lusi1

9

Click here to load reader

Upload: rakunn92

Post on 08-Aug-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lusi1

120

*Pusat Penelitian danPengembangan Biomedis danFarmasi, Badan Penelitian danPengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan R.I.

Korespondensiadr. Lusianawaty Tana, MS,Sp.OkPusat Penelitian danPengembangan Biomedis danFarmasi, Badan Penelitian danPengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan R.I.Jl. Percatakan Negara No.23aJakartaTelp. 021-6500266Email:[email protected]

Universa Medicina 2007; 26: 120-8

UNIVERSA MEDICINAJuli-September 2007Juli-September 2007Juli-September 2007Juli-September 2007Juli-September 2007 Vol.26 - No.3 Vol.26 - No.3 Vol.26 - No.3 Vol.26 - No.3 Vol.26 - No.3

Merokok dan usia sebagai faktor risiko katarak padapekerja berusia ≥≥≥≥≥ 30 tahun di bidang pertanian

Lusianawaty Tana*a, Laurentia Mihardja*, dan Lutfah Rif’ati*

ABSTRAK

LATAR BELAKANGRuang lingkup penelitian ini adalah peranan faktor merokok dan katarak padapekerja di bidang pertanian di Kabupaten Karawang. Katarak adalah kelainanmata berupa kekeruhan lensa, yang dapat mengganggu penglihatan bahkansampai buta. 16% dari jumlah buta katarak di Indonesia terjadi di usia produktif.Salah satu tujuan penelitian adalah mendapatkan hubungan antara faktormerokok dengan katarak dalam rangka memperlambat katarak.

METODERancangan adalah belah lintang. Sampel penelitian adalah petani dankeluarganya di Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang, denganusia 30 tahun ke atas, yang terpilih secara purposive random sampling. Datadiperoleh dengan wawancara, pemeriksaan dan pengukuran. Diagnosis katarakditentukan oleh dokter spesialis mata dengan ophthalmoscope tanpa midriatika.

HASILDi samping faktor usia, faktor merokok mempunyai hubungan positif dengankatarak. Katarak berhubungan positip dengan merokok. Semakin berat derajatmerokok maka semakin tinggi katarak.

KESIMPULANUsia dan merokok merupakan faktor risiko yang berhubungan positif dengankatarak pada pekerja di bidang pertanian.

Kata kunci: Katarak, petani, merokok, Karawang

Page 2: Lusi1

121

Universa Medicina Vol. 26 No.3

*Pusat Penelitian danPengembangan Biomedis danFarmasi, Badan Penelitian danPengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan R.I.

Korespondensiadr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OkCentre Biomedic and FarmacyResearch and DevelopmentNational Institute of HealthResearch and DevelopmentMinistry of Health R.I.Jl. Percatakan Negara No.23aJakartaPhone. 021-6500266Email:[email protected]

Universa Medicina 2007; 26: 120-8

BACKGROUNDThe purpose of this study assesed a relation of smoking factor to the cataract inagriculture farmers and their families, in Teluk Jambe Barat in KarawangSubdistrict.

METHODSA cross sectional designed study was done, on 2005, with 1223 samples aged 30years and up among agriculture farmers and their families in 4 villages, selectedwith purposive random sampling methods. Data collection was done throughinterview, measurement, and examination. Cataract was diagnosed throughophthalmoscopic examination without midriatic by ophthalmologists.

RESULTSThe study found that besides age factor, the smoking factor had a positive relationto the cataract. The cataract in the heavier smoker’s group was higher than thecataract in the light smoker’s group.

CONCLUSIONSAge and smoking were the risk factors of cataract in agriculture farmers.

Keywords: Smoking, cataract, farmers, Karawang

Smoking and age as risk factors of cataract in agriculture farmersaged 30 years and over

Lusianawaty Tana*a, Laurentia Mihardja*, and Lutfah Rif’ati*

ABSTRACT

PENDAHULUAN

Katarak adalah kekeruhan pada lensa matayang disebabkan oleh adanya pemecahanprotein atau bahan lainnya akibat prosesoksidasi dan foto-oksidasi. Katarak tidakmenimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapatmengganggu penglihatan, dari penglihatankabur sampai menjadi buta.(1-3) Jumlah butakatarak di Indonesia, terdapat 16% buta katarakpada usia produktif (40-54 tahun), pada halsebagai penyakit degeneratif buta katarakumumnya terjadi pada usia lanjut. (2) Hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga SurveiKesehatan Nasional (SKRT-SURKESNAS)tahun 2001 menunjukkan prevalensi katarak diIndonesia adalah sebesar 4,9%. Prevalensikatarak di Jawa Bali sebesar 5,5% lebih tinggidibandingkan dengan daerah Indonesia lainnya.Prevalensi katarak di daerah pedesaan 6,29%lebih tinggi jika dibandingkan daerah perkotaan4,5%.(4) Prevalensi katarak di Jawa Barat tahun1993-1996 sebesar 6,2%-9,7%.(3)

Etiologi katarak masih tidak jelas dandihubungkan dengan banyak faktor.(5) Penyebabkatarak yang utama adalah proses alamiah

Page 3: Lusi1

122

METODE

Rancangan penelitianRancangan penelitian yang digunakan

adalah belah lintang (cross sectional).

Subyek penelitianPopulasi adalah petani dan keluarganya di

Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang. Petanidan keluarganya dipilih sebagai populasipeneli t ian dengan pert imbangan bahwapenduduk di daerah ini sebagian besarmempunyai pekerjaan sebagai petani, yangterpajan sinar matahari pada saat melakukanpekerjaannya. Responden dipilih berdasarkanpurposive random sampling, dengan kriteriainklusi yaitu berumur minimal 30 tahun ke atas,berdomisili dan beraktifitas di daerah Karawang,dan bersedia ikut serta dalam penelitian denganmenandatangani informed consent. Kriteriaeksklusi adalah menderita penyakit berat,demensia, buta karena cacat tidak mempunyaikedua bola mata dan sudah operasi katarak/lensamata pada kedua mata.

Besar sampel ditentukan dengan rumus :

dengan bertambah lanjutnya usia menimbulkanperubahan pada mata. Banyak faktor lain yangberpengaruh terhadap terjadinya katarak,antara la in penyaki t d iabetes mel i tus ,pemakaian steroid yang lama, kelainan bawaanmetabolisme, pajanan kronis terhadap sinarultra violet (sinar matahari), riwayat katarakpada keluarga, myopia, alkohol, nutrisi ,merokok, derajat sosial ekonomi, s tatuspendidikan, dan multivitamin.(5-8)

Sebagai salah satu faktor risiko katarak,merokok berhubungan dengan terjadinyapeningkatan katarak, yaitu antara 1,5 sampai2,9 kali dibandingkan yang tidak merokok.(9-12)

Pada tahun 1997, Indonesia termasuk dalamlima negara pengkomsumsi rokok terbesar didunia, dengan urutan China, Amerika, Jepang,Rusia dan Indonesia. Menurut World HealthOrganization South East Asia Regional Office(WHO-SEARO) tahun 2000, Indonesiamenduduki peringkat ke 4 jumlah perokokterbanyak di dunia.(13)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional(Susenas) tahun 2004 menunjukkan 35%penduduk berusia 15 tahun ke atas adalahperokok, 28% adalah perokok tiap hari dan 6%perokok kadang-kadang. Penduduk yang mantanperokok adalah 4%. Penduduk pedesaansebanyak 37% adalah perokok, lebih tinggidibandingkan penduduk perkotaan yang sebesar32%.(14)

Sebagai upaya untuk menurunkanprevalensi katarak perlu tindakan pencegahanyang sesuai dengan faktor r is iko yangberhubungan dengan katarak pada pendudukIndonesia. Tindak pencegahan terjadinya katarakantara lain adalah dengan mengurangi pajananterhadap faktor perusak, salah satunya adalahrokok. Untuk mencegah terjadinya katarak perludilakukan peneli t ian yang bertujuanmengidentifikasi merokok dan usia sebagaifaktor risiko katarak pada pekerja dibidangpertanian.

2

2

d

pqZαn =

Keterangan :n = Besar sampel minimalα= 0,05p = perkiraan proporsi dari kepustakaan = 7,5% 3

q= 1-pd= toleransi error x p toleransi error = 20%n=1223 orang

Pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan dengan

wawancara dan pemeriksaan. Wawancara

Tana, Mihardja, Rif’ati Risiko katarak petani

Page 4: Lusi1

123

Universa Medicina Vol. 26 No.3

menggunakan kuesioner yang menanyakan usia,jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, merokok,jumlah batang rokok yang dihisap, dan lamamerokok. Untuk merokok dibedakan derajatberat ringan merokok berdasarkan indeksBrinkman,(15) yang merupakan perkalian antarabatang rokok yang dihisap perhari dan lamamerokok. Wawancara dilakukan oleh 4 orangpewawancara.

Pemeriksaan yang di lakukan adalahpemeriksaan visus dan pemeriksaan mata.Pemeriksaan visus adalah merupakanpemeriksaan untuk mengetahui ta jampenglihatan, dengan menggunakan kartuSnellen dan pinhole, dan diperiksa oleh petugasmedis dari Balai Kesehatan Mata MasyarakatCikampek. Pemeriksaan mata untuk diagnosisadanya katarak atau tidak, dilakukan oleh 2orang dokter spes ia l i s mata denganophthalmoscope (tanpa midriatika).

Analisis dataAnalisis data menggunakan program Epi

info. Tingkat kemaknaan sebesar 0,05.

Persetujuan etikPersetujuan etik penelitian diperoleh dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan BadanPenelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI.

HASIL

Responden yang memenuhi kriteria inklusidan eksklusi sebanyak 1223 orang, dengankarakteristik seperti terlihat pada tabel-tabelberikut ini :

Gambaran deskriptif responden penelitianSebaran karakteristik responden penelitian

terlihat pada Tabel 1. Responden berusia rata-rata 48,9 tahun, laki-laki sebanyak 52,2% danperempuan sebanyak 47,8%, dengan tingkat

Tabel 1. Sebaran karakteristik respondenberdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,

dan merokok (n = 1223)

Karakteristik responden n % Umur

30-44 494 40,4 45-54 320 26,2 55-64 251 20,5 65+ 158 12,9

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

639 584

52,2 47,8

Tingkat pendidikan Tidak sekolah/tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMU-PT

879 292 33 19

71,9 23,9 2,7 1,6

Perokok Merokok sampai kini Eks perokok Tidak merokok

566 76

581

46,3 6,2 47,5

Derajat merokok pada kelompok yang masih merokok (Indeks Brinkman)

Ringan Sedang Berat

335 203 28

27,4 16,6 2,3

pendidikan tidak pernah sekolah atau tidaktamat SD mencapai hampir 72%. Persentaseresponden yang merokok sampai kini sebesar46,3% sedangkan mantan perokok sebesar6 ,2%. Responden yang masih merokokbesarnya 566 orang, 27,4% adalah perokokringan, 16,6% perokok sedang, dan 2,3%perokok berat.

Responden dengan lama merokok lebihdari 20 tahun sebanyak 45,6%, dan respondenyang merokok rata-rata lebih 40 batang perharisebanyak 3,1%, yang merokok rata-rata 20-40batang perhari sebanyak 28%. (Tabel 2)

Page 5: Lusi1

124

Kasus katarak yang diperoleh padapemeriksaan dokter mata mencapai 464 orang(37,9%), sedangkan yang tidak katarak sebesar759 orang (62,1%). Pada kelompok usia 30-44tahun yang menderita katarak sebesar 4,7%,pada kelompok usia 45-54 tahun yang menderita

katarak sebesar 30,3%, pada kelompok 55-64tahun yang menderita katarak sebesar 76,9% danpada 65 tahun ke atas yang menderita kataraksebesar 95,6%. Hasil pemeriksaan visusresponden dengan katarak yang termasuk dalampenglihatan normal 137 orang (29,5%),gangguan penglihatan r ingan 225 orang(48,5%), penglihatan buruk 77 orang (16,6%),dan buta 25 orang (5,4%).

Hubungan bivariat antara beberapa variabeldan katarak

Hubungan antara faktor usia dan merokokdengan katarak terlihat pada Tabel 3. Risikoterjadinya katarak pada responden berusia 55tahun ke atas 30,6 kali lebih tinggi dibandingkanresponden berusia 30-54 tahun. Pada respondenyang merokok risiko terjadinya katarak 2,17 kalilebih tinggi dibandingkan responden yang bukanperokok.

Tabel 3. Hubungan antara faktor usia dan merokok dengan katarak (n = 1223)

Tabel 4. Hubungan antara derajat perokok dengan katarak (n = 566)

* dibandingkan dengan perokok ringan

Tabel 2. Sebaran karakteristik responden yangpernah merokok (n=642) berdasarkan lama

dan jumlah rokok yang dihisap perhari

Tana, Mihardja, Rif’ati Risiko katarak petani

Page 6: Lusi1

125

Universa Medicina Vol. 26 No.3

Hubungan antara derajat perokok dengankatarak terlihat pada Tabel 4. Risiko terjadinyakatarak pada responden perokok derajat sedang1,57 kali lebih tinggi dibandingkan respondenperokok ringan. Pada responden perokok beratrisiko terjadinya katarak 4,85 kali lebih tinggidibandingkan responden perokok ringan.

Analisis regresi logistik ganda faktor usiadan merokok dengan katarak.

Analisis regresi logistik ganda faktor usiadan merokok terhadap katarak terlihat padaTabel 5. Usia dan merokok berhubungan secarabermakna dengan peningkatan terjadinyakatarak. Apabila dibandingkan antara faktorus ia dan merokok, maka faktor us iaberhubungan lebih kuat dalam meningkatkankatarak dibandingkan faktor merokok.

PEMBAHASAN

Prevalensi katarak pada salah satu ataukedua mata besarnya 37,9 dan yang tidakkatarak sebanyak 62,1%. Pada kelompok usia30-44 tahun, persentase katarak paling rendahsebesar 4,7%, dengan meningkatnya usiapersentase katarak semakin meningkat dan padausia diatas 65 tahun didapatkan persentasekatarak sebesar 95,6%.

Prevalensi katarak di Indonesia menurutSKRT-SURKESNAS 2001 sebesar 4,99% dandi Jawa Bali sebesar 5,48%. Prevalensi katarak

di daerah pedesaan sebesar 6,29%, lebih tinggidibandingkan daerah perkotaan sebesar 4,5%.(2)

Pada penelitian ini prevalensi yang diperolehlebih tinggi dibandingkan hasil penelitian lain.Hal ini dapat dijelaskan pada penelitian ini usiaresponden adalah 30 tahun ke atas. Rata-ratausia adalah 48,9 tahun, dan jumlah respondendengan usia 50 tahun ke atas sebanyak 45,95%,sedangkan responden pada penelitian SKRT-SURKESNAS 2001 adalah semua umur. Padapenelitian ini apabila ditinjau dari hubunganbivariat antara usia dan katarak, maka terlihatadanya peningkatan persentase katarak darikelompok usia 30-54 tahun ke kelompok usia50 tahun ke atas. Apabila ditinjau dari hubunganantara usia dan merokok, maka terlihat makintua responden makin banyak yang merokok.Apabila dibandingkan dengan penelitian lain,hasi l pada peneli t ian ini sesuai dengankepustakaan yaitu persentase katarak meningkatsecara bermakna sesuai dengan peningkatanusia. Penyebab katarak yang utama adalahproses alamiah dengan bertambah lanjutnya usiamenimbulkan perubahan pada mata.(16-19)

WHO melaporkan bahwa hubungankatarak dengan proses ketuaan telah diketahuisejak dulu. Usia dikatakan merupakan faktorrisiko utama terjadinya katarak. Katarak senilisdikatakan sebagai suatu penyakit idiopatik,yang umum terjadi pada usia di atas 50 tahun,prevalensinya cenderung meningkat sesuaidengan bertambahnya usia.(16)

Tabel 5. Analisis regresi logistik ganda faktor usia dan merokok dengan katarak (n = 1223)

Page 7: Lusi1

126

Hasil penelitian ini diperoleh lebih tinggidibandingkan hasil penelitian survei kesehatanindera penglihatan dan pendengaran olehDepkes, yaitu prevalensi katarak pada kelompokusia 19-54 tahun 3,5%, pada kelompok 55-64tahun sebesar 33,4% dan pada kelompok 65tahun ke atas sebesar 62,2%. Hasil penelitianini juga lebih tinggi bila dibandingkan denganpeneli t ian lain di Amerika serikat , yangmenunjukkan katarak pada usia 55-64 tahunsebesar hampir 40%, pada usia 65-74 tahunsebesar 70%, dan pada usia 79-84 tahun lebihdari 90%.(20) Perbedaan ini mungkin disebabkanoleh adanya faktor-faktor lain yangmempengaruhi katarak. Kepustakaanmenyebutkan adanya faktor-faktor penyebabkatarak, yang dapat berasal dari dalam dan dariluar tubuh, termasuk faktor demografik danlingkungan. Faktor dalam tubuh sendiri antaralain adalah faktor usia, jenis kelamin, etnis, dangenetik. Faktor dari luar tubuh antara lain adalahfaktor pajanan kronis terhadap ultra violet, inframerah, atau sinar matahari, merokok, nutrisi,myopia, alkohol derajat sosial ekonomi, statuspendidikan dan multivitamin.(19-23)

Pada penelitian ini ditinjau dari hubunganbivariat antara faktor merokok dengan katarakmaka terlihat bahwa katarak pada respondenperokok 2,17 kali lebih tinggi secara bermaknadibandingkan dengan katarak responden bukanperokok. Apabi la d i t in jau dar i indekBrinkman(15) yang merupakan derajat beratringan perokok, maka terlihat katarak padaperokok sedang lebih tinggi secara bermaknadibandingkan katarak pada perokok ringan, dariOR terlihat 1,57 kali lebih tinggi dibandingkanperokok ringan. Katarak pada perokok beratlebih tinggi secara bermakna (4,85 kali)dibandingkan katarak pada perokok ringan,sedangkan katarak pada perokok sedang lebihtinggi secara bermakna (1,6 kali) dibandingkankatarak pada perokok ringan. Penelitian ini

sesuai dengan kepustakaan yang melaporkanbahwa salah satu faktor yang mempengaruhiterjadinya katarak adalah faktor merokok.(5,6,16)

Penelitian lain menyebutkan bahwa jumlahrokok juga mempengaruhi peningkatan risikoterjadinya katarak, dilaporkan perokok denganjumlah lebih 20 batang sehar i akanmeningkatkan risiko menjadi katarak hampir 2kali lipat lebih tinggi.(16)

Hubungan dosis respon terlihat sesuaidengan penelitian yang telah dilakukan olehbeberapa peneliti.(10-12,24) Pada penelitian ini,makin berat derajat merokok maka katarakyang terjadi makin tinggi, sesuai denganpenelitian lain yang melaporkan bahwa makinbanyak jumlah rokok yang dihisap, maka risikoterjadi katarak makin tinggi. Apakah hasil inidipengaruhi oleh usia, karena ditinjau darihubungan antara merokok dengan usia adalahberbeda bermakna yaitu responden yangmerokok lebih banyak yang berusia 55 tahunke atas dibandingkan yang tidak merokok.Namun dari hasil analisis multivariat yangter l ihat bahwa sela in us ia , maka faktormerokok katarak mempunyai hubungan kuatdengan katarak. Apabila ditinjau dari indeksBrinkman, yang merupakan derajat beratringannya merokok dan merupakan hasilperkalian antara lama merokok dan jumlahbatang rokok yang dihisap, maka terlihat bahwamakin berat derajat merokok responden makintinggi katarak yang terjadi.

Suatu penyuluhan diper lukan untukmeningkatkan pengetahuan, sikap dan praktekyang baik terhadap faktor- faktor yangberhubungan dengan peningkatan katarak salahsatunya adalah faktor merokok, dengan harapandapat memperlambat/mencegah terjadinyakatarak.(12) Dengan penyuluhan diharapkandapat merubah pengetahuan, sikap dan praktekresponden terhadap rokok, yaitu berubah dariyang merokok menjadi tidak merokok.

Tana, Mihardja, Rif’ati Risiko katarak petani

Page 8: Lusi1

127

Universa Medicina Vol. 26 No.3

KESIMPULAN

Usia dan merokok merupakan faktor risikoyang berhubungan positif dengan katarak.Persentase katarak meningkat denganmeningkatnya us ia . Persentase katarakmeningkat pada perokok dibandingkan yangbukan perokok. Makin berat derajat merokok,makin tinggi persentasi katarak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas bantuan berbagai pihak selamapenelitian, kami mengucapkan terima kasihkhususnya kepada Dr. Tjahjono GondhowiardjoPhD,SpM dan dr. Agus Suwandono, MPH,Dr.PH sebagai konsultan pada penelitian inidan kepada Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKarawang, kepada para Kepala Desa Wanasari,Wanajaya, Wanakerta dan Karang Ligar ataskerjasamanya selama pelaksanaan penelitianini.

Daftar Pustaka

1. Vaughan D, Asbury T. General ophthalmology.Alih bahasa Waliban, Hariono B. Jakarta; WidyaMedika; 1990.

2. Departemen Kesehatan RI. Rencana strategisnasional penanggulangan gangguan penglihatandan kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020.Jakarta. 2003.

3. Sub DitBina Kesehatan Mata, Ditjen BinkesmasDepkes RI. Laporan operasi katarak massal denganbantuan CBM di 8 Propinsi (Sumatera Utara,Sumatera Barat, Jawa barat, Sulawesi Utara,Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, NusaTenggara barat dan Nusa Tenggara Timur), 1999.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Gangguan kesehatan indera penglihatan danpendengaran. Analisis Data Morbiditas-Disabilitas, SKRT-SURKESNAS 2001. DirektoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat DirektoratKesehatan Khusus dan Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan, SekretariatSURKESNAS. Jakarta. 2004.

5. Taylor A, Nowell T. Oxidative stress andantioxidant function in relation to risk for cataract.Adv Pharmacol 1997; 38: 515-36.

6. Indonesian Second Country in South-East AsiaRegion to Launch National Vision 2020 Programe.WHO Experts Plan Regional strategy forPreventable Blindness for Next Twenty Years.Available at http://www.home.earthlink.net/-blindworld/RESEARCH/4-04-12-04.htm. AccesedAugust 20, 2004.

7. Xu L, Cui T, Zhang S, Sun B, Zheng Y, Hu A et al.Prevalence and risk factors of lens opacities inurban an rural Chinese in Beijing. Ophthalmology2006; 113: 747-55.

8. Hennis A, Wu SY, Nemesure B, Leske MC;Barbados eye studies group. Risk Factors forincident cortical and posterior subcapsular lensopacities in barbados eye studies. Arch Ophthalmol2004; 122: 525-30.

9. Rowe NG, Mitchell PG, Cumming RG. Diabetes,fasting blood glucose and age-related cataract: theblue mountains eye study. Ophthalmic Epidemiol2000; 7: 103-14.

10. Krishnaiah S, VilasK, Shamanna BR, Rao GN,Thomas R, Balasubramaniah D. Smoking and itsassociation with cataract: results of the AndhraPradesh eye disease study from India. InvesOphthalmol Vis Sci 2004; 122: 564-72.

11. Hiller R, Sperduto RD, Podgor MJ, Wilson PW,Ferris FL, Colton T, et al. Cigarette smoking andthe risk of development of lens opacities. TheFramingham Studies. Arch Ophthalmol 1997; 115:1113-8.

12. Christen WG, Glynn RJ, Ajani UA, SchaumbergDA, Buring JE, Hennekens CH, et al. Smokingcessation and risk of age related cataracts in men.JAMA 2000; 284: 713-6.

13. Aditama TY. Masalah merokok danpenanggulangannya. Yayasan Penerbitan IkatanDokter Indonesia (YP-IDI) Bekerjasama denganPerhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok(LM3). Jakarta. 2001.

14. Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan. Survei Sosial EkonomiNasional (Susenas) 2004-Substansi Kesehatan.Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, PerilakuHidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta.2004.

Page 9: Lusi1

128

15. Brinkman GL, Voates Jr EO. The prevalence ofchronic bronchitis in an industrial population. AmRev Respir Div 1962; 47-54.

16. World Health Organization. Management ofcataract in primary health care services. 2nd

edition. Geneva, 1996.17. Manson JE, Christen WG, Seddon JM, Glynn RJ,

Hennekens CH. A prospective study of alcoholconsumption and risk of cataract. Am J Prev Med1994; 10: 156-61.

18. Christen WG, Liu S, Schaumberg DA, Buring JE.Fruit and vegetable intake and the risk of cataractin women. Am J Clin Nutr 2005; 81: 1417-22.

19. Hennis A, Wu SY, Nemesure B, Leske MC.Barbados Eye Studies Group. Arch Ophthalmol2004; 122: 525-30.

20. Weintraub JM, Willett WC, Rosner B, Colditz GA,Seddon JM, Hankinson SE. Smoking cessationand risk of cataract extraction among US womenand men. Am J Epidemiol 2002; 155: 72-9.

21. Leske MC, Wu SY, Hennis A, Connell AM,Hyman L. Diabetes, hypertension, and centralobesity as cataract risk factors in a blackpopulation. The Barbados Eye Study. Ophthalmol1999; 106: 35-41.

22. Kuang TM, Tsai SY, Hsu WM, Cheng CY, LiuJH. Epidemiologic study of age-related cataractsamong an elderly Chinese population in Shih-Pai, Taiwan. Ophthalmology 2003; 110: 1089-95.

23. Jacques PF, Moeller SM, Hankinson SE, ChylackLT Jr, Rogers G, Tung W, et al. Weight status,abdominal adiposity, dabetes, and early age-related lens opacities. Am J Clin Nutr 2003; 78:400-5.

24. Lindblad BE, Hakansson N, Svensson H,Philipsoon B, Wolk A. Intensity of smoking andsmoking cessation in relation to risk of cataractextraction: a prospective study of women. Am JEpidemiol 2005; 162: 73-9.

Tana, Mihardja, Rif’ati Risiko katarak petani