laporan suspensi rekonstitusi cefradin
DESCRIPTION
laporan teknik, sekolahTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
“Sediaan Suspensi Rekonstitusi Cefradin”
Kelompok 7
Disusun oleh:
Almira Wedyagustiffany
P17335114045
Dibimbing oleh :
Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt.
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
JURUSAN FARMASI
SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI
CEFRADIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu membuat dan mengevaluasi sediaan suspensi rekonstitusi cefradin
II. LATAR BELAKANG
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat
berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak
ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat yang disesuaikan dengan karakteristik
dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan
meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek
farmakologis zat aktif obat ( Oputu, A, dkk., 2013).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai sebelum digunakan (Depkes, 1995).
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat sediaan suspensi
rekonstitusi dengan membuat formula yang sesuai antara zat aktif dan zat tambahan
serta dapat mengevaluasi sediaan tersebut. Sediaan yang dibuat adalah suspensi
rekonstitusi karena zat aktif (Cefradin) tidak larut dalam air dan sulit larut dalam
etanol. Sediaan suspensi rekonstitusi lebih mudah ditelan dan diabsorpsi daripada
bentuk tablet sehingga mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan.
Cefradin merupakan golongan antibiotik sefalosporin generasi pertama yang
memiliki efek farmakologi untuk infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan
dan kulit, (Hoan, Tan dan Kirana Rahardja, 2007). Sediaan suspensi rekonstitusi ini
ditujukan pada anak umur 3 – 12 tahun untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan.
Cara kerja cefradin yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel pada Streptococcus
pneumoniae, yang dihambat merupakan reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam
rangkaian pembentukan dinding sel, (Riftania, Falahi M., 2009).
III. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan aktif
Zat aktif Cefradin
Struktur
(British Pharmacopoeia Volume I & II, hlm 1)
Rumus
molekul
C16H19N3O4S BM = 349.4
(British Pharmacopoeia Volume I & II, hlm 1)
Titik lebur Tidak ditemukan (British Pharmacopoeia Volume I & II, TPC, USP)
Pemerian Serbuk putih atau sedikit kuning, serbuk higroskopik.
(British Pharmacopoeia Volume I & II, hlm 1)
Kelarutan Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut di etanol 96%.
(British Pharmacopoeia Volume I & II, hlm 2)
Stabilita Panas : Stabilitas kimia dari suspensirekonstitusi (disimpan di
temperature antara -200-800 . Stabil pada tempat dingin,
temperature 20C-80C. Degradasi terjadi signifikan pada
temperature 400, 600 dan 800 setelah 3 hari, 4 jam dan 1 jam,
kurang dari 10% degradasi terjadi pada -200, 40 dan 250 .
(The Pharmaceutical Codex, hlm 782)
Cahaya : Terlindung dari cahaya. (British Pharmacopoeia, hlm 5)
Air : Larutan dapat cepat terdegradasi dalam kondisi netral atau
basa, pada kondisi asam dapat stabil dalam beberapa hari dalam
kulkas. (The Pharmaceutical Codex, hlm 782)
pH : 3.0 – 5.0 (The Pharmaceutical Codex, hlm 782)
Inkompabilita
s
Agen pengoksidasi
(USP Convention, Safety data sheet)
Keterangan
lain
Antibakteri sefalosporin.
(British Pharmacopoeia Vol. I & II, hlm 1)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
(British Pharmacopoeia, hlm 5)
Kadar
penggunaan
Tidak ditemukan (USP, Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons,
British Pharmacopoeia dan TPC)
2. Zat tambahan
a. Sukrosa
Zat Sukrosa
Sinonim Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-D-fructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum; sugar. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, hlm 703)
Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703)
Rumus molekul C12H22O11
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703)
Titik lebur 160–1860C (dengan dekomposisi)
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)
Pemerian Sukrosa adalah gula yang didapat dari tebu, sugarbeet dll. Tidak
mengandung bahan tambahan lain. Kristal tidak berwarna,
berbentuk bongkahan, atau serbuk kristal putih. Tidak berbau dan
berasa manis.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)
Kelarutan Dengan kloroform praktis tidak larut, dengan etanol 1:400, etanol
95% 1:170, propan-2-ol 1:0.5, air 1:0.5 dan 1:0.2 di suhu 1000C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)
Stabilita Stabil pada suhu kamar, berubah menjadi karamel ketika
dipanaskan di atas suhu 1600C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)
Inkompabilitas Serbuk sukrosa mungkin terkontaminasi oleh yang dapat
menimbulkan inkompabilitas dengan bahan aktif, sukrosa juga
mungkin terkontaminasi oleh sulfit dari proses penyulingan
sukrosa mungkin menyerang/memecahkan tutup alumunium.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 706)
Keterangan lain Kegunaan sukrosa sebagai pengikat untuk granulasi basah, bahan
penyalut untuk tablet, bahan perasa untuk meningkatkan rasa
atau untuk meningkatkan kekentalan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703-704)
b. Na CMC
Zat Na CMC
Sinonim Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC sodium; E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-Mucine.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Rumus molekul USP mendeskripsikan sodium karboksimetilselulosa merupakan
garam sodium yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter
selulosa.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Titik lebur 2270C - 2520C. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Pemerian Putih, hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk granul.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter dan toluene.
Mudah terdispersi dalam air pada semua suhu.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Stabilitas Stabil walaupun bersifat higroskopik. Pada kelembaban yang
tinggi CMC Na dapat menyerap > 50% air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)
Inkompabilitas Larutan asam kuat, dan garam iron yang terlarut dan beberapa
logam seperti alumunium, merkuri dan zinc. Tidak sesuai dengan
xanthagum. Pengendapan mungkin terjadi pada pH< 2 dan bila
dicampur dengan etanol 95%. Tidak sesuai dengan gelatin dan
pectin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 120)
Keterangan lain Coating agent; stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet binder; peningkat viskositas; agen penyerap air(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 120)
c. Aerosil
Zat Aerosil (Colloidal Silicon Dioxide)
Sinonim Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica; fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silicacolloidalis anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxidecolloidal; silicon dioxide fumed; synthetic amorphous silica;Wacker HDK.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 185)
Struktur
O = Si = O
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Rumus molekul SiO2 BM= 60.08
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 185)
Titik lebur 16000C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 186)
Pemerian Serbuk amorf, tidak berasa, tidak berbau.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 186)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air dan asam kecuali
asam fluorida, larut dalam larutan alkali hidroksida panas.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 186)
Stabilitas Aerosil merupakan serbuk higroskopik tetapi menyerap sejumlah
air tanpa mencairkan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 187)
Inkompatibilitas Inkompatibilas dengan dietilstilbestrol.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 187)
Keterangan lain Kegunaan sebagai adsorben, anticaking, penstabil emulsi,
suspending agent, penghancur tablet.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 187)
d. Natrium benzoat
Zat Natrium Benzoat
Sinonim Benzoic acid sodium salt; Benzoate of soda; E211; Natrii benzoas; Natrium benzoicum; Sobenate; Sodii benzoas; Sodium benzoate.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Rumus molekul C7H5NaO2 BM 144.11
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Titik lebur Tidak ditemukan (HOPE 6th ed, FI IV, Farmakope Jepang)
Pemerian Serbuk putih atau kristal; sedikit higroskopik, tidak berbau atau
hampir tidak berbau dan memiliki rasa kurang manis dan asin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Kelarutan Dalam etanol 95% 1:75 dalam etanol 90% 1:50, dalam air 1:1.8 dan
1: 1.4 pada suhu 100oC.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 628)
Stabilita Larutan cair akan steril oleh autoclaving atau filtrasi. Bagian terbesar harus disimpan di wadah tertutup baik suhu sejuk dan tempat kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Inkompabilitas Inkompatibilitas dengan 4 bagian; gelatin; garam kalsium, garam
ferri, dan garam berkadar besi tinggi termasuk perak, timah hitam
dan merkuri. Pengawetan dapat mengurangi interaksi dengan
kaolin atau surfaktan aniorik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 628)
Keterangan lain Natrium benzoat digunakan untuk anti pertumbuhan mikroba dalam
kosmetik, makanan atau obat. Digunakan dalam konsentrasi 0.02-
0.5% dalam pemerian oral.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627-628)
ADI = 5mg/kg
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 629)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
Kadar penggunaan
Obat oral 0.02 - 0.5%
Parenteral 0.5%
Kosmetik 0.1 - 0.5%
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 627)
e. Amilum Maydis
Zat Amilum Maydis
Sinonim Amido; amidon; amilo; amylum; C*PharmGel; Eurylon; fecule;Hylon; maydis amylum; Melojel; Meritena; oryzae amylum; Pearl;Perfectamyl; pisi amylum; Pure-Dent; Purity 21; Purity 826; solani amylum; tritici amylum; Uni-Pure.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 685)
Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 685)
Rumus molekul (C6H10O5)n
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 686)
Titik lebur Tidak ditemukan (HOPE, Farmakope Indonesia IV)
Pemerian Serbuk sangat halus, berwarna putih
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 687)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan atanol 96 %.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 688)
Stabilitas Stabil jika terlindung dari kelembaban tinggi. Menjadi bahan
kimia dan mikrobiologi pada kondisi di bawah normal.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 689)
Inkompatibilitas Agen pengoksidasi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 689)
Keterangan lain Tablet and capsule diluent; tablet and capsule disintegrant; tablet binder; thickening agent. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 685)
Penyimpanan Disimpan pada keadaan tertutup di tempat sejuk, kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 689)
f. PVP
Zat Polyvinylpyrolidone (PVP)
Sinonim E1201; Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1 pyrrolidinyl)ethylene]; polyvidone; polyvinyl pyrrolidone; povidonum; Povipharm; PVP; 1- vinyl-2-pyrrolidinone polymer.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Rumus molekul (C6H9NO)n
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Titik lebur 1500C (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 582)
Pemerian Serbuk putih sampai krem keputihan, tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Serbuk higroskopik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95%, keton,
methanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak mineral. Dalam air, konsentrasi dari larutan hanya
dibatasi oleh viskositas larutan yang dihasilkan, yang merupakan
fungsi dari nilai.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Stabilita PVP stabil dalam pemanasan siklus pendek antara 1100-1300C sterilisasi uap dari air tidak mengubah sifat-sifatnya. Larutan berair yang rentan terhadap pertumbuhan jamur dan akibatnya membutuhkan penambahan pengawet yang cocok. Povidon dapat disimpan dalam kondisi biasa tanpa mengalami dekomposisi atau degradasi.(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Inkompabilitas Akan membentuk molecular dalam larutan dengan sulfatiazole,
natrium salisilat, asam salisilat, penobarbital dan tannin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Keterangan lain Digunakan sebagai disintegrant, suspending agent, tablet binder
dan dissolution enhancer.
ADI = 25 mg/kg
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 581)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk, kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 583)
Kadar penggunaan Carrier for drugs 10–25%Dispersing agent sampai dengan 5%Eye drops 2–10%Suspending agent sampai dengan 5%Tablet binder, tablet diluents, atau coating agent 0.5–5 %
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 582)
g. Aquadest
Zat Air suling (Aqua destillata)
Sinonim Aqua; Aqua purificata; Hydrogen oxide.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Struktur
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Rumus molekul H2O
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Titik lebur 00C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan cairan tidak berasa.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Kelarutan Larut dalam pelarut polar.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Stabilitas Secara kimia stabil pada berbagai wujud (es, cairan dan uap).
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien yang rentan
terhadap hidrolisis. Air dapat bereaksi dengan logam alkali,
kalium oksida, magnesium oksida, garam anhidrat membentuk
hidrat, bereaksi dengan beberapa bahan organik dan kalium
karbida.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 768)
Keterangan lain Kegunaan aqua destilata sebagai pelarut untuk pembuatan obat
dan sediaan farmasi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)
IV. DOSIS
Perhitungan dosis :
Untuk anak sehari 25 mg/kg BB – 50 mg/kg BB (Martindale, hlm 232)
Sehari 2 – 4 kali
1 kali = 25 mg /kg
2 BB = 12.5 mg/kg BB
Anak umur 3 tahun :
1 kali = 15 kg x 12.5 mg/kg BB = 187.5 mg
/ 2.5 ml
1 hari = 15 kg x 25 mg/kg = 375 mg
/ 5 ml
- Kadar sediaan = 0.1875 g
2.5 ml x 100 % = 7.5%
= 7.5 g
100 ml x 60 ml = 4.5 g
Anak umur 7 tahun
1 kali = 23 kg x 12.5 mg/kg = 287.5 mg
0.2875 g4.5 g
x 60 ml = 3.8 ml = 4 ml
Jadi, 1 kali = 287.5 mg
/ 4 ml
1 hari = 23 kg x 25 mg/kg = 575 mg
/ 8 ml
Anak umur 12 tahun
1 kali = 36 kg x 12.5 mg/kg = 450 mg
0.45 g4.5 g
x 60 ml = 6 ml
Jadi, 1 kali = 450 mg
/ 6 ml
1 hari = 36 kg x 25 mg/kg = 900 mg
/ 12 ml
Dosis anak :
Umur 3 – 7 tahun = sehari 2–4 x 2.5 ml – 4 ml
Umur 7 – 12 tahun = sehari 2-4 x 4 ml - 12 ml
V. TINJAUAN SEDIAAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah
sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih
spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan. (Depkes, 1995).
Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan intratekal. Suspensi
yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur
seperti yang tertera pada Emulsa dengan beberapa pertimbangan penggunaan
pengawet antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai sifatnya, partikel yang
terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan.
Pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan sehingga
sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan
bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang
sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, (Depkes. 1995).
VI. SPESIFIKASI SEDIAAN
1. Bentuk sediaan : Suspensi rekonstitusi
2. Warna sediaan : Warna merah
3. Rasa sediaan : Manis
4. Bau : Bau khas
5. pH sediaan : 4.0 – 5.0
6. Kadar sediaan : 7.5 %
7. Volume sediaan :25.913 g
botol
8. Viskositas sediaan: 200 – 500 cp
VII. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1 Cefradin 7.5 %
bv
Zat aktif
2 CMC Na0.5 %
bv
Suspending agent
3 Sirupus simplex20 %
bv
Pemanis
4 Natrium benzoat0.1 %
bv
Pengawet
5 PVP 1 %
bv
dari massa granul
Bahan pengikat
6 Aerosil 0.2 % bv
Anticaking
7 Amilum5 %
bv
Disintegrant
8 Pewarna merah qs Pewarna
VIII. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 7 botol (@ 60ml) = 420 ml
IX. PERHITUNGAN BAHAN
Penimbangan atau pembuatan di tambah 10%, maka sediaan dikali 1.1
Jumlah sediaan yang dibuat = 7 botol x 60 ml = 420 ml
= 420 ml x 1.1 = 462 ml = 500 ml
Zat yang dibuat granul (fase dalam)
1. Sukrosa = 20 g
100 ml x 500 ml = 100 g
2. Natrium benzoat = 0.1 g
100 ml x 500 ml = 0.5 g
3. Cefradin = 7.5 g
100 ml x 500 ml = 37.5 g 100 g + 0.5 g + 37.5 g + 0.05 g
+ 25 g = 163.05 g
4. Pewarna = 0.01 g100 ml
x 500 ml = 0.05 g
5. Amilum = 5 g
100 mlx 500 ml = 25 g
6. PVP = 5g
100 g x 163.05 g = 1.6 g
Total massa granulasi = 163.05 g + 1.6 g = 164.65 g
No
.
Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Cefradin 37.5 gram
2. CMC Na 1.8 gram
3. Sirupus simplex 100 gram
4. Natrium benzoat 0.5 gram
5. PVP 1.6 gram
6. Aerosil 0.72 gram
7. Amilum 25 gram
8. Pewarna merah qs
Massa granul setelah dikeringkan = 153.683 g
Kadar air = 1% ( Dispensasi)
Botol suspensi yang diperoleh = 0.99 x153.683 g
164.65 g x 7 botol
= 6.468 botol = 6 botol
Zat yang dibuat fase luar
1. Na. CMC = 0.5 g
100 ml x 60 ml = 0.3 g x 6 botol = 1.8 g
2. Aerosil = 0.2 g
100 ml x 60 ml =
0.12 g/ botol x 6 = 0.72 g
Massa granul yang dimasukkan ke dalam botol
= 153.683 g+1.8 g
6 botol = 25.913 g / botol
X. PERHITUNGAN ADI
1. Natrium benzoat
ADI untuk natrium benzoat = 5 mgkg
BB
Untuk anak umur 3 tahun = 15 kg x 5 mgkg
= 75 mg
0.1 g100 ml
x 5 ml = 0.005 gram = 5 mg
5 mg 75 mg (memenuhi)
Untuk anak umr 7 tahun = 23 kg x 5 mgkg
= 115 mg
0.1 g100 ml
x 8 ml = 0.008 gram = 8 mg
8 mg ¿ 115 mg (memenuhi)
Untuk anak umr 12 tahun = 36kg x 5 mgkg
= 180 mg
0.1 g100 ml
x 12 ml = 0.012 gram = 12 mg
12 mg ¿ 180 mg (memenuhi)
2. PVP
Untuk anak umur 3 tahun = 15 kg x 25 mg
kg = 375 mg
1 g100 ml
x 5 ml = 0.05 gram = 50 mg
50 mg ¿ 375 mg (memenuhi)
Untuk anak umr 7 tahun = 23 kg x 25 mg
kg = 575 mg
1 g100 ml
x 8 ml = 0.08 gram = 80 mg
80 mg ¿ 575 mg (memenuhi)
Untuk anak umr 12 tahun = 36 kg x 25 mg
kg = 900 mg
1 g100 ml
x 12 ml = 0.12 gram = 120 mg
120 mg ¿ 900 mg (memenuhi)
XI. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Kalibrasi botol coklat
- Memasukkan air kran sebanyak 60 ml ke dalam gelas ukur
- Menuangkan air keran ke dalam botol coklat
- Ditandai dengan label pada misniskus bawah air
- Membuang air kran, lalu botol dikeringkan
3. Menghaluskan sukrosa di dalam mortir, gerus ad halus.
4. Mengayak masing-masing bahan yang dibuat di fase dalam yaitu sukrosa,
natrium benzoat, cefradin, pewarna merah, dan amilum dengan ayakan mesh
40.
5. Mengayak masing-masing bahan yang dibuat di fase luar yaitu Na. CMC dan
aerosol dengan ayakan mesh 60.
6. Penimbangan bahan yang sudah diayak dengan menggunakan neraca analitik.
Menimbang cefradin sebanyak 37.5 gram di kertas perkamen besar.
Menimbang sukrosa 100 gram di kertas perkamen besar.
Menimbang natrium benzoat 0.5 gram di kertas perkamen.
Menimbang Na. CMC sebanyak 1.8 gram di kertas perkamen.
Menimbang PVP sebanyak 1.6 gram di kertas perkamen.
Menimbang aerosil sebanyak 0.12 gram/ botol di kertas perkamen.
Menimbang pewarna sebanyak 0.05 gram di kertas perkamen.
Menimbang amilum sebanyak 25 gram di kertas perkamen besar.
7. Melarutkan PVP yang sudah ditimbang dengan 5 ml etanol 96%.
8. Pembuatan massa granul
Memasukkan sukrosa, natrium benzoat, cefradin, pewarna dan amilum ke
dalam mortir dengan perbandingan setiap bahannya 1 : 1.
Mencampur semua bahan yang ada di dalam mortir ad homogen dengan
menggunakan sudip.
Menambahkan PVP yang telah dilarutkan dengan etanol 96% sedikit demi
sedikit menggunakan pipet sampai terbentuk massa granul yang mudah
dikepal.
Massa granul yang telah terbentuk diayak dengan ayakan mesh 12, lalu
dikeringkan kurang lebih 30 menit dengan cara diangin-anginkan pada
suhu ruang.
9. Menimbang total massa granul setelah dikeringkan dan menghitung kadar air
pada massa granul.
10. Memasukkan aerosil yang sudah ditimbang ke dalam masing-masing botol.
11. Massa granul yang telah ditimbang kembali, dimasukkan ke dalam mortir.
12. Memasukkan Na. CMC ke dalam mortir, campur ad homogen dengan massa
granul.
13. Menimbang campuran massa granul dan Na. CMC dan dimasukkan ke dalam
botol sebanyak 25.913 g.
14. Diberi etiket, brosur dan wadah takar dan dimasukkan ke dalam kemasan
sekunder.
XII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No. Jenis Evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah
sampel
Hasil
pengamatan
Syarat
Evaluasi Fisika
A 1.Organoleptik
- Warna
- Bau
- Rasa
(Farmakope Indonesia
V: 1521)
Dengan metode visual
dan nonvisual. Untuk
warna dengan indera
penglihatan, bau dengan
indera penciuman, dan
rasa dengan indera
pengecap.
1 botol
Larutan
berwarna
merah,
memiliki bau
khas, rasanya
manis.
Larutan
berwarna
merah,
memiliki bau
khas, dan
rasanya
manis.
2. Bobot jenis
(Farmakope Indonesia
V: 1563)
Menggunakan
piknometer. Menimbang
terlebih dahulu berat
piknometer kosong dan
piknometer berisi larutan
sediaan tersebut, hitung
selisih berat. Massa
bobot jenis didapat
dengan cara hasil selisih
dibagi volume sediaan
yang dimasukkan pada
piknometer.
1 botol g
ml
Sediaan
sekitar 1 g
ml
3. pH sediaan
(Farmakope Indonesia
V: 1563)
Menggunakan pH meter
yang sesuai.1 botol 5.0
pH sediaan
4.0 – 5.0
4. Viskositas
(Farmakope Indonesia
V: 1562)
Menggunakan
viscometer stormer 1 botol 30 cp 200 -500
cp
5.Homogenitas Meneteskan sediaan
dengan pipet tetes ke
kaca arloji, kemudian
diratakan menggunakan
sudip, diamati partikel
homogeny atau tidak.
1 botol Partikel
homogen Partikel
homogen
Dilakukan triplo.
6. Uji redispersi Masukkan sediaan ke
botol bening kemudian
diputar 1800 .
1 botol Terdispersi
kembali
7. Volume
sedimentasi
Memasukkan sediaan ke
dalam gelas ukur.
Volume yang diisikan
merupakan volume awal
(Ho) dan perubahan
volume (Hv) diukur dan
dicatat selama 1 minggu
1 botolF =
5.210.1
= 0.5
F = HvHo
F ≤ 1
8. Uji waktu
rekonstitusi
Sediaan suspensi kering
ditambahkan air 60 ml.
Dihitung waktu terhadap
kecepatan suspensi
kering terlarut.
1 botol 17 detik< 30 detik
Evaluasi Biologi
2. a. Uji efektivitas
pengawet
(Farmakope Indonesia
V, hlm) 1354)
Menyediakan wadah
bakteriologi tertutup
steril, diinokulasi tiap
wadah dengan satu
inokula baku yang telah
disiapkan, diaduk.
Volume suspensi inokula
yang digunakan antara
0.5% dan 1% dari
sediaan. Kadar mikroba
yang uji yang
ditambahkan sekitar 105
dan 106 koloni/ml
1 botol Dispensasi
Jika sama
sekali tidak
terjadi
koagulasi,
tidak ada
satupun dari
cawan yang
mengandung
koloni.
b. Uji batas mikroba
(Farmakope Indonesia
V, hlm 1347)
Uji menggunakan
mikroba, Candida
albicans, E coli,
Pseudomonas
1 botol Dispensasi 100 koloni
setelah
inkubasi.
aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus
tidak boleh lebih dari
lima fase.
Evaluasi Kimia
3. a. Uji kadar sediaan
(Farmakope Indonesia
V, hlm 599)
Kromatografi lapis tipis
desintometer1 botol Dispensasi
Tidak
kurang dari
0.8% vb
b. Identifikasi Spektrum serapan
inframerah zat yang
telah dikeringkan dan
dilarutkan dalam
kloroform
1 botol Dispensasi
Pengamatan Volume Sedimentasi
Hari ke- 1 2 3 4 5
Pukul 14.25 WIB 13.00 WIB 12.56 WIB 15.30 WIB 15.30 WIB
Ho 10.1 cm 10.1 cm 10.1 cm 10.1 cm 10.1 cm
Hv 10.1 cm 4.3 cm 4 cm 3.8 cm 3.8 cm
Pengamatan Uji Redispersi
Hari ke- Pukul Hasil Pengamatan
1 14.25 WIB Teredispersi kembali
3 12.56 WIB Teredispersi kembali
5 15.30 WIB Teredispersi kembali
XIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dibuat sediaan suspensi rekonstitusi cefradin. Cefradin
dibuat sediaan suspensi rekonstitusi karena cefradin sukar larut dalam air dan
merupakan antibiotik yang kurang stabil dalam air, (Lawrence, 2007). Formula yang
digunakan pada sediaan suspensi rekonstitusi yaitu cefradin sebagai zat aktif, Na
CMC sebagai suspending agent, PVP sebagai bahan pengikat, aerosol sebagai
anticaking, sirupus simpleks sebagai pemanis, natrium benzoat sebagai pengawet,
amilum sebagai disintegran, dan pewarna merah sebagai pewarna pada sediaan.
Cefradin merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang memiliki efek
farmakologi untuk infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan dan kulit, (Hoan,
Tan dan Kirana Rahardja, 2007). Sediaan suspensi rekonstitusi ini ditujukan untuk
pengobatan infeksi saluran pernapasan. Cara kerja cefradin yaitu dengan menghambat
sintesis dinding sel pada Streptococcus pneumoniae, yang dihambat merupakan reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian pembentukan dinding sel, (Riftania,
Falahi M., 2009).
Pembuatan suspensi rekonstitusi cefradin dibutuhkan suspending agent
dikarenakan bahan aktif sukar larut dalam air sehingga memungkinkan terjadi
pengendapan setelah direkonstitusikan. Suspending agent berfungsi sebagai zat untuk
memberikan viskositas dengan demikian menghambat sedimentasi partikel, (Anonim,
2006 ). Suspending agent yang digunakan yaitu Na CMC 0.5 % untuk memperlambat
terjadinya pengendapan pada dasar botol.
Bahan pengikat yang ada dalam formula sediaan berfungsi untuk memberi daya
adhesi pada massa serbuk saat proses granulasi, (Anonim, 2006). Bahan pengikat
dapat diberikan dalam bentuk serbuk ataupun larutan. Bahan pengikat yang digunakan
dalam sediaan ini yaitu PVP dalam bentuk serbuk yang dilarutkan dalam etanol. PVP
yang digunakan sebesar 1% dari jumlah massa granul. Pada proses granulasi, dengan
adanya bahan pengikat (PVP yang sudah dilarutkan) akan membasahi permukaan
partikel yang akan digranul selanjutnya terbentuk liquid bridges antar partikel.
Partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pembesaran granul,
(Anonim, 2006).
Disintegran merupakan bahan penghancur pada obat. Penambahan disintegran
pada sediaan suspensi rekonstitusi yaitu amilum 5 %, bertujuan untuk mempercepat
penghancuran massa granul setelah direkonstitusikan dengan sejumlah air.
Zat aktif yang digunakan pada suspensi rekonstitusi sukar larut dalam air
sehingga memungkinkan terjadi pengendapan. Penyimpanan sediaan dalam beberapa
hari akan menyebabkan pengendapan walaupun telah ditambahkan suspending agent
untuk memperlambat terjadinya proses pengendapan. Pengendapan dalam waktu lama
akan menyebabkan caking pada dasar botol sehingga diperlukan anticaking yaitu
aerosol 0.2%.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembuatan suspensi rekonstitusi ini yaitu,
cefradin tidak memiliki rasa sehingga dapat mengurangi akseptabilitas pada pasien.
Ditambahkan eksipien sukrosa pada sediaan sebagai pemanis sebanyak 20 % untuk
meningkatkan akseptabilitas pada pasien.
Penggunaan air sebagai pelarut di dalam sediaan setelah direkonstitusikan dapat
menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme karena air merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan penggunaan gula sebagai nutrisi
pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu sediaan suspensi ini merupakan sediaan
multiple dose sehingga rentan terkontaminasi mikroorganisme, oleh karena itu
ditambahkan natrium benzoat 0.1 % ke dalam pembuatan sediaan yang berfungsi
sebagai antimikroba, (Rowe, 2009).
Zat aktif cefradin berwarna putih sehingga setelah direkonstituskan dengan
sejumlah air sediaan suspensi akan berwarna putih. Hal ini dapat mengurangi
akseptabilitas pada pasien karena warna sediaan kurang menarik sehingga diberikan
pewarna merah 0.01 %.
Pembuatan sediaan dilebihkan 10% untuk menghidari terjadinya kekurangan total
pada sediaan. Pada proses pembuatan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti saat mencampurkan bahan-bahan di mortir, kemungkinan ada bahan yang
keluar dari mortir atau tumpah sehingga dapat mengurangi total jumlah pada sediaan.
Proses pembuatan suspensi rekonstitusi dengan cara granulasi, sehingga bahan-
bahan yang digunakan perlu diayak terlebih dahulu sebelum dilakukan penimbangan,
kecuali PVP karena dilarutkan dalam etanol. Pengayakan bahan dilakukan untuk
menyeragamkan ukuran partikel bahan.
Pembuatan dengan cara granulasi dilakukan dengan dua fase yaitu, fase dalam
dan fase luar. Bahan yang termasuk fase dalam yaitu sukrosa, natrium benzoat,
cefradin, amilum dan pewarna diayak menggunakan ayakan mesh 40. Bahan yang
termasuk fase luar yaitu, Na. CMC dan aerosol diayak menggunakan ayakan mesh 60.
Bahan yang dibuat fase dalam merupakan bahan yang dijadikan massa granul.
Setelah seluruh bahan dicampurkan di dalam mortir, kemudian ditambahkan PVP dan
etanol 96% dengan cara diteteskan sampai terbentuk massa granul yang dapat dikepal.
Massa granul yang telah dibuat kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 12. Pada
saat praktikum, ayakan yang digunakan adalah mesh 14 sehingga terdapat perbedaan
ukuran granul yang lebih kecil dibanding dengan yang menggunakan ayakan mesh 12.
Granul yang telah terbentuk, lalu dikeringkan dengan cara dianginkan pada suhu
ruang.
Bahan yang dibuat fase luar yaitu Na. CMC dicampurkan dengan granul yang
telah dikeringkan, sedangkan aerosil langsung dimasukkan ke dalam botol setelah
ditimbang. Campuran granul dan Na. CMC kemudian ditimbang dan dimasukkan ke
dalam botol.
Sediaan suspensi rekonstitusi disimpan pada botol kaca berwarna coklat.
Penggunaan botol kaca berwarna coklat bertujuan untuk mencegah rusaknya zat aktif
cefradin apabila terkena cahaya matahari. Penyimpanan harus wadah tertutup rapat
dan pada suhu ruang, (Lawrence. 2007).
Dilakukan uji evaluasi setelah sediaan dibuat. Sediaan dalam botol
direkonstitusikan dengan sejumlah air, kemudian dilakukan evaluasi. Pertama,
dilakukan evaluasi fisika yaitu organoleptik, terdiri dari bau, rasa dan warna,. Evaluasi
ini dilakukan secara fisik menggunakan indra penciuman, pengecap dan penglihatan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan suspensi rekonstitusi cefradin memiliki
bau khas, rasa yang manis, dan berwarna merah karena ditambahkan pewarna merah.
Kedua, melakukan uji bobot jenis sediaan suspensi. Uji bobot jenis ini dilakukan
dengan cara menimbang piknometer kosong, menimbang piknometer berisi air, dan
menimbang piknometer berisi sediaan kemudian didapat hasil perhitungan bobot jenis
sediaan. Bobot jenis sediaan suspensi didapat sebesar 0.88 g/ml.
Ketiga, pengukuran pH sediaan dilakukan setelah aquadest ditambahkan ad 80%,
ditambahkan hingga tanda batas. Dimulai dengan memasukkan indikator pH ke
dalam sediaan, setelah itu dicek sesuai dengan spesifikasi sediaan yaitu pH berada di
rentang 4.0 – 5.0. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan memiliki pH 5.0.
Keempat, melakukan uji viskositas sediaan suspensi rekonstitusi cefradin. Uji
viskositas ini dilakukan menggunakan viskometer stormer dengan cara mengisikan
sediaan ke tempat yang telah disediakan sampai penuh (sesuaikan jumlah bahan
dengan no spindel). Memilih spindel yang sesuai dengan kekentalan sedian dan
pasang (hati-hati), turunkan hingga spindel tercelup ke dalam bahan sampai tanda
batas. Spindel yang digunakan saat praktikum yaitu nomor 3. Viskositas sediaan yang
didapat sebesar 30 cp. Viskositas yang didapat tidak sesuai dengan syarat spesifikasi,
karena seharusnya sediaan suspensi memiliki viskositas sekitar 200 cp – 500 cp. Hal
ini terjadi dapat dikarenakan penggunaan suspending agent Na. CMC dengan
kosentrasi rendah, sehingga untuk mendapatkan viskositas yang lebih baik diperlukan
penggunaan suspending agent dengan konsentrasi yang lebih ditingkatkan.
Kelima, dilakukan uji homogenitas dengan cara memipet sediaan kemudian
diteteskan pada kaca arloji, lalu diratakan dengan sudip dan diamati kehomogenan
partikel sediaan. Dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil evaluasi didapat bahwa sediaan
suspensi homogen, partikel dari sediaan hampir memiliki ukuran seragam.
Keenam dilakukan uji volume sedimentasi. Uji volume sedimentasi dilakukan
selama 5 hari, dihitung dari hari saat proses pembuatan sediaan. Pada hari pertama
dilakukan pengamatan pada pukul 14.25 WIB, didapat Ho = 10.1 cm dan Hv = 10.1
cm. Hari kedua dilakukan pengamatan pada pukul 13.00, didapat Ho = 10.1 cm dan
Hv = 4.3 cm. Hari ketiga dilakukan pengamatan pada pukul 12.56 WIB, didapat Ho =
10.1 cm dan Hv = 4 cm. Hari keempat dilakukan pengamatan pada pukul 15.30 WIB
didapat Ho = 10.1 dan Hv = 3.8 cm dan hari kelima dilakukan pengamatan pada pukul
15.30 WIB didapat Ho = 10.1 dan Hv = 3.8 cm . Didapat rata-rata Ho = 10.1 dan Hv =
5.2 cm, sehingga volume sedimentasi (f) = 0.5.
Ketujuh dilakukan uji waktu rekonstitusi dengan cara sediaan suspensi kering di
dalam botol bening, kemudian ditambahkan air ad 60 ml. Dihitung waktu terhadap
kecepatan suspensi kering terlarut. Dilakukan sebanyak tiga kali. Didapat rata-rata
waktu uji rekonstitusi sedian yaitu 17 detik.
Kedelapam dilakukan uji redispersi dengan cara memasukkan sediaan ke botol
bening kemudian diputar 180o. Mengamati sediaan dapat teredispersi kembali atau
tidak. Uji redispersi diamati selama empat hari, dimulai dari hari saat pembuatan
sediaan, hari kedua setelah pembuatan sediaan, hari keempat setelah pembuatan
sediaan dan hari ke tujuh setelah pembuatan sediaan. Pada hari pertama, botol sediaan
diputar satu kali, sediaan langsung teredispersi kembali. Hari kedua, dibutuhkan
pengocokan botol sebanyak 27 kali samapi seluruh sediaan teredispersi kembali,
dikarenakan adanya sedikit caking pada dasar botol. Hari keempat, dibutuhkan
pengocokan botol sebanyak 30 kali untuk sediaan teredispersi kembali. Pada hari
keempat, caking pada dasar botol semakin banyak dan mengeras sehingga sulit untuk
teredispersi kembali.
Sediaan suspensi rekonstitusi yang disimpan dalam botol akan menyebabkan
pengendapan dan caking pada dasar botol sehingga pada etiket dan brosur harus
tertera tulisan “Kocok Dahulu Sebelum Digunakan” untuk menjamin distribusi bahan
padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang
tepat, (Depkes, 1995).
XIV. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut
No
.
Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1Cefradin
7.5 % bv
Zat aktif
2CMC Na
0.5 % bv
Suspending agent
3Sirupus simplex
20 % bv
Pemanis
4Natrium benzoat
0.1 % bv
Pengawet
5PVP
1 % bv
dari massa
granul
Bahan pengikat
6 Aerosil 0.2 % bv
Anticaking
7Amilum
5 % bv
Disintegrant
8 Pewarna merah qs Pewarna
Berdasarkan evaluasi fisika yang telah dilakukan, sediaan suspensi rekonstitusi
Cefradin memenuhi syarat walaupun terdapat hasil evaluasi yang tidak memenuhi
syarat spesifikasi yaitu viskositas dan uji resdispersi. Viskositas sediaan didapat 30 cp,
seharusnya sediaan suspensi rekonstitusi memiliki viskositas sekitar 200 cp – 500 cp.
Pada uji redispersi, sediaan membutuhkan waktu cukup lama untuk teredispersi
kembali.
XV. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Excipient Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and
Drug Delivery System. US: CRC Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Hoan, Tan Tjay dan Kirana Raharja. 2007 Obat-Obat Penting, Ed VI. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Lawrence. 2007. United Stated Pharmacopeial NF. US: United States.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. The Parmaceutical Press,
London.
Oputu, Arifin., dkk. 2013. Farmasetika Dasar. Universitas Sumatra Utara.
Riftania, Falahi M. 2009. Kajian Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat
Jalan Terdiagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rowe Raymond C, Paul J Sheskey, dan Marian E Quinn.2009. Handbook of
Pharmaceutical excipient 6th. USA: Pharmaceutical Press.
The stationery Office. 2007. British Pharmacopoeia 2007. London: The stationery
Office.
XVI. LAMPIRAN
Kemasan Sekunder :
Etiket :
Brosur :