lapkas blefarokonjungtivitis
DESCRIPTION
opthalmologyTRANSCRIPT
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Kelopak Mata 1(Vaughan hal 15)
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior (Gambar anatomi kelopak mata hal 16).
Berkedip membantu menyebarkan lapiran tipis air mata , yang melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,; palpebra inferior
menyatu dengan pipi.
Kelopak mata terdiri atas lima bidang jaringan yang utama. Dari superficial ke dalam
terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan fibrosa
(lempeng tarsus), dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva palpebrais)
Struktur palpebra
a. Lapiran kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit kebanyakn bagian lain tubuh karena tipis, longgar dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut tabpa lemak subkutan.
b. Musculus orbicularis oculi
Fungsi musculus orbicuilaris oculi ialah menutup palpebra.. serat-serat ototnya
mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak yang pendek
mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai lapisan pratarsal; bagian di atas septum
orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi
berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang
bersama sedikit jaringan elastic disebut lempeng tarsus. Sudut lateral medial serta
juluran tarsus terlambat pada tepi orbita dengan adanya ligament palpebrae lateralis dan
medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga terlambat pada tepi atas dan bawah
orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk septum orbitale.
e. Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membrane mukosa, konjungtiva palpebrae,
yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu tepian palpebra
membelah palpebra menjadi lamella anterior kulit dan musculus orbicularis oculi serta
lamella posterior lempeng tarsaldan konjungtiva palpebrae.
Tepian palpebra1
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. tepian ini dipisahkan
oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.
a. Tepian anterior
1. Buku mata, muncul dari tepian palpebra tersusun tidak teratur. Buu mata atas lebih
panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta melengkung ke atas; bulu
mata bawah mwlwngkung ke bawah.
2. Glandula zeis, struktus ini merupakan modifikasi kelenjar sebacea kecil, yang
bermuara pada folikel rambut pada dasar bola mata.
3. Glandulla moll, struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara
membentuk satu barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bulu mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecilkelenjar sebacea yang telah dimodifikasi (glandula meibom atau
tarsal).
c. Punctum lacrimae
Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat lubang kecil dengan penonjolan
kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini berfungsi
menghantarkan air mata melalui kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.
Fissure palpebrae1
Fissure palpebrae adalah ruang berbentuk elips diantara kedua palpebra yang terbuka.
Fissure ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantusa lateralis kira-kira 0,5 cm dari
tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebuh elips dari kantus
lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis. (Gambar anatominya di cari ya :D)
Lacus lacrimalis terdiri atas dua buah struktur: caruncula lacrimalis, peninggian
kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat dan
kelenjar sebacea besar-besar yang bermuara ke dalam folikel yang mengandung rambut-
rambut halus dan plica seminularis. (gambar anatominya sesuai pada hal 9)
Pada orang asia, sebuah lipatan kulit yang dikenal sebagai epikantus terbentang dari
ujung medial palpebra superior ke ujung medial palpebra inferior, menutupi karunkula.
Epikantus secara normal terdapat pada bayi segala bangsa dan menghilang selama
perkembangan jembatan nasal, tetapi menetap seumur hidup pada orang Asia.
Septum orbitale1
Septum orbitale adalah fasia dibelakang otot orbicularis yang terletak di antara tepian orbita
dan tarsus serta berfungsi sawar antara palpebra dan orbita.Septum orbitalle ditembus oleh
pembuluh darah dan saraf lakrimal, pembuluh dan saraf supratoklear, saraf intratoklear
(gambar anatomi pada hal 18)anastomosis antar vena angularis dan vena opthalmica, dan
musculus levtor palpebrae superioris. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo
levator palpebrae superioris dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.
Refraktor palpebrae1
Refraktor palpebra berfunsi membukia palpebra. Mereka dibentuk oleh kompleks
muskulofasial , dengan komponen otot rangka dan otot polos, yang dikenal sebagi kompleks
levator di palpebra inferior.
Di palpebra superior, bagian otot rangkanya ialah levator palpebrae superioris. Otot ini
dari apeks orbita berjalan ke depan untuk bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian
yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos muscullus muller (tarsalis
superior) (gambar anatomi hal 17). Aponeurosis tersebut mengangkat lamella anterior
palpebra, berinsersio pada permukaan posteriororbicularis oculi lalu ke dalam kulit di
atasnya membentuk lipatan kulit palpebra superior. Muscullus muller berinsersio ke dalam
batas atas lempeng tarsus dan fornix superior konjungtiva, dengan demikian mengangkat
lamella posterior.
Di palpebra inferior refrakor utamanya adalah musculus rectus inferior, tempat jaringan
fibrosa memanjang untuk membungkus muscullus obliqus inferior dan berinsersio pada
batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis oculi. Serat-serat otot polos musculus
tarsalis inferior berhubungan dengan aponeurosis tersebut.
Komponen otot polos refraktor palpebrae dipersarafi oleh saraf simpatis, sedangkan
levator dan musculus rectus inferior oleh saraf simpatis, sedangkan levator dan musculus
rectus inferior oleh saraf kranial ketiga (oculomotorius). Ptosis merupakan gambaran
sindrom horner dan kelumpuhan nervus ketiga.
Musculus levator palpebrae superioris1
Musculus levator palpebrae sebagai tendo pendek dari permukaan bawah ala minar ossi
sphenoidalis, di atas dan di depan foramen opticum. Tendo tersebut menyatu dengan origo
musculus rectus superior di bawahnya. Venter otot levator menjulur ke depan, membentuk
apeneurosis, dan menyebar seperti kipas. Otot tersebut bersama komponen otot polos
(musculus muller), dan aponeurosisnya membetnuk bagian penting refraktor palpebrae
superior. Segmen palpebra musculus orbicularis oculli bekerja sebagai antagonisnya.
Kedua ujung aponeurosis levator disebut kornu medial dan lateral. Kornu medial tipis
dan menempel di bawah sutura frontolacrimalis dan ke dalam ligamentum palpebra
mediale. Kornu lateral berjalan diantara bagian orbita dan bagian palpebra glandula
lakrimalis lalu berisersio ke dalam tuberculum orbitale dan ligamentum palpebrae latarale.
Selubung levator palpebrae superioris melekat di bawah musculus rectus superior.
Permukaan superior, pada persambungan venter otot dan aponeurosis, membentuk pita
menebal yang melekat pada troklea di medial dan pada dinding orbita lateral di lateral. Pita
itu membentuk ligament check otot dan dikenal sebagai ligament whitnall.
Levator dipersarafi oleh cabang superior nervus oculomotorius (III). Perdarahan levator
palpebra superioris dar cabang muscular lateral arteria opthalmica.
Persarafan sensoris1
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus trigeminus (V).
nervus lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan nasalis eksterna
adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus kranial kelima. Nervus infraorbitgalis,
zygomaticofacialis, zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilaris
(kedua) nervus trigeminus.
Pembuluh darah dan limfe1
Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan opthalmica melalui cabang-cabang
palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara arteria palpebrais lateralis dan
medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar
submuskular.
Drainase vena dari palpebra mengalir ked ala vena opthalmica dan vena-vena yang
membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena tersebut dalam pleksus pra dan
pascatarsal.
Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening
preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkannya ke dalam
kelenjar getah bening submandibular.
Apparatus Lakrimalis1
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal aksesorius, kanalikuli,
saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis. (gambar anatomi hal 19). Kelenjar lakrimal
terdiri atas struktur-struktur berikut ini :
1. Bagian orbita, berbentuk kenari terletak di dalam glandula lacrimalis di segmen
temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis
musculus levator palpebrae. Untuk mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan,
harus diiris kulit, musculus orbicularis oculi, dan septum orbitale.
2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks
konjungtiva superior. Ductus sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar sepuluh
lubang kecil, menghubungkan bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar lakrimal
dengan forniks konjungtiva superior. Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan
memutus semua saluran penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi.
Kelenjar lakrimal aksesorius (glandula Krause dan wolfring) terletak di dalam substansia
propria di konjungtiva palpebrae.
Air mata mengalir dari lucus lacrimalis melalui punctum superius dan inferius kanalikuli ke
saccus lakrimalis yang terletak dalam fosa glandulae lacrimalis. Ductus nasolacrimalis
berlanjut ke bawah dari saccus dan bermuara ke meatus inferior rongga hidung, lateral
terhadap turbinatus inferior. Air mata diarahkan ke dalam punctum oleh isapan kapiler
dalam kanalikuli, gravitasi, dan aktivitas memompa otot Horner – perluasan musculus
orbicularis oculi ke belakang succus lakrimalisakan meneruskan aliran air mata ke bawah
melalui ductus nasolacrimalis ke dalam hidung.
Pembuluh darah dan limfe1
Perdarahan kelenjar air mata berasal dari arteria lakrimalis. Vena dan kelnjar yang
bergabung dengan vena opthalmica. Drainase bersatu dengan pembuluh limfe konjungtiva
dan mengalir ke kelenjar getah bening preaurikular.
Persarafan1
Kelenjar air mata dipersarafi oleh (1) nervus lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari divisi
pertama trigeminus; (2) nervus petrosus superficialis magna (sekretoris), yang datang dari
nucleus salivarius superior, dan (3) saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus
lacrimalis.
Anatomi Konjungtiva1,2
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan [osterior kelopak mata (konjungtiva palpebrais) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu
sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjuntiva palprebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat
erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada
forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi kongjutiva
bulbaris.
Konjungtiva bulbaris mlonggar ke septum orbitalle di fornices dan melipat berkali-
kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. (ductus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks
temporal superior.) konjungtiva bulbris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di
bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatus sepanjang 3
mm).
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak (plica seminularis)
terletak di kantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam daging (curuncula)
memnempel secara superficial ke bagian dalam plica seminularis dan merupakan zona
transisi yang mengandung baik elemen kulit maupun membrane mukosa.
Perdarahan, limfatik, & persarafan
Arteri-arteri kongjutiva berasal dari arteria ciliaris anterior dan arteria palpebrais. Kedua
arteri beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena kongjutiva yang umumnya
mengikuti pola arterinya membentuk jarring-jaring vascular kongjutiva yang sangat banyak.
Pembuluh limfe kongjutivas tersusun di dalam lapisan superficial dan profundus dan
bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjutiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. saraf ini
memiliki serabut nyeri yang relative sedikit.
Kelainan Kelopak 1,3 ( buku hijau UI)
Infeksi Kelopak Mata (Blefaritis)2
Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak.
Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar
rambut.
Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis maupun menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi
kelopak disebabkan kuman Streptococcus dan Pseudomonas. Demodex follicurum selain
dapat merupakan penyebab merupakan vector untuk terjadinya infeksi Staphylococcus.
Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, blefaritis angularis.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, terdapat eksudat
lengket, dan epiforia.1 Keluhan yang paling sering disampaikan oleh pasien saat pagi hari
matanya tersa lengket , panas, gatal, tak tahan cahaya, mata terasa cepat lelah kalau kerja
berat.2
Blefaritis sering disertai konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis sebelum diobati
dibersihkannya dengan garam fisiologik hangat, dan diberi antibiotic yang sesuai . penyulit
blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hardeolum, kalazoin, dan
madarosis.
Komplikasi (buku nana)
Hordeolum, konjungtivitis, keratitis superficial (1/3 bagian bawah). Kehilangan bulu mata
(madorosis). Bulu mata yang tumbuh kemudian, melengkung ke dalam bola mata (trikiasis).
Oleh karena blefaritis merupakan proses yang menahun, menimbulkan hipertrofi dari margo
palpebra dan plpebra menjadi berat. Bila terjadi di margo superior, maka oleh karena
beratnya palpebra superior seolah-olah jatuh dan memberi kesan mengantuk = tilosis. Bila
terjadi di margo palpebra inferior, margo palpebra ini dapat membelok keluar, dan
menyebabkan ektropion.
Blefaritis dapat diperhebat apabila penderita banyak merokok atau mengerjakan
pekerjaan dekat seperti membaca, sampai larut malam, atau mengerjakannya terlalu lama,
meskipun pada siang hari. Oleh karena itu, pada pengobatannya harus diedukasi supaya
jangan merokok, kalua bekerja dekat jangan terlalu lamaatau sampai larut malam, disamping
keadaan umum harus diperbaiki.
Pengobatan2
Margo palpebra harus dibersihkan sering-sering dengan kapas basah. Pada waktu
membersihkannya, kelenjar ditekan-tekan untuk mengeluarkan isinya, jika ditemukan krusta
ataupun skwama maka harus dibuang, dengan memakai AgNo3 1%-2%, di samping sulfa,
antibiotika dan kortikosteroid. Antibiotika, sulfa, kortikosteroid diberikan dalam bentuk
salep mata, yang diusapkan pada pinggir kelopak mata. Keadan umum diperbaiki termasuk
gizi dan kebersihan.
Pada blefaritis nonulseratif juga diberikan penobatan pada ketombenya, dengan “medicating
shampoo” dua kali seminggu.
Prognosis2
Kalua tidak diobati dapat berlangsung berbulan-bulan dan menimbulkan bermacam-macam
penyulit, juga dapat menimbulkan kerusakan pada kornea karena terbentuknya trikiasis.
Klasifikasi Blefaritis3
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:
Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat dimana
bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(staphyloccus blepharits) atau ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis seboroik).
Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.
Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang
kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena
produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom)
yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk
bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat
atau ketombe.
Berdasarkan penyebab, blefaritis dibagi menjadi:
a) Blepharitis bakteri
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Didiga sebagian
besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus. Bantuk infeksi kelopak
dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eksematoid.
Pengobatan pada infeksi ringan ialah dengan memberikan antibiotic local dan kompres
basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat.
Infeksi yang berat perlu diberikan antibiotic sistemik
b) Blepharitis superficial
Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka
pengobatan terbaik ialah dengan salep antibiotik sepertisulfasetamid dan sulfisoksazol.
Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis
menahum maka dilakukan penekanan manual kelenjar meibom (Meibomianitis), yang
biasanya menyertainya
c) Blefaritis Angularis
angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak
atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus
dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguana pada fungsi pungtum lakrimal.
Blefaritis angu;laris disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Morax Axenfeld.
Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin, dan sengsulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut balik mata yang akan menyumbat ductus
lakrimal.
d) Blefaritisa Seboroik
Blefaritis seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah secret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada
kantus lateral, biperemia dan hipertrofipapil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jejaring keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya ialah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat dilakukan
pembersihan dengan nitrat argenti 1%. Salep sulfonamide berguna pada aksi
keralotiknya.
Kompres hangat selama 5-10 menu. Kelenjar meibom dibersihkan dan ditekan
menggunakan shampoo bayi.
Pada blefaritis seboroik antibiotic diberikan local dan sistemik seperti tetrasiklin oral 4
kali 250 mg. penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, ulkus
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
e) Blefaritis Squamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak menyebabkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah
akar bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dermatitis sebore.Penyebeb blefaritis squamosal ialah kelaianan
metabolic ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis squamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
dengan madorosis. Sisik ini dapat dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolism pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefiritis skuamosa adalah keratitis
dan konjungtivitis
f) Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-
kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dank
eras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai persdarahan. Penyakit bersifat sangat
infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dilakukan dengan antibiotic dan hygiene yang baik. Pengobatan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin, atau basitrasin. Biasanya
disebabkan stafilokok maka diberi obat Staphylococcus. Apabila ulseratif luas harus
ditambah antibiotic sistemik dan diberi roboransia.
Penyulitnya adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratits superficial, keratitis pungtata, hordeolum, dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.
Perbedaan blefaritis ulseratif dan non ulseratif
Blefaritis ulseratif Blefaritis non ulseratif
Etiologinya Staphylococcus aureus Ptriosporum ovale
Bulu mata jatuh, tidak diganti oleh yang baru,
karena ada destruksi dari folikel rambut
Bulu mata cepat jatuh, tetapi diganti dengan
yang baru , karena tak ada destruks dari
folikel rambut
Di pangkal rambut terdapat krusta. Bila krusta
dilepaskan tampak ulkus kecil-kecil. Krusta
warnanya kuning, kering, melengketkan bulu
mata.
Dipangkal bulu mata tak tampak krusta tetapi
skwama.
Blefaritis non ulseratif hampir selalu
berhubungan dengan adanya ketombe di
kepala, alis mata, atau telinga.
Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum1 ( buku vaughan)
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan
konjungtivitis folikular kronik unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan
mungkin mungkin menyerupai trakoma. Reaksi radangnya terutama mononuclear ( berbeda
dengan reaksi pada trakoma). Lesi bulat, berombak, putih-mutiara, non-inflamatorik
dengan bagian pusat yang melekuk khas untuk moluscum contangiosum. Biopsy
menunjukan inklusi sitoplasma eosinofilik yang memnuhi seluruh sitoplasma eosinofilik
yang memnuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.
Eksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau
krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya. Pada kasus yang sangat jarang nodul-
nodul molluscum timbul di konjungtiva. Pada kondisi ini, eksisi nodul juga menyembuhkan
konjungtivitisnya. Lesi molluscum contagiosum yang multiple di palpebra atau wajah
ditemukan pasien AIDS.
Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster1
Hiperemia dan konjungtitis infiltrative disertai dengan erupsi vesicular yang khas
sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika – adalah khas herpes
zoster. Konjungtivitisnya biasanya papilar, tetapi pernah ditemukan folikel,
pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi. KGB preaurikular yang
nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. Sekuelenya, dapat berupa jaringan parut di
palpebra, entropion, dan bulu mata yang salah arah.
Lesi palpebra pada varicella, yang mirip lesi kulit (pox) di tempat lain, mungkin timbul
dikedua palpebradan sering meninggalkan parut. Sering kali timbul konjungtivitis ringan ,
tetapi lesi konjungtiva yang diskret ( kecuali pada limbus) sangat jarang ditemukan. Lesi di
limbus menyerupai fliktenula dan dapat melalui seluruh tahapan vesikel, papul, dan ulkus.
Kornea didekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah vaskularisasinya.
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel raksasa
dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan dari konjungtiva pada varicela dan dari
vesikel konjungtiva pada varicella dan dari konjungtiva pada zoster dapat mengandung sel
raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel-sel embrio manusia.
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg per oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi
pada awal perjalanan penyakit, akan menghambat dan mengurangi beratnya penyakit.
Konjungtivitis 1(buku nana)
Peradangan pada konjungtiva atau konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri-virus-
fungus-alergi. Oleh karena itu, pada setiap komjungtivitis perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis dari secret ataupun kerokan konjungtiva untuk mengetahui penyebabnya
supaya pengobatannya tepat.1
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur,
chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
A. Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik
atau sinar matahari.
B. Gambaran klinik Konjungtivitis
a. Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur, lengket waktu
pagi.
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelok-
kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut
bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm.
tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abu
kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah
puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar.
Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva atau
kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis.
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh
konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat
berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran.
Selain massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan
nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.7
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2
C. Macam-macam Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
o Definisi : inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus (berhubungan
dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus
influenza (khususnya pada anak-anak)
o Diagnosis
Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi
Tanda :
Papila konjungtiva
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Konjungtiva injeksi
Tanpa adenopati preaurikuler
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.
o Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat
diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari
selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah
belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan
o Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak
diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis).
Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam
darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan meningitis.Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh
sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.1,4
o Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.8
2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok
pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering
terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang
– kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan
oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis
secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis
adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang
dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam
sekitar 10 hari. 1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi
dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal.
Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan
hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva
sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti
parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar
mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus
seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan
37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam
biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran,
juga terdapat banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui
jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika
topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi
terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu,
yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci
tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-
alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer
aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas
dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil,
adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah
unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu
ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).
Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra
dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari
tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea,
jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan
pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear
mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain
kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan
biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk
ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10
hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk
infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri
yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic
besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di
Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24.
Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang
terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa
bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar
ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel
konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite
seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi
dalam 5-7 hari
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala blepharoconjunctivitis merupakan gabungan dari tanda dan
gejala conjunctivitis dan blepharitis.
1) Manifestasi klinis conjunctivitis
Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas, berair, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi
Objektif
Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelok-
kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut
bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm.
tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abu
kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah
puncak folikel.
Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar.
Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.
Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva atau
kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis.
Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh
konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat
berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran.
Selain massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan
nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.
BAB II
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. A.L
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dok IX
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 18 November 2015
No. Rekam Medik : 376748
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri terasa gatal
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan umur 68 tahun datang ke Polik Mata RSUD Dok II dengan
keluhan mata kiri dan kanan terasa gatal sejak 2 minggu yang lalu dan juga
berair. Pasien juga mengeluhkan penglihatannya kabur sejak 10 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), trauma pada mata (-)
- Riwayat pemakaian obat tetes mata (-)
- Riwayat alergi obat disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus disangkal.
- Riwayat penyakit mata seperti yang diderita oleh pasien di dalam keluarga
tidak ada.
3.3 Pemeriksaan Fisik Umum
a) Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos montis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x / Menit
Suhu Badan : Afebris
Jantung dan Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
b) Status Neurologi
Motoris : Parese (-)
Sensoris : Baik
Refleks : Baik
Kesan/Kesimpulan : Baik
c) Status Psikiatri
Afek : Appropriete
Sikap : kooperatif
Respon : Baik
Kesan/Kesimpulan : Baik
3.4 Pemeriksaan Khusus / Status Oftalmologis
a) Pemeriksaan Subyektif
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Form Sence SentralDistance Vision (Snellen
Card)1/60 3/60
Near Vision (Jaegger Test) tde tde
Perifer tde tde
Colour Sence tde tde
Light Sence tde tde
Light Projection tde tde
b) Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan Bagian Luar
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi Umum
Edema _ _
Hiperemi + +
Sekret _ _
Lakrimasi + +
Fotofobia + +
Blefarospasme _ _
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Benjolan _ _
Supersilis dbn dbn
Inspeksi Khusus Palpebra Posisi dbn dbn
Warna Palp Palp
superior et
inferior
hiperemis
superior et
inferior
hiperemis
Bentuk dbn dbn
Edema _ _
Pergerakan dbn dbn
Ulkus
palpebra
superior et
inferior (+)
palpebra
superior et
inferior (+)
Crusta
palpebra
superior et
inferior (+)
palpebra
superior et
inferior (+)
Hordeolum _ _
Kalazion - -
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi
Khusus
Margo
Palpebra
Posisi dbn Dbn
Ulkus + +
Krusta + +
Silia dbn Dbn
Skuama _ _
Trikiasis - -
Entropion - -
Konjungtiva
Palpebra
WarnaHiperemi
(+)
Hiperemi
(+)
Sekret _ _
Edema _ _
Bulbi
WarnaHiperemi
(+)
Hiperemi
(+)
Benjolan _ _
Pembuluh
darahNormal Normal
Injeksi + +
ForniksHiperemi
(+)
Hiperemi
(+)
Posisi Dbn Dbn
Gerakan Dbn Dbn
Bulbus Okuli
Sklera
Warna Putih Putih
Perdarahan _ _
Benjolan _ _
Sekret _ +
Kekeruhan _ _
Ulkus _ _
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi
Khusus
Bulbus
Okuli
Iris Perlekatan + +
Warna
Lain –lain
_
_
Coklat
_
Pupil Bentuk Bulat (sentral) Bulat (sentral)
Reflex cahaya + +
Lensa kekeruhan Jernih jernih
Palpasi Nyeri Tekan _ _
Tumor _ _
TIO digital _ _
N/palpasi N/palpasi
Pemeriksaan Kamar Gelap
0.
3.5
Resume
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
1. Obligus Ilumination
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat
Lensa(kekeruhan) Jernih Jernih
2. Direct
Ophtalmoscope
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup dalam Cukup dalam
Lensa Jernih Jernih
Badan kaca (kekeruhan) Dbn Dbn
Refleks fundus tde tde+
Pembuluh darah tde Tde
Makula lutea tde Tde
3. Slit Lamp
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup Dalam Cukup dalam
Iris Sinekia (-) Sinekia (-)
Lensa Jernih Jernih
Kojungtiva bulbi Injeksi (+) Injeksi (+)
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Tensi Okuli Schiotz Tde tde
Placido Test Tde tde
Pupil Distance (PD) Tde tde
Pasien perempuan umur 68 tahun datang ke Polik Mata RSUD Dok II Jayapura
dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa gatal dan juga berair sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan pengelihatannya kabur sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya yang
pasien rasakan keluar air mata dan penglihatan kabur atau tidak jelas, silau saat melihat
cahaya (+), dan berair (+), mata kiri sakit dan sering sakit kepala. Pemeriksaan tanda-tanda
vital TD: 160/100 mmHg. Pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan Ofthalmology didapatkan visus didapatkan AVOD : OD = 0 , OS= 1/60 ,
TIO: 10/7,5 = 10,9 mmHg,
segmen anterior:
OD: Mikroftalmia, konjungtiva hiperemis (+).
OS: lakrimasi (+). Konjungtiva hiperemis (+), lensa kekeruhan (+),
Funduskopi: refleks fundus (+), retina : perdarahan (+), eksudat (+);
3.6 Diagnosis :
Blefarokonjungtivitis ODS
3.7 Prognosis :
Quo Ad Vitam : Ad Bonam.
Quo Ad Fungtionam : Ad Bonam.
Quo Ad Sanationam : Ad Bonam.
3.8 Terapi:
Choloramphenicol zalf mata
Polidex eye drop
3.9 Anjuran Pemeriksaan:
Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck.
– Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop elektron.
– Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen.
EDUKASI
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik pada kelopak mata dan konjungtiva,
maka pasien ini di diagnosa dengan blefarokonjungtivitis okuli dextra et sinistra.
Pada anamnesa, pasien menceritakan bahwa kedua matanya terasa gatal sejak 2 minggu
yang lalu dan juga berair. Pasien juga mengatakan bahwa setiap bangun tidur terdapat
banyak kotoran mata pada kedua mata yang disertai kemerahan pada kedua mata dan
kelopak matanya, terkadang pasien merasakan nyeri pada matanya. Pasien juga
mengeluhkan bahwa penglihatannya kabur sejak 10 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan
teori yang menytakan bahwa gejala klinis dari blefarokonjungtivitis adalah gabungan dari
gejala klinis yang terdapat pada blefaritis dan konjungtivitis. Dimana gejala klinis blefaritis
adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, terdapat eksudat lengket, dan epiforia2.
Menurut teori gejala klinis kongjutivitis adalah pedih, panas, berair, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi
mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, hiperlakrimasi.2
Pada pemeriksaan fisik palpebra didapatkan adanya krusta dan ulkus pada palpebra
superior dextra et sinistra, palpebbra juga tampak merah, dan terdapat secret. Hal ini sesuai
denga n teori yang menyatakan bahwa
Tatalaksana pengobatan ini ialah pemberian salep matanvsfsjfnrifewjfdvijrevnmjfvm
Anjuran pemeriksaan pada pasien ini adalah
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ni adalah
Prognosis pada pasien ini adalah
Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Pada
blefaritis sering dilakukan kompres hangat. Pada infeksi ringan, diberi antibiotik lokal sekali
sehari pada kelopak dan kompres basah dengan asam borat. Bila terjsdi blefaritis menahun, maka
dilakukan penekanan manual kelenjar meibum untuk mengeluarkan nanah. Pada blefaritis
seborik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas lidi hangat, soda bikarbonat, atau nitras argenti
1%. Dapat digunakan salep sulfonamid untuk aksi keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10
menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan dengan sampo bayi. Diberikan juga antibiotik
sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau eritromisin 3x250 mg atau sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik, antibiotik diberikan bila etrdapat infeksi
sekunder. Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1mg gram
sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan sampai 1-2 minggu setelah gejala
menurun. Bila disebabkan kandida diberikan nistatin topikal 100.000 unit per gram. Pada infeksi
jamur sistemik, bila duisebabkan aktinomises atau nokarida diobati dengan sulfonamid, penisilin,
atau antibiotikspektrum luas. Amfoterisin B diberikan untuk histoplasmosis, sporotrikosis,
aspergilosis dan lainnya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA