pneumoconiosis.doc

8
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru- paru. Pneumoconiosis terdiri atas beberapa jenis, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa contohnya adalah : Silicosis Penyakit ini disebabkan oleh debu silika bebas, berupa SiO2 yang terhisap masuk ke dalam paru-paru kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat pada pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda,dll). Silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk tidak berdahak. Silicosismerupakan penyakit yang terparah diantara semua pneumoconiosis, karena bersigat progresif, yaitu jika pajanan dihentikan maka pneumoconiosis tetap akan berlanjut (Yunus, 1997). 2. Asbestosis Adalah penyakit kerja yang diakibatkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Asbes dapat menyebabkan tumor pada pleura yang disebutmesotelioma. Mesotelioma bersifat ganas, tidak dapat disembuhkan dan biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik beratap asbes, dsb. 3. Bissynosis Adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Banyak dijumpai pada pabrik pemitalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas. 4. Anthracosis Adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu karbon (anthracit).Anthracit bersifat inert dengan kata lain hampir tidak bereaksi dengan paru-paru (Antaruddin, 2003 dalam Wibawa, 2008). Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batu bara atau pada pekerja yang banyak melbatkan penggunaan batu-bara. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis. 1. Penyakit Silikosis Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.

Upload: zahratul-annisa

Post on 08-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yaya...

TRANSCRIPT

Pneumoconiosisadalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.Pneumoconiosisterdiri atas beberapa jenis, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa contohnya adalah :

SilicosisPenyakit ini disebabkan oleh debu silika bebas, berupa SiO2yang terhisap masuk ke dalam paru-paru kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat pada pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda,dll).

Silicosisditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk tidak berdahak.Silicosismerupakan penyakit yang terparah diantara semuapneumoconiosis, karena bersigat progresif, yaitu jika pajanan dihentikan maka pneumoconiosistetap akan berlanjut (Yunus, 1997).

2.AsbestosisAdalah penyakit kerja yang diakibatkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Asbes dapat menyebabkan tumor pada pleurayang disebutmesotelioma. Mesoteliomabersifat ganas, tidak dapat disembuhkan dan biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik beratap asbes, dsb.

3.BissynosisAdalah penyakitpneumoconiosisyang disebabkan oleh debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Banyak dijumpai pada pabrik pemitalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas.

4.AnthracosisAdalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu karbon (anthracit).Anthracitbersifatinertdengan kata lain hampir tidak bereaksi dengan paru-paru (Antaruddin, 2003 dalam Wibawa, 2008). Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batu bara atau pada pekerja yang banyak melbatkan penggunaan batu-bara.

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

1. Penyakit Silikosis

Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.

Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu waktu diperlukan.

2. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.

3. Penyakit Bisinosis

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Penyakit Antrakosis

Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus menerus.

3. Pemeriksaan laboratorium sputum gram, kultur darah yang dapat mengarah pada organisme penyebab infeksi.

4. Gambaran radiologis yang menunjukkan kavitas dengan proses konsolidasi disekitarnya, adanya air fluid level yang berubah posisi sesuai dengan gravitasi.

5. Bronkoskopi

Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus

B.PatofisiologiSebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel (virus/bakteri) dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.Pada saat tubuh mengalami perubahan pertahanan anatomis dan fisiologis, maka partikel infeksius tersebut dapat mencapai paru, kemudian menyebar dan menyebabkan pneumonia.Lebih dari 40 mineral dihirup menyebabkan lesi paru-paru dan kelainan x-ray. Sebagian besar, seperti timah, barium, dan besi, relatif berbahaya dan menumpuk di paru-paru dalam cara yang sama seperti batu bara, tetapi tidak menghasilkan atau fungsional kelainan morfologi.Debu asbes masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara. Antara lain dengan mengisap debu ketika bernapas, menelannya bersama ludah dan dahak, atau mengonsumsi makanan serta minuman yang mengandung sejumlah kecil serat-serat tersebut. Sebagian serat yang tertelan diduga menembus dinding usus, tetapi migrasi selanjutnya dalam tubuh tidak diketahui. Setelah masa laten yang panjang, antara 20-40 tahun, serat tersebut bisa menimbulkan kanker paru.

C.EtiologiPneumokoniosis bisa disebabkan oleh terhirupnya debu logam besi, perak/kaleng dan barium. Siderosis terjadi sebagai akibat dari terhirupnya oksida besi, baritosis terjadi karena menghirup barium dan stannosis terjadi karena terhisapnya unsur-unsur perak. Adapun jenis-jenis dari pneumoconiosis adalah :

b)Manifestasi klinisPasien mengalami dispnea yang menjadi buruk serta progresif, nyeri dada ringan sampai sedang, anoreksi dan penurunan berat badan. Kor pulmonal dan gagal nafas terjadi sejalan dengan kemajuan penyakit.

c)Penatalaksanaan MedisTidak terdapat pengobatan efektif untuk asbestosis. Penatalaksanaan diarahkan pada pengendalian infeksi dan mengobati penyakit paru. Bila pertukaran oksigen-karbon dioksida menjadi sangat terganggu, terapi oksigen kontinu dapat membantu memperbaiki toleransi aktivitas.D.Tanda dan GejalaDalam bentuk yang lebih ringan, pneumokoniosis mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun, ketika gejala itu berkembang, mereka mungkin:1.Sesak napas, terutama pada saat tenaga dipakai2.Batuk kronis yang mungkin atau mungkin tidak disertai dengan lendir. Jika ada fibrosis parah dari paru-paru, dapat menjadi sangat sulit untuk bernafas, dan ketika ini terjadi, mungkin menyebabkan kaku dan bibir mendapatkan semburat kebiruan. Dalam bentuk lanjutan dari pneumokoniosis, ada mungkin juga pembengkakan pada kaki akibat regangan berlebihan pada jantung.E.Manifestasi KlinikPada pasien yang menderita pneumoconiosis dapat terjadi, sebagai berikut :1.Pasien mengalami dispnea menjadi buruk serta progresif2.Pneumoconiosis umumnya batuk nonproduktif kecuali apabila terjadi bronchitis kronis3.Restriksi hebat volume inspirasi serta nadi cepat dan bersambung4.Dapat terjadi sianosis akibat penurunan ventilasi disertai penurunan kecepatan difusi

F.Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostic pada penyakit pneumoconiosis meliputi :1.Gas Darah Arteri (GDA) menunjukkan oksigenasi darah normal (PaO2) rendah dan eliminasi karbon dioksida (PaCO2) tinggi2.Sinar X dada menunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan3.Klutur sputum positif (+) bila ada infeksi. Sputum biasanya berbau busuk bila abses pecah ke rongga pleura4.Tes fungsi paru : volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun.5.Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.6.Chest X-ray : teridentifikasi adanya penyebaran. (Somantri, Irman. 2008:70)G.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang penting untuk meningkatkan diagnosis dan menilai kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit pneumoconiosis adalah :1.Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan foto thorax sangat berguna untuk melihatkelainan yang ditimbulkan oleh debu pada Pneumokoniosis.Klasifikasi Standar menurut ILO dipakai untuk menilai kelainan yang timbul. Pembacaan foto Thorax pneumokoniosis perlu dibandingkan,dengan foto standar untuk menentukan klasifikasi kelainan. Kualitasfotoharus baik atau dapat diterima untuk dapatmenginterpretasikan kelainan paru lewat foto Rontgen.2.Pemeriksaan faal paru dengan spirometriPemeriksaan faal paru yang sederhana, cukup sensitive dan reprodusibel serta digunakan secara luas adalah Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru dan Volume Ekspirasi Paksa pada detik pertama. Selain berguna untuk menunjang diagnosis juga perlu untuk melihat laju penyakit, efektivitas pengobatan dan menilai prognosis. Pemeriksaan sebelum seseorang bekerja dan pemeriksaan berkala setelah bekerja dapat mengidentifikasi penyakit dan perkembangannya, pada pekerja yang sebelumnya tidak memiliki gejala.3.Pemeriksaan penunjang lain yang bisa digunakan untuk keperluan penegakan diagnosis adalah CT Scan , Broncho Alveolar Lavage( BAL ) dan Biopsi paru

H.Pelaksanaan MedikPelaksanaan medik dari penyakit pneumoconiosis, yaitu sebagai berikut :1.Pengobatan ditujukan untuk mengurangi permasalahan lebih lanjut dan factor aktif lain, seperti merokok2.Pencegahan dan pengobatan untuk komplikasi misalnya pneumonia dengan antibiotic juga perlu dilakukan3.Penekanan debu dengan pengendalian teknis, dimana pekerja harus memakai masker, tutup kepala bertekanan4.Pemberian oksigen jika terjadi komplikasi lebih lanjut5.Bila terjadi gagal napas, berikan nutrisi dengan kalori yang cukup6.Terapi umum yang dilakukan yaitu :a)Istirahat : tidak selalu perlu dirawat inapb)Diet : cairan harus cukup7.Obat pertama yang digunakan yaitu Kartimoksazol + asam folat obat pilihan 14 21 hari8.Obat alternatif yang digunakan yaitu :a)Pentamidin parenteralb)Klidamisin parenteral + primakuinc)Trimtreksat + leukovorin. (Mubin A. Halim:225 dan 227)I.PencegahanPneumokoniosis dapat dicegah dengan menghindari debu pada lingkungan kerja. Pekerja harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debunya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.

J.PengobatanTidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.