plebo
TRANSCRIPT
![Page 1: plebo](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110203/55cf9c0e550346d033a86915/html5/thumbnails/1.jpg)
Plebotomi
Plebotomi merupakan bagian dari proses pengambilan sampel untuk dilakukan perlakuan.Sampel yang diambil adalah darah bagian vena.
banyak yang tidak bisa mengambil darah, permasalahannya adalah kurang yakin saya bisa. coba sedikit buat keyakinan bahwa anda bisa : lon jeut, Skill ini akan bisa sendiri.
Sertifikasi untuk Legalitas Kompetensioleh: raihannuri Pengarang : PATELKI KALTIM
Summary rating: 5 stars (18 Tinjauan) Kunjungan : 239 kata:300 Comments : 1
Seiring dengan semakin berkembangnya dunia modern, maka pelayanan kesehatan juga dituntut untuk semakin profesional. Plebotomis sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang berada di garis depan pelayanan laboratorium harus melengkapi dirinya dengan kompetensi dalam bidangnya dan mengerti aspek hukum dan etika, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima. Undang-undang dan peraturan khusu untuk mengatur praktik pelayanan plebotomis dan pelayanan kesehatan lain diluar dokter dan dokter gigi di indonesia, kiranya dapat segera tersusun untuk
![Page 2: plebo](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110203/55cf9c0e550346d033a86915/html5/thumbnails/2.jpg)
memberikan perlindungan hukum yang kuat.Sehubungan dengan peran dan tanggung jawab plebotomi maka buku ini membahas tentang etika moral, etika hukum dan etika profesi. Dan untuk memperoleh pengakuan sebagai plebotomis yang kompeten dan profesional maka di bahas juga tentang cara peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang proses pra analitik dan pemahaman mengenai anatomi pembulu darah, fisiologi darah, pencegahan dan penanganan infeksi atau komplikasi akibat plebotomi
Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2024681-sertifikasi-untuk-legalitas-kompetensi/#ixzz1j36YNVfm
Pelaksana phlebotomi
Di dalam praktek, phlebotomi di rumah sakit atau di laboratorium dapat dilakukan oleh
perawat atau analis laboratorium atau orang yang dilatih khusus untuk itu, yang selanjutnya akan
disebut sebagai teknisi phlebotomi.
Kemampuan atau competency diperoleh seseorang dari pendidikan atau
pelatihannya, sedangkan kewenangan atau authority diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian ijin. Kewenangan
memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun
adanya kemampuan tidak berarti dengan sendirinya memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan, hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran (setidaknya hingga saat ini), sedangkan kewenangan yang bersifat khusus, dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu, diserahkan pengaturannya pada profesi masing-masing.
Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan tindakan phlebotomi telah dimilikinya dan kewenangan melakukannya pun telah dimilikinya, tanpa disebutkan secara eksplisit di dalam sertifikasi kompetensinya dan atau surat ijin praktek profesinya. Sedangkan bagi analis laboratorium dan teknisi phlebotomi, kompetensi mereka diperoleh dari pendidikan menengah atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus dinyatakan secara tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi tersebut harus dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi tertentu. [1] Pendidikan analis laboratorium dan teknisi phlebotomi bukanlah pendidikan profesi, bukan pula pendidikan vokasi. [2]
Dalam peraturan perundangundangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi phlebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan. Ada kecenderungan bahwa suatu pekerja di bidang kesehatan akan lebih mudah diakui sebagai
![Page 3: plebo](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110203/55cf9c0e550346d033a86915/html5/thumbnails/3.jpg)
tenaga kesehatan apabila pendidikannya setidaknya mencapai D3. Hal ini perlu dilakukan agar konsumen kesehatan terjamin kepentingan dan keselamatannya. Sementara itu analis laboratorium atau analis kesehatan telah merupakan tenaga kesehatan sebagaimana diatur dalam PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, meskipun belum ada permenkes yang mengaturnya lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan kewenangannya melakukan phlebotomi.
Dengan demikian kewenangan melakukan oleh teknisi phlebotomi ataupun oleh analis laboratorium belum diakui sebagai suatu kewenangan yang mandiri, namun harus dianggap sebagai kewenangan yang memerlukan supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai penanggung-jawabnya. Etika dan standar pekerjaannya pun harus ditetapkan, diatur dan ditegakkan oleh penanggungjawabnya.
[1] Pasal 61 ayat (3) UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas: sertifikat kompetensi diberikan oleh
penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga
masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga sertifikasi
[2] Penjelasan pasal 15 UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas : Pendidikan profesi merupakan
pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi merupakan
pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.