
periodik (setiap 3 bulan sekali) terhadap temuan kelemahan yang material sebagaimana
disyaratkan dalam section 302, serta review dan attestasi oleh KAP (kepatuhan section
404). Menurut PCAOB, 2004 jika auditor menemukan terdapat kelemahan yang material
pada internal control, maka auditor harus memberikan laporan serta menolak memberikan
pendapat.
Beberapa studi lainnya, Lobo dan Zhou, 2006; dengan Sox mencatat bahwa terdapat
penurunan dalam pencatatan akrual-basis, dan meningkatkan kehati-hatian dalam pelaporan
keuangan.
Dengan demikian akan terjadi perubahan dalam mekanisme dokumentasi, evaluasi, dan
laporan terhadap efektifitas internal control, akurasi pada laporan keuangan, sehingga
hasinya tidak hanya bermanfaat untuk perusahaan perusahaan yang memiliki sistem yang
buruk namun bermanfaaat pula untuk semua perusahaan, sehingga akan meningkatkan
kualitas laporan keuangan.
Bagaimana reaksi pasar terhadap pengungkapan kelemahan internal control
seperti yang disyaratkan Sox, section 302 dan section 404?
Inti dari pembahasan ini adalah menilai apakah pengungkapan kelemahan internal
control sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan –investor. Lebih khusus lagi
dampaknya terhadapa reaksi harga saham. Menurut Jacqueline, Linda A.Myers, Catherine
Shakespeare, 2007; yang melakukan observasi terhadap pengungkapan kelemahan yang
(berita) material dalam kurun waktu Hari-H sampai dengan 3 hari setelah pengungkapan,
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena
investor secara agregat (umum) telah faham bahwa perusahaan sudah merevisi nilai dari
laporan keuangan. Pengungkapan kelemahan yang material ini justru mendorong investor
(pemegang saham) lebih memberikan perhatian terhadap biaya yang akan dikeluarkan demi
perbaikan sistem yang perlu dibenahi. Lagipula kemungkinan masih terdapat kelemahan
material yang belum diungkap sangat kecil, karena masih ada auditor yang akan
memberikan laporan dan berhak untuk menolak memberikan pendapat terhadap internal
control perusahaan apabila terdapat kelemahan material, sesuai dengan Sox section 404.
Dari beberapa penelitian lain disebutkan bahwa, meskipun pada saat setelah
pengungkapan kelemahan internal control secara material, harga saham bisa mengalami
penurunan, namun hal itu hanya terjadi sementara dan dalam interval waktu yang pendek.
Berdasakan hal tersebut diatas, secara umum dengan adanya pengungkapan informasi
tentang kelemahan internal control secara periodik, maka dapat digunakan oleh investor
21
untuk merevisi rata-rata ekspektasi terhadap nilai perusahaan. Dari sisi perusahaan,
perusahaan akan lebih hati-hati dan selalu melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identfikasi masalah yang ada, maka dapat kita
buat beberapa kesimpulan mengenai penerapan Sox section 302 dan Sox section 404:
1. Kualitas pengungkapan kelemahan internal control, dalam rangka penerapan Sox
section 302 sangat tergantung pada komposisi anggota dari komite audit. komite
audit yang mempunyai pengalaman keuangan dan akuntansi (financial-accountant
expertise), terlebih lagi yang berpengalaman sebagai auditor, kap, financial
cotroller, dan sejenisnya, akan mampu mendeteksi kelemahan sistem internal
control, serta salah saji laporan keuangan. peran akuntan independent juga sangat
berpengaruh dalam memberikan review, attest, serta memberikan pendapat dalam
laporan auditnya terhadap sistem internal control perusahaan sebagaimana diatur
dalam Sox 404.
2. Dengan adanya Sox section 302 dan Sox section 404, dapat menigkatkan kualitas
laporan keuangan pada khususnya, dan internal control serta performa perusahaan
secara umum. manajemen perusahaan akan lebih hati-hati dalam melakukan
dokumentasi, pencatatan dan pelaporan keuangan. perusahaan juga akan dapat
melakukan perbaikan secara berkelanjutan, paling tidak setiap 3 (tiga) bulan sekali
(kuartal report) oleh komite audit, dan paling tidak 1 (satu) tahun sekali akan di-
attesst melalui annual audit dari KAP. Fenomena yang menarik adalah aturan ini
tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang diwajibkan (perusahaan public) untuk
menerapkan aturan Sox, namun banyak juga dilakukan dengan sukarela oleh
perusahaan non-publik yang secara hukum tidak diwajibkan.
3. Meskipun biaya untuk melaksanakan aturan Sox section 302 dan Sox section 404
ini sangat besar, namun secara umum hampir semua investor sangat mendukung
pelaporan kelemahan internal-control. justru kebanyakan pemegang saham
mewajibkan manajemen perusahan untuk diaudit oleh kap the big-4 yang dinilai
mempunyai independensi dan litigasi yang sangat ketat. hal ini ditunjukkan oleh
hasil penelitian bahwa pada saat hari-h dan 3 (tiga) hari setelah pengungkapan
kelemahan internal control harga saham tidak signifikan mengalami perubahan.
namun investor harus menelaah kembali tentang ekspektasi mereka terhadap nilai
perusahaan.
4. Porsi Hukum harus lebih berimbang dalam memperkarakan pihak-pihak yang
bertanggung jawab (Komisaris, Direksi, Akuntan Manajemen, Komite Audit,
Kantor Akuntan Publik) apabila terjadi salah saji material, penyimpangan, bahkan
manipulasi dalam Laporan Keuangan. Yang tentunya akan merugikan masyarakat
banyak terutama Investor. Dalam banyak kasus, seringkali hanya Akuntan Publik
22
yang dipersalahkan jika terjadi kondisi diatas. Padahal Keterbatasan Akuntan
Publik untuk dapat mengungkapkan Fraud/ moral Hazard dalam perusahaan yang
diaudit sangat terbatas; waktu, lingkup penugasan, budget. Dan jarang dapat
terungkap jika tidak terdapat Whistle-Blowing (informasi internal). Sementara
Komite Audit sendiri yang ditunjuk sebagai perwakilan publik (seperti
diamanatkan Sox section 404), terbebas dari segala tuntutan hukum. Padahal
mereka telah mendapatkan gaji dan berbagai fasilitas dari Manajemen, lebih
cenderung bersifat formalitas dan hanya menumpang nama.
23