hfkhgfjjbjbliholi
DESCRIPTION
fhykiufkihjuvjjgblkjvbkjTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
“EKOLOGI”
DISUSUN OLEH :
SYAMSUL BAHRI
F1D009014
Kelompok 2
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Ekologi
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah ini
mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh sebelumya, studi
dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup ekologi telah dilakukan
oleh para pakar.(Sofa, 2008). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi,
komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan (Anonim, 2000).
B. Ekosistem
Semua organisme yang hidup dialam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu
berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah system ditopang
oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik selara
langsung maupun tidak langsung. Kehadupan semua jenis makhluk hidup sering
mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem.
Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotic)
dengan alam (abiotik) (Euwasie. 1990).
Ekosistem merupakan suatu kesatuan fungsional yang didalamnya mengalir energi
dan makanan (nutrient) antara lingkungan fisik (lingkungan abiotik) dan lingkungan biotic.
Lingkungan biotic dan lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak satu
terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan yang
kompleks. Hal tersebut dapat menciptakan keseimbangan alam dalam kehidupan adanya
suatu faktor dapat menyebabkan tergantungnya keseimbangan ekosistem itu akan mengalami
perubahan juga (Euwasie. 1990).
Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari
bahasa yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti
liana. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
dan lingkungannya. Dalam ekologi kita akan tahu bahwa makhluk hidup sebagai kesatuan
atau system dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti diatas pertama (zologiawan
jerman, 1834 – 914) (Euwasie. 1990).
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasna ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain suhu,
kelembaban udara, kecepatan angina, intesitas ahaya, PH tanah dan tinggi sereseh (sampah
daun). Faktor biotic adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia hewan , tumbuhan dan
mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkat-tingkatan organisasi makhluk hidup
yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
system yang menunjukkan kesatuan kompleks (Euwasie. 1990).
1. Komponen Ekosistem
a. Komponen Biotik
Komponen biotik apat dibagi berdasarkan fungsinya, adalah
Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya sendiri.
Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil.
Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai sumber
energinya. Berdasarkan jenis makannya konsimen dibagi menjadi:
Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan
Contohnya:sapi, kambing, dan kelinci.
Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain.
Contohnya: harimau, serigala, dan macan.
Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan.
Contohnya: manusia dan tikus.
Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh nutrisi dengan
cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup yang
telah mati.
Contohnya: bakteri, jamur, dan cacing.
b. Komponen Abiotik
Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen abiotik untuk
makhluk hidup adalah sebgai berikut,
a. Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung
pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya.
b. Sebagai factor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme.
Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan jenis organisme yang
hidup di padang pasir. Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya : air, cahaya matahari,
oksisgen, suhu, dan tanah.
1. Kelembaban
Kelembaban didefinisikan sebagai jumlah uap air yang di udara. Bobot uap air
sebenarnya yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai kelembaban mutlak. Jika
suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban maka biasanya kelembaban tersebut diukur
sebagai kelembaban relatif. Jadi, kelembaban relatif adalah persen uap air yang sebenarnya
dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan tekanan yang sedang berlangsung.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena
penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di tempat-tempat yang
lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban
adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi
kecepatan kehilangan panas dari ternak.
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity =
RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap
mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984).
Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan
dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun,
2002) (http://dewaarka.wordpress.com/2009/04/10/abiotik/) .
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah:
- Psikometer: digunakan untuk pengukuran relatif
- Higrometer
2. Suhu
Suhu adalah faktor ekologis yang memberikan pengaruh umum terhadap lingkungan.
Suhu merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran tanaman dan
hewan. Pengaruh pembatasan suhu menghasilkan zonasi dan stratifikasi yang terjadi dalam
air dan tanah. Perubahan suhu secara ekologis sangat berpengaruh pada organik karena
organisme yang secara normal hidup dalam suhu yang naik turun akan menjadi tertekan jika
organisme tersebut hidup didaerah yang suhunya tetap. Alat yang dapat digunakan untuk
mengukur suhu tertinggi dan suhu terendah lingkungan adalah termometer, alat ini dibiarkan
bekerja pada selang waktu tertentu.
3. Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai campuran bahan batuan dan mineral dengan bahan
organik. Tanah merupakan aksi bersih iklim dan organisme, terutama tumbuhan pada kerak
bumi. Warna adalah kekhasan tanah yang paling jelas dan merupakan indikator kualitas
tanah yang berguna, yang dapat dengan mudah ditentukan secara teliti. Warna tanah dapat
diturunkan dari bahan asalnya atau merupakan hasil proses pembentukkan tanah. Warna
tanah seringkali disebabkan oleh faktor-faktor selain keberadaan bahan-bahan organik seperti
senyawa-senyawa besi, mangan, dan lain.lain. Kepekatan warna bergantung pada sifat,
penyebaran, dan total banyaknya bahan organik yang ada. Ada tiga warna dasar tanah yaitu
tanah merah (warna merah biasa disebabkan oleh adanya oksida-oksida besi tan hidrat),
kuning (oksida besi), abu-abu atau putih (kaya akan kuarsa, kaolin, dan mineral lempung
lainnya).
4. Intensitas
Terlalu banyak atau terlalu sedikit intensitas sangat mempengaruhi tumbuhan dan
hewan dalam lingkungan. Keseluruhan ekosistem dipengaruhi oleh campur tangannya
terhadap pertumbuhan tanaman. Fotosintesis berbanding langsung dengan intensitas sinar
sampai suatu tingkat maksimum. Tingkat kejenuhan sinar beragam untuk tumbuh-tumbuhan
yang berlainan.
5. pH
tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda diukur dengan menggunakan skala pH
antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai
nilai pH 7 hingga 14 (http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/).
Anonimus (2011),menyatakan bahwa Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation)
dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka
tipehutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.Analisis
vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta
kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.
6. Vegetasi
Tjitrosoepomo (2002 :77),menyatakan bahwa Analisis komunitas tumbuhan merupakan
suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.
Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas
tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati
suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah
untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang
dipelajari.
Kimbal (1965 :91),menyatakan bahwa Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Lestari (2006 :76),menyatakan bahwa Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam
mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi
sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
1.2 Tujuan Praktikum
Memperkenalkan instrumen dan metode pengggunaannya dalam mengevaluasi
variabel – variabel lingkungan abiotik.
Mengetahui cara mendapatka data dengan pengggunaannya dalam mengevaluasi
variabel – variabel lingkungan abiotik.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan dan Alat
Fotometer
Termometer tanah atau soil tester
Termometer
Psychrometer
Hygrometer
Tali
Buku catatan
2.2 Cara Kerja
A. Membuat Plot
Buat plot dengan ukuran 10x10 m unituk mengidentifikasi jumlah pohon, dan buat
plot 4x4 m untuk identifikasi jumlah semak dan perdu, dan 1x1 m untuk rumput.
Ket: Tumbuhan sering dibedakan berdasarkan habitusnya menjadi pohon, semak, dan
herba. Pohon memiliki diameter batang > 10 cm, semak memiliki diameter < 10 cm,
tetapi tingginnya > 1,5 m, sedangkan herba memiliki tinggi < 1,5 m. Dalam hal ini anak
pohon dapat dikategorikan sebagai semak, sedangkan bibit pohon dan bibit semak dapat
dikategorikan sebagai herba (Sujarwanto. 2008).
Mengukur intensitas cahaya
Untuk pengukuran intensitas cahaya digunakan alat fotometer. Apabila tempat yang
cahaya yang akan diukur agak gelap, maka tombol pada fotometer digeser keatas. Dan
apabila tempat cahaya yang akan diukur terang, maka tombolnya digeser ke bawah.
Kemudian lihat angka yang yang ditunjukkan pada fotometer. Lakukan pada empat
lokasi yang berbeda, masing-masing lima kali pengulangan.
Mengukur temperatur udara
Untuk mengukur suhu udara sekejap dapat digunakan termometer raksa biasa.
Gantung / pegang termometernya kemudian lihat dan catat angka yang ditunjukkan
termometer. Lakukan pada empat lokasi yang berbeda, masing-masing lima kali
pengulangan.
Mengukur kelembaban udara
Kelembaban dapat diukur dengan menggunakan alat Psychrometer bola basah dan
bola kering. Sebelum alat ini dioperasikan terlebih dahulu sumbu pada salah satu
termometernya dibasahi dengan aquades. Penggunaan alat ini dilakukan dengan cara
diputar dengan tangan hingga temperatur bola basah sampai mencapai nilai minimum.
Pada titik ini, dicatat suhu pada termometer bola basah dan bola kering. Kelembaban
udara dihitung dari temperatur bola kering dan perbedaan antara temperatur bola basah
dan temperatur bola kering. Selanjutnya dikonversikan pada tabel kelembaban relatif.
Temperatur Tanah dan pH tanah
Digunakan soil tester. Pertama kali tanah digali/ dibuat lubang sedalam 5-10 cm atau
sampai tanda tembaga pada alat soil tester waktu dimasukkan ke dalam tanah.
1. untuk pH, lihat angka yang ditunjukkan pada alat soil tester yaitu pada warna merah.
2. untuk kelembaban, tekan tombol pada soil tester, dan lihat angka yang ditunjukkan
pada alat soil tester yaitu pada warna hijau.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Faktor Abiotik
a. Suhu udara : 300C
b. Ph tanah : 6,5
c. Kelembaban tanah : 7 %
d. Kelembaban udara :
a. Hidrometer : 57%
b. Spycometer : 93%
2. Faktor Biotik
Plot 10mx10m (pohon)
No Jenis pohon Jumlah (Pohon)
1 Bunga merak 3
2 Sp 1 2
Plot 4mx4m (semak)
No Jenis pohon Jumlah (Pohon)
1 Sp 1 4
2 Sp 2 2
3 Sp 3 1
Plot 1mx1m (rumput)
No Jenis pohon Jumlah (Pohon)
1 Widellia sp 16
2 Alang-alang 4
3 Sp 1 89
3.2 Pembahasan
Dalam tingkat organisasi kehidupan, ekosistem merupakan area alam yang
berlangsung interaksi antara makhluk hidup dan tak hidup, sehingga terjadi pertukaran
material antara biotik dan abiotik. Dalam praktikum ini dapat dilihat bahwa kondisi
lingkungan di GDV memiliki nich abiotik dengan suhu udara 300C, ph tanah 6,5 dan
kelembaban tanah 7%.
Namun pada kelembaban udara terlihat perbedaan yang signifikan antara hasil yang
diukur dengan hidrometer dan spychrometer, pada hidrometer didapatkan data sebesar 57%
dan pada spychrometer sebesar 93%, hal ini kartena spychrometer menggunakan media
sumbu yang dibasahi dengan air sehingga kelembaban belum akurat.
Sedangkan untuk hasil data faktor biotik terlihat bahwa rumput mendominasi plot
sampling yang dipakai, yaitu tempatnya di belakang gednung V, ada tiga macam variasi
rumput pada plot sampling yang kami tempatkan, yaitu widellia sp, alang-alang, dan SP 1
yang belum teridentifikasi. Namun rumput ini juga berfariasi dimana rumput SP 1 yang lebih
dominan di banding dengan rumput lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Faktor lingkungan yang dapat diukur antara lain : intensitas cahaya, temperatur udara,
kelembaban udara, temperatur tanah, pH tanah.
Intensitas cahaya dapat diukur dengan fotometer.
Temperatur udara dapat diukur dengan termometer.
Kelembaban udara dapa diukur dengan Psychrometer bola basah dan bola kering.
Temperature dan pH tanah dapat diukur dengan soil tester.
Intensitas cahaya berpengaruh pada lingkungannya. Pada tempat yang tertutup pohon
(ternaungi) intensitas cahayanya lebih rendah daripada tempat yang terbuka (tak
ternaungi) karena pada tempat ternaungi, cahaya matahari terhalang oleh pohon
sehingga intensitas cahayanya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim .http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/. (25-20-2010)
Anonim. http://dewaarka.wordpress.com/2009/04/10/abiotik/ (25-20-2010)
Anonim. http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/lingkungan-dan-macam-macam-faktor.html (25-20-2010)
Anonimous. 2009. Analisis Komunitas Tumbuhan.(online).(http://wordpress.com. Diakses pada 10 Desember 2011. Pukul 10.00 WIB).
Euwasie. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB
Ewusie, Y. 1990. Pengantar Ekologi tropika. Penerbit ITB: Bandung.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press
Indriyato. 1982. Ekologi Hutan. Jakarta: Buku Aksara
Kimball. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga
Michael.P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang. Laboratorium UI. Press Jakarta.
Michel,Cambell reece. 2004. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Sujarwanto, agus. 2008. Panduan Praktikum Biologi Umum 1. lampung: UM
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan.