hyperlink.doc
TRANSCRIPT
Ketika Teknologi Menjadi “Guru”
Sudah hampir seminggu lebih VCD edutalk Bahasa Jepang diputar
berulang-ulang. Aksennative speaker yang unik membuat anak-anak,
terutama si bungsu Nabila (5 tahun), tertarik untuk menyimaknya.
Kadang-kadang mereka tertawa terbahak-bahak saat mengulang
ucapan sang native speakeryang dianggap sangat lucu. Ya, mereka kini
belajar tanpa guru secara fisik. Mereka belajar dengan bantuan
teknologi.
Saya sering tercengang dengan kemampuan dan juga kemauan
anak-anak jaman sekarang. Saat minat belajar itu tumbuh, mereka
mau belajar hal-hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan saat saya
seusia mereka. Input dan teruslah beri anak-anak input, tanpa kita
sadari, mereka melejit menjadi anak-anak yang banyak tahu dan terus
penasaran dengan ilmu-ilmu baru.
Sekarang, malah si bungsu Nabila sering mengetes mamanya,
“Mama tahu nggak apahachimitsu? aishukurimo?…..” dan lain-lain.
Sayang, mamanya tak serajin mereka. Jadi, kosa kata Jepangnya kalah
deh!
Sengaja saya kenalkan anak-anak pada beragam bahasa asing,
walau awalnya mungkin hanya sekedar kosa kata. Beberapa sumber
mengatakan, bahwa batas penguasaan aksen sebuah bahasa dibentuk
pada 7 tahun pertama. Di atas usia tujuh tahun, penguasaan bahasa
apapun yang dikenal anak-anak tidak sebaik ketika mereka
mengenalnya sebelum usia 7 tahun. Percaya atau tidak, tak ada
salahnya juga untuk dicoba. Toh, hal itu tidak merugikan kita dan anak-
anak, selama mereka juga suka mempelajarinya.
Si bungsu minatnya kuat terhadap bahasa, tampak ia
begitu pede membaca dan mengucapkan ulang kata-kata Inggris yang
berasal dari dialog film ataupun buku cerita.
Terima kasih buat teman saya yang sudah memberi info tentang
Japanese VCD. Makasih juga buat para pencipta teknologi. Dalam
banyak hal, teknologi sangat membantu anak-anak belajar dengan
mandiri.