lapkp.pdf
TRANSCRIPT
1
LAPORAN KERJA PERAKTEK
PENGAMBILAN DATA DAN INFORMASI METEOROLOGI
PENERBANGAN DI STASIUN BMKG BANDARA SULTAN ISKANDAR
MUDA BANDA ACEH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna menyelesaikan Kerja Praktek pada Prodi Manajemen Informatika
STMIK U’Budiyah Indonesia
Diajukan Oleh :
ITA DARLIANI
(11123003)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STIMIK U’BUDIYAH INDONESIA
BANDA ACEH
2014
3
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena berkat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (LKP) yang
berjudul “PENGAMBILAN DATA INFORMASI METEOROLOGI
PENERBANGAN DI STASUIN BLANG BINTANG BANDA ACEH”.
Penulisan menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan laporan kerja praktek
ini jauh dari kesempurnaan.
Dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek (LKP) ini penulis banyak
menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan rasa penuh hormat, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ketua STMIK U’budiyah Indonesia Bapak Agus Ariyanto, SE, M.Si.
2. Ketua Prodi D-III Komputerisasi Akuntansi Bapak Faisal Tifta Zany,
S.Si., M.Sc.
3. Pembimbing Lapangan Bapak Bambang Irawan. Sp.
4. Pembimbing Laporan Bapak Faisal Tifta Zany, S.Si., M.Sc.
5. Ibunda Suryani yang telah memberikan segala bentuk pengorbanan,
nasehat, cinta dan kasih sayang tiada batas serta do’a tulusnya untuk
penulis sehingga penulis bisa dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
(LKP) ini.
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
DAFTAR TABEl ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN…………………………….......................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................ 2
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................ 3
1.4 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.5 Batasan Masalah .................................................................. 3
1.6 Metode Penelitian ................................................................ 4
1.7 Sistematika Penulisan Laporan ............................................ 5
1.8 Lokasi dan Jadwal Pengambilan Data ................................ 5
BAB II GAMBARAN UMUM BMKG ................................................... 6
2.1 Sejarah Perkembangan BMKG ............................................ 6
2.2 Tugas dan Fungsi BMKG .................................................... 8
2.3 Visi dan Misi dan Tujuan BMKG ....................................... 10
2.3.1 Visi ............................................................................ 10
5
2.3.2 Misi ............................................................................ 11
2.3.3 Tujuan ........................................................................ 13
2.4 Definisi Meteorologi dan Klimatologi ................................. 13
2.5 Ruang Lingkup Meteorologi dan Klimatologi .................... 14
2.6 Klasivikasi Meterologi ......................................................... 14
2.7 Pengaruh BMKG Terhadap Penerbangan ........................... 16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN ...................... 17
3.1 Unsur-unsur Cuaca dan Iklim dalam Penerbangan ............. 17
3.1.1 Angin ........................................................................ 17
3.1.2 Visibility .................................................................... 17
3.1.3 Jarak Pandang atau Runway Visual Range ............... 18
3.1.4 Present Weather ....................................................... 19
3.1.5 Awan Atau Cloud ...................................................... 21
3.1.6 Suhu Udara ................................................................ 23
3.1.7 Tekanan Udara .......................................................... 24
3.1.8 QFE ........................................................................... 24
3.1.9 QNH .......................................................................... 25
3.2. Dampak Cuaca Buruk dalam Penerbangan ......................... 26
3.3 Mekanisme Pengambilan Data ............................................ 28
3.3.1 Peralatan di BMKG Blang Bintang........................... 28
3.3.2 Mekanisme Pengambilan Data .................................. 33
3.3.3 Mekanisme Pengolahan Data .................................... 36
3.4 Pengiriman Data .................................................................. 37
6
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 38
4.1 Kesimpulan dan Saran .......................................................... 38
4.2 Saran .................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 40
LAMPIRAN
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Stasiun Meteorologi Kelas 1
Lampiran 2 contoh Tabel Laporan Pengambilan Data Meteorologi
Lampiran 3 Laporan Pengambilan data selama Kerja Praktek
Lampiran 4 Surat Izin KP
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Kerja Praktek
Lampiran 6 Absensi Kegiatan Harian
Lampiran 7 Nilai dari Lapangan
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Bimbingan
Lmpiran 9 Bukti Bebas Akademik
Lampiran 10 Biodata Pembimbing Lapangan
Lampiran 11 Biodata Penulis dan Identitas Orang tua
8
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 jenis-jenis awan ............................................................................................... 22
Tabel 3.2 jenis awan pada saat pengamatan..................................................... 35
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 QFE .............................................................................................. 25
Gambar 3.2 QNH ............................................................................................. 26
Gambar 3.3 pembagian awan ........................................................................... 35
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk
keadaan alamnya. Letak lintang Indonesia antara 6008’ LU dan 11015’ LS
sehingga Indonesia berada di daerah ilkim tropis. Adapun pada umumnya iklim
tropis memiliki ciri-ciri :
a. Curah hujan cukup banyak
b. Kelembaban udara tinggi
c. Tekanan udara cendrung rendah dan mengalami perubahan secara lambat
dan beraturan
d. Suhu ektrim
e. Suhu udara panas
Cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap bidang
transportasi. Seperti cuaca, suhu, arah dan kecepatan angin, awan, dan kabut
sangat mempengaruhi kelancaran jalur perhubungan atau transportasi seperti
darat, laut dan udara. Sehingga jika cuaca buruk jalur transportasi akan terhambat,
terutama transportasi udara yang sangat bergantung pada keadaan cuaca, baik
waktu tinggal landas/lepas landas ataupun pada waktu pesawat di udara.
Kecelakaan pada pesawat udara dapat disebabkan oleh tehnis, kesalahan manusia,
maupun faktor cuaca.
Hal tersebut sebenarnya bisa dihindari dengan adanya koordinasi dari
berbagai Instansi yang terkaitSeperti alasan cuaca buruk, Instansi yang berwenang
1
11
memberikan informasi adalah Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMG ). Setiap
setengah jam sekali atau tergantung dari membaik dan memburuknya keadaan
cuaca, BMG memberikan informasi cuaca atau yang lebih dikenal dengan
Weather Report kepada Air Traffic Controller atau Pengatur Lalu Lintas Udara,
yang kemudian diteruskan kepada Penerbang.
Stasiun BMKG Bandar Udara Blang Bintang Stasiun yang ditunjuk
sebagai koordinator Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMG)
Propinsi Aceh merupakan pelaksana teknis yang terdiri dari Stasiun Meteorologi
Penerbangan, Stasiun Klimatologi dan Stasiun Geofisikayang bertugas sebagai
Stasiun Meteorologi Penerbangan, yang salah satunya bertugas memberikan
pelayanan penerbangan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik dan termotivasi untuk
membuat hasil laporan dari hasil kerja praktek di BMKG Blang Bintang ini yang
berjudul “PENGAMBILAN DATA INFORMASI METEOROLOGI
PENERBANGAN DI STASIUN BMKG BANDARA BLANG BINTANG
BANDA ACEH”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian di BMKG Bandara Blang
Bintang ini untuk mendapatkan data dan informasi tentang peroses pengambilan
data informasi dari BMKG untuk Proses Penerbangan di Bandara Sultan Iskandar
Muda Blang Bintang dan membuat Laporan Kerja Praktek (LKP)Diploma III
STMIK U’BUDIYAH.
Sedangkan tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah BMKG
12
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta Badan Meteorologi dan Geofisika
dalam proses penerbangan pesawat terbang
3. Agar pembaca dapat mengenal secara lebih dekat hal-hal yang dijadikan
objek kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
4. Agar pembaca mengetahui unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi proses
penerbangan.
5. Untuk mengetahui proses pengambilan data informasi di lapangan di BMKG
dan Pengiriman Data Informasi ke penerbangan.
6. Serta untuk menerapkan ilmu yang telah penulis proleh.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Penulis mencoba
mengindentifikasi masalah berupa bagaimana pengambilan data di BMKG dan
manfaat data informasi tersebut dalam proses penerbangan di bandara Sultan
Iskandar Muda Banda Aceh.
1.4 Rumusan Masalah :
1. Apa saja alat – alat yang terdapat di dalam BMKG Blang Bintang dan
menjelaskan fungsinya masing-masing
2. Bagaimana cara pengambilan data informasi dilapangan pada BMKG
Blang Bintang
3. Sejauh mana fungsi data informasi tersebut untuk penerbangan
4. Apa pengaruh data tersebut untuk BMKG dan Penerbangan.
13
1.5 Batasan Masalah
Agar dalam praktek kerja ini tidak terlalu luas ruang lingkup objeknya
maka penulis membatasi penulisan laporan ini hanya kepada Pengambilan data
lapangan, pengolahan menjadi informasi dan mengirimkan data informasi kepada
departemen-departemen yang membutuhkan atau untuk pihak penerbangan.
1.6 Metode Penelitian
Dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyusun Laporan
Kerja Praktek (LKP) ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :
1. Metode Field Research (Penelitian Lapangan)
Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu data yang
langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penulis pada tempat
pelaksanaan kerja praktek yaitu di BMKG Bandara Sultan Iskandar Muda Blang
Bintang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah:
a. Observasi/Pengamatan
b. Teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada
objek yang akan diteliti yaitu tinjauan pelaksanaan pelayanan pelanggan pada
BMKG Blang Bintang.
c. Interview/Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara dengan pihak-
pihak tertentu yang dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
dalam penulisan ini.
2. Penelitian Literatur
14
Merupakan pengumpulan sumber informasi yang relevan dengan topik
atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi ini diperoleh dari buku-
buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, catatan kuliah dan
sumber-sumber tertulis yang berkaitan langsung dengan objek atau judul yang
diambil dalam Laporan Kerja Praktek (LKP) ini.
1.7 Sistematika penulisan laporan.
Bab 1. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab 2 GAMBARAN UMUM
Bab ini terdiri atas sejarah perkembangan BMKG dan visi misi serta
tujuan dari BMKG.
Bab 3. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas teori-teori dan pengertian-pengertian dari sub
bahasan dari permasalahan dan pembahasan data yang diambil
Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dari berbagai sumber
1.8 Lokasi dan Jadwal Pengambilan data
Penulis melakukan kerja praktek di BMKG Blang Bintang yang
beralamat di BMKG Bandara Blang Bintang Banda Aceh dimulai pada tanggal
11 Februari 2014 sampai tanggal 11 Maret 2014.
15
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Perkembangan BKMG
Nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) berubah menjadi Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. Perubahan nama ini sudah
ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 September 2008. Secara
sistem kerjanya tidak ada perubahan. Perubahan ini dimaksudkan untuk
memperluas pengertian cakupan tugas-tugas instansi BMG (baca BMKG) yang
dari dahulunya telah melayani masyarakat dalam bidang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh
Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasilCpengamatan cuaca
dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama
Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan
Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
16
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan
komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn pemasangan
komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan
menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk
penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut
dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di
lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani
kepentingan Angkatan Udara.
Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga
Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik
Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai
anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau
17
WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan,
dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan
Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya
diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di
bawah Departemen Perhubugan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di
bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statsunya dinaikkan
menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Terakhir pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan
48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Kemudian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah PP No. 61 Tanggal 2
September 2008, Memutuskan Nama BMG dirubah menjadi BMKG.
2.2 Tugas dan Fungsi BMKG
BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
18
BMKG mempunyai tugas yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang Meteorologi dan Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofisika sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Meteorologi dan Geofisika
menyelenggarakan fungsi :
1. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
2. Mengkoordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.
3. Memfasilitasi dan membina kegiatan instansi pemerintah dan swasta di
bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4. Menyelenggaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan
dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
5. Menyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.
6. Menyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.
Dalam melaksanakan fungsi, Badan Meteorologi dan Geofisika
mempunyai kewenangan :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
19
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
4. Penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan
dan maritime.
5. Pengaturan sistem jaringan pengamatan meteorologi dan klimatologi.
6. Pemberian jasa meteorologi dan klimatologi.
2.3 Visi Misi dan Tujuan BMKG
Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi serta
memperhatikan kewenangan BMKG agar lebih efektif dan efisien, maka
diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa serta
bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus dapat
menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut serta
memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu
kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah mengacu pada
Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.
2.3.1 Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional,
dan berperan aktif di tingkat Internasional.
Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika
yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data, informasi
pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang
20
akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
c. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
d. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
e. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
2.3.2 Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas
yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
21
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai berikut :
a. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika artinya BMKG melaksanakan operasional pengamatan
dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai untuk
mengenali dan memahami karakteristik unsur-unsur meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika guna membuat prakiraan dan informasi yang
akurat;
b. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu;
c. Mengkoordinasi dan Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan
BMKG, maka BMKG wajib mengawasi pelaksanaan operasional, memberi
pedoman teknis, serta berwenang untuk mengkalibrasi peralatan meteorologi,
klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan peraturan yang
berlaku
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional artinya BMKG dalam
melaksanakan kegiatan secara operasional selalu mengacu pada ketentuan
internasional mengingat bahwa fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
22
udara, dan geofisika tidak terbatas dan tidak terkait pada batas batas wilayah
suatu negara manapun.
2.3.2 Tujuan
Tujuan Rencana Strategis BMKG diarahkan untuk mempercepat
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan pemikiran
konseptual analitis, realitis, rasional dan komprehensif dan perwujudan
pembangunan dalam langkah-langkah yang sistemik dan bertahap dalam suatu
perencanaan yang bersifat strategis.
2.4 Definisi Meteorologi dan Klimatologi
Berkaitan dengan kehidupan yang mencakup kehidupan manusia, hewan,
dan tumbuhan yang menempati bagian permukaan bumi yang berupa daratan dan
lautan ditambah lagi dengan udara di atasnya, maka pokok-pokok yang dibahas di
dalam geografi fisis yang terdiri atas litosfer, hidrosfer, biosfer, dan atmosfer.
Dengan demikian diperkenalkan berbagai hasil kajian geologi, geomorfologi,
oseanografi, meteorologi, dan klimatologi.
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata udara dalam
waktu yang singkat di tempat yang sempit. Keadaan rata-rata udara ini di sebut
cuaca.Waktu singkat yang dimaksud dalam cuaca tersebut adalah waktu sesaat
yang berlangsung dalam hari, jam atau menit. Dengan demikian meteorologi
adalah ilmu yang mempelajari cuaca yang berlangsung sesaat di suatu tempat
yang sempit.
Klimatologi adalah ilmu yang memperlajari keadaan rata-rata udara dalam
waktu yang lama dan mencakup wilayah yang luas. Keadaaan rata-rata udara
dalam waktu yang lama disebut iklim. Waktu yang lama berdasarkan perjanjian
23
internasional kurang lebih 30 tahun. Bagi pembaca yang sedang belajar
menganalisis iklim di suatu wilayah, untuk berlatih waktu yang lama berlangsung
sekurang-kurangnya 10 tahun. Dengan demikian, klimatologi adalah ilmu yang
mempelajari iklim yang berlangsung lama di wilayah yang luas.
2.5 Ruang Lingkup Meteorologi dan Klimatologi
Cuaca dalam geografi fisis termasuk bagian dari atmosfer. Cuaca
merupakan keadaan fisis atmosfer yang dapat diungkapkan dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan dari unsur : suhu udara, curah hujan, tekanan udara,
kelengasan udara, laju serta arah angin, perawanan dan penyinaran matahari.
Iklim merupakan keadaan yang mencirikan atmosfer suatu daerah dalam
jangka waktu yang lama dan dapat diungkapkan dengan dilakukan pengukuran
atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan dalam periode waktu
tertentu (sekurang-kurangnya 10 tahun)
2.6 Klasifikasi Meteorologi
Meteorologi sebagai ilmu pengetahuan, dikelompokkan menjadi dua yaitu
Meteorologi Teoritis dan Meteorologi Praktis yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Meteorologi Teoritis terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Meteorologi Dinamis yaitu meteorologi yang mengamati tenaga-tenaga
pendorong gerakan udara dan transformasi panas.
2. Meteorologi Fisis yaitu mempelajari proses-proses fisis yang murni seperti
penguapan, presipitasi, gejala optik, akuistik, dan elektris dalam angkasa.
3. Meteorologi Statistik atau Klimatologi mempelajari keadaan rata-rata,
ekstrem-ekstrem frekuensi serta persebaran berbagai unsur cuaca (penyinaran
24
matahari, suhu, lengas udara, penguapan, keawanan, curah hujan, angina,
tekanan udara).
Meteorologi Praktis terdiri dari 8 macam, yaitu:
1. Meteorologi Sinopsis yaitu mempelajari proses atmosferis dengan bantuan
pengamatan sewaktu, untuk wilayah yang amat luas. Manfaatnya dapat untuk
menganalisa kondisi cuaca pada saat bersangkutan dan meramalkan cuaca
mendatang.
2. Meteorologi Aeronantis yaitu mempelajari meteorologi dalam bidang
penerbangan.
3. Meteorologi Maritim yaitu mempelajari meteorologi dalam bidang pelayaran
dan perikanan.
4. Meteorologi Perairan (Hidrometeorologi) untuk mengkaji permasalahan
persediaan air dan irigasi untuk pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan,
pelistrikan dan sebagainya.
5. Meteorologi Udara untuk mengamati kondisi udara bebas.
6. Meteorologi Medis untuk meneliti pengaruh iklim atau unsur cuaca terhadap
kesehatan, psikis dan fisik manusia.
7. Meteorologi Pertanian untuk mengkaji pengaruh cuaca terhadap tanaman
budidaya.
8. Meteorologi Sempit (Mikrometeorologi) untuk meneliti perbedaan antara
cuaca dan iklim untuk ruang dan wilayah yang sempit.
2.7 Pengaruh BMKG Terhadap Penerbangan
Hampir Semua Bandara di Indonesia memiliki Stasiun Meteorologi
Penerbangan, karena setiap penerbangan, baik untuk keperluan take off maupun
25
landing, ataupun on the route selalu memerlukan informasi meteorologi. Tidak
semua unsur-unsur meteorologi diperlukan untuk keperluan penerbangan ataupun
lokasi aerodrome , tetapi hanya unsur-unsur tertentu saja, diantaranya : Arah dan
kecepatan angin, Visibility, Cloud ( Per awanan ), Present Weather, Suhu Udara,
Tekanan Udara, Suplemantary Element trend forecast.
Informasi seperti diatas biasanya di dalam penerbangan disebut dengan
QAM atau Weather Report. Informasi tersebut di berikan oleh seorang pengamat
atau observer kepada ATC (Air Traffic Controller) setiap 1/2 jam sekali atau
tergantung membaik atau memburuknya cuaca. Setelah pengamat atau observer
memberikan data QAM tersebut kepada Air Traffic Controller (ATC), baru ATC
menyampaikan informasi cuaca tersebut kepada Pilot, yang akan digunakan untuk
keperluan take off, landing ataupun on the route.
26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
3.1 Unsur-unsur Cuaca dan Iklim dalam penerbangan
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dalam penerbangan yaitu :
3.1.1 Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut
sifat angin yaitu:
Kekuatan angin
Arah angin
Maksimum angin
Angin yang dilaporkan adalah arah dan kecepatan angin pada waktu
pengamatan, satuan arah angin adalah derajat sedangkan kecepatan dalam knot ( 1
knot = 1.8 km/jam ). Arah dan kecepatan angin ini diperlukan untuk take off dan
landing.
3.1.2 Visibility
Visibility adalah jarak pandang mendatar, maksudnya jarak pandang
terjauh yang bisa dilihat oleh pengamat tanpa ada halangan apapun. Visibility ini
diperlukan terutama untuk keperluan landing, karena pilot harus bisa melihat
landasan dari atas apabila pesawat akan landing, jika jarak pandang buruk/jelek,
biasanya pilot tidak berani landing, maka pesawat berputar-putar di atas, atau
balik ke bandara semula atau mencari bandara alternatif lain yang terdekat.
27
Jika sekiranya cuaca yang menyebabkan jarak pandang jelek hanya
sebentar maka pesawat akan berputar-putar di sekitar bandara sambil menunggu
visibility normal kembali.
3.1.3 Jarak Pandang atau Runway Visual Range
untuk pesawat yang tidak otomatis, informasi jarak pandang sangat
diperlukan dalam hal pendaratan, baik jarak pandang vertikal maupun horizontal.
Jarak pandang vertikal : erat kaitannya dengan saat pesawat akan melakukan
pendaratan saat masih di udara, hal ini pentig untuk mengetahui posisi dan sisa
runway landasan agar pendaratan dapat dilakukan dengan tepat Jarak pandang
horizontal : erat kaitannya disaat pesawat sudah mulai menyentuh runway.
Dalam penerbangan dikenal dengan Runway Visual Range, (RVR)
merupakan alat meterologi yang memberikan informasi jarak pandang maksimum
(visibility) didaerah sekitar runway, RVR biasanya dipasang sebagai kelengkapan
fasilitas Instrumen Landing System (ILS).
Kejadian-kejadian yang dapat mengurangi jarak pandang: diantaranya
adalah hujan deras. Pada dasarnya hujan didefinisikan sebagai partikel-partikel air
yang jatuh ke permukaan tanah berbentung kepingan dengan diameter 0.5 mm
atau kurang, dapat dibayangkan apabila partikel-partike yang jatuh ke bumi di
suatu badara jumlahnya sangat banyak, tentu saja akan mengakibatkan
berkurangnya jarak pandang.
28
3.1.4 Present Weather
Present weather adalah keadaan cuaca pada saat pengamatan. Maksudnya,
apakah pada saat pengamatan sedang terjadi hujan atau guntur, atau haze yang
menyebabkan cuaca buruk dan jarak pandang berkurang, atau pada sa at
pengamatan cuaca cerah, sehingga pesawat bisa take off maupun landing.
Pengamatan cuaca yang dilakukan pada curah hujan, udara kabut/haze dan
kabut/fog.
a. Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain
gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan
yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
bentuk medan/topografi
arah lereng medan
arah angin yang sejajar dengan garis pantai
jarak perjalanan angin di atas medan datar
Pada umumnya hujan deras ini jatuh dari awan rendah antara lain awan
Cumulonimbus (Cb). Awan ini dinamai cumulonimbus karena mereka bengkak (
“cumulo”) dan karena mereka sering adalah awan gelap yang menyebabkan badai
hujan (“nimbus”).
Awan awan hujan berbeda karena mereka tidak dapat diklasifikasikan
sebagai rendah, menengah atau ketinggian awan. “These are often storm clouds
which can be ten or more miles in height, extending through all the levels of
29
altitude alias awan badai konon terbentuk saat angin dingin bertemu dengan angin
panas, yang mengakibatkan awan hujan ini dapat menghasilkan hujan, hujan salju,
hujan es, atau bahkan badai.
b. udara Kabur/Haze
Hal ini terjadi dikarenakan polusi udara karena asap kendaraan, asap dari
hasil pembuangan industri pabrik, dan pembakaran hutan. Partikel-partikel asap
yang besar akan jatuh ke permukaan bumi, sedangkan partikel-partikel yang kecil
yang seukuran dengan mist dan halimun akan melayang di udara.
c. kabut/Fog
kabut/Fog yang biasanya erdiri dari tetes-tetes air yang sangat kecil yang
melayang-layang di udara dan dapat mengurangi jarak pandang kurang dari 1 km.
tetes-tetes air ini dapat dilihat dengan mata biasa dan pergerakannya mengikuti
pergerakan udara. Uniknya di beberapa wilayah Indonesia, pada musim2 tertentu
(biasanya musim kemarau) kabut yang menganggu penerbangan tidak hanya
kabut yang berasal dari tetes-tetes air tapi juga kabut asap seperti yang kerap
terjadi di wilayah Palangkaraya, Jambi, dan Riau. Kabut asap ini muncul karena
tidak dikendalikannya tindak pembakaran hutan.
C. Kabut Asap/smog
Kabut Asap/smog adalah sejenis kasus pencemaran udara berat yang bisa
terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan.
Asap kabut sendiri merupakan koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair.
Dewasa ini terdapat dua jenis asap kabut yaitu asap kabut klasik yang pertama kali mucul,
dan asap kabut fotokimia yang muncul.
30
D. Halimun/mist
halimun/mist yang terdiri dari tetes-tetes air mikroskopis yang melayang
di udara, kejadian ini dapat mengurangi jarak pandang tidak kurang dari 1 km.
tetes-tetes air mikroskopis ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang karena
ukurannya yang sangat kecil.
3.1.5 Awan atau Cloud
Awan yang dimaksud disini adalah keadaan perawanan pada saat
pengamatan. Ada awan-awan tertentu yang sangat berbahaya bagi penerbangan,
diantaranya adalah awan cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol
bergulung-gulung, dan awan cumulonimbus (Cb) yang bentuknya sama seperti
awan cumulus, hanyawarnanya biru kehitaman dan menjulang keatas. Awan Cb
lebih berbahaya dari pada awan Cu, karena awan Cb banyak mengandung muatan
Iistrik positif (+) terutama pada puncak awan yang banyak mengandung kristal
es,dan muatan negatif (-) pada dasar awan. Pembentukan awan Cu dan Cb
biasanya disertai dengan terjadinya petir. Petir atau Thunderstorm inilah yang
paling ditakuti oleh penerbang baik pada saat take off, landing maupun on the
route.
Aktivitas awan Cb dapat mengakibatkan terganggunya gerakan pesawat.
Aktivitas tersebut berupa angin haluan yang akan mendorong pesawat naik,
namun pada ketinggian tertentu pesawat didorong lebih kuat untuk turun kembali,
kemudian ditiup oleh angin buritan (tail wind) sehingga pesawat akan kehilangan
daya angkat dan akhirnya pesawat tak terkendali.
Informasi tentang awan juga selalu diberikan dalam penerbangan. Ada
bermacam-macam jenis awan berdasarkan level ketinggian, yaitu awan rendah,
31
menengah, dan tinggi. Dalam penerbangan awan yang harus dilaporkan adalah
jenis awan rendah yaitu awan Cumulonimbus(Cb) dan awan Towering
Cumulus(Tcu), namun pada umumnya awan Cb.
Awan ini sangat ditakuti dalam penerbangan karena dapat mengakibatkan
updraft (arus naik), downdraft (arus turun), dan windshear (perubahan keepatan
secara tiba-tiba), yang apabila pesawat berada di dalam/bawah awan ini pada saat
setelah lepas landas, sebelum mendarat, maupun pada saat terbang akan
mengakibatkan ketidak stabilan posisi pesawat yang dapat berakibat fatal.
Tabel 3.1 jenis-jenis awan
Kelas Jenis Singkatan
Kemungkinan
tinggi dasar awan
dan puncak awan
Tinggi Cirrus Ci 20,000 to 40,000
Cirrostratus Cs 20,000 to 40,000
Cirrocumulus Cc 20,000 to 40,000
Rendah Nimbostratus Ns 1-2,000 to 2-7,000
Stratus St 500 to 2-4,000
Stratocumulus Sc 1-2,000 to 2-4,000
Ditandai vertikal
Cumulus Cu 1-3,000 to 7,000
Perkembangan
Ditandai Cumulus
Menjulang
vertikal
Towering
Cumulus
TCu 1,000 to 10,000
Perkembangan
Ditandai vertikal Cumulonimbus Cb 500 to 20-40,000
32
Perkembangan
(sumber; Data.bmkg.go.id)
3.1.6 Suhu Udara
Suhu udara yang dimaksud juga suhu udara pada waktu pengamatan di
bandara tersebut. Suhu ini terutama diperlukan untuk keperluan start engine yaitu
pada saat akan take off.
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya
pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung,
suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa
tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C.
Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate.
Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah
adalah:
1. Lama penyinaran matahari.
2. Sudut datang sinar matahari.
3. Relief permukaan bumi.
4. Banyak sedikitnya awan.
5. Perbedaan letak lintang.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Tx = To – 0,6 x
33
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
3.1.7 Tekanan Udara
Tekanan udara yang dipakai untuk keperluan penerbangan ada dua macam
yaitu tekanan udara di bandara tersebut dan tekanan udara diatas permukaan laut.
Perlu diketahui bahwa tekanan udara yang dibaca pada alat pencatat tekanan udara
yaitu barometer, masih harus dikoreksi dengan rumus tertentu, sehingga baru bisa
menghasilkan data “matang” yang bisa dipakai untuk keperluan penerbangan.
Pembacaan ini harus sangat teliti, karena selisih pembacaan 1 (satu) milibar saja
akan menimbulkan selisih ketinggian sebesar 10 (sepuluh) meter.
Jadi jika terdapat kesalahan 1 (satu) milibar saja yang diset pada pesawat,
akan bisa menimbulkan kecelakaan. Jika pembacaan tekanan lebih tinggi satu
milibar dari tekanan yang sebenarnya, dan kesalahan pembacaan tersebut diset
pada pesawat, maka pesawat yang seharusnya belum menyentuh landasan, karena
kesalahan pembacaan tekanan tersebut, menjadi sudah menyentuh landasan,
akibatnya pesawat akan terbanting. Demikian juga sebaliknya, Jika pembacaan
selisih ( kurang ) satu milibar, dan tekanan yang salah terse but di set ke pesawat,
maka pesawat yang seharusnya sudah mencapai landasan, ternyata belum sampai.
3.1.8 QFE
Digunakan Ketika sebuah altimeter diatur untuk membaca nol pada
lapangan udara khusus dan ketika udara itu akan menunjukkan ketinggian
instrumen/pesawat dalam hubungannya dengan lapangan terbang.
34
Pengaturan ini dikenal sebagai qfe dan di NZ kadang-kadang digunakan
untuk rangkaian terbang saja.
Gambar 3.1 QFE
Gambar diatas qfe adalah tempat altimeter diatur untuk membaca tekanan tingkat
lapangan udara. Ketika mengatur altimeter akan membaca nol pada lapangan
terbang.
2.6.9 QNH
Ketika altimeter diatur untuk membaca ketinggian lapangan udara di atas
MSL (mean sea level) ketika udara itu akan menunjukkan ketinggian pesawat di
atas MSL Pengaturan ini digunakan setiap saat di NZ kecuali sesekali selama
latihan sirkuit.
Gambar berikut ini adalah QNH. QNH adalah tempat altimeter diatur ke
tingkat lapangan tekanan dikonversi ke tekanan MSL menggunakan suasana
ICAN.
35
Gambar 3.2 QNH
Altimeter ketika diatur di lapangan akan membaca ketinggian lapangan
udara di atas MSL. Nilai QNH selalu tersedia dari Air Traffic Control (ATC)
seperti yang diperlukan dan pengaturan tekanan selalu diberikan kecuali diminta
oleh pilot. Data QNH daratan biasanya diberikan oleh ATC setiap kali kontak
radio dan diketahui oleh pilot dengan membaca kembali.
Seperti naik pesawat terbang tekanan berkurang dan altimeter
menunjukkan peningkatan tinggi badan. Karena itu, ketika terbang dari daerah
tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah altimeter akan membaca tinggi dan
sebaliknya.
3.2 Dampak Cuaca Buruk dalam Penerbangan
Cuaca buruk dapat menyebabkan menyebabkan dampak buruk dalam
penerbangan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan dampak buruk dalam
penerbangan akibat cuaca yaitu turbulensi, icing, dan kilat.
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak dapat dilihat. Hal
ini dapat terjadi apabila langit cerah dan secara tiba-tiba tanpa diprediksi
sebelumnya . Penyebab terjadinya turbulensi adalah suhu, jet stream, pegunuangn
dan wake turbulence.
36
Terbulensi akibat suhu terjadi akibat adanya pemanasan dari matahari
menyebabkan masa udara panas naik dan sebaliknya masa udara dingin turun,
turbulensi jenis ini sering disebut dengan ”turbulensi thermis”. Jet stream adalah
pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level ketinggian yang tinggi, dan
mempengaruhi udara disekitarnya.
Sedang turbulensi akibat pegunungan terjadi karena massa udara yang
melewati pegunungan dan mengakibatkan turbulensi pada saat pesawat terbang
diatasnya pada sisi yang lain.
Wake turbulence atau yang sering disebut dengan “turbulensi
mekanis”adalah turbulensi yang terjadi dekat dengan permukaan yang dilewati
pesawat atau helicopter.
Selain turblulensi updraft dan downdraft pada awan Cb adalah “momok”
lain dalam penerbangan. An updraft atau downdraft adalah pergerakan vertikal
dari massa udara sebagai bagian dari fenomena cuaca. Hal ini dikarenakan
perbedaan massa udara panas dengan massa udara dingin sehingga
mengakibatkan massa udara yang lebih panas dari sekitarnya naik hingga suhunya
sama dengan suhu sekitar, sedang massa udara yang suhunya lebih dingin turun.
Keadaan ini mengakibatkan pesawat yang sedang berada di dalam dan di
bawah badan awan Cb menjadi tidak stabil posisinya dan
jika updraft dan downdraft yang terjadi sangat kuat, akan mengakibatkan pesawat
mengalami kejadian yang sering disebut dengan “turbulence”.
Apabila kekuatan downdraft dari awan Cb sangat besar, maka kejadian ini
disebut ”downburst”, dimana dapat menghasilkan angin vertikal turun yang sangat
kencang dengan kecepatannya mencapai 240 km/jam.
37
Dengan kecepatan vertikal yang lebih besar lagi hingga mencapai lebih
dari 75 m/dtk atau 270 km/jam dan dirasakan dalam wilayah yang lebih besar dari
4 km. Maka dowdrafft ini disebut dengan “microbust” Downdrfat dan Microbust
harus dihindari oleh pilot karena dapat menyebabkan kecelakaan pesawat pada
saat lepas landas maupun pendaratan.
3.3 Mekaninsme Pengambilan Data
3.3.1 Peralatan di BMKG Blang Bintang
Sumber data didapat langsung dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Blang Bintang, melalui penjelasan oleh staf BMKG setempat
maupun tanya jawab antar mahasiswa dan staf BMKG. Anggota BMKG
menjelaskan cara kerja alat-alat yang ada dan mempraktekkannya langsung di
depan mahasiswa.
Pengamatan dilaksanakan mulai pada jam 06.30 atau pukul 00.00 GMT,
yaitu dengan pelepasan balon udara seberat 500 gr yang terlebih dahulu diisi
dengan gas Hidrogen, kemudian balon tersebut diikatkan pada Transmiter, yaitu
alat pendeteksi suhu udara.
pada transmiter juga diltekkan sebuah alat bernama weather tronic yang
berguna untuk mengukur pengamatan udara atas dan pengukur cuaca.
Balon udara bisa bertahan mencapai ketinggian 33 km jika cuaca sekitar
cerah dan hanya mencapai 15 km jika cuaca sekitar buruk. Kemudian transmiter
menyampaikan data yang di dapatnya melalui satelit ke tempat penerimaan data
yaitu BMKG.
38
Selain transmiter dan weather tronic alat lainnya yang ada di BMKG adalah:
1. Optik Theodolit
Manfaat : Untuk mengukur arah dan kecepatan angin pada lapisan tertentu
setiap kelipatan 1000 fit serta
Komponen : Balon udara, sensor, lampion berisi lilin, dan optikat teodolit.
Cara kerja : Balon Besar dilepaskan ke udara serta dilengkapi dengan
lampion dan lilin kemudian dilihat melalui alat sensor kemana arah balon
dan akan dicatat oleh alat yang tersedia.
Keterangan : biasanya balon ini akan dilepaskan pada jam 07.00, 12.00
dan 18.00.
Teodolit ialah alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin pada lapisan
permukaan atas. Theodolite adalah instrument atau alat yang dirancang untuk
pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal
dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut
tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua
buah titik lapangan.
4. Alat pengukur arah dan kecepatan angin nemometer Wind Vane
Fungsi alat : Pencatat Arah dan Kecepatan
Angin Sesaat
Satuan : Arah Angin ( 8 mata angin )
Kecepatan Angin : Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam )
Keterangan : Yang dimaksud arah angin yaitu Arah
dari mana angin berhembus.
39
Pengamatan arah dan kecepatan Angin menggunakan alat yang dinamakan
Anemometer. Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling yang as nya
dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik.
Apa bila angin bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo
dan akan diperoleh arus listrik. Arus listrik ini kemudian diconvert ke satuan
kecepatan, knot atau m/detik.Alat penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku
(lempengan) yang as nya dihubungkan dengan tahanan listrik geser (tahanan
geser). Besarnya tahanan akan berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera
arah penunjuk angin.
Arus listrik yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah
melalui tahanan tersebut otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan di
convert ke derajat arah angin/mata angin.
Selain itu juga digunakan theodolit sebagai pengukur arah dan kecepatan
angin. Pengamatan dengan menggunakan theodolit dilakukan sejak pukul 08.00
hingga pukul 20.00 dan khusus pada malam hari digunakan lampion, dan siang
harinya menggunakan balon sebagai obyek untuk diamati arah dan kecepatan
angin. Alat ini berfungsi setiap hari kecuali pada saat hujan.
5. Sangkar Meteorologi
Fungsi alat : Tempat meletakan peralatan Meteorologi
Satuan : -
Keterangan : Berventilasi, Double Jaruci guna untuk mengalirkan udara
masuk-keluar. Dicat putih agar memantulkan cahaya (merupakan
konversi dari WMO)
40
6. Sangkar Meteorologi (thermometer bola basah dan bola kering serta
thermometer minimum dan maximum ) dan
Fungsi alat : Pengukur Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Satuan : Suhu Derajat Celcius Kelembaban dalam Persen ( %).
Thermometer BK menunjukan suhu udara
Thermometer BB digunakan mencara kelembaban udara dengan bantuan
Table.
Thermometer BB, bola air raksa harus selalu basah dengan menggunakan
Kain muslin yang selalu basah oleh air Murni.
7. Termometer Bola Basah dan Bola Kering
Manfaat : Mengukur suhu udara, Kelembaban udara, dan titik embun.
Komponen : Air raksa, alkohol, kain, benang, dan mangkuk air.
Cara kerja : Kedudukan termometer bola basah dan bola kering di dalam
sangkar meteorologi. Thermometer bola kering bekerja seperti
thermometer biasa menggunakan alkohol, sedangkan thermometer bola
basah menggunakan benang yang dicelupkan kedalam air sehingga
thermometer akan terlihat basah terus-menerus dan menggunakan raksa.
8. Thermometer Maksimum dan Thermometer Minimum
Manfaat : Mengukur suhu udara.
Komponen : Air raksa dan alkohol.
Cara kerja : Termometer maksimum menggunakan air raksa yang
diletakkan agak miring, pada suhu panas air raksa akan memuai sehingga
air raksa naik. Jika suhu turun air raksa tetap pada keadaan suhu panas
41
untuk mengembalikannya harus dikibas-kibaskan dengan kuat. Sedangkan
thermometer minimum berisi alkohol diletakan mendatar, jika suhu dingin
permukaan alkohol akan ke kiri, sedangkan jika suhu naik alkohol akan
mengembang dan bergerak ke kanan.
Barograph adalah istilah lain untuk barometer yang dapat merekam sendiri
hasil pengukurannya. Barograph umumnya menggunakan prinsip Barometer
Aneroid, dengan menghubungkan beberapa kapsul/ cell aneroid dengan sebuah
pena untuk membuat track pada kerta pias yang diletakkan pada tabung yang
berputar 24 jam per rotasi.
Pada pias terdapat garis-garis tegak menunjukkan waktudan garis
mendatar menunjukkan tekanan udara.Tingkat keakuratan dari barograph , salah
satunya ditentukan oleh jumlah kapsul/ cell aneroid yang digunakan. Semakin
banyak kapsul aneroid yang digunakan maka semakin pekabarograph tersebut
terhadap perubahan. tekanan udara.
9. Barometer
Manfaat : Untuk mengukur kecepatan angin.
Komponen : Pena pencatat dan kertas pias.
Cara kerja : Angin yang bertiup mengenai pena pencatat, maka pena
pencatat akan mencatat pada kertas pias.
Fungsi : Alat untuk mengukur tekanan udara.
Satuan : Milibar (mb).
Tabung berisi air raksa, dilengkapi thermometer untuk mengetahui suhu
udara dalam ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar Matahari dan angin
42
langsung dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi bejana 1 meter dari
lantai.
10. Awos (Automatic Weather Observing System).
AWOS berfungsi untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis. Data
selalu tersimpan dalam loger data dan diamati setiap 2 menit. Pada AWOS
terpasang sensor-sensor untuk mengamatu parameter cuaca yang meliputi arah
dan kecepatan angin, tekanan udara, suhu udara, curah hujan, penglihatan
mendatar, tinggi dasar awan. AWOS dipasang di ujung-ujung landasan, data yang
dihasilkan lebih spesifik untuk penerbangan.
3.3.2 Mekanisme Pengambilan Data
Tahapan dalam pengolahan data dan informasi cuaca :
1. Surfase Wind Direction Speed And Significant Variation (Angin)
Dalam pengamatan synoptic, angin yang diamati meliputi arah (dd) dan
kecepatan (ff). Adapun alat yang dipergunakan adalah anemometer.
Ada 3 hal yang diamati yaitu:
1. Arah angin
2. Kecepatan
3. Kekuatan angin
Pengamatan arah, kecepatan dan kekuatan Angin menggunakan alat yang
dinamakan Anemometer.
Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling yang as nya
dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apa bila angin bertiup baling-
baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh arus listrik. Arus
43
listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot atau m/detik. Hasil dari
anemometer dapat dilihat menggunakan alat transletor.
2. Horizontal Visibility
Visibility atau jarak pandang mendatar atau horizontal, maksudnya jarak
pandang terjauh yang bisa dilihat oleh pengamat dari kantor BMKG tanpa ada
halangan apapun. Visibility ini diperlukan terutama untuk keperluan landing.
Untuk saat ini pada BMKG Bandar Udara Blang Bintang untuk
pengamatan Visibily menggunakan 2 cara yaitu visual dan alat. Untuk visual
pengamatan dengan melihat jarak pandang mendatar kearah timur atau gunung
pada kantot Meteorologi Bandar Udara Blang Bintang tersebut yang diperkirakan
jarak sekitar 10 km. Jika pada saat pengamatan gunung dapat terlihat jelas tanpa
kabut maka hasil 10 km dan jika terlihat kabur maka di bawah 10 km seperti 8,5,
8, 7 dan selanjutnya.
Sedangkan menggunakan alat hanya perbandingan dengan hasil pengamatan
lapangan agar hasil yang diproleh lebih akurat.
3. Present Weather
Present weather yaitu pengamatan pada keadaan cuaca. Maksudnya,
apakah pada saat pengamatan sedang terjadi hujan atau guntur, atau haze yang
menyebabkan cuaca buruk dan jarak pandang berkurang, atau pada sa at
pengamatan cuaca cerah, sehingga pesawat bisa take off maupun landing.
Adapun 4 pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan jenis Hujan,
udara kabur/haze, kabut/fog, kabut asap/smog dan halimun atau mist. Pengamatan
bisa dilakukan sekaligus dengan pengamtan jarak pandang mendatar atau
visibility pada jam yang sama.
44
4. Amount and Height Oof Base Of Low Cloud
Pengamatan awan dapat dilakukan dengan visual yaitu melihat ketinggian
awan dan sudu sudut kemiringan dari pengamatan. Untuk tinggi awan dapat
dilihat dari jenis awan pada saat itu dan maximum 800 fit.
Sedangkan untuk jumlah awan dapat dilihat dengan pengamatan ke arah
langit dan membagi menjadi 8 bagian, dan melihat jenis-jenis awan apa saja yang
terlihat pada saat itu dan terletak di nomer berapa dan dihitung jumlah awan,
sperti gambar dibwah ini :
Gambar 3.3 pembagian awan
sehingga dapat dilihat dari tabel dibawah ini, jenis awan apa yang ada
pada saat pengamatan.
Tabel 3.2 jenis awan pada saat pengamatan
Few 1/8 – 2/8 Oktaf
Sct 3/8 – 4/8 Oktaf
Bkn 5/8 – 7/8 Oktaf
Ovc 8/8
5. Air Temperature and Dew Point Temperature
45
Temperature atau titik embun dapat diamati dengan menggunakan
beberapa alat untuk masing-masing hasil seperti :
a. Tekanan udara dan suhu dapat dilihat menggunakan Barometer.
Contoh dari hasil pengamatan di dapat data 30oC/1019,4 (suhu /tekanan)
b. Untuk temperatur (titik embun) dapat dilihat menggunakan alat termoter bola
kering dan bola basah. Bola kering dilihat pada jam 07:00 pagi dan 19:00
sore.
Contoh : bola kering 31OC, dan bola basah 25,2OC
8. QNH dan QNF
Untuk data QNF dan QNH didapat dari data tekanan udara yang telah
diimput ke komputer menggunakan aplikasi microsoft excel yang telah diatur
menggunakan rumus. Ketika data di imput maka hasil untuk QNH dan QNF di
dapat.
Contoh : tekanan udara didapat data 30oC/1019,4 (suhu /tekanan)
Maka hasil yang didapat untuk QNF 1,013, dan QNH 1,011.
3.3.3 Menkanisme Pengolahan Data
Data yang didapat dari lapangan dengan cara pengamatan akan di imput
setiap jamnya ke laporan harian pada microssoft excel yang telah menggunakan
rumus. Sehingga untuk beberapa data yang di perlukan akan muncul hasil,
sebelum data dikirim.
3.4 Pengiriman Data
Penyebara data atau pengiriman utama yaitu synop dikirim ke BMKG
pusat melalui komunikasi jaringan CMSS (Computerized Message Switching
46
System) dalam bentuk sandi pada jam-jam 00.00, 03.00, 06.00, & 09.00 GMT.
Data yang dikirim dapat digunakan bukan hanya pada Banda Sultan Iskandar
Muda, tetapi bisa digunakan untuk nasional dan internasional.
47
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada BMKG Bandar
Udara Blang Bintang Banda Aceh, maka pada bab ini penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa BMKG memiliki peran yang sangat penting dalam proses
penerbangan pesawat, karena keselamatan penerbangan udara sangat dipengaruhi
oleh kondisi cuaca. Dalam hal ini BMKG lah yang memberikan informasi-
informasi mengenai keadaan cuaca tersebut.
Perkembangan cuaca di bandara dan sekitarnya sangat diperlukan untuk ”
take off dan landing” pesawat udara, sehingga baik pengamat cuaca maupun
petugas menara pengawas harus selalu berhubungan. Adapun unsur cuaca yang
sangat berpengaruh terhadap take off adalah suhu udara, arah dan kecepatan
angin, dan tekanan udara. Sedangkan untuk landing yang sangat diperlukan adalah
tinggi awan, penglihatan mendatar, tekanan udara dan kondisi cuaca terkini.
4.2 SARAN
Setelah penulis melakukan pengamatan di BMKG Banda Udara Balang
Bintang Banda Aceh, kini penulis telah mengetahui manfaat dan kegunaan
BMKG Penerbangan Banda Aceh dengan lebih mendalam.
Setelah mengetahui bahwa BMKG mempunyai manfaat yang amat penting
bagi masyarakat maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
38
48
a. Hendaknya BMKG Bandar Udara Blang Bintang dapat lebih
mengembangkan diri dalam membagi informasi kepada masyarakat melalui
media seperti web dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat
di liat setiap saat untuk setiap lapisan masyarakat.
b. Sebagai pusat pengamatan cuaca yang sangat diperlukan dalam proses
penerbangan pesawat terbang, hendaknya BMKG Blang Bintang memiliki
program software untuk mempermuda dalam mengolah data yang lebih
akurat guna mengurangi terjadinya kecelakaan dalam transportasi udara.
49
DAFTAR PUSTAKA
Cyber Extension 2010. Mengenal Jenis-Jenis Awan.
http://cybex.deptan.go.id/mengenal-jenis-jenis-awan
Data BMKG. Kondisi Umum BMKG.
http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/renstra-bmkg-bab1_4-2010.pdf
Tjasyono HK, Bayong 2004. KLIMATOLOGO. Bandung: Penerbit Institut
Teknologi Bandung
Wikipedia 2013. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Meteorologi,_Klimatologi,_dan_Geo
fisika
Zakir, Achmad 2007. Cuaca dan Penerbangan. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-
DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Cuaca.Penerbangan/semua.html
50
LAMPIRAN 2
METEOROLOGICAL STATION SULTAN ISKANDAR MUDA
INTERNATIONAL AIRPORT BLANG BINTANG BANDA ACEH-INDONESIA
METEOROLOGICAL REPORT FOR TAKE OFF AND LANDING
METEOROLOGICAL OBSAT :
DATE : TIME : :11 jan/ 00;00
AERODROME INDIFICATION :WITT
SURFASE WIND DIRECTION SPEED AND
SIGNIFICANT VARIATION
:140/03 kt
HORIZONTAL VISIBILITY : 3 km
RUNWAI VISUAL RANGE : -
PRESENT WEATHER : mist
AMOUNT AND HEIGHT OFF BASE OF LOW
CLOUD
: few/1800
AIR TEMPERATURE AND DEW POINT
TEMPERATURE
: 21/20
QNH : 1009
QNF : 1006
SUPLEMENTARY INFORMATION : nil
TREND FORECAST :
TIME OF ISSUE :
ON REQUEST :
51
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN 1B
STASIUN METEOROLOGI KELAS 1 KEPUTUSAN KEPALA
BADAN METEOROLOGI
NOMOR : KEP.005
TAHUN 2004 TANGGAL 5
OKTOBER 2004
KEPALA
SUBBAGIAN TATA
USAHA
SEKSI OBSERVASI SEKSI DATA DAN
INFORMAS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
60
BIODATA PESERTA PENULIS DAN IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Lengkap Ita Darliani
2. NIM 1123003
3. Prodi Manajemen Informatika
4. Tempat /Tgl Lahir 23 November 1991
5. IPK 3,19
6. Status Mahasiswa
7. Tahun Masuk 2011
8. Alamat Sekarang kajhu
9. No. Tlp/HP 0821-6168 8687
10. Berat Badan 52
11. Tinggi Badan 163
12. Ketrampilan Khusus
13. Hobby
14 Jenis Pekerjaan yang di inginkan
15 Lokasi Pekerjaan yang di inginkan
IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah Alm. Daniel
2. Nama Ibu Suryani
3. Alamat Rumah Singkil
4. No. Tlp/Hp 0812-6338 2484
5. Usaha Sampingan Ortu wiraswasta
6. Pekerjaan Ayah -
7. No. Tlp/Hp -
8. Alamat singkil
9. Pekerjaan Ibu -
10. No. Tlp/Hp -
11. Alamat singkil
Banda Aceh 02 April 2014
(Ita Darliani) Nim:1123003