perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
TRANSCRIPT
Fakultas PsikologiUniversitas Mercu Buana
Modul 13Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial
TIK :Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian perilaku kolektif, faktor penyebab
perilaku kolektif, menjelaskan perilaku kerumunan massa dengan faktor penyebabnya, dan
menjelaskan pengertian gerakan sosial dan faktor penyebabnya.
ISLAHULBEN, MM
A. Pengertian Perilaku Kolektif
Pada umumnya masyarakat berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang ada dalam
masyarakat. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang ekonomi, perilaku di tempat kuliah
dituntun oleh institusi di bidang pendidikan, perilaku di tempat ibadah dituntun oleh institusi di
bidang agama, dan sebagainya. Perilaku tersebut dalam sosiologi dinamakan dengan
konformitas.
Namun kenyataannya banyak perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan aturan yang ada
dalam masyarakat. Apabila perilaku tersebut dilakukan oleh individu tertentu maka itulah yang
dinamakan dengan perilaku menyimpang, tetapi kalau dilakukan oleh sekelompok individu
maka dinamakan dengan perilaku kolektif.
Pada tahun 1989 mahasiswa prodemokrasi Tiongkok melakukan berbagai aksi di Lapangan
Tienanmen, Beijing. Mereka melakukan pawai, demonstrasi, mogok makan, pemasangan
rintangan di jalan-jalan. Demonstrasi ini berakhir dengan pertumpahan darah. Di berbagai
negara komunis pun terjadi gerakan yang serupa dan berhasil menggulingkn rezim komunis
yang berkuasa (Sunarto, 2000:202-203). Gerakan-gerakan ini berhasil menyatukan Jerman
timur dan Jerman Barat. Berhasil meruntuhkan pemerintahan Komunis Uni Soviet dan komunis
di negara-negara Cekoslowakia.
Dan pada tahun 1998, kita juga menyaksikan demonstrasi para mahasiswa dan kelompok pro
demokrasi di jalan-jalan protokol ibu kota, demonstrasi di Gendung DPR. Gerakan ini berhasil
menggulingkan pemerintahan Orde Baru, melahirkan suatu sistem pemerintahan yang lebih
demokratis dan terbuka.
Definisi perilaku kolektif seperti ditulis Yusron Razak (editor) dalam Sosiologi Sebuah Pengantar
adalah sebagai berikut:
Horton dan Hunt berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi berlandaskan
pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial.
Menurut Milgran dan Touch ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif, tidak
terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak
terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan
para pelakunya
Perilaku kolektif (Macionis, 1989:528) adalah tindakan, pemikiran, dan perasaan-
perasaan (emotions) yeng meliputi sejumlah besar orang dan yang tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang ada.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kolektif adalah:
1. Perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang
2. Perilaku yang bersifat spontanitas dan tidak terstruktur
3. Perilaku yang tidak bersifat rutin, dan
4. Perilaku yang merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Selain itu dalam istilah sosiologi perilaku kolektif mengandung pengertian cara orang bertindak
dalam kerumunan dan kelompok-kelompok besar yang tidak terorganisasi lainya. Jenis perilaku
kolektif antara lain iseng, panic, dan rusuh. Perilaku seperti ini sering muncul dalam situasi yang
membangkitkan emosi banyak orang. Situasi demikian itu terjadi dalam kegiatan olahraga,
demonstrasi yamg memproses sesuatu, dan bencana alam.
Perilaku-perilaku kolektif biasanya terjadi karena menurutnya kata hati, tidak terencana, dan
berlangsung singkat. Bagaimanapun juga, perilaku kolektif cocok digunakan dalam kerangka
pengerahan masa. Misalnya, partai politik atau gerakan sosial yang memanfaatkan demonstrasi
masal sebagai saran untuk melakukan perubahan sosial.
Ilmuwan yang berjasa merumuskan konsep mengenai perilaku kolektif adalah Gustav Le Bon,
seorang ahli fisika dan ilmu social berkebangsaan Perancis yang pertama kali melakukan studi
psikologis terhadap kerumunan pada tahun 1890-an.
Tindakan anarkis entah itu berupa perusakan, pengeroyokan, pembakaran tersangka,
penjarahan dan lain-lain pada dasarnya adalah hasil dari suatu perilaku kolektif (collective
behavior). Bila dinamakan perilaku kolektif, bukanlah semata-mata itu merupakan perilaku
kelompok melainkan perilaku khas yang dilakukan sekelompok orang yang anggotanya pada
umumnya tidak saling kenal, bersifat spontan dan mudah cair (dalam arti menghentikan
perilakunya).
B. Faktor yang menyebabkan terjadinya Perilaku Kolektif
Faktor Penentu Perilaku Kolektif (Smelser)
1. Struktural Conduciveness
Perilaku kolektif mula-mula diawali oleh faktor struktur situasi sosial yang menurutnya
memudahkan terjadinya perilaku kolektif. Sebagian dari faktor ini merupakan kekuatan
alam yang berada diluar kekuasaan manusia; namun sebagian merupakan faktor yang
terkait dengan ada tidaknya peraturan melalui institusi sosial.
2. Structural Strain
Semakin besar ketegangan struktural maka semakin besar pula peluang terjadinya
perilaku kolektif. Kesenjangan, ketidakserasian antar kelompok sosial, etnik, agama, dll
membuka peluang bagi terjadinya berbagai bentuk ketegangan.
3. Menyebarnya Kepercayaan Umum
Merupakan prasyarat berikutnya bagi terjadinya perilaku kolektif. Dalam masyarakat
sering beredar desas-desus yang dengan sangat mudah dipercaya kebenarannya dan
kemudian disebarluaskan sehingga dalam situasi rancu, berkembang jadi pengetahuan
umum yang dipercayai oleh khalayak.
4. Precipitating Factors atau Faktor yang Mendahului
Faktor ini merupakan faktor penunjang kecurigaan dan keemasan yang dikandung
masyarakat. Desas-desus dan isu yang berkembang dan dipercayai khalayak
memperoleh dukungan dan penegasan.
5. Mobilisasi Para Peserta
Perilaku kolektif terwujud saat khalayak dimobilisasikan oleh pimpinannya untuk
bertindak, baik utuk bergerak menjauhi situasi berbahaya atau untuk mendekati
orangyang dianggap sasaran tindakan.
6. Berlangsungnya Pengendalian Sosial
Kekuatan yang justru dapat mencegah atau menghambat akumulasi kelima faktor
sebelumya.
Contoh kehadiran aparat atau tokoh masyarakat bisa menggagalkan perilaku kolektif.
C. Macam-Macam Perilaku Kolektif
Perilaku Kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah orang yang berkerumun
Pengertian kerumunan menurut para ahli:
1) Menurut Le Bon : kerumanan berarti sejumlah individu yang karena satu dan lain hal
kebetulan berkumpul bersama. Dilihat dari segi psikologis kerumunan adalah
sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru yang berbeda sama sekali dengan cirri
individu yang membentuknya
2) Menurut Kornblum : Kerumunan adalah sejumlah besar orang yang berkumpul bersama
dalam jarak dekat
3) Menurut Giddens : kerumunan terdiri atas sekumpulan orang dalam jumlah relatif besar
yang langsung berinteraksi satu dengan yang lain di tempat umum
4) Light, keller dan calhoun, mengaitkan kerumunan dengan adanya kesadaran ,
pengaruh, dan adanya seseorang atau suatu peristiwa
5) Milgram (1977) melihat kerumunan sebagai:
a) Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan)
b) Jumlahnya semakin lama semakin meningkat
c) Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran)
d) Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu
dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas
e) Titik pusatnya permeable dan saling mendekat
Macam-Macam Perilaku Kolektif adalah:
1. CROWD (KERUMUNAN)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat, diantaranya:
a) Temporary Crowd: orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu
tempat dan pada situasi sesaat
b) Casual Crowd: sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki
maksud apa-apa
c) Conventional Crowd: audience yang sedang mendengarkan ceramah
d) Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang
menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu
e) Acting Crowd atau rioting crowd: sekelompok massa yang melakukan tindakan
kekerasan
f) Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh
kesamaan ideologi
2. MOB: Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan
kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan
tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya
rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang
telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi
kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang
dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.
3. PANIC: Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap
ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan
kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada
awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah
dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan
yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjir.
4. RUMORS: Adalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan
yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi
dimana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih
komprehensif.
5. OPINI PUBLIC: Adalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai
sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi
perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat
yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut.
Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antarmasyarakat tentang hukuman mati,
pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa
informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam
masyarakat.
6. PROPAGANDA: Adalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk
menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang,
organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak
digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok
(crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk
melakukan proraganda ini.
Penyebab Terjadi Kerumunan (Le Bon)
1) Karena kebersamaannya dengan banyak orang lain, maka individu yang semula dapat
mengendalikan nalurinya, kemudian memperoleh kekuatan luar biasa yang mendorong
untuk tunduk pada dorongan naluri.
2) Penularan (Contagion): dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindakan bersifat
menular. Individu yang telah tertukar oleh perasaan dan tindakan orang lain itu
kemudian mampu mengorbankan kepentingan individu/pribadinya demi kepentingan
bersama. Contoh seorang pelajar melempar batu ke bis kota karena pelajar yang ada di
sekitarnya melakukan hal serupa
3) Suggestibillity: dalam kerumunan individu mudah dipengaruhi, percaya, taat. Ia seakan-
akan terhipnotis. Ia bertindak bertentangan dengan kehendak tanpa sadar.
Seorang pengecut bisa jadi pahlawan atau jujur malah menjadi penjahat.
Penyebab Terjadi Kerumunan (Turner dan Killian)
1) Emergent Norm Theory
Menurut teori ini dalam interaksi yg tidak ada aturannya sering muncul aturan baru yang
ditaati para anggota kerimunan. Bisanya pada huru hara di jakarta tahun 74 yang
dibakar hanya kendaraan bermotor produksi Jepang.Teori ini juga mengemukakan tidak
semua anggota kerumunan sepenuhnya tertular oleh perilaku dan persaan orang lain
ataupun taat pada aturan yang muncul. Tiap kerumunan selalu ada anggota yang hanya
jadi pengamat saja.
Penyebab Terjadi Kerumunan (Horton dan Hunt)
1) Teori Koncergensi.
Menurut teori ini perilaku kerumunan muncul dari sejumlah orang yang mempunyai
dorongan, maksud, dan kebutuhan serupa.
D. Pengertian Gerakan Sosial
Defenisi Gerakan Sosial, sebagai bagian dari perilaku kolektif adalah:
Menurut Direnzo(1990) Gerakan Sosial (Soeyono, 2005:3) adalah perilaku dari sebagian
anggota masyarakat untuk mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan problem atau
tidak menentu, untuk menghadirkan suatu kehidupan yang lebih baik.
Menurut DiRenzo tujuan akhir dari gerakan sosial adalah tidak hanya terbatas pada
perubahan sikap dan perilaku individu melainkan sebuah perubahan tatanan sosial baru
yang lebih baik.
Menurut Soeyono dari Baldridge (1989:299). Menurut Baldridge gerakan sosial
merupakan sebuah bentuk perilaku kolektif yang terdiri atas kelompok orang-orang
yang memiliki dedikasi dan terorganisasi untuk mempromosikan atau sebaliknya
menghalangi terjadinya perubahan. Organisasi gerakan itu harus mempunyai tujuan dan
struktur organisasi yang jelas, serta mempunyai suatu ideologi yang secara yang secara
jelas berorientasi pada perubahan. Gerakan itu dilakukan secara sadar dan jelas
mempromosikan kebijakan-kebijakan yang mereka inginkan, yang pada umumnya
dilakukan melalui aktivitas-aktivitas politik atau pendidikan.
Gerakan sosial memiliki tiga karakteristik (Macionis, 1989:595)
1. Organisasi internal yang tingkatanya sangat tinggi
2. Gerakan berlangsung dalam waktu yang lama
3. Sengaja mencoba menpertajam organisasi masyarakat itu sendiri.
Menurut Giddens (1989) berbeda dengan perilaku kolektif, gerakan sosial ditandai oleh adanya
tujuan atau kepentingan bersama. Kepentingan itu dapat berupa mengubah atau
mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
E. Bentuk-Bentuk Gerakan Sosial
Gerakan sosial bermacam-macam bentuknya. Apabila dilihat berdasarkan tipe perubahan dan
besarnya perubahan yang dikehendaki, maka adalah
1. Alternative Social Movements
2. Redemtive Social Movements
3. Reformative Social Movements
4. Transformative Social Movements
Perhatikan tabel berikut!
Tipe Perubahan Yang Dikehendaki
Perubahan Perorangan Perubahan Sosial
Besarnya
Perubahan
Yang
Dikehendaki
Perubahan
Sebagian
ALTERNATIVE SOCIAL
MOVEMENTS
REFORMATIVE SOCIAL
MOVEMENTS
Perubahan
Menyeluruh
RODEMPTIVE SOCIAL
MOVEMENTS
TRANSFORMATIVE SOCIAL
MOVEMENTS
Keterangan tabel:
1. Alternative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan
perubahan pada sebagian perilaku perorangan, misalnya gerakan anti-merokok, anti-
narkoba, kampanye anti AIDS, dan sebagainya.
2. Redemptive Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan
perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan, misalnya gerakan agar orang-orang
untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya dengan lebih merujuk pada ajaran agama
3. Reformative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan
perubahan pada segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum perempuan
untuk memperoleh hak-haknya sama dengan kaum laki-laki, gerakan kaum homoseks
untuk mendapatkan pengakuan akan gaya hidup mereka, dan sebagainya.
4. Transformative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan
perubahan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya gerakan kaum
Khmer Merah yang ingin mengubah masyarakat Kamboja sebagai masyarakat komunis,
Revolusi di Uni Soviet tahun 30-an, Revolusi China pada tahun 1949, dan sebagainya.
Klasifikasi lain tentang gerakan sosial dikemukakan oleh Kornblum, yaitu: (1) revolutionary
movements, (2) Reformist Movements, dan (3) conservative movements.
Revolutinary Movements merupakan jenis gerakan sosial yang menginginkan perubahan yang
menyeluruh pada sendi-sendi kehidupan masyarakat, baik itu sistem sosial, sistem budaya,
sistem ekonomi, maupun sistem politiknya.
Misalnya, revolutionary Movements masyarakat Rusia pada tahun 1917 yang berhasil
mengubah sistem sosial, budaya, ekonomi, maupun politik Rusia menjadi sistem komunis.
Demikian juga yang terjadi di China pada 1949. Kedua peristiwa ini memenuhi syarat revolusi
yang dikemukakan oleh Antony Giddens, bahwa sebuah revolusi itu; (1) melibatkan gerakan
sosial secara massal, (2) menghasilkan proses reformasi atau perubahan, dan (3)
menggunakan ancaman dan kekerasan.
Reformative atau reformist Movements merupakan gerakan sosial yang menginginkan
perubahan pada segi-segi tertentu kehidupan masyarakat. Misalnya gerakan Boedi Oetomo
(1908) atau Syarikat Islam (1912) yang menginginkan terpenuhinya hak-hak memperoleh
pendidikan di kalangan pribumi.
Sedangkan conservative movements, merupakan gerakan sosial yang mempertahankan suatu
keadaan atau isntitusi yang ada dalam masyarakat.
F. Faktor Penyebab Gerakan Sosial
Menurut Gidden, korblum, light, keller dan calhoun
Deprivasi : Kehilangan, kekurangan dan penderitaan
Menurut James Davies
Dia mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus , namun
mungkin saja terjadi Kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang
dihadapi ( dinamakan juga Deprivai relative )
Keberhasilan suatu gerakan sosial tergantung pada:
a) Faktor Manusia (Kepemimpinan)
b) Organisasi dan Keterlibatannya
c) Faktor Sumber Daya Lain (Dana dan Sarana)