sby.docx

3
Jakarta - Jaksa Penuntut Umum pada KPK memutar sadapan percakapan telepon antara istri Gatot Pujo Nugroho dengan anak buah OC Kaligis bernama Yulius Irwansyah alias Iwan. Saat itu Evy menyinggung hasil pembicaraan sebelumnya dengan Kaligis. "Ini..eee.. apa hakim ini uangnya lewat...Bapak. Terus Bapak (OCK) bilang ya udah saya berangkat aja untuk memastikan mengamankan tanggal 8. Terus saya bilang, Pak itu yang datang.. (OCK bicara) udahlah jangan dibahas dulu karena kan kita fokus ke PTUN ini PTUN ini nanti saya bawa ke JA, itu bilangnya (OCK)," kata Evy ke Iwan dalam percakapan telepon 1 Juli 2015 yang sadapannya diputar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (1/10/2015). Evy kepada Iwan juga menceritakan pertanyaannya kepada Kaligis mengenai kelanjutan dari proses permohonan gugatan pengujian kewenangan Kejaksaan di PTUN Medan. "(Kepada Iwan, Evy mengulang kalimat OCK-red) Enggak mungkin katanya. Ini kita mau pakai saksi ahli aja udah dua orang masa iya itu tidak bisa dijadikan acuan," kata Evy menirukan pembicaraannya dengan Kaligis dalam sambungan telepon dengan Iwan. Jaksa pada KPK lantas menanyakan maksud dari kalimat 'memastikan pengamanan tanggal 8' ke Evy. "Saya salah tanggal kali, yang pasti untuk putusan PTUN," jawab Evy. Saat ditanya soal kata 'mahal' dalam percakapan telepon, Evy menyebut percakapan itu terkait biaya yang harus dikeluarkan yakni USD 30 ribu. "Yang 30 ribu USD tadi?" tanya Jaksa mengulang. "Iya sama," kata Evy. Dalam persidangan, Evy mengaku hanya membayar duit fee lawyer dan biaya perjalanan Kaligis dan tim ke Medan saat mengurus permohonan gugatan di PTUN.

Upload: nonesolo

Post on 07-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: sby.docx

Jakarta - Jaksa Penuntut Umum pada KPK memutar sadapan percakapan telepon antara istri Gatot Pujo Nugroho dengan anak buah OC Kaligis bernama Yulius Irwansyah alias Iwan. Saat itu Evy menyinggung hasil pembicaraan sebelumnya dengan Kaligis.

"Ini..eee.. apa hakim ini uangnya lewat...Bapak. Terus Bapak (OCK) bilang ya udah saya berangkat aja untuk memastikan  mengamankan tanggal 8. Terus saya bilang, Pak itu yang datang.. (OCK bicara) udahlah jangan dibahas dulu karena kan kita fokus ke PTUN ini PTUN ini nanti saya bawa ke JA, itu bilangnya (OCK)," kata Evy ke Iwan dalam percakapan telepon 1 Juli 2015 yang sadapannya diputar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Evy kepada Iwan juga menceritakan pertanyaannya kepada Kaligis mengenai kelanjutan dari proses permohonan gugatan pengujian kewenangan Kejaksaan di PTUN Medan.

"(Kepada Iwan, Evy mengulang kalimat OCK-red) Enggak mungkin katanya. Ini kita mau pakai saksi ahli aja udah dua orang masa iya itu tidak bisa dijadikan acuan," kata Evy menirukan pembicaraannya dengan Kaligis dalam sambungan telepon dengan Iwan.

Jaksa pada KPK lantas menanyakan maksud dari kalimat 'memastikan pengamanan tanggal 8' ke Evy. "Saya salah tanggal kali, yang pasti untuk putusan PTUN," jawab Evy.

Saat ditanya soal kata 'mahal' dalam percakapan telepon, Evy menyebut percakapan itu terkait biaya yang harus dikeluarkan yakni USD 30 ribu.

"Yang 30 ribu USD tadi?" tanya Jaksa mengulang. "Iya sama," kata Evy.

Dalam persidangan, Evy mengaku hanya membayar duit fee lawyer dan biaya perjalanan Kaligis dan tim ke Medan saat mengurus permohonan gugatan di PTUN.

"Saya sebagai klien hanya membayarkan seperti yang diminta law firm Kaligis. Biaya perjalanan, fee lawyer," ujarnya.

Diakui Evy, dia diminta duit USD 30 ribu yang disebut Evy hanya biaya pendampingan hukum dengan tim Kaligis. "Pernah, ditagihkan kepada saya sebagai klien," sambungnya.

"Pernah diminta uang sebesar 10 ribu USD pada Juni 2015 dan hari berikutnya 5 ribu USD dan Rp 50 juta?" tanya Jaksa.

"BAP sudah saya ralat, yang benar adalah 30 ribu USD dan biaya perjalanan," sebut Evy.

Kaligis didakwa secara bersama-sama dengan Moh. Yagari Bhastara Guntur alias Gary, Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti menyuap  Hakim dan panitera pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, Sumatera Utara. Kaligis didakwa memberikan duit suap total USD 27 ribu dan 5 ribu dollar Singapura (SGD).

Dalam dakwaan, Jaksa pada KPK mencatat pemberian uang kepada Tripeni Irianto Putro selaku Hakim PTUN Medan sebesar SGD 5 ribu dan USD 15 ribu, Dermawan Ginting dan Amir Fauzi

Page 2: sby.docx

selaku Hakim PTUN masing-masing sebesar USD 5 ribu serta Syamsir Yusfan selaku Panitera PTUN Medan sebesar USD 2 ribu.

Duit suap ini diberikan dengan maksud mempengaruhi putusan atas permohonan pengujian kewenangan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara atas penyelidikan tentang dugaan terjadinya tindak pidana korupsi Dana Bantuan Sosial (Bansos), Bantuan Daerah Bawahan (BDB), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tunggakan Dana Bagi Hasil (DBH) dan Penyertaan Modal pada sejumlah BUMD pada Pemprov Sumatera Utara.

(fdn/hri) Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam", Senin sampai Jumat pukul 00.30 - 01.00 WIB, hanya di Trans TV

Page 3: sby.docx